Dokumen tersebut membahas tentang aspek okupasi pada diabetes melitus. Ia menjelaskan pentingnya mengelola risiko kesehatan kerja bagi pekerja dengan diabetes, meliputi identifikasi faktor risiko, penilaian risiko, surveilans kesehatan, tindakan kontrol, dan penilaian kelayakan kerja. Dokumen tersebut juga memberikan pedoman untuk menentukan kelayakan kerja bagi pekerja dengan diabetes tipe 1 dan 2 serta mengklasifikasikan ting
2. 22 Maret 2014 Anna
PENDAHULUAN
Mengapa aspek okupasi ?
3. • “the right to work in safety is a basic
human right, and protection of the health
of workers is ultimately of benefit to all of
society”.
• Jumlah penduduk yang bekerja di
Indonesia (2013) : 110,8 jt
• Prevalensi DM 5,6%
• Dugaan populasi pekerja diabetes : 6,2
juta pekerja
4. Kemenakertrans Data hasil MCU karyawan :
1. Penyakit endokrin dan metabolik (22%)
2. Penyakit saluran napas (19%)
3. Kardiovaskular (15%)
Persentase DM pada hasil MCU di
beberapa jenis perusahaan :
Manufaktur : 2,3% – 3,8%
Kantor pemerintahan : 2,3%-11,8%
Migas : 2%-7,2%
5. PENGARUH DM pada ANALISA MCU
INFARK MIOKARD
GANGGUAN FUNGSI GINJAL
6. Diabetes pada organisasi kerja
1. Menurunkan pekerjaan atau
lapangan kerja
2. Kehilangan kerja akibat absen
dan pembatasan kerja terkait
tempat kerja
3. Beban ekonomi
Sisi lain organisasi harus
melakukan penyesuaian
lingkungan kerja untuk :
1. Menghilangkan barrier (aktual
atau potensial) yang dihadapi
pekerja diabetes
2. Mendorong partisipasi dan
kesetaraan di antara pekerja
Manajemen
kesehatan kerja
bertujuan :
Mencegah kecelakaan
saat bekerja terkait
dengan DM dan
penyakit/gangguan
kesehatan akibat
hubungan DM dengan
pajanan dan proses kerja
9. FAKTOR RISIKO KERJA
Bekerja dengan komputer
Kurang aktifitas fisik
Jam kerja panjang
Tidak fleksibel beristirahat
kecepatan tinggi
Kecelakaan lalu intas
Mesin berjalan
Shift kerja
Lingkungan kerja
Kerja fisik berat
Lingkungan kerja panas,
bising, debu, bahan kimia dll
Bekerja diketinggian dll
Aktifitas fisik berat
Area terpencil dan jauh
risiko emergensi
Aktifitas fisik berat
Area terpencil dan jauh
Risiko emergensi besar
10. PENILAIAN RISIKO
EMERGENSI
HIPOGLIKEMIA
Palpitasi
keluar keringat
tremor
ketakutan
lapar dan mual
(glukosa < 50
mg%)
Pusing
pandangan kabur
ketajaman mental
menurun gangguan
motorik halus penurunan
kesadaran kejang- kejang
dan koma (glukosa darah
20 mg%)
bekerja di ketinggian,
lingkungan kerja tidak stabil,
alat berat, mesin berjalan, area
terpencil, transportasi massal
AMI
STROKE
11. PENILAIAN RISIKO KOMPLIKASI
DIABETES
Pengguna
komputer
pengemudi
pengelas
quality control
Pengambil
keputusan
fisik berat
bahan kimia
Jauh fasilitas
kesehatan
Bahan kimia
Pengambil
keputusan
motorik halus
fisik berat
Benda tajam
mobilitas
tinggi
iritan/korosif
panas/dingin
Absensi, cacat produksi, kecelakaan kerja, bertambahnya
komplikasi dll
12. SURVEILANS KESEHATAN
WHO (2004) : proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan
interpretasi data secara sistemik dan terus menerus serta
penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk
dapat mengambil tindakan
Tujuan khusus surveilans:
• Menilai kejadian DM sekaligus trennya
• Menemukan kasus DM pada kelompok pekerja dan
penyebaran pada risiko kerja yang sama
• Mengukur faktor penyebab DM dan komplikasi
• Memonitor keefektifan dan mengevaluasi program
pencegahan, strategi intervensi dan perubahan kebijakan
kesehatan
• Perencanaan dan menyediakan pelayanan kesehatan
selanjutnya.
13. TINDAKAN KONTROL
HIPOGLIKEMIA
Palpitasi
keluar keringat
tremor
ketakutan
lapar dan mual
(glukosa < 50
mg%)
Pusing
pandangan kabur
ketajaman mental
menurun gangguan
motorik halus penurunan
kesadaran kejang- kejang
dan koma (glukosa darah
20 mg%)
bekerja di ketinggian,
lingkungan kerja tidak stabil,
alat berat, mesin berjalan, area
terpencil, transportasi massal
AMI
STROKE
Edukasi
Kontrol teratur
Gaya hidup DM
Club sehat
zat/makanan manis
Fasilitas penunjang
Rekan kerja , keluarga
PENILAIAN LAYAK
KERJA PERIODIK
Fasilitas penunjang
FASILITAS
EMERGENSI
14. TINDAKAN KONTROL
Pengguna
komputer
pengemudi
pengelas
quality control
Pengambil
keputusan
fisik berat
bahan kimia
Jauh fasilitas
kesehatan
Bahan kimia
Pengambil
keputusan
motorik halus
fisik berat
Benda tajam
mobilitas
tinggi
iritan/korosif
Absensi, cacat produksi, kecelakaan kerja, bertambahnya
komplikasi dll
Edukasi dan training
Fasilitas kesehatan, club sehat
Fasilitas lingkungan kerja dan
keluarga
Kontrol administratif(kerja gilir, jauh)
Alat pelindung diri
PENGAWASAN LAYAK
KERJA
PENILAIAN KEMBALI
BEKERJA
16. KELAYAKAN KERJA
Bagi organisasi sebaiknya berdasar pertanyaan dibawah :
1. Apakah organisasi memiliki deskripsi tugas dan spesifikasi
terkini?
2. Apakah individu kompeten (keterampilan, pendidikan dan
pengalaman) melakukan tugas sejalan dengan faktor risiko
dan risiko kerja sesuai tugas?
3. Apakah pekerjaan dapat berpengaruh buruk bagi
kesehatan?
4. Dapatkah dilakukan penyesuaian terhadap tugas yang akan
dilakukan?
5. Apakah terdapat tugas alternatif atau desain kerja yang
sesuai dengan individu?
6. Apakah terdapat petunjuk dalam pengambilan keputusan?
7. Apakah seluruh proses di atas didokumentasikan dan
dikomunikasikan pada seluruh pekerja terlibat?
17. Tidak ada pembatasan kerja pada
jenis pekerjaan yang tidak berisiko
khusus
Pembatasan hanya berupa
kesempatan untuk melakukan
monitoring kadar glukosa darah
saat bekerja selama kompetensi
sesuai dengan pekerjaan
DM TIPE 2 (HIDUP SEHAT DAN TABLET)
18. KELAYAKAN KERJA PADA DM TIPE 1
DAN TIPE 2 TERAPI INSULIN
Guideline terutama untuk pekerjaan dengan risiko tinggi
Individu harus :
1. Kompeten dan aman untuk melakukan pekerjaan
2. Melakukan evaluasi spesialis untuk perawatan diabetes minimal
tiap 1 tahun
3. Gula darah terkontrol stabil
4. Mengetahui dengan baik dan memiliki motifasi untuk merawat diri
sendiri. Melakukan monitor gula darah sendiri secara teratur
5. Tidak terdapat kecenderungan untuk hipoglikemi dan memiliki
kesadaran baik terhadap tanda tanda hipoglikemi
6. Tidak terdapat retinopati, nepropati atau neuropati otonom atau
perifer
7. Tidak terdapat penyakit jantung koroner, penyakit vaskular perifer
dan gangguan serebrovaskular
8. Setiap tahun dilakukan penilaian layak kerja terkait DM dan
okupasi
19. KECACATAN
• Kelas 1 (0-5%) : DM tipe 2 terkontrol dengan
diet dan tidak terdapat mikroangiopahi
diabetik dengan indikasi tidak ada retinopati
atau albuminuria >30 mg/dl
• Kelas 2 (6-10%) : DM tipe 2 terkontrol dengan
diet dan OAD atau insulin dan terdapat
mikroangipati diabetik
• Kelas 3 ( 11-20%) : DM tipe 1 dengan atau
tanpa mikroangiopati
• Kelas 4 (21-40%) : DM tipe 1 dengan kejadian
hiperglikemi atau hipoglikemi berulang