SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
Download to read offline
* Dosen PNS Kopertis Wilayah II dpk pada STIE Rahmaniyah Sekayu
ANALISIS PERTUMBUHAN SERTA EFEKTIVITAS DAN
EFISIENSI PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH
KABUPATEN MUSI BANYUASIN
Oleh:
Farida Aryani*
ABSTRACT
This research is intended to know the growth, effectiveness and efficiency of
regional tax collecting of Musi Banyuasin regency. This research is a
quantitative research using primary data based on the results of interview
and secondary data in the form of budget and realization of regional tax
receiving as well as the cost of tax collecting for three years period 2009 to
2013. The result of this research states that the growth of regional tax of
Musi Banyuasin is considered very well and the rate of acceptance
realization increase is 57.25% from 2009 to 2013, inspite of the fact that the
ratio of growth is relatively small that is 2.66.The effectiveness of regional
tax collecting of Musi Banyuasin regency from 2009 untill 2013 was
completely effective due to the fact that the effectiveness ratio rate is more
than 100%; that is 130.78% in spite of the fact that in 2012 and 2013 the
target of regional tax acceptance had not reached 100% yet. The
unreachable regional tax acceptance was caused by the unpaid regional tax
that is caused by low awareness of regional tax payers and furthermore the
regional government is not strict to give the sanctions to the tax payers who
did not pay the tax. Having a look at the efficiency of regional tax collecting
from 2009 to 2013, it could be categorized that it is highly efficient due to
the fact that the collecting cost is less than 25%; it’s only 5%.
Keywords: Regional Tax Growth, Effectiveness of Regional Tax Collecting
and Efficiency of Regional Tax Collecting.
PENDAHULUAN
Dalam konteks penghimpunan sumber pendapatan daerah, biaya,
sarana, tenaga dan cara yang digunakan merupakan ukuran dari masukan,
sedangkan penerimaan daerah akan menjadi ukuran dari pada keluaran.
Pengukuran kinerja pajak dapat dilihat baik dari sisi efektivitas maupun
efisiensi. Pemungutan pajak daerah dilakukan melalui rangkaian kegiatan
mulai dari penghimpunan data objek dan subjek pajak, penentuan besarnya
* Dosen PNS Kopertis Wilayah II dpk pada STIE Rahmaniyah Sekayu
pajak yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak kepada wajib pajak
serta pengawasan penyetorannya. Pemungutan pajak daerah didasarkan pada
penetapan Kepala Daerah atau dibayar sendiri oleh Wajib pajak.
Pemungutan pajak daerah berdasarkan penetapan dilaksanakan dengan
menggunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah atau dokumen lain yang
dipersamakan. Selanjutnya pembayaran pajak yang dilakukan sendiri oleh
Wajib Pajak menggunakan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah, Surat
Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar dan/atau Surat Ketetapan Pajak
Daerah Kurang Bayar Tambahan.
Kemandirian pemerintah kabupaten/kota dapat dilihat dari besarnya
PAD yang diperoleh pemerintah kabupaten/kota tersebut. Salah satu sumber
Pendapatan Asli Daerah adalah berasal dari pajak daerah. Semakin besar
pajak yang diterima akan semakin meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
(PAD). Pajak daerah merupakan beban masyarakat sehingga perlu dijaga
agar kebijakan tersebut dapat memberikan beban yang adil. Sejalan dengan
sistem otonomi daerah, pembinaan pajak daerah harus dilakukan secara
terpadu dengan peraturan pemerintah pusat. Pembinaan ini dilakukan secara
terus menerus, terutama mengenai objek, subjek, dan tarif pajak, sehingga
pendapatan dari pajak daerah terus meningkat.
Kabupaten Musi Banyuasin merupakan salah satu kabupaten
terbesar dengan luas 15% dari Provinsi Sumatera Selatan serta memiliki
beraneka ragam sumber daya alam dan jasa yang dapat dikenakan pajak
daerah, mulai dari sektor industri sampai dengan jasa-jasa yang disediakan
* Dosen PNS Kopertis Wilayah II dpk pada STIE Rahmaniyah Sekayu
oleh pihak swasta yang dapat dikenakan tarif pajak daerah. Berdasarkan
data yang diperoleh dapat dijelaskan bahwa target (anggaran) penerimaan
pajak daerah kabupaten Musi Banyuasin mengalami peningkatan yang
cukup besar setiap tahun selama lima tahun dari tahun 2009 sampai dengan
2013, namun realisasi penerimaan pajak daerahnya berfluktuasi bahkan
tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 melebihi 100%, sedangkan tahun
2012 dan 2013 hanya mencapai 90%.
Menurut pengamatan Peneliti, ada fenomena yang menarik perhatian
yaitu pemerintah terus meningkatkan jumlah target penerimaan pajak
daerah, padahal prosentase realisasinya mengalami penurunan. Fenomena
inilah yang mendorong peneliti untuk menganalisis pertumbuhan pajak
daerah, efektivitas dan efisiensi pemungutan pajak daerah Kabupaten Musi
Banyuasin. Adapun masalah yang akan dianalisis dalam penelitian ini
adalah: bagaimana pertumbuhan serta efektifitas dan efisiensi pemungutan
pajak daerah Kabupaten Musi Banyuasin selama tahun 2009 sampai dengan
tahun 2013?
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: pertumbuhan serta
efektifitas dan efisiensi pemungutan pajak daerah Kabupaten Musi
Banyuasin selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2013. Penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin
khususnya Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
(DPPKAD) Kabupaten Musi Banyuasin dalam pengambilan keputusan dan
* Dosen PNS Kopertis Wilayah II dpk pada STIE Rahmaniyah Sekayu
kebijakan penetapan target penerimaan pajak daerah guna meningkatkan
pertumbuhan serta efektivitas dan efisiensi pemungutan pajak daerah.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian terapan (applied research).
Sekaran (2006:9), menyatakan bahwa penelitian terapan yaitu penelitian
yang dilakukan untuk memecahkan masalah mutakhir yang dihadapi oleh
manajer dalam konteks pekerjaan, yang menuntut solusi tepat waktu.
Penelitian ini bersifat deskriptif. Anwar Sanusi (2013:13),
menyatakan bahwa: desain penelitian deskriptif adalah desain penelitian
yang disusun dalam rangka memberikan gambaran secara sistematis
tentang informasi ilmiah yang berasal dari subjek atau objek penelitian.
Penelitian deskriptif berfokus pada penjelasan sistematis tentang fakta
yang diperoleh saat penelitian dilakukan.
Berdasarkan sumbernya data yang digunakan adalah data
sekunder. Arikunto (2006:125), menyatakan bahwa: “Data sekunder
merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain)”.
Data sekunder dalam penelitian ini berupa data anggaran dan laporan
realisasi pajak daerah serta biaya pemungutan pajak daerah Kabupaten Musi
Banyuasin. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan wawancara dan
dokumentasi. Guna memberikan gambaran yang lebih jelas dan sederhana
* Dosen PNS Kopertis Wilayah II dpk pada STIE Rahmaniyah Sekayu
Pajak Daerah
Pertumbuhan
Efektivitas
Efisiensi
dalam proses penelitian ini, terutama dalam melakukan pembahasan, maka
penulis menyusun kerangka pemikiran seperti bagan 1 berikut ini.
Bagan 1: Kerangka Pemikiran
Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis rasio
pertumbuhan, efektivitas dan efisiensi. Menurut Darwin (2010:59), rasio
pertumbuhan, efektivitas dan efisiensi dihitung dengan menggunakan rumus
berikut ini:
1. Pertumbuhan pajak daerah dihitung dengan formula laju pertumbuhan
sebagai berikut:
Xt
Rasio Pertumbuhan (r) = X 100%
Xt – t-1
Dimana:
Xt = Nilai Realisasi pajak daerah Tahun ke t
Xt – Xt-1 = Nilai Realisasi pajak daerah Tahun sebelumnya
r = Laju Pertumbuhan
2. Efektifitas pajak daerah dihitung dengan formula berikut:
Realisasi penerimaan pajak daerah
Rasio Efektifitas = X 100%
Anggaran pajak daerah
* Dosen PNS Kopertis Wilayah II dpk pada STIE Rahmaniyah Sekayu
3. Efisiensi pajak daerah dihitung dengan formula berikut:
Biaya pemungutan pajak daerah
Rasio Efisiensi = X 100%
Realisasi penerimaan pajak daerah
TELAAH PUSTAKA
A. Konsep Pajak Daerah
Masyahrul (2006:5), menyatakan bahwa: “Pajak daerah adalah pajak
yang dikelola oleh pemerintah daerah baik pemerintah daerah TK.I maupun
pemerintah daerah TK. II dan hasilnya dipergunakan untuk membiayai
pengeluaran rutin dan pembangunan daerah (APBD)”. Selanjutnya Siahaan
(2005:7), menyatakan bahwa: “Pajak daerah adalah iuran wajib yang
dilakukan oleh daerah kepada orang pribadi atau badan tanpa imbalan
langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarka peraturan
perundang-undangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang perubahan atas UU
Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah pasal 1,
menyatakan bahwa: “Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh
orang pribadi dan badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang
seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelanggaraan
pemerintah daerah dan pembangunan daerah”.
Dari beberapa konsep yang diuraikan tersebut dapat disimpulkan
bahwa pajak daerah adalah penerimaan daerah yang berasal dari orang
* Dosen PNS Kopertis Wilayah II dpk pada STIE Rahmaniyah Sekayu
pribadi atau badan yang sifatnya dapat dipaksakan (yuridis) berdasarkan
peraturan perundang-undangan dan tidak ada kontra prestasi/imbalan secara
langsung serta digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah daerah
dan pembangunan daerah. Wewenang pemungutan pajak daerah ada pada
pemerintah daerah yang pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Pendapatan
Daerah.
Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 yang telah direvisi dengan
Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 memberikan peluang kepada daerah
kabupaten/kota untuk memungut jenis pajak daerah lain yang dipandang
memenuhi syarat selain dari jenis pajak daerah kabupaten/kota yang telah
ditetapkan. Penetapan jenis pajak lainnya ini harus benar-benar bersifat
spesifik dan potensial di daerah yang bersangkutan. Hal ini dimaksudkan
untuk memberikan keleluasaan kepada daerah kabupaten/kota dalam
mengantisipasi situasi dan kondisi serta perkembangan perekonomian
daerah pada masa mendatang yang mengakibatkan perkembangan potensi
pajak dengan tetap memperhatikan kesejahteraan, jenis pajak dan aspirasi
masyarakat serta memenuhi kriteria yang ditetapkan.
Menurut Tunggal (1999:25), pajak daerah harus memenuhi beberapa
persyaratan antara lain:
1. Tidak boleh bertentangan atau harus searah dengan kebijaksanaan
pemerintah pusat.
2. Pajak daerah harus sederhana dan tidak terlalu banyak jenisnya.
* Dosen PNS Kopertis Wilayah II dpk pada STIE Rahmaniyah Sekayu
3. Biaya administrasi harus rendah.
4. Tidak mencampuri sistem perpajakan pusat maupun peraturan-peraturan
yang ditetapkan oleh daerah serta dapat dipaksakan.
Kebijakan pemungutan pajak daerah berdasarkan peraturan daerah,
diupayakan tidak berbenturan dengan pemungutan yang dilakukan oleh
pemerintah pusat (pajak maupun bea dan cukai), karena hal tersebut akan
menimbulkan duplikasi pungutan yang pada akhirnya akan mendistorsi
kegiatan perekonomian. Hal tersebut sebetulnya sudah diantisipasi dalam
UU No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
sebagaimana diubah dengan UU No. 28 Tahun 2009, dimana dinyatakan
bahwa objek pajak daerah bukan merupakan objek pajak pusat.
Pajak daerah yang baik merupakan pajak yang akan mendukung
pemberian kewenangan kepada daerah dalam rangka pembiayaan
desentralisasi. Untuk itu, pemerintah daerah dalam melakukan pungutan
pajak harus tetap menempatkan sesuai dengan fungsinya.
B. Jenis-Jenis Pajak Daerah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 pajak di
Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu pajak provinsi dan pajak
kabupaten/kota. Berdasarkan undang-undang tersebut pemerintah daerah
kabupaten/kota diberi kewenangan untuk memungut 11 (sebelas) jenis
pajak, yaitu : (1) Pajak hotel; (2) Pajak restoran; (3) Pajak hiburan; (4) Pajak
reklame; (5) Pajak penerangan jalan; (6) Pajak pengambilan mineral bukan
* Dosen PNS Kopertis Wilayah II dpk pada STIE Rahmaniyah Sekayu
logam dan batuan; (7) Pajak parkir; (8) Pajak air tanah; (9) Pajak sarang
burung walet; (10) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesan dan Perkotaan; dan
(11) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
Pajak daerah yang dipungut oleh Pemerintah Kabupaten Musi
Banyuasin hanya 9 (sembilan) jenis pajak yaitu : (1) Pajak Hotel (Perda
Nomor 06 Tahun 2010 yang merupakan revisi atas Perda Nomor 26 Tahun
2002 tentang Pajak Hotel); (2) Pajak Restoran (Perda Nomor 07 Tahun 2010
yang merupakan revisi atas Perda Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pajak
Restoran); (3) Pajak Hiburan (Perda Nomor 10 Tahun 2010 yang
merupakan revisi atas Perda Nomor 28 Tahun 2002 tentang Pajak Hiburan);
(4) Pajak Reklame (Perda Nomor 03 Tahun 2010 yang merupakan revisi
atas Perda Nomor 27 Tahun 2002 tentang Pajak Reklame); (5) Pajak
Penerangan Jalan (Perda Nomor 05 Tahun 2010 yang merupakan revisi atas
Perda Nomor 16 Tahun 2008 tentang Pajak Penerangan Jalan); (6) Pajak
Pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan (Perda Nomor 08 Tahun
2010 yang merupakan revisi atas Perda Nomor 05 Tahun 1998 tentang
Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C); (7) Pajak Air Tanah (Perda
Nomor 04 Tahun 2010); (8) Pajak Sarang Burung Walet (Perda Nomor 09
Tahun 2010); (9) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (Perda
Nomor 11 Tahun 2010). Di Kabupaten Musi Banyuasin pajak parkir masuk
dalam komponen retribusi daerah sedangkan pajak bumi dan bangunan
perdesaan dan perkotaan masuk dalam komponen dana perimbangan.
Peraturan daerah tersebut mulai diberlakukan 1 Januari 2011.
* Dosen PNS Kopertis Wilayah II dpk pada STIE Rahmaniyah Sekayu
B. Pertumbuhan (Growth)
Halim (2002: 135), mengemukakan bahwa: “Pertumbuhan mengukur
seberapa besar kemampuan pemerintah daerah dalam mempertahankan dan
meningkatkan keberhasilan yang telah dicapai dari periode ke periode
berikutnya”. Dengan diketahuinya pertumbuhan pajak daerah baik target
maupun realisasinya maka pemerintah daerah dapat melakukan evaluasi
guna menetapkan kebijakan dimasa yang akan datang.
C. Konsep Efektivitas
Prakoso (2003:134), menyatakan bahwa: “Efektivitas ialah
imbangan antara pendapatan pajak yang sebenarnya terhadap pendapatan
yang potensial dari suatu pajak, yaitu dengan anggapan bahwa mereka yang
seharusnya membayar dengan jumlah yang seharusnya dibayarkan benar-
benar memenuhi kewajibannya. Selanjutnya Halim (2007:234),
mengemukakan bahwa: efektivitas menggambarkan kemampuan pemerintah
daerah dalam merealisasikan penerimaan pajak yang direncanakan
dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah.
Kemampuan daerah dalam menjalankan tugas dikategorikan efektif
apabila rasio yang dicapai mencapai minimal sebesar 1 (satu) atau 100%.
Namun demikian semakin tinggi rasio efektivitas, menggambarkan
kemampuan daerah yang semakin baik. Guna memperoleh ukuran yang
lebih baik, rasio efektivitas tersebut perlu disandingkan dengan rasio
efisiensi yang dicapai pemerintah daerah.
* Dosen PNS Kopertis Wilayah II dpk pada STIE Rahmaniyah Sekayu
Darwin (2010:62), mengemukakan bahwa kategori efektivitas pajak
daerah adalah sebagai berikut:
Tabel 1
Kategori Tingkat Efektivitas Pajak Daerah
URAIAN KRITERIA
0 sampai dengan 25% Tidak Efektif
25% sampai dengan 50% Cukup Efektif
50% sampai dengan 75% Efektif
75% sampai dengan 100% Sangat Efektif
Sumber: Darwin (2010:62)
D. Konsep Efisiensi
Todaro (1997;87), mengemukakan efisien adalah suatu kerangka
yang dijalankan dalam setiap kegiatan dengan melakukan pengorbanan yang
sekecil-kecilnya serta memanfaatkan segala potensi yang ada untuk
mencapai suatu target tertentu yang diinginkan. Menurut kamus bahasa
Indonesia dalam Prakoso (2003:133), “Efisiensi memiliki arti sebagai: (1)
ketetapan cara (usaha, kerja) dalam menjalankan sesuatu (dengan tidak
membuang waktu dan biaya); (2) kemampuan menjalankan tugas dengan
baik dan tepat (dengan tidak membuang waktu, tenaga, biaya). Secara
umum, efisiensi dapat diartikan sebagai perbandingan antara masukan
(input) dengan keluaran (output) demi suatu proses dan dapat juga
dihubungkan dengan analisa hubungan antara manfaat dan biaya yang
dikeluarkan.
Dalam kaitannya dengan pemungutan sumber pendapatan daerah
khususnya pajak daerah, efisiensi biaya pengeluaran dapat diartikan
* Dosen PNS Kopertis Wilayah II dpk pada STIE Rahmaniyah Sekayu
efisiensi yang ukuran masukannya sudah tertentu yaitu biaya atau
pengeluaran untuk pemungutan pajak daerah, sedangkan keluarannya dapat
diukur dengan keberhasilan penerimaan pajak daerah.
Menurut Halim (2002:130), “Rasio efisiensi adalah rasio yang
menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan
untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan yang diterima.
Kinerja pemerintah daerah dalam melakukan pemungutan pajak daerah
dikategorikan efisien apabila rasio yang dicapai kurang dari 1 (satu) atau
dibawah 100%. Semakin kecil rasio efisiensi berarti kinerja pemerintah
daerah semakin baik”. Oleh karena itu, pemerintah daerah perlu menghitung
secara cermat jumlah besarnya biaya yang dikeluarkan untuk merealisasikan
seluruh pendapatan yang bersumber dari pajak daerah, sehingga dapat
diketahui apakah kegiatan pemungutan pajak daerah efisien atau tidak. Hal
ini perlu dilakukan, karena meskipun pemerintah daerah berhasil
merealisasikan penerimaan pajak daerah sesuai dengan target yang
ditetapkan, namun keberhasilan itu kurang memiliki arti apabila ternyata
biaya yang dikeluarkan untuk merealisasikan target penerimaan pajak
daerah lebih besar daripada realisasi penerimaan pajak daerah.
Selanjutnya Darwin (2010:65), menyatakan efisien dapat dikategorikan
pada empat kategori seperti pada tabel 2 berikut:
* Dosen PNS Kopertis Wilayah II dpk pada STIE Rahmaniyah Sekayu
Tabel 2
Kategori Tingkat Efisiensi Pajak Daerah
NO SKOR KRITERIA
1 0% Sampai dengan 25 % Sangat Efisien
2 25 % Sampai dengan 50 % Efisien
3 50 % Sampai dengan 75% Cukup Efisien
4 75 % Sampai dengan 100% Tidak Efisien
Sumber: Darwin (2010:65).
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan serta efektivitas dan efisiensi pemungutan pajak daerah
dianalisis berdasarkan data pajak daerah yang diperoleh dari DPPKAD
Kabupaten Musi Banyuasin selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2013
seperti yang terlihat pada tabel 3.
Tabel 3
Data Target, Realisasi, dan Biaya Pungut Pajak Daerah
Kabupaten Musi Banyuasin
Tahun 2009 s.d. 2013
Tahun Target Realisasi Biaya Pungut
2009 Rp. 3.717.100.000 Rp. 5.666.153.477 Rp. 283.307.674
2010 Rp. 4.619.325.000 Rp. 8.214.830.518 Rp. 410.741.526
2011 Rp. 14.065.575.000 Rp. 20.157.106.354 Rp. 1.007.855.318
2012 Rp. 20.471.250.000 Rp. 18.294.708.287 Rp. 914.735.414
2013 Rp. 29.830.840.000 Rp. 27.130.963.992 Rp. 1.356.548.200
Sumber: DPPKAD Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2014 (data sudah diolah)
1. Analisis Pertumbuhan Pajak Daerah Kabupaten Musi Banyuasin
Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2013
[
Pertumbuhan mengukur seberapa besar kemampuan pemerintah
daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan yang telah
* Dosen PNS Kopertis Wilayah II dpk pada STIE Rahmaniyah Sekayu
dicapai dari periode ke periode berikutnya. Berdasarkan data pada tabel 3,
maka hasil perhitungan rasio pertumbuhan pajak daerah Kabupaten Musi
Banyuasin selama tahun 20009 sampai dengan tahun 2013 dapat dilihat
pada tabel 4 berikut ini.
Tabel 4
Rasio Pertumbuhan Pajak Daerah Kabupaten Musi Banyuasin
Tahun 2009 s.d. 2013
Tahun
Realisasi
Penerimaan
Pajak Daerah
%-tase
Peningkatan
(Penurunan)
Rasio
Pertumbuhan
Kriteria
2009 Rp. 5.666.153.477 - - -
2010 Rp. 8.214.830.518 45% 3,22 Meningkat
2011 Rp. 20.157.106.354 145% 1,69 Meningkat
2012 Rp. 18.294.708.287 (9%) (9,82) Menurun
2013 Rp. 27.130.963.992 48% 3,07 Meningkat
Sumber: DPPKAD Kab. Musi Banyuasin Tahun 2014 (data sudah diolah)
Berdasarkan tabel 4 diatas dapat dijelaskan bahwa realisasi
penerimaan pajak daerah selama tahun 2009 sampai dengan 2013
mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Tahun 2009 ke 2010
mengalami peningkatan sebesar 45%; bahkan tahun 2010 ke 2011
mengalami peningkatan yang sangat besar yaitu mencapai 145%. Namun
tahun 2011 ke 2012 mengalami penurunan sebesar 9% dan tahun 2012 ke
2013 meningkat kembali sebesar 48%. Peningkatan jumlah realisasi pajak
yang sangat besar ini menunjukkan bahwa pertumbuhan pajak daerah
Kabupaten Musi Banyuasin selama periode 2009 sampai 2013 dinyatakan
sangat baik, meskipun dari sisi rasio pertumbuhan pajak daerah relatif kecil
yaitu: tahun 2010 sebesar 3,22; tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar
* Dosen PNS Kopertis Wilayah II dpk pada STIE Rahmaniyah Sekayu
1,69; dan tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 9,82; serta tahun 2013
pertumbuhan pajak daerah mengalami peningkatan kembali dibandingkan
tahun 2012 sebesar 3,07.
Dengan demikian pertumbuhan pajak daerah Kabupaten Musi
Banyuasin selama tahun 2009 sampai tahun 2013 dinyatakan sangat baik,
meskipun rasio pertumbuhan pajak daerah mengalami fluktuasi dan
pertumbuhannya masih dibawah 5%. Hal ini disebabkan masih belum
optimalnya kesadaran Wajib Pajak daerah dalam membayar pajak serta
belum akuratnya data objek pajak daerah. Ketidakakuratan data objek pajak
disebabkan karena belum berjalannya mekanisme pendataan dan pelaporan
objek pajak oleh Wajib Pajak. Selain itu masih belum maksimalnya kinerja
petugas pajak dalam menjalankan fungsinya terutama dalam kegiatan
pendataan objek pajak, serta kurang tegasnya penerapan sanksi pajak
terhadap Wajib Pajak.
2. Analisis Efektivitas Pajak Daerah Kabupaten Musi Banyuasin
Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2013
Kemampuan daerah dalam menjalankan tugas dikategorikan efektif
apabila rasio yang dicapai mencapai minimal sebesar 1 (satu) atau 100%.
Namun demikian semakin tinggi rasio efektivitas, menggambarkan
kemampuan daerah yang semakin baik. Guna memperoleh ukuran yang
lebih baik, rasio efektivitas tersebut perlu disandingkan dengan rasio
efisiensi yang dicapai pemerintah daerah.
* Dosen PNS Kopertis Wilayah II dpk pada STIE Rahmaniyah Sekayu
Berdasarkan pendapat Halim (2007:234), yang mengemukakan
bahwa: efektivitas menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam
merealisasikan penerimaan pajak yang direncanakan dibandingkan dengan
target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah, maka hasil
perhitungan rasio efektivitas pajak daerah Kabupaten Musi Banyuasin
selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5
Hasil Perhitungan Rasio Efektivitas Pajak Daerah
Kabupaten Musi Banyuasin
Tahun 2009 s.d. 2013
Tahun
Target
Penerimaan
Pajak Daerah
Realisasi
Penerimaan
Pajak Daerah
Rasio
Efektivitas
Keterangan
2009 3,717,100,000 5,666,153,477 152.43% Sangat Efektif
2010 4,619,325,000 8,214,830,518 177.84% Sangat Efektif
2011 14,065,575,000 20,157,106,354 143,31% Sangat Efektif
2012 20,471,250,000 18,294,708,287 89,37% Sangat Efektif
2013 29,830,840,000 27,130,963,992 90,95% Sangat Efektif
Rata-rata 130,78% Sangat Efektif
Sumber: DPPKAD Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2014 (data sudah diolah)
Berdasarkan tabel 5 hasil perhitungan rasio efektifitas pajak daerah
Kabupaten Musi Banyuasin selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2013
dinyatakan sangat efektif dengan rata-rata rasio efektivitas lebih dari 100%
yaitu sebesar 130,78%. Meskipun realisasi penerimaaan pajak daerah dari
tahun 2009 sampai dengan 2013 mengalami peningkatan yang relatif besar,
namun prosentase tingkat efektivitas tahun 2010 sampai dengan tahun 2012
mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu tahun 2010 ke 2011
turun sebesar 34,53%, serta tahun 2011 ke 2012 mengalami penurunan yang
* Dosen PNS Kopertis Wilayah II dpk pada STIE Rahmaniyah Sekayu
lebih besar lagi yaitu 53,94%. Pada tahun 2009 ke 2010 prosentase tingkat
efektivitas mengalami peningkatan sebesar 25,41% dan tahun 2012 ke 2013
meningkat juga, tetapi dalam jumlah yang sangat kecil hanya sebesar
1,58%. Hal ini disebabkan karena masih adanya tunggakan pajak daerah
oleh wajib pajak serta tingginya target penerimaan pajak daerah yang
ditetapkan. Penetapan target penerimaan pajak tidak didasarkan pada
realisasi penerimaan pajak tahun sebelumnya dan tidak didukung oleh
keakuratan data objek pajak, sehingga penetapan target penerimaan pajak
daerah kurang realistis.
3. Analisis Efisiensi Pajak Daerah Kabupaten Musi Banyuasin Tahun
2009 sampai dengan Tahun 2013
Halim (2002:130), menyatakan bahwa: “Rasio efisiensi adalah rasio
yang menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan
untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan yang diterima.
Kinerja pemerintah daerah dalam melakukan pemungutan pajak daerah
dikategorikan efisien apabila rasio yang dicapai kurang dari 1 (satu) atau
dibawah 100%. Semakin kecil rasio efisiensi berarti kinerja pemerintah
daerah semakin baik”. Biaya pemungutan adalah biaya yang diberikan
kepada aparat atau petugas pelaksana pemungutan pajak daerah atau biaya
yang berkaitan langsung dengan pendapatan pajak daerah. Oleh karena itu,
pemerintah daerah perlu menghitung secara cermat jumlah besarnya biaya
yang dikeluarkan untuk merealisasikan seluruh pendapatan yang bersumber
dari pajak daerah, sehingga dapat diketahui apakah kegiatan pemungutan
* Dosen PNS Kopertis Wilayah II dpk pada STIE Rahmaniyah Sekayu
pajak daerah efisien atau tidak. Hal ini perlu dilakukan, karena meskipun
pemerintah daerah berhasil merealisasikan penerimaan pajak daerah sesuai
dengan target yang ditetapkan, namun keberhasilan itu kurang memiliki arti
apabila ternyata biaya yang dikeluarkan untuk merealisasikan target
penerimaan pajak daerah lebih besar daripada realisasi penerimaan pajak
daerah.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari DPPKAD Kabupaten
Musi Banyuasin, biaya pemungutan pajak daerah dihitung sebesar 5% dari
realisasi pajak daerah, sedangkan biaya lainnya diabaikan karena termasuk
dalam biaya rutin. Jika dilihat dari rasio biaya pemungutan yang hanya
sebesar 5%, maka pemungutan pajak daerah Kabupaten Musi Banyuasin
selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 dinyatakan sangat efisien
karena biaya pemngutannya masih dibawah 25%.
SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa:
1. Pertumbuhan pajak daerah Kabupaten Musi Banyuasin dinyatakan sangat
baik meskipun rasio pertumbuhannya relatif kecil yaitu rata-rata 2,66,
karena realisasi penerimaan pajak daerah mengalami peningkatan yang
cukup besar dari tahun 2009 ke 2010 yaitu 45%, bahkan tahun 2011
peningkatannya mencapai 145% dibandingkan tahun 2010, meskipun
tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 9%, namun tahun 2013
* Dosen PNS Kopertis Wilayah II dpk pada STIE Rahmaniyah Sekayu
meningkat kembali sebesar 48%. Rata-rata peningkatan realisasi
penerimaan pajak mencapai 57,25% selama tahun 2009 sampai tahun
2013.
2. Efektivitas pemungutan pajak daerah Kabupaten Musi Banyuasin selama
tahun 2009 sampai dengan 2013 sangat efektif karena rata-rata rasio
efektivitas lebih dari 100% yaitu sebesar 130,78%, meskipun tahun 2012
dan 2013 target penerimaan pajak daerah belum tercapai 100%. Hal ini
disebabkan karena masih adanya tunggakan pajak daerah yang dipicu
oleh masih belum optimalnya kesadaran Wajib Pajak daerah dalam
membayar pajak dan kurang tegasnya pemerintah daerah dalam
menerapkan sanksi kepada para Wajib Pajak, serta belum optimalnya
kinerja petugas pajak terutama dalam melakukan pendataan objek pajak.
3. Tingkat efisiensi pemungutan pajak daerah Kabupaten Musi Banyuasin
selama tahun 2009 sampai dengan 2013 dikategorikan sangat efisien
karena biaya pemungutan kurang dari 25% yaitu hanya 5%.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan, maka penulis memberikan beberapa
masukan sebagai berikut:
1. Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin terutama dinas/instansi yang
terkait khususnya DPPKAD dapat terus menggali potensi penerimaan
pajak daerah baik dengan cara ekstensifikasi maupun intensifikasi serta
melaksanakan mekanisme pendataan dan pelaporan data objek pajak
secara benar sehingga diperoleh data objek pajak yang tepat dan akurat.
* Dosen PNS Kopertis Wilayah II dpk pada STIE Rahmaniyah Sekayu
2. Penetapan target penerimaan pajak harus didasarkan pada data objek
pajak yang sebenarnya sesuai dengan potensi pajak yang seharusnya
secara akurat, sehingga target pajak yang ditetapkan realistis.
3. Pemerintah daerah seharusnya memberikan sanksi yang tegas dan adil
kepada para wajib pajak daerah yang tidak mememenuhi kewajibannya
terutama dalam membayar pajak daerah yang tidak tepat waktu, sehingga
dapat memberikan pembelajaran bagi Wajib Pajak bahwa pemerintah
daerah benar-benar melakukan law inforcement (penegakan hukum)
secara tegas dan adil.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Darwin. 2010. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Halim, Abdul, 2002. Akuntansi Sektor Publik – Akuntansi Keuangan
Daerah. Jakarta: Salemba Empat.
-------------------, 2007. Akuntansi Sektor Publik – Akuntansi Keuangan
Daerah. Jakarta: Salemba Empat.
Masyahrul, Tony. 2005. Pengantar Perpajakan. Jakarta: Penerbit PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Pemerintah RI. 2009. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
Perubahan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah.
Prakoso, Bambang Kesit. 2003. Pajak dan Retribusi Daerah. Yogyakarta:
UII Press.
Sanusi, Anwar. 2013. Metodologi Penelitian Bisnis. Cetakan ketiga. Jakarta:
Salemba Empat
Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Business. 4Th
Edition. New York:
John Wiley&Sons Inc.
* Dosen PNS Kopertis Wilayah II dpk pada STIE Rahmaniyah Sekayu
Siahaan, Marihot P. 2005. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Todaro, 1997. Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: Graha Ilmu
Tunggal, Hadi Setia. 1999. Tanya Jawab: Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah. Jakarta: Penerbit Harvarind.

More Related Content

What's hot

Perencanaan Pembangunan Daerah Indikator Kinerja
Perencanaan Pembangunan Daerah Indikator KinerjaPerencanaan Pembangunan Daerah Indikator Kinerja
Perencanaan Pembangunan Daerah Indikator Kinerja93220872
 
Tabel faktor suku bunga majemuk
Tabel faktor suku bunga majemukTabel faktor suku bunga majemuk
Tabel faktor suku bunga majemukSimon Patabang
 
12 analisa kelayakan proyek
12 analisa kelayakan proyek12 analisa kelayakan proyek
12 analisa kelayakan proyekSimon Patabang
 
Pertemuan 2 & 3 distribusi frekuensi
Pertemuan 2 & 3 distribusi frekuensiPertemuan 2 & 3 distribusi frekuensi
Pertemuan 2 & 3 distribusi frekuensiSurya Negara
 
Paparan SAKIP Inspektorat 2023.pptx
Paparan SAKIP Inspektorat 2023.pptxPaparan SAKIP Inspektorat 2023.pptx
Paparan SAKIP Inspektorat 2023.pptxAhmadIchsanSakhrul1
 
Laporan hasil audit manajemen
Laporan hasil audit manajemenLaporan hasil audit manajemen
Laporan hasil audit manajemen9elevenStarUnila
 
02 analisa-jabatan
02 analisa-jabatan02 analisa-jabatan
02 analisa-jabatanAgus Witono
 
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan dan Penganggaran Pemda dan...
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan dan Penganggaran Pemda dan...Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan dan Penganggaran Pemda dan...
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan dan Penganggaran Pemda dan...Dadang Solihin
 
Pengukuran kinerja sektor publik
Pengukuran kinerja sektor publikPengukuran kinerja sektor publik
Pengukuran kinerja sektor publikMirsa Niati
 
Pengawasan, pemeriksaan dan pengendalian keuangan daerah
Pengawasan, pemeriksaan dan pengendalian keuangan daerahPengawasan, pemeriksaan dan pengendalian keuangan daerah
Pengawasan, pemeriksaan dan pengendalian keuangan daerahAlma'Arif Pangulu
 
Makalah ak publik audit sektor publik
Makalah ak publik audit sektor publikMakalah ak publik audit sektor publik
Makalah ak publik audit sektor publikIsrandi
 
Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
Sistem Akuntansi Pemerintah PusatSistem Akuntansi Pemerintah Pusat
Sistem Akuntansi Pemerintah PusatSujatmiko Wibowo
 
Pengukuran Kinerja Sebagai Upaya Membangun Pemerintah Daerah Berbasis Manajem...
Pengukuran Kinerja Sebagai Upaya Membangun Pemerintah Daerah Berbasis Manajem...Pengukuran Kinerja Sebagai Upaya Membangun Pemerintah Daerah Berbasis Manajem...
Pengukuran Kinerja Sebagai Upaya Membangun Pemerintah Daerah Berbasis Manajem...Tri Widodo W. UTOMO
 
Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses
Perhitungan Biaya Berdasarkan ProsesPerhitungan Biaya Berdasarkan Proses
Perhitungan Biaya Berdasarkan ProsesAbu Tholib
 
Makalah auditing ii pengauditan siklus produksi persediaan 2 (jiantari c 301 ...
Makalah auditing ii pengauditan siklus produksi persediaan 2 (jiantari c 301 ...Makalah auditing ii pengauditan siklus produksi persediaan 2 (jiantari c 301 ...
Makalah auditing ii pengauditan siklus produksi persediaan 2 (jiantari c 301 ...Jiantari Marthen
 
makalah bab 2 audit manajemen
 makalah bab 2 audit manajemen makalah bab 2 audit manajemen
makalah bab 2 audit manajemennovitahandayani04
 
Pengawasan Keuangan Daerah
Pengawasan Keuangan DaerahPengawasan Keuangan Daerah
Pengawasan Keuangan DaerahAskam
 

What's hot (20)

Perencanaan Pembangunan Daerah Indikator Kinerja
Perencanaan Pembangunan Daerah Indikator KinerjaPerencanaan Pembangunan Daerah Indikator Kinerja
Perencanaan Pembangunan Daerah Indikator Kinerja
 
Tabel faktor suku bunga majemuk
Tabel faktor suku bunga majemukTabel faktor suku bunga majemuk
Tabel faktor suku bunga majemuk
 
12 analisa kelayakan proyek
12 analisa kelayakan proyek12 analisa kelayakan proyek
12 analisa kelayakan proyek
 
Pertemuan 2 & 3 distribusi frekuensi
Pertemuan 2 & 3 distribusi frekuensiPertemuan 2 & 3 distribusi frekuensi
Pertemuan 2 & 3 distribusi frekuensi
 
Paparan SAKIP Inspektorat 2023.pptx
Paparan SAKIP Inspektorat 2023.pptxPaparan SAKIP Inspektorat 2023.pptx
Paparan SAKIP Inspektorat 2023.pptx
 
Laporan hasil audit manajemen
Laporan hasil audit manajemenLaporan hasil audit manajemen
Laporan hasil audit manajemen
 
02 analisa-jabatan
02 analisa-jabatan02 analisa-jabatan
02 analisa-jabatan
 
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan dan Penganggaran Pemda dan...
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan dan Penganggaran Pemda dan...Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan dan Penganggaran Pemda dan...
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan dan Penganggaran Pemda dan...
 
Modul anggaran berbasis kinerja (daerah)
Modul  anggaran berbasis kinerja (daerah)Modul  anggaran berbasis kinerja (daerah)
Modul anggaran berbasis kinerja (daerah)
 
Pengukuran kinerja sektor publik
Pengukuran kinerja sektor publikPengukuran kinerja sektor publik
Pengukuran kinerja sektor publik
 
Pengawasan, pemeriksaan dan pengendalian keuangan daerah
Pengawasan, pemeriksaan dan pengendalian keuangan daerahPengawasan, pemeriksaan dan pengendalian keuangan daerah
Pengawasan, pemeriksaan dan pengendalian keuangan daerah
 
Makalah ak publik audit sektor publik
Makalah ak publik audit sektor publikMakalah ak publik audit sektor publik
Makalah ak publik audit sektor publik
 
Pusat investasi
Pusat investasiPusat investasi
Pusat investasi
 
Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
Sistem Akuntansi Pemerintah PusatSistem Akuntansi Pemerintah Pusat
Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
 
Pengukuran Kinerja Sebagai Upaya Membangun Pemerintah Daerah Berbasis Manajem...
Pengukuran Kinerja Sebagai Upaya Membangun Pemerintah Daerah Berbasis Manajem...Pengukuran Kinerja Sebagai Upaya Membangun Pemerintah Daerah Berbasis Manajem...
Pengukuran Kinerja Sebagai Upaya Membangun Pemerintah Daerah Berbasis Manajem...
 
Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses
Perhitungan Biaya Berdasarkan ProsesPerhitungan Biaya Berdasarkan Proses
Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses
 
Makalah auditing ii pengauditan siklus produksi persediaan 2 (jiantari c 301 ...
Makalah auditing ii pengauditan siklus produksi persediaan 2 (jiantari c 301 ...Makalah auditing ii pengauditan siklus produksi persediaan 2 (jiantari c 301 ...
Makalah auditing ii pengauditan siklus produksi persediaan 2 (jiantari c 301 ...
 
makalah bab 2 audit manajemen
 makalah bab 2 audit manajemen makalah bab 2 audit manajemen
makalah bab 2 audit manajemen
 
Surat perikatan-audit
Surat perikatan-auditSurat perikatan-audit
Surat perikatan-audit
 
Pengawasan Keuangan Daerah
Pengawasan Keuangan DaerahPengawasan Keuangan Daerah
Pengawasan Keuangan Daerah
 

Similar to Artikel farida aryani stier pertumbuhan, efektivitas&efisiensi pajak daerah (jie-unbara eds oktober 2014

Review jurnal Ekonomi
Review jurnal EkonomiReview jurnal Ekonomi
Review jurnal Ekonomisena gumelar
 
pp35pajaknew-230701075025-6d0c6a2e.pdf
pp35pajaknew-230701075025-6d0c6a2e.pdfpp35pajaknew-230701075025-6d0c6a2e.pdf
pp35pajaknew-230701075025-6d0c6a2e.pdferikhighflier
 
Power_point_proposal_tesis.pptx
Power_point_proposal_tesis.pptxPower_point_proposal_tesis.pptx
Power_point_proposal_tesis.pptxPutrajab
 
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PAJAK REKLAME DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN AS...
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PAJAK REKLAME DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN AS...IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PAJAK REKLAME DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN AS...
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PAJAK REKLAME DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN AS...fekonunisalab
 
TUGAS MAKALAH MATKUL KEUANGAN DAERAH.docx
TUGAS MAKALAH MATKUL KEUANGAN DAERAH.docxTUGAS MAKALAH MATKUL KEUANGAN DAERAH.docx
TUGAS MAKALAH MATKUL KEUANGAN DAERAH.docxAnggreineTamboto
 
Skripsi amelia hasanah 5
Skripsi amelia hasanah 5Skripsi amelia hasanah 5
Skripsi amelia hasanah 5Ameliahasanah02
 
Artikel farida aryani stier dampak penerapan perubahan ptkp terhadap perhit...
Artikel farida aryani stier  dampak penerapan  perubahan ptkp terhadap perhit...Artikel farida aryani stier  dampak penerapan  perubahan ptkp terhadap perhit...
Artikel farida aryani stier dampak penerapan perubahan ptkp terhadap perhit...Faridaabraham
 
ANALISIS PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DALAM MENINGKATKAN PENER...
ANALISIS PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DALAM MENINGKATKAN PENER...ANALISIS PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DALAM MENINGKATKAN PENER...
ANALISIS PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DALAM MENINGKATKAN PENER...AdindaTasya2
 
PERSEPSI PKP TENTANG PENERAPAN e- SPT PPN_FARIDA ARYANI-STIE RAHMANIYAH SEKAYU
PERSEPSI PKP TENTANG PENERAPAN e- SPT PPN_FARIDA ARYANI-STIE RAHMANIYAH SEKAYUPERSEPSI PKP TENTANG PENERAPAN e- SPT PPN_FARIDA ARYANI-STIE RAHMANIYAH SEKAYU
PERSEPSI PKP TENTANG PENERAPAN e- SPT PPN_FARIDA ARYANI-STIE RAHMANIYAH SEKAYUFARIDAABRAHAM21070
 
Analisis koordinasi pelayanan pemungutan pajak kendaraan bermotor
Analisis koordinasi pelayanan pemungutan pajak kendaraan bermotorAnalisis koordinasi pelayanan pemungutan pajak kendaraan bermotor
Analisis koordinasi pelayanan pemungutan pajak kendaraan bermotorEfry Ghani
 
Q 1.5 usaid - bigg edisi 15 ina web
Q 1.5   usaid - bigg edisi 15 ina webQ 1.5   usaid - bigg edisi 15 ina web
Q 1.5 usaid - bigg edisi 15 ina webMeloeawati banamtuan
 
Kajian sinkronisasi pungutan pusat dan daerah
Kajian sinkronisasi pungutan pusat dan daerahKajian sinkronisasi pungutan pusat dan daerah
Kajian sinkronisasi pungutan pusat dan daerahHerry Prananto
 
JURNAL AKUNTANSI, JURNAL E-BILLING, ACCOUNTING JOURNAL
JURNAL AKUNTANSI, JURNAL E-BILLING, ACCOUNTING JOURNALJURNAL AKUNTANSI, JURNAL E-BILLING, ACCOUNTING JOURNAL
JURNAL AKUNTANSI, JURNAL E-BILLING, ACCOUNTING JOURNALElana Agry Mafitri
 

Similar to Artikel farida aryani stier pertumbuhan, efektivitas&efisiensi pajak daerah (jie-unbara eds oktober 2014 (20)

Review jurnal Ekonomi
Review jurnal EkonomiReview jurnal Ekonomi
Review jurnal Ekonomi
 
PP 35 PAJAK NEW.pptx
PP 35 PAJAK NEW.pptxPP 35 PAJAK NEW.pptx
PP 35 PAJAK NEW.pptx
 
pp35pajaknew-230701075025-6d0c6a2e.pdf
pp35pajaknew-230701075025-6d0c6a2e.pdfpp35pajaknew-230701075025-6d0c6a2e.pdf
pp35pajaknew-230701075025-6d0c6a2e.pdf
 
Power_point_proposal_tesis.pptx
Power_point_proposal_tesis.pptxPower_point_proposal_tesis.pptx
Power_point_proposal_tesis.pptx
 
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PAJAK REKLAME DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN AS...
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PAJAK REKLAME DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN AS...IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PAJAK REKLAME DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN AS...
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PAJAK REKLAME DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN AS...
 
TUGAS MAKALAH MATKUL KEUANGAN DAERAH.docx
TUGAS MAKALAH MATKUL KEUANGAN DAERAH.docxTUGAS MAKALAH MATKUL KEUANGAN DAERAH.docx
TUGAS MAKALAH MATKUL KEUANGAN DAERAH.docx
 
Skripsi amelia hasanah 5
Skripsi amelia hasanah 5Skripsi amelia hasanah 5
Skripsi amelia hasanah 5
 
METLIT
METLITMETLIT
METLIT
 
PPT AMBRULLAH.pptx
PPT AMBRULLAH.pptxPPT AMBRULLAH.pptx
PPT AMBRULLAH.pptx
 
Artikel farida aryani stier dampak penerapan perubahan ptkp terhadap perhit...
Artikel farida aryani stier  dampak penerapan  perubahan ptkp terhadap perhit...Artikel farida aryani stier  dampak penerapan  perubahan ptkp terhadap perhit...
Artikel farida aryani stier dampak penerapan perubahan ptkp terhadap perhit...
 
KAK Roadmap SPM Pendidikan
KAK Roadmap SPM PendidikanKAK Roadmap SPM Pendidikan
KAK Roadmap SPM Pendidikan
 
PERPAJAKAN
PERPAJAKANPERPAJAKAN
PERPAJAKAN
 
ANALISIS PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DALAM MENINGKATKAN PENER...
ANALISIS PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DALAM MENINGKATKAN PENER...ANALISIS PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DALAM MENINGKATKAN PENER...
ANALISIS PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DALAM MENINGKATKAN PENER...
 
PERSEPSI PKP TENTANG PENERAPAN e- SPT PPN_FARIDA ARYANI-STIE RAHMANIYAH SEKAYU
PERSEPSI PKP TENTANG PENERAPAN e- SPT PPN_FARIDA ARYANI-STIE RAHMANIYAH SEKAYUPERSEPSI PKP TENTANG PENERAPAN e- SPT PPN_FARIDA ARYANI-STIE RAHMANIYAH SEKAYU
PERSEPSI PKP TENTANG PENERAPAN e- SPT PPN_FARIDA ARYANI-STIE RAHMANIYAH SEKAYU
 
Analisis koordinasi pelayanan pemungutan pajak kendaraan bermotor
Analisis koordinasi pelayanan pemungutan pajak kendaraan bermotorAnalisis koordinasi pelayanan pemungutan pajak kendaraan bermotor
Analisis koordinasi pelayanan pemungutan pajak kendaraan bermotor
 
Q 1.5 usaid - bigg edisi 15 ina web
Q 1.5   usaid - bigg edisi 15 ina webQ 1.5   usaid - bigg edisi 15 ina web
Q 1.5 usaid - bigg edisi 15 ina web
 
Kajian sinkronisasi pungutan pusat dan daerah
Kajian sinkronisasi pungutan pusat dan daerahKajian sinkronisasi pungutan pusat dan daerah
Kajian sinkronisasi pungutan pusat dan daerah
 
ppt metlit desmita
ppt metlit desmitappt metlit desmita
ppt metlit desmita
 
JURNAL AKUNTANSI, JURNAL E-BILLING, ACCOUNTING JOURNAL
JURNAL AKUNTANSI, JURNAL E-BILLING, ACCOUNTING JOURNALJURNAL AKUNTANSI, JURNAL E-BILLING, ACCOUNTING JOURNAL
JURNAL AKUNTANSI, JURNAL E-BILLING, ACCOUNTING JOURNAL
 
Asdasda
AsdasdaAsdasda
Asdasda
 

Recently uploaded

PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxHakamNiazi
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxumusilmi2019
 
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISKEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISHakamNiazi
 
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).pptIntroduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppttami83
 
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptPerhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptSalsabillaPutriAyu
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxZefanya9
 
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaDAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaarmanamo012
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...ChairaniManasye1
 
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganuang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganlangkahgontay88
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptFrida Adnantara
 
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxWAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxMunawwarahDjalil
 
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxBAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxFrida Adnantara
 
Pengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh Implementasi
Pengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh ImplementasiPengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh Implementasi
Pengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh ImplementasiGustiAdityaR
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuanganzulfikar425966
 
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptxMOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptxHakamNiazi
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bankzulfikar425966
 
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxPSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxRito Doank
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnyaIndhasari3
 
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaEkonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaWahyuKamilatulFauzia
 
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptxObyMoris1
 

Recently uploaded (20)

PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
 
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISKEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
 
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).pptIntroduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
 
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptPerhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
 
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaDAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
 
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganuang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
 
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxWAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
 
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxBAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
 
Pengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh Implementasi
Pengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh ImplementasiPengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh Implementasi
Pengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh Implementasi
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
 
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptxMOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
 
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxPSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
 
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaEkonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
 
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx
 

Artikel farida aryani stier pertumbuhan, efektivitas&efisiensi pajak daerah (jie-unbara eds oktober 2014

  • 1. * Dosen PNS Kopertis Wilayah II dpk pada STIE Rahmaniyah Sekayu ANALISIS PERTUMBUHAN SERTA EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN Oleh: Farida Aryani* ABSTRACT This research is intended to know the growth, effectiveness and efficiency of regional tax collecting of Musi Banyuasin regency. This research is a quantitative research using primary data based on the results of interview and secondary data in the form of budget and realization of regional tax receiving as well as the cost of tax collecting for three years period 2009 to 2013. The result of this research states that the growth of regional tax of Musi Banyuasin is considered very well and the rate of acceptance realization increase is 57.25% from 2009 to 2013, inspite of the fact that the ratio of growth is relatively small that is 2.66.The effectiveness of regional tax collecting of Musi Banyuasin regency from 2009 untill 2013 was completely effective due to the fact that the effectiveness ratio rate is more than 100%; that is 130.78% in spite of the fact that in 2012 and 2013 the target of regional tax acceptance had not reached 100% yet. The unreachable regional tax acceptance was caused by the unpaid regional tax that is caused by low awareness of regional tax payers and furthermore the regional government is not strict to give the sanctions to the tax payers who did not pay the tax. Having a look at the efficiency of regional tax collecting from 2009 to 2013, it could be categorized that it is highly efficient due to the fact that the collecting cost is less than 25%; it’s only 5%. Keywords: Regional Tax Growth, Effectiveness of Regional Tax Collecting and Efficiency of Regional Tax Collecting. PENDAHULUAN Dalam konteks penghimpunan sumber pendapatan daerah, biaya, sarana, tenaga dan cara yang digunakan merupakan ukuran dari masukan, sedangkan penerimaan daerah akan menjadi ukuran dari pada keluaran. Pengukuran kinerja pajak dapat dilihat baik dari sisi efektivitas maupun efisiensi. Pemungutan pajak daerah dilakukan melalui rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek pajak, penentuan besarnya
  • 2. * Dosen PNS Kopertis Wilayah II dpk pada STIE Rahmaniyah Sekayu pajak yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak kepada wajib pajak serta pengawasan penyetorannya. Pemungutan pajak daerah didasarkan pada penetapan Kepala Daerah atau dibayar sendiri oleh Wajib pajak. Pemungutan pajak daerah berdasarkan penetapan dilaksanakan dengan menggunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah atau dokumen lain yang dipersamakan. Selanjutnya pembayaran pajak yang dilakukan sendiri oleh Wajib Pajak menggunakan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar dan/atau Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan. Kemandirian pemerintah kabupaten/kota dapat dilihat dari besarnya PAD yang diperoleh pemerintah kabupaten/kota tersebut. Salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah adalah berasal dari pajak daerah. Semakin besar pajak yang diterima akan semakin meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pajak daerah merupakan beban masyarakat sehingga perlu dijaga agar kebijakan tersebut dapat memberikan beban yang adil. Sejalan dengan sistem otonomi daerah, pembinaan pajak daerah harus dilakukan secara terpadu dengan peraturan pemerintah pusat. Pembinaan ini dilakukan secara terus menerus, terutama mengenai objek, subjek, dan tarif pajak, sehingga pendapatan dari pajak daerah terus meningkat. Kabupaten Musi Banyuasin merupakan salah satu kabupaten terbesar dengan luas 15% dari Provinsi Sumatera Selatan serta memiliki beraneka ragam sumber daya alam dan jasa yang dapat dikenakan pajak daerah, mulai dari sektor industri sampai dengan jasa-jasa yang disediakan
  • 3. * Dosen PNS Kopertis Wilayah II dpk pada STIE Rahmaniyah Sekayu oleh pihak swasta yang dapat dikenakan tarif pajak daerah. Berdasarkan data yang diperoleh dapat dijelaskan bahwa target (anggaran) penerimaan pajak daerah kabupaten Musi Banyuasin mengalami peningkatan yang cukup besar setiap tahun selama lima tahun dari tahun 2009 sampai dengan 2013, namun realisasi penerimaan pajak daerahnya berfluktuasi bahkan tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 melebihi 100%, sedangkan tahun 2012 dan 2013 hanya mencapai 90%. Menurut pengamatan Peneliti, ada fenomena yang menarik perhatian yaitu pemerintah terus meningkatkan jumlah target penerimaan pajak daerah, padahal prosentase realisasinya mengalami penurunan. Fenomena inilah yang mendorong peneliti untuk menganalisis pertumbuhan pajak daerah, efektivitas dan efisiensi pemungutan pajak daerah Kabupaten Musi Banyuasin. Adapun masalah yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah: bagaimana pertumbuhan serta efektifitas dan efisiensi pemungutan pajak daerah Kabupaten Musi Banyuasin selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2013? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: pertumbuhan serta efektifitas dan efisiensi pemungutan pajak daerah Kabupaten Musi Banyuasin selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2013. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin khususnya Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Musi Banyuasin dalam pengambilan keputusan dan
  • 4. * Dosen PNS Kopertis Wilayah II dpk pada STIE Rahmaniyah Sekayu kebijakan penetapan target penerimaan pajak daerah guna meningkatkan pertumbuhan serta efektivitas dan efisiensi pemungutan pajak daerah. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian terapan (applied research). Sekaran (2006:9), menyatakan bahwa penelitian terapan yaitu penelitian yang dilakukan untuk memecahkan masalah mutakhir yang dihadapi oleh manajer dalam konteks pekerjaan, yang menuntut solusi tepat waktu. Penelitian ini bersifat deskriptif. Anwar Sanusi (2013:13), menyatakan bahwa: desain penelitian deskriptif adalah desain penelitian yang disusun dalam rangka memberikan gambaran secara sistematis tentang informasi ilmiah yang berasal dari subjek atau objek penelitian. Penelitian deskriptif berfokus pada penjelasan sistematis tentang fakta yang diperoleh saat penelitian dilakukan. Berdasarkan sumbernya data yang digunakan adalah data sekunder. Arikunto (2006:125), menyatakan bahwa: “Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain)”. Data sekunder dalam penelitian ini berupa data anggaran dan laporan realisasi pajak daerah serta biaya pemungutan pajak daerah Kabupaten Musi Banyuasin. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan wawancara dan dokumentasi. Guna memberikan gambaran yang lebih jelas dan sederhana
  • 5. * Dosen PNS Kopertis Wilayah II dpk pada STIE Rahmaniyah Sekayu Pajak Daerah Pertumbuhan Efektivitas Efisiensi dalam proses penelitian ini, terutama dalam melakukan pembahasan, maka penulis menyusun kerangka pemikiran seperti bagan 1 berikut ini. Bagan 1: Kerangka Pemikiran Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis rasio pertumbuhan, efektivitas dan efisiensi. Menurut Darwin (2010:59), rasio pertumbuhan, efektivitas dan efisiensi dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini: 1. Pertumbuhan pajak daerah dihitung dengan formula laju pertumbuhan sebagai berikut: Xt Rasio Pertumbuhan (r) = X 100% Xt – t-1 Dimana: Xt = Nilai Realisasi pajak daerah Tahun ke t Xt – Xt-1 = Nilai Realisasi pajak daerah Tahun sebelumnya r = Laju Pertumbuhan 2. Efektifitas pajak daerah dihitung dengan formula berikut: Realisasi penerimaan pajak daerah Rasio Efektifitas = X 100% Anggaran pajak daerah
  • 6. * Dosen PNS Kopertis Wilayah II dpk pada STIE Rahmaniyah Sekayu 3. Efisiensi pajak daerah dihitung dengan formula berikut: Biaya pemungutan pajak daerah Rasio Efisiensi = X 100% Realisasi penerimaan pajak daerah TELAAH PUSTAKA A. Konsep Pajak Daerah Masyahrul (2006:5), menyatakan bahwa: “Pajak daerah adalah pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah baik pemerintah daerah TK.I maupun pemerintah daerah TK. II dan hasilnya dipergunakan untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan daerah (APBD)”. Selanjutnya Siahaan (2005:7), menyatakan bahwa: “Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh daerah kepada orang pribadi atau badan tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarka peraturan perundang-undangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang perubahan atas UU Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah pasal 1, menyatakan bahwa: “Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi dan badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelanggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah”. Dari beberapa konsep yang diuraikan tersebut dapat disimpulkan bahwa pajak daerah adalah penerimaan daerah yang berasal dari orang
  • 7. * Dosen PNS Kopertis Wilayah II dpk pada STIE Rahmaniyah Sekayu pribadi atau badan yang sifatnya dapat dipaksakan (yuridis) berdasarkan peraturan perundang-undangan dan tidak ada kontra prestasi/imbalan secara langsung serta digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Wewenang pemungutan pajak daerah ada pada pemerintah daerah yang pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah. Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 yang telah direvisi dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 memberikan peluang kepada daerah kabupaten/kota untuk memungut jenis pajak daerah lain yang dipandang memenuhi syarat selain dari jenis pajak daerah kabupaten/kota yang telah ditetapkan. Penetapan jenis pajak lainnya ini harus benar-benar bersifat spesifik dan potensial di daerah yang bersangkutan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah kabupaten/kota dalam mengantisipasi situasi dan kondisi serta perkembangan perekonomian daerah pada masa mendatang yang mengakibatkan perkembangan potensi pajak dengan tetap memperhatikan kesejahteraan, jenis pajak dan aspirasi masyarakat serta memenuhi kriteria yang ditetapkan. Menurut Tunggal (1999:25), pajak daerah harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain: 1. Tidak boleh bertentangan atau harus searah dengan kebijaksanaan pemerintah pusat. 2. Pajak daerah harus sederhana dan tidak terlalu banyak jenisnya.
  • 8. * Dosen PNS Kopertis Wilayah II dpk pada STIE Rahmaniyah Sekayu 3. Biaya administrasi harus rendah. 4. Tidak mencampuri sistem perpajakan pusat maupun peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh daerah serta dapat dipaksakan. Kebijakan pemungutan pajak daerah berdasarkan peraturan daerah, diupayakan tidak berbenturan dengan pemungutan yang dilakukan oleh pemerintah pusat (pajak maupun bea dan cukai), karena hal tersebut akan menimbulkan duplikasi pungutan yang pada akhirnya akan mendistorsi kegiatan perekonomian. Hal tersebut sebetulnya sudah diantisipasi dalam UU No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana diubah dengan UU No. 28 Tahun 2009, dimana dinyatakan bahwa objek pajak daerah bukan merupakan objek pajak pusat. Pajak daerah yang baik merupakan pajak yang akan mendukung pemberian kewenangan kepada daerah dalam rangka pembiayaan desentralisasi. Untuk itu, pemerintah daerah dalam melakukan pungutan pajak harus tetap menempatkan sesuai dengan fungsinya. B. Jenis-Jenis Pajak Daerah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 pajak di Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota. Berdasarkan undang-undang tersebut pemerintah daerah kabupaten/kota diberi kewenangan untuk memungut 11 (sebelas) jenis pajak, yaitu : (1) Pajak hotel; (2) Pajak restoran; (3) Pajak hiburan; (4) Pajak reklame; (5) Pajak penerangan jalan; (6) Pajak pengambilan mineral bukan
  • 9. * Dosen PNS Kopertis Wilayah II dpk pada STIE Rahmaniyah Sekayu logam dan batuan; (7) Pajak parkir; (8) Pajak air tanah; (9) Pajak sarang burung walet; (10) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesan dan Perkotaan; dan (11) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Pajak daerah yang dipungut oleh Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin hanya 9 (sembilan) jenis pajak yaitu : (1) Pajak Hotel (Perda Nomor 06 Tahun 2010 yang merupakan revisi atas Perda Nomor 26 Tahun 2002 tentang Pajak Hotel); (2) Pajak Restoran (Perda Nomor 07 Tahun 2010 yang merupakan revisi atas Perda Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pajak Restoran); (3) Pajak Hiburan (Perda Nomor 10 Tahun 2010 yang merupakan revisi atas Perda Nomor 28 Tahun 2002 tentang Pajak Hiburan); (4) Pajak Reklame (Perda Nomor 03 Tahun 2010 yang merupakan revisi atas Perda Nomor 27 Tahun 2002 tentang Pajak Reklame); (5) Pajak Penerangan Jalan (Perda Nomor 05 Tahun 2010 yang merupakan revisi atas Perda Nomor 16 Tahun 2008 tentang Pajak Penerangan Jalan); (6) Pajak Pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan (Perda Nomor 08 Tahun 2010 yang merupakan revisi atas Perda Nomor 05 Tahun 1998 tentang Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C); (7) Pajak Air Tanah (Perda Nomor 04 Tahun 2010); (8) Pajak Sarang Burung Walet (Perda Nomor 09 Tahun 2010); (9) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (Perda Nomor 11 Tahun 2010). Di Kabupaten Musi Banyuasin pajak parkir masuk dalam komponen retribusi daerah sedangkan pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan masuk dalam komponen dana perimbangan. Peraturan daerah tersebut mulai diberlakukan 1 Januari 2011.
  • 10. * Dosen PNS Kopertis Wilayah II dpk pada STIE Rahmaniyah Sekayu B. Pertumbuhan (Growth) Halim (2002: 135), mengemukakan bahwa: “Pertumbuhan mengukur seberapa besar kemampuan pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan yang telah dicapai dari periode ke periode berikutnya”. Dengan diketahuinya pertumbuhan pajak daerah baik target maupun realisasinya maka pemerintah daerah dapat melakukan evaluasi guna menetapkan kebijakan dimasa yang akan datang. C. Konsep Efektivitas Prakoso (2003:134), menyatakan bahwa: “Efektivitas ialah imbangan antara pendapatan pajak yang sebenarnya terhadap pendapatan yang potensial dari suatu pajak, yaitu dengan anggapan bahwa mereka yang seharusnya membayar dengan jumlah yang seharusnya dibayarkan benar- benar memenuhi kewajibannya. Selanjutnya Halim (2007:234), mengemukakan bahwa: efektivitas menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan penerimaan pajak yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. Kemampuan daerah dalam menjalankan tugas dikategorikan efektif apabila rasio yang dicapai mencapai minimal sebesar 1 (satu) atau 100%. Namun demikian semakin tinggi rasio efektivitas, menggambarkan kemampuan daerah yang semakin baik. Guna memperoleh ukuran yang lebih baik, rasio efektivitas tersebut perlu disandingkan dengan rasio efisiensi yang dicapai pemerintah daerah.
  • 11. * Dosen PNS Kopertis Wilayah II dpk pada STIE Rahmaniyah Sekayu Darwin (2010:62), mengemukakan bahwa kategori efektivitas pajak daerah adalah sebagai berikut: Tabel 1 Kategori Tingkat Efektivitas Pajak Daerah URAIAN KRITERIA 0 sampai dengan 25% Tidak Efektif 25% sampai dengan 50% Cukup Efektif 50% sampai dengan 75% Efektif 75% sampai dengan 100% Sangat Efektif Sumber: Darwin (2010:62) D. Konsep Efisiensi Todaro (1997;87), mengemukakan efisien adalah suatu kerangka yang dijalankan dalam setiap kegiatan dengan melakukan pengorbanan yang sekecil-kecilnya serta memanfaatkan segala potensi yang ada untuk mencapai suatu target tertentu yang diinginkan. Menurut kamus bahasa Indonesia dalam Prakoso (2003:133), “Efisiensi memiliki arti sebagai: (1) ketetapan cara (usaha, kerja) dalam menjalankan sesuatu (dengan tidak membuang waktu dan biaya); (2) kemampuan menjalankan tugas dengan baik dan tepat (dengan tidak membuang waktu, tenaga, biaya). Secara umum, efisiensi dapat diartikan sebagai perbandingan antara masukan (input) dengan keluaran (output) demi suatu proses dan dapat juga dihubungkan dengan analisa hubungan antara manfaat dan biaya yang dikeluarkan. Dalam kaitannya dengan pemungutan sumber pendapatan daerah khususnya pajak daerah, efisiensi biaya pengeluaran dapat diartikan
  • 12. * Dosen PNS Kopertis Wilayah II dpk pada STIE Rahmaniyah Sekayu efisiensi yang ukuran masukannya sudah tertentu yaitu biaya atau pengeluaran untuk pemungutan pajak daerah, sedangkan keluarannya dapat diukur dengan keberhasilan penerimaan pajak daerah. Menurut Halim (2002:130), “Rasio efisiensi adalah rasio yang menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan yang diterima. Kinerja pemerintah daerah dalam melakukan pemungutan pajak daerah dikategorikan efisien apabila rasio yang dicapai kurang dari 1 (satu) atau dibawah 100%. Semakin kecil rasio efisiensi berarti kinerja pemerintah daerah semakin baik”. Oleh karena itu, pemerintah daerah perlu menghitung secara cermat jumlah besarnya biaya yang dikeluarkan untuk merealisasikan seluruh pendapatan yang bersumber dari pajak daerah, sehingga dapat diketahui apakah kegiatan pemungutan pajak daerah efisien atau tidak. Hal ini perlu dilakukan, karena meskipun pemerintah daerah berhasil merealisasikan penerimaan pajak daerah sesuai dengan target yang ditetapkan, namun keberhasilan itu kurang memiliki arti apabila ternyata biaya yang dikeluarkan untuk merealisasikan target penerimaan pajak daerah lebih besar daripada realisasi penerimaan pajak daerah. Selanjutnya Darwin (2010:65), menyatakan efisien dapat dikategorikan pada empat kategori seperti pada tabel 2 berikut:
  • 13. * Dosen PNS Kopertis Wilayah II dpk pada STIE Rahmaniyah Sekayu Tabel 2 Kategori Tingkat Efisiensi Pajak Daerah NO SKOR KRITERIA 1 0% Sampai dengan 25 % Sangat Efisien 2 25 % Sampai dengan 50 % Efisien 3 50 % Sampai dengan 75% Cukup Efisien 4 75 % Sampai dengan 100% Tidak Efisien Sumber: Darwin (2010:65). HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan serta efektivitas dan efisiensi pemungutan pajak daerah dianalisis berdasarkan data pajak daerah yang diperoleh dari DPPKAD Kabupaten Musi Banyuasin selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 seperti yang terlihat pada tabel 3. Tabel 3 Data Target, Realisasi, dan Biaya Pungut Pajak Daerah Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2009 s.d. 2013 Tahun Target Realisasi Biaya Pungut 2009 Rp. 3.717.100.000 Rp. 5.666.153.477 Rp. 283.307.674 2010 Rp. 4.619.325.000 Rp. 8.214.830.518 Rp. 410.741.526 2011 Rp. 14.065.575.000 Rp. 20.157.106.354 Rp. 1.007.855.318 2012 Rp. 20.471.250.000 Rp. 18.294.708.287 Rp. 914.735.414 2013 Rp. 29.830.840.000 Rp. 27.130.963.992 Rp. 1.356.548.200 Sumber: DPPKAD Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2014 (data sudah diolah) 1. Analisis Pertumbuhan Pajak Daerah Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2013 [ Pertumbuhan mengukur seberapa besar kemampuan pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan yang telah
  • 14. * Dosen PNS Kopertis Wilayah II dpk pada STIE Rahmaniyah Sekayu dicapai dari periode ke periode berikutnya. Berdasarkan data pada tabel 3, maka hasil perhitungan rasio pertumbuhan pajak daerah Kabupaten Musi Banyuasin selama tahun 20009 sampai dengan tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini. Tabel 4 Rasio Pertumbuhan Pajak Daerah Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2009 s.d. 2013 Tahun Realisasi Penerimaan Pajak Daerah %-tase Peningkatan (Penurunan) Rasio Pertumbuhan Kriteria 2009 Rp. 5.666.153.477 - - - 2010 Rp. 8.214.830.518 45% 3,22 Meningkat 2011 Rp. 20.157.106.354 145% 1,69 Meningkat 2012 Rp. 18.294.708.287 (9%) (9,82) Menurun 2013 Rp. 27.130.963.992 48% 3,07 Meningkat Sumber: DPPKAD Kab. Musi Banyuasin Tahun 2014 (data sudah diolah) Berdasarkan tabel 4 diatas dapat dijelaskan bahwa realisasi penerimaan pajak daerah selama tahun 2009 sampai dengan 2013 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Tahun 2009 ke 2010 mengalami peningkatan sebesar 45%; bahkan tahun 2010 ke 2011 mengalami peningkatan yang sangat besar yaitu mencapai 145%. Namun tahun 2011 ke 2012 mengalami penurunan sebesar 9% dan tahun 2012 ke 2013 meningkat kembali sebesar 48%. Peningkatan jumlah realisasi pajak yang sangat besar ini menunjukkan bahwa pertumbuhan pajak daerah Kabupaten Musi Banyuasin selama periode 2009 sampai 2013 dinyatakan sangat baik, meskipun dari sisi rasio pertumbuhan pajak daerah relatif kecil yaitu: tahun 2010 sebesar 3,22; tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar
  • 15. * Dosen PNS Kopertis Wilayah II dpk pada STIE Rahmaniyah Sekayu 1,69; dan tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 9,82; serta tahun 2013 pertumbuhan pajak daerah mengalami peningkatan kembali dibandingkan tahun 2012 sebesar 3,07. Dengan demikian pertumbuhan pajak daerah Kabupaten Musi Banyuasin selama tahun 2009 sampai tahun 2013 dinyatakan sangat baik, meskipun rasio pertumbuhan pajak daerah mengalami fluktuasi dan pertumbuhannya masih dibawah 5%. Hal ini disebabkan masih belum optimalnya kesadaran Wajib Pajak daerah dalam membayar pajak serta belum akuratnya data objek pajak daerah. Ketidakakuratan data objek pajak disebabkan karena belum berjalannya mekanisme pendataan dan pelaporan objek pajak oleh Wajib Pajak. Selain itu masih belum maksimalnya kinerja petugas pajak dalam menjalankan fungsinya terutama dalam kegiatan pendataan objek pajak, serta kurang tegasnya penerapan sanksi pajak terhadap Wajib Pajak. 2. Analisis Efektivitas Pajak Daerah Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2013 Kemampuan daerah dalam menjalankan tugas dikategorikan efektif apabila rasio yang dicapai mencapai minimal sebesar 1 (satu) atau 100%. Namun demikian semakin tinggi rasio efektivitas, menggambarkan kemampuan daerah yang semakin baik. Guna memperoleh ukuran yang lebih baik, rasio efektivitas tersebut perlu disandingkan dengan rasio efisiensi yang dicapai pemerintah daerah.
  • 16. * Dosen PNS Kopertis Wilayah II dpk pada STIE Rahmaniyah Sekayu Berdasarkan pendapat Halim (2007:234), yang mengemukakan bahwa: efektivitas menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan penerimaan pajak yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah, maka hasil perhitungan rasio efektivitas pajak daerah Kabupaten Musi Banyuasin selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5 Hasil Perhitungan Rasio Efektivitas Pajak Daerah Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2009 s.d. 2013 Tahun Target Penerimaan Pajak Daerah Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Rasio Efektivitas Keterangan 2009 3,717,100,000 5,666,153,477 152.43% Sangat Efektif 2010 4,619,325,000 8,214,830,518 177.84% Sangat Efektif 2011 14,065,575,000 20,157,106,354 143,31% Sangat Efektif 2012 20,471,250,000 18,294,708,287 89,37% Sangat Efektif 2013 29,830,840,000 27,130,963,992 90,95% Sangat Efektif Rata-rata 130,78% Sangat Efektif Sumber: DPPKAD Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2014 (data sudah diolah) Berdasarkan tabel 5 hasil perhitungan rasio efektifitas pajak daerah Kabupaten Musi Banyuasin selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 dinyatakan sangat efektif dengan rata-rata rasio efektivitas lebih dari 100% yaitu sebesar 130,78%. Meskipun realisasi penerimaaan pajak daerah dari tahun 2009 sampai dengan 2013 mengalami peningkatan yang relatif besar, namun prosentase tingkat efektivitas tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu tahun 2010 ke 2011 turun sebesar 34,53%, serta tahun 2011 ke 2012 mengalami penurunan yang
  • 17. * Dosen PNS Kopertis Wilayah II dpk pada STIE Rahmaniyah Sekayu lebih besar lagi yaitu 53,94%. Pada tahun 2009 ke 2010 prosentase tingkat efektivitas mengalami peningkatan sebesar 25,41% dan tahun 2012 ke 2013 meningkat juga, tetapi dalam jumlah yang sangat kecil hanya sebesar 1,58%. Hal ini disebabkan karena masih adanya tunggakan pajak daerah oleh wajib pajak serta tingginya target penerimaan pajak daerah yang ditetapkan. Penetapan target penerimaan pajak tidak didasarkan pada realisasi penerimaan pajak tahun sebelumnya dan tidak didukung oleh keakuratan data objek pajak, sehingga penetapan target penerimaan pajak daerah kurang realistis. 3. Analisis Efisiensi Pajak Daerah Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2013 Halim (2002:130), menyatakan bahwa: “Rasio efisiensi adalah rasio yang menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan yang diterima. Kinerja pemerintah daerah dalam melakukan pemungutan pajak daerah dikategorikan efisien apabila rasio yang dicapai kurang dari 1 (satu) atau dibawah 100%. Semakin kecil rasio efisiensi berarti kinerja pemerintah daerah semakin baik”. Biaya pemungutan adalah biaya yang diberikan kepada aparat atau petugas pelaksana pemungutan pajak daerah atau biaya yang berkaitan langsung dengan pendapatan pajak daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah perlu menghitung secara cermat jumlah besarnya biaya yang dikeluarkan untuk merealisasikan seluruh pendapatan yang bersumber dari pajak daerah, sehingga dapat diketahui apakah kegiatan pemungutan
  • 18. * Dosen PNS Kopertis Wilayah II dpk pada STIE Rahmaniyah Sekayu pajak daerah efisien atau tidak. Hal ini perlu dilakukan, karena meskipun pemerintah daerah berhasil merealisasikan penerimaan pajak daerah sesuai dengan target yang ditetapkan, namun keberhasilan itu kurang memiliki arti apabila ternyata biaya yang dikeluarkan untuk merealisasikan target penerimaan pajak daerah lebih besar daripada realisasi penerimaan pajak daerah. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari DPPKAD Kabupaten Musi Banyuasin, biaya pemungutan pajak daerah dihitung sebesar 5% dari realisasi pajak daerah, sedangkan biaya lainnya diabaikan karena termasuk dalam biaya rutin. Jika dilihat dari rasio biaya pemungutan yang hanya sebesar 5%, maka pemungutan pajak daerah Kabupaten Musi Banyuasin selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 dinyatakan sangat efisien karena biaya pemngutannya masih dibawah 25%. SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: 1. Pertumbuhan pajak daerah Kabupaten Musi Banyuasin dinyatakan sangat baik meskipun rasio pertumbuhannya relatif kecil yaitu rata-rata 2,66, karena realisasi penerimaan pajak daerah mengalami peningkatan yang cukup besar dari tahun 2009 ke 2010 yaitu 45%, bahkan tahun 2011 peningkatannya mencapai 145% dibandingkan tahun 2010, meskipun tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 9%, namun tahun 2013
  • 19. * Dosen PNS Kopertis Wilayah II dpk pada STIE Rahmaniyah Sekayu meningkat kembali sebesar 48%. Rata-rata peningkatan realisasi penerimaan pajak mencapai 57,25% selama tahun 2009 sampai tahun 2013. 2. Efektivitas pemungutan pajak daerah Kabupaten Musi Banyuasin selama tahun 2009 sampai dengan 2013 sangat efektif karena rata-rata rasio efektivitas lebih dari 100% yaitu sebesar 130,78%, meskipun tahun 2012 dan 2013 target penerimaan pajak daerah belum tercapai 100%. Hal ini disebabkan karena masih adanya tunggakan pajak daerah yang dipicu oleh masih belum optimalnya kesadaran Wajib Pajak daerah dalam membayar pajak dan kurang tegasnya pemerintah daerah dalam menerapkan sanksi kepada para Wajib Pajak, serta belum optimalnya kinerja petugas pajak terutama dalam melakukan pendataan objek pajak. 3. Tingkat efisiensi pemungutan pajak daerah Kabupaten Musi Banyuasin selama tahun 2009 sampai dengan 2013 dikategorikan sangat efisien karena biaya pemungutan kurang dari 25% yaitu hanya 5%. SARAN Berdasarkan kesimpulan, maka penulis memberikan beberapa masukan sebagai berikut: 1. Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin terutama dinas/instansi yang terkait khususnya DPPKAD dapat terus menggali potensi penerimaan pajak daerah baik dengan cara ekstensifikasi maupun intensifikasi serta melaksanakan mekanisme pendataan dan pelaporan data objek pajak secara benar sehingga diperoleh data objek pajak yang tepat dan akurat.
  • 20. * Dosen PNS Kopertis Wilayah II dpk pada STIE Rahmaniyah Sekayu 2. Penetapan target penerimaan pajak harus didasarkan pada data objek pajak yang sebenarnya sesuai dengan potensi pajak yang seharusnya secara akurat, sehingga target pajak yang ditetapkan realistis. 3. Pemerintah daerah seharusnya memberikan sanksi yang tegas dan adil kepada para wajib pajak daerah yang tidak mememenuhi kewajibannya terutama dalam membayar pajak daerah yang tidak tepat waktu, sehingga dapat memberikan pembelajaran bagi Wajib Pajak bahwa pemerintah daerah benar-benar melakukan law inforcement (penegakan hukum) secara tegas dan adil. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Darwin. 2010. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Halim, Abdul, 2002. Akuntansi Sektor Publik – Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba Empat. -------------------, 2007. Akuntansi Sektor Publik – Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba Empat. Masyahrul, Tony. 2005. Pengantar Perpajakan. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Pemerintah RI. 2009. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Prakoso, Bambang Kesit. 2003. Pajak dan Retribusi Daerah. Yogyakarta: UII Press. Sanusi, Anwar. 2013. Metodologi Penelitian Bisnis. Cetakan ketiga. Jakarta: Salemba Empat Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Business. 4Th Edition. New York: John Wiley&Sons Inc.
  • 21. * Dosen PNS Kopertis Wilayah II dpk pada STIE Rahmaniyah Sekayu Siahaan, Marihot P. 2005. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Todaro, 1997. Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: Graha Ilmu Tunggal, Hadi Setia. 1999. Tanya Jawab: Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta: Penerbit Harvarind.