Sejak krisis keuangan Asia tahun 1997 dan 1998, banyak negara di dunia mengalami liberalisasi dan globalisasi perbankan, termasuk negara berkembang seperti Indonesia. Dengan menggunakan data 100 bank komersial di Indonesia dengan periode 2009-2014, penelitian ini berusaha mengidentifikasi pengaruh kepemilikan asing terhadap NIM, profit akuntansi, aktivitas non-pinjaman, dan risiko bank. Peningkatan kepemilikan asing terbukti berpengaruh negatif terhadap NIM bank-bank di Indonesia. Tidak sesuai dengan hipotesis, kepemilikan asing tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap profit akuntansi, aktivitas non-pinjaman dan risiko bank di Indonesia.
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
JUDUL
1. UNIVERSITAS INDONESIA
PENGARUH KEHADIRAN KEPEMILIKAN BANK ASING
PROFITABILITAS, AKTIVITAS NON
Yohannes Ekaputra Sananto
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
DEPARTEMEN MANAJEMEN
UNIVERSITAS INDONESIA
PENGARUH KEHADIRAN KEPEMILIKAN BANK ASING TERHADAP
AKTIVITAS NON-PINJAMAN DAN RISIKO BANK
INDONESIA
SKRIPSI
Yohannes Ekaputra Sananto
1306408220
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
DEPARTEMEN MANAJEMEN
DEPOK, JUNI 2017
TERHADAP
BANK-BANK DI
2. UNIVERSITAS INDONESIA
PENGARUH KEHADIRAN KEPEMILIKAN BANK ASING TERHADAP
PROFITABILITAS, AKTIVITAS NON
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Yohannes Ekaputra Sananto
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
DEPARTEMEN MANAJEMEN
UNIVERSITAS INDONESIA
PENGARUH KEHADIRAN KEPEMILIKAN BANK ASING TERHADAP
AKTIVITAS NON-PINJAMAN DAN RISIKO BANK
INDONESIA
SKRIPSI
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Yohannes Ekaputra Sananto
1306408220
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
DEPARTEMEN MANAJEMEN
DEPOK, JUNI 2017
PENGARUH KEHADIRAN KEPEMILIKAN BANK ASING TERHADAP
DAN RISIKO BANK-BANK DI
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
3. i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Yohannes Ekaputra Sananto
NPM : 1306408220
Tanda Tangan :
Tanggal : 20 Juni 2017
4. ii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh :
Nama : Yohannes Ekaputra Sananto
NPM : 1306408220
Program Studi : Manajemen
Judul Skripsi : Pengaruh Kehadiran Kepemilikan Bank Asing
Terhadap Profitabilitas, Aktivitas Non-pinjaman dan
Risiko Industri Bank-bank di Indonesia
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai
bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Indonesia
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Dony Abdul Chalid, SE, MM, Ph.D. ( )
Ketua Penguji : Permata Wulandari, M.Si. ( )
Anggota Penguji : Wardatul Adawiyah, SE, MBA. ( )
Ditetapkan di : Depok, Jawa Barat
Tanggal : 20 Juni 2017
5. iii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Yohannes Ekaputra Sananto
NPM : 1306408220
Program Studi : Manajemen
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas
Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-Exclusive Royalty Free Right) atas karya
ilmiah saya yang berjudul:
Pengaruh Kehadiran Kepemilikan Bank Asing Terhadap Profitabilitas, Aktivitas Non-
pinjaman dan Risiko Industri Bank-bank di Indonesia
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan), Dengan hak bebas royalty noneksklusif ini
Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam
bentuk pangkalan (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan yang sebenarnya
Dibuat di : Depok, Jawa Barat
Tanggal : 20 Juni 2017
Yang menyatakan
(Yohannes Ekaputra Sananto)
6. iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas berkat-Nya, saya dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulisan skripsi ini ditujukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen
Program Konsentrasi Manajemen Keuangan pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Indonesia. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan, dukungan serta doa dari berbagai pihak
sejak awal hingga kini, akan sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu,
dengan tulus sepenuh hati saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua saya, Totok Leonardus dan Portaria Sanggawati. Terimakasih atas
dukungan moril dan materil. Semoga Tuhan selalu memberikan kesehatan bagi kita semua.
2. Bapak Dony Abdul Chalid, S.E., M.M., Ph.D. selaku dosen pembimbing saya yang selalu
memberikan masukan yang berarti untuk penyempurnaan skripsi saya dan senantiasa siap
memberikan solusi atas kesulitan yang saya hadapi pada saat menulis skripsi ini sehingga
karya akhir ini bisa diselesaikan tepat waktu.
3. Ibu Permata Wulandari dan Ibu Wardatul Adawiyah sebagai dosen penguji saya.
Terimakasih atas saran dan masukan yang membuat skripsi saya semakin baik. Baik dalam
hal penulisan maupun dalam hal alur penyusunan studi literatur yang dibutuhkan.
4. Teman-teman saya yang telah mendukung saya selama menjalani perkuliahan, yaitu
segenap panitia 13th Economix, panitia SocAct FEB UI 2016, teman-teman jurusan
manajemen, dan KUKSA FEB UI.
4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu namun telah banyak membantu
saya dalam proses pembuatan skripsi ini hingga selesai. Terima kasih atas doa, dukungan,
dan bantuannya sejak awal sampai skripsi ini selesai dibuat. Akhir kata, saya berharap Tuhan
yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu.
Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Depok, 20 Juni 2017
7. v
ABSTRAK
Nama : Yohannes Ekaputra Sananto
Program Studi : Manajemen S1 Reguler
Judul : Pengaruh Kehadiran Kepemilikan Bank Asing Terhadap Profitabilitas,
Aktivitas non-pinjaman dan Risiko Industri Bank-bank di Indonesia
Sejak krisis keuangan Asia tahun 1997 dan 1998, banyak negara di dunia mengalami
liberalisasi dan globalisasi perbankan, termasuk negara berkembang seperti Indonesia.
Dengan menggunakan data 100 bank komersial di Indonesia dengan periode 2009-2014,
penelitian ini berusaha mengidentifikasi pengaruh kepemilikan asing terhadap NIM, profit
akuntansi, aktivitas non-pinjaman, dan risiko bank. Peningkatan kepemilikan asing terbukti
berpengaruh negatif terhadap NIM bank-bank di Indonesia. Tidak sesuai dengan hipotesis,
kepemilikan asing tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap profit akuntansi, aktivitas
non-pinjaman dan risiko bank di Indonesia.
Kata Kunci : Bank, Bank Asing, Kepemilikan, Profitabilitas, Makroekonomi, Indonesia
8. vi
ABSTRACT
Name : Yohannes Ekaputra Sananto
Major : Regular Undergraduate (S1) Management
Title : The Effect of Foreign Bank Ownership on Profitability, Non-lending
Activity and Bank Risk of Banks in Indonesia
Since the aftermath of Asian financial crisis on 1997 and 1998, many countries are
experiencing liberalization and globalization of banking, including developing countries such
as Indonesia. Using the data of 100 commercial banks in Indonesia for the period 2009-2014,
this study tries to identify the impact of foreign ownership towards net interest margin,
accounting profits, non-lending activities, and bank risk. The increase of foreign ownership is
proven to negatively impacts the net interest margin of banks in Indonesia. Contrary to
hypothesis, foreign ownership does not has significant impact on accounting profit, non-
lending activities and risk of banks in Indonesia.
Keywords : Banks, Foreign Banks, Ownership, Profitability, Macroeconomics, Indonesia
9. vii
DAFTAR ISI
Halaman Pernyataan Orisinalitas ............................................................................. i
Halaman Pengesahan ................................................................................................ ii
Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi Tugas Akhir......................................... iii
Kata Pengantar ..........................................................................................................iv
Abstrak ...................................................................................................................... v
Abstract .....................................................................................................................vi
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................................... 5
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................................5
1.5.1 Objek Penelitian....................................................................................5
1.5.2 Batasan Penelitian.................................................................................6
1.5.3 Variabel Penelitian................................................................................6
1.6 Sistematika Penelitian..........................................................................................7
BAB 2 STUDI LITERATUR................................................................................... 8
2.1 Bank Asing....................... .................................................................................. 8
2.2 Perbankan di Indonesia ...................................................................................... 11
2.3 Spill-over Effect .................................................................................................. 12
2.4 Teori Kompetisi .................................................................................................. 12
10. viii
2.5 Net Interest Margin............................................................................................. 13
2.6 Accounting Profits............................................................................................... 15
2.7 Non-lending Activities........................................................................................ 21
2.8 Bank Risk ........................................................................................................... 23
2.9 Penelitian-Penelitian Terdahulu yang Terkait .................................................... 28
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN................................................................... 30
3.1 Jenis Penelitian ................................................................................................... 30
3.2 Periode Penelitian ............................................................................................... 30
3.3 Objek Penelitian ................................................................................................. 30
3.4 Data dan Sumber Data......................................................................................... 31
3.5 Hipotesis Penelitian ............................................................................................ 32
3.6 Operasionalisasi Variabel ................................................................................... 34
3.6.1 Variabel Dependen ............................................................................. 34
3.6.1.1 Interest Rate Margin............................................................. 34
3.6.1.2 Accounting Profits................................................................. 34
3.6.1.3 Aktivitas non-pinjaman......................................................... 35
3.6.1.4 Risiko bank............................................................................ 35
3.6.2 Variabel Independen ...........................................................................36
3.6.2.1 Foreign Share........................................................................ 36
3.6.3 Variabel Kontrol .................................................................................. 36
3.6.3.1 Likuiditas............................................................................... 36
3.6.3.2 Ekuitas................................................................................... 37
3.6.3.3 Size / Market Share............................................................... 37
11. ix
3.6.3.4 Inflasi..................................................................................... 38
3.6.3.5 Pertumbuhan PDB................................................................. 38
3.6.3.6 Suku Bunga........................................................................... 39
3.6.3.7 Variabel Dummy Kepemilikan Pemerintah.......................... 39
3.6.3.8 Variabel Dummy Listed di Bursa Efek Indonesia............... 39
3.7 Spesifikasi Model Penelitian .............................................................................. 40
3.8 Teknik Analisis Data .......................................................................................... 40
3.8.1 Metode Pooled Least Square ............................................................. 42
3.8.2 Metode Fixed Effect Model................................................................. 42
3.8.3 Metode Random Effect Model ............................................................. 43
3.8.4 Asumsi BLUE...................................................................................... 43
3.8.5 Uji Hausman........................................................................................ 43
3.9 Metode Pemilihan Model ................................................................................... 44
3.9.1 Chow Test ............................................................................................45
3.9.2 Hausman Test ...................................................................................... 45
3.9.3 Breusch-Pagan Langrangian Multiplier Test (LM Test) ..................... 46
3.10 Metode Evaluasi Model ....................................................................................46
3.10.1 Kriteria Ekonometrika........................................................................ 46
3.10.1.1 Multikolinearitas................................................................. 47
3.10.1.2 Heteroskedastisitas.............................................................. 47
3.10.1.3 Autokorelasi........................................................................ 47
3.11 Kriteria Statistika .............................................................................................. 48
3.11.1 Uji Signifikansi Model (Uji F-Statistik) ............................................ 48
12. x
3.11.2 Koefisien Determinasi........................................................................ 48
3.11.3 Uji Signifikansi Parsial (Uji t-statistics) ............................................ 49
3.12 Alur Penelitian .................................................................................................. 49
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN............................................................... 51
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian........................................................... .........51
4.1.1 Statistik Deskriptif ............................................................................... 51
4.2 Pemilihan Model ............................................................................................... 55
4.3. Pengujian Asumsi Ekonometrika....................................................................... 56
4.4 Treatment Asumsi BLUE ................................................................................... 57
4.5 Validitas Kriteria Statistik .................................................................................. 57
4.6 Analisis Variabel................................................................................................. 59
4.6.1 Kepemilikan Bank Asing .....................................................................60
4.6.2 Liquidity................................................................................................62
4.6.3 Equity .................................................................................................. 62
4.6.4 Size....................................................................................................... 62
4.6.5 Inflation................................................................................................ 63
4.6.6 GDP Growth.........................................................................................63
4.6.7 Changes in Interest Rates .................................................................... 63
4.6.8 Dummy State-Owned............................................................................ 64
4.6.9 Dummy Listed....................................................................................... 64
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ ........... 65
5.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 65
5.2 Keterbatasan Penelitian....................................................................................... 66
14. xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Akuisisi Bank Lokal Oleh Asing.......................................................................... 2
Tabel 1.2 Variabel Utama Penelitian.....................................................................................6
Tabel 2.1 Penelitian Terkait Sebelumnya..............................................................................28
Tabel 3.1 Akuisisi Bank Periode 2009-2014.........................................................................31
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Penelitian................................................................................51
Tabel 4.2 Variance Inflation Factor......................................................................................56
Tabel 4.3 Koefisien Determinasi Model (R2
)........................................................................ 57
Tabel 4.4 Hasil Uji F-statistik............................................................................................... 58
Tabel 4.5 Hasil Regresi..........................................................................................................59
Tabel 4.6 Perbandingan Hipotesis dan Hasil Regresi............................................................60
15. xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Metode Pemilihan Model...................................................................................44
Gambar 3.2 Alur Penelitian................................................................................................... 50
16. xiv
DAFTAR RUMUS
Rumus 3.1 Interest Rate Margin............................................................................................34
Rumus 3.2 Accounting Profit................................................................................................ 35
Rumus 3.3 Non-lending Activities........................................................................................ 35
Rumus 3.4 Bank Risk............................................................................................................ 36
Rumus 3.5 Foreign Share......................................................................................................36
Rumus 3.6 Liquidity.............................................................................................................. 37
Rumus 3.7 Equity.................................................................................................................. 37
Rumus 3.8 Size / Market Size................................................................................................ 38
Rumus 3.9 Inflasi.................................................................................................................. 38
Rumus 3.10 Pertumbuhan PDB............................................................................................ 38
Rumus 3.11 Suku Bunga....................................................................................................... 39
Rumus 3.12 Model 1............................................................................................................. 40
Rumus 3.13 Model 2............................................................................................................. 40
Rumus 3.14 Model 3..............................................................................................................40
Rumus 3.15 Model 4............................................................................................................. 40
Rumus 3.16 Persamaan Dasar Metode Regresi Panel........................................................... 41
Rumus 3.17 Model Metode Pooled Least Square................................................................. 42
Rumus 3.18 Metode Fixed Effect Model............................................................................... 42
Rumus 3.19 Metode Random Effect Model.......................................................................... 43
Rumus 3.20 Chow Test......................................................................................................... 45
17. xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Klasifikasi Sampel Penelitian................................................................. 82
Lampiran 2 Daftar Porsi Kepemilikan Dominan Bank Asing (Desember 2014)..................85
Lampiran 3 Output STATA 13..............................................................................................89
18. 1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor perbankan adalah sektor yang sangat vital bagi perekonomian suatu negara,
karena menjadi bagian penting dalam aliran dana dari pihak yang surplus kepada pihak yang
membutuhkan dana. Industri perbankan di Indonesia memiliki potensi pertumbuhan yang
cukup besar dari segi ukuran maupun pasar yang dilayani. Dalam beberapa tahun terakhir,
industri perbankan mengalami pertumbuhan aset yang cukup stabil, dengan tingkat
compound annual growth rate (CAGR) sebesar 16.9% (EY, 2015) , dan berpotensi untuk
terus tumbuh. Pertumbuhan yang stabil ini didorong pasar perbankan yang belum sepenuhnya
dipenetrasi, basis konsumen yang besar, dan pertumbuhan kalangan kelas menengah. Salah
satu alasan tingkat penetrasi yang masih rendah adalah posisi dan kondisi geografis
Indonesia, yang mempengaruhi sulitnya akses dalam menberikan jasa keuangan. Lebih dari
separuh bank komersial terletak di Jawa, dan mayoritas terletak di kota-kota besar.
Sampai dengan akhir tahun 2016, terdapat total 112 bank di Indonesia yang mencakup
bank umum konvensional dan bank umum syariah. Bank milik negara masih mendominasi
industri perbankan di Indonesia, yang didukung berbagai pendanaan proyek milik negara.
Terdapat empat bank besar yang mendominasi industri perbankan di Indonesia selama
beberapa tahun terakhir. (dalam IDR miliar, Desember 2014)
Pada tahun 1970-an, partisipasi asing pada industri perbankan di Indonesia diizinkan
melalui pendirian cabang di Indonesia. Bank asing lebih dibatasi daripada bank lokal.
Sebagai contoh, cabang bank asing hanya diizinkan beroperasi di ibukota dengan maksimal
dua kantor cabang. (Hadad et al., 2004; McLeod, 1999). Reformasi perbankan di tahun 1988
memberikan akses yang lebih luas untuk bank asing dalam penetrasinya melalui join ventura
atau kerjasama dengan bank lokal. (Hadad et al, 2004). Kemudian, melalui diluncurkannya
peraturan perbankan tahun 1992, pembelian bank lokal di pasar modal oleh asing mulai
diizinkan. Krisis keuangan Asia 1997 berkontribusi pada semakin terbukanya Indonesia
terhadap penetrasi bank asing. Bank asing semakin leluasa untuk mengakuisisi bank lokal.
19. 2
Universitas Indonesia
Sejak tahun 2000 terdapat sejumlah akuisisi bank lokal oleh pihak asing seiring makin
terbukanya regulasi di bidang perbankan. Masuknya asing dalam industri perbankan
dilakukan melalui dua metode yaitu de novo, yang merupakan pendirian bank baru dari awal,
maupun akuisisi bank lokal. Metode akuisisi bank lokal lebih banyak dilakukan karena risiko
yang lebih rendah ketimbang mendirikan dari awal. Setelah sepuluh tahun, proporsi aset yang
dimiliki bank asing di Asia meningkat 10 poin dari 30.5% menjadi 40.5% (Jeon et al., 2011).
Sementara di Indonesia, aset yang dimiliki pihak asing meningkat dari 10% pada tahun 1990-
1999 menjadi 35% pada tahun 2000-2009 (Mulyaningsih et al., 2015). Tetapi, dari segi
jumlah, menurut studi Rajan dan Gopalan (2010), hanya sedikit peningkatan jumlah bank
yang terjadi karena sedikitnya pendirian bank baru oleh asing. Berikut beberapa akuisisi bank
lokal oleh asing yang terjadi sejak tahun 2000.
No. Year Bank Acquirer Stake
1 2015
Bank Centratama Nasional
Bank (CNB) Shinhan Bank 75%
2 2015 Bank Mayapada Internasional Cathay Financial Holdings 40%
3 2014
Bank Tabungan Pensiunan
Nasional (BTPN) Sumitomo Corporation 17.5%
4 2014 Bank Mutiara JTrust 100%
5 2013 Bank Himpunan Saudara Woori Bank 33%
6 2011 Bank Kesawan Qatar National Bank 69.6%
7 2009 Bank Akita Barclays 99%
8 2008 Bank Ekonomi Raharja HSBC N/A
9 2007 Bank Swadesi State Bank of India 76%
10 2007 Bank Finconesia Commerzbank 51%
11 2006 Bank Haga & Hagakita Rabobank N/A
12 2002 Bank Niaga Commerce Berhad Malaysia N/A
Tabel 1.1. Akuisisi Bank Lokal Oleh Asing
20. 3
Universitas Indonesia
Kepemilikan pihak asing perlu menjadi perhatian seksama karena dapat
mempengaruhi perilaku kompetitif pada pasar finansial. Perilaku kompetitif bank penting
karena beberapa studi empiris, seperti Jayaratne dan Strahan (1996), Levine et al. (2000),
serta Collender dan Shaffer (2003) telah menemukan hubungan kuat antara perbankan yang
kompetitif dengan pertumbuhan ekonomi. Perbankan yang kompetitif menurunkan suku
bunga pinjaman dibandingkan dengan perbankan yang kurang kompetitif. Maka, industri
perbankan yang kompetitif akan meningkatkan angka eksekusi pinjaman untuk aktifitas
investasi. Dan mendorong inovasi dan memunculkan layanan yang lebih berkualitas. Industri
perbankan yang efisien akan menguntungkan seluruh ekonomi dan stabilitas keuangan
(Bikker et al., 2011).
Selain itu, kepemilikan bank asing telah berkontribusi pada turunnya biaya
intermediasi (Claessens et al., 1998) pada bank lokal yang berpengaruh pada turunnya
struktur biaya (Clarke er al., 2001). Bank asing mampu memberikan tekanan pada bank lokal
karena mereka lebih efisien dalam penggunaan biaya operasi (Martinez Peria dan Mody,
2004; Unite dan Sullivan, 2003) serta biaya overhead (Manlagnit, 2011). Studi yang
dilakukan Martinez Peria dan Mody (2004) juga menemukan bahwa bank asing memiliki
spread yang lebih rendah dibanding bank lokal. Kepemilikan bank oleh asing terbukti
menurunkan profitabilitas bank-bank di beberapa negara karena kompetisi yang semakin
ketat, sehingga diharapkan dapat mendorong bank-bank untuk mencari sumber pendapatan
baru dari aktivitas non-pinjaman.
Juga terdapat beberapa studi mengenai investigasi untung rugi dalam penetrasi asing
dalam perbankan Indonesia. Contohnya, injeksi modal ke negara tuan rumah dapat dilihat
sebagai keuntungan besar (Crystal, Dages & Goldberg, 2002; Lardy, 2001). Bank asing juga
dapat membantu meningkatkan akses negara tuan rumah terhadap permodalan internasional
(Claessens at al., 2001). Peningkatan kompetisi karena kehadiran bank asing, dapat
meningkatkan efisiensi bank domestik. Akhirnya, kehadiran bank asing dapat meningkatkan
variasi sistem keuangan dari segi produk dan partisipan (BIS, 2005). Sisi negatifnya,
masuknya bank asing dapat memunculkan perilaku spekulatif pada pasar lokal, yang dapat
memicu krisis keuangan, seperti pada kasus di Thailand tahun 1997.
21. 4
Universitas Indonesia
Studi lainnya perihal perilaku bank asing di industri perbankan Indonesia dilakukan
oleh Montgomery (2003), yang studinya membandingkan interest spread dengan perilaku
pinjaman yang dilakukan bank lokal dan bank asing, yang mencakup kantor cabang dan join
ventura. Ditemukan bahwa bank asing lebih stabil karena mereka memiliki spread yang lebih
besar antara utang dan aset asing. Juga ditemukan bahwa pinjaman yang dilakukan bank
asing kurang berfluktuasi dibanding dengan pinjaman bank lokal, terutama saat terjadi krisis
ekonomi 1997. Molyneux et. al. (2013) mengemukakan bahwa penetrasi bank asing di Asia
Timur ditarik oleh motif keuntungan dibanding ekspansi pelanggan.
Studi ini terbatas pada industri perbankan Indonesia yang merupakan negara
berkembang, maka studi literatur berfokus pada pengaruh masuknya bank asing terhadap
pasar perbankan negara berkembang. Unite dan Sullivan (2003) telah melakukan penelitian di
industri perbankan Filipina pada periode 1990-1998. Masuknya bank asing terbukti
menurunkan interest rate spread dan keuntungan bank, tetapi hanya pada bank domestik
yang berafiliasi dengan bisnis keluarga. Juga ditemukan bahwa masuknya kepemilikan bank
asing membawa penurunan pada beban operasi dan kenaikan pada risiko perbankan. Suer
(2016) juga melakukan penelitian di Turki untuk data perbankan periode 2002-2012.
Kepemilikan asing memiliki pengaruh signifikan pada keuntungan. Sementara interest rate
spread, aktivitas non-pinjaman, dan risiko jangka pendek tidak memiliki hubungan secara
signifikan dengan kepemilikan asing.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka rumusan masalah dari penelitian
ini adalah:
1. Apakah ada pengaruh dari kepemilikan asing terhadap bank di Indonesia terhadap
profitabilitas secara keseluruhan?
2. Apakah ada pengaruh dari kepemilikan asing terhadap bank di Indonesia terhadap
aktivitas non-pinjaman yang dilakukan pelaku perbankan di Indonesia?
3. Apakah ada pengaruh dari kepemilikan asing terhadap bank di Indonesia terhadap
tingkat risiko bank-bank di Indonesia.
22. 5
Universitas Indonesia
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah kepemilikan asing terhadap bank di Indonesia memiliki
pengaruh terhadap profitabilitas secara keseluruhan di Indonesia
2. Untuk mengetahui apakah kepemilikan asing terhadap bank di Indonesia memiliki
pengaruh terhadap aktivitas non-pinjaman yang dilakukan pelaku perbankan
secara keseluruhan di Indonesia
3. Untuk mengetahui apakah kepemilikan asing terhadap bank di Indonesia memiliki
pengaruh terhadap tingkat risiko bank-bank di Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini berguna sebagai tambahan literatur pada topik terkait. Masuknya pihak
asing dalam kepemilikan bank di Indonesia sedang menjadi objek penelitian karena memiliki
sisi positif dan negatif bagi perekonomian nasional. Para akademisi dapat menggunakan
penelitian ini sebagai referensi penelitian tambahan untuk meneliti hal terkait di masa
depan.
Penelitian ini dapat memberikan informasi tambahan kepada para investor dan
pebisnis yang ingin mengalokasikan modalnya dan melakukan kebijakan bisnis terutama
pada industri perbankan. Bank asing dapat membawa sisi positif dalam bentuk teknologi dan
manajerial yang maju, tetapi juga dapat mengambil pangsa pasar bank-bank lokal.
Penelitian ini dapat digunakan oleh pengambil kebijakan dan regulator yang berkaitan
dengan bidang perbankan yang berkaitan dengan penanaman modal oleh pihak asing.
Regulasi harus dapat mendukung stabilitas industri keuangan nasional.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
1.5.1 Objek Penelitian
Penelitian ini mencakup beberapa objek penelitian, antara lain:
1. Tingkat kepemilikan bank asing dalam bank-bank di Indonesia.
2. Tingkat profitabilitas dalam perbankan di Indonesia, yang diukur
dari net interest margin dan accounting profit.
23. 6
Universitas Indonesia
3. Tingkat aktivitas non-pinjaman, yang diukur dari rasio non-interest
income terhadap total aset.
4. Tingkat risiko bank-bank di Indonesia, yang diukur dari rasio non-
performing loans terhadap total loans.
1.5.2 Batasan Penelitian
Penelitian ini memiliki batasan dalam cakupan ruang lingkupnya,
yaitu:
1. Data kepemilikan bank asing yang digunakan adalah data akuisisi
dan kepemilikan yang dilakukan di Indonesia.
2. Data profitabilitas bank-bank di Indonesia, diukur dari net interest
margin dan accounting profit, yang didapat di pusat data Otoritas
Jasa Keuangan.
3. Tingkat aktivitas non-pinjaman, yang diukur dari rasio non-interest
income terhadap total aset, yang didapat di Otoritas Jasa Keuangan.
4. Tingkat risiko perbankan dalam industri perbankan di Indonesia,
yang diukur dari rasio non-performing loans terhadap total loans,
yang didapat di Otoritas Jasa Keuangan.
5. Jangka waktu data yang digunakan adalah selama 6 tahun, yaitu
dari Desember 2009 hingga Desember 2014, yang sesuai dengan
ketersediaan data.
1.5.3 Variabel Penelitian
Deskripsi dari variabel yang digunakan di dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Variabel Indikator
Kepemilikan
Bank Asing
Kepemilikan bank di Indonesia oleh pihak dari luar
negeri
Profitabilitas Net interest margin dan accounting profit
Aktivitas
non-
pinjaman
Rasio non-interest income terhadap total aset
Risiko
perbankan
Rasio non-performing loans terhadap total loans
Tabel 1.2. Variabel Utama Penelitian
24. 7
Universitas Indonesia
1.6 Sistematika Penelitian
Bab I: Pendahuluan
Pada bab ini terdapat latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penelitian.
Bab II: Landasan Teori
Pada bab ini terdapat teori-teori yang berhubungan dengan industri perbankan
khususnya mengenai pengaruh kehadiran bank asing di beberapa negara.
Bab III: Metodologi Penelitian
Pada bab ini terdapat model penelitian, data penelitian, serta metodologi
penelitian yang dipakai di dalam penelitian ini.
Bab IV: Analisis dan Pembahasan
Pada bab ini terdapat hasil pengujian, interpretasi, analisis, serta pembahasan
dari hasil pengolahan data.
Bab V: Kesimpulan dan Saran
Pada bab ini terdapat kesimpulan dari hasil penelitian yang terdapat di Bab IV
serta saran untuk penelitian selanjutnya.
25. 8
BAB 2
STUDI LITERATUR
2.1 Bank Asing
Pemerintah di banyak negara berkembang telah melakukan berbagai hal untuk
menarik foreign direct investment dari luar negeri, dalam bentuk tax holidays, peningkatan
infrastruktur, dan kemudahan dalam regulasi. Negara berkembang berharap masuknya
investasi asing untuk menjadi pendukung masuknya teknologi, modal, dan kemampuan
manajerial baru yang sebelumnya belum dimiliki negara tuan rumah. Hal ini diharapkan
dapat meningkatkan produktifitas perekonomian negara berkembang. Tetapi, bukti dari studi
sebelumnya yang menunjukkan pengaruh positif dari investasi asing di negara berkembang
masih terbatas. Sebagai contoh, Aitken dan Harrison (1999) menunjukkan bahwa joint
venture yang dilakukan di Venezuela memiliki pengaruh negatif pada produktifitas
perusahaan domestik di sektor industri yang sama. Pengaruh agregat yang beragam
ditemukan di China oleh Lin et al. (2009) bahwa efek horizontal dari perusahaan asing
bergantung pada negara asal investasi tersebut.
Penelitian-penelitian terbaru memperlihatkan bahwa efek positif kehadiran
perusahaan asing lebih mungkin terjadi antara perusahaan-perusahaan yang berhubungan
secara vertikal, daripada yang berada pada industri yang sama. Hal ini disebabkan perusahaan
multinasional lebih berkepentingan untuk melindungi pengetahuan dan teknologi mereka dari
pesaing di negara tuan rumah, tetapi ingin membaginya pada penyedia lokal agar mendapat
bahan baku yang lebih berkualitas dengan harga yang lebih murah. Efek tersebut juga terjadi
pada industri finansial berbagai negara.
Selain Indonesia, Meksiko juga pernah mengalami krisis mata uang dan perbankan
pada tahun 1994 yang mengganggu pertumbuhan ekonomi negara Meksiko. Meskipun
memiliki kondisi makroekonomi yang baik, aksi pemerintah untuk menjual obligasi jangka
pendek membawa risiko mata uang yang besar. Seiring dengan menurunnya situasi politik
dalam negeri, modal asing mulai keluar dari Meksiko. Setelah krisis berakhir, perbankan di
Meksiko bangkrut, dan pemerintah harus membuka diri terhadap investasi asing untuk
membantu pemulihan perekonomian.
Kepemilikan asing pada industri perbankan di Meksiko makin meningkat, dan
berbagai penelitian membuktikan bahwa bank domestik mengalokasikan mayoritas kredit
terhadap proyek komersial, sementara bank asing berfokus kepada kredit konsumsi dan
kepemilikan rumah. Kepemilikan asing menjadi faktor signifikan terhadap penurunan biaya
26. 9
Universitas Indonesia
operasi dan administrasi pada industri perbankan Meksiko, di tengah tingginya biaya tersebut
pada bank-bank umumnnya.
Beberapa orang berpendapat bahwa bank asing berpengaruh positif terhadap industri
perbankan suatu negara. Bank asing bergantung pada aliran modal luar negeri, sehingga tak
mudah terpengaruh krisis domestik (Del Negro & Kay, 2002). Selain itu, bank asing
mendapatkan supervisi dari negara asal, yang dinilai dapat membantu meningkatkan operasi
perbankan di negara berkembang (Peek & Rosengreen, 2000).
Del Negro dan Kay (2002) berpendapat bahwa negara tidak dapat mengharapkan
perusahaan induk dari bank asing untuk menyelamatkan operasinya di negara tuan rumah jika
terjadi krisis. Pengawasan perbankan di negara berkembang akan lebih mudah jika bank
asing diawasi secara bersama-sama oleh negara asal dan negara tuan rumah. Del Negro dan
Kay (2002) juga menekankan peningkatan jasa perbankan di negara tuan rumah dengan
adanya sistem manajemen dan teknologi yang dibawa oleh bank asing. Bank asing yang
melakukan ekspansi dinilai paling efisien dan dapat meningkatkan sektor perbankan negara
berkembang.
Goldberg et al. (2000) mengemukakan tiga argumen yang mendukung kehadiran bank
asing. Pertama, kehadiran bank asing dapat memfasilitasi masuknya arus modal. Hal ini dapat
mendukung liberalisasi modal karena terjadinya diversifikasi arus modal. Kedua, bank asing
telah memiliki sistem dan kemampuan manajerial yang maju. Balance sheet bank domestik
yang diakuisisi akan dibersihkan, dan dapat meningkatkan kompetisi di industri perbankan
negara berkembang. Ketiga, bank asing dapat membawa kemampuan pengawasan dari negara
asal. Maka, sistem pengawasan perbankan negara berkembang dapat meningkat.
Hal yang perlu dicatat adalah bahwa tidak semua bank asing berperilaku sama.
Terdapat faktor bahasa dan budaya yang mempengaruhi operasi bank di beberapa daerah.
Sebagai contoh, ketika krisis Asia tahun 1997 terjadi, bank-bank asal Spanyol keluar dari
Asia dan mengalihkan fokus kepada pasar Meksiko dan Kolombia, dimana mereka dapat
beradaptasi dengan lebih cepat (IMF, 2000).
Di sisi lain, muncul argumen yang memandang bank asing dengan skeptis. Goldberg,
Dages, & Kinney (2000) berpendapat bahwa bank asing dapat mengganggu stabilitas dengan
membantu capital flight. Pada krisis 2007, bank asing terkena pengaruh krisis di negara asal
dan membatasi kredit yang tersedia di Meksiko. Bank asing juga dinilai dapat memilih-milih
klien. Pengaruhnya adalah bank domestik mendapatkan klien yang lebih berisiko dan dapat
meningkatkan non-performing loans mereka. Bank asing lebih berkepentingan pada
kebijakan negara asal, sehingga kurang berpartisipasi dalam agenda perekonomian negara
27. 10
Universitas Indonesia
tuan rumah. Bank asing mungkin akan menaati permintaan negara asal dan mengabaikan
negara tuan rumah. Jika bank asing menguasai sistem perbankan, pemerintah akan memiliki
sedikit instrumen untuk menjalankan kebijakannya.
Peek dan Rosengreen (2000) menambah kritik terhadap penetrasi bank asing. Ada
risiko yang cukup besar jika terjadi kejutan di negara asal yang dapat berpengaruh pada
negara tuan rumah. Sebagai contoh adalah bank-bank asal Jepang yang membatasi operasi di
luar negeri ketika perekonomian Jepang stagnan. Otoritas negara tuan rumah memiliki
kontrol yang kurang jika bank asing menerima perintah dari negara asal untuk mengurangi
kredit di negara tuan rumah.
Del Negro dan Kay (2002) menambahkan bahwa internasionalisasi portfolio bank
dapat menjadi pedang bermata dua. Negara tuan rumah dapat mengurangi risiko domestik,
tetapi lebih mudah terpengaruh apabila bank asing mengalami kerugian secara internasional.
Bank asing dapat menjadi agen pembawa pengaruh dari krisis finansial.
Hasil penelitian lain pada penetrasi bank asing pada negara berkembang
menghasilkan kesimpulan yang bervariasi. Schulz (2006), yang mempelajari pengaruh bank
asing di Meksiko antara 1997 sampai 2004. Hasil temuannya adalah bank asing sangat vital
perannya dalam mengalirkan modal pada industri perbankan setelah krisis tahun 1994. Tanpa
modal ini, perbankan di Meksiko akan bangkrut. Tetapi, transfer kemampuan, teknologi dan
manajerial tidak ditemukan pada penelitian ini. Haber dan Musacchio (2005) mempelajari
periode yang sama dengan Schulz tetapi hanya berfokus pada pinjaman bank. Ditemukan
bahwa ada keengganan pada bank asing untuk meminjamkan di Meksiko karena adanya
penegakan hukum yang lemah. Oleh karena itu, bank asing lebih memilih untuk
meminjamkan pada pemerintah. Secara umum, bank asing meminjamkan pada bunga yang
lebih rendah, tetapi lebih menguntungkan daripada bank domestik karena biaya administrasi
yang lebih besar.
Martinez Peira dan Mody (2004) meneliti balance sheet dan income statement bank-
bank di Amerika Selatan antara 1995 sampai 2001. Mereka menemukan bahwa bank asing
memiliki interest margin lebih rendah daripada bank-bank lain dan memiliki biaya operasi
lebih rendah. Tetapi, ketika konsentrasi perbankan sangat tinggi, hasil sebaliknya ditemukan.
Net interest margin meningkat dan biaya operasi makin tinggi. Saat bank asing membuat
institusi baru, terjadi kompetisi yang tinggi, tetapi ketika mereka mengakuisisi bank lokal,
konsentrasi meningkat.
Detragiachie, Tressel, dan Gupta (2008) meneliti data 85 negara berkembang pada
1995 sampai 2003. Mereka menemukan bahwa bank asing paling banyak meminjamkan pada
28. 11
Universitas Indonesia
perusahaan besar dan pemerintah. Hal ini disebabkan kurangnya informasi dan transparansi
pada usaha kecil dan menengah. Claessens dan van Horen (2014) menemukan pada
penelitian di 137 negara tahun 1995 sampai 2009, bahwa bank asing memiliki modal lebih
banyak dan likuiditas yang lebih baik, tetapi memiliki profitabilitas yang lebih rendah
dibanding bank domestik. Di negara berkembang, sesuai penelitian lainnya, bank asing
mengurangi kredit domestik.
2.2 Perbankan di Indonesia
Krisis finansial 1997/1998 membawa konsekuensi yang cukup parah terhadap fungsi
intermediasi bank-bank di Indonesia. Segera setelah krisis, sistem perbankan di Indonesia
menghadapi fenomena dimana bank-bank menjadi semakin ragu-ragu untuk memberi
pinjaman baru. Hal ini ditunjukkan dari menurunnya rasio pinjaman terhadap deposit. Bank-
bank lalu menaikkan bunga pinjaman untuk menutupi biaya intermediasi. Fenomena ini
dipercaya menjadi salah satu faktor utama lambatnya pemulihan perekonomian Indonesia
dibandingkan dengan negara Asia lain yang mengalami krisis seperti Korea Selatan dan
Thailand. (Agung et al., 2001). Berbagai kebijakan dikeluarkan regulator perbankan di
Indonesia untuk mendorong reformasi institusional dan pemulihan ekonomi, interest margin
menjadi salah satu masalah serius di Indonesia. Kebijakan yang diterapkan berfokus pada
memunculkan kompetisi yang sehat, meningkatkan disiplin pasar, meningkatkan good
governance yang diharapkan dapat menurunkan interest margin dan meningkatkan efisiensi.
Selain itu, transparansi juga menjadi fokus regulator, terutama dalam hal produk perbankan,
termasuk keuntungan, biaya, dan risiko nya.
Seperti di negara berkembang lainnya, keberadaan usaha kecil dan menengah (UKM)
adalah isu penting di Indonesia, karena kontribusi besar mereka terhadap ekonomi dalam
bentuk penyerapan tenaga kerja dan output. Oleh karena itu, sektor ini mendapat prioritas
tinggi oleh pemerintah, termasuk dalam pemulihan dari krisis keuangan 1997/1998 (Hill,
2001; Hayashi, 2002). Usaha kecil dan menengah (UKM) menghadapi masalah utama yaitu
akses terhadap pasar modal, dan ketertinggalan dalam bidang teknologi (Najib et al., 2011).
Bank Indonesia mendorong aksesibilitas keuangan UKM dalam bentuk regulasi (PBI No:
3/2/PBI/2011) yang mendorong bank-bank untuk memasukkan kredit skala kecil ke dalam
portfolio mereka. Peningkatan akses terhadap kredit dan permodalan juga dimasukkan
kedalam Arsitektur Perbankan Indonesia (PBI).
Perbankan milik negara di Indonesia memiliki keunikan dalam hal kepemilikan dan
kontrol. Bank pembangunan daerah dimiliki oleh pemerintah daerah baik provinsi maupun
kabupaten/kota, sementara bank BUMN lainnya dimiliki oleh pemerintah pusat. Implikasi
29. 12
Universitas Indonesia
dari kepemilikan pemerintah bisa jadi bank-bank tersebut memiliki bunga deposit yang lebih
rendah atau inefisiensi mereka membuat mereka menaikkan biaya overhead. Maka, interest
margin di bank milik negara dapat lebih tinggi dibanding bank lain. Kepemilikan asing juga
dapat mempengaruhi operasi suatu bank.
2.3 5pill-over Effect
Spill-over produktifitas perusahaan akan menjadi keuntungan negara yang dimasuki
investasi asing, selama tekanan persaingan perusahaan multinasional (MNC) dapat terkontrol
(Cave, 1974). Spill-over dapat meningkatkan produktifitas perusahaan domestik maupun
merusahaan asing sendiri (Girma et al, 2001). Peningkatan produktifitas dan efisiensi secara
keseluruhan dapat menyebabkan bank domestik memiliki profitabilitas yang lebih tinggi dan
biaya overhead yang lebih rendah.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi struktur dan pola kompetisi pada pasar
yang dimasuki bank asing. Pertama, atribut perusahaan FDI yang terkait dengan basis
pengetahuan. Kedua, aset spesifik perusahaan dan melalui perilaku pasar mereka (Lall, 1980
dan Blomstrom, 1986). Perubahan pola kompetisi dapat menyebabkan keseimbangan pasar
terganggu dan memaksa perusahaan domestik untuk mengambil tindakan untuk melindungi
pangsa pasar dan keuntungannya (Blomstrom et al., 2000). Peningkatan efisiensi yang
disebabkan kehadiran bank asing dapat mengurangi ekses monopoli bank domestik melalui
perubahan dalam struktur kompetitif industri perbankan (Goldberg, 2004). Dengan
meningkatkan persaingan, bank asing dapat meningkatkan efisiensi dengan mengurangi
keuntungan dan biaya overhead bank domestik. Peningkatan persaingan, pada umumnya
dianggap sebagai faktor penyebab penurunan profitabilitas, pendapatan non-bunga yang lebih
rendah, dan biaya keseluruhan bank domestik (Berger dan Hannan, 1989; Claessens et al,
2001).
Efek kehadiran bank asing dapat terbagi menjadi dua sisi. Sisi efek spill-over yang
meningkatkan profitabilitas dan mengurangi biaya overhead bank domestik, atau sisi efek
kompetisi yang mengurangi profitabilitas dan biaya overhead bank domestik. Pengaruh
keseluruhan masih ambigu, dan bergantung sisi efek yang mendominasi.
2.4 Teori Kompetisi
Kompetisi seringkali didefinisikan sebagai proses saling mengatasi dan berjuang
antara individu atau kelompok untuk memperebutkan sesuatu (Chaplin, 1999). Terdapat
perbedaan dengan market power, meski keduanya sering dikaitkan. Market power adalah
kekuatan perusahaan untuk mengatur harga secara individual, sementara persaingan adalah
interaksi antar anggota (de Rozas, 2007).
30. 13
Universitas Indonesia
Terdapat beberapa cara bagi bank untuk mendefinisikan kompetisi bank, seperti
menggunakan market power atau market share nya, maupun diukur dengan pola interaksi
bank di industri perbankan. (Weill, 2013).
2.5 Net interest margin
Sebagai institusi perantara keuangan, perbankan mengumpulkan dana dengan
menanggung beban bunga, dan menyalurkannya kepada pihak lain dengan membebankan
bunga. Net interest margin rata-rata merupakan ukuran yang biasa dipakai dalam perbankan
untuk menunjukkan perbedaan antara pendapatan bunga dengan beban bunga yang harus
ditanggung dibagi dengan total aset interest-earning. Meskipun interest margin yang tinggi
sering diasosiasikan dengan inefisiensi (Drakos, 2003; Beck dan Hesse, 2009; Lopez-
Espinosa et al., 2011), beberapa penelitian menggunakannya sebagai pengukuran
profitabilitas (e.g. Chen dan Liao, 2011). Faktor yang mempengaruhi interest margin bank
telah diteliti sebelumnya, di antaranya adalah yang dilakukan Ho dan Saunders (1981) yang
menyimpulkan empat faktor yang mempengaruhi interest margin, yaitu tingkat
kecenderungan pengambilan risiko manajemen, ukuran transaksi, struktur pasar, dan varians
suku bunga pasar.
Dari sisi risiko, Beck dan Hesse (2009) berpendapat bahwa risiko yang semakin tinggi
berkontribusi positif pada interest margin. Selain itu, komposisi portfolio pinjaman sektoral
juga mempengaruhi variasi margin, seperti yang ditemukan Beck dan Hesse (2009) di
Uganda. Pada penelitian yang telah dilakukan, dua jenis pinjaman bank dianggap
berkontribusi signifikan terhadap interest margin. Pertama, di Indonesia, seperti pada negara
berkembang lainnya, pinjaman bank pada usaha kecil dan menengah sangat penting terutama
pada bank domestik. Pinjaman pada usaha kecil dan menengah dikenakan risk premium yang
lebih tinggi karena lebih berisiko daripada perusahaan besar, tidak transparan dan umumnya
tak memiliki sistem akuntansi yang memenuhi standar (Behr et al., 2011). Yang kedua,
adalah pinjaman kepemilikan rumah. Sebagai pasar yang besar, Indonesia sedang mengalami
pertumbuhan yang dipicu konsumsi. Salah satu pemicu pertumbuhan terbesar adalah
permintaan perumahan (Hock-Smit, 2005), yang meningkatkan permintaan pinjaman
perumahan. Pinjaman perumahan dianggap kurang berisiko bagi bank karena adanya
sertifikat rumah sebagai jaminan yang nilainya terus meningkat. Selain itu, kebijakan
pemerintah Indonesia untuk meningkatkan akses kepemilikan rumah bagi rakyat miskin juga
berkontribusi terhadap penurunan suku bunga.
Struktur pasar juga merupakan faktor yang terbukti penting dalam menentukan net
interest margin suatu bank, seperti yang dibuktikan pada beberapa penelitian sebelumnya.
31. 14
Universitas Indonesia
Maudos dan de Guevara (2004) menemukan pengaruh positif kekuatan pasar yang
diperkirakan dengan Lerner index terhadap interest margins perbankan di Uni Eropa. Claeys
dan Vennet (2008) menemukan bahwa interest margin uang lebih tinggi dapat diasosiasikan
dengan konsentrasi bank lebih tinggi di Eropa Tengah dan Timur. Menggunakan data di
Meksiko, Maudos dan Solis (2009) menemukan bahwa bank dengan kekuatan pasar lebih
tinggi, dikukur dengan Lerner index, memiliki interest margin yang lebih tinggi.
Ada juga beberapa faktor lain seperti efisiensi proses produksi, ukuran bank,
kecenderungan pengambilan risiko, risiko kredit, dan risiko likuiditas yang mempengaruhi
interest margin. Operating costs juga dianggap dapat mempengaruhi interest margin seperti
pada studi yang dilakukan Maudos dan de Guevara (2004); Beck dan Hesse (2009) ; Maudos
dan Solis (2009); Fungacova dan Poghosyan (2011). Maudos dan de Guevara (2004) juga
memasukkan operating cost ke dalam model untuk mengetahui seberapa efisien bank dalam
proses produksi mereka. Semakin tinggi rasio operating cost terhadap total aset, semakin
tinggi interest margin.
Interest margin juga berbeda pada berbagai jenis kepemilikan bank. Tipe kepemilikan
yang pada umumnya berpengaruh adalah bank yang dimiliki negara dan yang dimiliki asing.
Berdasarkan teori sosial dan ekonomi pembangunan, bank milik negara sering inefisien
karena mereka memainkan peran sebagai agen pembangunan. Mereka beberapa kali
ditugaskan untuk membiayai proyek pemerintah yang tak menguntungkan. Bank milik negara
juga terkadang harus menanggung labor surplus untuk membantu pemerintah mengurangi
pengangguran. Dan yang terakhir, bank milik negara dipandang lebih aman, karena jika
mengalami masalah keuangan, nasabah percaya pemerintah akan menyelamatkan mereka.
Sehingga suku bunga deposit akan turun, dan menaikkan spread dari bank milik negara.
Sementara itu, interest margin pada bank asing juga berbeda dibanding bank lainnya. Bank
asing dipandang memiliki pengaruh positif secara ekonomi kepada negara asal, dalam hal
alokasi sumber daya dan efisiensi yang lebih tinggi. (Claessens et al. 2001). Informasi dan
tekonologi yang lebih baik dapat mendorong bank asing memiliki performa lebih baik
daripada bank domestik.
Beberapa penelitian telah mengungkap peran kepemilikan dalam penentuan interest
margin. Tidak seperti dugaan, Drakos (2003), yang menggunakan data bank di Eropa Tengah
dan Timur (CEECs) dan negara bekas Uni Soviet (FSU), menemukan bahwa bank milik
negara memiliki margin yang lebih rendah. Martinez-Peria dan Mody (2004) menunjukkan
bahwa bank asing di lima negara Amerika Latin memiliki interest margin lebih rendah
daripada bank domestik. Poghosyan (2010), menemukan bahwa partisipasi bank asing tidak
32. 15
Universitas Indonesia
mempengaruhi interest margin di negara Eropa Tengah dan Timur. Fungacova dan
Poghosyan (2011) menemukan bahwa di Rusia, pengaruh terhadap interest margin berbeda
pada bank milik negara, bank swasta domestik, dan bank asing.
Net interest margin rata-rata perbankan di Indonesia relatif lebih tinggi daripada yang
ditemukan di negara lain, khususnya di Asia Timur. Demirguc-Kunt dan Huizinga (1998)
menunjukkan bahwa rata-rata margin perbankan Indonesia pada periode 1988-1995 adalah
3.6%, lebih tinggi dari pada negara tetangga seperti Singapura (2.2%) dan Malaysia (2.7%).
Sedangkan setelah krisis finansial, pada tahun 1997-2005, tercatat sebesar 6.36%, yang
paling tinggi dibandingkan dengan sampel negara Asia lainnya. Mereka juga menunjukkan
bahwa interest margin perbankan Indonesia jauh lebih tinggi setelah krisis 1997/1998
dibanding sebelumnya.
2.6 Accounting Profits
Dalam beberapa dekade terakhir, negara-negara telah memperluas aktivitas keuangan
internasional mereka dan membuka pintu bagi bank-bank asing, yang menyebabkan
peningkatan dalam liberalisasi dan integrasi industri perbankan serta mempercepat
pertumbuhan industri perbankan dunia. Proses globalisasi ini berujung pada peningkatan
institusional dan peraturan yang menguntungkan bagi bank lokal dan asing. Pada tingkatan
lokal, globalisasi telah meningkatkan kompetisi dari pasar perbankan dengan cara
mengurangi biaya administrasi, mengurangi net interest margin, dan menurunkan rate of
return dari bank. Pada tingkat internasional, globalisasi telah memberi kesempatan bagi bank
asing – terutama dari negara dengan sistem keuangan yang maju – untuk melakukan ekspansi
ke negara-negara berkembang, dimana mereka beberapa kali menjadi lebih dominan daripada
bank domestik. Dietz et al. (2008) menemukan berdasarkan survei tahun 2006 pada industri
global, bahwa keuntungan dan pendapatan industri perbankan mencapai $788 milliar.
Keuntungan dari negara-negara maju tumbuh lebih cepat secara signifikan daripada negara-
negara berkembang.
Semua bank berusaha meningkatkan profitabilitas mereka, dan kemampuan
menghasilkan keuntungan melibatkan determinan internal dan eksternal. Determinan internal
menggambarkan keputusan manajerial yang dilakukan oleh masing-masing bank dan yang
berhubungan dengan tingkat likuiditas, kebijakan provisi, ukuran bank, kecukupan modal dan
manajemen biaya. Sementara determinan eksternal mencakup faktor makroekonomi yang
berada di luar kuasa bank, seperti lingkungan legal, kondisi ekonomi negara di mana institusi
keuangan beroperasi, perubahan pada pemerintahan, dan pengaruh globalisasi.
33. 16
Universitas Indonesia
Beberapa penelitian sebelumnya telah mencoba mengevaluasi bagaimana berbagai
faktor mempengaruhi profitabilitas bank (e.g., Molyneux dan Thorton, 1992; Ho dan
Saunders, 1998; Demirguc-Kunt dan Huizinga, 2000; Goddard et al., 2004). Jaffee (1989)
menemukan bahwa interest spread dipengaruhi oleh (i) konsentrasi pasar yang
mempengaruhi profitabilitas bank; (ii) batasan regulasi yang menghambat bank untuk
melakukan aktifitas menguntungkan tertentu dan meningkatnya biaya karena melakukan
aktivitas yang merugikan; (iii) risiko kredit yang lebih tinggi; dan (iv) eksposur terhadap
risiko suku bunga. Beberapa peneliti mengamati pengaruh dari PDB terhadap keuntungan
bank (Brock dan Suarez, 2000; Staikouras dan Wood, 2003; Williams, 2003; Claeys dan
Vennet, 2008), sementara peneliti lain mengamati pengaruh inflasi pada keuntungan bank
(Kosmidou et al., 2007; Pasiouras dan Kosmidou, 2007; Athanasoglou et al., 2008) dan
pengaruh yang ambigu dari pajak pendapatan perusahaan terhadap net interest margin
(Albertazzi dan Gambarcorta, 2010). Suku bunga dan struktur pasar perbankan juga diteliti
dalam lingkup profitabilitas bank (Saunders dan Schumacher, 2000; Maudos dan Fernandez
de Guevara, 2004); pendapatan non-bunga (Spathis et al., 2002); dan faktor khusus
perbankan seperti suku bunga, loans to assets, dan market share bank (Claeys dan Vennet,
2008).
Sampai saat ini, literatur perihal investigasi determinan performa bank asing berfokus
pada kasus bank asing yang beroperasi di Amerika Serikat, atau pada bank Amerika Serikat
yang beroperasi di luar Amerika Serikat. (Cho, 1985; Goldberg dan Johnson, 1990; Seth,
1992). Beberapa penelitian membahas bank asing beroperasi di negara lain, seperti yang
dilakukan Williams (1996, 1998a, 1998b, 2003) untuk Australia; Minh To dan Tripe (2002)
untuk Selandia Baru; Ursacki dan Vertinsky (1992) untuk Jepang dan Korea; dan Engwall et
al. (2001) untuk negara-negara Skandinavia.
Saat meneliti tentang profitabilitas, Williams (2003) berargumen bahwa hanya sedikit
overlap yang terjadi antara beberapa faktor yang disebutkan literatur mengenai bank
domestik dan faktor yang disebutkan pada literatur mengenai bank multinasional. Hal ini
disebabkan keterbatasan literatur yang tersedia mengenai keuntungan bank multinasional
dengan literatur mengenai keuntungan bank domestik. Determinan multinasional harus
dimasukkan di samping faktor negara tuan rumah untuk menjelaskan profitabilitas bank
asing, karena bank multinasional pada umunya mempengaruhi partisipasi bank asing pada
pasar negara tuan rumah. Oleh sebab itu, Williams (2003) mengusulkan penggunaan model
terintegrasi yang mencampurkan kedua jenis faktor tersebut dalam menjelaskan determinan
profitabilitas bank asing di Australia. Penelitian ini menemukan bahwa konsentrasi pada
34. 17
Universitas Indonesia
sistem perbankan Australia mengurangi keuntungan bank asing dan bank perdagangan,
karena berperan sebagai penghambat masuknya kompetitor batu. Ukuran juga terbukti
memiliki peran positif dalam menentukan keuntungan bank asing dan bank perdagangan.
Selain pada bank asal Jepang, keuntungan bank induk berhubungan positif dengan
keuntungan di Australia. Di samping itu, Buch dan Golder (2011) mengemukakan bahwa ada
integrasi yang tidak lengkap antara segmen pasar yang dikejar bank domestik dan bank
multinasional, dikarenakan first mover advantage dari bank yang terlebih dahulu beroperasi.
Bank asing yang beroperasi di pasar tuan rumah pada umumnya beroperasi melalui
dua proses. Yang pertama, melalui kepemilikan mereka oleh bank multinasional di luar
negeri. Yang kedua, melalui partisipasi mereka di sistem perbankan tuan rumah. Identifikasi
proses operasi domestik dan multinasional penting dalam meneliti keuntungan bank.
Untuk mengevaluasi performa bank dan mengidentifikasi hubungan positif antara
konsentrasi pasar dengan profitabilitas bank, peneliti pada umumnya menggunakan
pendekatan Structure-Conduct-Performance (Kosmidou et al., 2007; Pasiouras dan
Kosmidou, 2007). Ketika hubungan tersebut ditemukan, maka bank memiliki kesempatan
untuk meraih posisi monopoli seiring meningkatnya konsentrasi pasar. Garcia-Herrero et al.
(2009) secara lebih jauh mengemukakan bahwa bank-bank di China yang mendapat
permodalan secara lebih baik cenderung lebih menghasilkan keuntungan, mengindikasikan
bahwa sistem perbankan yang kurang terkonsentrasi dapat meningkatkan profitabilitas.
Maudos dan Solisa (2009) menemukan bahwa industri perbankan Meksiko dengan margin
yang tinggi dapat dijelaskan dengan biaya operasi rata-rata dan kekuatan pasar.
Menggunakan model terintegrasi, Williams (2003) meneliti masuknya investasi bank
asing pada negara Yunani, dan berfokus pada profitabilitas. Beberapa penelitian lain
menemukan bukti bahwa bank asing lebih tidak diuntungkan dibandingkan dengan bank
domestik di negara maju (De Young dan Nolle, 1996; Berger et al., 2000; Claessens et al.,
2001; Sathye, 2001; Kosmidou et al., 2004), tetapi tidak demikian dengan kondisi mereka di
negara berkembang (Claessens et al., 2001). Williams (2002) mengemukakan bahwa negara
berkembang tidak memiliki sistem perbankan yang canggih, maka pilihan untuk
mendapatkan pendanaan jarak jauh, seperti melalui perbankan korespondensi, tidak begitu
tersedia dibandingkan dengan di negara-negara maju.
Faktor multinasional yang mempengaruhi profitabilitas bank asing menurut Williams
(2002) mencakup ekspor dari negara tuan rumah ke negara asal bank asing tersebut.
Perbedaan antara pertumbuhan ekonomi negara tuan rumah dan negara asal. Davidson (1980)
serta Goldberg dan Saunders (1981) berargumen bahwa bank menawarkan jasa mereka di
35. 18
Universitas Indonesia
lokasi yang menyediakan kesempatan lebih besar dalam pertumbuhan, maka kesempatan
seperti ini lebih banyak tersedia pada negara yang berkembang dengan cepat. Adanya
hubungan antara keuntungan bank induk dengan performa bank subsidiari di negara tuan
rumah juga menjadi sorotan. Demikian juga dengan nilai akuntansi dari total aset bank induk
yang menggambarkan hubungan ukuran bank induk. Dan yang terakhir, pengalaman bank
asing di pasar tuan rumah.
Di samping faktor multinasional, terdapat determinan internal dan eksternal yang
dapat mempengaruhi profitabilitas bank asing yang beroperasi di suatu negara. Faktor
internal mencakup berbagai karakteristik spesifik bank seperti kualitas aset, likuiditas,
kekuatan modal, manajemen biaya, maupun ukuran aset. Faktor eksternal juga berperan
penting karena operasi bank tak terpisahkan dari perekonomian negara yang bersangkutan,
struktur pasar keuangan, dan lingkungan legal dan politis dimana mereka beroperasi, yang
secara lebih rinci dapat terbagi menjadi konsentrasi pasar, kapitalisasi pasar modal, dan
market share.
Caves (1967) berargumen bahwa struktur industri dapat mempengaruhi perilaku
perusahaan dan berpengaruh pada performa perusahaan. Ia menambahkan bahwa keuntungan
bank adalah fungsi dari struktur industri, dan bank di pasar dengan konsentrasi tinggi akan
cenderung meraih keuntungan lebih tinggi, karena kesempatan mereka untuk meraih rente
monopoli melalui kolusi (Gilbert, 1984, p. 618; Berger dan Hannan, 1998, p. 455). Elemen
kedua adalah pendekatan kekuatan pasar (Berger, 1995a). Hipotesis kekuatan pasar
berargumen bahwa perusahaan dengan kekuatan pasar yang menghasilkan produk
terdiversifikasi dapat memperoleh keuntungan supernormal karena hambatan bagi pendatang
baru.
Mungkin juga perusahaan mengeksploitasi kekuatan pasar dengan cara yang tidak
memaksimalkan keuntungan. Pendekatan ini dinamakan quiet life effect (Berger dan Hannan,
1998). Manajemen bank yang menggunakan pendekatan ini dapat memilih untuk mengambil
proyek berisiko rendah (Bourke, 1989), atau beroperasi pada tingkat efisiensi biaya yang
rendah. Delis dan Tsionas (2009) menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara efisiensi
dan kekuatan pasar yang sesuai dengan “quiet life hypothesis”.
Perhatian khusus memang telah diberikan terhadap perkembangan penelitian
mengenai efisiensi bank (Berger dan Humphrey, 1997; Berger dan Mester, 1997). Karya tulis
yang terbaru menemukan bahwa bank semakin mungkin melakukan eksploitasi kekuatan
pasar (karena hambatan bagi kompetitor baru/diferensiasi produk) dengan kombinasi
36. 19
Universitas Indonesia
kekuatan pasar dengan perilaku quiet life (Berger dan Hannan, 1997; Mendes dan Rebelo,
1999).
Selama beberapa dekade terakhir, banyak negara berkembang yang melakukan
liberalisasi pada kebijakan finansial mereka dan mulai menarik masuknya bank-bank asing
pada pasar perbankan domestik. Hal ini menyebabkan perubahan drastis pada struktur pasar
industri perbankan. Perspektif industri perbankan tradisional menyatakan bahwa saat bank
memasuki pasar baru, akan meningkatkan kompetisi di antara bank yang telah ada di pasar,
maka menguntungkan bagi peminjam, tetapi merugikan bagi kekuatan monopoli bank lokal.
Thorne (1993) menemukan bahwa masuknya bank asing secara keseluruhan ke pasar
domestik memiliki pengaruh positif terhadap pasar domestik karena pengaruh spillover dari
pengetahuan dan keahlian. Claeys dan Hainz (2006) melakukan analisis teoritis yang
menunjukkan bahwa kehadiran bank asing dapat menurunkan rata-rata suku bunga untuk
pinjaman baru pada suatu negara. Peria dan Mody (2004) menemukan bahwa masuknya bank
asing ke pasar Amerika Selatan mengurangi tingkat konsentrasi bank. Maudos dan Fernandez
de Guevara (2004) mendemonstrasikan pada periode 1993 sampai dengan 2000, sektor
perbankan di Eropa (termasuk di Jerman, Prancis, Britania Raya, Italia, dan Spanyol)
menggunakan Herfindahl Index dan Lerner Index, yang mengukur tingkat konsentrasi dan
kekuatan pasar, bahwa ada pengaruh positif konsentrasi pasar terhadap interest margin.
Mengenai identifikasi performa yang lebih baik di pasar antara bank asing dan bank
domestik, berbagai penelitian menghasilkan hasil yang bervariasi. Beberapa penelitian
menemukan perbedaan yang tidak signifikan antara bank domestik dan bank asing (Crystal et
al., 2001; Mian, 2003). Beberapa penelitian menbuktikan bahwa bank domestik memiliki
performa yang lebih baik (Sturm dan Williams, 2004) dan bank asing dalam posisi dirugikan
ketika dibandingkan dengan bank domestik di negara-negara maju (Peek et al., 1999; Berger
et al., 2000; Claessens et al., 2001; Sathye, 2001). Salah satu alasannya adalah bank asing
mungkin kekurangan pengetahuan mengenai pasar saat masuk menjadi pesaing baru
(DeYoung dan Daniel, 1996; Mahajan et al., 1996; Berger et al., 2000; Kosmidou et al.,
2004).
Di sisi lain, beberapa penelitian mengungkapkan bahwa bank asing lebih
menguntungkan dan lebih efisien daripada bank domestik di negara-negara berkembang
(Claessens et al., 2001; Demirguc-Kunt dan Huizinga, 2000; Bonin et al., 2005; Berger et al.,
2009b). Beberapa peneliti lain juga menemukan hasil yang berlawanan (Nikiel dan Opiela,
2002; Yildirim dan Philippatos, 2007). Salah satu alasan munculnya hasil yang berlawanan
adalah analisis empiris mengenai performa bank asing terkonsentrasi di Uni Eropa dan bank
37. 20
Universitas Indonesia
Amerika Serikat yang beroperasi di luar negeri. Alasan lain adalah bahwa mayoritas dari
penelitian membandingkan performa bank domestik dan bank asing pada satu negara
daripada menganalisis perbedaan antar negara pada struktur pasar perbankan dan
pengaruhnya pada profitabilitas. Sebagai contoh Williams (1996, 1998a,b, 2003) mempelajari
Australia, Minh To dan Tripe (2002) mempelajari Selandia Baru, Ursacki dan Vertinsky
(1992) berfokus pada Jepang dan Korea, Engwall et al. (2001) mempelajari negara
Skandinavia, dan Dietrich dan Wanzenried (2009) mempelajari Swiss.
Literatur empiris pada keuntungan bank memang berfokus pada negara-negara Eropa.
Brock dan Suarez (2000) melaporkan bahwa spread pada bank periode 1990-2000
dipengaruhi oleh likuiditas dan risiko modal pada level perbankan dan oleh volatilitas suku
bunga, inflasi, dan pertumbuhan PDB secara makroekonomi. Claessens et al. (2001)
menganalisis 7900 bank dari 80 negara pada periode 1988-1995 dan menemukan bahwa bank
asing menikmati keuntungan lebih banyak daripada bank domestik saat beroperasi di negara
berkembang.
Sementara, Kosmidou et al. (2007) menganalisis 19 cabang bank di Yunani yang
beroperasi di 11 negara selama periode 1995-2001. Hasilnya menunjukkan bahwa
profitabilitas bank induk dan pengalaman operasi dari negara tuan rumah memiliki pengaruh
positif dan signifikan pada bank asal Yunani yang beroperasi di luar negeri. Claeys dan
Vennet (2008) menginvestigasi determinan keuntungan bank dengan mengambil sampel
1130 bank dari 31 negara Eropa Timur dan Barat pada periode 1994-2001. Mereka
menemukan bahwa rasio permodalan dan konsentrasi pasar positif dan signifikan pada negara
Eropa Timur dan Barat. Claessens dan Horen (2009) mengamati performa bank asing di 51
negara antara 1999 dan 2006, menemukan bahwa bank asing dari negara berpenghasilan
tinggi cenderung memiliki performa yang lebih baik daripada bank domestik. Mereka juga
mengindikasikan bahwa bank asing dari negara berkembang cendering memiliki performa
lebih buruk daripada bank domestik.
Struktur perbankan dipandang oleh banyak peneliti sebagai faktor yang
mempengaruhi profitabilitas baik pada bank domestik maupun bank asing dan memiliki
peran yang vital dalam memahami competitive advantage internasional. Beberapa studi telah
dilakukan dalam menemukan determinan profitabilitas bank, tetapi pengaruh struktur pasar
perbankan pada profitabilitas di berbagai negara masih sedikit dilakukan, terutama dalam
konteks perbandingan antar negara. Bukti internasional mengenai perbedaan di antar negara
masih jarang.
38. 21
Universitas Indonesia
Saunders dan Schumacher (2000) memeriksa pengaruh struktur pasar terhadap
keuntungan bank dan menemukan bahwa selama periode 1988-1995 interest margin di enak
negara Eropa dan Amerika Serikat dipengaruhi oleh tingkat kapitalisasi bank, struktur pasar,
dan volatilitas suku bunga. Corvoisier dan Gropp (2002) menunjukkan bahwa konsentrasi
yang lebih tinggi dapat menyebabkan berkurangnya penetapan harga yang kompetitif dari
bank di Uni Eropa pada periode 1993-1999. Bikker dan Haaf (2002) menerapkan model P-R
H untuk mengukur kompetisi perbankan di 23 negara. Hasilnya sesuai dengan pandangan
konvensional bahwa konsentrasi mengurangi kompetisi perbankan. Maudos dan Fernandez
de Guevara (2004) menggunakan indeks Lerner meneliti tingkat kompetisi dan menemukan
bahwa konsentrasi secara signifikan dan positif mempengaruhi interest margin di perbankan
Eropa tahun 1993-2000.
Athanasoglou et al. (2008) menggunakan teknik GMM (Generalized Method of
Moments) pada bank-bank Yunani tahun 1985-2001 dan menemukan bahwa konsentrasi
secara negatif mempengaruhi profitabilitas bank, tetapi efek ini tidak begitu signifikan.
Berger et al. (2009b) menguji indikator kekuatan pasar untuk mengukur risiko pinjaman,
risiko bank, modal ekuitas bank, dan lingkungan bisnis. Hasilnya menunjukkan bahwa bank
dengan kekuatan pasar yang tinggi memiliki eksposur risiko yang rendah dan risiko portfolio
yang lebih tinggi. Secara keseluruhan, struktur pasar perbankan memiliki pengaruh yang
besar terhadap profitabilitas.
2.7 Non-lending Activities
Tren terkini di perekonomian dunia memunculkan kompetisi yang semakin intens. Di
dunia perbankan Indonesia, deregulasi finansial mendorong bank-bank komersial untuk
menambah variasi jasa keuangan yang ditawarkan pada klien mereka. Semakin beragam nya
jasa finansial yang ditawarkan dapat meningkatkan porsi non-interest income pada
keuntungan bank. Non-interest income muncul dari berbagai aktivitas di luar jasa tradisional
perbankan, seperti pengelolaan kas dan checking, dan juga jasa keuangan yang baru seperti
pengelolaan akun dan bank investasi. Bank Indonesia harus terus mengawasi pengaruh
berbagai diversifikasi pelayanan perbankan terhadap risiko perbankan. Hal ini sangat penting
karena risiko perbankan yang tinggi meningkatkan instabilitas sistem perbankan.
Diversifikasi pendapatan melalui aktivitas non-pinjaman atau non-tradisional sangat
krusial dalam menanggulangi penurunan pendapatan sejak krisis keuangan Asia 1997. Hal ini
didorong dukungan kebijakan Bank Indonesia untuk melakukan diversifikasi pendapatan dari
aktivitas non-tradisional. Saat ini, rasio pendapatan berbasis fee menjadi sangat penting
sebagai indikator profitabilitas bagi Bank Indonesia. Maka, pemeriksaan akan hubungan
39. 22
Universitas Indonesia
aktivitas non-tradisional dengan risiko bank diperlukan. Jika peningkatan diversifikasi produk
perbankan membantu mengurangi risiko perbankan, kebijakan tersebut dapat membantu
meningkatkan stabilitas dari sistem perbankan.
Banyak penelitian yang berfokus pada industri perbankan di Amerika Serikat,
meneliti hubungan diversifikasi produk dan risiko bank. Kwast (1989), Santomero dan Chung
(1992), Templeton dan Severiens (1992), Saunders dan Walter (1994), dan Gallo, Apilado,
dan Kolari (1996) menunjukkan potensi keuntungan dari diversifikasi pendapatan yang
didapat dari kombinasi aktivitas perbankan dan non-perbankan di Amerika Serikat.
Sementara itu, Boyd dan Graham (1986, 1988), Sinkey dan Nash (1993), Demsetz dan
Strahan (1997), Roland (1997), dan Kwan (1998) tidak mencapai kesimpulan atau mendapat
bukti parsial yang mendukung pernyataan bahwa diversifikasi produk dengan aktivitas non-
perbankan menyebabkan kenaikan risiko perbankan Amerika Serikat.
Beberapa penelitian lain, De Young dan Roland (2001), Stiroh (2004), serta Stiroh
dan Rumble (2006) menemukan potensi biaya yang harus ditanggung karena diversifikasi
produk dengan menunjukkan bahwa aktivitas non-interest berhubungan positif dengan
volatilitas pendapatan di Amerika Serikat, temuan ini ada hubungan nya dengan hubungan
positif antara pendapatan bunga dan pendapatan non-bunga. De Young dan Roland (2001)
menekankan bahwa diversifikasi produk mungkin tidak akan mengurangi risiko karena
pendapatan non-bunga relatif tidak stabil, adanya biaya tetap yang berhubungan dengan
aktivitas non-bunga, dan fluktuasi pendapatan yang tinggi dengan leverage yang tinggi,
berhubungan dengan kurangnya regulasi. Sementara itu di luar Amerika Serikat, penelitian
oleh Lepetit, Nys, Rous, dan Tarazi (2008) pada bank-bank di Eropa untuk periode 1996-
2002, menemukan bahwa ekspansi pendapatan ke aktivitas non-bunga meningkatkan risiko
perbankan, terutama lebih karena komisi dan aktivitas fee daripada karena aktivitas
perdagangan. Lepetit et al. (2008) melakukan penelitian pada inudstri perbankan di Eropa
pada data struktur pendapatan periode 2002-2008, mengenai hubungan aktivitas non-bunga
dengan risiko bank. Terbukti bahwa biaya tetap yang berhubungan dengan jasa keuangan
berbasis fee memungkinkan bank berukuran besar untuk lebih agresif pada jasa non-bunga
daripada bank kecil, ukuran bank mungkin dapat mempengaruhi perilaku bank terhadap
aktivitas non-bunga. Di Turki, Ser et al. (2016) berhipotesis bahwa penurunan pada
pendapatan bunga akan dikompensasi dengan peningkatan aktivitas non-pinjaman untuk
mencari sumber pendapatan baru.
Pada industri perbankan di Indonesia, pendekatan pengawasan risiko sangat menjadi
perhatian bagi pengambil keputusan yang menginginkan sistem perbankan yang stabil, dan
40. 23
Universitas Indonesia
telah ada beberapa penelitian mengenai pengawasan risiko. Sebagai contoh, Santoso (1998)
memeriksa faktor penentu permasalahan bank di Indonesia. Zulverdi, Gunadi, dan Pramono
(2007) mempelajari perilaku bank dalam seleksi portfolio dan pengaruhnya pada efektifitas
kebijakan moneter. Sayangnya, belum ada penelitian lebih lanjur mengenai pengaruh
diversifikasi produk perbankan terhadap risiko bank di negara berkembang termasuk di
Indonesia.
Hal ini menunjukkan bahwa ukuran bank adalah faktor krusial dalam menentukan
hubungan aktivitas non-bunga dengan risiko bank. Khususnya, semakin tinggi
kebergantungan pada aktivitas non-bunga menyebabkan risiko yang lebih rendah untuk bank
yang relatif kecil, tapi menyebabkan risiko bank yang lebih tinggi pada bank yang relatif
besar. Sesuai dengan hasil penelitian Kwan (1998), De Young dan Roland (2001), Stiroh
(2004), dan Lepetit et al. (2008) bahwa aktivitas non-perbankan meningkatkan risiko. Tetapi,
risiko bank pada bank kecil tidak sesuai dengan penelitian Lepetit et al. (2008), adanya
hubungan positif antara pendapatan non-bunga dengan risiko bank pada bank berukuran kecil
di industri perbankan Eropa.
2.8 Bank Risk
Risiko perbankan adalah salah satu hal yang menjadi perhatian utama bagi pengambil
keputusan karena sistem perbankan yang baik adalah persyaratan bagi sistem keuangan untuk
berfungsi secara keseluruhan dan stabilitas perekonomian secara umum. Pengambilan risiko
yang berlebihan dapat membawa krisis keuangan dan ambruknya sistem keuangan. Menurut
agency therory, pengambilan risiko banyak dipengaruhi oleh struktur kepemilikan. Pemilik
saham yang mempunyai kuasa terhadap pengambilan keputusan memiliki insentif untuk
mempengaruhi keputusan perusahaan untuk memaksimalkan keuntungan mereka dengan cara
meningkatkan pengambilan risiko (Shleifer dan Vishny, 1986) dan mereka dapat
mengkompensasi kerugian dengan cara diversifikasi portfolio.
Berbagai penelitian sebelumnya mencapai konsensus bahwa konsentrasi kepemilikan
adalah faktor utama di balik perbedaan pengambilan risiko pada bank, tetapi mereka gagal
bersepakat pada pengaruh yang terjadi karena konsentrasi kepemilikan. Sebagai contoh,
Saunders et al. (1990), Laeven dan Levine (2009) dan Haw et al. (2010) menunjukkan bahwa
konsentrasi kepemilikan berhubungan dengan risiko yang lebih tinggi. Tetapi, Burkart et al.
(1997) dan Ianotta et al. (2007) menunjukkan bahwa konsentrasi kepemilikan berhubungan
dengan risiko yang lebih rendah.
Teori menunjukkan bahwa terjadi konflik antara manajer dengan pemilik saham. Di
satu sisi, manajer enggan untuk mengambil keputusan berisiko karena mereka dapat
41. 24
Universitas Indonesia
kehilangan jabatannya (Jensen dan Meckling, 1976). Di sisi lain, pemilik saham lebih memiih
menaikkan risiko bank setelah mengumpulkan dana nasabah dan pemilik obligasi untuk
memaksimalkan keuntungan mereka (Galais dan Masulis, 1976). Konsentrasi kepemilikan
dianggap dapat memecahkan konflik tersebut karena pemilik mayoritas memiliki insentif
kuat untuk mengawasi manajer, bahkan menggantinya di saat performanya menurun (Franks
et al., 2001). Maka, pengambilan risiko berpotensi untuk lebih tinggi pada perusahaan dengan
konsentrasi kepemilikan tinggi daripada perusahaan dengan struktur kepemilikan yang
tersebar. Akan tetapi, ketika pemilik saham mayoritas tidak memiliki portfolio yang
terdiversifikasi, mereka tidak mempunyai insentif untuk meningkatkan risiko bank. Maka,
pemilik saham controlling tidak mempunyai motivasi, cara, dan efektifitas yang sama dalam
mengendalikan bank. Masih diperlukan banyak penelitian terkait hal ini.
Agency conflicts yang terjadi pada industri perbankan dianggap lebih kompleks
daripada pada perusahaan non-finansial, karena uniknya operasi perbankan (e.g. Ciancanelli
dan Reyes, 2001). Terbukti bahwa simpanan oleh nasabah dan kehadiran bank sentral sebagai
alternatif pinjaman terakhir membuat bank lebih memiliki insentif untuk mengambil risiko.
Posisi perbankan yang unuk sebagai perantara keuangan dan sistem pembayaran serta
kompleksitas industri perbankan mempersulit proses pengawasan terhadap keputusan
manajer dan membuat informasi semakin asimetris, sehingga berpengaruh pada
perekonomian secara keseluruhan. Keinginan regulator untuk membatasi risiko sistemik,
berlawanan dengan keinginan pemilik saham. Konflik tujuan ini menciptakan masalah agensi
yang baru.
Secara empiris, Saunders et al. (1990) adalah yang pertama untuk mengidentifikasi
pengaruh struktur kepemilikan bank terhadap pengambilan risiko di Amerika Serikat. Mereka
menunjukkan bahwa kepemilikan saham manajerial berpengaruh positif pada pengambilan
risiko, dan bank yang dikendalikan pemilik saham mengambil risiko lebih besar dari bank-
bank lain yang dikendalikan manajer.
Setelah Saunders et al. (1990), serangkaian penelitian dilakukan ditujukan untuk
menguji pengaruh konsentrasi kepemilikan pada pengambilan risiko. Sebagai contoh, Garcia-
Marco dan Robles-Fernandez (2008) menemukan bahwa konsentrasi kepemilikan pada bank-
bank Spanyol berhubungan negatif dengan tingkat pengambilan risiko. Tetapi, Haw et al.
(2010) mempelajari bank-bank komersial terbuka di Asia Timur dan Eropa Barat,
menemukan bukti yang mengindikasikan bahwa bank dengan kepemilikan terkonsentrasi
menunjukkan risiko yang lebih tinggi, yang diukur dengan volatilitas pendapatan dan risiko
insolvensi.
42. 25
Universitas Indonesia
Hasil penelitian yang bervariasi mengenai hubungan ini melibatkan identitas
pemegang saham. Sikap terhadap risiko bergantung dari portfolio pemegang saham dan
tujuan mereka. Pengambilan risiko akan lebih tinggi ketika pemilik saham memiliki
kesempatan untuk melakukan diversifikasi portflolio, dan sebaliknya.
Beberapa penelitian juga menyoroti beberapa jenis dari pemilik saham bank. Sebagai
contoh, Barry at al. (2011) menngemukakan bahwa kepemilikan modal yang lebih tinggi
oleh individu/keluarga atau institusi perbankan berhubungan dengan penurunan pada
pengambilan risiko di bank-bank Eropa tetapi investor non-institutional dan perusahaan non-
finansial merupakan pengambil keputusan yang lebih berani terhadap risiko.
Penelitian lain berfokus pada kepemilikan manajerial, seperti Chun et al. (2011) yang
menemukan bahwa kepemilikan manajerial saja tidak memberi pengaruh tingkat risiko dari
bank-bank di Korea tetapi meningkatkan risiko pada bank-bank di Jepang.
Kepemilikan oleh negara juga telah di banyak perekonomian, seperti Argentina
(Berger et al. 2005), Eropa (Ianotta et al. 2007) dan Asia (Cornett et al. 2010). Penelitian-
penelitian ini menyimpulkan bahwa bank milik negara mengambil lebih banyak risiko
daripada bank swasta.
Sementara Laeven (1999) memeriksa beberapa bank di Asia sebelum krisis keuangan
Asia pada 1997. Dia menemukan bahwa bank milik keluarga dan bank milik perusahaan
lebih berisiko, dan bank milik pihak asing relatif mengambil risiko lebih kecil dibanding bank
lain.
Di wilayah Afrika dan Timur Tengah, belum begitu banyak penelitan terkait hal ini.
Bouaziz dan Bouri (2012) berfokus pada bank-bank di Tunisia. Mereka menemukan bahwa
konsentrasi kepemilikan meningkatkan risiko kredit. Tetapi, kepemilikan negara dan
kepemilikan asing menurunkan risiko kredit. Sebagai tambahan, kepemilikan negara dan
kepemilikan institusional berhubungan positif dengan risiko likuiditas.
El-Tamimi dan Jellali (2013) menyoroti bahwa konsentrasi kepemilikan bank
konvensional di Uni Emirat Arab berhubungan negatif dengan pengambilan risiko bank.
Kepemilikan swasta di bank nasional Uni Emirat Arab berhubungan negatif dengan
pengambilan risiko bank, sementara kepemilikan pemerintah berhubungan positif dengan
pengambilan risiko bank.
Secara teoritis, kepemilikan bank oleh pemerintah dapat dilihat dari dua sisi pandang.
Yang pertama, kepemilikan pemerintah diharapkan dapat menjaga stabilitas bank dan
menekankan good governance. Di negara berkembang, kepemilikan pemerintah terhadap
bank diperlukan untuk memperbaiki pertumbuhan finansial dan ekonomi kemudian pada
43. 26
Universitas Indonesia
akhirnya membantu pertumbuhan. Melalui partisipasinya pada perbankan, pemerintah dapat
mencapai tujuan sosial dan politik. Seringkali, bank milik pemerintah dimanfaatkan untuk
membiayai proyek yang menciptakan lapangan pekerjaan, terutama saat proyek tersebut tidak
bisa mendapatkan pendanaan swasta (La Porta et al., 2002).
Yang kedua, kepemilikan pemeritah terhadap bank dapat dipandang sebagai sumber
inefisiensi karena birokrasi pemerintahan dan kurangnya pengawasan terhadap pasar modal.
Manajer di bank milik negara tidak mendapatkan pengawasan dan pengendalian sekuat yang
dialami manajer bank milik swasta. Akibatnya, mereka mengeluarkan usaha yang lebih
sedikit daripada manajer pada bank swasta, atau menggunakan sumber daya yang dimiliki
bank untuk keuntungan pribadi (Lang dan So, 2002). Tujuan politik juga dapat merubah
fungsi bank milik pemerintah karena dapat digunakan oleh pemerintah untuk membiayai
proyek yang inefisien untuk alasan politis (untuk memenangkan pemilihan umum) atau pada
beberapa kasus untuk penyalahgunaan kekuasaan (Shleifer dan Vishny, 1986). Oleh karena
itu, Bonin et al. (2005) berargumen bahwa bank milik pemerintah tidak efisien dan dianggap
sebagai beban bagi sektor perbankan.
Kepemilikan pemerintah memunculkan perilaku yang lebih agresif dalam hal
pengambilan risiko dalam banyak cara. Pertama, bank milik pemerintah menikmati
perlindungan pemerintah. Bankir mungkin mengambil risiko lebih banyak meskipun dapat
mengakibatkan kerugian dan beban berlebihan, yang pada akhirnya akan ditanggung oleh
pemerintah (Demirguc-Kunt dan Detragiache, 2002). Di samping itu, pemerintah juga dapat
melindungi bank milik negara melalui dukungan finansial dan legal secara implisit atau
eksplisit (Faccio et al. 2006). Yang kedua, kebijakan pinjaman bank milik negara terkadang
lebih mementingkan tujuan sosial daripada tujuan finansial. Sebagai contoh, mereka
membiayai proyek yang tak menguntungkan karena proyek tersebut memiliki tujuan sosial
seperti yang dilakukan perusahaan milik pemerintah lainnya (Dong et al., 2014). Yang ketiga,
bank milik pemerintah pada umumnya dikendalikan oleh para politisi, yang sering didorong
oleh tujuan pribadi daripada tujuan bersama. Mereka dapat menggunakan sumber daya untuk
pendukung mereka (Shleifer dan Vishny, 1986; Iannota et al., 2013). Dua argumen terakhir
menunjukkan bahwa bank milik pemerintah dapat dijadikan alat untuk mengumpulkan modal
untuk membiayai proyek dengan keuntungan sosial dan politis, tetapi mungkin dengan risiko
yang tinggi dan keuntungan finansial yang rendah. Yang keempat, batasan anggaran yang
longgar, karena perlindungan pemerintah, dapat membuat tingkat pengambilan keputusan
yang tinggi dan misalokasi sumber daya (Sheshinski dan Lopez-Calva, 2003).
44. 27
Universitas Indonesia
Secara empiris, ditemukan di berbagai penelitian sebelumnya, kepemilikan
pemerintah terhadap bank diasosiasikan dengan pengambilan risiko yang lebih tinggi.
Sebagai contoh, Angkinand dan Wihlborg (2010) memeriksa sampel sistem perbankan 32
negara dari 1997 sampai 2003. Mereka menemukan bukti yang mengingikasikan kepemilikan
pemerintah dalam jumlah besar pada sistem perbankan berhubungan dengan pengambilan
risiko yang lebih tinggi seperti diukur dengan non-performing loans, sementara kepemilikan
asing tidak berhubungan dengan risiko, tetapi pengambilan risiko yang lebih tinggi jika
diukur dengan Z-score. Sementara, di Argentina, bank milik pemerintah mengalami non-
performing loans yang lebih tinggi menurut data tahun 1990-an, Berger et al. (2005). Ianotta
et al. (2007) mengamati 181 bank besar di 15 negara Eropa. Mereka menemukan bahwa ban
sektor publik memiliki ciri-ciri rendahnya kualitas pinjaman dan lebih tingginya risiko
insolvensi dibanding jenis bank lain.
Cornett et al. (2007) mengamati bank-bank di 16 negara Asia melalui data periode
1989-2004 dan menemukan bahwa bank milik pemerintah memiliki risiko kredit yang lebih
tinggi dibandingkan dengan bank milik swasta sebelum tahun 2001. Indikasi ini mulai pudar
4 tahun setelah mulainya krisis finansial Asia baik untuk bank swasta maupun bank milik
pemerintah. Tetapi, bank milik pemerintah mulai mengejar bank milik swasta pada periode
paska-krisis tahun 2001-2004.
Ianotta et al. (2013) menggunakan sampel 210 bank besar Eropa Barat untuk
memeriksa pengaruh kepemilikan pemerintah pada pengambilan risiko. Mereka menemukan
bahwa bank milik pemerintah memiliki risiko default yang lebih rendah tetapi risiko operasi
yang lebih tinggi daripada bank swasta, mengindikasikan kehadiran perlindungan pemerintah
memunculkan perilaku pengambilan risiko yang lebih tinggi. Sebagai tambahan, risiko
operasi dan perlindungan pemerintah cenderung meningkat menjelang periode pemilihan
umum. Hal ini sesuai dengan ide bahwa pemerintah menggunakan partisipasi perbankan
mereka untuk mencapai tujuan politis.
Kepemilikan asing terhadap pengambilan risiko bank juga menjadi perhatian para
peneliti, karena seringkali dianggap membawa keuntungan bagi perekonomian baik dari segi
mikroekonomi maupun makroekonomi. Dari segi karakteristik, bank milik pihak asing dapat
meningkatkan sumber daya manusia, kemampuan, dan dapat membawa diversifikasi produk
yang lebih luas karena penggunaan teknologi terbaru dan transfer pengetahuan, pada industri
perbankan negara berkembang. Maka dari itu, Levine (1996) berargumen bahwa partisipasi
asing memperkuat jasa keuangan dan dapat meningkatkan akses kepada pasar modal
internasional. Pada level negara, kehadiran pihak asing dapat memperkuat kompetisi di
45. 28
Universitas Indonesia
negara tuan rumah (Claessens dan O’Hara, 2013). Pemerintah juga mendapat tekanan untuk
mempercepat reformasi domestik dengan cara meningkatkan peraturan dan pengawasan, serta
meningkatkan transparansi (Levine, 1996). Secara empiris, peningkatan kehadiran pihak
asing di industri perbankan berhubungan dengan menurunnya biaya keseluruhan dari
intermediasi finansial (Claessens et al., 2001), performa ekonomi yang lebih baik dari
peminjam (Martinez Peria dan Mody, 2004) dan performa ekonomi yang baik di negara
berkembang (Sufian, 2009). Wu et al. (2010) berargumen bahwa partisipasi asing
meningkatkan pertumbuhan PDB karena peningkatan produktifitas dan efisiensi dari alokasi
modal dan tenaga kerja. Unite dan Sullivan (2003), berfokus pada pasar negara berkembang,
pada penelitiannya menginvestigasi pengaruh kehadiran bank asing terhadap operasi dan
struktur bank-bank di Filipina pada periode 1990-1998. Mereka menemukan bukti bahwa
kehadiran bank asing berhubungan dengan menurunnya interest rate spread dan keuntungan,
tetapi hanya untuk bank domestik yang berhubungan dengan bisnis keluarga. Mereka juga
menemukan bahwa kehadiran bank asing membawa penurunan pada beban operasi dan
meningkatan pada risiko bank.
Banyak penelitian yang berfokus pada topik ini dan temuan mereka inkonsisten.
Sebagai contoh, Laeven (1999) menemukan bahwa bank-bank milik pihak asing mengambil
risiko lebih banyak daripada bank milik pemerintah, milik perusahaan, dan milik keluarga di
Asia. Crystal et al. (2002) menemukan bahwa bank-bank milik pihak asing lebih berhati-hati
terhadap risiko dibanding bank domestik di negara berkembang. Mian (2003) menemukan
bahwa bank domestik swasta mempertahankan portfolio yang lebih berisiko daripada bank
milik asing, karena bank swasta memiliki lebih banyak aset seperti pinjaman daripada aset
likuid seperti kas dan obligasi pemerintah. Yeyati dan Micco (2007) menemukan bahwa bank
milik asing, seperti di Amerika Selatan, diasosiasikan dengan risiko yang lebih tinggi (diukur
dengan Z-score) daripada bank domestik.
Untuk industri perbankan di Indonesia, Rokhim dan Susanto (2011) menggunakan
sampel 115 bank komersial di Indonesia untuk menginvestigasi pengaruh peningkatan
kepemilikan asing terhadap performa, kompetisi, dan risiko jangka pendek dari industri
perbankan di Indonesia. Hasilnya adalah peningkatan kepemilikan asing mengurangi
profitabilitas, meningkatkan kompetisi dan risiko.
2.9 Penelitian-penelitian Terdahulu yang Terkait
Peneliti Keterangan Judul
Mulyaningsih, T.;
Daly, A.; Riyana, M.
Bank asing de novo lebih
kecil, lebih efisien secara
Foreign Participation and
Competition: Evidence from
46. 29
Universitas Indonesia
(2016) biaya Indonesian Banking
Suer, O.; Levent, H.;
Sen, S. (2016)
Kepemilikan asing
menurunkan keuntungan
Foreign Entry and the Turkish
Banking System in 2000s
Naaborg, I., & Lensink,
R. (2008)
Hubungan negatif antara
kepemilikan asing dengan
profit di Eropa Timur dan
Asia Tengah
Banking in transition
economies: Does foreign
ownership enhance
profitability?
Unite, A. A., &
Sullivan, M. J. (2003)
Kepemilikan bank asing
berhubungan dengan
penurunan NIM dan
keuntungan di Filipina.
The effect of foreign entry and
ownership structure on the
Philippine domestic banking
market.
Cho, K.R. (1990) Kepemilikan asing
berhubungan dengan
biaya dan margin lebih
tinggi pada bank lokal
Foreign Bank Presence and
Banking Market
Concentration: The Case of
Indonesia
Peria, M.S.M., Mody,
A (2004)
Bank asing mampu
memiliki spread yang
lebih rendah. Konsentrasi
bank berpengaruh positif
pada spread dan biaya
How foreign participation and
market concentration impact
bank spreads: evidence from
Latin America. Journal of
Money, Credit and Banking
Okuda, H., &
Rungsomboon, S.
(2007)
Peningkatan kehadiran
bank asing meningkatkan
biaya, menurunkan
keuntungan bank lokal
The effects of foreign bank
entry on the Thai banking
market: Empirical analysis
from 1990 to 2002.
Denizer, C. (2000) Bank asing menurunkan
biaya dan memperkuat
keuntungan
Foreign Entry in Turkey’s
Banking Sector.
Tabel 2.1 Penelitian Terkait Sebelumnya
47. 30
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang dilakukan melalui teknik
regresi panel. Hal ini dilakukan dengan cara meregresikan variabel independen dengan
variabel dependen yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel tersebut
dan melihat tingkat signifikansinya. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat pengaruh
kehadiran bank asing terhadap profitabilitas, perilaku bank dalam melakukan aktivitas non-
pinjaman, dan risiko perbankan di Indonesia. Beberapa variabel-variabel perbankan yang ada
di literatur digunakan, yaitu interest rate spreads, rasio dari earnings before taxes dengan
total assets (profit akuntansi), rasio dari non-interest income terhadap total assets, dan rasio
non-performing loans terhadap total loans.
3.2 Periode Penelitian
Data-data perbankan yang digunakan berasal dari periode 1 Januari 2009 sampai
dengan 31 Desember 2014. Alasan periode penelitian tersebut adalah untuk mengobservasi
pengaruh liberalisasi perbankan yang dilakukan pemerintah sejak awal periode reformasi di
Indonesia dan menyesuaikan dengan ketersediaan data. Periode tersebut dipandang sebagai
puncak dari tingginya tingkat kepemilikan pihak asing pada industri perbankan di Indonesia.
Periode ini dipilih karena tidak mencakup krisis yang terjadi pada tahun 2007 dan 2008. Hal
ini disebabkan keunikan fenomena yang terjadi pada bank selama krisis. Biaya bank
diperkirakan menjadi meningkat karena harus mematuhi kebijakan yang lebih ketat oleh
pemerintah. Krisis juga dipandang dapat mempengaruhi profitabilitas bank.
3.3 Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah seluruh bank umum komersial yang terdaftar di
Indonesia pada periode 2009-2014, yang berjumlah 100 bank. Penelitian ini terbatas pada
bank-bank di Indonesia yang memiliki laporan keuangan dan neraca yang lengkap pada
periode 2009-2014. Terinspirasi oleh penelitian yang dilakukan oleh Omur Suer, Haluk
Levent dan Suleyman Sen yang berjudul “Foreign entry and the Turkish banking system in
2000s” yang mengamati pengaruh masuknya bank asing pada industri perbankan di Turki
menggunakan data periode 2002 sampai dengan 2012, yang hanya menggunakan data bank
komersial.
Sesuai dengan pengertian kepemilikan bank asing yang dikemukakan Claessens et al.
(2001), Claessens dan van Horen (2012), Correa (2009), dan Micco et al. (2007), maka bank
48. 31
Universitas Indonesia
domestik pada penelitian ini adalah bank umum yang lebih dari 50% kepemilikannya dimiliki
oleh pihak investor lokal. Sedangkan bank asing adalah Kantor Cabang Bank Asing (KCBA)
dan bank umum yang lebih dari 50% kepemilikannya dimiliki oleh asing baik melalui merger
maupun akuisisi.
Secara keseluruhan, kriteria yang digunakan dalam melakukan seleksi sampel adalah:
1. Tercatat sebagai bank komersial yang beroperasi di Indonesia selama periode 2009-2014;
2. Bank memiliki laporan keuangan tahunan yang lengkap selama periode 2009-2014;
3. Jenis kepemilikan bank jelas dan tidak berubah selama periode 2009-2014;
4. Memiliki semua data yang diperlukan secara lengkap.
5. Bank yang tidak memenuhi kriteria tertentu di atas, tidak akan menjadi sampel penelitian.
3.4 Data dan Sumber Data
Data yang digunakan mencakup 100 bank-bank yang beroperasi di Indonesia sejak
tahun 2009 sampai dengan 2014. Bank-bank yang menjadi subyek penelitian mencakup bank
swasta, bank milik negara, maupun bank milik pihak asing. Data mengenai kepemilikan asing
dan lokal, serta berbagai rasio yang dapat menggambarkan aktivitas non-pinjaman dan risiko
perbankan didapat dari pusat data Otoritas Jasa Keuangan. Sementara itu, data mengenai
interest rate spread didapat dari pusat data Datastream dan Otoritas Jasa Keuangan.
Di Indonesia, aset bank yang dimiliki pihak asing meningkat dari 10% pada tahun
1990-1999 menjadi 35% pada tahun 2000-2009 (Mulyaningsih et al., 2015). Selama periode
penelitian, telah terjadi beberapa akusisi yang menyebabkan perpindahan dan perubahan
persentase kepemilikan asing pada beberapa bank:
Nama Bank Tahun Dari Ke
PT. Pan Indonesia
Bank, Tbk.
2013 PT Panin Financial
Tbk
Votraint No. 1103
Pty Limited
PT. Bank Tabungan
Pensiunan Nasional
2013 David Bonderman
via TPG Nusantara
Sumitomo Mitsui
Bank Corporation
PT. Bank
Bumiputera
Indonesia
2013 Che Abdul Daim bin
Haji Zainuddin
PT MNC Kapital
Indonesia
PT. Bank Mutiara
Tbk.
2014 Lembaga Penjamin
Simpanan
J Trust Co., Ltd.
PT. Bank Ganesha 2014 Bintang Tunggal
Gemilang
PT. Equity
Development
49. 32
Universitas Indonesia
Investment
PT. Bank Himpunan
Saudara 1906, Tbk
2014 Ir. Arifin Panigoro Woori Bank Korea
PT. Bank
Kesejahteraan
Ekonomi
2014 Induk Koperasi
Pegawai Republik
Indonesia
PT Reliance
Securities Tbk.
Tabel 3.1 Akuisisi Bank Periode 2009-2014
3.5 Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis 1: peningkatan kepemilikan asing diharapkan dapat menghasilkan
penurunan dalam interest rate spread.
Dengan asumsi pendapatan bunga cenderung menurun seiring meningkatnya
beban bunga pada lingkungan bisnis yang lebih kompetitif, diharapkan terjadi
hubungan negatif antara kehadiran pihak asing dengan interest rate spread.
H0 : Kepemilikan asing tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap interest rate
spread bank domestik di Indonesia.
H1 : Kepemilikan asing memiliki pengaruh signifikan terhadap interest rate
spread bank domestik di Indonesia.
Hipotesis ini diuji menggunakan model 1, dengan kriteria tolak H0 jika
Probabilitas (t-stat) foreign < α = 10%. Sementara tidak menolak H0 jika
Probabilitas (t-stat) foreign > α = 10%
2. Hipotesis 2: peningkatan kepemilikan asing diharapkan dapat menghasilkan
penurunan pada accounting profit.
Sebagai alat pengukuran pendapatan dari segala sumber, termasuk pendapatan
bunga dan aktivitas non-pinjaman, penulis menggunakan accounting profit (rasio
earnings before taxes terhadap total assets). Penulis berpandangan bahwa sebagai
pengaruh meningkatnya kompetisi, dan juga interest spreads yang semakin
sempit, fee dan komisi yang dikumpulkan pada aktivitas non-pinjaman juga akan
berkurang, dalam jangka pendek, sampai bank-bank menciptakan sumber
pendapatan baru untuk menggantikan pendapatan bunga.
H0 : Kepemilikan asing tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap accounting
profit bank domestik di Indonesia.
H1 : Kepemilikan asing memiliki pengaruh signifikan terhadap accounting profit
bank domestik di Indonesia.
50. 33
Universitas Indonesia
Hipotesis ini diuji menggunakan model 2, dengan kriteria tolak H0 jika
Probabilitas (t-stat) foreign < α = 10%. Sementara tidak menolak H0 jika
Probabilitas (t-stat) foreign > α = 10%
3. Hipotesis 3: peningkatan kepemilikan asing diharapkan dapat meningkatkan
aktivitas non-pinjaman.
Rasio pendapatan non-bunga digunakan untuk mengukur aktivitas non-
pinjaman. Dalam jangka panjang, penulis berharap berkurangnya aktivitas
perbankan yang berbasis bunga akan dikompensasi dengan peningkatan aktivitas
non-pinjaman untuk mendapatkan fee dan komisi, seperti jada pengelolaan kas
korporasi dan berbagai produk investasi inovatif lainnya.
H0 : Kepemilikan asing tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap aktivitas
non-pinjaman bank domestik di Indonesia.
H1 : Kepemilikan asing memiliki pengaruh signifikan terhadap aktivitas non-
pinjaman bank domestik di Indonesia.
Hipotesis ini diuji menggunakan model 3, dengan kriteria tolak H0 jika
Probabilitas (t-stat) foreign < α = 10%. Sementara tidak menolak H0 jika
Probabilitas (t-stat) foreign > α = 10%
4. Hipotesis 4: peningkatan kepemilikan asing diharapkan dapat meningkatkan risiko
perbankan dalam jangka pendek.
Tingkat kompetisi yang lebih tinggi dapat membawa perilaku pengambilan
risiko yang lebih agresif, seperti yang dikemukakan beberapa penelitian empiris.
Pengaruhnya, bank-bank semakin tertarik untuk melakukan ekspansi basis
kostumer dengan meminjamkan pada calon peminjam yang lebih berisiko secara
profil kredit. Hal ini meningkatkan probabilitas terjadinya non-performing loans
dan dapat berpengaruh pada risiko likuiditas. Risiko ini diukur dengan rasio non-
performing loans pada total loans. Seperti yang dikemukakan oleh Baselga-
Pascual, Trujillo-Ponce, & Cardone-Ripotella (2015), rasio ini sering dipakai
dalam literatur untuk mengukut tingkat kesehatan bank. Karena rasio ini
menampilkan kualitas dari portfolio pinjaman, penulis dapat mengharapkan nilai
yang lebih tinggi (rendah) dari rasio ini menunjukkan probabilitas yang lebih
tinggi (rendah) dari bank untuk mengalami default.