KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN FISIK DAN PSIKOMOTORIK MASA REMAJA SERTA IMPLIKASI...Rarasenggar
Ā
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN FISIK DAN PSIKOMOTORIK MASA REMAJA SERTA IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
ANGKATAN 2016
OFFERING B
KELOMPOK 7
Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)Khusnul Kotimah
Ā
Makalah yang berisi penjelasan tentang tafsir, ta'wil dan tarjamah guna memenuhi tugas ULUMUL QUR"AN 1. kunjungi bog saya di khusnulsawo.blogspot.com \(^o^)/ yaa..??
terima kasih
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN FISIK DAN PSIKOMOTORIK MASA REMAJA SERTA IMPLIKASI...Rarasenggar
Ā
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN FISIK DAN PSIKOMOTORIK MASA REMAJA SERTA IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
ANGKATAN 2016
OFFERING B
KELOMPOK 7
Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)Khusnul Kotimah
Ā
Makalah yang berisi penjelasan tentang tafsir, ta'wil dan tarjamah guna memenuhi tugas ULUMUL QUR"AN 1. kunjungi bog saya di khusnulsawo.blogspot.com \(^o^)/ yaa..??
terima kasih
Terminologi Pendidikan Dalam Islam.docxWildatlZuhra
Ā
Di dalam khazanah pemikiran pendidikan Islam terutama karya-karya ilmiah, terdapat berbagai istilah yang digunakan memberikan pengertian tentang "Pendidikan Islam" dan sekaligus untuk diterapkan dalam kontek keilmiahan. Metode literatur review yang kami kutip melalui artikel jurnal/buku yang kami gunakan ini bertujuan untuk menjelaskan sesuatu secara lebih mendalam, dengan harapan bagi pembaca dapat mengetahui terminoligi pendidikan dalam islam. Hasil dari penelitian ini menunjukkan pendidikan dalam kontek Islam pada umumnya mengacu pada term al-tarbiyah, al-ta'dƮb, dan alta'lƮm. Dari ketiga istilah tersebut term yang paling populer digunakan dalam praktek pendidikan Islam adalah al-tarbiyah. Kendatipun demikian dalam hal-hal tertentu, ketiganya memiliki persamaan makna. Namun secara esensial, setiap term ada perbedaannya, baik secara tekstual maupun kontekstual.
PPT TENTANG FUNGSI FUNGSI PENDIDIKAN ISLAM SEKALIGUS METODE NYABagirAlkaff2
Ā
Di sini menerangkan tentang fungsi fungsi tentang pendidikan Islam yg semoga bisa bermanfaat dan semoga bisa membantu untuk mempelajari tentang fungsi fungsi tentang pendidikan Islam dan di sini juga terdapat metode-metode tentang pendidikan Islam jadi bukan hanya fungsi nya aja akan tetapi terdapat juga metodenya tentang pendidikan Islam (SEMOGA MEMBANTU)
Tujuan adalah sesuatu yang dituju, sesuatu yang ingin diraih, sesuatu yang ingin diperoleh dari sebuah aktivitas. Tujuan adalah sesuatu yang akan dijangkau atau dijadikan sasaran dari gerakan yang sedang dilakukan. Formulasi kalimat tujuan umumnya bersifat terminal yakni terdiri atas kata benda dan bukan kata kerja (Uwes, 2003: 14). Tujuan pendidikan adalah sesuatu yang ingin diperoleh, ingin diraih dari suatu aktivitas yang disebut pendidikan.
Menurut Jhon Dewey (1964: 100-105), tujuan pendidikan dapat diklasifikasi dalam dua kategori, yakni means dan ends. Means merupakan tujuan yang berfungsi sebagai alat untuk dapat mencapai ends. Means adalah tujuan āantaraā, sedangkan ends adalah ātujuan akhirā. Dengan kedua kategori ini, tujuan pendidikan harus memiliki tiga kriteria, yaitu: (1) tujuan harus dapat menciptakan perkembangan yang lebih baik daripada kondisi yang sudah ada (2) tujuan harus fleksibel dan dapat disesuaikan dengan keadaan; (3) tujuan itu harus dapat mewakili kebebasan aktivitas. Pada akhirnya, setiap tujuan harus mengandung nilai.
1. Dalam kerangka dasar kurikulum, tujuan merupakan kerangka yang sangat penting dan
strategis, karena akan mengarahkan dan memengaruhi komponen-komponen kurikulum lainnya.
Untuk memahami komponen tujuan ini secara komprehensif, perlu diketahui terlebih dahulu
hirerarki seperti gambaran diatas. Berdasrkan hirerarki tujuan tersebut, berarti tujuan pendidikan
nasional merupakan tujuan yang menduduki posisi paling tinggi, sehingga menjadi āpayungā
bagi tujuan-tujuan di bawahnya. Perumusan tujuan ditetapkan terlebih dahulu sebelum
ditrntukkan komponen yang lainnya. Tujuan pendidikan suatu Negara tidak dapat dipisahkan dan
merupakan penjabaran dari falsafah bangsa, karena pendidikan merupakan alat untuk mencapai
tujuan Negara.
Tujuan pendidikan pada akhirnya harus diterjemahkan kedalam ciri-ciri atau sifat-sifat
sebagai wujud perilaku dan pribadi manusia yang dicita-citakan. Pada tingkat tujuan dan sasaran
akhir yang universal, kita dapat membayangkan bagaimana pribadi peserta didik sebagai warga
dunia yang harus memiliki kemampuan dan kecakapan dasar, yaitu membaca, menulis dan
berhitung sehingga mampu berkomunikasi satu sama lain.
Tujuan pendidikan nasional dirumuskan langsung oleh pemerintah sebagai pedoman bagi
pengembangan tujuan-tujuan pendidikan yang lebih khusus. Tujuan institusional adalah tujuan
yang ingin dicapai oleh setiap lembaga pendidikan, baik pendidikan formal maupun lembaga
nonformal.tujuan kurikuler adalah tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bidang studi atau mata
pelajaran. Tujuan pembelajaran umum adalah tujuan yang ingin dicapai pada setiap pokok
bahasan, sedangkan tujuan pembelajaran khusus adalah tujuan dari setiap pokok bahasan. 1
1 Zaenal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hal. 82
2. Komponen tujuan
Tujuan merupakan hal paling penting dalam proses pendidikan, meliputi tujuan domain
kognitif, domain efektif, dan domain psikomotor. Domain kognitif adalah tujuan yang diinginkan
yang mengarah pada pengembangan akal dan intelektula anak didik, sedangkan domain
psikomotor adalah tujuan yang mengarah pada perkembangan kterampilan jasmani anak didik.
Tujuan pendidikan nasional pun menghendaki pencapaian ketiga domain yang ada secara
integral dalam rangka memperoleh lulusan (output) pendidikan yang relevan dengan tujuan
pendidikan nasional.
Tujuan pendidikan yang berkaitran dengan domain-domain anak didik diupayakan
melalui suatu proses pendidikan. Jika dibuat secara berurutan, tujuan pendidikan tersebut adlah
sebagai berikut.
a. Tujuan pendidikan nasional
Tujuan pendidikan nasional merupakan tujuan pendidikan yang paling tinggi dalam
hirerarki tujuan-tujuan pendidikan yang ada, yang bersifat ideal dan umum yang
dikaitkan dengan falsafah Pancasila.
b. Tujuan Institusional
Tujuan institusional merupakan lanjut dari tujuan pendidikan nasional. System
pendidikan di Indonesia memiliki jenjang yang melembaga padasuatu tingkatan. Tiap
lembaga memliki suatu tujuan pendidikan yang disebut tujuan institusional, karena itu
dikenal dengan bermacam-macam tujuan institusional, antara lain tujuan institusional SD,
SMP, SMA, Universitas dan lain sebagainya.
Keberadaan tujuan pendiidkan mesti mengammbarkan kelanjutan dan memiliki relevansi
yang kuat dengan tujuan pendidikan nasional. Agar tidak terjadi penyimpanggan, tiap
3. tujuan institusional mesti didahului dengan pengertian pendidikan, dasar pendidikan dan
tujuan pendidikan nasional, dan tujuan umum lembaga yang dimaksud.
c. Tujuan kurikuler
Tujaun kurikuler merupakan tindak lanjut dari tujuan institusional dalam melaksnakan
kegiatan pendidikan dari suatu lembaga pendidikan. Dengan demikian, isi pengajaran
yang telah disusun diharapkan dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Suatu
lembaga pendidikan memiliki tujuan kurikuler yang biasnya dapat dilihat dari GBPP
suatu bidang studi. Dari GBPP tersebut terdapat suatu tujuan kurikuler yang perlu dicapai
oleh peserta didik setelah ia melaksanakan pendidikannya.
d. Tujuan instruksional
Tujuan ini bersifat operasional, yaitu diharapkan daoat tercapai pada saat terjadinya
proses belajar mengajar yang bersifat ;langsung dan terjadi setiap hari pembahasan.
Dalam upaya mencapai tujuannya, tujuan instruksional ini sangat ditentukan oleh kondisi
proses pembelajaran yang ada, antara lain kompetensi pendidikan, fasilitas belajar, anak
didik, metode, lingkungan, dan factor yang lain.2
1. Tujuan akhir
Dalam proses pendidikan, tujuan akhir merupakan kristalisasi nilai-nilai yang
ingin diwujudkan dalam pribadi peserta didik. Tujuan akhir harus bersifat komprehensif
yang mencakup seluruh aspek, terintegrasi dan holistic dalam pola kehidupan ideal dam
utuh. Pendidikan islam itu berlangsung selama hidup.
2 Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2013), hal. 54.
4. Ali Khalil Abu al-Aynain, menjelaskan tentang tujuan akhir pendidikan islam
adalah membentuk pribadi yang beribadah kepada Allah Swt. Sifat tujuan umum ini
tetap, berlaku di sepanjang tempat, waktu dan keadaaan.3
Al-Gazali mengatakan yang dikutip Fathiyah Hasan Sulaiman, tujuan akhir
pendidikan islam tergambar dalam dua aspek, yaitu pertama, muslim paripurna yang
bertujuan mendekatkan diri kepada Allah swt., kedua, muslim apripurna yang bertujuan
mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.4
Sedangkan menurut Jusuf Amur Feisal, tujuan pendidikan islam ada lima, yaitu:
a. Membentuk manusia muslim yang dapat melaksanakan ibadah mahdah
b. Membentuk manusia muslim di samping dapat melaksanakan ibadah mahdah, dapat
juga melaksanakan ibadah muamalah dalam kedudukannya sebagai peroranga atau
sebagai anggota masyarajat dalam lingkungan tertentu.
c. Memebentuk warga Negara yang bertanggung jawab kepada masyarakat dan
bangsanya dalam rangka bertanggung jawab keapda Allah swt.
d. Membentuk dan mengembangkan tenaga professional yang siap serrta terampil atau
tenaga setengah terampil untuk memungkinkan memasuki teknostruktur masyarakat
e. Mengembangkan tenaga ahli di bidang ilmu (agama, dan imu-ilmu islam lainnya).5
Ali asraf mengatakan, bahwa karena prinsip pengembangan inilah apra sarjana muslim
yang bertemu di konferensi dunia pertama tentang pendidikan islam merumuskan tujuan
3 Ali khalil abu al-aynain, falsafah al-tarbiyah al-islamiyah fi al-quran al-karim (mesir:dar al-fikr al-arabiyah, 1980) h
153
4 Fathiyah hasan sulaiman, system pendidikan versial-Ghazali, terj. Father rahman (bandung: Al-Maāarif, 1986),
h.24
5 Jusuf amir faisal, reorientasi pendidikan islam (cet. I, Jakarta:gema insani Press. 1995) h 96
5. pendidikan, yaitu pendidikan seharusnya bertujuan menimbulkan pertumbuhan yang
seimbang dari kepribadian total manusia melalui latihan spiritual, intelek, rational diri,
peresaan dan kepekaantubuh manusia. Karena itu, pendidikan seharusnya menyediakan
jalan bagi eprtumbuhan manusia dari ssegala aspeknya: spiritual, intelektual, imaginative,
fisikal, ilmiah, linguisti, baik secara individual maupun secara kolektif dan memotivasi
semua aspek untuk mencapai kebaikan dan kesempurnaan.6
Dari beberapa rumusan tujuan Pendidikan Islam yang dikemukakan di atas,
penulis dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan islam adalah terbentuknya muslim
paripurna yang di dalamnya memiliki wawasan menyeluruh (kaffah) agar mampu
menjalankan tugas-tugas kekhalifaan. Seiring dikatakan Muhammad Iqbal yang dikutip
Dawam Rahardjo, memberikan kriteria muslim paripurna dengan kriteria manusia yang
beriman yang di dalam dirinya terdapat kekuatan, wawasan, perbuatan, kebijaksanaan,
dan mempunyai sifat-sifat yang tergambar dalam pribadi Nabi saw., berupa akhlak
karimah.7
Sedangkan muslim kaffah menurut Thalhah Hasan memiliki tiga dimensi
kehidupan, yaitu dimensi spiritual, dimensi budaya, dan dimensi ilmiah.8
Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab II Pasal 3 dijelaskan:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
6 Ali Asraf, new horizon in muslim education; horizon baru pendidikan islam, ter. Sayyed husen nashr (Jakarta:
firdaus, 1989)h.130
7 Dawam Raharjo, Insan kamil; konsep manusia Menurut Islam(cet II;Jakarta: Pustaka Grafitipres, 1989)h 25
8 Talhah Hasan, prospek islam dalam menghadapi tantangan zaman (Jakarta; bangun prakarya, 1986) h 43
6. beriman dan bertaqwa kepada Tuhaan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menajdi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Keterangan di atas, secara idial dapat dicapai, apabila memperhatikan semua unsur-unsur
pendidikan dan seluruh potensi manusia. Abdurrahman Saleh Abdullah, menyatakan
tujuan pendidikan Islam dapat diklasifikasikan menjadi empat aspek, yaitu:
a. Tujuan pendidikan jasmani (al-ahdaf al-jismiyah)
Mempersiapkan diri manusia sebagai pengemban tugas khalifah di bumi, melalui
keterampilan-keterampilan fisik. Ia berpijak pada pendapat Imam Nawawi yang
menafsirkan al-qawy sebagai kekuatan iman yang di topang oleh kekuatan fisik. Q.S.
al-Baqarah/2: 247, Q.S. al-Anfal/8: 60.
b. Tujuan pendidikan ruhani (al-ahdal al-ruhaniyah)
Adalah mengembangkan jiwa dari kesetiaan dan patuuh hanya kepada Allah swt., dan
melaksanakan akhlak keislaman yang direladanioleh Rasulullah saw., dengan
berdasarkan pada cita-cita idial dalam Q.S. ali-Imran/3: 19). Indikasi pendidikan
ruhani adalah tidak bermuka dua (Q.S. al-baqarah/2:10),berupaya memurnikan dan
menyucikan diri manusia secara individual dari sikap negative (Q.S.al-Baqarah/2:
126), inilah yang disebut dengan tazkiyah (purification)dan hikamh (wisdom).
c. Tujuan pendidikan akal (al-ahdal al-aqliyah)
Pengembangan intelegensi untuk menemukan kebenaran dan sebab-sebab dengan
telaah tanda-tanda kekuasan Allah, dan menemikan pesan-pesan ayat-ayat-Nya ayng
berimplikasi kepada peningkatan iman kepada Allah swt., tahapan pendidikan akal ini
adalah:
7. 1. Penemuan dan pendacapaian kebenaran ilmiah (iilmu al-yakin) Q.S. al-
takatsur/102: 5.
2. Penemuan dan pencapaian kebenaran empiris (āain a;-yakin) Q.S. al-
Takatsur/102: 7.
3. Penemuan dan pencapaian kebenaran meta empiris atau kebenaran filosofis (haqq
al-yakin) Q.S. al-Waqiāah/56: 95.
d. Tujuan pendidikan social (al-ahdaf ijtimaiyah)
Tujuan pendidikan social adalah pengembangan kepribadian (personality) yang utuh
menjadi bagian komunitas social. Identitas pribadi dsini tercermin sebagai al-nas
yang hidup pada masyarakat yang plural (majemuk).
Dari pandangan yang dikemukakan di atas, secara spesifik memberikan
penekanan pada tiga aspek kecerdasan manusia, yaitu kecerdasan akal, kecerdasan
kalbu, dan kecerdasan ruhiyah (spiritual). Ketiga aspek tersebut harus mendapat
perhatian serius pada dunia pendidikan islam. Pendidikan islam bertujuan untuk
menumbuhkan pola kepribadian manusia yang bulat melalui latihan (riyadah)
kejiwaan kecerdasan otak, penalaran, perasaan dan indera. Pendidikan ini harus
melayani pertumbuhan manusia dalam semua aspek, baik aspek ruhani (spiritual),
intelektual, imajinasi, maupun aspek ilmiah, (baik secara perorangan maupun secara
berkelompok). Pendidikan mendorong aspek tersebut keutamaan dan pencapaian
kesempurnaan hidup. Tujuan ini merupakan cerminan dan realisasi dari sikap
penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah, swt., baik secara perorangan, masyarakat,
maupun sebagai umat manusia keseluruhannya. Sebagai hamba Allah swt., yang
berserah diri kepada Khaliknya. Manusia adalah hamba-Nya yang berilmu
8. pengetahuan dan beriman secara bulat, sesuai kehendak pencipta-Nya untuk
merealisasikan cita-cita yang terkandung dalam firman Allah swt., Q.S. al-
Anāam/6:162.
Tujuan akhir terdapat pada waktu hidup di dunia sebagaimana firman Allah swt.,
QS. Ali-Imran/3:
9. A. Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama
Pelaksanaan pendidikan agama di Indonesia mempunyai dasar-dasar yang
cukup kuat. Dasar-dasr tersebut dapat ditinjau dari segi:
1. Yuridis/hokum
2. Religius
3. Sosial Psikologis
1) Dasar Yuridis/Hukum
Dasar pelaksanaan pendidikan agama berasal dari perundang-
undangan yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat menjadi
pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama di sekolah-sekolah
ataupun lembaga-lembaga pendidikan formal di Indonesia. Dasar
yuridis formal tersebut terdiri dari tiga macam, yaitu:
a) Dasar ideal, yaitu dasar falsafah negara Pancasila, dimana Sila
yang pertama; Ketuhanan yang Maha Esa. Ini mengandung
pengertian, bahwa seluruh bangsa Indonesia harus percaya
kepada Tuhan Yang Maha Esa, atau tegasnya harus beragama.
Dalam ketetapan MPR nomor II/MPR/1978 tentang P4
(EKAPRASETIA PANCAKARSA) disebutkan bahwa deng Sila
Ketuhanan Yang Maha Esa, bangsa Indonesia menyatakan
kepercayaan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
10. Untuk merealisasikan hal tersebut, maka diperlukan adanya
pendidikan agama kepada anak-anak, karena tanpa adanya
Pendidikan Agama, akan sulit untuk mewujudkan sila pertama
Pancasil tersebut.
b) Dasar struktural/konstitusional, yaitu UUD 45 dalam bab XI
pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi: 1) Negara berdasarkan atas
Ketuhanan yang Maha Esa; 2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-
tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah
menurut agama dan kepercayaannya itu.
Bunyi daripada UUD tersebut diatas adalah mengandung pengertian
bahwa bangsa Indonesia harus beragama.disamping itu Negara
melindungi umat beragama, untuk menunaikan ajaran agamanya dan
beribadah menurut agamanya masing-masing. Karena itu agar supaya
umat beragamatersebut dapat menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran
agamanya masing-masing.
c) Dasar operasional, yaitu terdapat dalam UU RI NOMOR 20
Tahun 2003 SISDIKNAS Pasal 30 Nomor 3 pendidikan keagamaan
dapat di selenggarakan pada jalur pendidikan formal, nonformal, dan
informal. Dan terdapat pada pasal 12 No 1/a setiap peserta didik pada
setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama
sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang
seagama.
11. 2) Segi religius
Yang dimaksud dengan dasar religius adalah dasar yang bersumber
dari ajaran Islam. Menurut ajaran Islam pendidikan agama adalah
perintah Tuhan dan merupakan perwujudan ibadah kepada-Nya.
Dalam al-Qurāan banyak ayat yang menunjukkan perintah tersebut,
antara lain:
1) QS. Al-Nahl: 125
Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran
yang baikā¦ (QS. Al-Nahl: 125)
2) QS. Ali Imran: 104
Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang maāruf, dan mencegah dari yang
munkar. merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imran: 104)
3) Al-Hadits:
]5[
Dari Abdullah bin Umar: Sesungguhnya nabi SAW bersabda:
Sampaikanlah ajaran kepada orang lain walaupun hanya sedikit. (HR.
Bukhari)
12. 3) Aspek Sosial Psikologis
Semua manusia di dalam hidupnya di dunia ini, selalu
membutuhkan adanya pasangan hidup yang disebut agama. Manusia meraskan bahwa dalam
jiwanya ada suatu perasaan yang mengakuai adanya Dzat Yang Maha Kuasa, temapat berlindung
dan tempat memohon pertolongan-Nya. Karena itu manusia akan selalu berusaha mendekatkan
diri kepada Tuhan, hanya saja cara mengabdi dan mendekatkan diri berbeda-beda sesuai agama
yang dianutnya. 9
Psikologi adalah dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan
masyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam hidup manusia baik sebagai
makhluk individu maupun sebagai anggota masyarakat dihadapkan pada
hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak tentram sehingga
memerlukan pegangan hidup yaitu agama[6].
9 Zuhairini, dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Malang, 1983), hlm.
21-26
13. Tujuan umum pendidikan adalah tujuan yang berada jauh dari masa
sekarang, sebuah hasil yang pencapaian atasnya tidak dapat terlaksana
melalui sekali kerja. Ia merupakan tujuan akhir. Para ahli pendidikan
cenderung membagi tujuan ini kedalam beberapa tujuan yang lebih
spesifik, yang secara individual dapat dicapai dalam tahapan-tahapan
tertentu, harus dipandang dan dinilai dari kelayakan tujuan umum yang
merupakan tujuan akahir pendidikan. Dalam dunia pendidikan barat,
kita akan menemukan banyak konsep yang berbeda mengenai tujuan
umum pendidikan, sebagaian diantaranya adalah; pendidikan adalah
untuk hidup, pendidikan adalah untuk mengisi waktu luang,
pendidikan adalah untuk mencapai efisiensi social, pendidikan adalah
untuk mencapai kehidupan demokrasi, dan sebagainya. Dalam
pandangan islam, pendidikan adalah upaya membangun individu yang
memiliki kualiotas dan peran sebagai khalifah, atau setidaknya
menjadikan individu berada pada jalan yang bakal mengantarkan
kepada tujuan tersebut. Kepentingan (konsern) utama khalifah adalah
beriman kepada-Nya dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada-Nya.
Dalam al-Quran QS adz-Dzariyat: 56:
Artinya : ā Dan Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali supaya mereka
beribadah kepada-Kuā.
Konsep ibadah yang disebut dalam ayat mengandung arti menyerah
kepada-Nya dan berperilaku sesuai ajaran-Nya. Menurut Sayyid Quthb
14. (1971:VII:590) konsep ibadah sangat komprehensif, ia memasukkan
seluruh perilaku khalifah. Kesempurnaan pribadi manusia yang
merupakan tujuan akhir pendidikan Islam dapat diacapai melalui
penyerahan diri dan ketaatan terhadap Allah. Penyebatan al-Quran
terhadap rasul dengan gelar āabid atau āibad mengisyaratkan bahwa
kesempurnaan manusia tidak dapat dilepaskan dari pnyerahan diri
secara penuh kepada-Nya. Pendidikan dalam pandangan al-Quran
sama sekali tidak memberikan tempat bagi pembagian otoritas antara
Allah dan manusia.
Beberapa pemikiran pendidikan menentang, dengan alas an-alasan
yang berbeda, terhadap adanya tujuan umum pendidikan. Sebagaian
berkeyakinan, pemisahan dan penyendirian tujuan umum dari āmasa
kiniā menjadikan tujuan tersebut tidak banyak berguna. Sikap seperti
ini nampak dengan jelas dengan statemen berikut: āsebaiknya orang
segera saja membuang atau membersihkan diri dari tujuan pendidikan.
Diskusi tentangnya adalah suatu kebodohan dan tanpa hasil bagi
pencarian pengetahuan manusia. Seideal apapun tujuan umum
pendidikan, pasti mereka tiada bakal dicapai sekolahā (Bandman,
1967:11)
Jika kita menerima pandangan ini, maka kita mesti memilih
pengalaman-pengalaman pendidikan baik karena nilai intrinsiknya
atau karena relevansinya bagi kebutuhan jangka pendek siswa. Jika
alternative pertama yang diambil, maka kita bakal mengalami
15. kesulitan untuk membangun sebuah pembatas yang jelas antara aspek
ekstrinsik dan aspek intrinsik sebuah pengalaman. Seseorang siswa
yang sedang membaca -- dan kenikmatan membaca kita anggap
sebagai nilai intrinsik ā mingkin melakukan kerja membaca tersebut
karena hendak bercerita kepada kawannyaatau mungkin juga sekedar
mengisi waktu luang menghilangkan kebosanan, atau mungkin juga
karena tujuan lain. Membaca untuk membaca adalah sesuatu yang
sulit untuk kita terima. Dari sudut pandang Qurani, pandangan seperti
ini jelas ditolak, karena manusia bertanggung jawab terhadap apa yang
diperbuatnya yang harus dilakukan dipersembahkan kepada Dzat
pencipta.
Penolakan terhadap tujuana umum pendidikan hanya karena ia
terpisah/tersendiri juga merupakan sebuah kemunduran. Para pemikir
pendidikan sepakat bahwa kepentingan sekolah tidak hanya terbatas
pada aktivitas-aktivitas yang terjadi disamping tembok. Periode paska
sekolaha memaksa sekolah menetukan apa yang harus diajarkan dan
mengapa diajarkan. Aktivitas dan sasaran spesifik sekolah
mengantarakan kepada sebuah tujuana jangaka panajang. Jika tidak
demikian, sasaran atau tujuan sekolah akan mengarah kemana-mana
(ngawur).
Alasan lain dari penolakan adanya tujuan umum dalam pendidikan
adalah ketakutan munculnya kekakuan; adanya cita-cita
terpisah/tersendiri yang sudah pasti mendakan bahwa pendidikan yang
16. demikian tidak dinamis. Pendidikan adalah perkembangan atau
pertumbuhan yang tidak terbatas sama sekali. Pernyataan tersebut
memperlihatkan pandangan tersebut: ākesimpulan pendirian kami
adalah, bahwa hidup berarti perkembangan dan bahwa pengembangan,
pertumbuhan adalah hidup. Bila diterjemahkan kedalam persamaan
pendidikan, maka artinya: (a) proses pendidikan tidak mempunyai
akhir diluar dirinnya, dan bahwa (b) proses pendidikan merupakan
reorganisasi, rekonstruksi, dan transformasi terus menerusā (Dewey,
1917:59).
Pertumbuhan bakal mengantarkan pada pertumbuhan berikutnya, dan
pendidikan tidak disubordinasi kecuali kepada pendidikan selanjutnya.
Perumusan sebuah tujuan umum atau tujuan akhir, menurut pendapt
ini, bukan hanya tidak berguna, namun lebih dari itu adalah berbahaya.
Tujuan-tujuan yang diterima para penganut madzhab ini adslah tujuan
yang semata-mata merupakan arah pertumbuhan. Nilai dari tujuan
tersebut terletak pada kegunaan yang dapat membantu para pendidik
menentukan apa yang harus dilakukan pada saat sekarang untuk
mendapatkan kebutuhan segera. Konsep tentang pendidikan sebagai
preparasi hidup, secara total, mereka tolak.
17. Fungsi dan tujuan pendidikan Nasional
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk itu, pendidikan
nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (undang-
undang No. 20 tahun 2003)
Secara makro pendidikan nasional bertujuan membetuk organisasi
pendidikan yang bersifat otonom sehingga mampu melakukan inovasi
dalam pendidikan untuk menuju suatu lembaga yang bertika, selalu
menggunakan nalar, berkemampuan komunikasi social yang positif
dan memiliki sumber daya manusia yang sehat dan tangguh.
Secara mikro pendiidkan nasional bertujaun membentuk manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, beretika (beradab dan
berwawasan budaya bangsa Indonesia), memiliki nalar (maju, cakap,
kreatif, inovatif dan bertanggung jawab), berkemampuan komunikasi
social (tertib dan sadar hokum, kooperatif dan kompetitif, demokratis),
dan berbadan sehat sehingga menjadi manusia mandiri.
18. Acuan di atas menjadikan sosok manusia Indonesia lulusan dari
berbagai jenjang pendidikan formal seharusnya memiliki ciri atau
profil sebagai yang berikut.
1. Pendidikan dasar
a. Tumbuh keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan YME;
b. Tumbuh sikap beretika (sopan santun dan beradab);
c. Tumbuh penalaran yang baik (mau belajar, ingin tau, senang
membaca, memiliki inovasi, berinisiatif dan bertanggung
jawab)
d. Tumbuh kemampuan komunikasi/social (tertib, sadar aturan,
dapat bekerja sama dengan teman, dapat berkompetisi); dan
e. Tumbuh kesadaran untuk menjaga kesehatan badan.
2. Pendidikan menengah umum
a. Memiliki keimanan dan bertakwa terhadap Tuhan YME mulai
mapan;
b. Memiliki etika (sopan santun dan beradab);
c. Memiliki penalaran yang baik (dalam kajian materi kurikulum,
kreatif, inisiatif serta memiliki tanggung jawab) dan penalaran
sebagai penekanannya;
d. Kemampuan berkomunikasi/social (tertib, sadar aturan dan
perundang-undangan, dapat bekerja sam, mampubersaing,
toleransi, menghargai hak orang lain, dapat berkompromi); dan
e. Dapat menegurus dirinya dengan baik.
19. 3. Pendidikan menengah kejuruan
a. Memiliki keimanan dan bertakwa terhadap Tuhan YME mulai
mapan;
b. Memiliki etika (sopan santun dan beradab);
c. Memiliki penalaran yang baik (untuk mengerjakan ketrampilan
khusus, inovatif dalam arah tertentu, kreatif di bidangnya,
banyak inisiatif dibidangnya serta bertanggung jawab terhadap
karyanya) dan ketrampilan sebagai penekanannya;
d. Memiliki kemampuan berkomunikasi/social (tertib, sadar
aturan dan hukum, dapat bekerja sama, mampu bersaing,
toleransi, menghargai hak orang lain, dapat berkompromi);
e. Memiliki kemampuan berkompetisi secara sehat; dan
f. Dapat menegurus dirinya dengan baik.
4. Pendidikan tinggi
a. Beriman dan bertakwa terhadap Tuhan YME;
b. Memiliki etika (sopan santun dan beradab);
c. Memiliki penalaran yang baik terutama di bidang keahliannya
(berwawasan ke depan dan luas, mampu mengambil data
dengan akurat dan benar, mampu melakuakan analisa, berani
mengemukakan pendapat, berani mengakui kesalahan, beda
pendapat dan mengambil keputusan mandiri);
20. d. Kemampuan berkomunikasi/social (tertib, sadar perundang-
undangan, toleransi, menghargai hak orang lain, dapat
berkompromi);
e. Memiliki kemampuan berkompetisi secara sehat; dan
f. Dapat menegurus dirinya dengan baik.
Jika apa yang diuraikan di atas dapat diimplementasikan
melalui kurikulum 2013, maka bangsa Indonesia ke depan akan
menjadi bangsa dan Negara yang bermartabat, yang dapat
mensejajarkan diri dengan bangsa-bangsa lain dalam tatanan
global. Untuk kepentingan tersebut, pemerintah telah
melakukan standarisasi dan profesionalitas pendidikan, seperti
yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah No 19 tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), yang telah
disempurnakan dalam Peraturan Pemerintah No 32 Tahun
2013.10
10 E Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013) hal 20-23
21. Kompetensi Inti Kurikulum
Kompetensi inti adalah tingkat kemampuan untuk mencapai standar kompetensi lulusan
yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas atau program dan menjadi
landasan pengembangan kompetensi kasar. Kompetensi inti merupakan bentuk perubahan dari
standar kompetensi pada kurikulum sebelumnya (KTSP).
Kompetensi inti berfungsi sebagai ungsur pengorganisasi (organizing element)
kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, kompetensi inti merupakan pengikat untuk
organiasi vertical dan organisasi horizontal kompetensi dasar. Organisasi vertical KD adalah
keterkaitan antara konten kompetensi dasar satu kelas atau jenjang pendidikan kelas/jenjang
diatasnya sehingga memenuhi prinsip belajar, yaitu terjadi suatu akumulasi yang
berkesinambungan antar konten yang dipelajari siswa. Sementara organiasi horizontal adlah
keterkaiatan antara konter KD matapelajaran dengan konten kompetensi mata pelajaran yang
berada dalam satu pertemuan mingguan dan kelas yang sama sehingga terjadi proses saling
memperkuat. Selain itu, kompetensi inti harus mengambarkan kualitas yang seimbang antara
pencapaian hard skills dan soft skills.
Dalam k13, KI mencakup beberapa aspek, diantaranya sikap spiritual sikap social,
pengetahuan dan ketrampilan yang berfungsi sebaagai pengintegrasi muatan pembelajaran, mata
pelajaran atau program dalam mencapai standar kompetensi lulusan.
Beberapa aspetersebut merupakan implementasidari sodt skillsdan hard skills. Artinya,
dengan sikap spiritual, pesertadidik akan memiliki moral atau etika yang baik dalam
kehidupannya. Selain itu, sikap ini merupakan perwujudan hubungan antara seseorang hamba
dengan Tuhan YME. Oleh karenanya, apa yang dilakukannya pun harus sesuai dengan apa yang
diperintahkan-Nya.
22. Aspek social merupakan gambaran betuk hubungan dengan sesame manusia dan juga
lingkungannya. Aspek ini kan mengajarkan kepada peserta didik tentang pentingnya hubungan
social. Disamping itu, manusia adalah makhluk social yang akan membutuhkan bantuan orang
lain. Lebih-lebih nanti setelah peserta didik menyelesaikan studinya, pasti ia akan kembali ke
masyarakat. Maka dari itu, peserta didik harus memiliki bekal yang cukup dalam
bersosialisasidengan lingkungan sekitarnya.
Adpaun aspek pengetahuan merupakan cerminan dari ilmu yang dipelajari di bangku sekolah.
Aspek ini bersifat kognitif yang diperoleh peserta didik dari materi-materi yang diajarkan dalam
kegiatan pembelajaran. Melalui aspek pengetahuan, harapanyya peserta didik mampu memahami
dan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan sebaik-baiknya. Sementara aspek
ketrampilan adalah kemampuan untuk melatih kretivitas peserta didik dalam mengolah dan
menyajikan materi-materi yang diperoleh di sekolah. Aspek ini lebih menkankan kepada
kemampuan psikomotor peserta didik. 11
11 M. Fadlillah, Implementasi Kurikulum 2013 dalam pembelajaran SD/MI, SMP/Mts& SMA/ MA. (Yogyakarta:Ar
Ruz Media, 2014) hal 48
23. Kompetensi Inti
Kompetensi inti ibarat anak tangga yang harus dilalui peserta didik untuk sampai pada
kompetensi lulusan jenjang satuan pendidikan. Kompetensi inti meningkat seiring dengan
meningkatnya usia peserta didik yang dinyatakan dengan meningkatnya kelas. Melalui
pencapain dan perwujudan kompetensi inti, integrasi vertical antar kompetensi dasar dapat
dijamin, dan peningkatan kemampuan peserta dari kelas ke kelas dapat direncanakan. Sebagai
anak tangga menuju kompetensi lulusan kompetensi inti bersifat multidimensi. Dalam
operasionalnya, kompetensi lulusan pada ranah sikap dipecah menjadi dua, yaitu sikap spiritual
untuk membentuk peserta didik yang beriman dan bertakwa, dan kompetensi sikap social untuk
membentuk peserta didik yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab.
Kompetensi ini bukan untuk diajarkan, tetapi untuk dibentuk melaui berbagai tahapan
proses pembelajaran pada setiap mata pelajaran yang relevan. Setiap mata pelajaran harus
mengacu pada pencapaian kompetensi inti. Kompetensi inti adalah bebas dari mata pelajaran
karena tidak mewakili mata pelajaran tertentu. Kompetensi inti merupakan kebutuhan
kompetensi dari peserta didik, sedangkan mata pelajaran adalah pasokan dari kompetensi dasar
yang harus dipahami dan dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran yang tepat menjadi
kompetensi inti.
Kompetensi inti merupakan operasional Standar Kompetensi Lulusan dalam bentuk
kualitas yang harus dimiliki peserta didik yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan
pendidikan tertentu, yang menggambarkan kompetensi utama yang dikelompokkan kedalam
aspek sikap, ketrampilan dan pengetahuan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu
jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi inti harus menggambarkan kualitas yang
seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills.
24. Secara umum, pada era reformasi ini prinsip implementasi Kurikulum 2004 adalah
lahirnya KBK, yang meliputi antara lain Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), penilaian berbasis
kelas, dan pengelolaan kurikulum berbasis sekolah. Dalam hubungannya dengan KBM, proses
belajar tidak hanya berlangsung di lingkungan sekolah, tetapi di lingkungan keluarga dan
masyarakat. Kurikulum 2004 merupakan kurikulum eksperimen yang diterapkan secara terbatas
di sejumlah sekolah/madrasah untuk eksperimen Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
Ketentuan tentang kurikulum termasuk kerangka dasar dan struktur kurikulumnya serta
pengembangannya pada dasrnya ditetapkan oleh peraturan pemerintah, dalam hal ini PP
No.19/2005 tentang standar Nasional Pendidikan serta Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(baca: UU No. 20/2003 tentang sisdiknas pada Pasal 36, 37, dan 38). Selanjutnya, mendiknas
menyatakan bahwa yang benar adalah pada tahun 2006 pemerintah telah menetapkan rambu-
rambu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Hal ini sejalan dengan strategi pembangunan
pendidikan nasional seperti tercantum dalam penjelasan UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas,
yang salah satunya ialah penngembangan dan pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK). 12
12 Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2013), hal. 41.
25. TUJUAN KTSP
Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan
memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga
pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif
dalam pengembangan kurikulum.13
Secara khusus tujuan ditapkannya KTSP adalah untuk:
1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam
mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber daya yang
tersedia.
2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan
kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.
3. Meniingkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas
pendidikan yang akan dicapai.
Karakteristik KTSP
KTSP merupakan bentuk operasional penggmbangan kurikulum dalam konteks
otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan yang akan memberikan wawasan baru
terhadap system yang sedang berjalan. Karakteristik KTSP dapat dilihat antara lain
dari bagaimana sekolah dan satuan pendidikan dapat mengoptimalkan kinerja, proses
pembelajaran, pengelolaam sumber belajar, profesionalisme tenaga kependidikan,
serta system penilaian. Maka dari itu dapat dikemukakan beberapa karakteristik
KTSP antara lain: pemberian otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan,
13 E Mulyasa, KTSP: sebuah panduan praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009). Hal. 22
26. partisipasi masyarakat dan orang tua yang tinggi, kepemimpinan yang demokratis dan
professional, serta team kerja yang kompak dan transparan.14
Dalam pandangan E Mulyasa, KTSP akan sangant dekat dan bersahabat dengan guru,
kepala sekolah, komite sekolah dan dewan pendidikan karena mengingat bahwa
penyusunan KTSP diserahkan pada satuan pendidikan, sekolah, dan daerah masing-
masing dan mereka terlibat secara langsung dalam proses penyusunannya dan guru
yang akaln melaksanakan danlam proses pembalajarann dikelas, sehingga memahami
betul apa yang harus dilakukan dalam pembelajaran sehubungan dengan kekuatan,
kelamahan, peluang dan tantangan, yang dimiliki oleh setiap satuan pendidikan di
daerah masing-masing. Keterlibatan guru, kepala sekolah dan masyarakat yang
tergabung dalam komite sekolah dan dewan pendidikan dalam pengambilan
keputusan akan membangkitkan rasa kepemilikan yang lebih tinggi terhadap
kurikulum, sehingga mendorong untuk mendayagunakan sumber daya yang ada
seefisien mungkin untuk mencapai hasil yang optimal. Konsep ini menurut Mulyasa
didasarkan pada Self Determination Theory yang mengatakan bahwa jika seseorang
memiliki kekuasaan dalam pengambilan keputusan maka akan memiliki tanggung
jawab yang besar untuk melaksakan keputusan itu yang nantinya akan berdampak
pada keberlangsungan pelaksanaan kurikulum tersebut.15
Dalam Undang-Undang Sisdiknas dikemukakan bahwa Standar Nasional Pendidikan
(SNP) terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana
dan prasarana, pengelolaaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus
14 E Mulyasa, KTSP: sebuah panduan praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009). Hal. 29
15 E Mulyasa, KTSP: sebuah panduan praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009). Hal. 40
27. ditingkatkan secara brencana dan berkala. SNP digunakan sebagai acuan
pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengeloalaan,
dan pembiayaan. Pengembangan standar nasional pendidikan serta pemantuan dan
pelaporan pencapaian secara nasional dilaksanakan oleh suatu badan standarisasi,
penjaminan, dan pengendalian mutu pendidikan.16
Lebih lanjut dikemukakan bahwa kurikulum sesuai jenjang pendidikan dan
memperhatikan peningkatan iman dan takwa, peningkatan akhlak mulia, peningkatan
potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik, keragaman potensi daerah dan
lingkungan, tuntutan pembangunan daerah dan nasional, tuntutan dunia kerja,
perkembangan dunia kerja, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni,
agama, dinamika perkembangan global, persatuan nasional dan nilai-nilai
kebangsaan.17
Dalam KTSP, satuan pendidikan mempunyai tujuan dalam pengembangan kurikulum.
Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan untuk pendidikan dasar, menengah, dan
kejuruan adalah sebagai berikut18
:
a. Pendidikan dasar, yang meliputi SD/MI/SDLB/Paket A dan
SMP/MTs/SMPLB/Paket B bertujuan: meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
16 E Mulyasa, KTSP: sebuah panduan praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009). Hal. 24
17 E Mulyasa, KTSP: sebuah panduan praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009). Hal. 25
18 E Mulyasa, KTSP: sebuah panduan praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009). Hal. 178
28. b. Pendidikan menengah yang terdiri dari SMA/MA/SMALB/Paket C bertujuan:
menigkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
c. Pendidikan menengah Kejuruan yang terdiri atas SMK/MAK bertujuan:
meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai
dengan kejuruannya.