SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
Download to read offline
[DIPUBLIKASIKAN PADA JURNAL ILMIAH
EKONOMIKA UNIVERSITAS BATURAJA VOLUME 9
NOMOR 1, APRIL 2016, HAL. 109 -124.]
* Dosen PNS Kopertis Wilayah II dipekerjakan pada STIE Rahmaniyah Sekayu
DAMPAK PENERAPAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR 122/PMK.010/2015 TENTANG PERUBAHAN PENGHASILAN
TIDAK KENA PAJAK (PTKP) TERHADAP PERHITUNGAN PAJAK
PENGHASILAN TERUTANG BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
(Studi Kasus Pada PT. MUFALQI Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin)
Farida Aryani*
ABSTRACT
The non-taxable income is a reflection of basic need for personal tax payer that
may not be charged for the tax. The non-taxable income is amount of income that
could be lessened for the net-income of personal tax payer, so that it could be
achieved taxable income. The available obligation that is considered in non
taxable income is based on the condition of the tax payer in the early year. The
non taxable income as explained in the rules of the financial minister No.
162/PMK.011/2012 has been changed by the government with the decision of
financial minister No.122/PMK.010/2015 about the adjustment of the amount for
the non taxable income. This change gives effects for the increasing amount of the
non taxable income that is 48.13%, so that it causes the decreasing amount of
income tax as explained in the chapter 21 of the tax payer that must be cut for the
income received 43.74%. The decreasing of income tax will increase the
purchasing power for the tax payer due to the fact that the amount of net income
for the tax payer is bigger than before. Besides, the decreasing amount of income
tax gives effect for the surplus of the tax payment. For the surplus of the tax
payment, the mechanism of tax administration requires the tax cutter to cut or
collect the tax for personal tax payer to do revision or recalculation the unpaid
tax for the previous tax term from January to June due to the fact that this rule
was issued on June 29, 2015, but it is applied since January 2015 and also report
back the annual tax notification – term of the tax accurately based on the rules of
the newest non taxable income.
Keywords: Income Tax, Non-Taxable Income, Taxable Income.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berdasarkan perkembangan di bidang ekonomi dan moneter serta
perkembangan harga kebutuhan pokok yang semakin meningkat, serta untuk
melaksanakan ketentuan Pasal 7 ayat (3) Undang-Undang Nomor 7 TAHUN
1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 36 TAHUN 2008, maka pemerintah memandang
perlu untuk melakukan penyesuaian terhadap ketentuan mengenai besarnya
[DIPUBLIKASIKAN PADA JURNAL ILMIAH
EKONOMIKA UNIVERSITAS BATURAJA VOLUME 9
NOMOR 1, APRIL 2016, HAL. 109 -124.]
* Dosen PNS Kopertis Wilayah II dipekerjakan pada STIE Rahmaniyah Sekayu
penghasilan tidak kena pajak. Dalam rangka penyesuaian terhadap besarnya
penghasilan tidak kena pajak, Menteri Keuangan telah mengadakan pertemuan
konsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia pada tanggal 25
Juni 2015, sehingga pemerintah melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor
122/PMK.010/2015 menetapkan tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan
Tidak Kena Pajak pada tanggal 29 Juni 2015.
Diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 122/PMK.010/2015
ini, berarti Peraturan Menteri Keuangan Nomor 162/PMK.011/2012 dinyatakan
dicabut dan tidak berlaku lagi sejak diundangkannya peraturan PTKP yang
terbaru. Dengan demikian penerapan PTKP berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 162/PMK.011/2012 ini hanya berlaku sampai dengan 31
Desember 2014. Meskipun Peraturan Menteri Keuangan Nomor 122/
PMK.010/2015 ditetapkan pada tanggal 29 Juni 2015, namun pelaksanaan efektif
diberlakukan mulai tahun pajak 2015, artinya peraturan ini diberlakukan untuk
perhitungan pajak terhitung sejak masa pajak Januari 2015. Pemberlakuan
peraturan PTKP baru yang berlaku surut ini, tentu saja akan memberikan dampak
terhadap perhitungan pajak terhutang bagi Wajib Pajak Orang Pribadi untuk masa
pajak sebelum dan sesudah dikeluarkanya peraturan tersebut. Dalam peraturan ini
terlihat bahwa jumlah PTKP mengalami peningkatan yang cukup signifikan,
sehingga akan menurunkan jumlah dasar pengenaan pajak yaitu penghasilan kena
pajak menjadi lebih kecil dan pajak terutang juga akan menjadi lebih kecil
dibandingkan dengan pajak terutang pada masa pajak sebelumnya. Adanya
penurunan jumlah pajak terutang ini tentu saja akan meningkatkan jumlah
penghasilan bersih setelah pajak yang diterima oleh Wajib Pajak Orang Pribadi.
Dengan demikian penyesuaian besarnya PTKP diharapkan dapat
meningkatkan daya beli masyarakat yang akan dapat berdampak pada peningkatan
produk domestik bruto nasional, baik melalui konsumsi maupun peningkatan
tabungan. Guna menganalisis dampak penerapan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 122/PMK.010/2015 tentang PTKP terhadap perhitungan pajak terutang
bagi Wajib Pajak Orang Pribadi, maka penulis memilih sepuluh karyawan tetap
PT. Mufalqi Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin sebagai dasar analisis dalam
pembahasan.
[DIPUBLIKASIKAN PADA JURNAL ILMIAH
EKONOMIKA UNIVERSITAS BATURAJA VOLUME 9
NOMOR 1, APRIL 2016, HAL. 109 -124.]
* Dosen PNS Kopertis Wilayah II dipekerjakan pada STIE Rahmaniyah Sekayu
Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian diatas, penulis akan melakukan pengkajian terhadap
masalah berikut ini:
1. Bagaimana dampak perubahan PTKP terhadap perhitungan pajak terutang
Wajib Pajak Orang Pribadi untuk masa pajak baik sebelum maupun sesudah
dikeluarkannya Peraturan Kemenkeu No. 122/ PMK.010/2015?
2. Bagaimana mekanisme perpajakan atas penerapan Peraturan Kemenkeu
No.122/ PMK.010/2015 yang harus dilaksanakan oleh Wajib Pajak Orang
Pribadi/Pemotong Pajak?
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) dampak perubahan PTKP
terhadap perhitungan pajak terutang Wajib Pajak Orang Pribadi karyawan tetap
PT. Mufalqi untuk masa pajak baik sebelum maupun sesudah dikeluarkannya
Peraturan Kemenkeu No. 122/ PMK.010/2015, dan (2) mekanisme perpajakan
atas penerapan Peraturan Kemenkeu No.122/ PMK.010/2015 yang harus
dilaksanakan oleh PT. Mufalqi sebagai Wajib Pajak Pemotong Pajak Orang
Pribadi. Selanjutnya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi PT.
Mufalqi dalam menghitung pajak terutang bagi karyawan tetapnya secara tepat
dan benar sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku
serta melaksanakan mekanisme perpajakan yang benar sehingga meningkatkan
kepatuhan perpajakan.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian terapan (applied research). Sekaran
(2006:9), mengemukakan bahwa penelitian terapan yaitu penelitian yang
dilakukan untuk memecahkan masalah mutakhir yang dihadapi oleh manajer
dalam konteks pekerjaan, yang menuntut solusi tepat waktu.
Penelitian ini bersifat deskriptif, dengan berfokus pada penjelasan
sistematis tentang fakta yang diperoleh saat penelitian dilakukan, dan merupakan
penelitian kuantitatif. Penggunaan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dalam
penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran yang konkrit mengenai
[DIPUBLIKASIKAN PADA JURNAL ILMIAH
EKONOMIKA UNIVERSITAS BATURAJA VOLUME 9
NOMOR 1, APRIL 2016, HAL. 109 -124.]
* Dosen PNS Kopertis Wilayah II dipekerjakan pada STIE Rahmaniyah Sekayu
dampak penerapan Peraturan Kemenkeu No.122/ PMK.010/2015 terhadap
perhitungan pajak terutang bagi Wajib Pajak Orang Pribadi.
Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder berupa daftar
penghasilan sepuluh karyawan tetap PT. Mufalqi Sekayu Kabupaten Musi
Banyuasin.
TINJAUAN PUSTAKA
Halim, dkk (2014:65), menyatakan bahwa: untuk menghitung besarnya
Penghasilan Kena Pajak (PKP) dari Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri,
penghasilan netonya dikurangi dengan jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP). Sistem pengenaan pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Penghasilan
menempatkan keluarga sebagai satu kesatuan ekonomis, artinya penghasilan atau
kerugian dari seluruh anggota keluarga digabungkan sebagai satu kesatuan yang
dikenai pajak dan pemenuhan kewajiban pajaknya dilakukan oleh kepala
keluarga. Penghitungan besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak ditentukan
menurut keadaan wajib pajak pada awal tahun pajak atau pada awal bagian tahun
pajak.
Menurut Resmi (2014:93), Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
merupakan jumlah penghasilan tertentu yang tidak dikenakan pajak. Wajib Pajak
Orang Pribadi yang mempunyai anggota keluarga sedarah dan semenda dalam
garis keturunan lurus yang menjadi tanggungan sepenuhnya, misalnya orang tua,
mertua, anak kandung, atau anak angkat diberikan tambahan Penghasilan Tidak
Kena Pajak untuk paling banyak tiga orang. Anggota keluarga tersebut dapat
menjadi tanggungan sepenuhnya apabila tidak mempunyai penghasilan dan
seluruh biaya hidupnya ditanggung oleh Wajib Pajak.
Selanjutnya Sambodo (2015: 94), Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
merupakan cerminan kebutuhan dasar untuk hidup (basic need) si karyawan yang
tidak boleh dikenakan pajak. Berlakunya jumlah tanggungan tersebut berdasarkan
kondisi wajib pajak pada awal tahun atau awal bagian tahun pajak.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 162/PMK.011/2012 tentang
Pajak Penghasilan, besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak ditetapkan seperti
yang disajikan pada tabel 1.
[DIPUBLIKASIKAN PADA JURNAL ILMIAH
EKONOMIKA UNIVERSITAS BATURAJA VOLUME 9
NOMOR 1, APRIL 2016, HAL. 109 -124.]
* Dosen PNS Kopertis Wilayah II dipekerjakan pada STIE Rahmaniyah Sekayu
Tabel 1
PTKP Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 162/PMK.011/2012
Keterangan
Besarnya PTKP
Per Tahun (Rp)
Diri Wajib Pajak orang pribadi 24.300.000
Tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin 2.025.000
Tambahan untuk istri yang penghasilannya
digabung dengan penghasilan suami
24.300.000
Tambahan untuk setiap tanggungan (maksimal 3
orang)
2.025.000
Selanjutnya dalam rangka pemotongan Pajak Penghasilan bagi Wajib
Pajak orang pribadi dalam negeri yang menerima atau memperoleh penghasilan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk
apapun (PPh Pasal 21) dan pelaporan Pajak Penghasilan dalam SPT Tahunan PPh
Orang Pribadi Tahun 2015 dan seterusnya, maka pemerintah pada pertengahan
tahun 2015 menetapkan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sebagaimana
ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 122/PMK.010/2015,
seperti yang disajikan pada tabel 2 berikut ini:
Tabel 2
PTKP Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 122/PMK.010/2015
Keterangan Besarnya PTKP
Per Tahun (Rp)
Diri Wajib Pajak orang pribadi 36.000.000
Tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin 3.000.000
Tambahan untuk istri yang penghasilannya
digabung dengan penghasilan suami
36.000.000
Tambahan untuk setiap tanggungan (maksimal 3
orang)
3.000.000
[DIPUBLIKASIKAN PADA JURNAL ILMIAH
EKONOMIKA UNIVERSITAS BATURAJA VOLUME 9
NOMOR 1, APRIL 2016, HAL. 109 -124.]
* Dosen PNS Kopertis Wilayah II dipekerjakan pada STIE Rahmaniyah Sekayu
Meskipun perubahan PTKP ini dikeluarkan bulan Juni 2015, namun
diberlakukan mulai 1 Januari 2015 dan efektif diterapkan bulan Agustus 2015.
Hal ini tentu saja akan berdampak pada jumlah pajak penghasilan yang akan
dipotong atas penghasilan wajib pajak orang pribadi serta pelaporan SPT- Masa
Pajak sebelum diterapkannya peraturan ini.
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa selain diri wajib pajak,
Penghasilan Tidak Kena Pajak diperkenankan juga untuk wajib pajak yang
mempunyai anggota keluarga sedarah dan semenda dalam garis keturunan lurus
yang menjadi tanggungan sepenuhnya, misalnya orang tua, mertua, anak kandung,
anak angkat, diberikan tambahan Penghasilan Tidak Kena Pajak untuk paling
banyak 3 (tiga) orang.
Tambahan PTKP untuk Anggota Keluarga Sedarah dan Semenda yang
Menjadi Tanggungan
Wajib Pajak yang mempunyai anggota keluarga sedarah dan semenda
dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi tanggungan
sepenuhnya diberikan tambahan Penghasilan Tidak Kena Pajak untuk paling
banyak 3 (tiga) orang. Yang dimaksud dengan anggota keluarga yang menjadi
tanggungan sepenuhnya adalah anggota keluarga yang tidak mempunyai
penghasilan dan seluruh biaya hidupnya ditanggung oleh Wajib Pajak.
Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata, pengertian kekeluargaan
sedarah adalah pertalian kekeluargaan antara orang-orang dimana yang seorang
adalah keturunan dari yang lain, atau antara orang-orang yang mempunyai bapak
asal yang sama. Hubungan kekeluargaan sedarah dihitung dengan jumlah
kelahiran. Setiap kelahiran disebut derajat. Urutan derajat yang satu dengan
derajat yang lain disebut garis. Garis lurus adalah urutan derajat antara orang-
orang dimana yang satu merupakan keturunan yang lain. Dalam garis lurus,
dibedakan garis lurus kebawah dan garis lurus keatas. Garis lurus kebawah
merupakan hubungan antara bapak asal dan keturunannya; sedangkan garis lurus
keatas adalah hubungan antara seseorang dan mereka yang menurunkannya.
Selanjutnya kekeluargaan semenda adalah suatu pertalian kekeluargaan
karena perkawinan, yaitu pertalian antara salah seorang dari suami-istri dan
[DIPUBLIKASIKAN PADA JURNAL ILMIAH
EKONOMIKA UNIVERSITAS BATURAJA VOLUME 9
NOMOR 1, APRIL 2016, HAL. 109 -124.]
* Dosen PNS Kopertis Wilayah II dipekerjakan pada STIE Rahmaniyah Sekayu
keluarga sedarah dari pihak lain. Derajat kekeluargaan semenda dihitung dengan
cara menghitung yang sama seperti cara menghitung derajat kekeluargaan
sedarah. Pengertian keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus adalah: ayah,
ibu dan anak kandung. Sedangkan yang termasuk dalam pengertian keluarga
semenda dalam garis keturunan lurus adalah: ayah mertua, ibu mertua, dan anak
tiri.
Anggota keluarga sedarah dan semenda berikut ini tidak dapat
diperhitungkan sebagai tanggungan untuk penghitungan tambahan PTKP:
 Saudara kandung, karena termasuk dalam pengertian keluarga sedarah
kesamping satu derajat.
 Saudara ipar, karena termasuk dalam pengertian keluarga semenda ke samping
satu derajat.
 Saudara dari bapak/ibu, karena tidak termasuk dalam pengertian keluarga
sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus.
Anak yang Telah Memiliki Penghasilan Sendiri
Dalam menghitung penghasilan kena pajak, penghasilan anak yang belum
dewasa digabung dengan pengahsilan orang tuanya. Dengan demikian, meskipun
anak tersebut telah memiliki pengahsilan sendiri dalam menghitung PTKP tetap
diperhitungkan sebagai tanggungan Wajib Pajak (orang tuanya). Pengertian belum
dewasa menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata adalah mereka yang
belum mencapai umur genap dua puluh satu tahun dan tidak kawin sebelumnya.
Sedangkan menurut Undang-undang Pajak adalah anak yang belum berumur 18
(delapan belas) tahun dan belum pernah menikah.
Penghasilan yang diperoleh atau diterima anak yang telah dewasa (telah
berumur 18 tahun atau lebih) akan dikenakan pajak tersendiri. Anak yang telah
berumur 18 tahun atau lebih dan telah memperoleh penghasilan sendiri, tidak lagi
diperhitungkan sebagai tanggungan dalam menghitung besarnya PTKP.
Sebaliknya apabila Wajib Pajak mempunyai anak yang telah berumur 18
tahun atau lebih, tetapi masih menjadi tanggungan sepenuhnya Wajib Pajak (dan
belum menikah), anak tersebut masih diperhitungkan sebagai tanggungan Wajib
Pajak dalam menghitung besarnya PTKP.
[DIPUBLIKASIKAN PADA JURNAL ILMIAH
EKONOMIKA UNIVERSITAS BATURAJA VOLUME 9
NOMOR 1, APRIL 2016, HAL. 109 -124.]
* Dosen PNS Kopertis Wilayah II dipekerjakan pada STIE Rahmaniyah Sekayu
Tambahan PTKP Untuk Anak Angkat
Selain untuk anggota keluarga sedarah dan semenda dalam garis keturunan
lurus satu derajat, tambahan PTKP juga diberikan untuk Wajib Pajak yang
memiliki tanggungan anak angkat. Namun demikian jumlah tanggungan yang
diperhitungkan dalam PTKP dibatasi maksimum 3 orang.
Pengertian anak angkat dalam penghitungan PTKP bukanlah pengertian
anak angkat sebagaimana dalam masyarakat sehari-hari yaitu seorang anak yang
diakui dan diangkat sebagai anak, dan juga bukanlah pengertian anak angkat
sebagaimana dimaksud dalamhukum perdata yang harus terlebih dahulu ada
pengesahan dari Hakim Pengadilan Negeri. Akan tetapi, pengertian anak angkat
yang dapat diperhitungkan dalam perundang-undangan pajak ditentukan dengan
kriteria sebagai berikut:
a. Seseorang yang belum dewasa.
b. Yang tidak tergolong keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus dari
Wajib Pajak.
c. Dan menjadi tanggungan sepenuhnya dari Wajib Pajak.
Pengertian menjadi tanggungan sepenuhnya menurut Undang-undang
Pajak Penghasilan berdasarkan keadaan yang dapat terlihat dari keadaan yang
nyata, yaitu:
 Tinggal bersama-sama Wajib Pajak
 Nampak secara nyata tidak mempunyai penghasilan sendiri.
 Tidak pula turut dibantu oleh lain-lain anggota keluarga atau oleh orang tuanya
sendiri.
Sedangkan kalau Wajib Pajak sekedar menyumbang, membantu,
bertanggung jawab dan sebagainya, maka tidak termasuk dalam menjadi
tanggungan sepenuhnya.
PTKP Untuk Karyawati Kawin dan Wajib Pajak yang Belum Menikah
Dalam hal karyawati kawin, PTKP yang dapat dikurangkan adalah hanya
untuk dirinya sendiri. Namun demikian, bagi karyawati kawin yang menunjukkan
keterangan tertulis dari Pemerintah Daerah setempat (serendah-rendahnya
kecamatan) bahwa suaminya tidak menerima atau memperoleh penghasilan, selain
[DIPUBLIKASIKAN PADA JURNAL ILMIAH
EKONOMIKA UNIVERSITAS BATURAJA VOLUME 9
NOMOR 1, APRIL 2016, HAL. 109 -124.]
* Dosen PNS Kopertis Wilayah II dipekerjakan pada STIE Rahmaniyah Sekayu
PTKP untuk dirinya sendiri diberikan tambahan PTKP untuk status menikah serta
untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya.
Bagi karyawan dan karyawati yang belum berkeluarga (TK) untuk
pengurangan PTKP disamping untuk diri karyawan atau karyawati dapat pula
memperoleh tambahan pengurangan PTKP untuk anggota keluarga sedarah dan
semenda, termasuk anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya maksimal
3 orang.
PEMBAHASAN
Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) bagi Wajib Pajak Orang Pribadi
dilakukan dengan cara mengurangi seluruh penghasilan bruto dengan semua
biaya-biaya yang diperkenankan untuk dikurangkan sehingga diperoleh
penghasilan neto. Selanjutnya untuk menghitung penghasilan kena pajak (PKP),
maka penghasilan neto dikurang dengan jumlah PTKP sesuai dengan kondisi
Wajib Pajak Orang Pribadi. Penentuan jumlah PPh terutang didasarkan pada
jumlah PKP dikalikan tarif pajak yang berlaku.
Penerapan perhitungan PTKP dalam penghitungan PPh pasal 21 terutang
bagi Wajib Pajak Orang Pribadi ini dilakukan dengan menggunakan data sepuluh
Wajib Pajak Orang Pribadi dari karyawan tetap Perusahaan PT. Mufalqi seperti
yang terlihat pada tabel 3. Setiap karyawan PT. Mufalqi selain menerima gaji
pokok sebulan juga diberikan tunjangan sebagai tambahan penghasilan. Setiap
karyawan membayar iuran pensiun sebesar 2% sebulan dari gaji pokok sebulan,
dan untuk perhitungan pajak semua karyawan diberikan pengurangan biaya
jabatan sebesar 5% dari penghasilan kotor sebulan dengan ketentuan maksimal
Rp. 500.000,- sebulan atau Rp. 6.000.000 setahun. Dari sepuluh karyawan tetap
PT. Mufalqi yang memiliki gaji terendah sebesar Rp. 3.554.000.- dan yang
tertinggi Rp. 6.085.000. selebihnya memperoleh gaji berkisar antara
Rp.4.000.000.- sampai dengan Rp. 5.000.000.
Tabel 3
Daftar Penghasilan Karyawan Sebulan
Tahun 2015
[DIPUBLIKASIKAN PADA JURNAL ILMIAH
EKONOMIKA UNIVERSITAS BATURAJA VOLUME 9
NOMOR 1, APRIL 2016, HAL. 109 -124.]
* Dosen PNS Kopertis Wilayah II dipekerjakan pada STIE Rahmaniyah Sekayu
No.
Nama
Karyawan Status
Gaji
Pokok
Sebulan
Tunjangan
Penghasilan
Kotor
Sebulan
Biaya
Jabatan
Sebulan
Iuran
Pensiun
Sebulan
Penghasilan
Bersih
Sebulan
1
John
Hendra
K/2 4,000,000 1,700,000 5,700,000 285,000 80,000 5,335,000
2
Abdul
Halim
K/3 4,500,000 2,000,000 6,500,000 325,000 90,000 6,085,000
3
Wahyu
Saputra
K/1 3,500,000 1,000,000 4,500,000 225,000 70,000 4,205,000
4 Asrianto K/0 4,000,000 1,500,000 5,500,000 275,000 80,000 5,145,000
5
Bambang
Putra
K/3 4,300,000 2,000,000 6,300,000 315,000 86,000 5,899,000
6 Suntarja K/2 4,400,000 1,250,000 5,650,000 282,500 88,000 5,279,500
No.
Nama
Karyawan Status
Gaji
Pokok
Sebulan
Tunjangan
Penghasilan
Kotor
Sebulan
Biaya
Jabatan
Sebulan
Iuran
Pensiun
Sebulan
Penghasilan
Bersih
Sebulan
7
Arif
Jauhari
K/1 3,500,000 1,500,000 5,000,000 250,000 70,000 4,680,000
8 Ediyanto K/2 3,400,000 1,250,000 4,650,000 232,500 68,000 4,349,500
9 Romadoni TK/- 2,800,000 1,000,000 3,800,000 190,000 56,000 3,554,000
10
Bayu
Saputra
K/1 4,200,000 2,000,000 6,200,000 310,000 84,000 5,806,000
Sumber: PT. Mufalqi Tahun 2016
Berdasarkan tabel 3, maka penghitungan PPh pasal 21 Karyawan menurut
ketentuan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 162/PMK.011/2012 disajikan
seperti pada tabel 4 berikut ini.
Tabel 4
Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan
Berdasarkan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Menurut Ketentuan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 162/PMK.011/2012
No.
Nama
Karyawan
Status
Penghasilan
Bersih
Sebulan
Penghasilan
Tidak
Kena Pajak
Penghasilan
Kena Pajak
Sebulan
PPh
Pasal 21
Sebulan
1 John Hendra K/2 5,335,000 2,531,250 2,803,750 140,187.50
2 Abdul Halim K/3 6,085,000 2,700,000 3,385,000 169,250.00
3
Wahyu
Saputra
TK/1 4,205,000 2,193,750 2,011,250 100,562.50
4 Asrianto K/0 5,145,000 2,193,750 2,951,250 147,562.50
5
Bambang
Putra
K/3 5,899,000 2,700,000 3,199,000 159,950.00
6 Suntarja TK/2 5,279,500 2,362,500 2,917,000 145,850.00
7 Arif Jauhari K/1 4,680,000 2,362,500 2,317,500 115,875.00
8 Ediyanto K/2 4,349,500 2,531,250 1,818,250 90,912.50
[DIPUBLIKASIKAN PADA JURNAL ILMIAH
EKONOMIKA UNIVERSITAS BATURAJA VOLUME 9
NOMOR 1, APRIL 2016, HAL. 109 -124.]
* Dosen PNS Kopertis Wilayah II dipekerjakan pada STIE Rahmaniyah Sekayu
9 Romadoni TK/- 3,554,000 2,025,000 1,529,000 76,450.00
10 Bayu Saputra K/1 5,806,000 2,362,500 3,443,500 172,175.00
Total 50,338,000 23,962,500 26,375,500 1,318,775.00
Sumber: PT. Mufalqi Tahun 2016 (data diolah)
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4 dapat dijelaskan bahwa,
jumlah penghasilan bersih sebulan sebesar Rp. 50.338.000,- untuk sepuluh
karyawan PT. Mufalqi dan jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) menurut
Ketentuan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 162/PMK.011/2012 adalah sebesar Rp.
23.962.500, sehingga jumlah Penghasilan Kena Pajak (PKP) sebulan sebesar Rp.
26.375.500.-. Berdasarkan PKP, maka Pajak Penghasilan pasal 21 Karyawan
sebulan yang dipungut adalah 5% dari PKP, sehingga total pajak terutang sebesar
Rp. 1.318.775. Perhitungan ini dilakukan oleh PT. Mufalqi ini selama delapan
bulan yaitu dari Januari sampai dengan Agustus 2015, karena meskipun peraturan
PTKP terbaru ini telah diundangkan namun bagian keuangan perusahaan baru
mengetahuinya pada awal bulan Agustus sehingga mereka baru menerapkannya
untuk perhitungan PPh terutang masa pajak bulan Agustus.
Selanjutnya untuk melihat dampak penerapan PTKP menurut Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 122/PMK.010/2015 pada perhitungan pajak terutang
Wajib Pajak Orang Pribadi sepuluh orang karyawan PT. Mufalqi disajikan pada
tabel 5.
Tabel 5
Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan
Berdasarkan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Menurut Ketentuan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 122/PMK.010/2015
No.
Nama
Karyawan
Status
Penghasilan Penghasilan Penghasilan PPh
Bersih Tidak Kena Pajak Pasal 21
Sebulan Kena Pajak Sebulan Sebulan
1 John Hendra K/2 5,335,000 3,750,000 1,585,000 79,250
2 Abdul Halim K/3 6,085,000 4,000,000 2,085,000 104,250
[DIPUBLIKASIKAN PADA JURNAL ILMIAH
EKONOMIKA UNIVERSITAS BATURAJA VOLUME 9
NOMOR 1, APRIL 2016, HAL. 109 -124.]
* Dosen PNS Kopertis Wilayah II dipekerjakan pada STIE Rahmaniyah Sekayu
3 Wahyu Saputra TK/1 4,205,000 3,250,000 955,000 47,750
4 Asrianto K/0 5,145,000 3,250,000 1,895,000 94,750
5 Bambang Putra K/3 5,899,000 4,000,000 1,899,000 94,950
6 Suntarja TK/2 5,279,500 3,500,000 1,779,500 88,975
7 Arif Jauhari K/1 4,680,000 3,500,000 1,180,000 59,000
8 Ediyanto K/2 4,349,500 3,750,000 599,500 29,975
9 Romadoni TK/- 3,554,000 3,000,000 554,000 27,700
10 Bayu Saputra K/1 5,806,000 3,500,000 2,306,000 115,300
Total 50,338,000 35,500,000 14,838,000 741,900
Sumber: PT. Mufalqi Tahun 2016 (data diolah)
Berdasarkan tabel 5 dapat dijelaskan bahwa total penghasilan neto wajib
pajak orang pribadi setiap bulan sebesar Rp. 50.338.000, dan penghasilan tidak
kena pajak adalah sebesar Rp. 35.500.000 sehingga total penghasilan kena pajak
adalah sebesar Rp. 14.838.000. Berdasarkan PKP ini, maka total jumlah PPh
terutang untuk sepuluh wajib pajak orang pribadi setiap bulannya yang harus
disetor dan dilaporkan oleh PT. Mufalqi adalah sebesar Rp. 741.900.
Dari perhitungan PPh terutang sebulan bagi sepuluh karyawan PT. Mufalqi
baik berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan: Nomor 162/PMK.011/2012,
maupun Nomor 122/PMK.010/2015, maka dapat disusun tabel perbedaan
perhitungan PPh pasal 21 Karyawan seperti yang disajikan pada tabel 6 berikut
ini.
Tabel 6
Perbedaan Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan
Menurut Ketentuan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 162/PMK.011/2012
Dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 122/PMK.010/2015
No.
Nama
Karyawan
Status
PPh Pasal 21 Sebulan
Selisih
PPh Pasal 21
Sebulan
Menurut
Ketentuan
Peraturan
Menteri
Keuangan
No:162/
PMK.011/2012
Menurut
Ketentuan
Peraturan
Menteri
Keuangan
No: 122/
PMK.010/2015
1 John Hendra K/2 140,187.50 79,250 60,937.50
2 Abdul Halim K/3 169,250.00 104,250 65,000.00
3
Wahyu
Saputra
TK/1 100,562.50 47,750 52,812.50
4 Asrianto K/0 147,562.50 94,750 52,812.50
5 Bambang K/3 159,950.00 94,950 65,000.00
[DIPUBLIKASIKAN PADA JURNAL ILMIAH
EKONOMIKA UNIVERSITAS BATURAJA VOLUME 9
NOMOR 1, APRIL 2016, HAL. 109 -124.]
* Dosen PNS Kopertis Wilayah II dipekerjakan pada STIE Rahmaniyah Sekayu
Putra
6 Suntarja TK/2 145,850.00 88,975 56,875.00
7 Arif Jauhari K/1 115,875.00 59,000 56,875.00
8 Ediyanto K/2 90,912.50 29,975 60,937.50
9 Romadoni TK/- 76,450.00 27,700 48,750.00
10 Bayu Saputra K/1 172,175.00 115,300 56,875.00
Total selisih perhitungan PPh pasal 21 576,875.00
Sumber: PT. Mufalqi Tahun 2016 (data diolah)
Berdasarkan tabel 6 dapat dijelaskan bahwa, total selisih pajak terutang
yaitu sebesar Rp. 1.318.775 - Rp. 741.900 = Rp. 576.875 sebulan atau mengalami
penurunan sebesar 43,74% dari pajak penghasilan terutang berdasarkan
perhitungan PTKP lama.
Dampak Penerapan PTKP Terhadap Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal
21 yang Terutang Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi
Implementasi perhitungan pajak penghasilan pasal 21 terutang berdasarkan
PTKP menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 162/PMK.011/2012 dapat
dilihat pada tabel 4. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa total PTKP per
bulan untuk sepuluh Wajib Pajak sebesar Rp. 23.962.500 dan total Pajak
Penghasilan (PPh) pasal 21 sebulan yang harus dipotong atas sepuluh Wajib Pajak
adalah sebesar Rp. 1.318.775.
Selanjutnya perhitungan pajak penghasilan pasal 21 terutang berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 122/PMK.010/2015 dapat dilihat pada tabel
5. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa total PTKP per bulan untuk sepuluh
Wajib Pajak sebesar Rp. 35.500.000, sedangkan total Pajak Penghasilan (PPh)
pasal 21 yang harus dipotong atas sepuluh Wajib Pajak adalah sebesar
Rp. 741.900.
Dengan demikian, dapat dijelaskan bahwa perubahan Penghasilan Tidak
Kena Pajak (PTKP) yang meningkat lebih kurang 48,15% dari PTKP sebelumnya
akan mengurangi jumlah penghasilan kena pajak sebesar Rp. 11.537.500.-. atau
43,74%, sehingga memberikan dampak menurunnya jumlah pajak terutang
sebesar Rp. 576.875 seperti yang disajikan pada tabel 6. Penurunan jumlah pajak
[DIPUBLIKASIKAN PADA JURNAL ILMIAH
EKONOMIKA UNIVERSITAS BATURAJA VOLUME 9
NOMOR 1, APRIL 2016, HAL. 109 -124.]
* Dosen PNS Kopertis Wilayah II dipekerjakan pada STIE Rahmaniyah Sekayu
terutang tersebut memberikan dampak peningkatan atas penghasilan setelah pajak
yang diterima oleh Wajib Pajak Orang Pribadi, sehingga memberikan pengaruh
yang sangat signifikan terhadap peningkatan daya beli wajib pajak.
Dampak Penerapan PTKP Terhadap Pelaporan SPT- Masa Pajak Sebelum
dan Sesudah Pemberlakuan Peraturan Menteri Keuangan Nomor:
122/PMK.010/2015.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 122/PMK.010/2015, dikeluarkan
oleh Pemerintah pada tanggal 29 Juni 2015, namun diberlakukan efektif sejak 1
Januari 2015. Hal ini tentu saja akan memberikan dampak yang sangat signifikan
terhadap perhitungan pajak terutang bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang telah
dihitung dan dibayar pada beberapa bulan sebelumnya yaitu masa pajak Januari
sampai dengan Juni 2015. Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi/Pemotong Pajak yang
telah menghitung pajak terutang berdasarkan peraturan PTKP tahun 2012
diwajibkan untuk melakukan perhitungan kembali atas perhitungan pajaknya
sesuai dengan peraturan terbaru tahun 2015. Perubahan peraturan ini
mengakibatkan PTKP mengalami peningkatan, sehingga jumlah pajak terutang
menjadi lebih kecil dari perhitungan pajak terutang masa pajak sebelumnya. Hal
ini mengakibatkan terjadinya kelebihan bayar pajak. Bagi Wajib Pajak/Pemotong
Pajak yang telah melaporkan pajak masanya melalui pelaporan SPT-Masa Pajak
sampai saat dikeluarkannya peraturan PTKP terbaru yaitu untuk masa pajak
Januari sampai dengan Juni 2015 harus melaksanakan mekanisme perpajakan
yaitu: melakukan perhitungan kembali atas pajak terutang masa pajak sebelum
menerapkan peraturan yang terbaru, kemudian melakukan revisi serta melaporkan
kembali SPT- Masa dan memperhitungkan pajak terutang hasil perhitungan
tersebut dalam SPT-Tahunan Wajib Pajak Pemotong pajak yang telah memungut
pajak atas wajib pajak orang pribadi yang menjadi pegawai atau karyawan.
Perhitungan kembali pajak terutang ini mengakibatkan kelebihan bayar pajak
yang telah disetor oleh Wajib Pajak Pemotong untuk masa pajak Januari sampai
dengan Juni tahun 2015. Atas kelebihan bayar pajak tersebut dapat
dikompensasikan untuk pembayaran pajak terutang pada masa pajak berikutnya.
Meskipun peraturan ini telah diberlakukan namun masih banyak wajib
pajak orang pribadi maupun pemotong yang belum melaksanakannya, bahkan
[DIPUBLIKASIKAN PADA JURNAL ILMIAH
EKONOMIKA UNIVERSITAS BATURAJA VOLUME 9
NOMOR 1, APRIL 2016, HAL. 109 -124.]
* Dosen PNS Kopertis Wilayah II dipekerjakan pada STIE Rahmaniyah Sekayu
sebagian besar wajib pajak yang belum mematuhi peraturan tersebut
mengemukakan bahwa mereka belum mengetahui adanya perubahan peraturan
tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan peraturan perpajakan belum
tersosialisasi secara baik dan efektif kepada semua Wajib Pajak baik sebagai
pemotong maupun wajib pajak orang pribadi sebagai pembayar langsung. Disisi
lain, wajib pajak juga merasa antipati terhadap pajak karena menurut pandangan
wajib pajak, pembayaran pajak itu memberatkan mereka secara ekonomis dan
akan mengurangi penghasilan wajib pajak serta secara administrasi sering
menyulitkan wajib pajak akibat ketidakmengertian mereka terhadap peraturan
perpajakan yang berlaku.
SIMPULAN
Berdasarkan uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa Penghasilan
Tidak Kena Pajak (PTKP), seperti yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan
Nomor: 122/PMK.010/2015 yang diterbitkan tanggal 29 Juni 2015 dan mulai
diberlakukan efektif 1 Januari 2015, sehingga pemberlakuan serta penerapan
peraturan ini memberikan dampak sebagai berikut:
1. Meningkatnya jumlah PTKP sebesar 48,15%, sehingga perubahan ini juga
mengakibatkan menurunnya jumlah Pajak Penghasilan pasal 21 terutang yang
harus dipotong atas Wajib Pajak Orang Pribadi sebesar 43,74%.
2. Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang dipotong pajaknya, peningkatan jumlah
PTKP ini menurunkan jumlah pajak terutang sehingga atas pajak yang sudah
dipotong atau dibayar untuk masa pajak sebelumnya terjadi kelebihan bayar
pajak.
3. Bagi Pihak Pemotong Pajak yang telah memotong pajak atas Wajib Pajak
Orang Pribadi, harus melaksanakan mekanisme perpajakan dengan cara
melakukan: perhitungan kembali pajak terutang untuk masa pajak sebelum
diundangkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 122/PMK.010/2015,
merevisi dan melaporkan kembali SPT-Masa secara benar sesuai ketentuan
yang berlaku sekarang dan melaporkan jumlah pajak terutang yang telah
dipungut/dipotong atas Wajib Pajak Orang Pribadi berdasarkan peraturan
terbaru dalam SPT-Tahunan tahun pajak 2015.
[DIPUBLIKASIKAN PADA JURNAL ILMIAH
EKONOMIKA UNIVERSITAS BATURAJA VOLUME 9
NOMOR 1, APRIL 2016, HAL. 109 -124.]
* Dosen PNS Kopertis Wilayah II dipekerjakan pada STIE Rahmaniyah Sekayu
SARAN
Berdasarkan simpulan diatas penulis, memberikan saran atau masukan
kepada semua pihak terkait guna penegakan hukum (law inforcement) di bidang
perpajakan. Adapun saran tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi/ Pemotong pajak segera
mengimplementasikan perubahan peraturan PTKP terbaru ini secara tepat
waktu dan segera melakukan revisi dan melaporkan SPT-Masa maupun SPT-
Tahunan, karena perubahan PTKP ini memberikan dampak positif bagi Wajib
Pajak orang pribadi yaitu kelebihan bayar pajak. Atas kelebihan bayar pajak ini
dapat dikompensasikan untuk pembayaran masa pajak berikutnya, sehingga
secara ekonomis mengurangi beban Wajib Pajak Orang Pribadi yang telah
membayar/dipungut pajaknya.
2. Bagi pihak pemerintah dalam hal ini KPP di setiap wilayah diseluruh
Indonesia, khususnya KPP Pratama sebaiknya melakukan sosialisasi yang lebih
intensif dan dengan konsep pendekatan pajak sahabat rakyat, para petugas
pajak dengan sukarela dapat membimbing serta membina Wajib Pajak untuk
melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan penuh kesadaran dan tanggung
jawab sebagai warga Negara yang taat pajak.
DAFTAR PUSTAKA
Halim, Abdul.dkk. 2014. Perpajakan: Konsep, Aplikasi, Contoh, dan Studi Kasus.
Jakarta: Salemba Empat.
Pemerintah Republik Indonesia. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008, Tentang
Pajak Penghasilan. Jakarta: Dirjen Pajak.
Pemerintah Republik Indonesia. Peraturan Menteri Keuangan Nomor:
162/PMK.011/2012 Tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak
Kena Pajak.
Pemerintah Republik Indonesia. Peraturan Menteri Keuangan Nomor:
122/PMK.010/2015 Tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak
Kena Pajak.
Resmi, Siti. 2014. Perpajakan: Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.
Sambodo, Agus. 2015. Pajak Dalam Entitas Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
[DIPUBLIKASIKAN PADA JURNAL ILMIAH
EKONOMIKA UNIVERSITAS BATURAJA VOLUME 9
NOMOR 1, APRIL 2016, HAL. 109 -124.]
* Dosen PNS Kopertis Wilayah II dipekerjakan pada STIE Rahmaniyah Sekayu
Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Bussiness. 4Th
Edition. New York:
John Wiley&Son Inc.
Triyani. 2005. Tanggungan yang Dapat Diperhitungkan dalam PTKP. Jurnal
Perpajakan Indonesia. Volume 5 Nomor 2 edisi September 2005.

More Related Content

What's hot

Pengantar Perpajakan (An Introduction of Taxation Concept)
Pengantar Perpajakan (An Introduction of Taxation Concept)Pengantar Perpajakan (An Introduction of Taxation Concept)
Pengantar Perpajakan (An Introduction of Taxation Concept)Raja Matridi Aeksalo
 
PERSEPSI PKP TENTANG PENERAPAN e- SPT PPN_FARIDA ARYANI-STIE RAHMANIYAH SEKAYU
PERSEPSI PKP TENTANG PENERAPAN e- SPT PPN_FARIDA ARYANI-STIE RAHMANIYAH SEKAYUPERSEPSI PKP TENTANG PENERAPAN e- SPT PPN_FARIDA ARYANI-STIE RAHMANIYAH SEKAYU
PERSEPSI PKP TENTANG PENERAPAN e- SPT PPN_FARIDA ARYANI-STIE RAHMANIYAH SEKAYUFARIDAABRAHAM21070
 
Overview KUP (Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan)
Overview KUP (Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan)Overview KUP (Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan)
Overview KUP (Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan)M Abdul Aziz
 
Pengaruh pajak terhadap perekonomian nasional
Pengaruh pajak terhadap perekonomian nasionalPengaruh pajak terhadap perekonomian nasional
Pengaruh pajak terhadap perekonomian nasionalVeronica Silalahi II
 
Tarif khusus PPh final UMKM - Riki ardoni
Tarif khusus PPh final UMKM  - Riki ardoniTarif khusus PPh final UMKM  - Riki ardoni
Tarif khusus PPh final UMKM - Riki ardoniRiki Ardoni
 
Pengaruh pajak terhadap perekonomian
Pengaruh pajak terhadap perekonomianPengaruh pajak terhadap perekonomian
Pengaruh pajak terhadap perekonomianSiti Sahati
 
Paper Thomi Irvan
Paper Thomi IrvanPaper Thomi Irvan
Paper Thomi IrvanThomi26
 
TUGAS PAPER ADMINISTRASI PERPAJAKAN
TUGAS PAPER ADMINISTRASI PERPAJAKAN TUGAS PAPER ADMINISTRASI PERPAJAKAN
TUGAS PAPER ADMINISTRASI PERPAJAKAN Fazaekaputra
 
Paper PENGEMBALIAN PAJAK
Paper PENGEMBALIAN PAJAKPaper PENGEMBALIAN PAJAK
Paper PENGEMBALIAN PAJAKdevieaz
 
Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pengukuhan Pengusaha Kena PajakNomor Pokok Wajib Pajak dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pengukuhan Pengusaha Kena PajakMuhammad Syuhada
 
Makalah Pajak Pertambahan Nilai
Makalah Pajak Pertambahan NilaiMakalah Pajak Pertambahan Nilai
Makalah Pajak Pertambahan NilaiDini Audi
 
Tantangan dalam pemungutan pajak
Tantangan dalam pemungutan pajakTantangan dalam pemungutan pajak
Tantangan dalam pemungutan pajakAriguna Manurung
 

What's hot (18)

Amelia hasanah 12160137
Amelia hasanah 12160137Amelia hasanah 12160137
Amelia hasanah 12160137
 
Weekly update vol 3 september 2017
Weekly update vol 3 september 2017Weekly update vol 3 september 2017
Weekly update vol 3 september 2017
 
makalah NPWP
makalah NPWPmakalah NPWP
makalah NPWP
 
Pengantar Perpajakan (An Introduction of Taxation Concept)
Pengantar Perpajakan (An Introduction of Taxation Concept)Pengantar Perpajakan (An Introduction of Taxation Concept)
Pengantar Perpajakan (An Introduction of Taxation Concept)
 
Peraturan terbaru ppn
Peraturan terbaru ppnPeraturan terbaru ppn
Peraturan terbaru ppn
 
PERSEPSI PKP TENTANG PENERAPAN e- SPT PPN_FARIDA ARYANI-STIE RAHMANIYAH SEKAYU
PERSEPSI PKP TENTANG PENERAPAN e- SPT PPN_FARIDA ARYANI-STIE RAHMANIYAH SEKAYUPERSEPSI PKP TENTANG PENERAPAN e- SPT PPN_FARIDA ARYANI-STIE RAHMANIYAH SEKAYU
PERSEPSI PKP TENTANG PENERAPAN e- SPT PPN_FARIDA ARYANI-STIE RAHMANIYAH SEKAYU
 
Overview KUP (Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan)
Overview KUP (Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan)Overview KUP (Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan)
Overview KUP (Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan)
 
Pengaruh pajak terhadap perekonomian nasional
Pengaruh pajak terhadap perekonomian nasionalPengaruh pajak terhadap perekonomian nasional
Pengaruh pajak terhadap perekonomian nasional
 
Tarif khusus PPh final UMKM - Riki ardoni
Tarif khusus PPh final UMKM  - Riki ardoniTarif khusus PPh final UMKM  - Riki ardoni
Tarif khusus PPh final UMKM - Riki ardoni
 
Pengaruh pajak terhadap perekonomian
Pengaruh pajak terhadap perekonomianPengaruh pajak terhadap perekonomian
Pengaruh pajak terhadap perekonomian
 
Paper Thomi Irvan
Paper Thomi IrvanPaper Thomi Irvan
Paper Thomi Irvan
 
TUGAS PAPER ADMINISTRASI PERPAJAKAN
TUGAS PAPER ADMINISTRASI PERPAJAKAN TUGAS PAPER ADMINISTRASI PERPAJAKAN
TUGAS PAPER ADMINISTRASI PERPAJAKAN
 
Panduan pengawasan pnbp rakornas 28092018
Panduan pengawasan pnbp rakornas 28092018Panduan pengawasan pnbp rakornas 28092018
Panduan pengawasan pnbp rakornas 28092018
 
Paper PENGEMBALIAN PAJAK
Paper PENGEMBALIAN PAJAKPaper PENGEMBALIAN PAJAK
Paper PENGEMBALIAN PAJAK
 
Makalah perpajakan
Makalah perpajakanMakalah perpajakan
Makalah perpajakan
 
Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pengukuhan Pengusaha Kena PajakNomor Pokok Wajib Pajak dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
 
Makalah Pajak Pertambahan Nilai
Makalah Pajak Pertambahan NilaiMakalah Pajak Pertambahan Nilai
Makalah Pajak Pertambahan Nilai
 
Tantangan dalam pemungutan pajak
Tantangan dalam pemungutan pajakTantangan dalam pemungutan pajak
Tantangan dalam pemungutan pajak
 

Viewers also liked

EFEKTIVITAS DAMPAK PERUBAHAN PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP) TERHADAP PEN...
EFEKTIVITAS DAMPAK PERUBAHAN PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP) TERHADAP PEN...EFEKTIVITAS DAMPAK PERUBAHAN PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP) TERHADAP PEN...
EFEKTIVITAS DAMPAK PERUBAHAN PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP) TERHADAP PEN...Uofa_Unsada
 
SEMA No. 3 Tahun 1963 TENTANG GAGASAN MENGANGGAP BURGERLIJK WETBOEK TIDAK SEB...
SEMA No. 3 Tahun 1963 TENTANG GAGASAN MENGANGGAP BURGERLIJK WETBOEK TIDAK SEB...SEMA No. 3 Tahun 1963 TENTANG GAGASAN MENGANGGAP BURGERLIJK WETBOEK TIDAK SEB...
SEMA No. 3 Tahun 1963 TENTANG GAGASAN MENGANGGAP BURGERLIJK WETBOEK TIDAK SEB...Sofyan Anshori Rambe
 
Review jurnal determinants of dividend payout dwi hastho
Review jurnal determinants of dividend payout dwi hasthoReview jurnal determinants of dividend payout dwi hastho
Review jurnal determinants of dividend payout dwi hasthoDwi Hastho Oke Sekali
 
Makalah pbb
Makalah pbbMakalah pbb
Makalah pbbAndi Uli
 
Makalah perserikatan bangsa bangsa (pbb)
Makalah perserikatan bangsa bangsa (pbb)Makalah perserikatan bangsa bangsa (pbb)
Makalah perserikatan bangsa bangsa (pbb)Septian Muna Barakati
 
ANALISIS DAMPAK PEMBERIAN INSENTIF PAJAK BERUPA TAX HOLIDAY SEBAGAI UPAYA MEN...
ANALISIS DAMPAK PEMBERIAN INSENTIF PAJAK BERUPA TAX HOLIDAY SEBAGAI UPAYA MEN...ANALISIS DAMPAK PEMBERIAN INSENTIF PAJAK BERUPA TAX HOLIDAY SEBAGAI UPAYA MEN...
ANALISIS DAMPAK PEMBERIAN INSENTIF PAJAK BERUPA TAX HOLIDAY SEBAGAI UPAYA MEN...Uofa_Unsada
 
Tugas asp 2 analisis apbn 2016
Tugas asp 2 analisis apbn 2016Tugas asp 2 analisis apbn 2016
Tugas asp 2 analisis apbn 2016EnvaPya
 
Hukum pajak perpajakan
Hukum pajak perpajakanHukum pajak perpajakan
Hukum pajak perpajakanAnisa Muvit
 
ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK HOTEL, PAJAK RESTORAN, PAJAK HIBURAN, PAJAK REKLAME...
ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK HOTEL, PAJAK RESTORAN, PAJAK HIBURAN, PAJAK REKLAME...ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK HOTEL, PAJAK RESTORAN, PAJAK HIBURAN, PAJAK REKLAME...
ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK HOTEL, PAJAK RESTORAN, PAJAK HIBURAN, PAJAK REKLAME...Uofa_Unsada
 
Daftar Tarif PPh dan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Daftar Tarif PPh dan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)Daftar Tarif PPh dan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Daftar Tarif PPh dan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)Adillah Putri
 
EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN ...
EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN ...EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN ...
EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN ...Uofa_Unsada
 

Viewers also liked (15)

EFEKTIVITAS DAMPAK PERUBAHAN PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP) TERHADAP PEN...
EFEKTIVITAS DAMPAK PERUBAHAN PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP) TERHADAP PEN...EFEKTIVITAS DAMPAK PERUBAHAN PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP) TERHADAP PEN...
EFEKTIVITAS DAMPAK PERUBAHAN PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP) TERHADAP PEN...
 
SEMA No. 3 Tahun 1963 TENTANG GAGASAN MENGANGGAP BURGERLIJK WETBOEK TIDAK SEB...
SEMA No. 3 Tahun 1963 TENTANG GAGASAN MENGANGGAP BURGERLIJK WETBOEK TIDAK SEB...SEMA No. 3 Tahun 1963 TENTANG GAGASAN MENGANGGAP BURGERLIJK WETBOEK TIDAK SEB...
SEMA No. 3 Tahun 1963 TENTANG GAGASAN MENGANGGAP BURGERLIJK WETBOEK TIDAK SEB...
 
Uu1 1974 perkawinan
Uu1 1974 perkawinanUu1 1974 perkawinan
Uu1 1974 perkawinan
 
makalah tentang PBB
makalah tentang PBBmakalah tentang PBB
makalah tentang PBB
 
Review jurnal determinants of dividend payout dwi hastho
Review jurnal determinants of dividend payout dwi hasthoReview jurnal determinants of dividend payout dwi hastho
Review jurnal determinants of dividend payout dwi hastho
 
Makalah pbb singkat dan jelas
Makalah pbb singkat dan jelasMakalah pbb singkat dan jelas
Makalah pbb singkat dan jelas
 
Makalah pbb
Makalah pbbMakalah pbb
Makalah pbb
 
Makalah perserikatan bangsa bangsa (pbb)
Makalah perserikatan bangsa bangsa (pbb)Makalah perserikatan bangsa bangsa (pbb)
Makalah perserikatan bangsa bangsa (pbb)
 
ANALISIS DAMPAK PEMBERIAN INSENTIF PAJAK BERUPA TAX HOLIDAY SEBAGAI UPAYA MEN...
ANALISIS DAMPAK PEMBERIAN INSENTIF PAJAK BERUPA TAX HOLIDAY SEBAGAI UPAYA MEN...ANALISIS DAMPAK PEMBERIAN INSENTIF PAJAK BERUPA TAX HOLIDAY SEBAGAI UPAYA MEN...
ANALISIS DAMPAK PEMBERIAN INSENTIF PAJAK BERUPA TAX HOLIDAY SEBAGAI UPAYA MEN...
 
Tugas asp 2 analisis apbn 2016
Tugas asp 2 analisis apbn 2016Tugas asp 2 analisis apbn 2016
Tugas asp 2 analisis apbn 2016
 
Hukum pajak perpajakan
Hukum pajak perpajakanHukum pajak perpajakan
Hukum pajak perpajakan
 
ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK HOTEL, PAJAK RESTORAN, PAJAK HIBURAN, PAJAK REKLAME...
ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK HOTEL, PAJAK RESTORAN, PAJAK HIBURAN, PAJAK REKLAME...ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK HOTEL, PAJAK RESTORAN, PAJAK HIBURAN, PAJAK REKLAME...
ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK HOTEL, PAJAK RESTORAN, PAJAK HIBURAN, PAJAK REKLAME...
 
Daftar Tarif PPh dan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Daftar Tarif PPh dan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)Daftar Tarif PPh dan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Daftar Tarif PPh dan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
 
EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN ...
EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN ...EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN ...
EFEKTIFITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN BADAN ...
 
1 133-3-pb
1 133-3-pb1 133-3-pb
1 133-3-pb
 

Similar to Artikel farida aryani stier dampak penerapan perubahan ptkp terhadap perhitungan pajak penghasilan terutang bagi wajib pajak orang pribadi-publikasi jie unbara eds april 2016

Forum SDM Bali - PENGUPAHAN Paparan pp 78 direktur
Forum SDM Bali - PENGUPAHAN Paparan  pp 78  direkturForum SDM Bali - PENGUPAHAN Paparan  pp 78  direktur
Forum SDM Bali - PENGUPAHAN Paparan pp 78 direkturGunawan Wicaksono
 
pp35pajaknew-230701075025-6d0c6a2e.pdf
pp35pajaknew-230701075025-6d0c6a2e.pdfpp35pajaknew-230701075025-6d0c6a2e.pdf
pp35pajaknew-230701075025-6d0c6a2e.pdferikhighflier
 
Artikel farida aryani stier pertumbuhan, efektivitas&efisiensi pajak daerah...
Artikel farida aryani stier   pertumbuhan, efektivitas&efisiensi pajak daerah...Artikel farida aryani stier   pertumbuhan, efektivitas&efisiensi pajak daerah...
Artikel farida aryani stier pertumbuhan, efektivitas&efisiensi pajak daerah...Faridaabraham
 
Paper PENGEMBALIAN PAJAK
Paper PENGEMBALIAN PAJAKPaper PENGEMBALIAN PAJAK
Paper PENGEMBALIAN PAJAKdevieaz
 
Paper Thomi Irvan
Paper Thomi IrvanPaper Thomi Irvan
Paper Thomi Irvandevieaz
 
ANALISIS PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DALAM MENINGKATKAN PENER...
ANALISIS PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DALAM MENINGKATKAN PENER...ANALISIS PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DALAM MENINGKATKAN PENER...
ANALISIS PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DALAM MENINGKATKAN PENER...AdindaTasya2
 
Moina tugas praktikum komp&prpajakan
Moina tugas praktikum komp&prpajakanMoina tugas praktikum komp&prpajakan
Moina tugas praktikum komp&prpajakanMoinaelfridabt
 
Penagihan piutang pajak di masa pandemi sebagai upaya menambah penerimaan pajak
Penagihan piutang pajak di masa pandemi sebagai upaya menambah penerimaan pajakPenagihan piutang pajak di masa pandemi sebagai upaya menambah penerimaan pajak
Penagihan piutang pajak di masa pandemi sebagai upaya menambah penerimaan pajakNurulUkhuwaNadia
 
2013 2-01062-ak bab4001
2013 2-01062-ak bab40012013 2-01062-ak bab4001
2013 2-01062-ak bab4001anzaniaza15
 
BADAN LAYANAN UMUM-AKNT SEKTOR PUBLIK
BADAN LAYANAN UMUM-AKNT SEKTOR PUBLIKBADAN LAYANAN UMUM-AKNT SEKTOR PUBLIK
BADAN LAYANAN UMUM-AKNT SEKTOR PUBLIKrohima _yesung
 
PERHITUNGAN PPH BADAN_P2.pdf
PERHITUNGAN PPH BADAN_P2.pdfPERHITUNGAN PPH BADAN_P2.pdf
PERHITUNGAN PPH BADAN_P2.pdfAyuDesta1
 
Ketentuan dan Tata Cara Perpajakan di Indonesia.docx
Ketentuan dan Tata Cara Perpajakan di Indonesia.docxKetentuan dan Tata Cara Perpajakan di Indonesia.docx
Ketentuan dan Tata Cara Perpajakan di Indonesia.docxZukét Printing
 
PPT Pengertian dan perbedaan Tax Review & Tax Planning.pdf
PPT Pengertian dan perbedaan Tax Review & Tax Planning.pdfPPT Pengertian dan perbedaan Tax Review & Tax Planning.pdf
PPT Pengertian dan perbedaan Tax Review & Tax Planning.pdfyansugondo1
 

Similar to Artikel farida aryani stier dampak penerapan perubahan ptkp terhadap perhitungan pajak penghasilan terutang bagi wajib pajak orang pribadi-publikasi jie unbara eds april 2016 (20)

METLIT
METLITMETLIT
METLIT
 
Forum SDM Bali - PENGUPAHAN Paparan pp 78 direktur
Forum SDM Bali - PENGUPAHAN Paparan  pp 78  direkturForum SDM Bali - PENGUPAHAN Paparan  pp 78  direktur
Forum SDM Bali - PENGUPAHAN Paparan pp 78 direktur
 
PP 35 PAJAK NEW.pptx
PP 35 PAJAK NEW.pptxPP 35 PAJAK NEW.pptx
PP 35 PAJAK NEW.pptx
 
pp35pajaknew-230701075025-6d0c6a2e.pdf
pp35pajaknew-230701075025-6d0c6a2e.pdfpp35pajaknew-230701075025-6d0c6a2e.pdf
pp35pajaknew-230701075025-6d0c6a2e.pdf
 
Tugas fhartika
Tugas fhartikaTugas fhartika
Tugas fhartika
 
DASAR-DASAR TAX PLANNING
DASAR-DASAR TAX PLANNINGDASAR-DASAR TAX PLANNING
DASAR-DASAR TAX PLANNING
 
Artikel farida aryani stier pertumbuhan, efektivitas&efisiensi pajak daerah...
Artikel farida aryani stier   pertumbuhan, efektivitas&efisiensi pajak daerah...Artikel farida aryani stier   pertumbuhan, efektivitas&efisiensi pajak daerah...
Artikel farida aryani stier pertumbuhan, efektivitas&efisiensi pajak daerah...
 
Paper PENGEMBALIAN PAJAK
Paper PENGEMBALIAN PAJAKPaper PENGEMBALIAN PAJAK
Paper PENGEMBALIAN PAJAK
 
Paper Thomi Irvan
Paper Thomi IrvanPaper Thomi Irvan
Paper Thomi Irvan
 
Pengembalian Pajak
Pengembalian PajakPengembalian Pajak
Pengembalian Pajak
 
ANALISIS PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DALAM MENINGKATKAN PENER...
ANALISIS PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DALAM MENINGKATKAN PENER...ANALISIS PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DALAM MENINGKATKAN PENER...
ANALISIS PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DALAM MENINGKATKAN PENER...
 
Moina tugas praktikum komp&prpajakan
Moina tugas praktikum komp&prpajakanMoina tugas praktikum komp&prpajakan
Moina tugas praktikum komp&prpajakan
 
Makalah perpajakan
Makalah perpajakanMakalah perpajakan
Makalah perpajakan
 
Penagihan piutang pajak di masa pandemi sebagai upaya menambah penerimaan pajak
Penagihan piutang pajak di masa pandemi sebagai upaya menambah penerimaan pajakPenagihan piutang pajak di masa pandemi sebagai upaya menambah penerimaan pajak
Penagihan piutang pajak di masa pandemi sebagai upaya menambah penerimaan pajak
 
2013 2-01062-ak bab4001
2013 2-01062-ak bab40012013 2-01062-ak bab4001
2013 2-01062-ak bab4001
 
Perpajakan (PPh pasal 21)
Perpajakan (PPh pasal 21)Perpajakan (PPh pasal 21)
Perpajakan (PPh pasal 21)
 
BADAN LAYANAN UMUM-AKNT SEKTOR PUBLIK
BADAN LAYANAN UMUM-AKNT SEKTOR PUBLIKBADAN LAYANAN UMUM-AKNT SEKTOR PUBLIK
BADAN LAYANAN UMUM-AKNT SEKTOR PUBLIK
 
PERHITUNGAN PPH BADAN_P2.pdf
PERHITUNGAN PPH BADAN_P2.pdfPERHITUNGAN PPH BADAN_P2.pdf
PERHITUNGAN PPH BADAN_P2.pdf
 
Ketentuan dan Tata Cara Perpajakan di Indonesia.docx
Ketentuan dan Tata Cara Perpajakan di Indonesia.docxKetentuan dan Tata Cara Perpajakan di Indonesia.docx
Ketentuan dan Tata Cara Perpajakan di Indonesia.docx
 
PPT Pengertian dan perbedaan Tax Review & Tax Planning.pdf
PPT Pengertian dan perbedaan Tax Review & Tax Planning.pdfPPT Pengertian dan perbedaan Tax Review & Tax Planning.pdf
PPT Pengertian dan perbedaan Tax Review & Tax Planning.pdf
 

Recently uploaded

7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptxObyMoris1
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxHakamNiazi
 
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptxMOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptxHakamNiazi
 
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISKEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISHakamNiazi
 
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxBAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxFrida Adnantara
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnyaIndhasari3
 
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaEkonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaWahyuKamilatulFauzia
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuanganzulfikar425966
 
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxPSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxRito Doank
 
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptPerhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptSalsabillaPutriAyu
 
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaDAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaarmanamo012
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...ChairaniManasye1
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxZefanya9
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptFrida Adnantara
 
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganuang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganlangkahgontay88
 
Pengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh Implementasi
Pengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh ImplementasiPengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh Implementasi
Pengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh ImplementasiGustiAdityaR
 
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).pptIntroduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppttami83
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxumusilmi2019
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bankzulfikar425966
 
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxWAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxMunawwarahDjalil
 

Recently uploaded (20)

7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
 
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptxMOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
 
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISKEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
 
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxBAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
 
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaEkonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
 
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxPSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
 
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptPerhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
 
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaDAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
 
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganuang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
 
Pengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh Implementasi
Pengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh ImplementasiPengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh Implementasi
Pengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh Implementasi
 
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).pptIntroduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
 
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxWAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
 

Artikel farida aryani stier dampak penerapan perubahan ptkp terhadap perhitungan pajak penghasilan terutang bagi wajib pajak orang pribadi-publikasi jie unbara eds april 2016

  • 1. [DIPUBLIKASIKAN PADA JURNAL ILMIAH EKONOMIKA UNIVERSITAS BATURAJA VOLUME 9 NOMOR 1, APRIL 2016, HAL. 109 -124.] * Dosen PNS Kopertis Wilayah II dipekerjakan pada STIE Rahmaniyah Sekayu DAMPAK PENERAPAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 122/PMK.010/2015 TENTANG PERUBAHAN PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP) TERHADAP PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN TERUTANG BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI (Studi Kasus Pada PT. MUFALQI Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin) Farida Aryani* ABSTRACT The non-taxable income is a reflection of basic need for personal tax payer that may not be charged for the tax. The non-taxable income is amount of income that could be lessened for the net-income of personal tax payer, so that it could be achieved taxable income. The available obligation that is considered in non taxable income is based on the condition of the tax payer in the early year. The non taxable income as explained in the rules of the financial minister No. 162/PMK.011/2012 has been changed by the government with the decision of financial minister No.122/PMK.010/2015 about the adjustment of the amount for the non taxable income. This change gives effects for the increasing amount of the non taxable income that is 48.13%, so that it causes the decreasing amount of income tax as explained in the chapter 21 of the tax payer that must be cut for the income received 43.74%. The decreasing of income tax will increase the purchasing power for the tax payer due to the fact that the amount of net income for the tax payer is bigger than before. Besides, the decreasing amount of income tax gives effect for the surplus of the tax payment. For the surplus of the tax payment, the mechanism of tax administration requires the tax cutter to cut or collect the tax for personal tax payer to do revision or recalculation the unpaid tax for the previous tax term from January to June due to the fact that this rule was issued on June 29, 2015, but it is applied since January 2015 and also report back the annual tax notification – term of the tax accurately based on the rules of the newest non taxable income. Keywords: Income Tax, Non-Taxable Income, Taxable Income. PENDAHULUAN Latar Belakang Berdasarkan perkembangan di bidang ekonomi dan moneter serta perkembangan harga kebutuhan pokok yang semakin meningkat, serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 7 ayat (3) Undang-Undang Nomor 7 TAHUN 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 TAHUN 2008, maka pemerintah memandang perlu untuk melakukan penyesuaian terhadap ketentuan mengenai besarnya
  • 2. [DIPUBLIKASIKAN PADA JURNAL ILMIAH EKONOMIKA UNIVERSITAS BATURAJA VOLUME 9 NOMOR 1, APRIL 2016, HAL. 109 -124.] * Dosen PNS Kopertis Wilayah II dipekerjakan pada STIE Rahmaniyah Sekayu penghasilan tidak kena pajak. Dalam rangka penyesuaian terhadap besarnya penghasilan tidak kena pajak, Menteri Keuangan telah mengadakan pertemuan konsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia pada tanggal 25 Juni 2015, sehingga pemerintah melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 122/PMK.010/2015 menetapkan tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak pada tanggal 29 Juni 2015. Diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 122/PMK.010/2015 ini, berarti Peraturan Menteri Keuangan Nomor 162/PMK.011/2012 dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi sejak diundangkannya peraturan PTKP yang terbaru. Dengan demikian penerapan PTKP berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 162/PMK.011/2012 ini hanya berlaku sampai dengan 31 Desember 2014. Meskipun Peraturan Menteri Keuangan Nomor 122/ PMK.010/2015 ditetapkan pada tanggal 29 Juni 2015, namun pelaksanaan efektif diberlakukan mulai tahun pajak 2015, artinya peraturan ini diberlakukan untuk perhitungan pajak terhitung sejak masa pajak Januari 2015. Pemberlakuan peraturan PTKP baru yang berlaku surut ini, tentu saja akan memberikan dampak terhadap perhitungan pajak terhutang bagi Wajib Pajak Orang Pribadi untuk masa pajak sebelum dan sesudah dikeluarkanya peraturan tersebut. Dalam peraturan ini terlihat bahwa jumlah PTKP mengalami peningkatan yang cukup signifikan, sehingga akan menurunkan jumlah dasar pengenaan pajak yaitu penghasilan kena pajak menjadi lebih kecil dan pajak terutang juga akan menjadi lebih kecil dibandingkan dengan pajak terutang pada masa pajak sebelumnya. Adanya penurunan jumlah pajak terutang ini tentu saja akan meningkatkan jumlah penghasilan bersih setelah pajak yang diterima oleh Wajib Pajak Orang Pribadi. Dengan demikian penyesuaian besarnya PTKP diharapkan dapat meningkatkan daya beli masyarakat yang akan dapat berdampak pada peningkatan produk domestik bruto nasional, baik melalui konsumsi maupun peningkatan tabungan. Guna menganalisis dampak penerapan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 122/PMK.010/2015 tentang PTKP terhadap perhitungan pajak terutang bagi Wajib Pajak Orang Pribadi, maka penulis memilih sepuluh karyawan tetap PT. Mufalqi Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin sebagai dasar analisis dalam pembahasan.
  • 3. [DIPUBLIKASIKAN PADA JURNAL ILMIAH EKONOMIKA UNIVERSITAS BATURAJA VOLUME 9 NOMOR 1, APRIL 2016, HAL. 109 -124.] * Dosen PNS Kopertis Wilayah II dipekerjakan pada STIE Rahmaniyah Sekayu Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan uraian diatas, penulis akan melakukan pengkajian terhadap masalah berikut ini: 1. Bagaimana dampak perubahan PTKP terhadap perhitungan pajak terutang Wajib Pajak Orang Pribadi untuk masa pajak baik sebelum maupun sesudah dikeluarkannya Peraturan Kemenkeu No. 122/ PMK.010/2015? 2. Bagaimana mekanisme perpajakan atas penerapan Peraturan Kemenkeu No.122/ PMK.010/2015 yang harus dilaksanakan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi/Pemotong Pajak? Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) dampak perubahan PTKP terhadap perhitungan pajak terutang Wajib Pajak Orang Pribadi karyawan tetap PT. Mufalqi untuk masa pajak baik sebelum maupun sesudah dikeluarkannya Peraturan Kemenkeu No. 122/ PMK.010/2015, dan (2) mekanisme perpajakan atas penerapan Peraturan Kemenkeu No.122/ PMK.010/2015 yang harus dilaksanakan oleh PT. Mufalqi sebagai Wajib Pajak Pemotong Pajak Orang Pribadi. Selanjutnya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi PT. Mufalqi dalam menghitung pajak terutang bagi karyawan tetapnya secara tepat dan benar sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku serta melaksanakan mekanisme perpajakan yang benar sehingga meningkatkan kepatuhan perpajakan. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian terapan (applied research). Sekaran (2006:9), mengemukakan bahwa penelitian terapan yaitu penelitian yang dilakukan untuk memecahkan masalah mutakhir yang dihadapi oleh manajer dalam konteks pekerjaan, yang menuntut solusi tepat waktu. Penelitian ini bersifat deskriptif, dengan berfokus pada penjelasan sistematis tentang fakta yang diperoleh saat penelitian dilakukan, dan merupakan penelitian kuantitatif. Penggunaan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dalam penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran yang konkrit mengenai
  • 4. [DIPUBLIKASIKAN PADA JURNAL ILMIAH EKONOMIKA UNIVERSITAS BATURAJA VOLUME 9 NOMOR 1, APRIL 2016, HAL. 109 -124.] * Dosen PNS Kopertis Wilayah II dipekerjakan pada STIE Rahmaniyah Sekayu dampak penerapan Peraturan Kemenkeu No.122/ PMK.010/2015 terhadap perhitungan pajak terutang bagi Wajib Pajak Orang Pribadi. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder berupa daftar penghasilan sepuluh karyawan tetap PT. Mufalqi Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin. TINJAUAN PUSTAKA Halim, dkk (2014:65), menyatakan bahwa: untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak (PKP) dari Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri, penghasilan netonya dikurangi dengan jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Sistem pengenaan pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Penghasilan menempatkan keluarga sebagai satu kesatuan ekonomis, artinya penghasilan atau kerugian dari seluruh anggota keluarga digabungkan sebagai satu kesatuan yang dikenai pajak dan pemenuhan kewajiban pajaknya dilakukan oleh kepala keluarga. Penghitungan besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak ditentukan menurut keadaan wajib pajak pada awal tahun pajak atau pada awal bagian tahun pajak. Menurut Resmi (2014:93), Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) merupakan jumlah penghasilan tertentu yang tidak dikenakan pajak. Wajib Pajak Orang Pribadi yang mempunyai anggota keluarga sedarah dan semenda dalam garis keturunan lurus yang menjadi tanggungan sepenuhnya, misalnya orang tua, mertua, anak kandung, atau anak angkat diberikan tambahan Penghasilan Tidak Kena Pajak untuk paling banyak tiga orang. Anggota keluarga tersebut dapat menjadi tanggungan sepenuhnya apabila tidak mempunyai penghasilan dan seluruh biaya hidupnya ditanggung oleh Wajib Pajak. Selanjutnya Sambodo (2015: 94), Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) merupakan cerminan kebutuhan dasar untuk hidup (basic need) si karyawan yang tidak boleh dikenakan pajak. Berlakunya jumlah tanggungan tersebut berdasarkan kondisi wajib pajak pada awal tahun atau awal bagian tahun pajak. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 162/PMK.011/2012 tentang Pajak Penghasilan, besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak ditetapkan seperti yang disajikan pada tabel 1.
  • 5. [DIPUBLIKASIKAN PADA JURNAL ILMIAH EKONOMIKA UNIVERSITAS BATURAJA VOLUME 9 NOMOR 1, APRIL 2016, HAL. 109 -124.] * Dosen PNS Kopertis Wilayah II dipekerjakan pada STIE Rahmaniyah Sekayu Tabel 1 PTKP Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 162/PMK.011/2012 Keterangan Besarnya PTKP Per Tahun (Rp) Diri Wajib Pajak orang pribadi 24.300.000 Tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin 2.025.000 Tambahan untuk istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami 24.300.000 Tambahan untuk setiap tanggungan (maksimal 3 orang) 2.025.000 Selanjutnya dalam rangka pemotongan Pajak Penghasilan bagi Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apapun (PPh Pasal 21) dan pelaporan Pajak Penghasilan dalam SPT Tahunan PPh Orang Pribadi Tahun 2015 dan seterusnya, maka pemerintah pada pertengahan tahun 2015 menetapkan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 122/PMK.010/2015, seperti yang disajikan pada tabel 2 berikut ini: Tabel 2 PTKP Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 122/PMK.010/2015 Keterangan Besarnya PTKP Per Tahun (Rp) Diri Wajib Pajak orang pribadi 36.000.000 Tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin 3.000.000 Tambahan untuk istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami 36.000.000 Tambahan untuk setiap tanggungan (maksimal 3 orang) 3.000.000
  • 6. [DIPUBLIKASIKAN PADA JURNAL ILMIAH EKONOMIKA UNIVERSITAS BATURAJA VOLUME 9 NOMOR 1, APRIL 2016, HAL. 109 -124.] * Dosen PNS Kopertis Wilayah II dipekerjakan pada STIE Rahmaniyah Sekayu Meskipun perubahan PTKP ini dikeluarkan bulan Juni 2015, namun diberlakukan mulai 1 Januari 2015 dan efektif diterapkan bulan Agustus 2015. Hal ini tentu saja akan berdampak pada jumlah pajak penghasilan yang akan dipotong atas penghasilan wajib pajak orang pribadi serta pelaporan SPT- Masa Pajak sebelum diterapkannya peraturan ini. Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa selain diri wajib pajak, Penghasilan Tidak Kena Pajak diperkenankan juga untuk wajib pajak yang mempunyai anggota keluarga sedarah dan semenda dalam garis keturunan lurus yang menjadi tanggungan sepenuhnya, misalnya orang tua, mertua, anak kandung, anak angkat, diberikan tambahan Penghasilan Tidak Kena Pajak untuk paling banyak 3 (tiga) orang. Tambahan PTKP untuk Anggota Keluarga Sedarah dan Semenda yang Menjadi Tanggungan Wajib Pajak yang mempunyai anggota keluarga sedarah dan semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya diberikan tambahan Penghasilan Tidak Kena Pajak untuk paling banyak 3 (tiga) orang. Yang dimaksud dengan anggota keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya adalah anggota keluarga yang tidak mempunyai penghasilan dan seluruh biaya hidupnya ditanggung oleh Wajib Pajak. Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata, pengertian kekeluargaan sedarah adalah pertalian kekeluargaan antara orang-orang dimana yang seorang adalah keturunan dari yang lain, atau antara orang-orang yang mempunyai bapak asal yang sama. Hubungan kekeluargaan sedarah dihitung dengan jumlah kelahiran. Setiap kelahiran disebut derajat. Urutan derajat yang satu dengan derajat yang lain disebut garis. Garis lurus adalah urutan derajat antara orang- orang dimana yang satu merupakan keturunan yang lain. Dalam garis lurus, dibedakan garis lurus kebawah dan garis lurus keatas. Garis lurus kebawah merupakan hubungan antara bapak asal dan keturunannya; sedangkan garis lurus keatas adalah hubungan antara seseorang dan mereka yang menurunkannya. Selanjutnya kekeluargaan semenda adalah suatu pertalian kekeluargaan karena perkawinan, yaitu pertalian antara salah seorang dari suami-istri dan
  • 7. [DIPUBLIKASIKAN PADA JURNAL ILMIAH EKONOMIKA UNIVERSITAS BATURAJA VOLUME 9 NOMOR 1, APRIL 2016, HAL. 109 -124.] * Dosen PNS Kopertis Wilayah II dipekerjakan pada STIE Rahmaniyah Sekayu keluarga sedarah dari pihak lain. Derajat kekeluargaan semenda dihitung dengan cara menghitung yang sama seperti cara menghitung derajat kekeluargaan sedarah. Pengertian keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus adalah: ayah, ibu dan anak kandung. Sedangkan yang termasuk dalam pengertian keluarga semenda dalam garis keturunan lurus adalah: ayah mertua, ibu mertua, dan anak tiri. Anggota keluarga sedarah dan semenda berikut ini tidak dapat diperhitungkan sebagai tanggungan untuk penghitungan tambahan PTKP:  Saudara kandung, karena termasuk dalam pengertian keluarga sedarah kesamping satu derajat.  Saudara ipar, karena termasuk dalam pengertian keluarga semenda ke samping satu derajat.  Saudara dari bapak/ibu, karena tidak termasuk dalam pengertian keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus. Anak yang Telah Memiliki Penghasilan Sendiri Dalam menghitung penghasilan kena pajak, penghasilan anak yang belum dewasa digabung dengan pengahsilan orang tuanya. Dengan demikian, meskipun anak tersebut telah memiliki pengahsilan sendiri dalam menghitung PTKP tetap diperhitungkan sebagai tanggungan Wajib Pajak (orang tuanya). Pengertian belum dewasa menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata adalah mereka yang belum mencapai umur genap dua puluh satu tahun dan tidak kawin sebelumnya. Sedangkan menurut Undang-undang Pajak adalah anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah menikah. Penghasilan yang diperoleh atau diterima anak yang telah dewasa (telah berumur 18 tahun atau lebih) akan dikenakan pajak tersendiri. Anak yang telah berumur 18 tahun atau lebih dan telah memperoleh penghasilan sendiri, tidak lagi diperhitungkan sebagai tanggungan dalam menghitung besarnya PTKP. Sebaliknya apabila Wajib Pajak mempunyai anak yang telah berumur 18 tahun atau lebih, tetapi masih menjadi tanggungan sepenuhnya Wajib Pajak (dan belum menikah), anak tersebut masih diperhitungkan sebagai tanggungan Wajib Pajak dalam menghitung besarnya PTKP.
  • 8. [DIPUBLIKASIKAN PADA JURNAL ILMIAH EKONOMIKA UNIVERSITAS BATURAJA VOLUME 9 NOMOR 1, APRIL 2016, HAL. 109 -124.] * Dosen PNS Kopertis Wilayah II dipekerjakan pada STIE Rahmaniyah Sekayu Tambahan PTKP Untuk Anak Angkat Selain untuk anggota keluarga sedarah dan semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat, tambahan PTKP juga diberikan untuk Wajib Pajak yang memiliki tanggungan anak angkat. Namun demikian jumlah tanggungan yang diperhitungkan dalam PTKP dibatasi maksimum 3 orang. Pengertian anak angkat dalam penghitungan PTKP bukanlah pengertian anak angkat sebagaimana dalam masyarakat sehari-hari yaitu seorang anak yang diakui dan diangkat sebagai anak, dan juga bukanlah pengertian anak angkat sebagaimana dimaksud dalamhukum perdata yang harus terlebih dahulu ada pengesahan dari Hakim Pengadilan Negeri. Akan tetapi, pengertian anak angkat yang dapat diperhitungkan dalam perundang-undangan pajak ditentukan dengan kriteria sebagai berikut: a. Seseorang yang belum dewasa. b. Yang tidak tergolong keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus dari Wajib Pajak. c. Dan menjadi tanggungan sepenuhnya dari Wajib Pajak. Pengertian menjadi tanggungan sepenuhnya menurut Undang-undang Pajak Penghasilan berdasarkan keadaan yang dapat terlihat dari keadaan yang nyata, yaitu:  Tinggal bersama-sama Wajib Pajak  Nampak secara nyata tidak mempunyai penghasilan sendiri.  Tidak pula turut dibantu oleh lain-lain anggota keluarga atau oleh orang tuanya sendiri. Sedangkan kalau Wajib Pajak sekedar menyumbang, membantu, bertanggung jawab dan sebagainya, maka tidak termasuk dalam menjadi tanggungan sepenuhnya. PTKP Untuk Karyawati Kawin dan Wajib Pajak yang Belum Menikah Dalam hal karyawati kawin, PTKP yang dapat dikurangkan adalah hanya untuk dirinya sendiri. Namun demikian, bagi karyawati kawin yang menunjukkan keterangan tertulis dari Pemerintah Daerah setempat (serendah-rendahnya kecamatan) bahwa suaminya tidak menerima atau memperoleh penghasilan, selain
  • 9. [DIPUBLIKASIKAN PADA JURNAL ILMIAH EKONOMIKA UNIVERSITAS BATURAJA VOLUME 9 NOMOR 1, APRIL 2016, HAL. 109 -124.] * Dosen PNS Kopertis Wilayah II dipekerjakan pada STIE Rahmaniyah Sekayu PTKP untuk dirinya sendiri diberikan tambahan PTKP untuk status menikah serta untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya. Bagi karyawan dan karyawati yang belum berkeluarga (TK) untuk pengurangan PTKP disamping untuk diri karyawan atau karyawati dapat pula memperoleh tambahan pengurangan PTKP untuk anggota keluarga sedarah dan semenda, termasuk anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya maksimal 3 orang. PEMBAHASAN Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) bagi Wajib Pajak Orang Pribadi dilakukan dengan cara mengurangi seluruh penghasilan bruto dengan semua biaya-biaya yang diperkenankan untuk dikurangkan sehingga diperoleh penghasilan neto. Selanjutnya untuk menghitung penghasilan kena pajak (PKP), maka penghasilan neto dikurang dengan jumlah PTKP sesuai dengan kondisi Wajib Pajak Orang Pribadi. Penentuan jumlah PPh terutang didasarkan pada jumlah PKP dikalikan tarif pajak yang berlaku. Penerapan perhitungan PTKP dalam penghitungan PPh pasal 21 terutang bagi Wajib Pajak Orang Pribadi ini dilakukan dengan menggunakan data sepuluh Wajib Pajak Orang Pribadi dari karyawan tetap Perusahaan PT. Mufalqi seperti yang terlihat pada tabel 3. Setiap karyawan PT. Mufalqi selain menerima gaji pokok sebulan juga diberikan tunjangan sebagai tambahan penghasilan. Setiap karyawan membayar iuran pensiun sebesar 2% sebulan dari gaji pokok sebulan, dan untuk perhitungan pajak semua karyawan diberikan pengurangan biaya jabatan sebesar 5% dari penghasilan kotor sebulan dengan ketentuan maksimal Rp. 500.000,- sebulan atau Rp. 6.000.000 setahun. Dari sepuluh karyawan tetap PT. Mufalqi yang memiliki gaji terendah sebesar Rp. 3.554.000.- dan yang tertinggi Rp. 6.085.000. selebihnya memperoleh gaji berkisar antara Rp.4.000.000.- sampai dengan Rp. 5.000.000. Tabel 3 Daftar Penghasilan Karyawan Sebulan Tahun 2015
  • 10. [DIPUBLIKASIKAN PADA JURNAL ILMIAH EKONOMIKA UNIVERSITAS BATURAJA VOLUME 9 NOMOR 1, APRIL 2016, HAL. 109 -124.] * Dosen PNS Kopertis Wilayah II dipekerjakan pada STIE Rahmaniyah Sekayu No. Nama Karyawan Status Gaji Pokok Sebulan Tunjangan Penghasilan Kotor Sebulan Biaya Jabatan Sebulan Iuran Pensiun Sebulan Penghasilan Bersih Sebulan 1 John Hendra K/2 4,000,000 1,700,000 5,700,000 285,000 80,000 5,335,000 2 Abdul Halim K/3 4,500,000 2,000,000 6,500,000 325,000 90,000 6,085,000 3 Wahyu Saputra K/1 3,500,000 1,000,000 4,500,000 225,000 70,000 4,205,000 4 Asrianto K/0 4,000,000 1,500,000 5,500,000 275,000 80,000 5,145,000 5 Bambang Putra K/3 4,300,000 2,000,000 6,300,000 315,000 86,000 5,899,000 6 Suntarja K/2 4,400,000 1,250,000 5,650,000 282,500 88,000 5,279,500 No. Nama Karyawan Status Gaji Pokok Sebulan Tunjangan Penghasilan Kotor Sebulan Biaya Jabatan Sebulan Iuran Pensiun Sebulan Penghasilan Bersih Sebulan 7 Arif Jauhari K/1 3,500,000 1,500,000 5,000,000 250,000 70,000 4,680,000 8 Ediyanto K/2 3,400,000 1,250,000 4,650,000 232,500 68,000 4,349,500 9 Romadoni TK/- 2,800,000 1,000,000 3,800,000 190,000 56,000 3,554,000 10 Bayu Saputra K/1 4,200,000 2,000,000 6,200,000 310,000 84,000 5,806,000 Sumber: PT. Mufalqi Tahun 2016 Berdasarkan tabel 3, maka penghitungan PPh pasal 21 Karyawan menurut ketentuan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 162/PMK.011/2012 disajikan seperti pada tabel 4 berikut ini. Tabel 4 Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Berdasarkan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Menurut Ketentuan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 162/PMK.011/2012 No. Nama Karyawan Status Penghasilan Bersih Sebulan Penghasilan Tidak Kena Pajak Penghasilan Kena Pajak Sebulan PPh Pasal 21 Sebulan 1 John Hendra K/2 5,335,000 2,531,250 2,803,750 140,187.50 2 Abdul Halim K/3 6,085,000 2,700,000 3,385,000 169,250.00 3 Wahyu Saputra TK/1 4,205,000 2,193,750 2,011,250 100,562.50 4 Asrianto K/0 5,145,000 2,193,750 2,951,250 147,562.50 5 Bambang Putra K/3 5,899,000 2,700,000 3,199,000 159,950.00 6 Suntarja TK/2 5,279,500 2,362,500 2,917,000 145,850.00 7 Arif Jauhari K/1 4,680,000 2,362,500 2,317,500 115,875.00 8 Ediyanto K/2 4,349,500 2,531,250 1,818,250 90,912.50
  • 11. [DIPUBLIKASIKAN PADA JURNAL ILMIAH EKONOMIKA UNIVERSITAS BATURAJA VOLUME 9 NOMOR 1, APRIL 2016, HAL. 109 -124.] * Dosen PNS Kopertis Wilayah II dipekerjakan pada STIE Rahmaniyah Sekayu 9 Romadoni TK/- 3,554,000 2,025,000 1,529,000 76,450.00 10 Bayu Saputra K/1 5,806,000 2,362,500 3,443,500 172,175.00 Total 50,338,000 23,962,500 26,375,500 1,318,775.00 Sumber: PT. Mufalqi Tahun 2016 (data diolah) Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4 dapat dijelaskan bahwa, jumlah penghasilan bersih sebulan sebesar Rp. 50.338.000,- untuk sepuluh karyawan PT. Mufalqi dan jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) menurut Ketentuan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 162/PMK.011/2012 adalah sebesar Rp. 23.962.500, sehingga jumlah Penghasilan Kena Pajak (PKP) sebulan sebesar Rp. 26.375.500.-. Berdasarkan PKP, maka Pajak Penghasilan pasal 21 Karyawan sebulan yang dipungut adalah 5% dari PKP, sehingga total pajak terutang sebesar Rp. 1.318.775. Perhitungan ini dilakukan oleh PT. Mufalqi ini selama delapan bulan yaitu dari Januari sampai dengan Agustus 2015, karena meskipun peraturan PTKP terbaru ini telah diundangkan namun bagian keuangan perusahaan baru mengetahuinya pada awal bulan Agustus sehingga mereka baru menerapkannya untuk perhitungan PPh terutang masa pajak bulan Agustus. Selanjutnya untuk melihat dampak penerapan PTKP menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 122/PMK.010/2015 pada perhitungan pajak terutang Wajib Pajak Orang Pribadi sepuluh orang karyawan PT. Mufalqi disajikan pada tabel 5. Tabel 5 Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Berdasarkan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Menurut Ketentuan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 122/PMK.010/2015 No. Nama Karyawan Status Penghasilan Penghasilan Penghasilan PPh Bersih Tidak Kena Pajak Pasal 21 Sebulan Kena Pajak Sebulan Sebulan 1 John Hendra K/2 5,335,000 3,750,000 1,585,000 79,250 2 Abdul Halim K/3 6,085,000 4,000,000 2,085,000 104,250
  • 12. [DIPUBLIKASIKAN PADA JURNAL ILMIAH EKONOMIKA UNIVERSITAS BATURAJA VOLUME 9 NOMOR 1, APRIL 2016, HAL. 109 -124.] * Dosen PNS Kopertis Wilayah II dipekerjakan pada STIE Rahmaniyah Sekayu 3 Wahyu Saputra TK/1 4,205,000 3,250,000 955,000 47,750 4 Asrianto K/0 5,145,000 3,250,000 1,895,000 94,750 5 Bambang Putra K/3 5,899,000 4,000,000 1,899,000 94,950 6 Suntarja TK/2 5,279,500 3,500,000 1,779,500 88,975 7 Arif Jauhari K/1 4,680,000 3,500,000 1,180,000 59,000 8 Ediyanto K/2 4,349,500 3,750,000 599,500 29,975 9 Romadoni TK/- 3,554,000 3,000,000 554,000 27,700 10 Bayu Saputra K/1 5,806,000 3,500,000 2,306,000 115,300 Total 50,338,000 35,500,000 14,838,000 741,900 Sumber: PT. Mufalqi Tahun 2016 (data diolah) Berdasarkan tabel 5 dapat dijelaskan bahwa total penghasilan neto wajib pajak orang pribadi setiap bulan sebesar Rp. 50.338.000, dan penghasilan tidak kena pajak adalah sebesar Rp. 35.500.000 sehingga total penghasilan kena pajak adalah sebesar Rp. 14.838.000. Berdasarkan PKP ini, maka total jumlah PPh terutang untuk sepuluh wajib pajak orang pribadi setiap bulannya yang harus disetor dan dilaporkan oleh PT. Mufalqi adalah sebesar Rp. 741.900. Dari perhitungan PPh terutang sebulan bagi sepuluh karyawan PT. Mufalqi baik berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan: Nomor 162/PMK.011/2012, maupun Nomor 122/PMK.010/2015, maka dapat disusun tabel perbedaan perhitungan PPh pasal 21 Karyawan seperti yang disajikan pada tabel 6 berikut ini. Tabel 6 Perbedaan Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Menurut Ketentuan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 162/PMK.011/2012 Dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 122/PMK.010/2015 No. Nama Karyawan Status PPh Pasal 21 Sebulan Selisih PPh Pasal 21 Sebulan Menurut Ketentuan Peraturan Menteri Keuangan No:162/ PMK.011/2012 Menurut Ketentuan Peraturan Menteri Keuangan No: 122/ PMK.010/2015 1 John Hendra K/2 140,187.50 79,250 60,937.50 2 Abdul Halim K/3 169,250.00 104,250 65,000.00 3 Wahyu Saputra TK/1 100,562.50 47,750 52,812.50 4 Asrianto K/0 147,562.50 94,750 52,812.50 5 Bambang K/3 159,950.00 94,950 65,000.00
  • 13. [DIPUBLIKASIKAN PADA JURNAL ILMIAH EKONOMIKA UNIVERSITAS BATURAJA VOLUME 9 NOMOR 1, APRIL 2016, HAL. 109 -124.] * Dosen PNS Kopertis Wilayah II dipekerjakan pada STIE Rahmaniyah Sekayu Putra 6 Suntarja TK/2 145,850.00 88,975 56,875.00 7 Arif Jauhari K/1 115,875.00 59,000 56,875.00 8 Ediyanto K/2 90,912.50 29,975 60,937.50 9 Romadoni TK/- 76,450.00 27,700 48,750.00 10 Bayu Saputra K/1 172,175.00 115,300 56,875.00 Total selisih perhitungan PPh pasal 21 576,875.00 Sumber: PT. Mufalqi Tahun 2016 (data diolah) Berdasarkan tabel 6 dapat dijelaskan bahwa, total selisih pajak terutang yaitu sebesar Rp. 1.318.775 - Rp. 741.900 = Rp. 576.875 sebulan atau mengalami penurunan sebesar 43,74% dari pajak penghasilan terutang berdasarkan perhitungan PTKP lama. Dampak Penerapan PTKP Terhadap Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang Terutang Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Implementasi perhitungan pajak penghasilan pasal 21 terutang berdasarkan PTKP menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 162/PMK.011/2012 dapat dilihat pada tabel 4. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa total PTKP per bulan untuk sepuluh Wajib Pajak sebesar Rp. 23.962.500 dan total Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 sebulan yang harus dipotong atas sepuluh Wajib Pajak adalah sebesar Rp. 1.318.775. Selanjutnya perhitungan pajak penghasilan pasal 21 terutang berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 122/PMK.010/2015 dapat dilihat pada tabel 5. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa total PTKP per bulan untuk sepuluh Wajib Pajak sebesar Rp. 35.500.000, sedangkan total Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 yang harus dipotong atas sepuluh Wajib Pajak adalah sebesar Rp. 741.900. Dengan demikian, dapat dijelaskan bahwa perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang meningkat lebih kurang 48,15% dari PTKP sebelumnya akan mengurangi jumlah penghasilan kena pajak sebesar Rp. 11.537.500.-. atau 43,74%, sehingga memberikan dampak menurunnya jumlah pajak terutang sebesar Rp. 576.875 seperti yang disajikan pada tabel 6. Penurunan jumlah pajak
  • 14. [DIPUBLIKASIKAN PADA JURNAL ILMIAH EKONOMIKA UNIVERSITAS BATURAJA VOLUME 9 NOMOR 1, APRIL 2016, HAL. 109 -124.] * Dosen PNS Kopertis Wilayah II dipekerjakan pada STIE Rahmaniyah Sekayu terutang tersebut memberikan dampak peningkatan atas penghasilan setelah pajak yang diterima oleh Wajib Pajak Orang Pribadi, sehingga memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap peningkatan daya beli wajib pajak. Dampak Penerapan PTKP Terhadap Pelaporan SPT- Masa Pajak Sebelum dan Sesudah Pemberlakuan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 122/PMK.010/2015. Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 122/PMK.010/2015, dikeluarkan oleh Pemerintah pada tanggal 29 Juni 2015, namun diberlakukan efektif sejak 1 Januari 2015. Hal ini tentu saja akan memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap perhitungan pajak terutang bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang telah dihitung dan dibayar pada beberapa bulan sebelumnya yaitu masa pajak Januari sampai dengan Juni 2015. Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi/Pemotong Pajak yang telah menghitung pajak terutang berdasarkan peraturan PTKP tahun 2012 diwajibkan untuk melakukan perhitungan kembali atas perhitungan pajaknya sesuai dengan peraturan terbaru tahun 2015. Perubahan peraturan ini mengakibatkan PTKP mengalami peningkatan, sehingga jumlah pajak terutang menjadi lebih kecil dari perhitungan pajak terutang masa pajak sebelumnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya kelebihan bayar pajak. Bagi Wajib Pajak/Pemotong Pajak yang telah melaporkan pajak masanya melalui pelaporan SPT-Masa Pajak sampai saat dikeluarkannya peraturan PTKP terbaru yaitu untuk masa pajak Januari sampai dengan Juni 2015 harus melaksanakan mekanisme perpajakan yaitu: melakukan perhitungan kembali atas pajak terutang masa pajak sebelum menerapkan peraturan yang terbaru, kemudian melakukan revisi serta melaporkan kembali SPT- Masa dan memperhitungkan pajak terutang hasil perhitungan tersebut dalam SPT-Tahunan Wajib Pajak Pemotong pajak yang telah memungut pajak atas wajib pajak orang pribadi yang menjadi pegawai atau karyawan. Perhitungan kembali pajak terutang ini mengakibatkan kelebihan bayar pajak yang telah disetor oleh Wajib Pajak Pemotong untuk masa pajak Januari sampai dengan Juni tahun 2015. Atas kelebihan bayar pajak tersebut dapat dikompensasikan untuk pembayaran pajak terutang pada masa pajak berikutnya. Meskipun peraturan ini telah diberlakukan namun masih banyak wajib pajak orang pribadi maupun pemotong yang belum melaksanakannya, bahkan
  • 15. [DIPUBLIKASIKAN PADA JURNAL ILMIAH EKONOMIKA UNIVERSITAS BATURAJA VOLUME 9 NOMOR 1, APRIL 2016, HAL. 109 -124.] * Dosen PNS Kopertis Wilayah II dipekerjakan pada STIE Rahmaniyah Sekayu sebagian besar wajib pajak yang belum mematuhi peraturan tersebut mengemukakan bahwa mereka belum mengetahui adanya perubahan peraturan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan peraturan perpajakan belum tersosialisasi secara baik dan efektif kepada semua Wajib Pajak baik sebagai pemotong maupun wajib pajak orang pribadi sebagai pembayar langsung. Disisi lain, wajib pajak juga merasa antipati terhadap pajak karena menurut pandangan wajib pajak, pembayaran pajak itu memberatkan mereka secara ekonomis dan akan mengurangi penghasilan wajib pajak serta secara administrasi sering menyulitkan wajib pajak akibat ketidakmengertian mereka terhadap peraturan perpajakan yang berlaku. SIMPULAN Berdasarkan uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), seperti yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 122/PMK.010/2015 yang diterbitkan tanggal 29 Juni 2015 dan mulai diberlakukan efektif 1 Januari 2015, sehingga pemberlakuan serta penerapan peraturan ini memberikan dampak sebagai berikut: 1. Meningkatnya jumlah PTKP sebesar 48,15%, sehingga perubahan ini juga mengakibatkan menurunnya jumlah Pajak Penghasilan pasal 21 terutang yang harus dipotong atas Wajib Pajak Orang Pribadi sebesar 43,74%. 2. Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang dipotong pajaknya, peningkatan jumlah PTKP ini menurunkan jumlah pajak terutang sehingga atas pajak yang sudah dipotong atau dibayar untuk masa pajak sebelumnya terjadi kelebihan bayar pajak. 3. Bagi Pihak Pemotong Pajak yang telah memotong pajak atas Wajib Pajak Orang Pribadi, harus melaksanakan mekanisme perpajakan dengan cara melakukan: perhitungan kembali pajak terutang untuk masa pajak sebelum diundangkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 122/PMK.010/2015, merevisi dan melaporkan kembali SPT-Masa secara benar sesuai ketentuan yang berlaku sekarang dan melaporkan jumlah pajak terutang yang telah dipungut/dipotong atas Wajib Pajak Orang Pribadi berdasarkan peraturan terbaru dalam SPT-Tahunan tahun pajak 2015.
  • 16. [DIPUBLIKASIKAN PADA JURNAL ILMIAH EKONOMIKA UNIVERSITAS BATURAJA VOLUME 9 NOMOR 1, APRIL 2016, HAL. 109 -124.] * Dosen PNS Kopertis Wilayah II dipekerjakan pada STIE Rahmaniyah Sekayu SARAN Berdasarkan simpulan diatas penulis, memberikan saran atau masukan kepada semua pihak terkait guna penegakan hukum (law inforcement) di bidang perpajakan. Adapun saran tersebut adalah sebagai berikut: 1. Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi/ Pemotong pajak segera mengimplementasikan perubahan peraturan PTKP terbaru ini secara tepat waktu dan segera melakukan revisi dan melaporkan SPT-Masa maupun SPT- Tahunan, karena perubahan PTKP ini memberikan dampak positif bagi Wajib Pajak orang pribadi yaitu kelebihan bayar pajak. Atas kelebihan bayar pajak ini dapat dikompensasikan untuk pembayaran masa pajak berikutnya, sehingga secara ekonomis mengurangi beban Wajib Pajak Orang Pribadi yang telah membayar/dipungut pajaknya. 2. Bagi pihak pemerintah dalam hal ini KPP di setiap wilayah diseluruh Indonesia, khususnya KPP Pratama sebaiknya melakukan sosialisasi yang lebih intensif dan dengan konsep pendekatan pajak sahabat rakyat, para petugas pajak dengan sukarela dapat membimbing serta membina Wajib Pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab sebagai warga Negara yang taat pajak. DAFTAR PUSTAKA Halim, Abdul.dkk. 2014. Perpajakan: Konsep, Aplikasi, Contoh, dan Studi Kasus. Jakarta: Salemba Empat. Pemerintah Republik Indonesia. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008, Tentang Pajak Penghasilan. Jakarta: Dirjen Pajak. Pemerintah Republik Indonesia. Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 162/PMK.011/2012 Tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak. Pemerintah Republik Indonesia. Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 122/PMK.010/2015 Tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak. Resmi, Siti. 2014. Perpajakan: Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat. Sambodo, Agus. 2015. Pajak Dalam Entitas Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
  • 17. [DIPUBLIKASIKAN PADA JURNAL ILMIAH EKONOMIKA UNIVERSITAS BATURAJA VOLUME 9 NOMOR 1, APRIL 2016, HAL. 109 -124.] * Dosen PNS Kopertis Wilayah II dipekerjakan pada STIE Rahmaniyah Sekayu Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Bussiness. 4Th Edition. New York: John Wiley&Son Inc. Triyani. 2005. Tanggungan yang Dapat Diperhitungkan dalam PTKP. Jurnal Perpajakan Indonesia. Volume 5 Nomor 2 edisi September 2005.