Bahan ajar ini membahas tentang keterampilan sosial dan emosional bagi pengawas sekolah, meliputi lima konsep dasar KSE yaitu kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
3. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Tujuan Sesi
• Peserta dapat menjelaskan makna penting KSE berbasis
kesadaran penuh
• Peserta dapat menjelaskan konsep dasar dan penerapan
kesadaran penuh (mindfulness)
• Peserta dapat menjelaskan 5 konsep dasar KSE
• Peserta dapat menjelaskan penerapan KSE sebagai pengawas
4. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Pertanyaan Pemantik
1. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran sosial dan
emosional dan implikasinya terhadap kesejahteraan
psikologis (well-being)?
2. Apa saja 5 keterampilan sosial dan emosional?
3. Apa yang dimaksud KSE berbasis kesadaran penuh?
5. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Keterampilan Sosial Emosional dalam
Bahasa sehari-hari
KSE 1. Kesadaran
diri
•Mengenal diri
•memahami
emosi sendiri
•tau prinsip
hidupnya sendiri
(kejujuran
integritas, dll) /
Berprinsip
•memahami tubuh
sendiri
•Mengenal
kebiasaan baik
dan buruk
KSE 2.
Manajemen diri
•Pandai
mengelola emosi
•Kelola pikiran,
•Kelola perilaku
•Tidak cepat
marah
•tidak cemasan.
•termotivasi,
•tidak mudah
menyerah,
•bisa tahan
stress, optimis,
dll.
KSE 3. Kesadaran
social
•Empati,
•paham perasaan
orang lain,
•toleransi,
•Peka
•Pengertian
•dll
KSE 4.
Keterampilan
berelasi.
•Pandai bergaul,
•open minded
dengan
perbedaan,
•percaya diri,
•Supel
•Alus, sopan,
ramah
•dll
KSE 5.
Pengambilan
keputusan
•Adil
•Penuh
pertimbangan
•Peduli dengan
sesama
•Tidak egois,
•bertanggung
jawab,
•tenggang rasa,
•dll
Dengan menggunakan tiga kata atau frase yang tidak perlu saling berhubungan,
bagaimana Anda menggambarkan seseorang yang terampil sosial emosional?
6. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Definisi Keterampilan Sosial Emosional
• Keterampilan yang berhubungan dengan pengetahuan,
kecakapan dan sikap mengenai aspek sosial dan emosional.
Sosial Emosional
Keterampilan berelasi dengan orang lain Keterampilan mengelola diri sendiri
7. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Perlu diingat bersama
Emosi bukanlah hal tabu walaupun dalam kehidupan
sehari-hari penggunaan kata emosi sering disandingkan
sebagai sesuatu yang negatif
• “Dia emosional banget sih!”
• “Saya tuh emosi ya!”
Padahal emosi adalah bagian yang penting untuk kita kenali dan kelola sebagai manusia.
Faktanya keberhasilan karir seseorang secara profesional, kesejahteraan psikologis diri sendiri,
dan juga kualitas hubungan dengan orang lain (keluarga, teman, dll) amat ditentukan oleh
kecerdasan emosi seseorang.
10. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Definisi Kesadaran Diri
• Kesadaran diri merupakan keterampilan yang
cakupannya luas meliputi emosi, pikiran,
nilai-nilai pribadi, dan pemahaman akan
kekuatan dan kekurangan diri
11. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
KESADARAN DIRI
Memahami dan
Menghayati….
Emosi Saat ini saya sedang gelisah
Saat ini saya sedang marah
Saya bahagia Ketika saya dapat…
Saya kecewa Ketika saya mendengar …
Pikiran “saya sudah berpikir negatif tentang orang
ini”
“saya
Nilai-nilai diri Sesibuk apapun saya, sabtu minggu
hanyalah untuk keluarga
Kekuatan / kelebihan Saya punya etos kerja yang tinggi
Keterbatasan Saya tidak mampu mengerjakan hal yang
mendadak
Saya kurang rapi dalam hal adminstratif
Percaya diri Saya percaya saya selalu bisa adaptasi
Fokus Modul
12. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Berlatih mengidentifikasi
emosi dengan jujur
• Identifikasi setidaknya 4
emosi yang cukup sering
muncul selama dua minggu
belakangan (cukup ketik nama emosinya saja)
Aktivitas
13. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
• Apakah kita sudah benar-benar jujur dengan diri kita saat
menyebutkan emosi yang muncul?
Apakah kita terlalu banyak fokus ke emosi negatif?
Atau apakah kita berusaha menutupi emosi negatif dengan
emosi positif karena malu mengakuinya?
Renungan
14. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Gunung Es Emosi
• Di balik emosi utama
biasanya ada emosi lain
yang mengiringi /
melatarbelakangi
Emosi utama yang dirasakan dan atau ditunjukkan
Beragam emosi lain yang menjadi akar emosi utama
15. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Marah
Cemas
Takut
Sedih
Merasa bersalah
Frustrasi
Jenuh
Lelah
Malu
Sedih
Marah Kecewa
Berduka
Rindu
Trauma
Bosan
Lelah
Terluka
Malu
16. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Gambarkan gunung
es emosimu
• Pilih satu emosi yang
pernah / sering
dirasakan (misalkan ketika
Anda berkonflik dengan anak,
pasangan, atau rekan kerja)
• Identifikasi
emosi-emosi lain yang
menjadi latar belakang
emosinya
Aktivitas
20. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Definisi Manajemen Diri
Kemampuan untuk mengelola emosi, pikiran, dan
perilaku diri secara efektif dalam berbagai situasi dan
untuk mencapai tujuan dan aspirasi.
21. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Manajemen diri dimulai dari..
• Manajemen diri dimulai dari kesadaran diri, yakni kita
menyadari apa yang terjadi di dalam diri kita (pikiran apa
yang memenuhi kepala kita, emosi apa yang kita rasakan)
sebelum akhirnya pikiran dan emosi itu kita wujudkan
menjadi perilaku
• Namun, ada kalanya pikiran dan emosi kita tidak
terbendung. Sehingga kita perlu mengambil jeda untuk
menenangkan diri kita
22. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Mari Tarik Napas…
• Rilekskan badan
• Tarik napas yang dalam
• Hembuskan…
• Tarik napas yang dalam
• Hembuskan…
• (ulangi beberapa kali)
Aktivitas
23. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
STOP!
Stop Berhenti sejenak
Take a breath Ambil nafas dalam
Observe Amati sensasi pada tubuh, perasaan,
pikiran, dan lingkungan
Proceed Selesai dan lanjutkan kembali aktivitas
Aktivitas
26. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Ketika berelasi dengan orang lain, apakah saya
sadar dengan kondisi, situasi, perspektif, cara
berpikir dan perasaan orang-orang di sekitar saya?
Renungan
27. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Definisi Kesadaran Sosial
Kesadaran sosial adalah kemampuan untuk memahami
sudut pandang dan dapat berempati dengan orang lain
termasuk mereka yang berasal dari latar belakang,
budaya, dan konteks yang berbeda-beda.
29. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Pada suatu hari, bayangkan Anda sedang di perjalanan naik kereta. Misalkan kereta dari
Surabaya ke Jakarta. Anda ingin tidur di perjalanan karena sudah seminggu ini tidur
begadang mengerjakan banyak proyek dengan target yang berdekatan. Saat itu pukul
20.00, baru saja Anda hampir terlelap, tiba-tiba dua anak kecil berusia sekitar 4 dan 6
tahun berteriak, tertawa dan berlari-lari mundar-mandir. Anda melihat situasi sekitar dan
mendapati ayah dari kedua anak itu persis di belakang Anda. Orang-orang di sekitar yang
sedang bermain game di smartphone, sedang bercengkrama atau sedang makan terlihat
agak terganggu, tetapi semuanya diam saja. Anak-anak itu sesekali diam, tapi kemudian
tertawa kencang lagi, memperebutkan mainan, lari ke sana kemari. Anda yang sudah
kurang tidur seminggu lebih tidak bisa menahan diri.
Anda segera menegur ayah dari anak-anak tersebut dengan nada yang cukup tajam, “Pak,
ini kendaraan umum, banyak yang terganggu dan tidak bisa istirahat. Anaknya tolong
dikondisikan ya, Pak”.
Kasus
30. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Bagaimana Tanggapan Anda atas kasus di atas?
Diskusi
1. Apa yang dirasakan orang tersebut?
2. Mengapa ia melakukan hal tersebut?
3. Apa yang saya rasakan jika saya berada di situasinya?
31. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Sekilas, dari matanya terpancar kelelahan dan kesedihan. Namun, Bapak itu
tersenyum sedikit, menatap mata Anda dan berkata,
“Maaf, ibu dari kedua anak ini baru saja meninggal. Tiga hari ini mereka tidak
bisa tertawa karena mereka menangis terus. Baru sekarang mereka bisa
tertawa, dan kami akan turun di Bandung beberapa saat lagi, jadi semoga
mereka tidak menganggu terlalu lama. Saya coba panggil mereka ya”
*diadaptasi dari:
Covey, S. R. (2013). The 7 habits of highly effective people: Powerful lessons in personal
change. Simon and Schuster.
Kasus
Bagaimana dengan jawaban sang ayah?
33. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Empati untuk menghapus prasangka
• Sering kali kita sudah melakukan judgment (penghakiman)
terhadap seseorang
• Bapak tua dan anak kecil berisik 🡪 “Pasti Bapaknya tidak
bisa mendidik anak”
• Pada banyak kasus, kita berperilaku sesuai dengan
judgment kita terhadap orang lain dan meniadakan empati
dari diri kita
• Dengan berusaha membayangkan situasi orang lain, atau
dengan bertanya mengenai situasi orang lain, kita akan
mampu lebih berempati dan menghindari
judgment-judgment di kepala kita
34. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
• Setiap orang memiliki alasan untuk berperilaku
tertentu (seperti sang Ayah yang membiarkan
anaknya berlari dan berteriak di kereta)
Apakah mungkin kita bisa membaca situasi dan
memahami setiap orang yang perilakunya kita
anggap sulit?
Kesimpulan
37. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Definisi keterampilan berelasi
Keterampilan berelasi adalah keterampilan untuk
membangun dan mempertahankan hubungan-hubungan
yang sehat dan suportif. Apa yang dimaksud dengan
hubungan yang sehat dan suportif adalah hubungan
yang saling menghargai, jujur, percaya, berkompromi,
mendukung, tidak mengekang dan tidak memaksa.
38. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Keterampilan Berelasi
Keterampilan berelasi dapat dilihat dari tiga keterampilan di
bawah ini:
1. Membangun hubungan yang positif
relasi yang terjalin dilandasi dengan keterbukaan, penghargaan, kebaikan, dll
2. Mengembangkan kemampuan bekerja sama
Mampu menyusun dan menyepakati tujuan bersama, saling mendukung, dll
3. Dapat menyelesaikan konflik
Jika terjadi perselisihan, mampu diatasi dengan percakapan terbuka,
tenang, saling memahami dan saling berempati.
39. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Tantangan utama dalam menjaga relasi
● Komunikasi yang tidak baik, dapat menjadi pemicu masalah dan juga
memperpanjang masalah
KOMUNIKASI
● Komunikasi yang baik menguatkan relasi yang sudah dibangun
● Komunikasi yang baik dapat membantu kita mencapai kesepakatan bersama
● Komunikasi yang baik dapat membantu kita menyelesaikan konflik dengan
ringan
40. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Diperlukan komunikasi yang ‘baik’
Mengkomunikasikan apa yang kita pikirkan dan rasakan sambil memahami dan
mempertimbangkan perspektif dan perasaan orang lain serta mendiskusikan topik
pembicaraan dengan penuh keterbukaan untuk mencapai kesepakatan bersama.
KOMUNIKASI
Efektif Empatik
Hubungan yang sehat dan suportif
41. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
KOMUNIKASI
Efektif Empatik
Kesadaran Sosial
(KSE 3)
3C I Statement Active-Constructive
Responding
Clear, Confident, Calm
Jelas, Yakin, Tenang
42. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
3C (Clear, Confident, Calm)
• Tidak berputar-putar, singkat.
Clear (jelas)
• Yakin, mantap, tidak penuh keraguan,
tidak plin-plan
Confident
(percaya diri)
• Menyampaikan dengan tenang, tidak
terburu-buru
Calm (tenang)
43. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
“I statement”
• Teknik komunikasi “I statement” atau “I
message” adalah teknik untuk berbicara dengan
seseorang dan menyampaikan maksud Anda
dengan fokus pada perasaan atau pikiran
mengenai suatu situasi tanpa terkesan
menggurui, menyalahkan, atau menyerang.
44. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Kolom mana yang berpotensi menimbulkan konflik?
Kamu ga bisa ya beresin rumah? Kamu
kok betah sih lihat rumah kayak kapal
pecah
Aku cukup sedih dan pusing tiap pulang
ke rumah dalam keadaan berantakan
Kamu harus bilang kalau gak sanggup.
Jangan tiba-tiba nangis
Aku senang loh kalau kamu mau cerita
pas ada masalah
Kamu jadi anak pulang malam mulu! Sebagai orang tua aku khawatir setiap
kali kamu pulangnya larut
Bapak itu harusnya menjelaskan dulu
ke guru-guru, baru jalankan sistemnya
Kalau boleh memberi saran, saya pikir
lebih baik kalau ke depannya, Bapak,
selaku pimpinan di sekolah ini,
menjelaskan dulu kepada guru-guru apa
itu kurikulum merdeka sebelum langsung
menerapkannya
45. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Active Constructive Responding
• Adalah cara bereaksi terhadap peristiwa
baik dengan cara merespon secara aktif
dan membangun. Teknik komunikasi ini
dapat mendorong terjalinnya relasi yang
sehat dan suportif.
46. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Bu/Pak, aku lolos seleksi lomba nyanyi
tingkat provinsi…
Wah keren!
Kapan? Apa yang harus disiapkan?
Ceritain dong ke Ibu.
loh kok ga izin dulu,
Nanti nilai sekolahnya turun
kamu tugas sekolah aja keteteran,
sekarang ikut-ikut lagi yang ga penting.
Oh bagus-bagus… Ohya?
Mamah juga dulu pernah ikut sampai
tingkat nasional (fokus ke diri sendiri)
Constructive Destructive
Active
Passive
47. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Pak, puji syukur sekolah saya jadi
percontohan sekolah hijau tingkat kota….
Wah selamat!
Udah persiapan apa saja?
bagaimana ceritanya sampai jadi
percontohan?
Nambah-nambah kerjaan aja, Pak!
Paling nanti juga capek sendiri
Oh bagus itu. Hanya tingkat kota?
Sekolah X udah duluan ikut, bagus itu.
saya juga dulu waktu jadi Kepala sekolah
sampai jadi contoh provinsi
Constructive Destructive
Active
Passive
48. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Keterampilan Berelasi dan Teknik Komunikasi
Empatik-Efektif
Menjalin relasi
positif
Kemampuan
Kerjasama
Penyelesaian Konflik
3C
I Statement
Active-Constructive
“saya dengar sekolah Ibu terpilih jadi ………….. wah selamat ya!
bagaimana ceritanya?”
Menggunakan komunikasi active-constructive agar tercipta hubungan
yang suportif, empatik, dan saling menghargai
Menyampaikan maksud dengan jelas, percaya diri, dan ketenangan
untuk mencapai tujuan bersama
“Terima kasih sudah menjelaskan situasinya. Menurut saya, hal yang
perlu menjadi fokus utama kita saat ini bukanlah meningkatkan motivasi
guru yang malas, tetapi mencari tahu mengapa mereka tidak termotivasi.
Menggunakan “I statement” dan memahami perspektif orang lain agar
tidak debat kusir menunjukan siapa yang benar dan siapa yang salah
“Saya merasa alangkah lebih baik kalau Bapak segera melapor ke
pengawas atau ke Dinas Pendidikan jika hal seperti ini terjadi lagi”
49. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Jika semua teknik komunikasi
belum berhasil
● Tarik napas
● Ambil jeda
● Praktikkan STOP
kapanpun Anda mulai
gusar, cemas, atau ingin
marah
Pengingat
50. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Bagaimana teknik komunikasi saya selama ini?
Apa yang bisa saya perbaiki untuk kehidupan saya
ke depannya?
Renungan
52. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Dalam pengambilan keputusan, apakah
keputusan-keputusan yang saya ambil berdampak
positif bagi diri saya dan orang lain?
Renungan
53. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Definisi Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan adalah kemampuan untuk
mengambil pilihan-pilihan membangun yang
berdasar atas kepedulian, pertimbangkan
standar-standar etis dan rasa aman, serta untuk
mengevaluasi manfaat dan konsekuensi dari
bermacam-macam tindakan dan perilaku untuk
kesejahteraan psikologis (well-being) diri sendiri,
masyarakat, dan kelompok.
54. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Hal yang perlu dipertimbangkan sebelum
mengambil keputusan
● Bagaimana keputusan ini berdampak pada orang lain?
● Apakah keputusan ini layak?
● Mengapa saya ingin membuat pilihan ini? Apakah keputusan
ini condong untuk kebaikan nama sendiri atau bermanfaat
untuk orang banyak?
● Apakah alasan dari keputusan saya sudah cukup kuat?
● Apakah ini akan membantu saya?
55. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
POOCH FRAMEWORK
Problem
Definisikan masalahnya dengan konkrit
Option
Petakan solusi apa saja yang bisa dilakukan
Outcomes
Dari setiap solusi yang bisa dilakukan, apa hasil yang
diharapkan? dan apa yang perlu diantisipas?
Choices
Pilihan mana yang akhirnya diambil dengan mempertimbangkan
kebaikan untuk sebanyak-banyak pihak
56. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
P O O CH
Problem Option Outcomes Choices
Apa saja yang bisa dilakukan apa yang akan terjadi?
Pilihan apa yang saya ambil
57. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Kepala Sekolah SMP “Kadang Bahagia” di Jambi mengeluhkan
bahwa guru-guru tidak termotivasi alias bermalas-malasan
dalam menjalankan tugasnya sebagai pengajar dan juga
melakukan tugas administratif.
Apa yang bisa dilakukan?
KASUS
58. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
P
Guru “malas” dan
tidak termotivasi
dalam
menjalankan
tugasnya
sebagai pengajar
dan
melaksanakan
tugas
administrasi
Mengundang trainer /
motivator handal /
guru inspiratif
nasional
Membuat pelatihan
“manajemen waktu”
untuk guru-guru
Membuat Outbond
untuk refreshing
Guru akan menjadi lebih
bersemangat
Guru akan terinspirasi
Guru akan lebih terampil
membagi waktu
Semua kerjaan selesai
Guru lebih memiliki tujuan
Guru bisa mencapai
tujuan-tujuan
Mengundang
guru
inspiratif
nasional
agar
guru-guru
lebih
termotivasi
(dan ada
kenalan)
O O CH
Problem Option Outcomes Choices
Apa saja yang bisa dilakukan apa yang akan terjadi?
Pilihan apa yang saya ambil
59. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Contoh di atas adalah contoh tidak tepat
Masalah tidak teridentifikasi dengan jelas sehingga solusi yang
ditawarkan sudah pasti tidak tepat sasaran
Malas → apa yang menyebabkan guru malas?
Kepala Sekolah dan Pengawas perlu menggali lebih dalam
akar dari “malas” (kesadaran sosial)
Bisa jadi malas bersumber dari:
1) Tuntutan pekerjaan yang sudah terlalu banyak
2) Guru-guru merasa tidak diperhatikan oleh sekolah
3) Gaji kurang besar?
4) Guru di sekolah “Kadang Bahagia” tidak menghayati
perannya sebagai guru
Memberi pelatihan belum tentu menjadi solusi yang baik
Perlu juga dipertimbangkan pro dan kontranya (biaya, waktu, dll)
60. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
P
Guru memiliki
beban kerja
administratif
yang teramat
banyak sehingga
lelah dengan
tugas lain seperti
mengajar
Reformasi
administratif dan
birokrasi
Merekrut tambahan
beberapa guru dan
tenaga kependidikan
Membuat tim pokja
(kelompok kerja)
untuk reformasi
administratif
+ Beban kerja guru akan
menjadi lebih ringan
- Ada banyak dokumen dan
sistem yang perlu di cek
ulang (RPP jadi 1 halaman)
+ tugas mengajar dan
administrasi akan lebih
ringan
- Sekolah perlu
menyiapkan budget
+ Tim pokja akan fokus
menganalisis dokumen dan
sistem yang perlu diperbaiki
+ Kepala sekolah tidak
memikul beban sendiri
- Sementara waktu akan
ada guru yang fokus
menjadi tim pokja
Setelah
mempertimba
ngkan opsi
dan outcome,
membentuk
tim pokja
adalah pilihan
yang paling
realistis
O O CH
Problem Option Outcomes Choices
Apa saja yang bisa dilakukan apa yang akan terjadi?
Pilihan apa yang saya ambil
61. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Ketika menghadapi suatu masalah, apakah
kita sudah benar-benar memahami akar dari
masalahnya serta bisa mendefinisikan
masalahnya lebih konkrit?
Apakah kita sudah bijak dalam membuat keputusan?
Renungan
64. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Ketiadaan kesadaran penuh dalam kehidupan
sehari-hari
● Ketika cuci piring tiba-tiba saja sudah selesai
● ketika naik kendaraan tiba-tiba saja sudah sampai (untung dengan
selamat!)
● Ketika berjalan kaki tiba-tiba sudah sampai
● Duduk di kursi depan kelas saat narasumber berbicara tetapi pikiran
Anda melamunkan hal lain
● Tidak memahami poin-poin yang disampaikan lawan bicara Anda
(rekan kerja, istri/suami, anak, saudara) karena sibuk dengan gawai
Anda
65. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
hidup tidak sadar penuh
Rasanya waktu cepat habis
kerjaan belum selesai
tapi lelah (karena pikiran ke sana kemari)
66. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Kesadaran penuh dalam kehidupan sehari-hari
• Tidak melampiaskan amarah ke anak atau pasangan Ketika
stress di kantor
• Tidak melampiaskan amarah ke bawahan saat ada masalah
rumah tangga
• Tidak makan banyak karena stress
• Tidak merokok lebih banyak karena stress
• Naik motor tidak melamun
• Bercakap-cakap dengan orang tanpa mengecek
smartphone
67. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Definisi Kesadaran Penuh
Kesadaran penuh (mindfulness) adalah kesadaran yang muncul
ketika seseorang memberikan perhatian secara sengaja pada
kondisi saat ini dilandasi rasa ingin tahu (tanpa menghakimi) dan
kebaikan. Memberikan perhatian artinya kita secara sengaja fokus
pada apa yang sedang kita kerjakan. Rasa ingin tahu artinya kita
penuh dengan keingintahuan, kekaguman dan tanpa penghakiman
atas sesuatu yang sedang kita beri perhatian. Kebaikan artinya kita
menggunakan prinsip cinta kasih untuk menghargai, bersyukur atas
apapun yang sedang kita hadapi atau kita lakukan.
68. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Mari berjeda kembali (stop)
Tarik napas…
amati napas yang berhembus masuk dan keluar
(perhatian pada kondisi saat ini)
Jika ada pikiran, perasaan atau sensasi yang muncul
(entah itu bahagia, sedih, lelah) → amati perasaan itu
(rasa ingin tahu dengan kekaguman)
Berterima kasih lah pada semua rasa dan pikiran itu karena
mereka menjadikan kita manusia
(Kebaikan dan welas asih)
Aktivitas
70. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Kesadaran penuh (mindfulness) sebagai
basis KSE
• Kesadaran penuh (mindfulness) jika terus dikembangkan dapat menjadi
pondasi dasar untuk semua KSE. Dengan kesadaran penuh, otomatis
kita akan semakin dapat menyadari emosi dan pikiran yang kita rasakan
(kesadaran diri). Dengan kesadaran penuh, kita akan lebih bisa
mengendalikan diri kita (pengendalian diri). Kesadaran penuh dapat
membuat kita lebih empatik terhadap orang lain (kesadaran sosial).
Kesadaran penuh dapat membantu kita untuk berelasi dengan lebih baik
lagi dan membuat keputusan yang lebih bijak untuk berbagai pihak
(keterampilan berelasi dan pengambilan keputusan)
72. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi
Daftar Pustaka
• Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007
• Perdirjen No 6565/B/GT/2020 tentang model pengembangan kompetensi guru
• Wax, R. (2018). How to be Human: The Manual. Penguin UK.
• Covey, S. R. (2013). The 7 habits of highly effective people: Powerful lessons in personal
change. Simon and Schuster.
• Kabat-Zinn, J. (1994). Wherever you go. There You Are: Mindfulness Meditation in
Everyday Life.
• Siegel, R. D., Germer, C. K., & Olendzki, A. (2009). Mindfulness: What is it? Where did it
come from?. In Clinical handbook of mindfulness (pp. 17-35). Springer New York.
• Williams, J. M. G., & Kuyken, W. (2012). Mindfulness-based cognitive therapy: a
promising new approach to preventing depressive relapse. FOCUS, 10(4), 489-491.
• Teasdale, J. D., Segal, Z. V., Williams, J. M. G., Ridgeway, V. A., Soulsby, J. M., & Lau,
M. A. (2000). Prevention of relapse/recurrence in major depression by mindfulness-based
cognitive therapy. Journal of consulting and clinical psychology, 68(4), 615.
• Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2022). Modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan
Emosional
• https://casel.org/fundamentals-of-sel/what-is-the-casel-framework/ diakses tanggal 15
Januari 2022
• https://www.panoramaed.com/blog/guide-to-core-sel-competencies diakses tanggal 5
Februari 2022
• https://innerexplorer.org/mbsel diakses tanggal 6 Februari 2022