3. Kementerian Pendidikan,Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Untuk mewujudkan sekolah
yang aman dan nyaman,
kita akan mempelajari 3 hal
berikut:
1. Pembelajaran Sosial dan
Emosional
2. Kesadaran Penuh (mindfulness)
3. Pembelajaran Sosial dan
Emosional Berbasis Kesadaran
Penuh
4. Kementerian Pendidikan,Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Bapak/Ibu sebelumnya kita telah
merefleksikan diri terhadap emosi positif dan
negatif yang Bapak/Ibu rasakan.
Saat ini emosi yang manakah yang
Bapak/Ibu rasakan?
Kejadian apa yang membuat Bapak/Ibu
merasakan emosi tersebut?
6. Apa itu Pembelajaran Sosial Emosional?
Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif
oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang
dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap
positif mengenai aspek sosial dan emosional. Pembelajaran Sosial Emosional focus pada:
Kementerian Pendidikan,Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Bagaimana berinteraksi dengan orang lain?
Bagaimana memahami diri sendiri?
Bagaimana berperilaku dengan cara yang semestinya dalam
norma yang sesuai?
7. Pendekatan Pembelajaran Sosial Emosional yang efektif seringkali menggabungkan
empat elemen yang diwakili oleh akronim SAFE:
• Sequential/berurutan: Aktivitas yang terhubung dan terkoordinasi untuk
mendorong pengembangan keterampilan
• Active/aktif: bentuk Pembelajaran Aktif yang melibatkan murid untuk
menguasai keterampilan dan sikap baru
• Focused/fokus: ada unsur pengembangan keterampilan
sosial maupun personal
• Explicit/eksplisit: tertuju pada pengembangan keterampilan sosial dan
emosional tertentu secara eksplisit.
Kementerian Pendidikan,Kebudayaan, Riset dan Teknologi
8. Kementerian Pendidikan,Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Kesadaran penuh (mindfulness) dapat
diartikan sebagai kesadaran yang muncul
ketika seseorang memberikan perhatian
secara sengaja pada kondisi saat sekarang
dilandasi rasa ingin tahu (tanpa menghakimi)
dan kebaikan.
Dengan latihan berkesadaran penuh, maka
seseorang dapat menumbuhkan perasaan
yang lebih tenang dan pikiran yang lebih
jernih, yang akan berpengaruh pada
keputusan yang lebih responsif dan reflektif.
Kesadaran Penuh
9. Kementerian Pendidikan,Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Diadaptasi dari Diagram K. Fort -
Catanese (dalam Hawkins, 2017)
Pembelajaran Sosial dan Emosional
berbasis kesadaran penuh yang dilakukan
secara terhubung, terkoordinasi, aktif,
fokus, dan eksplisit diharapkan dapat
mewujudkan kesejahteraan hidup (well-
being) ekosistem sekolah.
Pembelajaran Sosial dan Emosional
berbasis Kesadaran Penuh
(Mindfulness) dalam mewujudkan
Kesejahteraan Hidup (Well-Being)
10. Berbagai kegiatan berbasis kesadaran penuh (mindfulness) dalam sehari-hari memungkinkan seseorang
membangun kesadaran penuh untuk dapat memberikan perhatian secara berkualitas yang didasarkan
keterbukaan pikiran, rasa ingin tahu (tanpa menghakimi) dan kebaikan hati (compassion) yang akan
membantu seseorang dalam menghadapi situasi-situasi menantang dan sulit.
Kementerian Pendidikan,Kebudayaan, Riset dan Teknologi
11. Kementerian Pendidikan,Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Menurut kamus Oxford English Dictionary, well-being dapat diartikan sebagai kondisi nyaman, sehat,
dan bahagia. Well-being (kesejahteraan hidup) adalah sebuah kondisi individu yang memiliki sikap yang
positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya
sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan dan mengelola lingkungan dengan
baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi
dan mengembangkan dirinya.
Menurut Mcgrath & Noble, 2011, murid yang memiliki tingkat well-being yang optimum memiliki
kemungkinan yang lebih tinggi untuk mencapai prestasi akademik yang lebih tinggi, kesehatan fisik dan
mental yang lebih baik, memiliki ketangguhan (daya lenting/resiliensi) dalam menghadapi stress dan
terlibat dalam perilaku sosial yang lebih bertanggung jawab.
13. Kementerian Pendidikan,Kebudayaan, Riset dan Teknologi
KESADARAN DIRI
When we think about self awareness, we’re thinking about
How do I know and understand my self, my emotion, my
thought, my cultural identity, what are the ways which I feel
about certain situation
Pemahaman atas 6 Emosi Dasar
Gembira
Takut
Terkejut
Sedih
Muak/jijik
Marah
14. Kementerian Pendidikan,Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Gambar di atas adalah roda emosi yang disusun oleh Robert Plutchik, seorang psikolog dan terapis. Gambar roda
emosi ini dapat membantu dalam mengenali emosi yang muncul. Gambar ini bisa membantu kepala sekolah
dalam membantu guru dan murid mengenali emosinya.
Pengenalan emosi seperti ini dapat membantu baik diri sendiri atau orang lain untuk dapat merespon terhadap
kondisinya sendiri secara lebih tepat. Itu sebabnya penting untuk menerapkan latihan berkesadaran penuh
(mindfulness) sambil mengembangkan kompetensi kesadaran diri (self awareness).
Kesadaran penuh (mindfulness) memiliki korelasi yang tinggi terhadap kesadaran diri sebagai kompetensi
pembelajaran sosial dan emosional. Kembali kepada pengenalan emosi, terdapat enam emosi dasar pada kita
manusia. Enam emosi tersebut yaitu takut, jijik, marah, kaget, bahagia, dan sedih. Emosi-emosi ini dapat muncul
akibat reaksi fisik, aktivitas pikiran dan pengaruh budaya.
Dengan latihan mengenali emosi dalam kesadaran penuh sebelum merespon, kita dapat meningkatkan
kemampuan kita merespon secara lebih baik. Hal ini bukan hanya berdampak pada well-being diri kita, tetapi
dapat membantu kita menjadi role-model bagi pengembangan kompetensi sosial dan emosional murid-murid di
sekolah.
15. Kementerian Pendidikan,Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Mari kita berefleksi!
• Apakah 6 Emosi Dasar tersebut pernah Bapak/Ibu alami
sebagai Guru?
• Ketika 6 Emosi Dasar tersebut muncul apa yang menjadi
pemicu?
• Bagaimana Bapak/Ibu mengelola emosi tersebut?
16. Kementerian Pendidikan,Kebudayaan, Riset dan Teknologi
PENGELOLAAN DIRI
S top - Berhenti
Hentikan apapun yang sedang Anda lakukan.
ake a Deep Breath – Tarik Napas Dalam
Sadari napas masuk, sadari napas keluar. Rasakan udara segar yang masuk melalui hidung. Rasakan udara hangat
yang keluar dari lubang hidung. Lakukan 2-3 kali. Napas masuk, napas keluar.
Amati apa yang Anda rasakan pada tubuh Anda? Amati perut yang mengembang sebelum membuang napas.
Amati perut yang mengempes saat Anda membuang napas. Amati pilihan-pilihan yang dapat Anda lakukan.
Latihan selesai. Silahkan lanjutkan kembali aktivitas Anda dengan perasaan yang lebih tenang, pikiran yang lebih
jernih, dan sikap yang lebih positif.
When we’re talking about self management, we think through ways to stay
focused and to stay engaged and persevere
T
O bserve - Amati
P roceed/ Lanjutkan
17. Kementerian Pendidikan,Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Melakukan beberapa tugas bersamaan (multitasking) dapat meningkatkan stress dan mengurangi efisiensi serta
produktivitas. Mengerjakan beberapa tugas secara bersamaan membuat pikiran kita beralih dari satu fokus ke
fokus yang lain. Tubuh menjadi lelah dan hasil pekerjaan kita cenderung tidak optimal. Dengan banyaknya tugas
dan gangguan yang ada di sekeliling kita, kemampuan mengelola fokus menjadi kemampuan yang sangat
penting.
Pada saat kita mempraktikkan latihan bernapas dengan sadar, kita sebetulnya sedang mengingatkan tubuh untuk
menarik napas secara lebih panjang dan dalam. Pada saat menarik dan membuang napas panjang, kita
melepaskan ketegangan dan mengaktifkan saraf parasimpatik sehingga tubuh berada dalam fase “istirahat” dan
“mencerna” yang akan meredakan ketegangan, memperlambat detak jantung, menurunkan tekanan darah dan
mempertajam fokus.
Napas yang terkontrol juga mengurangi kecemasan/tingkat stress dengan mengesampingkan respons "lawan,
lari, atau diam". Teknik STOP yang dilakukan secara konsisten juga mendukung kekuatan otak bagian atas
(korteks prefrontal yang berhubungan dengan fokus, konsentrasi, dan kesadaran. Otak terlatih untuk berpikir
terlebih dahulu, merencanakan respons sehingga memungkinkan perilaku yang penuh perhatian. Hal ini dapat
membantu Anda untuk fokus kembali pada pekerjaan atau apapun yang sedang Anda kerjakan.
18. Kementerian Pendidikan,Kebudayaan, Riset dan Teknologi
KESADARAN SOSIAL - EMPATI
Cara menumbuhkan kesadaran sosial adalah dengan
menjawab 3 pertanyaan dasar:
Apa yang dirasakan orang tersebut?
Apa yang mungkin akan dia lakukan?
Apa yang saya rasakan jika mengalami kejadian yang sama?
When we’re talking about social awareness, we’re thinking about the ability to take the
perspective of others, to think through how other people might feel in a certain situation, to
appreciate diversity, to recognize emotion, to read body language, really to understand how other
people may fit into the bigger picture
19. Kementerian Pendidikan,Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Secara spesifik kita akan membahas mengenai keterampilan berempati. Empati merupakan kemampuan untuk
mengenali dan memahami serta ikut merasakan perasaan-emosi orang lain sehingga dapat melihat perspektif
sudut pandang orang lain. Baru setelah kita mampu melihat dari kaca mata orang lain, kita dapat menghargai dan
memahami konteksnya. Apa saja yang mendasari perilaku, sikap dan cara berpikir orang tersebut. Bob dan Megan
Tschannen-Moran (2010) menggambarkan empati sebagai sikap menghormati, tidak salah memahami dan
mengapresiasi pengalaman orang lain.
Keterampilan berempati merupakan keterampilan yang membantu seseorang memiliki hubungan yang hangat
dan lebih positif dengan orang lain. Mengapa? Karena empati mengarahkan kita untuk mengurangi fokus hanya
ke diri sendiri, melainkan juga belajar merespon orang lain dengan cara yang lebih informatif dan penuh afeksi ke
orang lain sehingga lingkungan yang inklusif akan terbentuk.
Empati merupakan keterampilan yang bisa dilatih untuk kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk melatih empati dalam diri kita:
● Menaruh perhatian pada perasaan orang lain
● Berpikir sebelum berbicara atau bertindak
● Meyakini bahwa tidak ada satupun orang di dunia ini yang sama
● Menghargai orang lain meskipun berbeda pandangan.
20. Kementerian Pendidikan,Kebudayaan, Riset dan Teknologi
KETERAMPILAN RELASI - Kerja sama dan Resolusi Konflik
Sumber Resiliensi Individu (3I)
(Saya memiliki) sumber resiliensi yang berhubungan dengan besarnya dukungan sosial dari
lingkungan sekitar yang saya miliki.
(Saya adalah) sumber resiliensi yang berkaitan dengan kekuatan dalam diri (didalamnya terdapat
perasaan, sikap, dan keyakinan individu).
(Saya bisa) sumber resiliensi yang berkaitan dengan usaha yang dapat dilakukan oleh seseorang untuk
memecahkan masalah menuju kekuatan diri (kemampuan menyelesaikan persoalan, keterampilan
sosial dan interpersonal.
I have
I am
I can
Getting into relationship skill is can I and you interacting, I’m not just standing over here thinking,
I wonder what you feeling, I wonder what you thinking, and actually using that information to
engage.
21. Resiliensi adalah kemampuan individu untuk
merespons tantangan atau trauma yang
dihadapi dengan cara-cara sehat dan
produktif. (Reivich dan Shatte, 2002)
Sumber Daya Resiliensi (4S)
1
Pikirkan dan Deskripsikan
Sewaktu Anda mengalami
permasalahan yang berat
2
Identifikasi “Supportive People”
yang jadi sandaran ketika Anda
terpuruk
Identifikasi “Strategy”
yang digunakan untuk membantu diri
dalam atasi pemikiran atau perasaan
negatif yang membuat Anda sulit
merespon permasalahan
3 4
Identifikasi “Sagacity”
atau kebijaksanaan yang membuat
anda dapat bertahan dari kesulitan
dan melangkah maju
5
Identifikasi “Solution-seeking Behaviour”
atau perilaku mencari bantuan yang
pernah dilakukan untuk membantu
menyelesaikan permasalahannya
Kementerian Pendidikan,Kebudayaan, Riset dan Teknologi
22. Dalam kehidupan sehari-hari, kita dihadapkan pada berbagai bentuk kerja sama dengan berbagai pihak.
Dalam kerja sama untuk mencapai tujuan bersama, sewajarnya kita akan menghadapi perbedaan
pendapat dan konflik. Kemampuan kita untuk bekerja sama dan menyelesaikan konflik dengan
konstruktif akan membantu kita membangun hubungan yang positif dengan orang lain. Hubungan yang
positif tidak hanya dapat membangun rasa percaya (trust), tetapi diyakini dapat memitigasi stres,
melawan penyakit, dan memperpanjang umur seseorang.
Bagaimana kita dapat membangun kerja sama dan mengelola konflik yang terjadi? Berikut adalah
beberapa keterampilan yang perlu dikembangkan untuk dapat membangun kerja sama:
1. Keterampilan menyampaikan pesan dengan jelas dan mendengarkan secara aktif
2. Keterampilan menyatakan sikap setuju dan tidak setuju dengan sikap saling menghargai
3. Keterampilan mengelola tugas dan peran dalam kelompok
Kementerian Pendidikan,Kebudayaan, Riset dan Teknologi
23. Kementerian Pendidikan,Kebudayaan, Riset dan Teknologi
PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG BERTANGGUNG JAWAB
mempertimbangkan konsekuensi dari masing-masing pilihan itu
terhadap diri sendiri dan orang lain
● Apakah aku mengetahui konsekuensinya, baik positif maupun
negatif?
● Mengapa aku memilih itu?
● Apakah itu keputusan yang terbaik?
● Apakah aku siap menghadapi konsekuensinya?
Problem
Option
Outcome
Choice
mengevaluasi situasi:
Apa masalahnya? (harapan dan realita) Apa penyebabnya?
menganalisis alternatif pilihan: Apa saja yang dapat
dilakukan? Apakah ada pilihan yang berbeda?
Strategi sederhana yang dapat digunakan untuk menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan yang
bertanggung jawab adalah dengan menggunakan kerangka yang disebut POOCH
24. Collaborative for Academic, Social, and Emotional Learning (CASEL) menjelaskan bahwa
pengambilan keputusan yang bertanggung jawab adalah kemampuan seseorang untuk membuat
pilihan-pilihan yang konstruktif terkait dengan perilaku pribadi serta interaksi sosial mereka
berdasarkan standar etika, pertimbangan keamanan dan keselamatan, serta norma sosial.
Kemampuan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab tidak datang secara alami.
Kemampuan ini perlu dengan sengaja ditumbuhkan. Seorang pengambil keputusan yang
bertanggung jawab akan mempertimbangkan semua aspek, alternatif pilihan, berikut
konsekuensinya, sebelum kemudian mengambil keputusan. Untuk dapat melakukan hal tersebut
seseorang perlu belajar bagaimana:
1. mengevaluasi situasi
2. menganalisis alternatif pilihan mereka, dan
3. mempertimbangkan konsekuensi dari masing-masing pilihan itu terhadap diri mereka sendiri
dan orang lain.
Kementerian Pendidikan,Kebudayaan, Riset dan Teknologi
25. Kementerian Pendidikan,Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Bapak/Ibu Kepala Guru Hebat!
Setelah membaca dan memahami materi yang diberikan, silakan
berbagi pembelajaran bermakna yang didapatkan dan refleksikan
bagaimana Bapak/Ibu mewujudkan Pembelajaran di Kelas yang
nyaman dengan Pembelajaran Sosial dan Emosional Berbasis
Kesadaran Penuh!