SlideShare a Scribd company logo
1 of 33
Sejak manusia dapat berbudidaya tanaman dan
hewan, hasil produksi panen menjadi berlimpah. Namun bahan-
bahan tersebut ada yang cepat busuk, makanan yang disimpan
dapat menjadi rusak, misalnya karena oksidasi atau benturan.
Contohnya lemak menjadi tengik karena mengalami reaksi
oksidasi radikal bebas. Untuk menangani hal tersebut, manusia
melakukan pengawetan pangan, sehingga bahan makanan
dapat dikonsumsi kapan saja dan dimana saja, namun dengan
batas kadaluarsa, dan kandungan kimia dan bahan makanan
dapat dipertahankan. Selain itu, pengawetan makanan juga
dapat membuat bahan-bahan yang tidak dikehendaki seperti
racun alami dan sebagainya dinetralkan atau disingkirkan dari
bahan makanan.
Pengawetan makanan adalah cara yang digunakan
untuk membuat makanan memiliki daya simpan yang lama dan
mempertahankan sifat-sifat fisik dan kimia makanan.
Dalam mengawetkan makanan harus diperhatikan jenis
bahan makanan yang diawetkan, keadaan bahan makanan, cara
pengawetan, dan daya tarik produk pengawetan makanan.
Teknologi pengawetan makanan yang dikembangkan dalam
skala industri masa kini berbasis pada cara-cara tradisional
yang dikembangkan untuk memperpanjang masa konsumsi
Menurut Treybal,
Pengeringan adalah suatu peristiwa perpindahan
massa dan energi yang terjadi dalam pemisahan
cairan atau kelembaban dari suatu bahan
sampai batas kandungan air yang ditentukan
dengan menggunakan gas sebagai fluida sumber
panas dan penerima uap cairan
Menurut Winarno,
Pengeringan adalah pengurangan sebagian
kadar air dengan bantuan energi panas alami
atau buatan yaitu sampai mikroorganisme tidak
dapat tumbuh /berkembang.
2. Meminimalkan
biaya distribusi
1. Sebagai sarana
pengawetan
makanan
Pengeringan Alami (Sun Drying)
Suatu proses untuk mengurangi atau menhilangkan sebagian air dari
suatu bahan pangan dengan cara menguapkan air tersebut dengan
menggunakan energi panas yang berasal langsung dari sinar matahari.
Pengeringan Buatan (Aartificial Drying)
Suatu metode untuk mengurangi atau menhilangkan sebagian air dari
suatu bahan dengan cara menguapkan air tersebut dengan
menggunakan energi panas yang berasal dari alat pengeringan.
No. Mikroba aw minimum untuk tumbuh
1. Bakteri 0,90
2. Ragi 0,88
3. Kapang 0,80
4.
Bakteri Halofilik (tahan
garam)
0,75
5. Bakteri Xerofilik 0,65
6.
Ragi Osmofilik (tahan
terhadap tekanan
osmotis/gula yang tinggi
0,61
Kadar air suatu bahan pangan dapat dinyatakan dalam 2 cara yaitu dry basis berdasarkan bahan kering
adalah perbandingan antara berat air didalam bahan tersebut dengan berat bahan keringnya, dan wet
basis berdasarkan bahan basah adalah perbandingan antara berat air didalam bahan tersebut dengan
bahan mentah.
Tabel Mikroba dan Aw minimum untuk pertumbuhan
Mikroba dapat tumbuh jika ada media air, kebutuhan air untuk pertumbuhan mikroba dinyatakan dalam
aw (water actifity), bahan pangan yang memiliki kadar air sekitar 0,70 sudah cukup baik dan tahan
selama penyimpanan, kadar air bahan tidak selalu berbanding lurus dengan aw ny.
Cara menghitung Aw bahan
pangan:
Perbandingan antara tekanan uap air dari larutan (P) dengan tekanan uap air murni
pada suhu yang sama (Po).
Hokum RAULT aw berbanding lurus dengan jumlah molekul didalam pelarut
(solvent) dan berbanding terbalik dengan jumlah molekul didalam larutan (solution).
Dimana : n1 = jumlah molekul dari zat yang dilarutkan (solute)
n2 = jumlah molekul pelarut (solvent) yang dimaksud disini adalah air.
N1 + n2 = jumlah molekul d idalam larutan (solution)
Aw =
P
P
Aw = N1 + n2
Ada satu hal yang perlu diperhatikan dalam
pengeringan yaitu penggunaan panas, jika pengeringan
dilakukan dengan suhu yang terlalu tinggi maka bahan akan
menyebabkan case hardening yaitu dimana keadaan bahan
dibagian luar sudah kering tapi dibagian dalam masih basah,
hal ini terjadi karena pengunaan suhu yang terlalu tinggi
sehingga permukaan bahan menjadi cepat kering dan
mengeras, sehingga akan menghambat
pengeringan/penguapan dibagian tengah bahan karena
terhalang oleh bagian luar bahan yang sudah keras, case
hardening juga bias terjadi karena adanya perubahan-
perubahan kimia tertentu misalnya terjadi pengumpalan
protein dipermukaan bahan karena panas atau terbentuknya
dekstrin dari pati yang jika dikeringkan akan menjadi bahan
yang masif (keras), pada bahan case hardening dibagian
dalam bahan mikroba masih dapat tumbuh dan berkembang
biak sehingga bahan dapt menjadi busuk, untuk mencegah
case hardening adalah dengan mengunakan suhu yang tidak
terlalu panas atau mengunakan tahapan-tahapan dalam
pengunaan suhu panas,misalnya memberikan pemanasan
awal dengan suhu rendah.
Pengeringan beku (freeze drying), adalah salah satu metoda pengeringan
yang mempunyai keunggulan dalam mempertahankan mutu hasil
pengeringan, khususnya untuk produk-produk yang sensitif terhadap
panas. Keunggulan pengeringan beku, dibandingkan metoda lainnya,
antara lain adalah:
• Dapat mempertahankan stabilitas produk (menghindari perubahan
aroma, warna, dan unsur organoleptik lain)
• Dapat mempertahankan stabilitas struktur bahan (pengkerutan dan
perubahan bentuk setelah pengeringan sangat kecil).
• Dapat meningkatkan daya rehidrasi (hasil pengeringan sangat
berongga dan lyophile sehingga daya rehidrasi sangat tinggi dan dapat
kembali ke sifat fisiologis, organoleptik dan bentuk fisik yang hampir
sama dengan sebelum pengeringan).
Pada dasarnya, produk yang berbasis teh mempunyai spektrum industri yang sangat luas yang
mencakup teh untuk minuman yang meliputi teh kemasan ( packet tea), tea bag, instant tea , flavoured tea ,
teh wangi (teh melati), decafeinated tea , dan aneka minuman siap saji ( ready to drink tea ) antara lain teh
botol, teh kotak ( tetrapack tea ), canning tea , fermented tea, fruit tea, ice tea, tea cola , dan foamy tea.
Teh untuk bahan campuran makanan antara lain dalam bentuk tea-candies, tea-noodles, tea
biscuits, tea-cake, tea-rice, tea-porridge, tea-ice-cream, dietary food dan teh untuk keperluan industri pewarna
makanan dan pengawet makanan alami. Teh untuk industri farmasi antara lain dalam bentuk teh jamu, food
supplement , cafein, catechin (anti kanker), tea flavin , tea rubigin , vitamin (B,C,E) dan fluoride.
Teh untuk keperluan industri toiletries dan disposable under wear karena adanya sifat anti
mikroba dari teh. Kandungan fluor yang tinggi dalam teh telah mendorong penggunaan teh untuk industri
pasta gigi, dan obat kumur. Teh untuk industri kosmetik antara lain perfume, beuty oil dari minyak biji teh,
deodorant dan aneka bahan pewarna kosmetik. Teh untuk biopestisida antar lain berupa disinfectant dan
saponin dari biji teh untuk pembasmi hama udang.
Di Indonesia dan beberapa negara lainnya, teh merupakan minuman sehari-hari yang banyak
disukai karena kadungan kafein yang lebih rendah jika dibandingkan dengan kopi. Satu cangkir teh
mengandung 45 mg kafein, sedangkan kopi mengandung 90 mg kafein.
Pengolahan teh terbesar didominasi dalam bentuk teh hitam, sisanya teh hijau, sedangkan industri teh wangi
merupakan hasil olahan teh hitam.
Batch Tray Dryer (Batch
Drying)
Metode batch merupakan metode tray drying
yang paling sederhana. Tray dryer terdiri dari
bilik pemanasan yang terbuat dari kayu atau
logam-logam tertentu. Tray/kolom yang telah
dimasukkan material yang ingin dikeringkan
kemudian di letakkan secara bersusun dalam
kolom. Setelah ruangan ditutup, maka udara
panas dialirkan ke dalam ruang pemanas
hingga semua bahan menjadi kering.
Udara panas yang masuk dari sebelah bawah
ruang menyebabkan material yang ada kolom
yang paling bawah menjadi yang paling
pertama kering. Setelah tenggat waktu
tertentu, tray akan dikeluarkan dan material
yang telah kering diambil. Material lain yang
ingin dikeringkan dimasukkan dan prosedur
terjadi berulang-ulang.
Solar Dryer (Continuous Drying)
Solar drying merupakan metode pengeringan yang saat ini sering
digunakan untuk mengeringkan bahan-bahan makanan hasil
panen. Metode ini bersifat ekonomis pada skala pengeringan besar
karena biaya operasinya lebih murah dibandingkan dengan
pengeringan dengan mesin. Prinsip dari solar drying ini adalah
pengeringan dengan menggunakan bantuan sinar matahari.
Perbedaan dari pengeringan dengan sinar matahari biasa adalah
solar drying dibantu dengan alat sederhana sedemikian rupa
sehingga pengeringan yang dihasilkan lebih efektif.
Cara kerja solar dryer adalah sebagai berikut:
Bahan yang ingin dikeringkan dimasukkan ke dalam bilik yang
berada pada ketinggian tertentu dari permukaan tanah. Udara
sekitar masuk melalui saluran yang dibuat lebih rendah daripada
bilik pemanasan dan secara otomatis terpanaskan oleh sinar
matahari secara konveksi pada saat udara tersebut mengalir
menuju bilik pemanasan. Udara yang telah terpanaskan oleh sinar
matahari kemudian masuk kedalam bilik pemanas dan
memanaskan bahan makanan. Pengeringan bahan makanan jadi
lebih efektif karena pemanasan yang terjadi berasal dari dua arah,
yaitu dari sinar matahari secara langsung (radiasi) dan aliran udara
panas dari bawah (konveksi).
Spray Dryer (Continuous Drying)
Metode mengeringan spray drying merupakan metode pengeringan
yang paling banyak digunakan dalam industri terutama industri
makanan. Metode ini mampu menghasilkan produk dalam bentuk
bubuk atau serbuk dari bahan-bahan seperti susu, buah buahan, dll.
Bagian-bagian dari unit spray dryer:
- feed pump
- atomizer
- Pemanas uap (air heater)
- Pendispersi udara (air disperse)
- drying chamber
- recovery powder system
- pembersih udara keluaran
Cara kerja spray dryer adalah sebagai berikut:
Pertama-tama seluruh air dari bahan yang ingin dikeringkan, diubah
ke dalam bentuk butiran-butiran air dengan cara diuapkan
menggunakan atomizer. Air dari bahan yang telah berbentuk
tetesan-tetesan tersebut kemudian di kontakan dengan udara panas.
Peristiwa pengontakkan ini menyebabkan air dalam bentuk tetesan-
tetesan tersebut mengering dan berubah menjadi serbuk.
Selanjutnya proses pemisahan antara uap panas dengan serbuk
dilakukan dengan cyclone atau penyaring. Setelah di pisahkan,
serbuk kemudian kembali diturunkan suhunya sesuai dengan
kebutuhan produksi.
Alat Pengering Oven
Proses pengeringan yang terjadi pada
oven yaitu panas yang diberikan pada bahan
pangan dalam sebuah oven dapat melalui radiasi
dari dinding oven, konveksi dan sirkulasi udara
panas, dan melalui konduksi melalui wadah
tempat bahan pangan diletakkan. Udara, gas lain,
dan uap air akan menguap akibat transfer panas
secara konveksi, dan panas diubah menjadi panas
konduksi pada permukaan bahan dan dinding
oven. Rendahnya kelembaban udara dalam oven
menciptakan gradien tekanan uap yang
menyebabkan perpindahan air dari bagian dalam
bahan menuju permukaan bahan, perluasan
hilangnya air bahan ditentukan oleh sifat alami
bahan dan laju pemanasan dan perpindahan air
pada saat pengeringan bahan dalam oven.
Lemari Pengering Sirkulasi (circulating dryer)
Bahan lembab diletakkan di atas
lempeng-lempeng pengering. Lempeng
disusun satu di atas lainnya pada sebuah
kerangka yang tetap atau yang dapat
digeser-geser. Kerangka ini berada di
dalam ruang yang biasanya berbentuk
siku-siku. Dengan bantuan sebuah
ventilator, udara panas (yang misalnya
telah dipanaskan oleh steam di dalam
suatu alat penukar panas) dihisap masuk
dan mengalir horizontal di atas lempeng-
lempeng yang dimuati bahan yang
dikeringkan. Pada saat yang sama,
bidang-bidang penyalur (penggaggu
aliran) yang terpasang di dalam alat akan
mengatur distribusi udara secara merata.
Alat Pengering Unggun Terfluidisasi (fluidized bed
dryer)
Dengan bantuan sebuah ventilator,
udara panas (yang telah dipanaskan oleh alat
penukar panas yang terpasang didalam, yang
menggunakan kukus, air panas atau listrik
sebagai pemanas) dihisap masuk dan
dialirkan melewati bahan yang dikeringkan.
Bahan tersebut berada di dalam bejana dan
udara dialirkan dari bawah ke atas sehingga
bahan menjadi terfluidisasi. Pada saat ini
terjadi kontak yang terbesar antara bahan
yang dikeringkan dan udara. Filter debu yang
terpasang di atas bejana mencegah
terbawanya partikel bahan oleh aliran udara
(setelah pengeringan selesai filter
dibersihkan dengan cara manual atau dengan
bantuan perlengkapan penggoyangan
otomatis).
Alat Pengering Sabuk (belt dryer)
Sabuk berjalan menerobos suatu ruang yang menyerupai terowongan.
Dengan bantuan ventilator, disini udara panas dihembuskan dari atas
kebawah menerobos bahan yang dikeringkan maupun sabuk
pengangkutnya. Secara terus menerus bahan padat yang telah
dikeringkan dilempar keluar di ujung lain dari sabuk pengangkut.
Kecepatan gerak sabuk tergantung pada kualitas bahan yang diinginkan.
Kecepatan ini menentukan waktu tinggal di dalam terowongan.
Misalkan 30-60 menit. Syarat untuk pengeringan yang sempurna adalah
bahwa bahan yang diletakkan di atas sabuk tidak rapat satu sama lain
supaya dapat diterobos udara.
Alat Pengering Piring (disk dryer)
Dari piring paling bawah secara kontinyu bahan yang telah dikeringkan disalurkan keluar dari ruang
pengering dengan suatu perlengkapan pengeluaran. Waktu tinggal bahan di alat pengering dapat
diatur dengan mengubah frekuensi putaran serok. Uap yang timbul diangkut aliran udara panas
dan disalurkan keluar. Untuk keperluan itu udara dipanaskan dalam sebuah alat penukar panas.
Dengan bantuan ventilator, udara tersebut dihisap melalui ruang pengering dan biasanya
mengalir tegak lurus terhadap bahan yang dikeringkan.
Lemari Pengering Vakum (vacum dryer)
Bahan lembab ditempatkan pada lempeng-lempeng pengeringan yang diletakkan di atas plat yang dipanaskan
(misalnya dipanaskan dengan steam). Pelet-pelat yang disusun satu di atas yang lain di dalam sebuah ruang
yang kedap udara berbentuk siku-siku. Uap yang terbentuk dihisap keluar dari ruang pengering dengan
bantuan pompa vakum dan disalurkan ke kondensor. Produk yang berbentuk pasta, berbentuk serbuk ataupun
potongan kasar dapat dikeringkan.
Alat Pengering Drum (drum dryer) / Rotary
Dryer
Bahan yang akan dikeringkan (cair, berbentuk bubur atau berbentuk pasta) terbawa secara
kontinyu dalam bentuk lapisan tipis oleh satu atau dua drum berputar yang dipanaskan dari
dalam. Dengan pemberian panas selama berputarnya drum (biasanya pemanasan dilakukan
dengan steam), cairan pada bahan akan menguap. Bahan yang telah kering setelah kira kira 3-4
putaran diambil dengan pisau serut yang terpasan di dekat tempat pemasukan
Video Tray Dryer
Mata Kuliah Pengantar Teknolgi Pangan Pengeringan

More Related Content

What's hot

Perubahan Komponen Kimia Pangan Akibat Pengolahan dan Pengawetan
Perubahan Komponen Kimia Pangan Akibat Pengolahan dan PengawetanPerubahan Komponen Kimia Pangan Akibat Pengolahan dan Pengawetan
Perubahan Komponen Kimia Pangan Akibat Pengolahan dan PengawetanMuhammad Eko
 
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: Pengeringan
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: PengeringanITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: Pengeringan
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: PengeringanFransiska Puteri
 
PENILAIAN MUTU SECARA ORGANOLEPTIK / SENSORI PRODUK PERIKANAN
PENILAIAN MUTU SECARA ORGANOLEPTIK / SENSORI PRODUK PERIKANANPENILAIAN MUTU SECARA ORGANOLEPTIK / SENSORI PRODUK PERIKANAN
PENILAIAN MUTU SECARA ORGANOLEPTIK / SENSORI PRODUK PERIKANANPENYULUH PERIKANAN
 
Teknik pengolahan pangan
Teknik pengolahan panganTeknik pengolahan pangan
Teknik pengolahan panganAgnescia Sera
 
LABEL PANGAN.pptx
LABEL PANGAN.pptxLABEL PANGAN.pptx
LABEL PANGAN.pptxEra Wibowo
 
2.memahami teknologi pangan
2.memahami teknologi pangan2.memahami teknologi pangan
2.memahami teknologi panganTina Julianti
 
Pengelolaan Lingkungan, Kondisi Termasuk Kontrol Atmosfer pada Pasca Panen Bu...
Pengelolaan Lingkungan, Kondisi Termasuk Kontrol Atmosfer pada Pasca Panen Bu...Pengelolaan Lingkungan, Kondisi Termasuk Kontrol Atmosfer pada Pasca Panen Bu...
Pengelolaan Lingkungan, Kondisi Termasuk Kontrol Atmosfer pada Pasca Panen Bu...Nur Haida
 
W5D2 - PRINSIP DAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN
W5D2 - PRINSIP DAN TEKNOLOGI PENGOLAHANW5D2 - PRINSIP DAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN
W5D2 - PRINSIP DAN TEKNOLOGI PENGOLAHANlatifstpp
 
Penilaian mutu makanan
Penilaian mutu makananPenilaian mutu makanan
Penilaian mutu makananAgnescia Sera
 
Teknologi pendinginan dan pembekuan by kiman siregar
Teknologi pendinginan dan pembekuan  by kiman siregarTeknologi pendinginan dan pembekuan  by kiman siregar
Teknologi pendinginan dan pembekuan by kiman siregarKiman Siregar
 
Pengantar Mikrobiologi Pangan
Pengantar Mikrobiologi PanganPengantar Mikrobiologi Pangan
Pengantar Mikrobiologi PanganTitis Sari
 
Bilangan Peroksida dan Bilangan TBA
Bilangan Peroksida dan Bilangan TBABilangan Peroksida dan Bilangan TBA
Bilangan Peroksida dan Bilangan TBAYokhebed Fransisca
 

What's hot (20)

Perubahan Komponen Kimia Pangan Akibat Pengolahan dan Pengawetan
Perubahan Komponen Kimia Pangan Akibat Pengolahan dan PengawetanPerubahan Komponen Kimia Pangan Akibat Pengolahan dan Pengawetan
Perubahan Komponen Kimia Pangan Akibat Pengolahan dan Pengawetan
 
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: Pengeringan
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: PengeringanITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: Pengeringan
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: Pengeringan
 
Pendinginan
PendinginanPendinginan
Pendinginan
 
Pengasapan
PengasapanPengasapan
Pengasapan
 
PENILAIAN MUTU SECARA ORGANOLEPTIK / SENSORI PRODUK PERIKANAN
PENILAIAN MUTU SECARA ORGANOLEPTIK / SENSORI PRODUK PERIKANANPENILAIAN MUTU SECARA ORGANOLEPTIK / SENSORI PRODUK PERIKANAN
PENILAIAN MUTU SECARA ORGANOLEPTIK / SENSORI PRODUK PERIKANAN
 
2. Karakteristik Bahan Pangan
2. Karakteristik Bahan Pangan2. Karakteristik Bahan Pangan
2. Karakteristik Bahan Pangan
 
Teknik pengolahan pangan
Teknik pengolahan panganTeknik pengolahan pangan
Teknik pengolahan pangan
 
2. proses termal
2. proses termal2. proses termal
2. proses termal
 
LABEL PANGAN.pptx
LABEL PANGAN.pptxLABEL PANGAN.pptx
LABEL PANGAN.pptx
 
Serealia
SerealiaSerealia
Serealia
 
2.memahami teknologi pangan
2.memahami teknologi pangan2.memahami teknologi pangan
2.memahami teknologi pangan
 
Pengelolaan Lingkungan, Kondisi Termasuk Kontrol Atmosfer pada Pasca Panen Bu...
Pengelolaan Lingkungan, Kondisi Termasuk Kontrol Atmosfer pada Pasca Panen Bu...Pengelolaan Lingkungan, Kondisi Termasuk Kontrol Atmosfer pada Pasca Panen Bu...
Pengelolaan Lingkungan, Kondisi Termasuk Kontrol Atmosfer pada Pasca Panen Bu...
 
W5D2 - PRINSIP DAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN
W5D2 - PRINSIP DAN TEKNOLOGI PENGOLAHANW5D2 - PRINSIP DAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN
W5D2 - PRINSIP DAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN
 
Kerusakan pangan
Kerusakan panganKerusakan pangan
Kerusakan pangan
 
Penilaian mutu makanan
Penilaian mutu makananPenilaian mutu makanan
Penilaian mutu makanan
 
Teknologi pendinginan dan pembekuan by kiman siregar
Teknologi pendinginan dan pembekuan  by kiman siregarTeknologi pendinginan dan pembekuan  by kiman siregar
Teknologi pendinginan dan pembekuan by kiman siregar
 
Pengantar Mikrobiologi Pangan
Pengantar Mikrobiologi PanganPengantar Mikrobiologi Pangan
Pengantar Mikrobiologi Pangan
 
3. BLANSING BAHAN PANGAN
3. BLANSING BAHAN PANGAN3. BLANSING BAHAN PANGAN
3. BLANSING BAHAN PANGAN
 
PENGAWETAN MAKANAN
PENGAWETAN MAKANANPENGAWETAN MAKANAN
PENGAWETAN MAKANAN
 
Bilangan Peroksida dan Bilangan TBA
Bilangan Peroksida dan Bilangan TBABilangan Peroksida dan Bilangan TBA
Bilangan Peroksida dan Bilangan TBA
 

Similar to Mata Kuliah Pengantar Teknolgi Pangan Pengeringan

Pengeringan dan Pengolahan Nanas
Pengeringan dan Pengolahan NanasPengeringan dan Pengolahan Nanas
Pengeringan dan Pengolahan NanasErnalia Rosita
 
DASAR TEKNOLOGI PANGAN.pptx
DASAR TEKNOLOGI PANGAN.pptxDASAR TEKNOLOGI PANGAN.pptx
DASAR TEKNOLOGI PANGAN.pptxsukmiyatiagustin
 
PELAPISAN LILIN DAN PENYIMPANAN PADA SUHU RENDAH PRODUK HORTIKULTURA
PELAPISAN LILIN DAN PENYIMPANAN PADA SUHU RENDAH PRODUK HORTIKULTURAPELAPISAN LILIN DAN PENYIMPANAN PADA SUHU RENDAH PRODUK HORTIKULTURA
PELAPISAN LILIN DAN PENYIMPANAN PADA SUHU RENDAH PRODUK HORTIKULTURAAGROTEKNOLOGI
 
Laprak analisis kadar air fix
Laprak analisis kadar air fixLaprak analisis kadar air fix
Laprak analisis kadar air fixbintangdamayanti
 
Kelompok 4(tekpan)
Kelompok 4(tekpan)Kelompok 4(tekpan)
Kelompok 4(tekpan)BLi' 'Abiee
 
SLIDE 1 B-Teknologi-Pengolahan-Susu-Produk-Cair.ppt
SLIDE 1 B-Teknologi-Pengolahan-Susu-Produk-Cair.pptSLIDE 1 B-Teknologi-Pengolahan-Susu-Produk-Cair.ppt
SLIDE 1 B-Teknologi-Pengolahan-Susu-Produk-Cair.pptadhisusilo2
 
Sanitasi dan-sanitizer-dalam-industri-pangan
Sanitasi dan-sanitizer-dalam-industri-panganSanitasi dan-sanitizer-dalam-industri-pangan
Sanitasi dan-sanitizer-dalam-industri-panganraden prawoto
 
PERANAN MIKROBIOLOGI PADA BIOTEKNOLOGI PANGAN(1).docx
PERANAN MIKROBIOLOGI PADA BIOTEKNOLOGI PANGAN(1).docxPERANAN MIKROBIOLOGI PADA BIOTEKNOLOGI PANGAN(1).docx
PERANAN MIKROBIOLOGI PADA BIOTEKNOLOGI PANGAN(1).docxssuser04c576
 
Budidaya pertanian terhadap susunan bahan pangan
 Budidaya pertanian terhadap susunan bahan pangan Budidaya pertanian terhadap susunan bahan pangan
Budidaya pertanian terhadap susunan bahan panganSyartiwidya Syariful
 
aldin praktikum 3
aldin praktikum 3aldin praktikum 3
aldin praktikum 3aldin15
 
Laporan Analisa Pangan Acara 1 Air
Laporan Analisa Pangan Acara 1 AirLaporan Analisa Pangan Acara 1 Air
Laporan Analisa Pangan Acara 1 AirMelina Eka
 
Pengolahan Minimal
Pengolahan MinimalPengolahan Minimal
Pengolahan Minimalmisspure
 
Pengalengan/Wulan Marayani/Universitas Pasundan Kota Bandung
Pengalengan/Wulan Marayani/Universitas Pasundan Kota BandungPengalengan/Wulan Marayani/Universitas Pasundan Kota Bandung
Pengalengan/Wulan Marayani/Universitas Pasundan Kota BandungWulan Marayani
 

Similar to Mata Kuliah Pengantar Teknolgi Pangan Pengeringan (20)

tugas 2
tugas 2tugas 2
tugas 2
 
Makalah ptp
Makalah ptpMakalah ptp
Makalah ptp
 
Pengeringan dan Pengolahan Nanas
Pengeringan dan Pengolahan NanasPengeringan dan Pengolahan Nanas
Pengeringan dan Pengolahan Nanas
 
DASAR TEKNOLOGI PANGAN.pptx
DASAR TEKNOLOGI PANGAN.pptxDASAR TEKNOLOGI PANGAN.pptx
DASAR TEKNOLOGI PANGAN.pptx
 
PELAPISAN LILIN DAN PENYIMPANAN PADA SUHU RENDAH PRODUK HORTIKULTURA
PELAPISAN LILIN DAN PENYIMPANAN PADA SUHU RENDAH PRODUK HORTIKULTURAPELAPISAN LILIN DAN PENYIMPANAN PADA SUHU RENDAH PRODUK HORTIKULTURA
PELAPISAN LILIN DAN PENYIMPANAN PADA SUHU RENDAH PRODUK HORTIKULTURA
 
Laprak analisis kadar air fix
Laprak analisis kadar air fixLaprak analisis kadar air fix
Laprak analisis kadar air fix
 
Kelompok 4(tekpan)
Kelompok 4(tekpan)Kelompok 4(tekpan)
Kelompok 4(tekpan)
 
SLIDE 1 B-Teknologi-Pengolahan-Susu-Produk-Cair.ppt
SLIDE 1 B-Teknologi-Pengolahan-Susu-Produk-Cair.pptSLIDE 1 B-Teknologi-Pengolahan-Susu-Produk-Cair.ppt
SLIDE 1 B-Teknologi-Pengolahan-Susu-Produk-Cair.ppt
 
Sanitasi dan-sanitizer-dalam-industri-pangan
Sanitasi dan-sanitizer-dalam-industri-panganSanitasi dan-sanitizer-dalam-industri-pangan
Sanitasi dan-sanitizer-dalam-industri-pangan
 
konsep pengeringan (1).pptx
konsep pengeringan (1).pptxkonsep pengeringan (1).pptx
konsep pengeringan (1).pptx
 
PERANAN MIKROBIOLOGI PADA BIOTEKNOLOGI PANGAN(1).docx
PERANAN MIKROBIOLOGI PADA BIOTEKNOLOGI PANGAN(1).docxPERANAN MIKROBIOLOGI PADA BIOTEKNOLOGI PANGAN(1).docx
PERANAN MIKROBIOLOGI PADA BIOTEKNOLOGI PANGAN(1).docx
 
Budidaya pertanian terhadap susunan bahan pangan
 Budidaya pertanian terhadap susunan bahan pangan Budidaya pertanian terhadap susunan bahan pangan
Budidaya pertanian terhadap susunan bahan pangan
 
Sterilisasi
SterilisasiSterilisasi
Sterilisasi
 
aldin praktikum 3
aldin praktikum 3aldin praktikum 3
aldin praktikum 3
 
Laporan Analisa Pangan Acara 1 Air
Laporan Analisa Pangan Acara 1 AirLaporan Analisa Pangan Acara 1 Air
Laporan Analisa Pangan Acara 1 Air
 
Laporan Pengeringan
Laporan PengeringanLaporan Pengeringan
Laporan Pengeringan
 
Bahan Pembersih dalam Sanitasi
Bahan Pembersih dalam SanitasiBahan Pembersih dalam Sanitasi
Bahan Pembersih dalam Sanitasi
 
Blanching dan pasteurisasi
Blanching dan pasteurisasiBlanching dan pasteurisasi
Blanching dan pasteurisasi
 
Pengolahan Minimal
Pengolahan MinimalPengolahan Minimal
Pengolahan Minimal
 
Pengalengan/Wulan Marayani/Universitas Pasundan Kota Bandung
Pengalengan/Wulan Marayani/Universitas Pasundan Kota BandungPengalengan/Wulan Marayani/Universitas Pasundan Kota Bandung
Pengalengan/Wulan Marayani/Universitas Pasundan Kota Bandung
 

Recently uploaded

Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 

Recently uploaded (20)

Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 

Mata Kuliah Pengantar Teknolgi Pangan Pengeringan

  • 1.
  • 2.
  • 3. Sejak manusia dapat berbudidaya tanaman dan hewan, hasil produksi panen menjadi berlimpah. Namun bahan- bahan tersebut ada yang cepat busuk, makanan yang disimpan dapat menjadi rusak, misalnya karena oksidasi atau benturan. Contohnya lemak menjadi tengik karena mengalami reaksi oksidasi radikal bebas. Untuk menangani hal tersebut, manusia melakukan pengawetan pangan, sehingga bahan makanan dapat dikonsumsi kapan saja dan dimana saja, namun dengan batas kadaluarsa, dan kandungan kimia dan bahan makanan dapat dipertahankan. Selain itu, pengawetan makanan juga dapat membuat bahan-bahan yang tidak dikehendaki seperti racun alami dan sebagainya dinetralkan atau disingkirkan dari bahan makanan. Pengawetan makanan adalah cara yang digunakan untuk membuat makanan memiliki daya simpan yang lama dan mempertahankan sifat-sifat fisik dan kimia makanan. Dalam mengawetkan makanan harus diperhatikan jenis bahan makanan yang diawetkan, keadaan bahan makanan, cara pengawetan, dan daya tarik produk pengawetan makanan. Teknologi pengawetan makanan yang dikembangkan dalam skala industri masa kini berbasis pada cara-cara tradisional yang dikembangkan untuk memperpanjang masa konsumsi
  • 4.
  • 5. Menurut Treybal, Pengeringan adalah suatu peristiwa perpindahan massa dan energi yang terjadi dalam pemisahan cairan atau kelembaban dari suatu bahan sampai batas kandungan air yang ditentukan dengan menggunakan gas sebagai fluida sumber panas dan penerima uap cairan Menurut Winarno, Pengeringan adalah pengurangan sebagian kadar air dengan bantuan energi panas alami atau buatan yaitu sampai mikroorganisme tidak dapat tumbuh /berkembang.
  • 6.
  • 7. 2. Meminimalkan biaya distribusi 1. Sebagai sarana pengawetan makanan
  • 8.
  • 9.
  • 10.
  • 11. Pengeringan Alami (Sun Drying) Suatu proses untuk mengurangi atau menhilangkan sebagian air dari suatu bahan pangan dengan cara menguapkan air tersebut dengan menggunakan energi panas yang berasal langsung dari sinar matahari. Pengeringan Buatan (Aartificial Drying) Suatu metode untuk mengurangi atau menhilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air tersebut dengan menggunakan energi panas yang berasal dari alat pengeringan.
  • 12. No. Mikroba aw minimum untuk tumbuh 1. Bakteri 0,90 2. Ragi 0,88 3. Kapang 0,80 4. Bakteri Halofilik (tahan garam) 0,75 5. Bakteri Xerofilik 0,65 6. Ragi Osmofilik (tahan terhadap tekanan osmotis/gula yang tinggi 0,61 Kadar air suatu bahan pangan dapat dinyatakan dalam 2 cara yaitu dry basis berdasarkan bahan kering adalah perbandingan antara berat air didalam bahan tersebut dengan berat bahan keringnya, dan wet basis berdasarkan bahan basah adalah perbandingan antara berat air didalam bahan tersebut dengan bahan mentah. Tabel Mikroba dan Aw minimum untuk pertumbuhan Mikroba dapat tumbuh jika ada media air, kebutuhan air untuk pertumbuhan mikroba dinyatakan dalam aw (water actifity), bahan pangan yang memiliki kadar air sekitar 0,70 sudah cukup baik dan tahan selama penyimpanan, kadar air bahan tidak selalu berbanding lurus dengan aw ny.
  • 13. Cara menghitung Aw bahan pangan: Perbandingan antara tekanan uap air dari larutan (P) dengan tekanan uap air murni pada suhu yang sama (Po). Hokum RAULT aw berbanding lurus dengan jumlah molekul didalam pelarut (solvent) dan berbanding terbalik dengan jumlah molekul didalam larutan (solution). Dimana : n1 = jumlah molekul dari zat yang dilarutkan (solute) n2 = jumlah molekul pelarut (solvent) yang dimaksud disini adalah air. N1 + n2 = jumlah molekul d idalam larutan (solution) Aw = P P Aw = N1 + n2
  • 14. Ada satu hal yang perlu diperhatikan dalam pengeringan yaitu penggunaan panas, jika pengeringan dilakukan dengan suhu yang terlalu tinggi maka bahan akan menyebabkan case hardening yaitu dimana keadaan bahan dibagian luar sudah kering tapi dibagian dalam masih basah, hal ini terjadi karena pengunaan suhu yang terlalu tinggi sehingga permukaan bahan menjadi cepat kering dan mengeras, sehingga akan menghambat pengeringan/penguapan dibagian tengah bahan karena terhalang oleh bagian luar bahan yang sudah keras, case hardening juga bias terjadi karena adanya perubahan- perubahan kimia tertentu misalnya terjadi pengumpalan protein dipermukaan bahan karena panas atau terbentuknya dekstrin dari pati yang jika dikeringkan akan menjadi bahan yang masif (keras), pada bahan case hardening dibagian dalam bahan mikroba masih dapat tumbuh dan berkembang biak sehingga bahan dapt menjadi busuk, untuk mencegah case hardening adalah dengan mengunakan suhu yang tidak terlalu panas atau mengunakan tahapan-tahapan dalam pengunaan suhu panas,misalnya memberikan pemanasan awal dengan suhu rendah.
  • 15. Pengeringan beku (freeze drying), adalah salah satu metoda pengeringan yang mempunyai keunggulan dalam mempertahankan mutu hasil pengeringan, khususnya untuk produk-produk yang sensitif terhadap panas. Keunggulan pengeringan beku, dibandingkan metoda lainnya, antara lain adalah: • Dapat mempertahankan stabilitas produk (menghindari perubahan aroma, warna, dan unsur organoleptik lain) • Dapat mempertahankan stabilitas struktur bahan (pengkerutan dan perubahan bentuk setelah pengeringan sangat kecil). • Dapat meningkatkan daya rehidrasi (hasil pengeringan sangat berongga dan lyophile sehingga daya rehidrasi sangat tinggi dan dapat kembali ke sifat fisiologis, organoleptik dan bentuk fisik yang hampir sama dengan sebelum pengeringan).
  • 16.
  • 17. Pada dasarnya, produk yang berbasis teh mempunyai spektrum industri yang sangat luas yang mencakup teh untuk minuman yang meliputi teh kemasan ( packet tea), tea bag, instant tea , flavoured tea , teh wangi (teh melati), decafeinated tea , dan aneka minuman siap saji ( ready to drink tea ) antara lain teh botol, teh kotak ( tetrapack tea ), canning tea , fermented tea, fruit tea, ice tea, tea cola , dan foamy tea. Teh untuk bahan campuran makanan antara lain dalam bentuk tea-candies, tea-noodles, tea biscuits, tea-cake, tea-rice, tea-porridge, tea-ice-cream, dietary food dan teh untuk keperluan industri pewarna makanan dan pengawet makanan alami. Teh untuk industri farmasi antara lain dalam bentuk teh jamu, food supplement , cafein, catechin (anti kanker), tea flavin , tea rubigin , vitamin (B,C,E) dan fluoride. Teh untuk keperluan industri toiletries dan disposable under wear karena adanya sifat anti mikroba dari teh. Kandungan fluor yang tinggi dalam teh telah mendorong penggunaan teh untuk industri pasta gigi, dan obat kumur. Teh untuk industri kosmetik antara lain perfume, beuty oil dari minyak biji teh, deodorant dan aneka bahan pewarna kosmetik. Teh untuk biopestisida antar lain berupa disinfectant dan saponin dari biji teh untuk pembasmi hama udang. Di Indonesia dan beberapa negara lainnya, teh merupakan minuman sehari-hari yang banyak disukai karena kadungan kafein yang lebih rendah jika dibandingkan dengan kopi. Satu cangkir teh mengandung 45 mg kafein, sedangkan kopi mengandung 90 mg kafein. Pengolahan teh terbesar didominasi dalam bentuk teh hitam, sisanya teh hijau, sedangkan industri teh wangi merupakan hasil olahan teh hitam.
  • 18.
  • 19.
  • 20.
  • 21. Batch Tray Dryer (Batch Drying) Metode batch merupakan metode tray drying yang paling sederhana. Tray dryer terdiri dari bilik pemanasan yang terbuat dari kayu atau logam-logam tertentu. Tray/kolom yang telah dimasukkan material yang ingin dikeringkan kemudian di letakkan secara bersusun dalam kolom. Setelah ruangan ditutup, maka udara panas dialirkan ke dalam ruang pemanas hingga semua bahan menjadi kering. Udara panas yang masuk dari sebelah bawah ruang menyebabkan material yang ada kolom yang paling bawah menjadi yang paling pertama kering. Setelah tenggat waktu tertentu, tray akan dikeluarkan dan material yang telah kering diambil. Material lain yang ingin dikeringkan dimasukkan dan prosedur terjadi berulang-ulang.
  • 22. Solar Dryer (Continuous Drying) Solar drying merupakan metode pengeringan yang saat ini sering digunakan untuk mengeringkan bahan-bahan makanan hasil panen. Metode ini bersifat ekonomis pada skala pengeringan besar karena biaya operasinya lebih murah dibandingkan dengan pengeringan dengan mesin. Prinsip dari solar drying ini adalah pengeringan dengan menggunakan bantuan sinar matahari. Perbedaan dari pengeringan dengan sinar matahari biasa adalah solar drying dibantu dengan alat sederhana sedemikian rupa sehingga pengeringan yang dihasilkan lebih efektif. Cara kerja solar dryer adalah sebagai berikut: Bahan yang ingin dikeringkan dimasukkan ke dalam bilik yang berada pada ketinggian tertentu dari permukaan tanah. Udara sekitar masuk melalui saluran yang dibuat lebih rendah daripada bilik pemanasan dan secara otomatis terpanaskan oleh sinar matahari secara konveksi pada saat udara tersebut mengalir menuju bilik pemanasan. Udara yang telah terpanaskan oleh sinar matahari kemudian masuk kedalam bilik pemanas dan memanaskan bahan makanan. Pengeringan bahan makanan jadi lebih efektif karena pemanasan yang terjadi berasal dari dua arah, yaitu dari sinar matahari secara langsung (radiasi) dan aliran udara panas dari bawah (konveksi).
  • 23. Spray Dryer (Continuous Drying) Metode mengeringan spray drying merupakan metode pengeringan yang paling banyak digunakan dalam industri terutama industri makanan. Metode ini mampu menghasilkan produk dalam bentuk bubuk atau serbuk dari bahan-bahan seperti susu, buah buahan, dll. Bagian-bagian dari unit spray dryer: - feed pump - atomizer - Pemanas uap (air heater) - Pendispersi udara (air disperse) - drying chamber - recovery powder system - pembersih udara keluaran Cara kerja spray dryer adalah sebagai berikut: Pertama-tama seluruh air dari bahan yang ingin dikeringkan, diubah ke dalam bentuk butiran-butiran air dengan cara diuapkan menggunakan atomizer. Air dari bahan yang telah berbentuk tetesan-tetesan tersebut kemudian di kontakan dengan udara panas. Peristiwa pengontakkan ini menyebabkan air dalam bentuk tetesan- tetesan tersebut mengering dan berubah menjadi serbuk. Selanjutnya proses pemisahan antara uap panas dengan serbuk dilakukan dengan cyclone atau penyaring. Setelah di pisahkan, serbuk kemudian kembali diturunkan suhunya sesuai dengan kebutuhan produksi.
  • 24. Alat Pengering Oven Proses pengeringan yang terjadi pada oven yaitu panas yang diberikan pada bahan pangan dalam sebuah oven dapat melalui radiasi dari dinding oven, konveksi dan sirkulasi udara panas, dan melalui konduksi melalui wadah tempat bahan pangan diletakkan. Udara, gas lain, dan uap air akan menguap akibat transfer panas secara konveksi, dan panas diubah menjadi panas konduksi pada permukaan bahan dan dinding oven. Rendahnya kelembaban udara dalam oven menciptakan gradien tekanan uap yang menyebabkan perpindahan air dari bagian dalam bahan menuju permukaan bahan, perluasan hilangnya air bahan ditentukan oleh sifat alami bahan dan laju pemanasan dan perpindahan air pada saat pengeringan bahan dalam oven.
  • 25. Lemari Pengering Sirkulasi (circulating dryer) Bahan lembab diletakkan di atas lempeng-lempeng pengering. Lempeng disusun satu di atas lainnya pada sebuah kerangka yang tetap atau yang dapat digeser-geser. Kerangka ini berada di dalam ruang yang biasanya berbentuk siku-siku. Dengan bantuan sebuah ventilator, udara panas (yang misalnya telah dipanaskan oleh steam di dalam suatu alat penukar panas) dihisap masuk dan mengalir horizontal di atas lempeng- lempeng yang dimuati bahan yang dikeringkan. Pada saat yang sama, bidang-bidang penyalur (penggaggu aliran) yang terpasang di dalam alat akan mengatur distribusi udara secara merata.
  • 26. Alat Pengering Unggun Terfluidisasi (fluidized bed dryer) Dengan bantuan sebuah ventilator, udara panas (yang telah dipanaskan oleh alat penukar panas yang terpasang didalam, yang menggunakan kukus, air panas atau listrik sebagai pemanas) dihisap masuk dan dialirkan melewati bahan yang dikeringkan. Bahan tersebut berada di dalam bejana dan udara dialirkan dari bawah ke atas sehingga bahan menjadi terfluidisasi. Pada saat ini terjadi kontak yang terbesar antara bahan yang dikeringkan dan udara. Filter debu yang terpasang di atas bejana mencegah terbawanya partikel bahan oleh aliran udara (setelah pengeringan selesai filter dibersihkan dengan cara manual atau dengan bantuan perlengkapan penggoyangan otomatis).
  • 27. Alat Pengering Sabuk (belt dryer) Sabuk berjalan menerobos suatu ruang yang menyerupai terowongan. Dengan bantuan ventilator, disini udara panas dihembuskan dari atas kebawah menerobos bahan yang dikeringkan maupun sabuk pengangkutnya. Secara terus menerus bahan padat yang telah dikeringkan dilempar keluar di ujung lain dari sabuk pengangkut. Kecepatan gerak sabuk tergantung pada kualitas bahan yang diinginkan. Kecepatan ini menentukan waktu tinggal di dalam terowongan. Misalkan 30-60 menit. Syarat untuk pengeringan yang sempurna adalah bahwa bahan yang diletakkan di atas sabuk tidak rapat satu sama lain supaya dapat diterobos udara.
  • 28. Alat Pengering Piring (disk dryer) Dari piring paling bawah secara kontinyu bahan yang telah dikeringkan disalurkan keluar dari ruang pengering dengan suatu perlengkapan pengeluaran. Waktu tinggal bahan di alat pengering dapat diatur dengan mengubah frekuensi putaran serok. Uap yang timbul diangkut aliran udara panas dan disalurkan keluar. Untuk keperluan itu udara dipanaskan dalam sebuah alat penukar panas. Dengan bantuan ventilator, udara tersebut dihisap melalui ruang pengering dan biasanya mengalir tegak lurus terhadap bahan yang dikeringkan.
  • 29. Lemari Pengering Vakum (vacum dryer) Bahan lembab ditempatkan pada lempeng-lempeng pengeringan yang diletakkan di atas plat yang dipanaskan (misalnya dipanaskan dengan steam). Pelet-pelat yang disusun satu di atas yang lain di dalam sebuah ruang yang kedap udara berbentuk siku-siku. Uap yang terbentuk dihisap keluar dari ruang pengering dengan bantuan pompa vakum dan disalurkan ke kondensor. Produk yang berbentuk pasta, berbentuk serbuk ataupun potongan kasar dapat dikeringkan.
  • 30. Alat Pengering Drum (drum dryer) / Rotary Dryer Bahan yang akan dikeringkan (cair, berbentuk bubur atau berbentuk pasta) terbawa secara kontinyu dalam bentuk lapisan tipis oleh satu atau dua drum berputar yang dipanaskan dari dalam. Dengan pemberian panas selama berputarnya drum (biasanya pemanasan dilakukan dengan steam), cairan pada bahan akan menguap. Bahan yang telah kering setelah kira kira 3-4 putaran diambil dengan pisau serut yang terpasan di dekat tempat pemasukan
  • 31.