Sumber bahan pangan alternatif adalah sumber bahan makanan selain makanan pokok (nasi) yang kandungan kalori dan gizinya menyerupai nasi. Sumber bahan pangan biasanya berasal dari tanaman contohnya jagung dan sagu
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
BERAS/PADI JAGUNG SAGU
1. Proses Pra panen, Pasca Panen, dan Pengolahan Beras serta
Bahan Pangan Alternatif (Jagung dan Sagu)
LA ODE AGUS SALIM (F1C1 13 068)
DEBBY ZULFITRI CAHYUNI (F1C1 13 012)
NONONG ISDAYANTI (F1C1 13 025)
SAMRIANA (F1C1 12 013)
AFFANDI (F1C1 12 048)
Kelompok VII
Jurusan Kimia
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Halu Oleo
Kendari
2016
BIOKIMIA PANGAN
KIM 6444
2. BERAS/PADI
JAGUNG SAGU
Sumber bahan pangan alternatif adalah sumber bahan makanan selain makanan
pokok (nasi) yang kandungan kalori dan gizinya menyerupai nasi. Sumber
bahan pangan biasanya berasal dari tanaman
PENDAHULUAN
Bahan Pangan Alternatif
3. BERAS
Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan Plantae
Divisio Spermatophyta
Sub divisio Angiospermae
Kelas Monocotyledoneae
Ordo Poales
Famili Graminae
Genus Oryza Linn
Spesies Oryza sativa L.
Morfologi tanaman padi antara
lain :
Vegetatif Generatif
Akar Malai
Batang Buah
padi
Anakan
Daun
Padi (Oryza sativa)
merupakan salah satu
tanaman budidaya yang
termasuk tanaman berumur
pendek
Kandungan Gizi Beras dan Nasi
(dalam 100 gr bahan)
Beras merupakan bahan pangan pokok
yang berasal tumbuhan padi
4. Disebabkan karena adanya perbedaan gen yang mengatur warna aleuron (lapisan terluar),
warna endosperma (tempat tersimpannya pati dan protein) serta komposisi pati pada
endosperma
Antosianin
Jenis-jenis
Beras
Berwarna putih agak
transparan karena hanya
memiliki sedikit aleuron, dan
kandungan amilosa umumnya
sekitar 20%
Aleuron mengandung gen yang
memproduksi antosianin yang
merupakan sumber warna merah
atau ungu
Aleuron dan endosperma
memproduksi antosianin dengan
kadar yang banyak sehingga
berwarna ungu pekat mendekati
hitam
Berwarna putih dan tidak
transparan karena memiliki
aleuron banyak dan hampir
seluruh patinya merupakan
amilopektin.
Amilopektin
Amilosa
Beras Ketan
4
Beras Biasa
1
Beras Merah
2
Beras Hitam
3
5. Benih Padi
Digunakan sebagai bahan
penyusun pertumbuhan di
daerah titik-titik tumbuh
Embrio
(calon tanaman baru)
Sebagai bahan bakar
respirasi
Mengalami proses katabolisme
menjadi senyawa sederhana
(glukosa dan asam amino)
Pati dan Protein
(terletak dalam endosperma)
Prapanen
6. Katabolisme pati oleh amilase menjadi glukosa dalam benih
Pati
α-amilase
Oligosakarida
(larut)
β-amilase
α-glucosidase
GlukosaMaltosa
O
OH
H
O
HO
OH
CH2OH
*
H O OH
H
OH
OH
CH2OH
*1'
4
CHO
CH OH
CHO H
CH OH
CH OH
CH2OH
H O
OH
H
OHH
OH
CH2OH
H
O H
H
OHH
OH
CH2OH
H
O
HH H O
O
H
OHH
OH
CH2OH
H
H H O
H
OHH
OH
CH2OH
H
OH
HH O
O
H
OHH
OH
CH2OH
H
O
H
1
6
5
4
3
1
2
Prapanen
8. Benih akan tumbuh dan membentuk
anakan yang mengandung klorofil.
Klorofil akan menyerap cahaya matahari
sehingga akan terjadi proses fotosintesis
Pertumbuhan Benih
Prapanen
Struktur Klorofil
9. Proses Fotosintesis
Proses pembentukan amilum melalui fotosintesis adalah sebagai berikut :
6 CO2 + 6 H2O C6H12O6 + 6 CO2 + Energi
Menurut Salisbury and Ross (1992) amilum terbentuk dari
hasil fotosintesis. Pada proses fotosintesis dibutuhkan cahaya
matahari dan klorofil, apabila tidak ada cahaya matahari yang
diserap oleh klorofil maka fotosintesis tidak akan terjadi dan
amilum pun tidak akan terbentuk.
Fotosisntesi
s
Reaksi
Terang
Reaksi Gelap
12. PENGOLAHAN BERAS
• Memasak
Gelatinisasi: pati, air dan suhu panas
• Pati menyerap air, mengembang, dan kembali
ke ukuran asal pada pengeringan (reversible)
• Pada suhu tinggi, proses menjadi irreversible
(butiran-butiran pecah membentuk lem pati,
dan larutan menjadi kental
Amilosa Nasi
+ dipanaskan
Grafik hubungan antara kekentalan pati dengan temperatur
13. Beberapa jenis beras mengeluarkan aroma wangi bila ditanak. Bau ini muncul karena beras
melepaskan senyawa aromatik yang memberikan efek wangi. Sifat ini diatur secara genetik
dan menjadi objek rekayasa genetika beras. senyawa utama yang menyebabkan aroma
wangi pada padi adalah 2-asetil-1-pirolin (Buttery et al. 1983; Paule & Powers 1989).
Lanjutan (Aroma Wangi Beras)
Struktur 2-asetil-1-pirolin
14. Kerusakan padi saat panen
Kerusakan Kimia dan Enzimatis
Jika proses penyosohan kurang bersih, maka
bekatul (kaya lemak) yang masih menempel
pada beras mengalami oksidasi oleh udara dan
enzim penghasil senyawa asam lemak yang
berbau tengik.
Kerusakan Biologis
Serangan serangga seperti kutu beras sering
terjadi saat proses penyimpanan
. Kerusakan Mikroba
Serangan mikro organisme misalnya jamur.
Pertumbuhan jamur menyebabkan warna beras
menjadi kuning kehitaman dan berbau apek
1
2
3
15. PASCA PANEN
1. Umur panen
Proses panen ditentukan oleh kadar air gabah dan umur padi yang dihitung sejak padi
berbunga. Biasanya panen dilakukan pada 30 – 35 hari setelah padi berbunga.
2. Perontokan
Perontokan bertujuan melepas butir gabah dari malainya yang dapat dilakukan secara manual
maupun mengunakan alat dan mesin.
3. Pengeringan
Pengeringan gabah bertujuan untuk menurunkan kadar air dalam gabah melalui proses
penguapan air gabah.
Pengeringan dapat dilakukan dengan cara penjemuran menggunakan sinar matahari.
Pengeringan juga dapat dilakukan dengan mesin pengering buatan (artficial dryer)
16. Lanjutan . . .
4. Penyimpanan
Pada masa penyimpanan gabah faktor lingkungan yang paling
berpengaruh adalah suhu, kelembaban udara. Sedangkan faktor
biologis yang berpengaruh yaitu hama gudang dan mikro organisme
perusak biji.
5. Penggilingan
Sebelum penggilingan, gabah dikeringkan terlebih dahulu sampai
kadar air mencapai 12 – 14% untuk menghindari butir pecah.
Penggilingan merupakan proses untuk mengubah gabah menjadi
beras. Proses penggilingan gabah meliputi pengupasan sekam,
pemisahan gabah, penyosohan, penyimpanan.
17. Jagung (Zea mays L) merupakan tanaman semusim
dan rumputan/graminase yang mempunyai batang
tunggal
Menurut Sugiyono et all., (2004), dilihat dari nilai
gizinya,, kandungan mineral dan vitamin antara beras
dan jagung juga hampir sama
No Nutrisi Kandungan Nutrisi
1 Energi 129 kal
2 Protein 4,2 g
3 Lemak 1,3 g
4 Karbohidrat 30,3 g
5 Serat 2,9 g
6 Kalsium 5 g
7 Fosfor 108 mg
8 Zat besi 1,1 mg
9 Vitamin A 117 IU
10 Vitamin B1 0,18 mg
11 Vitamin C 9 mg
12 Air 63,5 g
JAGUNG
Kandungan Nutrisi pada Jagung
18. Lanjutan
Warna kuning pada jagung dikarenakan kandungan karotenoid. Jagung
kuning mengandung karotenoid berkisar antara 6,4-11,3 μg/g, 22%
diantaranya beta-karoten dan 51% xantofil.,
xantofil
1. Tunicata (Podcorn, jagung bersisik,)
2. Indentata (Dent, jagung gigi-kuda)
3. Indurata (Flint, jagung mutiara)
4. Saccharata (Sweet, jagung manis)
5. Everta (Popcorn, jagung berondong)
6. Amylacea (Floury corn, jagung tepung)
7. Glutinosa (Sticky/glutinuous corn, jagung ketan)
Berdasarkan ciri bijiannya, dikenal enam jagung :
19. JAGUNG
Pertumbuhan tanaman jagung dibagi ke dalam tiga fase :
saat proses imbibisi air
yang ditandai dengan
pembengkakan biji sampai
dengan sebelum
munculnya daun pertama;
Fase perkecambahan1 Fase mulai munculnya daun pertama yang
terbuka sempurna sampai tasseling dan
sebelum keluarnya bunga betina (silking),
fase ini diidentifiksi dengan jumlah daun
yang terbentuk
pertumbuhan vegetatif2
Fase pertumbuhan setelah
silking sampai masak
fisiologis
Reproduktif3
Prapanen
20. Perkecambahan biji jagung
• Perkecambahan benih jagung terjadi ketika
radikula muncul dari kulit biji. Benih jagung akan
berkecambah jika kadar air benih pada saat di
dalam tanah meningkat > 30% (McWilliams et
al. 1999). Proses perkecambahan benih jagung,
mula-mula benih menyerap air melalui proses
imbibisi dan benih membengkak yang diikuti oleh
kenaikan aktivitas enzim dan respirasi yang tinggi.
• Perubahan awal sebagian besar adalah katabolisme
pati, lemak, dan protein yang tersimpan
dihidrolisis menjadi zat-zat yang mobil, gula,
asam-asam lemak, dan asam amino yang dapat
diangkut ke bagian embrio yang tumbuh aktif.
Prapanen
21. Pertumbuhan generatif
Pertumbuhan vegetatif
Biji jagung terdiri dari kulit ari (pericarp), lembaga (germ),
tip cap dan endosperma. Sebagian besar pati (85 %) terdapat
pada endosperma. Pati terdiri dari raksi amilopektin (73 %)
dan amilosa (27 %). Serat kasar terutama terdapat pada kulit
ari. Komponen utama serat kasar adalah hemiselulosa
(41,16 %). Gula terdapat pada lembaga (57 %) dan
endosperma (15 %). Protein sebagian besar terdapat pada
endosperma (White 1994).
Lanjutan
Prapanen
22. PENGOLAHAN
• Granula pati dapat menyerap air dan
membengkak, tetapi tidak dapat kembali
seperti semula (retrogradasi). Air yang
terserap dalam molekul menyebabkan
granula mengembang.
• Pada proses gelatinisasi terjadi pengrusakan
ikatan hidrogen intramolekuler. Ikatan
hidrogen berperan mempertahankan struktur
integritas granula. Terdapatnya gugus
hidroksil bebas akan menyerap air, sehingga
terjadi pembengkakan granula pati.
Merebus Jagung
23. Rasa Manis Jagung
Lanjutan
Rasa manis yang muncul pada setiap biji jagung manis itu dikendalikan oleh gen resesif yang
berfungsi sebagai penghambat proses pembentukan gula menjadi pati. Sehingga rasa manisnya
bisa mencapai empat atau bahkan delapan kali lipat.
24. SAGU
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Classis : Monocotyledoneae
Ordo : Arecales
Familia : Arecaceae
Genus : Metroxylon
Spesies : Metroxylon sagu
Sagu (Metroxylon sagu Rottb.)
merupakan tanaman penghasil pati
yang sangat potensial di masa yang
akan datang.
Perbandingan kandungan gizi sagu dengan nasi per 100 gr, yaitu :
25. Komponen terbesar yang terkandung dalam sagu adalah pati. Pati sagu tersusun atas dua fraksi penting
yaitu amilosa yang merupakan fraksi linier dan amilopektin yang merupakan fraksi cabang. Kandungan
amilopektin pati sagu adalah 73%± 3.
Struktur Kimia Amilopektin
Struktur Amilosa
Fraksi yang larut dalam air disebut amilosa dan fraksi
yang tidak larut disebut amilopektin Knight (1986)
26. SAGU
Diawali dengan fase
pertumbuhan anakan atau
semaian, selanjutnya
memasuki fase sapihan yaitu
telah muncul sistem
perakaran pada anakannya
Tanaman sagu sudah siap
untuk dipanen batangnya
Anakan telah tumbuh mandiri
dan telah membentuk pelepah
daun yang keras
Sebagian duri pada pelepah
daun telah lenyap
Fase generatif
Fase duri
Fase daun pendek
Fase tiang
1
2
3
4
Prapanen
27. Pengolahan Sagu
Menurut Knight (1986) suhu glatinasi
pati sagu sekitar 60-72oC, tetapi menurut
Wirakartakusumah (1986) sekitar 72-
90oC
Struktur amilopektin
Struktur kimia amilopektin yang bercabang, menyebabkan struktur
gel yang terbentuk lebih kompak dan lebih kuat dari pada amilosa.
Sifat inilah yang menyebabkan mengapa sagu menjadi lengket
Penyelidikan terhadap senyawa radioaktif tambahan yang terbentuk dengan cepat dari C14O2 memastikan adanya gula fosfat lainnya yang mengandung empat, lima, enam, dan tujuh karbon. Dengan memperhatikan urutan waktu setiap gula fosfat mendapatkan tanda dari C14O2 , dan kemudian merombaknya untuk menetapkan atom mana yang mengandung C14, sehingga dapat diketahui lintasan metabolisme yang menghubungkan senyawa satu
dengan senyawa lainnya.
Amilopektin memberikan sifat lengketpada beras. Semakin banyak amilopektinnya, semakin lengket nasi yang dihasilkan oleh beras tersebut.
Tiap 6 molekul karbon dioksida yang diikat dihasilkan 12 PGAL.
Dari 12 PGAL, 10 molekul kembali ke tahap awal menjadi RuBp, dan seterusnya RuBp akan mengikat CO2 yang baru.
Dua PGAL lainnya akan berkondensasi menjadi glukosa 6 fosfat. Molekul ini merupakan prekursor (bahan baku) untuk produk akhir menjadi molekul sukrosa yang merupakan karbohidrat untuk diangkut ke tempat penimbunan tepung pati yang merupakan karbohidrat yang tersimpan sebagai cadangan makanan)
Beras dapat berubah menjadi nasi karena adanya reaksi pati dengan air pada suhu yang tinggi. Granula pati akan menyerap air dan akan mengembang saat suhu tinggi. Ketika suhu gelatinisasi tercapai, dinding sel granula memecah sehingga pati akan mengental (gelatin).
Perubahan beras menjadi nasi terjadi karena adanya gelatinasi pada granula pati yang terdapat dalam beras. Bila pati mentah dimasukkan ke air dingin, granula patinya akan menyerap air dan membengkak. Akan tetapi, jumlah air yang terserap sedikit yaitu sekitar 30% dan pembengkakkannya pun terbatas. Pembengkakkan ini terjadi karena energi kinetik air lebih kuat daripada gaya tarik-menarik antar molekul granula pati, sehingga air dapat masuk ke dalam butir-butir pati. Penyerapan air dan pembengkakkan granula pati dapat ditingkatkan dengan cara menaikkan suhu (Winarno, 1992)
Makin tinggi kandungan amilosa, kemampuan pati untuk menyerap air dan mengembang menjadi lebih besar karena amilosa mempunyai kemampuan membentuk ikatan hidrogen yang lebih besar daripada amilopektin
Karotenoid adalah pigmen organik yang ditemukan dalam kloroplas dan kromoplas tumbuhan dan kelompok organisme lainnya seperti alga("ganggang"), sejumlah bakteri (fotosintentik maupun tidak), dan beberapa fungi (non-fotosintetik) [1]. Karotenoid dapat diproduksi oleh semua organisme tersebut dari lipid dan molekul-molekul penyusun metabolit organik dasar.
Beta karoten adalah senyawa yang memberikan warna jingga pada wortel, labu, dan ubi, dan merupakan senyawa karoten yang paling umum pada tumbuhan.
Xantofil umumnya menghasilkan warna kuning, sesuai dengan nama kelas yang diberikan (bahasa Yunani Kuna ξανθός, xanthos, berarti "kuning"). Warna terjadi karena atom-atom karbon ikatan rangkap berinteraksi satu sama lain dalam proses yang disebut konjugasi, yang memungkinkan elektron dalam molekul untuk bergerak bebas akibat terjadinya resonansi ikatan rangkap. Seiring dengan peningkatan jumlah ikatan rangkap, elektron-elektron yang terkait dengan sistem terkonjugasi memiliki lebih banyak ruang untuk bergerak, dan membutuhkan energi lebih sedikit untuk mengubah strukturnya. Hal ini menyebabkan penurunan energi cahaya yang diserap oleh molekul. Semakin tinggi frekuensi cahaya yang diserap dari ujung pendek spektrum yang terlihat, akan menghasilkan penampilan senyawa yang semakin merah
Perkecambahan benih jagung terjadi ketika radikula muncul dari kulit biji. Benih jagung akan berkecambah jika kadar air benih pada saat di dalam
tanah meningkat > 30% (McWilliams et al. 1999). Proses perkecambahan benih jagung, mula-mula benih menyerap air melalui proses imbibisi dan
benih membengkak yang diikuti oleh kenaikan aktivitas enzim dan respirasi yang tinggi. Perubahan awal sebagian besar adalah katabolisme pati, lemak,
dan protein yang tersimpan dihidrolisis menjadi zat-zat yang mobil, gula, asam-asam lemak, dan asam amino yang dapat diangkut ke bagian embrio
yang tumbuh aktif.
Pada awal perkecambahan, koleoriza memanjang menembus pericarp, kemudian radikel menembus koleoriza. Setelah radikel muncul, kemudian empat akar seminal lateral juga muncul. Pada waktu yang sama atau sesaat kemudian plumule tertutupi oleh koleoptil. Koleoptil terdorong ke atas oleh pemanjangan mesokotil, yang mendorong koleoptil ke permukaan tanah. Mesokotil berperan penting dalam pemunculan kecambah ke atas tanah. Ketika ujung koleoptil muncul ke luar permukaan tanah, pemanjangan mesokotil terhenti dan plumul muncul dari koleoptil dan menembus permukaan tanah.
Fase V3-V5 (jumlah daun yang terbuka sempurna 3-5)
Fase ini berlangsung pada saat tanaman berumur antara 10-18 hari setelah
berkecambah. Pada fase ini akar seminal sudah mulai berhenti tumbuh,
akar nodul sudah mulai aktif, dan titik tumbuh di bawah permukaan tanah.
Suhu tanah sangat mempengaruhi titik tumbuh. Suhu rendah akan
memperlambat keluar daun, meningkatkan jumlah daun, dan menunda
terbentuknya bunga jantan (McWilliams et al . 1999).
Fase V6-V10 (jumlah daun terbuka sempurna 6-10)
Fase ini berlangsung pada saat tanaman berumur antara 18 -35 hari setelah
berkecambah. Titik tumbuh sudah di atas permukaan tanah, perkembangan akar dan penyebarannya di tanah sangat cepat, dan pemanjangan batang
meningkat dengan cepat. Pada fase ini bakal bunga jantan (tassel ) dan
perkembangan tongkol dimulai (Lee 2007). Tanaman mulai menyerap hara
dalam jumlah yang lebih banyak, karena itu pemupukan pada fase ini
diperlukan untuk mencukupi kebutuhan hara bagi tanaman (McWilliams
et al. 1999).
Fase V11- Vn (jumlah daun terbuka sempurna 11 sampai daun terakhir
15-18)
Fase ini berlangsung pada saat tanaman berumur antara 33-50 hari setelah
berkecambah. Tanaman tumbuh dengan cepat dan akumulasi bahan kering
meningkat dengan cepat pula. Kebutuhan hara dan air relatif sangat tinggi
untuk mendukung laju pertumbuhan tanaman. Tanaman sangat sensitif
terhadap cekaman kekeringan dan kekurangan hara. Pada fase ini,
kekeringan dan kekurangan hara sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tongkol, dan bahkan akan menurunkan
jumlah biji dalam satu tongkol karena mengecilnya tongkol, yang akibatnya
menurunkan hasil (McWilliams et al. 1999, Lee 2007). Kekeringan pada fase
ini juga akan memperlambat munculnya bunga betina ( silking ).
Fase Tasseling (berbunga jantan)
Fase tasseling biasanya berkisar antara 45-52 hari, ditandai oleh adanya
cabang terakhir dari bunga jantan sebelum kemunculan bunga betina ( silk /
rambut tongkol). Tahap VTdimulai 2-3 hari sebelum rambut tongkol muncul,
di mana pada periode ini tinggi tanaman hampir mencapai maksimum dan
mulai menyebarkan serbuk sari (pollen ). Pada fase ini dihasilkan biomas maksimum dari bagian vegetatif tanaman, yaitu sekitar 50% dari total bobot
kering tanaman, penyerapan N, P , dan K oleh tanaman masing-masing 60-70%, 50%, dan 80-90%.
Fase R1 (silking)
Tahap silking diawali oleh munculnya rambut dari dalam tongkol yang
terbungkus kelobot, biasanya mulai 2-3 hari setelah tasseling . Penyerbukan
(polinasi) terjadi ketika serbuk sari yang dilepas oleh bunga jantan jatuh
menyentuh permukaan rambut tongkol yang masih segar. Serbuk sari
tersebut membutuhkan waktu sekitar 24 jam untuk mencapai sel telur
( ovule ), di mana pembuahan ( fertilization ) akan berlangsung membentuk
bakal biji. Rambut tongkol muncul dan siap diserbuki selama 2-3 hari.
Rambut tongkol tumbuh memanjang 2,5-3,8 cm/hari dan akan terus
memanjang hingga diserbuki. Bakal biji hasil pembuahan tumbuh dalam
suatu struktur tongkol dengan dilindungi oleh tiga bagian penting biji, yaitu
glume, lemma, dan palea, serta memiliki warna putih pada bagian luar biji.
Bagian dalam biji berwarna bening dan mengandung sangat sedikit cairan.
Pada tahap ini, apabila biji dibelah dengan menggunakan silet, belum terlihat
struktur embrio di dalamnya. Serapan N dan P sangat cep at, dan K hampir
komplit (Lee 2007).
Proses gelatinasi terjadi apabila granula pati dipanaskan di dalam air, maka energi panas akan menyebabkan ikatan hidrogen terputus, dan air masuk ke dalam granula pati. Air yang masuk selanjutnya membentuk ikatan hidrogen dengan amilosa dan amilopektin. Meresapnya air ke dalam granula menyebabkan terjadinya pembengkakan granula pati. Ukuran granula akan meningkat sampai batas tertentu sebelum akhirnya granula pati tersebut pecah. Pecahnya granula menyebabkan bagian amilosa dan amilopektin berdifusi keluar. Proses masuknya air ke dalam pati yang menyebabkan granula mengembang dan akhirnya pecah. Karena jumlah gugus hidroksil dalam molekul pati sangat besar, maka kemampuan menyerap air sangatlah besar pula. Terjadi peningkatan viskositas disebabkan air yang dulunya berada di luar granula dan bebas bergerak sebelum suspense dipanaskan, kini sudah berada dalam butir-butir pati dan tidak dapat bergerak bebas lagi.
Setidaknya ada delapan gen resesif yang banyak dikembangkan pada varietas jagung manis komersial, yaitu: gen amylose-extender 1 (ae1) yang terdapat pada kromosom nomor 5, gen brittle 1 (bt1) pada kromosom 5, gen brittle 2 (bt2) pada kromosom 4, gen sugary 1 (su1) pada kromosom 4, gen dull 1 (du1) pada kromosom 10, gen sugary enhancer 1 (se1) pada kromosom 2C, gen waxy 1 (wx1) pada kromosom 9, dan gen shrunken 2 (sh2) yang ada pada kromosom nomor 3.
Struktur kimia amilopektin yang bercabang, menyebabkan struktur gel yang terbentuk lebih kompak dan lebih kuat dari pada amilosa. Sifat inilah yang menyebabkan mengapa beras ketan lebih lengket dari pada beras biasa (beras non-ketan),