PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
Dampak Peraturan Capital Requirements Terhadap Efisiensi Biaya
1. Dampak Peraturan
Yohannes Ekaputra Sananto
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
Universitas Indonesia
Dampak Peraturan Capital Requirements Terhadap Efisiensi Biaya
Perbankan di Indonesia
TUGAS AKHIR
PRAKTIKUM RISET KEUANGAN
Yohannes Ekaputra Sananto (1306408220)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
DEPARTEMEN MANAJEMEN
DEPOK
DESEMBER 2016
Terhadap Efisiensi Biaya
(1306408220)
2. 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Krisis finansial yang dalam beberapa tahun terakhir melanda dunia,
memperlihatkan bahwa industri perbankan adalah bagian vital dari perekonomian.
Hal ini membuat negara-negara di dunia membuat peraturan yang ketat untuk
menjaga kelangsungan perbankan dalam mendukung perekonomian. Regulator
mewajibkan bank untuk memegang modal dalam jumlah tertentu untuk
mengantisipasi jika terjadi kerugian dan mengontrol tingkah laku manajer.
Peraturan modal minimum sudah dipakai di hampir semua negara di
dunia, meski memiliki kekurangan. Ratio permodalan yang tinggi dapat
mempersulit manajer dalam menentukan kebijakan penciptaan likuiditas (Berger
dan Bouwman, 2009), pinjaman dan pertumbuhan output (Angelini et al., 2011;
BCBS, 2009). Di sisi lain, capital requirements memiliki dampak yang terbukti
memiliki kontribusi kepada stabilitas keuangan melalui dampaknya pada
kegagalan bank, kemungkinan masalah pinjaman, dan kecenderungan dalam
pengambilan risiko (Berger dan De Young, 1997; Podpiera dan Weill, 2008;
Podpiera dan Podpiera, 2008; Fiordelisi et al., 2011).
Hubungan antara capital requirements dengan cost efficiency dari suatu
bank erat kaitannya dengan agency theory. Agency costs muncul karena adanya
konflik kepentingan antara shareholders dan debtholders. Shareholders memiliki
kesempatan untuk mengambil keputusan yang menguntungkan dirinya dengan
mengorbankan debtholders, dengan cara investasi pada proyek yang lebih berisiko
daripada yang diinginkan debtholders, seperti yang telah dikemukakan Jensen dan
Meckling (1976), atau melakukan underinvestment, oleh Myers (1977). Agency
costs berhubungan dengan pentingnya debtholder. Dengan kata lain, rasio
permodalan yang lebih tinggi akan mengurangi keberadaan debtholders dan
agency costs sehingga berhubungan positif dengan efisiensi.
Di sisi lain, agency costs dapat muncul dari konflik kepentingan antara
shareholders dan manajer. Biaya diperlukan untuk pengawasan terhadap manajer
untuk meminimalisir terbuangnya sumber daya yang dapat menurunkan performa
3. bank. Pembiayaan utang dan pengurangan rasio modal meningkatkan tekanan
pada manajer untuk meningkatkan performa karena hal ini mengurangi “free
cashflow” yang dikendalikan oleh manajer (Jensen, 1986). Maka, rasio modal
yang lebih tinggi memiliki dampak negatif pada efisiensi.
Industri perbankan di Indonesia telah mengalami berbagai perbaikan sejak
krisis finansial, terutama dalam hal regulasi . Hal ini membawa berbagai dampak
yang baik kepada stabilitas tetapi membuat perbankan kurang leluasa dibanding
sebelumnya. Rekapitalisasi yang dilakukan pemerintah telah meningkatkan
pinjaman oleh bank, meski juga meningkatkan risiko pada jangka panjang
(Poczter, 2016). Selain itu, ditemukan ada beberapa faktor yang menaikkan
interest margin perbankan di Indonesia, seperti operating costs, market power,
risk aversion dan liquidity risk. Sementara itu credit risk dan cost to income ratio
berpengaruh nsegatif terhadap interest margin (Trinugroho et al, 2014)
1.2 Alasan Pemilihan Topik
Negara-negara di Asia, terutama yang terkena dampak dari krisis finansial
1997/1998 maupun 2008, melakukan perbaikan dalam hal regulasi dan
pengawasan perbankan untuk menghindari terjadinya kembali efek domino
kebangkrutan suatu bank terhadap perekonomian seperti yang telah terjadi
sebelumnya. Indonesia menjadi contoh yang tepat untuk mengamati dampak
regulasi perbankan. Karena perbankan harus beradaptasi dengan cepat dengan
peraturan yang baru, maka dari itu, rasio permodalan dapat diasumsikan
exogenous.
1.3 Implikasi Hasil Penelitian
Hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat untuk menjadi bahan
pembelajaran bagi dunia perbankan. Regulator dapat memeriksa dampak dari
peraturan mengenai rasio permodalan dan menentukan kebijakan selanjutnya.
Manajer di industri perbankan juga dapat memanfaatkan hasil studi ini untuk
mengetahui dampak peraturan tersebut terhadap performa bank secara umum dan
menetukan langkah selanjutnya.
4. 2. TINJAUAN LITERATUR
Fungsi utama bank sebagai lembaga keuangan adalah menghimpun dana
masyarakat ke dalam bentuk simpanan lalu menyalurkannya kembali ke
masyarakat dalam bentuk kredit dan dalam bentuk lainnya. Tujuan perbankan
adalah laba dan mendorong perekonomian yang dapat mensejahterakan rakyat
banyak. (Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998). Dapat disimpulkan peran bank
adalah sebagai financial intermediary.
Dengan besarnya tugas perbankan, tentu ada beberapa risiko yang
membayangi, salah satunya adalah risiko mismatch. Mismatch adalah adanya
ketidaksesuaian antara arus kas yang diterima oleh bank dibandingkan arus kas
yang harus dikeluarkan oleh bank untuk menjalankan kegiatan usahanya (PBI
Nomor 9/17/PBI/2007). Sistem keuangan yang sehat sangatlah penting karena
peran bank sangat vital di dalam perekonomian (Tirole, 1997). Pemerintah
memang secara jelas menyatakan bank adalah agen pembangunan yang harus
meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi serta kesejahteraan rakyat
(Bank Indonesia, 2014).
Untuk mencapai performa yang baik, efisiensi menjadi hal yang sangat
penting untuk kelangsungan bank. Pada tahun 1957, Farrel mengajukan konsep
pengukuran efisiensi yang menggeser pemikiran-pemikiran sebelumnya tentang
melakukan pengukuran tingkat efisiensi perusahaan di dalam suatu industri.
Efisien secara teknis adalah suatu kondisi dalam sebuah proses produksi apabila
perusahaan dapat memperoleh keluaran (output) yang maksimal dengan sejumlah
masukan tertentu (input). Sedangkan efisiensi alokasi menggambarkan kapasitas
suatu perusahaan untuk memanfaatkan input yang dimilikinya secara optimal
(Farrel, 1957).
Berger dan Mester (1997) mengembangkan konsep efisiensi dalam
industri perbankan melalui pendekatan efisiensi ekonomis (economic of
efficiency) dengan membaginya kedalam tiga konsep, yaitu efisiensi biaya,
efisiensi profit standar, dan efisiensi profit alternatif. Efisiensi biaya adalah
perbandingan biaya suatu bank dengan bank tertentu yang mengeluarkan biaya
5. terendah dengan output yang sama. Sementara konsep efisiensi profit
membandingkan profit suatu bank dengan bank lain yang memiliki profit
maksimum dengan biaya yang sama. Pada efisiensi profit standar, pasar output
dan input yang ada diasumsikan memiliki persaingan sempurna.
Pengukuran yang penting pada input dan output bank sangatlah penting
untuk mendapatkan tingkat efisiensi bank yang akurat. Berger dan Humprey
mengemukakan di tahun 1997, pendekatan produksi, intermediasi, dan aset adalah
penggolongan yang baik untuk mengestimasi input dan output yang akan
digunakan untuk mengukur efisiensi bank.
Benston pada tahun 1965 memperkenalkan pendekatan produksi, yang
menekankan fungsi lembaga keuangan yang memberikan pelayanan jasa kepada
para nasabahnya. Lembaga keuangan mengendalikan proses simpanan oleh
nasabah dan mengalirkannya melalui pinjaman.
Sedangkan pada pendekatan intermediasi, bank dilihat sebagai lembaha
penghubung (intermediasi) antara pihak yang memiliki surplus dana dengan pihak
yang membutuhkan dana. Input yang digunakan di dalam pendekatan ini adalah
biaya tenaga kerja, biaya modal fisik, dan biaya bunga atas dana pinjaman.
Sedangkan output yang ada diukur dalam bentuk jumlah kredit yang disalurkan
dan aset produktif lainnya.
Dan yang terakhit, adalah pendekatan aset, pendekatan ini melihat fungsi
utama bank sebagai pencipta kredit pinjaman, dimana bank memproduksi kredit
pinjaman dengan menggunakan aset yang dimilikinya. Sehingga pada pendekatan
ini input yang digunakan berupa aset dimiliki oleh bank dan outputnya berupa
jumlah kredit pinjaman yang disalurkan.
6. 3. DATA
3.1 Data dan Sumber Data
Data yang digunakan pada penelitian ini berasal dari laporan keuangan
bank-bank di Indonesia, bersumber dari Direktori Bank Indonesia. Ketika ada
nilau atau variabel yang tidak tersedia, penulis mencarinya di laporan tahunan
pada situs resmi bank tersebut. Data ini mencakup 102 bank komersial yang
beroperasi di Indonesia, dengan jumlah observasi mencapai 1836. Periode dari
rasio permodalan dan efisiensi biaya adalah 2009-2014, pada saat perbankan
mengalami perubahan besar pada struktur permodalan mereka yang harus
mengacu kepada peraturan pemerintah.
3.2 Penjelasan Variabel
Penelitian ini menggunakan tiga jenis variabel, yaitu variabel dependen,
variabel independen berupa variabel output dan variabel harga input, dan variabel
determinan inefisiensi.
3.2.1 Variabel Dependen
Penelitian ini ingin mengukur efisiensi dari bank-bank yang ada di
Indonesia. Dengan tersedianya faktor determinan inefisiensi pada bank, maka bisa
dimodelkan untuk mengukur tingkat efisiensi suatu bank dengan menggunakan
error term nya seperti berikut :
u_it = δ0 + δı Capital ratio_it−1 + δ2BankSwasta+ δ3BankAsing +
δ4UkuranBank_it+ Krisis_it (3.1)
3.2.2 Variabel Independen
Sesuai dengan model yang digunakan terdapat lima variabel independen
untuk mengukur efisiensi suatu bank yaitu:
1. Capital Adequacy Ratio (CAR)
CAR merupakan rasio antara nilai buku modal bank dengan total asetnya.
Ini didapatkan dari: Direktori Bank Indonesia
7. 2. Kepemilikan bank swasta
Nilai 1 apabila bank masuk ke dalam kategori Bank Umum Swasta
Nasional (BUSN) Devisa dan Non Devisa, nilai 0 jika tidak.
3. Kepemilikan bank asing
Nilai 1 apabila bank masuk ke dalam kategori Bank Campuran dan Bank
Asing, nilai 0 jika tidak.
4. Ukuran Bank
Ukuran bank merupakan perhitungan dari logaritma natural dari total aset
bank tersebut.
5. Periode Krisis
Yang dimaksud sebagai periode krisis di dalam penelitian ini adalah tahun
2005 untuk mini krisis yang terjadi di Indonesia serta tahun 2008 dan 2009 untuk
krisis keuangan global. Ketiga tahun tersebut akan bernilai 1 dan akan bernilai 0
jika selain tahun tersebut.
8. 3.3 Deskriptif Statisik
Desktriptif Statistik Data Tahun 2009
2009 Capital Ratio-t-1 lnTA Efisiensi Biaya
Mean 0,271 15,455 0,166
Standard Error 0,018 0,171 0,003
Median 0,209 15,250 0,168
Mode 0,274 #N/A #N/A
Standard
Deviation 0,182 1,724 0,029
Sample Variance 0,033 2,974 0,001
Kurtosis 5,145 -0,311 0,615
Skewness 2,155 0,350 0,073
Range 0,986 7,564 0,155
Minimum 0,093 12,229 0,102
Maximum 1,079 19,793 0,257
Sum 27,665 1576,385 16,960
Count 102,000 102,000 102,000
Desktriptif Statistik Data Tahun 2010
2010 Capital Ratio-t-1 lnTA Efisiensi Biaya
Mean 0,292 15,635 0,167
Standard Error 0,025 0,172 0,003
Median 0,216 15,435 0,169
Mode #N/A #N/A #N/A
Standard
Deviation 0,253 1,736 0,029
Sample Variance 0,064 3,015 0,001
Kurtosis 14,807 -0,335 0,620
Skewness 3,490 0,341 0,078
Range 1,553 7,646 0,157
Minimum 0,080 12,278 0,102
Maximum 1,633 19,924 0,259
Sum 29,754 1594,731 17,037
Count 102,000 102,000 102,000
9. Desktriptif Statistik Data Tahun 2011
2011 Capital Ratio-t-1 lnTA Efisiensi Biaya
Mean 0,253 15,856 0,168
Standard Error 0,019 0,172 0,003
Median 0,190 15,680 0,169
Mode #N/A #N/A #N/A
Standard
Deviation 0,189 1,736 0,029
Sample Variance 0,036 3,013 0,001
Kurtosis 6,832 -0,267 0,625
Skewness 2,551 0,275 0,084
Range 0,987 8,107 0,159
Minimum 0,083 12,022 0,102
Maximum 1,071 20,129 0,261
Sum 25,825 1617,340 17,115
Count 102,000 102,000 102,000
Desktriptif Statistik Data Tahun 2012
2012 Capital Ratio-t-1 lnTA Efisiensi Biaya
Mean 0,236 16,031 0,169
Standard Error 0,016 0,171 0,003
Median 0,176 15,850 0,170
Mode #N/A #N/A #N/A
Standard
Deviation 0,165 1,725 0,030
Sample Variance 0,027 2,975 0,001
Kurtosis 5,902 -0,239 0,630
Skewness 2,351 0,271 0,089
Range 0,903 8,289 0,161
Minimum 0,096 11,981 0,102
Maximum 0,999 20,270 0,263
Sum 24,054 1635,157 17,194
Count 102,000 102,000 102,000
10. Desktriptif Statistik Data Tahun 2013
2013 Capital Ratio-t-1 lnTA Efisiensi Biaya
Mean 0,226 16,203 0,169
Standard Error 0,016 0,170 0,003
Median 0,174 16,004 0,171
Mode #N/A #N/A #N/A
Standard
Deviation 0,159 1,716 0,030
Sample Variance 0,025 2,946 0,001
Kurtosis 25,287 -0,244 0,635
Skewness 4,242 0,264 0,095
Range 1,252 8,326 0,164
Minimum 0,104 12,087 0,102
Maximum 1,356 20,413 0,265
Sum 23,066 1652,694 17,274
Count 102,000 102,000 102,000
Desktriptif Statistik Data Tahun 2014
2014 Capital Ratio-t-1 lnTA Efisiensi Biaya
Mean 0,241 16,382 0,170
Standard Error 0,023 0,166 0,003
Median 0,179 16,215 0,172
Mode #N/A #N/A #N/A
Standard
Deviation 0,230 1,673 0,030
Sample Variance 0,053 2,799 0,001
Kurtosis 29,295 -0,148 0,641
Skewness 5,098 0,252 0,101
Range 1,691 8,216 0,166
Minimum 0,123 12,350 0,102
Maximum 1,814 20,567 0,267
Sum 24,613 1670,946 17,355
Count 102,000 102,000 102,000
11. 4. METODOLOGI
4.1 Asumsi BLUE
Estimator yang baik dan memenuhi persyaratan statistik adalah yang
memenuhi syarat unbiasedness, efficiency, dan consistency. Estimator dianggap
unbiased jika expected value tersebut adalah nilai sebenarnya dari parameter, nilai
nya mendekati nilai sesungguhnya seiring meningkatnya jumlah ukuran observasi.
Ordinary least squares (OLS) sering digunakan untuk estimasi karena dapat
memberikan BLUE. Aplikasi Stata digunakan untuk menemukan permasalahan-
permasalahan seperti multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi pada
data, dan menyelesaikannya.
4.2 Uji Fixed Effect
Data yang digunakan adalah panel data, maka harus diperiksa terlebih
dahulu model yang layak digunakan adalah fixed effects atau random effects.
Fixed effects model adalah model statistik yang mewakili kuantitas yang
diobservasi sebagai variabel eksplanatori yang diperlakukan sebagai kuantitas
yang tidak random. Sementara pada random effects dan mixed models
memperlakukan semua atau sebagian variabel eksplanatori muncul secara random.
Durbin-Wu-Hausman test digunakan untuk menentukan model yang dipakai,
yaitu fixed effects atau random effects. Random effects diwakili dengan null
hypothesis karena efisiensi yang lebih tinggi, sementara fixed effects adalah
sebaliknya.
Tahap terakhir adalah melakukan robust data, yaitu proses penyelesaian
masalah asumsi klasik pada data. Setelah semua proses tersebut dilakukan, dapat
dipastikan hasil regresi BLUE, dan siap untuk diinterpretasikan. Uji global (F stat)
dilakukan untuk melihat secara umum kelayakan model untuk digunakan. Uji t (t
stat) dilakukan untuk melihat kemampuan setiap variabel independen untuk
mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. R-squared digunakan sebagai
indikator seberapa kemampuan variabel independen secara bersama-sama
mempengaruhi variabel dependen. Koefisien pada setiap variabel menggambarkan
12. jika terjadi perubahan satu unit pada variabel independen, maka variabel dependen
akan berubah sebesar tingkat tertentu.
13. 5. PEMBAHASAN
5.1 Hasil Pengujian
Hasil uji global (F stat) menyatakan bahwa model ini layak untuk
digunakan, yaitu prob F stat 0 yang lebih kecil dari alfa. Sementara itu R
menunjukkan bahwa secara bersama
menggambarkan variabel dependen, di
Variabel dummy swasta serta dummy asing dan campuran harus diabaikan karena
masalah multikolinearitas. Koefisien regresi menunjukkan bahwa peraturan rasio
permodalan pada bank dapat berpengaruh positif terhadap efisien
pada tingkat pengaruh yang tidak begitu besar, yaitu sebesar 0,000726.
5.2 Evaluasi Model
Model yang digunakan pada penelitian ini sudah layak untuk digunakan
berdasarkan uji global dan indikator R
multikolinearitas pada observasi dummy yang dilakukan.
PEMBAHASAN
Hasil Pengujian
asil uji global (F stat) menyatakan bahwa model ini layak untuk
digunakan, yaitu prob F stat 0 yang lebih kecil dari alfa. Sementara itu R
menunjukkan bahwa secara bersama-sama, variabel-variabel independen dapat
menggambarkan variabel dependen, ditunjukkan R-sq within sebesar 57,65%.
Variabel dummy swasta serta dummy asing dan campuran harus diabaikan karena
masalah multikolinearitas. Koefisien regresi menunjukkan bahwa peraturan rasio
permodalan pada bank dapat berpengaruh positif terhadap efisien
pada tingkat pengaruh yang tidak begitu besar, yaitu sebesar 0,000726.
Evaluasi Model
Model yang digunakan pada penelitian ini sudah layak untuk digunakan
berdasarkan uji global dan indikator R-squared. Tetapi, terjadi masalah
linearitas pada observasi dummy yang dilakukan.
asil uji global (F stat) menyatakan bahwa model ini layak untuk
digunakan, yaitu prob F stat 0 yang lebih kecil dari alfa. Sementara itu R-squared
variabel independen dapat
sq within sebesar 57,65%.
Variabel dummy swasta serta dummy asing dan campuran harus diabaikan karena
masalah multikolinearitas. Koefisien regresi menunjukkan bahwa peraturan rasio
permodalan pada bank dapat berpengaruh positif terhadap efisiensi biaya, meski
pada tingkat pengaruh yang tidak begitu besar, yaitu sebesar 0,000726.
Model yang digunakan pada penelitian ini sudah layak untuk digunakan
squared. Tetapi, terjadi masalah
14. 6. KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan
Telah ditemukan hubungan positif antara capital requirements terhadap
efisiensi biaya, dalam tingkat yang tidak besar. Hal ini sejalan dengan teori
sebelumnya bahwa rasio permodalan yang lebih tinggi akan mengurangi
keberadaan debtholders dan agency costs sehingga berhubungan positif dengan
efisiensi. capital requirements memiliki dampak yang terbukti memiliki
kontribusi kepada stabilitas keuangan. Pengurangan rasio modal meningkatkan
tekanan pada manajer untuk meningkatkan performa karena hal ini mengurangi
“free cashflow” yang dikendalikan oleh manajer.
Koefisien yang rendah dapat disebabkan rentang waktu antara
implementasi regulasi rasio permodalan bank terhadap periode observasi. Hal ini
menyebabkan pada periode observasi, bank-bank telah melakukan penyesuaian
terhadap peraturan baru, dan dampak-dampak terhadap efisiensi biaya tak dapat
terlacak.
6.2 Implikasi
Hasil studi ini dapat memberi acuan bagi regulator untuk mengetahui dan
mengukur dampak peraturan rasio permodalan terhadap performa perbankan. Hal
ini juga dapat memberi gambaran bahwa pada tahun 2009-2014, dampak
peraturan tersebut tidak lagi terasa secara besar. Penelitian selanjutnya dapat
mempelajari masalah multikolinearitas yang terjadi pada penelitian ini. Dummy
variabel swasta serta asing dan campuran dapat sangat membantu mengamati
perbedaan dampak terhadap bank sesuai dengan kepemilikannya.
16. 8. DAFTAR PUSTAKA
Berger, A. dan Humphrey, D., 1997. Efficiency of Financial Institutions:
International Survey and Directions for Future Research. EJOR 98(2):
175-212.
Berger, A. dan Mester, L. 1997. Inside the black box: What explains
differences in the efficiencies of financial institutions?. Journal of
Banking and Finance. 21(7): 895-947.
Benston, G. 1965. Branch Banking and Economies of Scale. Journal of Finance.
20(2): 312-331.
Holmstrom, B. dan Tirole, J. 1997. Financial Intermediation, Loanable Funds, and
The Real Sector. The Quarterly Journal of Economics. 112(3): 663-691.
Pessarossi, P., Weill, L., 2014. Do capital requirements affect cost efficiency?
Evidence from China. Journal of Financial Stability. 19,119-127.
Poczter, S. 2016. The long-term effects of bank recapitalization: Evidence from
Indonesia. J. Finan. Intermediation. 25, 131-153.
Trinugroho, I. Agusman, A., Tarazi, A. 2014. Why have bank interet margins
been so high in Indonesia since 1997/1998 financial crisis?. Research in
International Business and Finance. 32,139-158.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan
atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan