Latihan aerobik berpengaruh terhadap penurunan kadar gula darah dan tekanan darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan hipertensi. Penelitian menggunakan desain randomized controlled trial dengan 54 subjek yang diacak ke dalam kelompok latihan aerobik dan kontrol. Latihan aerobik selama 8 minggu menurunkan gula darah puasa, tekanan darah sistolik dan diastolik, detak jantung istirahat, dan indeks massa tubuh secara signifikan
LATIHAN AEROBIK DAN PENURUNAN GULA DARAH PADA DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI
1. PENGARUH LATIHAN AEROBIK TERHADAP KADAR GULA DARAH
PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI
Putri Ayu Yolanda, S. Ked (H1AP15010)
Ahmad Fandi, S. Ked (H1AP20033)
Gina Fendiati Putri S. Ked (H1AP20042)
Inike Herlinsi Alvionila, S. Ked (H1AP20045)
Pusparatri Cahya Kemala, S.Ked (H1AP20051)
Elvira Yunita, S.si M.biomed
dr. Hilda Taurina, M.Sc
Puskesmas Pasar Ikan
2. Latar Belakang
International Diabetes Federation. IDF Diabetes Atlas - 2019. 9th ed. Malenda B, Karuranga S, Saeedi P, Salpea P, editors. International Diabetes Federation. 2019. 144 p.
Nijland HMJ, Ruslami R, Stalenhoef JE, Nelwan EJ, Alisjahbana B, Nelwan RHH, et al. Exposure to rifampicin is strongly reduced in patients with tuberculosis and type 2 diabetes. Clin Infect Dis. 2006;43(7):848–54.
Stevenson CR, Critchley JA, Forouhi NG, Roglic G, Williams BG, Dye C, et al. Diabetes and the risk of tuberculosis: A neglected threat to public health? Chronic Illn. 2007;3(3):228–45.
Restrepo BI. Convergence of the tuberculosis and diabetes epidemics: Renewal of old acquaintances. Clin Infect Dis. 2007;45(4):436–8.
±382.000.000
Prevalensi Diabetes
Melitus di Indonesia
Berdasarkan International Diabetes
Federation (IDF) pada penduduk dunia
57 %
3. Pengaruh aktifitas fisik pada penurunan kadar glukosa darah dan tekanan darah penderita
diabetes melitus tipe 2 dengan hipertensi belum diketahu dengan pasti, tetapi diduga
melibatkan penggunaan kadar glukosa pada aktivitas otot dan aktivitas fisik dapat
membantu jantung bekerja lebih optimal. Oleh karena itu, penulis merasa perlu membahas
penyebab penurunan kadar glukosa darah dan penurunan tekanan darah pada penderita
diabetes mellitus tipe 2 dalam laporan EBCR ini.
Penderita diabetes melitus dianjurkan melakukan aktivitas fisik berupa
olahraga dimana Manfaat nya pada diabetes melitus antara lain
menurunkan kadar glukosa darah, mencegah kegemukan, ikut berperan
dalam mengatasi terjadinya kompilkasi, gangguan lipid darah dan
peningkatan tekanan darah. Aktivitas fisik yang dianjurkan untuk penderita
diabetes melitus tipe 2 adalah aktivitas fisik secara teratur (3-4 kali
seminggu) selama kurang lebih 30 menit
Kematian akibat diabetes mellitus dan hipertensi dari tahun ke tahun akan
selalu terjadi peningkatan. Pada tahun 2014 kematian akibat diabetes
mellitus sebanyak 37 orang, tahun 2015 sebanyak 180 orang dan pada
tahun 2016 menigkat menjadi 237 orang
4. Ilustrasi kasus
Ny. H, Perempuan usia 75 tahun datang ke UPTD Puskesmas Pasar Ikan dengan keluhan lemas,
lemas dirasakan terus menerus, lemas semakin memberat saat melakukan aktivitas ringan dan berkurang
saat beristirahat. Saat malam hari pasien sering BAK. Keluhan lemas disertai dengan nyeri kepala, pasien
merasakan kepala bagian belakang terasa berat. Pasien memiliki riwayat DM, riwayat hipertensi, tidak
memiliki riwayat alergi makanan maupun obat – obatan. Riwayat keluarga ayah pasien mengalami hipertensi,
dan nenek dari ibu pasien mengalami diabetes mellitus. Pasien sering mengkonsumsi makanan manis
berlebih sejak masih remaja, dan pasien mengkonsumsi teh manis sebanyak 3 gelas sehari. Pasien mengaku
keluhan tersebut mengganggu aktivitasnya walaupun tidak sampai menghambat pekerjaan dan aktivitas
sehari-hari. Pasien juga mengatakan sering merasa lapar sehingga harus memakan lebih dari 3x/harinya
dengan porsi yang cukup banyak, Namun pasien mengeluhkan berat badan pasien menurun meskipun nafsu
makan pasien meningkat. Pasien mempunyai orang tua dan saudara yang mengalami diabetes melitus dan
hipertensi namun beliau sudah meninggal dunia.
5. Ilustrasi kasus
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, BB 65 kg, TB 158 cm,
tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 85x/menit, pernafasan 19x/menit, suhu 38,6⁰ C, Spo2: 98%. Status
generalis pupil isokor, konjungtiva palpebra tidak anemis, sklera tidak ikterik, (+), thoraks paru vesikuler,
rhonki (-/-), wheezing (-/-), bunyi jantung 1 dan 2 reguler (+), murmur (-), gallop (-), abdomen cembung,
simetris, supel, ekstrimitas akral hangat, CRT <2 detik, edema tibia (-).
Pemeriksaan penunjang didapatkan Gula Darah Sewaktu 480g/dl dan gula darah puasa 234 g/dl.
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan penunjang, pasien didiagnosis mengalami Diabetes melitus type 2
dan hipertensi yang dilakukan tatalaksana farmakologi dengan sulfonirurea (glibenclamid 5 mg) dan metformin
500 mg sebanyak 3 kali sehari untuk menurunkan kadar gula darah pasien. Selain itu pasien jg diberikan
amlodipin 5 mg yang di menum 1 kali sehari.
6. Pertanyaan Klinis
Berdasarkan uraian kasus di atas, pertanyaan klinis yang ditegakkan adalah
bagaimana pengaruh Latihan aerobik terhadap gula darah dan tekanan darah pada
pasien diabetes mellitus tipe-2 dengan hipertensi?
Pasien dengan DM type 2
dan Hipertensi
P
I
- C
Latihan Aerobik
O
Kadar Gula Darah
7. INKLUSI
❏ Jurnal berbahasa inggris
❏ Jurnal free full text.
❏ Jurnal dipublikasi maksimal dalam 5 tahun
terakhir.
❏Jurnal menggunakan metode RCT atau
meta-analisis
❏Penelitian pada manusia.
❏Jurnal sesuai dengan pertanyaan klinis
PubMed
(Type-2 Diabetes Mellitus) AND ( Glucose
Blood) AND ( Exercise Aerobic)
Cochrane
(Type-2 Diabetes Mellitus) AND ( Glucose
Blood) AND ( Exercise Aerobic)
KEYWORD
EKSKLUSI
• Pasien diabetes mellitus
dengan penyakit kronis
lainnya.
8. Artikel teridentifikasi melalui basis
data PUBMED (n = 3273)
Screening
Included
Eligibility
Identification
Penambahan artikel teridentifkasi melalui
basis data Cochrane (n = 3)
Artikel setelah duplikasi dihapus
(n = 3270)
Artikel setelah diseleksi berdasarkan
kriteria inklusi
(n = 923)
Artikel yang di keluarkan
(n = 2347)
1. Artikel berbahasa inggris
2. Artikel full text
3. Artikel 5 tahun terakhir
Artikel setelah diselesi berdasarkan
kriteria eksklusi
(n = 2)
Artikel yang di keluarkan berdasarkan kriteria
eksklusi
(n = 921)
1. Literatur yang tidak dapat diakses secara
penuh
2. Artikel yang tidak menjelaskan Latihan
aerobic
3. Artikel tidak menggunakan data primer
4. Artikel yang tidak menjelaskan pasien dm
dengan hipertensi
Artikel dengan judul dan abstrak sesuai
dengan penelitian
(n = 1)
Studi yang termasuk beradasarkan RCT
(n = 1)
METODOLOGI
9. “The Effect of an Aerobic Exercise
Programme on Blood Glucose Level,
Cardiovascular Parameters, Peripheral
Oxygen Saturation, and Body Mass
Index among Southern Nigerians with
Type 2 Diabetes Mellitus, Undergoing
Concurrent Sulfonylurea and Metformin
Treatment.”.
Telaah Kritis
10. Hasil
Karakteristik Sistematik Review dan meta-analisis
Judul The Effect of an Aerobic Exercise Programme on
Blood Glucose Level, Cardiovascular Parameters,
Peripheral Oxygen Saturation, and Body Mass Index
among Southern Nigerians with Type 2 Diabetes
Mellitus, Undergoing Concurrent Sulfonylurea and
Metformin Treatment
Metode Randomized controlled trials (RCT)
Jumlah sampel 54 orang
Hasil Kelompok olahraga memiliki SBP yang secara
signifikan lebih rendah (15,0 mmHg, P = 0,001),
DBP (7,9 mmHg, P = 0,001), RHR (4,8 bpm, P =
0,001), FBS (34,9 mg/dl, P = 0,001), dan BMI
(2,3, P = 0,001), sedangkan SpO 2 meningkat
sebesar 3,9% dengan P = 0,001, relatif terhadap
kelompok kontrol.
Laporan ini menggunakan 1 artikel terpilih,
yaitu jurnal dari Ezema CL et al. The Effect
of an Aerobic Exercise Programme on
Blood Glucose Level, Cardiovascular
Parameters, Peripheral Oxygen Saturation,
and Body Mass Index among Southern
Nigerians with Type 2 Diabetes Mellitus,
Undergoing Concurrent Sulfonylurea and
Metformin Treatment pada tahun 2019.
11. Lanjutan…
Ezema CL et al. melakukan penelitian dengan menggunakan jenis desain yang Randomized controlled trials
(RCT). Penelitian ini menggunakan Enam puluh dua pasien yang direkrut dari Klinik Diabetes Rumah Sakit Pendidikan
Universitas Nigeria (UNTH) dan disaring dengan kriteria seleksi. Delapan pasien dikeluarkan, sementara empat pasien
mengundurkan diri. Lima puluh pasien yang memenuhi kriteria inklusi (22 laki-laki dan 28 perempuan, berusia antara 42
dan 63 tahun) secara sukarela berpartisipasi dalam penelitian ini dan memberikan persetujuan mereka secara individu
sesuai dengan pedoman American College of Sports Medicine. Diagram alir CONSORT pada gambar 1 menunjukkan
bahwa 50 subyek secara acak dan sama-sama ditugaskan untuk latihan dan kelompok kontrol ( n = 25 masing-
masing). Subyek menyimpulkan penelitian dan dimasukkan dalam analisis. Penelitian ini disesuaikan dengan usia dan
jenis kelamin. Setiap kelompok terdiri dari 14 perempuan dan 11 laki-laki, dan tidak ada perbedaan yang signifikan dalam
distribusi jenis kelamin di seluruh kelompok ( χ 2 = 0,000, P = 1,000).
12. Gambar 1. Diagram alir consort
Kritieria inklusi penelitian ini adalah pasien T2DM UNTH, stabil secara
medis, tanpa komplikasi jantung, tekanan darah (BP) antara 90/60 mmHg
hingga 140/90 mmHg, hanya dengan diet dan/atau obat oral, sebelumnya
tidak aktif. untuk penelitian, tidak ada gangguan kejiwaan atau psikologis
dan lulus protokol tes stres ergometri siklus sub-maksimal dari Asosiasi
Pemuda Kristen untuk kebugaran kardiovaskular. Sedangkan kriteria eklusi
dari penelitian ini adalah subjek dengan hiperglikemia tidak terkontrol (>
250 mg/dL), retinopati, penyakit pembuluh darah, jantung, ginjal, atau
pernapasan; sedang menjalani terapi insulin, aktivitas fisik yang berat,
penggunaan alkohol, perokok, obesitas (BMI > 30 kg/m 2 ) atau kurus
(BMI < 20 kg/m 2 ).
Data yang terkumpul dianalisis dengan software SPSS versi 20. Uji chi-
kuadrat dan uji t independen digunakan untuk menganalisis distribusi jenis
kelamin dan usia, masing-masing, antara kelompok.
15. Pembahasan
Latihan aerobic yang teratur dapat
berpengaruh terhadap penurunan kadar gula
darah yaitu pada otot-otot yang aktif bergerak
tidak diperlukan insulin untuk memasukan
glukosa ke dalam sel karena pada otot yang
aktif sensitivitas reseptor insulin menjadi
meningkat sehingga ambilan glukosa
meningkat 7 – 20 kali lipat. . Dengan latihan
fisik yang rutin, maka sel akan terlatih dan
lebih sensitif terhadap insulin sehingga asupan
glukosa yang dibawa glukosa transporter ke
dalam sel meningkat. Aktifitas fisik ini pula
yang kemudian menurunkan kadar glukosa
puasa pada sampel yang diperiksa
Laporan penelitian melibatkan 50 subjek
diagnosis dengan DM tipe 2 yang diacak
kedalam kelompok latihan aerobic dan
kelompok kontrol. Intervensi termasuk latihan
aerobic 8 minggu pada 60%-79% HRmaks
selama 40-45 menit selama 3 kali seminggu.
FBS (Fasting Blood Sugar),, RHR (Resting
Heart Rate), SBP (Sistolic Blood Pressure)
dan DBP (Diastolic Blood Pressure) dari
subjek diukur sebelum dan sesudah intervensi.
Hasil kelompok olahraga memiliki SBP, DBP,
RHR, FBS, dan BMI yang secara signifikan
lebih rendah terhadap kelompok kontrol.
16. Analisis Aerobic terhadap glukosa darah
Penelitian yang dilakukan oleh Angkit, et al. (2020) tentang pengaruh senam low
impact terhadap kadar gula darah pada lansia dengan riwayat DM di Posyandu Lansia
Asoka Salatiga, dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan kadar gula darah pada
responden. Sebelum melakukan senam low impact nilai rata-rata sebesar 315,56
mg/dL dan setelah melakukan pengaruh senam low Impact terhadap kadar gula darah
pada lansia dengan riwayat DM diposyandu lansia Asoka Salatiga nilai rata-rata
sebesar 285,00 mg/dL dengan selisih nilai penurunan sebesar 30,556 mg/dL.
Aktivitas fisik seperti senam low impact memiliki dampak yang baik
untuk meningkatkan kesehatan lansia, akan tetapi aktivitas fisik yang
salah akan menimbulkan resiko. Beberapa kriteria dalam memberikan
gerakan senam low impact kepada lansia untuk meminimalkan resiko
yaitu dengan memperhatikan frekuensi, intensitas, waktu, dan tipe.
17. Penelitian yang dilakukan oleh Berawi KN, et al. (2013)
didapatkan hasil yang bermakna antara senam aerobik terhadap kadar
glukosa darah puasa pada peserta senam aerobik di Pusat Kebugaran
Sonia Bandar Lampung dengan nilai p=0,003. Selama olahraga, sel-sel
otot menggunakan banyak glukosa dan bahan bakar nutrien lain dari
biasanya untuk kegiatan kontraksi otot. Kecepatan transportasi glukosa ke
dalam otot yang digunakan dapat meningkat sampai 10 kali lipat selama
aktivitas fisik (Sherwood, 2006). Hasil penelitian hubungan antara aktivitas
fisik dengan kadar glukosa darah sesuai dengan pengamatan yang
dilakukan oleh badan kesehatan dunia (WHO) pada masyarakat Hanoi di
Vietnam, badan kesehatan dunia mengamati penduduk Hanoi memiliki
perubahan gaya hidup, dari aktivitas mereka dari jalan kaki mereka
berubah dalam aktivitas tersebut akibatnya penderita Diabetes Melitus dari
10 tahun kebelakang mengalami kenaikan sebesar 90%.
18. .
Menurut penelitian (Lina Indrawati, 2017), didapatkan bahwa
ada pengaruh senam aerobic terhadap penurunan tekanan darah
pada penderita hipertensi di puskesmas jatiasih Bekasi tahun 2017
dikarenakan intervensi senam aerobic sebagai terapi non
farmakologi mampu menurunkan tekanan darah sesudah diberikan
terapi selama 30-45 menit, melakukan senam aerobic dapat
mendorong jantung bekerja lebih optimal, meningkatkan frekuensi
jantung dan menaikan kekuatan pemompa jantung yang baik
terhadap kebutuhan oksigen, dan jantung tidak perlu berdenyut
dengan cepat untuk memompa darah sehingga akan menyebabkan
kecepatan jantung menurun, penurunan curah jantung dan
penurunan resistensi perifer total, sehingga terjadi penurunan
tekanan darah.
analisis aerobic terhadap tekanan darah
19. Lanjutan…..
Sejalan dengan penelitian (Erna S, Ady W dan Rizky S, 2017), ditemukan
bahwa terdapat pengaruh prolanis aerobic low impact yang bermakna terhadap
penurunan tekanan darah penderita hipertensi di wilayah kerja puskesmas baros kota
sukabumi. Senam aerobic low impact itu merupakan senam yang gerakannya ringan,
bisa dilakukan mulai dari usia anak-anak, dewasa bahkan lansia. Gerakanannya
berupa seperti jalan ditempat, jalan maju mundur serta kombinasi dengan gerakan
bahu dan tangan lainnya, sehingga olahraga ini cocok digunakan untuk orang yang
menderita penyakit jantung maupun hipertensi. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata
tekanan darah responden sebelum dilakukan senam aerobic low impact adalah sistol
140 dan diastole 90. Sedangkan rata-rata tekanan darah responden sesudah
dilakukan senam aerobic low impact adalah sistol 130 dan diastole 80 mmHg,
terdapat penurunan tekanan darah
20. Kesimpulan
Kesimpulan telaah diatas, bahwa ada pengaruh senam aerobic terhadap penurunan
tekanan darah pada penderita hipertensi dalam menstabilkan tekanan darah sistolik dan
diastolic. subjek dalam kelompok latihan dan kontrol mengalami penurunan FBS (gula darah
puasa) secara signifikan. Namun, perbandingan hasil pasca-intervensi menunjukkan bahwa
kelompok latihan memiliki FBS (gula darah puasa) yang jauh lebih rendah daripada kelompok
kontrol.
Pada Hubungan Tekanan Darah Terhadap Gula Darah dari kelompok Latihan dan
kontrol terdapat perubahan parameter kardiovaskular pada subjek di kedua kelompok, yang
menghasilkan penurunan SBP ( systolic blood pressure) yang signifikan pada subjek dalam
kelompok latihan dibandingkan dengan kelompok kontrol, subyek dalam kelompok latihan
menurun secara signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol, kelompok olahraga
mengalami penurunan RHR (Resting heart rate) secara signifikan, relatif terhadap kelompok
kontrol.