Dokumen tersebut membahas tentang perkembangan kehidupan politik dan ekonomi Indonesia pada masa Orde Baru. Pada masa ini, pemerintahan berupaya melakukan stabilisasi politik dan rehabilitasi ekonomi setelah masa transisi kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto. Pemerintah juga melakukan integrasi Timor Timur ke dalam wilayah Indonesia. Di bidang politik terjadi penyimpangan demokrasi namun stabilitas tercapai, sementara di bidang ekon
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
SEJARAH ORDE BARU
1. PERTEMUAN 3
SEJARAH INDONESIA
MIA AMELIA, S.Pd
3.3 menganalisis perkembangan kehidupan politik dan ekonomi Bangsa
Indonesia pada masa Orde Baru
4.3 melakukan penelitian sederhana tentang pekembangan kehidupan politik
dan ekonomi Bangsa Indonesia pada masa Orde Baru dan menyajikannya dalam
bentuk TULISAN
4 SEPTEMBER 2020
5. Aksi Tritura
Latar Belakang
• Peristiwa G 30 S/PKI, krisis ekonomi, krisis politik.
Aktor
• KAMI, KAPI, KAPPI, KASI (tergabung dalam Front
Pancasila).
Isi Tritura
• Pembubaran PKI beserta ormas-ormasnya.
• Pembersihan kabinet dari unsur-unsur PKI.
• Penurunan harga-harga kebutuhan pokok/perbaikan
ekonomi.
6. Kronologi Aksi Tritura
• Demonstrasi pertama gerakan mahasiswa terjadi pada 8 Januari 1966 di
Gedung Sekretariat Negara.
• Pada 12 Januari 1966 kelompok pemuda dan mahasiswa yang tergabung
dalam Front Pancasila melakukan demonstrasi di depan Gedung DPR-GR.
• Pada 24 Februari 1966 seorang mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia bernama Arief Rahman Hakim tertembak saat sedang
berdemonstrasi di depan Istana Negara.
• Pada 25 Februari 1966 Presiden Soekarno membubarkan KAMI.
7. Surat Perintah Sebelas Maret
Latar
belakang
• Aksi demonstrasi menentang pemerintah Demokrasi Terpimpin
meningkat.
• Keamanan Presiden Soekarno terancam.
• Presiden perlu memulihkan kewibawaan pemerintahan.
Isi
• Mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk terjaminnya
keamanan dan ketenangan serta kestabilan jalannya revolusi.
• Menjamin keselamatan pribadi dan kewibawaan Pimpinan
Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi.
• Melaksanakan dengan pasti ajaran Pemimpin Besar Revolusi.
Dampak
• Kondisi keamanan negara berhasil dikendalikan.
• Wibawa tentara semakin meningkat, Soeharto sebagai pemegang
mandat Supersemar memiliki kekuatan politik.
8. Dualisme Kepemimpinan Nasional
Berdasarkan Ketetapan Nomor
XIV/MPRS/1966 dinyatakan ”apabila
presiden berhalangan, kedudukannya
digantikan oleh pemegang mandat
Supersemar”.
Berdasarkan Ketetapan Nomor
XIII/MPRS/1966, MPR memberikan
tugas kepada pengemban mandat
Supersemar untuk membentuk
Kabinet Ampera (Amanat Penderitaan
Rakyat).
Mengapa terjadi dualisme kepemimpinan nasional?
9. Apa dampak dualisme kepemimpinan
nasional?
Soeharto turut menentukan nama-nama menteri yang mengisi pos
jabatan di Kabinet Ampera.
Presiden Soekarno berkedudukan sebagai pemimpin kabinet,
sedangkan Letjen Soeharto bertindak sebagai pelaksana
pemerintahan.
Popularitas Presiden Soekarno semakin merosot.
Muncul tuntutan agar Presiden Soekarno mengundurkan diri dari
jabatannya.
10. Kronologi Pengunduran Diri Presiden Soekarno
Pada Juni 1966 Presiden Soekarno menyampaikan pidato
pertanggungjawabannya sebagai presiden yang kemudian dikenal dengan nama
pidato Nawaksara.
Pada 20 Juni hingga 5 Juli 1966, melalui Ketetapan Nomor V/MPRS/1966, MPRS
meminta Presiden Soekarno melengkapi isi pidato Nawaksara.
Presiden Soekarno pun menyampaikan kembali pidato pertanggungjawaban pada
10 Januari 1967 di hadapan anggota MPRS dan DPR-GR. Pidato tersebut
dituangkan dalam Surat Presiden RI Nomor 1/Pres/1967 dan diberi nama
”Pelengkap Nawaksara” (Pelnawaksara).
Pada 9 Februari 1967 DPR-GR mengajukan resolusi dan memorandum kepada
MPRS agar mengadakan sidang istimewa untuk mengatasi situasi politik yang
memanas.
Para pimpinan ABRI tersebut membujuk Presiden Soekarno untuk menyerahkan
kekuasaan pada pengemban Ketetapan Nomor IX/MPRS/1966, yaitu Letjen
Soeharto, sebelum sidang umum MPRS dilaksanakan.
Pada 22 Februari 1967 Presiden Soekarno secara resmi mengundurkan diri dari
jabatannya.
11. Pada 12 Maret
1967 Soeharto diangkat
sebagai Pejabat Presiden
Indonesia oleh MPR
Sementara.
Selanjutnya, Soeharto
resmi dilantik sebagai
Presiden Republik
Indonesia pada 27 Maret
1968. Pelantikan
Presiden Soeharto ini
menandai dimulainya
periode Orde Baru.
Back
12. B. Stabilisasi Politik dan Rehabilitasi
Ekonomi Masa Orde Baru
Stabilisasi
&
Rehabilitasi
Stabilisasi Politik dan
Keamanan
Stabilisasi
Penyeragaman
Penerapan Dwifungsi
ABRI
Rehabilitasi Ekonomi
Orde Baru
Kebijakan
Pembangunan
Pelaksanaan
Demokrasi
Back
13. Stabilisasi Politik dan Keamanan
Masa Orde Baru
Penerapan politik
bebas aktif
Mengakhiri konfrontasi
dengan Malaysia
Kembali menjadi
anggota PBB
Membentuk ASEAN
Fusi partai
14. Stabilisasi Penyeragaman Orde
Baru
Pelarangan ideologi komunisme dan ideologi-ideologi yang
dianggap radikal.
Menetapkan Pancasila sebagai ideologi negara.
Menggagas mengenai pedoman penghayatan dan
pengamalan Pancasila melalui Ekaprasetya Pancakarsa.
Melakukan penataran Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila (P4).
Mengharuskan semua partai politik menganut ideologi
Pancasila.
15. Penerapan Dwifungsi ABRI
1.
Konsep Dwifungsi ABRI dikenalkan oleh Jenderal A.H. Nasution.
2.
Menyatakan tugas ABRI tidak hanya berkaitan bidang keamanan dan
pertahanan negara, tetapi berkaitan dengan bidang sosial dan politik.
3.
Anggota ABRI menduduki kursi parlemen dan pejabat pemerintahan.
16. Rehabilitasi Ekonomi
Menanggulangi masalah utang
Menjalin kerja sama dengan IMF
Mengeluarkan undang-undang penanaman
modal dengan menetapkan UU Penanaman
Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal
Dalam Negeri (PMDN)
17. Bidang Pendidikan
• Pembangunan sekolah dasar Inpres (SD Inpres) di seluruh pelosok Indonesia.
• Meningkatkan jumlah guru untuk memenuhi kebutuhan pengajaran.
• Mencanangkan program wajib belajar 6 tahun kemudian wajib belajar
9 tahun.
• Memberikan program bantuan beasiswa di antaranya melalui program
Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GNOTA).
• Pemberantasan buta aksara dengan
membentuk program kelompok belajar.
Kebijakan Pembangunan Pemerintah Orde
Baru
18. Bidang Kesehatan
• Mendirikan pusat pelayanan kesehatan dalam bentuk pusat kesehatan
masyarakat (puskesmas).
• Mengembangkan program pos pelayanan terpadu (posyandu).
• Mencanangkan program keluarga berencana untuk menanggulangi
peningkatan jumlah penduduk.
19. Bidang Ekonomi
Peningkatan Peran BUMN:
• Pemerintah mengadakan perubahan mendasar dalam pengelolaan BUMN
• Pemerintah menghapus kewenangan instansi teknis sebagai pengawas, dan
memberikan kewenangan kepada Departemen Keuangan sebagai satu-
satunya pengawas BUMN
Perluasan Lapangan Kerja:
• Pemerintah berusaha menciptakan lapangan kerja melalui proyek padat
karya dan bantuan pembangunan daerah.
• Pengerahan tenaga kerja sukarela melalui Badan Urusan Tenaga Kerja
Sukarela Indonesia (BUTSI). Tenaga kerja sukarela ini bertugas sebagai tenaga
pelopor pembangunan dan pembaruan berbagai bidang di desa-desa.
20. Bidang Sosial-Budaya
• Mencanangkan program transmigrasi untuk pemerataan jumlah penduduk.
• Menurunkan angka pengangguran dengan menyalurkan tenaga kerja di sektor
perkebunan, perikanan, ekspor kayu, dan sebagainya.
• Memberikan sosialisasi agar kebudayaan dan kesenian yang berkembang
sesuai dengan kepribadian bangsa.
• Meningkatkan pembinaan kesenian melalui sekolah-sekolah, kursus, dan
organisasi-organisasi kesenian.
• Inventarisasi, dokumentasi, penelitian warisan budaya nasional, pembinaan,
dan pemeliharaan peninggalan-peninggalan purbakala.
21. Pelaksanaan Demokrasi pada Masa Orde
Baru
Demokrasi pada masa Orde Baru menganut sistem demokrasi
Pancasila.
Demokrasi dijalankan berdasarkan Pancasila, Undang-Undang
Dasar 1945, serta ketetapan-ketetapan MPRS.
Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR) diberi
beberapa hak kontrol selain tetap mempunyai fungsi untuk
membantu pemerintah.
Lembaga kepresidenan merupakan pengontrol utama lembaga
negara lainnya baik yang bersifat suprastruktur (DPR, MPR, DPA,
BPK, dan MA) maupun yang bersifat infrastruktur (LSM dan partai
politik).
22. C. Integrasi Timor Timur
Latar Belakang
Proses Integrasi Timor Timur
Back
23. Latar Belakang
Perubahan kebijakan pemerintah Portugis terhadap Timor Timur, yaitu
dengan menetapkan Timor Timur sebagai salah satu provinsi Portugis.
Rakyat Timor Timur menghendaki kemerdekaan Timor Timur atas
penjajahan Portugis.
Penghapusan status koloni terhadap jajahan Portugis setelah Revolusi
Bunga.
24. Proses Integrasi
Muncul partai politik yang memperjuangkan kemerdekaan Timor Timur.
Union Democratica Timorense (UDT) menghendaki agar Timor Timur
tetap berada di bawah kekuasaan Portugis dengan menjadi provinsi
Portugis di seberang lautan.
Frente Revolutionaria de Timor Leste Independente (Fretilin). Fretilin
menghendaki kemerdekaan penuh bagi rakyat Timor.
Associacao Populer Democratica Timorense (Apodeti). Apodeti
menghendaki agar Timor Timur berintegrasi dengan wilayah Indonesia.
Klibur Oan Timur Aswain (Kota). Kota ingin berintegrasi dengan
wilayah Indonesia.
Trabalhista. Ingin berintegrasi dengan wilayah Indonesia.
25. Kronologi Integrasi Timor Timur
Pada 28 November 1975 Fretilin memproklamasikan kemerdekaan
Timor Timur.
Pada 30 November 1975 kelompok pro-NKRI yang membacakan
Deklarasi Balibo yang berisi keinginan bergabung dengan Republik
Indonesia.
Pada 17 Desember 1975 tentara Indonesia masuk ke Timor Timur
sekaligus menandai awal Operasi Seroja.
Pada 31 Mei 1976 Kepala Pemerintahan Timor Timur mengajukan
petisi yang berisi penggabungan Timor Timur dengan Indonesia.
Pada 17 Juli 1976 Timor Timur resmi sebagai provinsi Republik
Indonesia.
27. Bidang Politik
Penyimpangan
prinsip demokrasi
karena Presiden
Soeharto menjadi
penguasa tunggal.
Praktik KKN
(korupsi, kolusi,
dan nepotisme)
menjangkiti
birokrasi
pemerintahan.
Kebebasan pers
dibatasi secara
ketat.
Pemerintahan
tidak dijalankan
secara