Bacharuddin Jusuf Habibie adalah presiden Indonesia ketiga yang menjabat dari 1998 hingga 1999. Sebelumnya ia menjabat sebagai menteri riset dan teknologi serta wakil presiden. Habibie mewarisi kondisi negara yang kacau setelah Soeharto, namun berhasil meredam gejolak dengan mengeluarkan UU otonomi daerah dan reformasi politik lainnya. Ia juga melakukan reformasi ekonomi untuk menangani krisis moneter
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Biografi Habibie
1.
2. Biografi Bacharuddin Jusuf Habibie
Presiden Indonesia ke-3
Masa jabatan
21 Mei 1998 – 20 Oktober 1999
Wakil Presiden Tidak ada
Didahului oleh Soeharto
Digantikan oleh Abdurrahman Wahid
Wakil Presiden Indonesia ke-7
Masa jabatan
11 Maret 1998 – 21 Mei 1998
Presiden Soeharto
Didahului oleh Try Sutrisno
Digantikan oleh Megawati Soekarnoputri
3. Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia ke-4
Masa jabatan
29 Maret 1978 – 16 Maret 1998
Presiden Soeharto
Didahului oleh Soemitro Djojohadikoesoemo
Digantikan oleh Rahardi Ramelan
Informasi pribadi
Lahir 25 Juni 1936 (umur 78)
Afdeling Parepare,Hindia Belanda
(Parepare, Sulawesi Selatan)
Kebangsaan Indonesia
Jerman (Kehormatan)
Partai politik Golongan Karya
Suami/istri Hasri Ainun Besari
Anak Ilham Akbar
Thareq Kemal
Alma mater Universitas Indonesia Bandung
Rheinisch-Westfälische Technische Hochschule Aachen
Profesi Insinyur
Agama Islam
Tanda tangan
6. Prof. Dr.-Ing. H. Bacharuddin Jusuf
Habibie (lahir di Parepare, Sulawesi
Selatan, 25 Juni 1936; umur 78
tahun) adalahPresiden Republik
Indonesia yang ketiga. Ia
menggantikan Soeharto yang
mengundurkan diri dari jabatan
presiden pada tanggal 21 Mei 1998.
Jabatannya digantikan
oleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur)
yang terpilih sebagai presiden
pada 20 Oktober 1999
oleh MPR hasil Pemilu 1999.
Dengan menjabat selama 2 bulan
dan 7 hari sebagai wakil presiden,
dan 1 tahun dan 5 bulan sebagai
presiden, Habibie merupakan Wakil
Presiden dan juga Presiden
Indonesia dengan masa jabatan
terpendek.
Saat ini namanya diabadikan
sebagai nama salah satu
universitas di Gorontalo,
menggantikan nama Universitas
Negeri Gorontalo. Dengan
menjabat selama 2 bulan dan 7
hari sebagai wakil presiden, dan 1
tahun dan 5 bulan sebagai
presiden, Habibie merupakan
Wakil Presiden dan juga Presiden
Indonesia dengan masa jabatan
terpendek. Saat ini namanya
diabadikan sebagai nama salah
satu universitas di Gorontalo,
menggantikan nama Universitas
Negeri Gorontalo.
7. Keluarga dan pendidikan
Habibie merupakan anak keempat
dari delapan bersaudara,
pasangan Alwi Abdul Jalil
Habibie dan R.A. Tuti Marini
Puspowardojo. Ayahnya yang
berprofesi sebagai ahli pertanian
berasal dari etnis Gorontalo dan
memiliki keturunan Bugis,
sedangkan ibunya beretnis Jawa.
R.A. Tuti Marini Puspowardojo
adalah anak seorang spesialis mata
di Yogya, dan ayahnya yang
bernama Puspowardjojo bertugas
sebagai pemilik sekolah.
B.J. Habibie menikah
dengan Hasri Ainun Besari pada
tanggal 12 Mei 1962, dan
dikaruniai dua orang putra, yaitu
Ilham Akbar Habibie dan Thareq
Kemal Habibie.
8. Ia pernah berilmu di SMAK
Dago. Ia belajar teknik mesin
di Universitas Indonesia
Bandung (Sekarang Institut
Teknologi Bandung) tahun 1954.
Pada 1955-1965 ia melanjutkan
studi teknik penerbangan,
spesialisasi konstruksi pesawat
terbang, di RWTH
Aachen,Jerman Barat, menerima
gelar diplom
ingenieur pada 1960 dan
gelar doktor
ingenieur pada 1965 dengan
predikat summa cum laude.
9. Pekerjaan dan karier
Habibie pernah bekerja
di Messerschmitt-Bölkow-Blohm, sebuah
perusahaan penerbangan yang berpusat
di Hamburg, Jerman, sehingga mencapai
puncak karier sebagai seorang wakil
presiden bidang teknologi. Pada tahun
1973, ia kembali ke Indonesia atas
permintaan mantan presiden Soeharto.
Ia kemudian menjabat sebagai Menteri
Negara Riset dan Teknologi sejak tahun
1978 sampai Maret 1998. Sebelum
menjabat sebagai Presiden (21 Mei 1998
- 20 Oktober 1999), B.J. Habibie adalah
Wakil Presiden (14 Maret 1998 - 21 Mei
1998) dalamKabinet Pembangunan VII di
bawah Presiden Soeharto. Ia diangkat
menjadi ketua umum ICMI (Ikatan
Cendekiawan Muslim Indonesia), pada
masa jabatannya sebagai menteri.
Habibie saat bertemu Helmut Kohl di
Jerman
11. Habibie mewarisi kondisi keadaan
negara kacau balau pasca
pengunduran diri Soeharto pada
masa orde baru, sehingga
menimbulkan maraknya kerusuhan
dan disintegerasi hampir seluruh
wilayah Indonesia. Segera setelah
memperoleh kekuasaan Presiden
Habibie segera membentuk sebuah
kabinet. Salah satu tugas
pentingnya adalah kembali
mendapatkan dukungan dari Dana
Moneter Internasional dan
komunitas negara-negara donor
untuk program pemulihan ekonomi.
Dia juga membebaskan para
tahanan politik dan mengurangi
kontrol pada kebebasan
berpendapat dan kegiatan
organisasi.
Pada era pemerintahannya yang
singkat ia berhasil memberikan
landasan kokoh bagi Indonesia,
pada eranya dilahirkan UU Anti
Monopoli atau UU Persaingan
Sehat, perubahan UU Partai Politik
dan yang paling penting adalah
UU otonomi daerah. Melalui
penerapan UU otonomi daerah
inilah gejolak disintegrasi yang
diwarisi sejak era Orde
Baru berhasil diredam dan akhirnya
dituntaskan di era presiden Susilo
Bambang Yudhoyono, tanpa
adanya UU otonomi daerah bisa
dipastikan Indonesia akan
mengalami nasib sama seperti Uni
Soviet dan Yugoslavia.
12. Pengangkatan B.J. Habibie
sebagai Presiden menimbulkan
berbagai macam kontroversi
bagi masyarakat Indonesia.
Pihak yang pro menganggap
pengangkatan Habibie sudah
konstitusional. Hal itu sesuai
dengan ketentuan pasal 8 UUD
1945 yang menyebutkan
bahwa "bila Presiden mangkat,
berhenti, atau tidak dapat
melakukan kewajibannya
dalam masa jabatannya, ia
diganti oleh Wakil Presiden
sampai habis waktunya".
Sedangkan pihak yang kontra
menganggap bahwa
pengangkatan B.J. Habibie
dianggap tidak konstitusional. Hal
ini bertentangan dengan
ketentuan pasal 9 UUD 1945 yang
menyebutkan bahwa "sebelum
presiden memangku jabatan
maka presiden harus
mengucapkan sumpah atau janji
di depan MPR atau DPR".
13. Bidang Politik
• Memberi kebebasan pada rakyat untuk
menyalurkan aspirasinya sehingga banyak
bermunculan partai-partai politik baru
yakni sebanyak 48 partai politik
• Membebaskan narapidana politik (napol)
seperti Sri Bintang Pamungkas (mantan
anggota DPR yang masuk penjara karena
mengkritik Presiden Soeharto)
dan Muchtar Pakpahan (pemimpin buruh
yang dijatuhi hukuman karena dituduh
memicu kerusuhan di Medan tahun 1994)
• Mencabut larangan berdirinya serikat-
serikat buruh independen
• Membentuk tiga undang-undang yang
demokratis yaitu :
• UU No. 2 tahun 1999 tentang Partai Politik
• UU No. 3 tahun 1999 tentang Pemilu
• UU No. 4 tahun 1999 tentang Susunan
Kedudukan DPR/MPR
• Menetapkan 12 Ketetapan MPR dan ada 4
ketetapan yang mencerminkan jawaban dari
tuntutan reformasi yaitu :
• Tap MPR No. VIII/MPR/1998, tentang
pencabutan Tap No. IV/MPR/1983 tentang
Referendum
• Tap MPR No. XVIII/MPR/1998, tentang
pencabutan Tap MPR No. II/MPR/1978 tentang
Pancasila sebagai azas tunggal
• Tap MPR No. XII/MPR/1998, tentang
pencabutan Tap MPR No. V/MPR/1978 tentang
Presiden mendapat mandat dari MPR untuk
memiliki hak-hak dan Kebijakan di luar batas
perundang-undangan
• Tap MPR No. XIII/MPR/1998, tentang
Pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil
Presiden maksimal hanya dua kali periode.
14. • 12 Ketetapan MPR antara lain :
• Tap MPR No. X/MPR/1998, tentang
pokok-pokok reformasi pembangunan
dalam rangka penyelematan dan
normalisasi kehidupan nasional sebagai
haluan negara
• Tap MPR No. XI/MPR/1998, tentang
penyelenggaraan negara yang bersih
dan bebas korupsi, kolusi, dan
nepotisme
• Tap MPR No. XIII/MPR/1998, tentang
pembatasan masa jabatan presiden
dan wakil presiden Republik Indonesia
• Tap MPR No. XV/MPR/1998, tentang
penyelenggaraan Otonomi daerah
• Tap MPR No. XVI/MPR/1998, tentang
politik ekonomi dalam rangka
demokrasi ekonomi
• Tap MPR No. XVII/MPR/1998, tentang
Hak Asasi Manusia (HAM)
• Tap MPR No. VII/MPR/1998, tentang
perubahan dan tambahan atas Tap
MPR No. I/MPR/1998 tentang
peraturan tata tertib MPR
• Tap MPR No. XIV/MPR/1998, tentang
Pemilihan Umum
• Tap MPR No. III/V/MPR/1998,
tentang referendum
• Tap MPR No. IX/MPR/1998, tentang
GBHN
• Tap MPR No. XII/MPR/1998, tentang
pemberian tugas dan wewenang
khusus kepada Presiden/mandataris
MPR dalam rangka menyukseskan
dan pengamanan pembangunan
nasional sebagai pengamalan
Pancasila
• Tap MPR No. XVIII/MPR/1998,
tentang pencabutan Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (P4)
15. Bidang Ekonomi
Di bidang ekonomi, ia berhasil
memotong nilai tukar rupiah terhadap
dollar masih berkisar antara Rp 10.000
– Rp 15.000. Namun pada akhir
pemerintahannya, terutama setelah
pertanggungjawabannya ditolak MPR,
nilai tukar rupiah meroket naik pada
level Rp 6500 per dolar AS nilai yang
tidak akan pernah dicapai lagi di era
pemerintahan selanjutnya. Selain itu,
ia juga memulai menerapkan
independensi Bank Indonesia agar
lebih fokus mengurusi perekonomian.
Untuk menyelesaikan krisis moneter
dan perbaikan ekonomi Indonesia, BJ
Habibie melakukan langkah-langkah
sebagai berikut :
• Melakukan restrukturisasi dan
rekapitulasi perbankan melalui
pembentukan BPPN dan unit Pengelola
Aset Negara
• Melikuidasi beberapa bank yang
bermasalah
• Menaikkan nilai
tukar rupiah terhadap dolar hingga di
bawah Rp. 10.000,00
• Membentuk lembaga pemantau dan
penyelesaian masalah utang luar negeri
• Mengimplementasikan reformasi
ekonomi yang disyaratkan IMF
• Mengesahkan UU No. 5 tahun 1999
tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan yang Tidak Sehat
• Mengesahkan UU No. 8 tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen
16. Menurut pihak oposisi, salah satu
kesalahan terbesar yang ia lakukan
saat menjabat sebagai Presiden
ialah memperbolehkan
diadakannya referendum provinsi
Timor Timur (sekarang Timor
Leste). Ia mengajukan hal yang
cukup menggemparkan publik saat
itu, yaitu mengadakan jajak
pendapat bagi warga Timor Timur
untuk memilih merdeka atau
masih tetap menjadi bagian dari
Indonesia. Pada masa
kepresidenannya, Timor Timur
lepas dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan menjadi
negara terpisah yang berdaulat
pada tanggal 30 Agustus 1999.
Lepasnya Timor Timur di satu sisi
memang disesali oleh sebagian
warga negara Indonesia, namun di
sisi lain membersihkan nama
Indonesia yang sering tercemar oleh
tuduhan pelanggaran HAM di Timor
Timur.
Kasus inilah yang mendorong pihak
oposisi yang tidak puas dengan latar
belakang Habibie semakin giat
menjatuhkannya. Upaya ini akhirnya
berhasil saat Sidang Umum 1999, ia
memutuskan untuk tidak
mencalonkan diri lagi setelah laporan
pertanggungjawabannya ditolak
oleh MPR.
17. Visi Misi
Salah satu pandangan
kepresidenan dikemukan oleh L.
Misbah Hidayat dalam
bukunya Reformasi Administrasi:
Kajian Komparatif Pemerintahan
Tiga Presiden.
“Visi, misi dan kepemimpinan
presiden Habibie dalam
menjalankan agenda reformasi
memang tidak bisa dilepaskan dari
pengalaman hidupnya. Setiap
keputusan yang diambil
didasarkan pada faktor-faktor yang
bisa diukur. Maka tidak heran tiap
kebijakan yang diambil kadangkala
membuat orang terkaget-kaget
dan tidak mengerti.
Bahkan sebagian kalangan
menganggap Habibie apolitis dan
tidak berperasaan. Pola
kepemimpinan Habibie seperti itu
dapat dimaklumi mengingat latar
belakang pendidikannya sebagai
doktor di bidang konstruksi pesawat
terbang. Berkaitan dengan
semangat demokratisasi, Habibie
telah melakukan perubahan dengan
membangun pemerintahan yang
transparan dan dialogis. Prinsip
demokrasi juga diterapkan dalam
kebijakan ekonomi yang disertai
penegakan hukum dan ditujukan
untuk kesejahteraan rakyat.
18. Dalam mengelola kegiatan
kabinet sehari-haripun, Habibie
melakukan perubahan besar. Ia
meningkatkan koordinasi dan
menghapus egosentisme sekotral
antarmenteri. Selain itu sejumlah
kreativitas mewarnai gaya
kepemimpinan Habibie dalam
menangani masalah
bangsa.Untuk mengatasi
persoalan ekonomi, misalnya, ia
mengangkat pengusaha menjadi
utusan khusus. Dan pengusaha
itu sendiri yang menanggung
biayanya.
Tugas tersebut sangat penting,
karena salah satu kelemahan
pemerintah adalah kurang
menjelaskan keadaan Indonesia
yang sesungguhnya pada
masyarakat internasional.
Sementara itu pers, khususnya
pers asing, terkesan hanya
mengekspos berita-berita negatif
tentang Indonesia sehingga tidak
seimbang dalam pemberitaan. ”
19. Masa Pascakepresidenan
Setelah ia turun dari
jabatannya sebagai presiden, ia
lebih banyak tinggal di Jerman
daripada di Indonesia. Tetapi
ketika era kepresidenan Susilo
Bambang Yudhoyono, ia
kembali aktif sebagai penasihat
presiden untuk mengawal
proses demokratisasi di
Indonesia lewat organisasi
yang didirikannya Habibie
Center.
B.J. Habibie juga menjabat
sebagai Komisaris Utama dari
PT. Regio Aviasi Industri,
perusahaan perancang
pesawat terbang R-80.
20. Pembuatan pesawat N250
Pesawat ini merupakan primadona IPTN dalam usaha merebut pasar di kelas 50-70 penumpang dengan keunggulan yang
dimiliki di kelasnya (saat diluncurkan pada tahun 1995). Menjadi bintang pameran pada saat Indonesian Air
Show 1996 diCengkareng. Namun akhirnya pesawat ini dihentikan produksinya setelah krisis ekonomi 1997. Rencananya
program N-250 akan dibangun kembali oleh B.J. Habibie setelah mendapatkan persetujuan dari Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono dan perubahan di Indonesia yang dianggap demokratis. Namun untuk mengurangi biaya produksi dan
meningkatkan daya saing harga di pasar internasional, beberapa performa yang dimilikinya dikurangi seperti penurunan
kapasitas mesin, dan direncanakan dihilangkannya Sistem fly-by wire.
Pertimbangan B.J. Habibie untuk memproduksi pesawat itu (sekalipun sekarang dia bukan direktur IPTN) adalah diantaranya
karena salah satu pesawat saingannya Fokker F-50 sudah tidak diproduksi lagi sejak keluaran perdananya 1985, karena
perusahaan industrinya, Fokker Aviation di Belanda dinyatakan gulung tikar pada tahun 1996.
Berikut Video first flight pesawat N250