4. • Kosakata kurikulum telah masuk ke dalam kosakata bahsa Indonesia,
dengan arti susunan rencana pengajaran. Kosakata tersebut menurut
para ahli, berasal dari bahasa Latin, curriculum yang berarti bahan
pengajaran, dan ada pula yang mengatakan berasal dari bahasa
Perancis, courier yang berarti berlari.
• Adapun tentang pengertian kurikulum dalam pendidikan, maka jika
kita kembali pada kamus-kamus bahasa Arab, maka kita dapati kata-
kata “manhaj” (kurikulum) yang bermakna jalan yang terang, atau
jalan yang dilalui manusia pada berbagai bidang kehidupan.
• Sekian banyak pengertian kosakata tentang kurikulum dari segi
bahasa ini dapat diartika, bahwa kurikulum ialah rencana atau
bahasan pengajaran, sehingga arah kegiatan pendidikan menjadi
jelas dan terang.
5. Kurikulum dalam bidang pendidikan, dalam arti sempit dapat
dikemukakan sebagai berikut.
• Pertama, kurikulum sebagaimana dikemukakan Omar Mohammad al-
Toumy al-Syaibani, adalah jalan terang yang dilalui oleh pendidik atau
guru latih dengan orang-orang yang dididik dan dilatihnya untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap mereka
• Kedua, kurikulum sebagaimana dikemukakan Crow and Crow adalah
rancangan pengajaran yang isinya sejumlah mata pelajaran yang
disusun secara sistematis, sebagai syarat untuk menyelesaikan suatu
program pendidikan tertentu. Ketiga, kurikulum sebagaimana
dikemukakan Abdurrahman Salih Abdullah adalah sejumlah mata
pelajaran yang disiapkan berdasarkan rancangan yang sistematik dan
koordinatif dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang diciptakan.
• Keempat, kurikulum sebagaimana dikemukakan Muhammad Ali Khalil
adalah seperangkat perencanaan dan media untuk pengantar lembaga
pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang diinginkan.
Selanjutnya kurikulum dalam arti lebih modern dan luas dapat
dikemukakan sebagai berikut.
• Pertama, kurikulum dalam arti modern, sebagaimana dikemukakan
Ahmad Tafsir adalah tidak hanya sekadar berisi rencana pelajaran atau
bidang studi, melainkan semua yang secara nyata terjadi dalam proses
pendidikan di sekolah.
• Kedua, kurikulum dalam arti modern, sebagaimana dikemukakan
Adddamardasy Sarhan dan Munir Kamil, sebagaimana dikutip Omar
Mohammad al-Toumy al-Syaibani adalah sejumlah pengalaman pendidikan,
budaya, social, olahraga dan seni, yang disediakan oleh sekolah bagi murid-
muridnya di dalam dan di luar sekolah dengan maksud menolongnya untuk
berkembang menyeluruh dalam segala segi dan mengubah tingkah laku
mereka sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan.
• Ketiga, kurikulum dalam arti modern, sebagaimana dikemukana Hasan
Langgulung adalah sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, social,
olahraga, dan kesenian, baik yang berada di dalam maupun di luar kelas
yang dikelola oleh sekolah.
6. Adapun prinsip-prinsip kurikulum pendidikan islam menurut Mujib (2006: 131-133)
adalah sebagai berikut :
•Prinsip yang berorientasi pada tujuan. “ Al-umur bi maqashidiha” merupakan adigum
ushuliyah yang berimplikasi pada aktivitas kurikulum yang terarah, sehingga tujuan
pendidikan yang tersusun sebelumnya dapat tercapai. Disamping itu, perlu adanya persiapan
khusus bagi penyelenggara pendidikan untuk menetapkan tujuan tujuan-tujuan yang harus
dicapai oleh peserta didik seiring dengan tugas manusia sebagai hamba Allah SWT.
•Prinsip relevansi. Implikasinya adalah mengusulkan agar kurikulum yang ditetapkan harus
dibentuk sedemikian rupa, sehingga tuntutan pendidikan dengan kurikulum tersebut dapat
memenuhi jenis dan mutu tenaga kerja yang dibutuhkan masyarakat serta tuntutan vertikal
dalam mengemban nilai-nilai ilahi sebagai rahmatan lil alamin.
•Prinsip efisiensi dan efektif. Implikasinya adalah mengusulkan agar kegiatan kurikulum
dapat menyalagunakan waktu, tenaga, biaya, dan sumber-sumber lain secara cermat dan tepat
sehingga hasilnya memadai dan memenuhi harapan serta membuahkan hasil sebanyaknya.
Islam mengajarkan agar seorang muslim menghargai waktu sebaik-baiknya
. Prinsip flesibilitas program. Implikasinya adalah kurikulum disusun begitu luwes, sehingga
mampu disesuaikan dengan situasi-situasi setempat, serta waktu yang berkembang tanpa
mengubah tujuan pendidikan yang di inginkan. Prinsip ini dilihat dari totalitas ekosistem
kurikulum, baik yang berkenaan dengan perkembangan pesertadidik (kecerdasan,
kemampuan, dan pengetahuan yang diperoleh).
Prinsip integritas. Implikasinya mengupayakan kurikulum tersebut agar menghasilkan
manusia seutuhnya, manusia yang mampu mengintegrasikan antara fikir dan dzikir, serta
manusia yang dapat menyelaraskan kehidupan dunia dan akhirat. Di samping itu,
pengupayaan kurikulum tersebut menghasilkan pesertadidik yang mampu menguasai ilmu-
ilmu qur’ani yang bertujuan untuk mencari ridha Allah SWT.
7. •Prinsip kontuinitas (istiqamah). Implikasinya adalah sebagaimana susunan
kurikulum yang terdiri dari bagian yang berkesinambungan. Dengan kegiatan-
kegiatan kurikulum lainnya.
•Prinsip sinkronisme. Impikasinya adalah bagaimana suatu kurikulum dapat
seirama, searah, dan setujuan, serta jangan sampai terjadi kegiatan kurikulum
lain yang menghambat, berlawanan atau mematikan kegiatan lain.
•Prinsip objektivitas. Merupakan danya kurikulum tersebut dilakukan melalui
tuntutan kebenaran ilmiah yang objektif.
•Prinsip demokratis. Implikasinya adalah pelaksanaan kurikulum harus
dilakukan secara demokrasi. Artinya, saling mengerti, memahami, keadaan
dan situasi tiap-tiap subjek dan objek kurikulum. Segala tindakan sebaiknya
dilakukan melalui musyawarah untuk mufakat, sehingga kegiatan itu didukung
bersama dan apabila terjadi kegagalan maka tidak menyalahkan satu dengan
yang lain.
• Prinsip analisis kegiatan. Prinsip ini mengandung tuntutan agar kurikulum
dikonstuksikan melalui proses analisis isi bahan mata pelajaran serta analisis
tingkah laku yang sesuai dengan isi materi pelajaran.
• Prinsip individualisasi. Memperhatikan perbedaan pembawaan dan
lingkungan pada umumnya yang meliputi seluruh aspek pribadi peserta
didik, seperti perbedaan jasmani, watak, itelegensi, bakat, serta kelebihan dan
kekurangan.
Prinsip pendidikan seumur hidup. Konsep ini diterapkan dalam kurikulum
mengingat keutuhan potensi subjek manusia sebagai subjek yang berkembang
dan perlunya keutuhan wawasan manusia sebagai subjek yang sadar akan nilai
(yang menghayati dan yakin akan cita-cita serta tujuan hidup).
8. Kategori Kurikulum Pendidikan Islam
Imam Al-Ghazali menyatakan, ilmu-ilmu pengetahuan yang
harus dijadikan bahan kurikulum lembaga pendidikan yaitu :
Ilmu-ilmu yang fardhu’ain yang wajib dipelajari oleh semua
orang islam meliputi ilmu-ilmu agama, yakni ilmu yang
bersumber dari dalam kitab suci Al-Qur’an.
Ilmu-ilmu yang merupakan fardhu kifayah, terdiri dari
ilmu-ilmu yang dapat dimanfaatkan untuk memudahkan
urusan hidup duniawi, seperti ilmu hitung (matematika),
ilmu kedokteran, ilmu teknik, ilmu penilaian, ilmu
perindustrian dan sebagainya.
Dari kedua kategori ilmu tersebut, Al-Ghazali memerinci
lagi menjadi:
Ilmu-ilmu Al-Qur’an dan ilmu agama seperti fiqih, hadits
dan tafsir.
Ilmu bahasa, seperti nahwu sharaf, makhraj dan lafadz-
lafadznya, yang membantu ilmu agama.
Ilmu-ilmu yang fardhu kifayah, terdiri dari berbagai ilmu
yang memudahkan urusan kehidupan duniawi seperti ilmu
kedokteran, matematika, teknologi (yang beraneka ragam
jenisnya), ilmu politik dan lain-lain.
Ilmu kebudayaan, seperti syair, sejarah, dan beberapa
cabang filsafat.
9. Menurut Ibnu Khaldun ada tiga kategori kurikulum yang perlu
diajarkan kepada peserta didik yaitu :
• Kurikulum yang merupakan alat bantu pemahaman, kurikulum ini
mencakup ilmu bahasa, ilmu nahwu, ilmu balaghah, bayan, dan
sastra (adab) atau bahasa yang tersusun secara puitis (syair).
• Kurikulum sekunder yaitu yang menjadi pendukung untuk
memahamiIslam, kurikulum ini meliputi filsafat dan semua ilmu
pengetahuan.Termasuk di dalam kategori ilmu ini adalah ilmu
mantiq (logika), ilmu alam, ilmu ketuhanan, ilmu-ilmu tehnik,
hitung,fisika, kimia, antropologi, kedokteran, anstronomi,
sejarah, dan tingkah laku (behavior) manusia. Termasuk juga
ilmu sihir dan ilmu nujum (perbintangan).Tentang ilmu nujum,
Ibnu Khaldun menganggapnya sebagai ilmu fasid (merusak),
karena ilmu itu dipergunakan untuk meramalkan segala kejadian
sebelum terjadi atas dasar perbintangan. Hal itu merupakan
sesuatu yang bathil berlawanan dengan ilmu tauhid dan syari’at
agama yang bahwa tidak ada yang menciptakan kecuali Allah itu
sendiri.
• Kurikulum primer, yaitu merupakan kurikulum yang menjadi inti
pelajaran Islam, kurikulum ini meliputi semua bidang al-‘ulûm
alnaqliyah,seperti al-Qur’an, hadits, ilmu tafsir, ilmu hadist,
ilmuqiraat, ilmu ushul fiqih, fiqih, faraid, ilmu kalam, tasawuf
dan lain-lain.