SlideShare a Scribd company logo
1 of 99
i
SKRIPSI
ANALISIS EFEKTIFITAS MANAJEMEN PIUTANG DAN
PENGARUHNYA TERHADAP LIKUIDITAS PERUSAHAAN
PADA PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk.
TAHUN 2007-2011
NURAFIAH
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
ii
SKRIPSI
ANALISIS EFEKTIFITAS MANAJEMEN PIUTANG DAN
PENGARUHNYA TERHADAP LIKUIDITASPERUSAHAAN
PADA PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk.
TAHUN 2007-2011
sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi
disusun dan diajukan oleh
NURAFIAH
A21109003
kepada
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
iii
iv
v
vi
PRAKATA
Bissmillahi Rahmani Rahim
Assalamu Alaikum Wr. Wb.
Puji syukur Peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga Peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini
merupakan tugas akhir untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi (S.E.) pada
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin.
Shalawat dan salam tak lupa Penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad
S.A.W dan keluarganya serta para sahabatnya.
Skripsi ini saya persembahkan kepada Ayahanda Mastang dan Ibunda
Roshida yang telah melahirkan, mendidik, menasehati, dan tak pernah lelah
mendoakan dengan penuh ketulusan dan keikhlasan, tanpa henti-hentinya
mencurahkan perhatian dan kasih sayangnya demi keberhasilan Peneliti, untuk
itu dengan rasa rendah diri dan rasa hormat yang sangat tinggi Peneliti haturkan
terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada mereka. Begitu pula kepada
saudara-saudari Peneliti (Rusfiadhi dan Anugrah Tri Putri) yang telah
memberikan dukungan dan semangat yang besar kepada Peneliti selama ini.
Banyak rintangan yang Peneliti hadapi dalam menyelesaikan skripsi ini,
namun tidak menyulutkan semangat Peneliti untuk terus berusaha dan berdoa.
Semua itu telah mengajarkan tentang pengabdian diri kepada masyarakat.
Skripsi ini terselesaikan bukanlah semata-mata hasil kerja keras Peneliti sendiri,
namun semua itu tidak lepas dari doa dan dukungan orang-orang yang ingin
melihat Peneliti menjadi seseorang yang berguna untuk masyarakat. Berkat doa-
doa mereka, dukungan mereka dan cita-cita Peneliti sendiri, akhirnya tibalah
pada hari ini, hari dimana Peneliti merasa bahwa sudah saatnya menyelesaikan
vi
vii
studi dan sudah saatnya membalas jasa-jasa kedua orang tua dan mereka yang
telah memberikan arti dalam kehidupan Peneliti.
Dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, Peneliti ucapkan rasa
terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Bapak Prof. DR. Dr. Idrus Paturusi, Sp.Bo. selaku Rektor Universitas
Hasanuddin, Makassar
2. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Ali, SE., M.S. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Hasanuddin.
3. Bapak Dr. Darwis Said, SE., M.SA., Ak, selaku Wakil Dekan I Ekonomi
Universitas Hasanuddin.
4. Bapak Dr. Muhammad Yunus Amar, S.E, M.T. selaku Ketua Jurusan
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin
5. Kepada Ibu Fahrina Mustafa, SE., M.Si selaku Penasehat Akademik
selama Peneliti menjadi Mahasiswa di Fakultas Ekonomi
6. Bapak Dr. Sumardi, SE., M.Si sebagai Pembimbing I dan Drs. Armayah
Sida, M.Si. selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktunya
memberikan bantuan, arahan, serta bimbingan mulai dari awal penulisan
skripsi ini sampai selesai.
7. Kepada Bapak Dr. Musran Munizu, SE., M.Si, Bapak Drs. H. Gamalca,
M.Si dan Ibu Hj. A. Ratna Sari Dewi, SE., M.Si sebagai Penguji dalam
Proses Penulisan Skripsi ini. Saya sangat bangga di Uji oleh orang-orang
hebat seperti beliau.
8. Segenap Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin dan staff,
serta yang telah berjasa membagikan banyak ilmu pengetahuan kepada
Penulis dan membantu proses yang Penulis lalui selama mengenyam
pendidikan.
viii
9. Kepada Andi Armayadi yang senantiasa menemani Penulis dalam
keadaan suka dan duka, yang tidak hentinya memberikan dukungan,
semangat, serta tidak lupa mengingatkan akan tugas dan tanggung jawab
Penulis selama mengemban pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas
Hasanuddin, dan telah menjadi motivator bagi Penulis.
10. Kepada Takdir Bacotang beserta istri Rukmini Rasyid dan keluarga yang
telah bersedia menjadi wali bagi Penulis selama menempuh pendidikan
sebagai Mahasiswa dan terus memberi motivasi serta tidak lelah
mengingatkan Penulis untuk besungguh-sungguh dalam mengapai cita.
11. Kepada sahabat saya Dewi Debby Febriani dan Andi Anita Fitriani, SH.
yang telah tulus ikhlas membantu,mendengar, dan mengajarkan arti
persahabatan bagi Penulis.
12. Bapak dan Ibu pegawai PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, yang telah
membantu memudahkan urusan Penulis selama melakukan penelitian.
13. Teman-teman angkatan 2009 (LO9IC) dan seperjuangan saya yang
telah menemani melalui setiap tahapan di Fakultas Ekonomi, khususnya
kepada Andi Nilawati, Nurul Amalina A.I., Nurbaya, Marcy Silvia, dan Eva
Sustikawati, juga kawan-kawan yang tidak dapat saya sebutkan satu per
satu.
14. Kepada seluruh keluarga besar PMB-UH LATENRITATTA tanpa
terkecuali yang telah memberikan banyak arti persahabatan,
persaudaraan dan kebersamaan selama Penulis menginjakkan kaki di
Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin tahun 2009 lalu. Begitu
banyak kisah yang telah tercipta bersama mereka yang takkan pernah
Penulis lupakan. Sekalipun kita tak lagi ditempat yang sama namun
kenangan bersama kalian akan selalu menjadi teman dalam melanjutkan
ix
petualangan Penulis dalam menggapai masa depan yang cerah dan
kehidupan yang sebenarnya.
15. Kepada keluarga besar Mahasiswa KKN UNHAS Gelombang 82,
khususnya KKN UNHAS Gelombang 82 Kabupaten Soppeng, Kecamatan
Marioriwawo, Desa Congko. Kepada Bapak Muh. Jafar, S,Sos. dan Ibu
St. Aminah serta teman-teman Congko, Nuning, Welsi, Marsel, Natas,
dan Caly yang senantiasa mengajarkan arti persaudaraan dan
kekeluargaan selama berada di lokasi KKN hingga kembali.
Akhir kata,
β€œAdabanirobbi fa-ahsana ta’dibi”
Hamba diberi pendidikan (adab) oleh Rabbku, maka Dia menjadikan adab
(pendidikan)-ku yang terbaik.
Menjadi hutang bagi penulis kepada Allah SWT
menjadi manusia yang baik.
Makassar, 26 November 2012
Penulis
Nurafiah
x
ABSTRAK
ANALISIS EFEKTIFITAS MANAJEMEN PIUTANG DAN
PENGARUHNYA TERHADAP LIKUIDITAS PERUSAHAAN PADA
PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk
RECEIVABLES MANAGEMENT EFFECTIVENESS
ANALYSIS OF LIQUIDITY AND ITS EFFECT ON
PT TELECOMMUNICATIONS INDONESIA Tbk
Nurafiah
Sumardi
Armayah Sida
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh manajemen piutang dan
pengaruhnya terhadap likuiditas perusahaan pada PT Telekomunikasi Indonesia
Tbk, tahun 2007-2011. Data penelitian ini diperoleh dari Laporan Keuangan
perusahaan (Primer) dan dari website atau sumber lain (sekunder). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa variabel independen (Receivable Turn Over,
Average Investment of Receivable, dan Average Collection Period) berbanding
lurus dengan variabel dependen (Current Ratio). Perusahaan berada pada
kondisi pengelolaan yang kurang efisien untuk meningkatkan likuiditas
perusahaan.
Kata Kunci: Receivabel Turn Over (RTO), Average Investment of Receivable
(AIOR), Average Collection Period (ACP), dan Current Ratio (CR)
This study aims to analyze the receivable management and optimization of its
effect on liquidity of the company years 2007-2011. Data used in this research
were obtained from financial reports firm. Research finding show that the
independent variables (Receivable Turn Over, Average Investment of
Receivable, dan Average Collection Period) simultaneously affect of dependent
variable (Current Ratio). There is has not been effective to increased their
liquidity.
Key Words: Receivabel Turn Over (RTO), Average Investment of Receivable
(AIOR), Average Collection Period (ACP), and Current Ratio (CR)
x
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ............................................................................... i
HALAMAN JUDUL .................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN................................................... v
PRAKATA................................................................................................ vi
ABSTRAK................................................................................................ x
ABSTRACT............................................................................................. x
DAFTAR ISI............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian....................................................... 8
1.4 Kegunaan Penelitian................................................. 8
1.4.1 Kegunaan Teoretis........................................ 8
1.4.2 Kegunaan Praktis.......................................... 8
xiv
xii
1.5 Ruang Lingkup Batasan Penelitian........................... 8
1.6 Organisasi / Sistematika........................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 10
2.1 Tinjauan Teori dan Konsep....................................... 10
2.1.1 Piutang .......................................................... 10
2.1.2 Pengertian Piutang........................................ 10
2.1.3 Jenis Piutang................................................. 11
2.1.4 Investasi Dalam Piutang ............................... 13
2.1.5 Kebijaksanaan Pengumpulan Piutang.......... 13
2.1.6 Teknik Pengumpulan Piutang....................... 14
2.1.7 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Investasi
Piutang .......................................................... 15
2.1.8 Receivable Turn Over................................... 17
2.1.9 Average Investment of Receivable............... 19
2.1.10 Average Collection Period ............................ 19
2.1.11 Likuiditas........................................................ 19
2.1.12 Pengukuran Likuiditas Perusahaan............ 21
2.2 Tinjauan Empirik ....................................................... 23
2.3 Kerangka Pemikiran.................................................. 24
2.4 Hipotesis.................................................................... 25
BAB III METODE PENELITIAN............................................................... 26
3.1 Rancangan Penelitian............................................... 26
3.2 Tempat dan Waktu.................................................... 26
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional........... 26
3.4 Teknik Pengumpulan Data ....................................... 28
xiii
3.5 Instrumen Penelitian.................................................. 28
3.6 Analisis Data............................................................. 28
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN......................................... 31
4.1 Gambaran Umum Perusahaan................................. 31
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan........................ 31
4.1.2 Visi, Misi, dan Tujuan.................................... 33
4.1.3 Struktur Organisasi....................................... 34
4.2 Pengelolaan dan Pengendalian Piutang Usaha....... 35
4.3 Sanksi dan Denda..................................................... 35
4.4 Kriteria Pengukuran Efektifitas Piutang.................... 40
4.5 Receivable Turn Over............................................... 42
4.6 Average Investment of Receivable........................... 44
4.7 Average Collection Period ........................................ 46
4.8 Likuiditas.................................................................... 48
4.9 Hubungan Antar Variabel.......................................... 50
BAB V PENUTUP.................................................................................... 52
5.1 Kesimpulan ............................................................... 52
5.2 Saran......................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 54
LAMPIRAN............................................................................................... 55
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Kinerja Piutang Usaha 5 (lima) Tahunan PT Telekomunikasi
Indonesia Tbk............................................................................... 6
3.1 Definisi Operasional Variabel ...................................................... 27
4.1 Matriks Kebijakan Sanksi Denda dan Isolir Sambungan Pokok
Telepon, Sambungan IndukTelepon, Flexi Classy dan Flexi Home 36
4.2 Matriks Kebijakan Sanksi Denda dan Isolir Speedy ................... 38
4.3 Matriks Kebijakan Sanksi Denda dan Isolir Warung TELKOM... 39
4.4 Piutang Usaha PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. Tahun 2007-
2011.............................................................................................. 41
4.5 Hasil Perhitungan Receivable Turn Over (RTO) ........................ 43
4.6 Hasil Perhitungan Average Investment of Receivable ............... 45
4.7 Hasil Perhitungan Average Collection Period (ACP).................. 47
4.8 Hasil Perhitungan Current Ratio (CR)......................................... 49
4.9 Hubungan Antar Variabel............................................................. 50
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Pikir Penelitian......................................................... 24
4.1 Sejarah Singkat Telkom .......................................................... 32
4.2 Bagan Struktur Organisasi Telkom ......................................... 34
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Biodata..................................................................................... 56
2 Peta Teori................................................................................. 57
3 Laporan Keuangan.................................................................. 58
4 Prosedur Pengelolaan dan Pengendalian Piutang Usaha..... 59
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Persero) atau biasa disebut Telkom
Indonesia atau Telkom merupakan perusahaan informasi dan komunikasi serta
penyedia jasa dan jaringan terbesar di Indonesia dengan jumlah pelanggan
telepon tetap sebanyak 15 juta dan pelanggan telepon seluler sebanyak 104 juta.
Telkom merupakan perusahaan BUMN yang sahamnya yang saat ini
dimiliki oleh pemerintah (51,19%), publik (40,21%), dan sisanya (8,60%) dimiliki
oleh The Bank of New York dan investor dalam negeri.
Tahun 1995 penawaran umum perdana saham Telkom (Initial Public
Offering/IPO) dilakukan pada tanggal 14 November 1995. Sejak itu saham
Telkom tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bursa Efek
Surabaya (BES), New York Stock Exchange (NYSE) dan London Stock
Exchange (LSE). Saham Telkom juga diperdagangkan tanpa pencatatan (Public
Offering Without Listing/POWL) di Tokyo Stock Exchange.
Tahun 1996 Kerja Sama Operasi (KSO) mulai diimplementasikan pada 1
Januari 1996 di wilayah Divisi Regional I Sumatra – dengan mitra PT Pramindo
Ikat Nusantara (Pramindo); Divisi Regional III Jawa Barat dan Banten – dengan
mitra PT Aria West International (AriaWest); Divisi Regional IV Jawa Tengah dan
DI Yogyakarta – dengan mitra PT Mitra Global Telekomunikasi Indonesia
(MGTI); Divisi Regional VI Kalimantan – dengan mitra PT Dayamitra
Telekomunikasi (Dayamitra); dan Divisi Regional VII Kawasan Timur Indonesia –
dengan mitra PT Bukaka Singtel. Tahun 1999 Undang-undang nomor 36/1999,
tentang penghapusan monopoli penyelenggaraan telekomunikasi.
1
2
Tahun 2001 Telkom membeli 35% saham Telkomsel dari PT Indosat
sebagai bagian dari implementasi restrukturisasi industri jasa telekomunikasi di
Indonesia, yang ditandai dengan penghapusan kepemilikan bersama dan
kepemilikan silang antara Telkom dengan Indosat. Dengan transaksi ini, Telkom
menguasai 72,72% saham Telkomsel. Telkom membeli 90,32% saham
Dayamitra dan mengkonsolidasikan laporan keuangan Dayamitra ke dalam
laporan keuangan Telkom.
Tahun 2002 Telkom membeli seluruh saham Pramindo melalui 3 tahap,
yaitu 30% saham pada saat ditandatanganinya perjanjian jual-beli pada tanggal
15 Agustus 2002, 15% pada tanggal 30 September 2003 dan sisa 55% saham
pada tanggal 31 Desember 2004. Telkom menjual 12,72% saham Telkomsel
kepada Singapore Telekom, dan dengan demikian Telkom memiliki 65% saham
Telkomsel. Sejak Agustus 2002 terjadi duopoly penyelenggaraan telekomunikasi
lokal.
Sampai dengan tahun 2009, laba bersih konsolidasian PT Telkom
sebesar Rp11.332,1 miliar meningkat 6,7% dibanding tahun 2008 atau 100,8%
terhadap target tahun 2009. Sementara itu margin laba bersih PT Telkom
sebesar 17,5% di tahun 2009 yang merupakan pencapaian 105,4% terhadap
target margin laba bersih. Prestasi keuangan tersebut didukung oleh kinerja
operasional PT Telkom yang juga solid. Saat ini PT Telkom melayani 105,2 juta
pelanggan, dari bisnis seluler, telepon tidak bergerak dan telepon tidak bergerak
nirkabel. jumlah tersebut merupakan pencapaian 106% terhadap target
perusahaan. Penambahan pelanggan PT Telkom dipimpin oleh bisnis seluler
yang bertambah 16,34 juta pelanggan atau pencapaian 162% terhadap target
perusahaan tahun 2009.
3
Untuk mendukung implementasi Good Corporate Governance dalam
setiap aspek kegiatan perusahaan, infomedia telah mengeluarkan kebijakan
pedoman tata kelola perusahaan di tahun 2008. Pada tanggal 30 juni 2009 PT.
Telekomunikasi Indonesia (Telkom) melalui PT. Multimedia Nusantara (Metra),
anak perusahaan yang 99,99% milik Telkom (selanjutnya disebut Telkom Group)
telah menandatangani Shares Sales & Purchase Agreement (SPA) untuk
membeli 49% saham PT Infomedia Nusantara (Infomedia) milik PT Elnusa Tbk
(Elnusa). Dengan telah dimilikinya 100% saham PT Infomedia Nusantara oleh
Telkom Group akan semakin memantapnya portofolio bisnis infomedia di bidang
penyediaan informasi direktori dan layanan komunikasi yang utama di kawasan
regional.
Telkom memiliki kas dan setara kas sebesar Rp9.634 miliar pada tanggal
31 Desember 2011. Jumlah kas dan setara kas meningkat Rp514 miliar sejak
tangal 31 Desember 2010.Selama tahun 2011, arus kas terutama berasal dari
kas yang dihasilkan dari kegiatan usaha yaitu sebesar Rp71.105 miliar. Arus kas
ini diimbangi oleh kas yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan usaha, tapi
tidak terbatas pada:
ο‚· Pembayaran beban;
ο‚· Pendanaan belanja modal untuk infrastruktur, termasuk jaringan
utama atau backbone Kami, jaringan utama yang berbasis Internet
Protocol, regional-metro junction, satelit, infrastuktur bagi bisnis new
wave, termasuk broadband dan Metro-E, jaringan komunikasi data,
aplikasi TI dan konten, layanan nodes dan kabel, infrastruktur untuk
mengoptimalkan layanan telepon kabel tidak bergerak dan Flexi yang
menjadi legacy Kami, serta infrastruktur pendukung seperti perangkat
pendukung dan pusat layanan bantuan; dan
4
ο‚· Pembayaran utang terkait dengan utang bank dan pinjaman saat ini,
termasuk pinjaman penerusan, pinjaman jangka panjang yang jatuh
tempo dalam satu tahun serta pinjaman jangka pendek kami.
Aset lancar berjumlah Rp18.729 miliar pada tanggal 31Desember 2010
dan Rp21.258 miliar (US$2.344 juta) pada tanggal 31 Desember 2011
mencerminkan peningkatan sebesar Rp2.529 miliar atau 13,5%. Peningkatan
tersebut antara lain disebabkan oleh:
ο‚· Peningkatan aset tersedia untuk dijual sebesar Rp791 miliar atau
100% pada tanggal 31 Desember 2011 dari Rp0 miliar pada tanggal
31 Desember 2010;
ο‚· Peningkatan piutang usaha dari pihak ketiga sebesar Rp419 miliar
atau 11,8% dari Rp3.564 miliar pada tahun 2010 menjadi Rp3.983
miliar pada tahun 2011;
Piutang usaha dan piutang lain-lain disajikan dalam jumlah bersih
setelah dikurangi dengan penyisihan piutang ragu-ragu yang ditentukan
berdasarkan penelaahan terhadap tingkat ketertagihan saldo piutang. Piutang
ragu-ragu dihapuskan dalam periode ketika piutang tersebut dipastikan tidak
dapat ditagih.
Penyisihan piutang ragu-ragu mencerminkan estimasi terbaik
perusahaan dan anak perusahaan atas jumlah kemungkinan kerugian dari tidak
tertagihnya piutang. Beban penyisihan tersebut dicatat sebagai bagian dari
beban umum dan administrasi pada laporan keuangan konsolidasian.
ο‚· Peningkatan kas dan setara kas sebesar Rp 514 miliar, atau 5,6%,
dari Rp 9.120 miliar pada tanggal 31 Desember 2010 menjadi Rp
9.634 miliar pada tanggal 31 Desember 2011.
5
ο‚· Peningkatan tagihan restitusi pajak sebesar Rp 238 miliar dari Rp133
miliar pada tanggal 31 Desember 2010 menjadi Rp 371 miliar pada
tanggal 31 Desember 2011.
Risiko likuiditas muncul dalam situasi di mana perusahaan dan anak
perusahaan mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban keuangan pada
saat jatuh tempo. Pengelolaan risiko likuiditas yang hati-hati menyiratkan upaya
menjaga kas dan setara kas yang cukup untuk memenuhi kewajiban keuangan
perusahaan dan anak perusahaan. Perusahaan dan anak perusahaan terus
melakukan analisis untuk memonitor rasio posisi keuangan, antara lain, rasio
likuiditas, rasio utang terhadap persyaratan perjanjian utang.
Salah satu tujuan sebuah perusahaan adalah memperoleh profit yang
diperoleh melalui penjualan. Oleh sebab itu, perusahaan berusaha untuk
meningkatkan penjualan. Dalam dunia bisnis, banyak perusahaan menawarkan
beberapa jenis penjualan kepada konsumennya. Kegiatan penjualan terdiri dari
penjualan barang atau jasa baik secara kredit maupun secara tunai. Dalam
transaksi penjualan kredit, jika order barang telah dikirimkan, maka dalam jangka
waktu tertentu perusahaan memiliki piutang kepada konsumennya. Begitupun
pada penjualan jasa, ketika jasa telah digunakan maka dalam jangka waktu
tertentu akan timbul piutang pada perusahaan (Debora Siahaan: 2009).
Piutang merupakan aktiva lancar yang ada di dalam neraca yang tidak
lebih likuid jika dibandingkan dengan kas sebab pada umumnya pencairan
piutang telah memiliki tanggal jatuh tempo. Sehingga tidak sewaktu-waktu dapat
segera dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan financial perusahaan. Apabila
dana perusahaan tertanam dalam bentuk piutang tersebut maka Perusahaan
tidak dapat lagi memutar dananya untuk kegiatan yang lain sehingga
dikhawatirkan Perusahaan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan
6
financial operasionalnya. Hal ini menyebabkan pengelolaan piutang menjadi
begitu penting bagi kelangsungan hidup suatu Perusahaan.
Semakin longgar persyaratan kredit yang diberikan, akan semakin besar
pula jumlah penjualan. Sebaliknya, semakin ketat persyaratan yang
diberlakukan, maka kemungkinan pelanggan akan beralih kepada pesaing
sehinga penjualan menjadi berkurang. Dengan demikian, investasi dana dalam
bentuk piutang menyangkut pertimbangan timbal balik (trade off) antara
profitabilitas dan resiko.
Tabel 1.1 Kinerja Piutang Usaha 5 (lima) Tahunan PT Telekomunikasi Indonesia
Tbk. Tahun 2007 s.d. 2011 (dalam miliaran rupiah)
Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi
NO.
Uraian Tahun
2007
Tahun
2008
Tahun
2009
Tahun
2010
Tahun
2011
1 2 3 4 5 6
A. KINERJAPENDAPATAN
1. Pendapatan Usaha 62.683 64.166 67.678 68.629 71.253
2. Pendapatan lainnya 620 808 542 548 665
3. Total Pendapatan Bersih
(1+2)
63.303 64.974 68.220 69.177 71.918
B. KINERJAPIUTANG
USAHA
1. Saldo awal piutang usaha
a. Piutang tahun lalu
784.789 1.100.456 1.203.905 1.273.550 1.277.983
b. Piutang tahun berjalan
c. Penghapusan piutang
tak tertagih
490.374 387.155 561.162 4.433 5.250
(174.707) (283.706) (491.517) - -
2. Saldo akhir piutang usaha 1.100.456 1.203.905 1.273.550 1.277.983 1.283.233
Sumber : PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk.,2012
7
Penelitian ini mencoba untuk menjelaskan inti permasalahan yang
dihadapi sebuah Perusahaan dalam hal manajemen piutang, dimana variabel
independen (x) yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga, yaitu Receivbale
Turn Over, Average Collection Period, dan Average Investment of Receivable
untuk melihat sejauh mana efektifitas sebuah piutang dalam peranannya
terhadap likuiditas sebuah Perusahaan.
Maka masalah kemudian timbul ketika debitur melakukan pembayaran
piutang melampaui waktu jatuh tempo yang telah ditetapkan. Semakin besar
penjualan kredit yang diberikan Perusahaan, serta semakin tinggi saldo piutang
Perusahaan yang mengalami masalah dalam pelunasannya, maka semakin
tinggi kemungkinan Perusahaan tersebut mengalami masalah dalam likuiditas
keuangannya.
Untuk itulah pihak manajemen PT Telekomunikasi Indonesia Tbk.
menyadari perlunya penanganan yang efisien dan serius secara profesional
untuk menetapkan kebijakan manajemen piutang sebagai upaya menjaga
kuantitas perolehan laba sekaligus memelihara likuiditas keuangan Perusahaan
mereka.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan maka penelitian ini
mengangkat judul β€œAnalisis Efektifitas Manajemen Piutang dan Pengaruhnya
terhadap Likuiditas Perusahaan pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk.”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas, maka dikemukakan
rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: β€œApakah optimalisasi manajemen
piutang Perusahaan yang efektif akan berbanding lurus dengan likuiditas
Perusahaan”
8
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini yaitu:
Untuk mengukur efektifitas manajemen piutang dengan menggunakan
Receivable Turn Over, Average Collection Period, dan Average Investment of
Receivable dalam hubungannya terhadap likuiditas Perusahaan.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoritis
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana informasi untuk
meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang pengaruh piutang terhadap
likuiditas Perusahaan.Selain itu memberikan kontribusi sebagai bahan referensi
untuk penelitian sejenis.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kegunaan
bagi pengambil keputusan Perusahaan untuk membantu proses pengambilan
keputusan dalam melakukan transaksi yang pembayarannya dilakukan beberapa
saat setelah pemakaian barang/jasa, sehingga pihak manajer dapat mengelola
aktiva Perusahaan secara efektif yang nantinya berdampak pada likuiditas
Perusahaan.
1.5 Ruang Lingkup Batasan Penelitian
Batasan masalah pada penelitian ini terbatas pada pengukuran efektifitas
manajemen piutang yang terdiri dari Receivable Turn Over, Average Collection
Period, dan Average Investment of Receivable dalam menilai tingkat likuiditas
Perusahaan pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk.
9
1.6 Organisasi/Sistematika
Sistematika penulisan dalam penelitian ini disajikan untuk memberikan
gambaran isi penelitian. Adapun sistematika pembahasan yang terdapat dalam
penelitian ini terdiri dari lima bab.
BAB I Pendahuluan
Bab ini menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Pustaka
Bab ini menjelaskan tentang landasan teori serta penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya, dan kerangka pikir beserta hipotesis.
BAB III Metode Penelitian
Bab ini menguraikan tentang desain penelitian, lokasi penelitian, objek
penelitan, jenis dan sumber data penelitian, serta metode analisis.
BAB IV Pembahasan Hasil Penelitian
Bab ini menjelaskan mengenai hasil penelitian terhadap manajemen
piutang yang memepengaruhi tingkat likuiditas PT Telekomunikasi Indonesia
Tbk.
BAB V Penutup
Bab ini menguraikan kesimpulan dari hasil penelitian serta menambahkan
beberapa saran.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjaun Teori dan Konsep
2.1.1 Piutang
Penjualan kredit yang pada akhirnya akan menimbulkan hak penagihan
atau piutang kepada langganan, sangat erat hubungannya dengan persyaratan-
persyaratan kredit yang diberikan. Sekalipun pengumpulan piutang sering kali
tidak tepat waktu yang sudah ditetapkan, namun sebagian besar dari piutang
tersebut akan terkumpul dalam jangka waktu yang kurang dari satu tahun.
Dengan alasan itu maka piutang dimasukkan sebagai salah satu komponen
aktiva lancar perusahaan (Syamsuddin, 2011).
Pos piutang dalam neraca biasanya merupakan bagian yang cukup besar
dari aktiva lancar dan oleh karenanya perlu mendapat perhatian yang cukup
serius agar perkiraan piutang ini dapat dikelola dengan cara yang seefisien
mungkin.
2.1.2 Pengertian Piutang
Piutang adalah semua tuntutan terhadap pelanggan, baik berbentuk
perkiraan uang, barang maupun jasa serta segala hal yang berbentuk perkiraan
seperti transaksi yang pembayarannya dilakukan beberapa waktu setelah
transaksi pengambilan atau penggunaan barang atau jasa.
Warren Reeve dan Fess (2005:404) menyatakan bahwa yang dimaksud
dengan piutang adalah sebagai berikut : ”Piutang meliputi semua klaim dalam
bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan atau
organisasi lainnya”.
10
11
Menurut Martono dan Harjito (2007 : 95), piutang merupakan tagihan
perusahaan kepada pelanggan atau pembeli atau pihak lain yang membeli
produk perusahaan.
Donald E. Kieso (2007:346-347) dalam Isdiati Hadirah (2010)
menyebutkan bahwa β€œPiutang (receivables) adalah klaim, uang, barang, atau
jasa kepada pelanggan atau pihak-pihak lainnya”. Piutang diklasifikasikan
sebagai utang lancar (jangka pendek) atau tidak lancar (jangka panjang). Piutang
lancar diharapkan akan tertagih dalam satu tahun atau selama satu siklus
operasi berjalan, mana yang lebih panjang. Semua piutang lain diklasifikan
sebagai piutang tidak lancar.
Definisi piutang menurut Benny Alexandri (2009:117) β€œPiutang adalah
sejumlah uang hutang dari konsumen pada perusahaan yang membeli barang
dan jasa secara kredit pada perusahaan”.
2.1.3 Jenis Piutang
Martono dan Harjito (2007:95) dalam Deboro Siahaan (2010)
menyebutkan bahwa untuk tujuan pelaporan keuangan, piutang diklasifikasikan
sebagai lancar (jangka pendek) dan tidak lancar (jangka panjang). Piutang lancar
(current receivable) diharapkan akan tertagih dalam satu tahun selama satu
siklus operasi berjalan, mana yang lebih panjang. Semua piutang lain
digolongkan sebagai piutang tidak lancar. Selanjutnya piutang diklasifikasikan
dalam neraca sebagai piutang dagang dan piutang non dagang.
1. Piutang Dagang (Trade Receivable)
Piutang dagang adalah jumlah yang terutang oleh pelanggan untuk
barang atau jasa yang telah diberikan sebagai bagian dari operasi bisnis
12
normal. Piutang dagang di subklasifikasikan lagi menjadi piutang usaha
dan wesel tagih.
a) Piutang Usaha (Account Receivable)
Piutang usaha adalah janji lisan dari pembeli untuk membayar barang
atau jasa yang dijual. Piutang usaha biasanya dapat ditagih dalam 30
sampai 60 hari.
b) Wesel Tagih (Note Receivable)
Wesel tagih (note receivable) adalah jumlah yang terutang bagi
pelanggan di saat perusahaan telah menerbitkan surat utang formal.
”Wesel tagih dapat berasal dari penjualan, pembiayaan, atau
transaksi lainnya.
Wesel tagih dapat digolongkan dalam dua (2) jenis, yaitu:
(1) Wesel tagih berbunga (interest bearing note)
Wesel tagih berbunga ditulis sebagai perjanjian untuk membayar
pokok atau jumlah nominal dan ditambah dengan bunga yang
terhutang pada tingkat khusus.
(2) Wesel tagih tanpa bunga (non interest bearing note)
Pada wesel tagih tanpa bunga tidak dicantumkan persen bunga,
tetapi jumlah nominalnya meliputi beban bunga. Jadi, nilai
sekarang merupakan selisih antara jumlah nominal dan bunga
yang dimasukkan dalam wesel tersebut yang kadang-kadang
disebut bunga implisit atau bunga efektif.
2. Piutang Non Dagang (Nontrade Receivable)
Piutang non dagang adalah tagihan-tagihan yang timbul dari transaksi
selain penjualan barang atau jasa. Sejumlah contoh piutang non-dagang
dari berbagai transaksi misalnya:
13
a) Uang muka kepada karyawan staf
b) Uang muka kepada anak perusahaan
c) Piutang deviden dan bunga
2.1.4 Investasi Dalam Piutang
(Syamsuddin, 2011) diakui atau tidak, penanaman modal dalam piutang
mempunyai biaya-biaya tertentu. Semakin besar piutang semakin besar pula
biaya-biayanya(carrying cost), demikian pula sebaliknya. Bilamana perusahaan
memperlunak standar kredit yang digunakan maka rata-rata jumlah piutang akan
memperkecil rata-rata piutang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
perlunakan standar kredit akan memperbesar carrying cost, dan apabila
sebaliknya, biaya-biaya tersebut akan semakin kecil. Perubahan rata-rata
piutang yang dikaitkan dengan β€œperubahan standar kredit” disebabkan oleh dua
faktor yaitu:
ο‚· Perubahan volume penjualan
ο‚· Perubahan dalam kebijaksanaan pengumpulan piutang
Singkatnya, perubahan dalam volume penjualan dan pengumpulan
piutang secara bersama-sama memperbesar biaya (carrying cosy) bilamana
standar kredit diperlunak, dan akan menurunkan carrying cost bilamana standar
kredit diperketat.
2.1.5 Kebijaksanaan Pengumpulan Piutang
Kebijaksanaan pengumpulan piutang suatu perusahaan adalah
merupakan prosedur yang harus diikuti dalam mengumpulkan piutang-
piutangnya bilamana sudah jatuh tempo. Sebagian dari kefektivan perusahaan
dalam menerapkan kebijaksanaan pengumpulan piutangnya dapat dilihat dari
jumlah kerugian piutang atau debt expenses, karena jumlah piutang yang
14
dianggap sebagai kerugian tersebut tidak hanya tergantung pada kebijaksanaan
pengumpulan piutang tetapi juga kepada kebijaksanaan-kebijaksanaan
penjualan kredit yang diterapkan.
Apabila perusahaan akan mengubah kebijakan manajemen piutang,
misalnya diberikan potongan tunai bagi pelanggan yang membayar pada periode
tertentu, maka akan terjadi perubahan hal-hal antara lain sebagai berikut.
1. Hari rata-rata pengumpulan piutang (average collection period),
diharapkan akan berkurang, karena pelanggan yang tadinya
memperoleh potongan tunai, sekarang dapat memanfaatkannya. Hal
ini berarti terjadi pembayaran lebih awal sehingga perusahaan akan
mempunyai kesempatan lebih awal untuk menggunakan dana
tersebut.
2. Kerugian piutang (bad debts expenses) diharapkan akan menurun
pula karena banyaknya pelanggan yang memanfaatkan potongan
tunai yang ditawarkan perusahaan, maka proftabilitas kerugian
piutang akan semakin berkurang sehingga keuntungan perusahaan
jadi meningkat.
3. Aspek negatif dari potongan tunai adalah menurunnya sumber dana
yang berasal dari penerimaan piutang bilamana semakin banyak
pelanggan yang memanfaatkan potongan tunai yang ditawarkan
perusahaan.
2.1.6 Teknik Pengumpulan Piutang
Sejumlah teknik pengumpulan piutang yang biasanya dilakukan oleh
perusahaan bilamana langganan atau pembeli belum membayar sampai dengan
waktu yang telah ditentukan adalah sebagai berikut:
15
1. Melalui Surat. Bilamana waktu pembayaran utang dari langganan
sudah lewat beberapa hari tetapi belum juga dilakukan pembayaran
maka perusahaan dapat mengirim surat dengan nada β€œmengingatkan”
langganan yang belum membayar tersebut bahwa utangnya sudah
jatuh tempo.
2. Melalui Telepon. Apabila setelah dikirimkan surat teguran ternyata
utang-utang tersebut belum juga terbayar, maka bagian kredit dapat
menelepon langganan dan secara pribadi memintanya untuk segera
melakukan pembayaran.
3. Kunjungan Personal. Teknik pengumpulan piutang dengan jalan
melakukan kunjungan secara personal atau pribadi ke tempat
langganan seringkali digunakan karena dirasakan sangat efektif
dalam usaha-usaha pengumpulan piutang.
4. Tindakan Yuridis. Bilamana ternyata langganan tidak mau membayar
utang-utangnya maka perusahaan dapat menggunakan tindakan-
tindakan hukum dengan mengajukan gugatan perdata melalui
pengadilan.
2.1.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi investasi piutang
Piutang sebagai salah satu unsur aktiva lancar dalam neraca memiliki
perputaran yang cepat dan kurang dari satu tahun. Oleh karena itu, banyak hal
yang dapat memengaruhi besarnya piutang tersebut.
Menurut Bambang Riyanto (2001 : 85), faktor-faktor yang memengaruhi
besar kecilnya dana yang diinvestasikan ke dalam piutang, sebagai berikut :
16
1. Volume penjualan kredit
Makin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan,
maka makin besar pula jumlah investasi dalam piutang. Dengan makin
besarnya volume kredit setiap tahunnya, berarti bahwa perusahaan itu
harus menyediakan investasi yang lebih besar lagi dalam piutang.
Makin besarnya jumlah piutang berarti makin besar jumlah resiko,
tetapi bersamaan dengan itu juga memperbesar tingkat
profitabilitasnya.
2. Syarat pembayaran penjualan kredit
Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak.
Apabila perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat, berarti
bahwa perusahaan tersebut lebih mengutamakan keselamatan kredit
daripada pertimbangan profitabilitas dan sebaliknya piutang yang lunak
lebih mengutamakan profitabilitas. Syarat pembayaran yang lebih ketat
antara lain tampak dari batas waktu pembayaran yang pendek atau
pembebanan bunga yang berat untuk pembayaran piutang yang
terlambat.
3. Ketentuan tentang pembatasan kredit
Dengan penjualan secara kredit, perusahaan dapat menetapkan batas
maksimal atau plafond biaya kredit yang akan diberikan kepada
pelanggan. Makin tinggi plafond yang diberikan kepada pelanggan,
makin besar pula dana yang diinvestasikan ke dalam piutang. Selain
itu, penentuan kriteria pihak yang akan diberikan kredit juga dapat
memperkecil jumlah investasi dalam piutang. Dengan demikian,
pembatasan kredit dapat bersifat kuantitatif maupun kualitatif.
17
4. Kebijakan dalam penagihan
Perusahaan dapat menjalankan kebijakan dalam penagihan secara
aktif maupun pasif. Perusahaan yang menjalankan kebijakan aktif
dalam menagih piutang akan mempunyai pengeluaran dana yang lebih
besar untuk membiayai aktivitas ini. Dibandingkan dengan perusahaan
yang menjalankan kebijaksanaanya secara pasif.
5. Kebiasaan membayar dari pelanggan
Ada sebagian pelanggan yang mempunyai kebiasaan untuk membayar
dengan menggunakan kesempatan mendapatkan cash discount period
dan ada sebagian yang tidak menggunakan kesempatan tersebut.
Kebiasaan para pelanggan untuk membayar dalam cash discount
period atau sesudahnya akan mempunyai efek terhadap besarnya
investasi dalam piutang. Apabila sebagian besar para langganan
membayar dalam waktu selama cash discount period, maka dana yang
tertanam dalam piutang akan lebih cepat bebas, berarti makin kecilnya
investasi dalam piutang.
Menurut Martono dan Agus Harjito (2008:95) besarnya investasi pada
piutang yang muncul di perusahaan ditentukan oleh dua faktor. Pertama, adalah
besarnya persentase penjualan kredit terhadap penjualan total. Kedua, adalah
kebijakan penjualan kredit dan jangka waktu pengumpulan piutang (jangka waktu
penagihan piutang).
2.1.8 Receivable Turn Over
Kelancaran penerimaan piutang dan pengukuran baik tidaknya investasi
dalam piutang dapat diketahui dari tingkat perputarannya. Perputaran piutang
adalah masa-masa penerimaan piutang dari suatu perusahaan selama periode
18
tertentu. Piutang yang terdapat dalam perusahaan akan selalu dalam keadaan
berputar. Perputaran piutang akan menunjukkan berapa kali piutang yang timbul
sampai piutang tersebut dapat tertagih kembali ke dalam kas perusahaan.
Definisi perputaran piutang dikemukakan oleh beberapa ahli berikut ini:
S.Munawir (2002) memberikan keterangan bahwa posisi piutang dan
taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai dengan menghitung tingkat
perputaran piutang tersebut (Receivable Turn Over), yaitu dengan membagi total
penjualan kredit (netto) dengan piutang rata-rata.
Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2001:90) menyatakan bahwa
tingkat perputaran piutang (Receivable Turn Over) dapat diketahui dengan
membagi jumlah credit sales selama periode tertentu dengan jumlah rata-rata
piutang (Average Receivable).
Menurut Warren, Reeve, Fess (2005:407) β€œPerputaran piutang mengukur
seberapa sering piutang usaha berubah menjadi kas dalam setahun.”
π‘ƒπ‘’π‘Ÿπ‘π‘’π‘‘π‘Žπ‘Ÿπ‘Žπ‘› π‘ƒπ‘–π‘’π‘‘π‘Žπ‘›π‘” =
π‘π‘’π‘›π‘—π‘’π‘Žπ‘™π‘Žπ‘› π‘˜π‘Ÿπ‘’π‘‘π‘–π‘‘ π‘π‘’π‘Ÿπ‘ π‘–β„Ž
π‘π‘–π‘’π‘‘π‘Žπ‘›π‘” π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘Žβˆ’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘Ž
(1)
Rasio ini dihitung dengan hanya memasukkan penjualan kredit karena
penjualan kas tidak menimbulkan piutang. Karena laporan keuangan jarang
mengungkapkan penjualan kas dan kredit secara terpisah, rasio ini sering kali
harus dihitung dengan menggunakan angka penjualan bersih (yaitu, dengan
mengasumsikan bahwa penjualan kas tidak signifikan). Piutang rata-rata dihitung
dengan menambahkan saldo awal dan saldo akhir piutang pada periode tersebut
dan membaginya dengan dua.
Perputaran piutang yang semakin tinggi adalah semakin baik karena
modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk piutang akan semakin rendah. Naik
turunnya perputaran piutang ini akan dipengaruhi oleh hubungan perubahan
penjualan dengan perubahan piutang. Perubahan perputaran piutang dari tahun
19
ke tahun atau perbedaan perputaran piutang antar perusahaan merupakan
refleksi dari variasi kebijaksanaan pemberian kredit atau variasi tingkat
kemampuan dalam pengumpulan piutang.
2.1.9 Average Investment of Receivable
Metode yang biasa dilakukan untuk analisis investasi piutang pada
umumnya sama dengan analisis investasi pada barang modal. Dalam analisis
investasi piutang ditentukan juga dengan jumlah investasi yang tepat pada setiap
periode yang diharapkan mendekati kenyataan dengan rata-rata investasi
piutang yang terjadi. Analisis ini dilakukan dengan membandingkan investasi
dalam piutang yang ditetapkan dengan investasi yang terjadi, analisis ini
dirumuskan sebagai berikut:
π΄π‘£π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘”π‘’ πΌπ‘›π‘£π‘’π‘ π‘‘π‘šπ‘’π‘›π‘‘ π‘œπ‘“ π‘…π‘’π‘π‘’π‘–π‘£π‘Žπ‘π‘™π‘’ =
π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ π‘π‘œπ‘ π‘‘ π‘œπ‘“ π‘π‘Ÿπ‘’π‘‘π‘–π‘‘ π‘ π‘Žπ‘™π‘’
π‘Ÿπ‘’π‘π‘’π‘–π‘£π‘Žπ‘π‘™ 𝑒 π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘› π‘œπ‘£π‘’π‘Ÿ
(2)
Atau
π΄π‘£π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘”π‘’ πΌπ‘›π‘£π‘’π‘ π‘‘π‘šπ‘’π‘›π‘‘ π‘œπ‘“ π‘…π‘’π‘π‘’π‘–π‘£π‘Žπ‘π‘™π‘’ =
𝑓𝑖π‘₯𝑒𝑑 π‘π‘œπ‘ π‘‘+ π‘£π‘Žπ‘Ÿπ‘–π‘Žπ‘π‘™π‘’ π‘π‘œπ‘ π‘‘
π‘Ÿπ‘’π‘π‘’π‘–π‘£π‘Žπ‘π‘™π‘’ π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘›π‘œπ‘£π‘’π‘Ÿ
2.1.10 Average Collection Periode
Rata-rata umur piutang melihat berapa lama waktu yang diperlukan untuk
melunasi piutang yang dipunyai oleh perusahaan (merubah piutang menjadi
kas). Semakin lama rata-rata piutang berarti semakin besar dana yang tertanam
pada piutang. Dapat dihitung dengan rumus:
π‘…π‘Žπ‘‘π‘Ž βˆ’ π‘…π‘Žπ‘‘π‘Ž π‘ˆπ‘šπ‘’π‘Ÿ π‘ƒπ‘–π‘’π‘‘π‘Žπ‘›π‘” =
360
π‘π‘’π‘Ÿπ‘π‘’π‘‘π‘Žπ‘Ÿπ‘Žπ‘› π‘π‘–π‘’π‘‘π‘Žπ‘›π‘”
(3)
2.1.11 Likuiditas
Sartono (2010) menyebutkan bahwa likuiditas perusahaan merupakan
pertimbangan utama dalam banyak kebijakan dividen. Karena dividen bagi
20
perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas
perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan
untuk membayar dividen. Perusahaan yang sedang mengalami pertumbuhan
dan profitable akan memerlukan dana yang cukup besar guna membiayai
investasinya, oleh karena itu mungkin akan kurang likuid karena dana yang
diperoleh lebih banyak diinvestasikan pada aktiva tetap dan aktiva lancar yang
permanen.
Likuiditas perusahaan sangat besar pengaruhnya terhadap investasi
perusahaan dan kebijakan pemenuhan kebutuhan dana. Keputusan investasi
akan menentukan tingkat ekspansi dan kebutuhan dana perusahaan, sementara
itu keputusan pembelanjaan (kebutuhan pemenuhan akan kebutuhan dana) akan
menentukan pemilihan sumber dana untuk membiayai investasi tersebut.
Likuiditas perusahaan menunjukkan kemampuan untuk membayar
kewajiban financial jangka pendek tepat pada waktunya. Likuiditas perusahaan
ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah untuk
diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang, persediaan.
Dengan menggunakan laporan keuangan yang terdiri atas neraca,
laporan rugi-laba, laporan perubahan modal maka rasio-rasio tersebut: (Sartono,
2011)
πΆπ‘’π‘Ÿπ‘Ÿπ‘’π‘›π‘‘ π‘…π‘Žπ‘ π‘–π‘œ =
π‘Žπ‘˜π‘‘π‘–π‘£π‘Ž π‘™π‘Žπ‘›π‘π‘Žπ‘Ÿ
π‘’π‘‘π‘Žπ‘›π‘” π‘™π‘Žπ‘›π‘π‘Žπ‘Ÿ
(4)
Semakin tinggi current ratio berarti semakin besar kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Aktiva lancar yang
dimaksud termasuk kas, piutang, surat berharga, dan persediaan. Dari aktiva
lancar tersebut, persediaan merupakan aktiva lancar yang kurang liquid
dibanding dengan yang lain.
21
Menurut Kasmir (2011:137), rumus untuk mencari rasio cepat dapat
digunakan sebagai berikut:
𝐴𝑐𝑖𝑑 𝑇𝑒𝑠𝑑 π‘…π‘Žπ‘‘π‘–π‘œ =
aktiva lancarβˆ’persediaan
π‘’π‘‘π‘Žπ‘›π‘” π‘™π‘Žπ‘›π‘π‘Žπ‘Ÿ
(5)
Rasio ini seperti halnya current ratio, tetapi hanya memperhitungkan
aktiva lancar yang benar-benar liquid saja, yakni aktiva lancar di luar persediaan.
Pengertian likuiditas sebenarnya mengandung dua dimensi, yakni:
1. Waktu yang diperlukan untuk mengubah aktiva menjadi kas, dan
2. Kepastian harga yang akan terjadi.
Dengan demikian di antara ketiga elemen aktiva lancar tersebut
memang piutang lebih likuid dibanding dengan persediaan dan memerlukan
waktu yang lebih pendek untuk mengubah menjadi kas.
Syamsuddin (2011) menyatakan bahwa likuiditas merupakan suatu
indikator mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban
financial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva
lancar yang tersedia. Likuiditas tidak hanya berkenaan dengan keadaan
kseluruhan keuangan perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan kemampuannya
untuk mengubah aktiva lancar tertentu menjadi uang kas.
2.1.12 Pengukuran Likuiditas Perusahaan
Dengan likuiditas perusahaan secara keseluruhan dimaksudkan bahwa
aktiva lancar dan utang lancar dipandang masing-masing sebagai satu
kelompok. Ada tiga cara penting dalam pengukuran tingkat likuiditas secara
menyeluruh ini, yaitu:
a. Net Working Capital
b. Current Ratio
c. Acid test ratio atau Quick ratio
22
Sejumlah ratio dapat digunakan untuk mengukur likuiditas/aktivitas dari
masing-masing current account, misalnya pengukuran inventory, account
receivable,dan account payable. Di dalam pengukuran ratio-ratio ini diasumsikan
bahwa 1 (satu) tahun 360 hari dan 1 (satu) bulan 30 hari.
1. Tingkat Perputaran Piutang(Account Receivable Turnover)
Seprti halnya dengan inventory turnover, account receivable
turnover dimaksudkan untuk mengukur likuiditas atau aktivitas dari
piutang perusahaan. Perhitungannya dilakukan sebagai berikut:
π΄π‘π‘π‘œπ‘’π‘›π‘‘ π‘…π‘’π‘π‘’π‘–π‘£π‘Žπ‘π‘™π‘’ π‘‡π‘’π‘Ÿπ‘›π‘œπ‘£π‘’π‘Ÿ =
π‘Žπ‘›π‘›π‘’π‘Žπ‘™ π‘π‘Ÿπ‘’π‘‘π‘–π‘‘ π‘ π‘Žπ‘™π‘’π‘ 
π‘Žπ‘£π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘”π‘’ π‘Žπ‘π‘π‘œπ‘’π‘›π‘‘ π‘Ÿπ‘’π‘π‘’π‘–π‘£π‘Žπ‘π‘™π‘’
(6)
Semakin tinggi account receivable turnover suatu perusahaan semakin
baik pengelolaan piutangnya. Account receivable turnover dapat ditingkatkan
dengan jalan memperketat kebijaksanaan penjualan kredit, misalnya dengan
jalan memperpendek waktu pembayaran. Tetapi kebijaksanaan seperti ini cukup
sulit untuk diterapkan, karena dengan semakin ketatnya kebijaksanaan penjualan
kredit kemungkinan besar volume penjualan akan menurun, sehingga hal
tersebut bukannya membawa kebaikan bagi perusahaan bahkan sebaliknya.
2. Umur Rata-Rata Piutang (The Average Age of Account
Receivable)
Umur rata-rata piutang atau dikenal juga dengan umur rata-rata
pengumpulan piutang, adalah merupakan suatu alat yang sangat penting di
dalam menilai kebijaksanaan penjualan kredit dan pengumpulan piutang.
Perhitungannya dapat dilakukan sebagai berikut:
π΄π‘£π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘”π‘’ π‘Žπ‘”π‘’ π‘œπ‘“ π‘Ÿπ‘’π‘π‘’π‘–π‘£π‘Žπ‘π‘™π‘’ =
360
π‘Žπ‘π‘π‘œπ‘’π‘›π‘‘ π‘Ÿπ‘’π‘π‘’π‘–π‘£π‘Žπ‘π‘™ 𝑒 π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘›π‘œπ‘£π‘’π‘Ÿ
(7)
23
Dibandingkan dengan account receivable turnover, maka penggunaan
umur rata-rata piutang adalah lebih baik di dalam menilai kebijaksanaan
penjualan kredit yang diterapkan.
2.2 Tinjauan Empirik
Judul yang diangkat tentu tidak lepas dari penelitian terdahulu sebagai
landasan dalam menyusun sebuah kerangka pikir ataupun arah dari penelitian
ini. Ada beberapa penelitian yang mengkaji tentang kinerja keuangan. Penelitian
itu dilakukan oleh:
1. Gita Ganesha Putri (2012) dalam penelitiannya yang berjudul
β€œPenerapan Kebiajakan Manajemen Piutang dan Pengaruhnya
Terhadap Cash Ratio, Net Profit Margin, dan Earning Power pada PT
Angkasa Pura I(persero) Cabang Bandar Udara Sultan Hasanuddin
Makassar ”, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan
kebijakan manajemen piutang, mengetahui Average Collection Period
terhadap Cash Ratio pada PT. Angkasa Pura I (Persero), dan
mengetahui pengaruh average collection period terhadap Net Profit
Margin. Hasil penelitian menyatakan bahwa kebijakan manajemen
piutang pada PT Angkasa Pura telah cukup efektif dalam melakukan
penagihan piutang kepada para kreditur sehingga angka rata-rata
pengumpulan piutangnya lebih kecil dibandingkan dengan syarat
kredit yang diberlakukan.
2. Indrajit Wicaksana (2011) tentang Analisis Pengaruh Pengendalian
Piutang Terhadap Efektifitas Arus Kas. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui sistem manajemen piutang yang dijalankan serta
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya piutang.
24
Hasil penelitian menyatakan bahwa analisis terhadap sistem
manajemen piutang yang dilakukan, PT Z telah melakukan proses
manajemen, pengelolaan, dan pengendalian piutang berdasarkan
SOP yang telah ditetapkan dalam perusahaan namun dalam
pelaksanaannya masih terdapat beberapa hal yang tidak sesuai
dengan SOP. PT Z memiliki jumlah piutang yang cukup besar pada
laporan neraca terutama dipengaruhi oleh besarnya persentase
penjualan kredit dan usaha penagihan yang dilakukan. (Lampiran 2)
2.3 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran adalah suatu tinjauan mengenai apa yang diteliti
yang dituangkan dalam sebuah bagan yang menjadi alur pemikiran penelitian.
Kerangka pikir dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian
Likuiditas Perusahaan
(y)
Average
collection
Period
(X3)
Average
Investment
of receivable
(X2)
Receivable
Turn Over
(X1)
31
2.4 Hipotesis
Berdasarkan uraian pada kerangka pemikiran di atas dan untuk
menjawab identifikasi masalah, maka Penulis dapat merumuskan hipotesis:
β€œDiduga bahwa pengelolaan manajemen piutang yang efektif akan berbanding
lurus dengan likuiditas perusahaan”.
32
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian disusun berdasarkan laporan keuangan
perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia dalam hal ini Penulis menggunakan
neraca, laporan laba rugi, dan arus kas. Variabel yang digunakan Penulis dalam
penelitian ini terdiri dari analisis likuiditas perusahaan dan piutang yang terdiri
dari current ratio, receivable turnover, average investment of receivable, dan
average collection period.
3.2 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. yang
berlokasi di Makassar, dan guna menambah referensi untuk memperoleh
informasi tambahan lainnya melalui akses internet di http://www.idx.co.id serta
link lainnya yang relevan.
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Agar penelitian ini dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan,
maka perlu dipahami berbagai unsur-unsur yang menjadi dasar dari suatu
penelitian ilmiah yang termuat dalam operasionalisasi variabel penelitian.
Secara teoritis, definisi operasional variabel adalah unsur penelitian yang
memberikan penjelasan atau keterangan tentang variabel-variabel operasional
sehingga dapat diamati atau diukur. Definisi operasional yang akan dijelaskan
Penulis adalah optimalisasi piutang yaitu variabel Receivable Turnover, Average
Investment of Receivable, dan Average Collection Period serta tingkat likuiditas
perusahaan yang diukur menggunakan current ratio.
26
33
Piutang sebagai variabel bebas (X) merupakan sebagai kemungkinan
hasil yang diperoleh menyimpang dari hasil yang diharapkan. Variabel bebas (X)
terdiri dari Receivable Turn Over(X1), Average Investment of Receivable(X2), dan
Average Collection Period (X3). Tingkat likuiditas perusahaan dianggap sebagai
variabel terikat (Y), yang mengukur tingkat pemenuhan kebutuhan dana
perusahaan dengan menggunakan current ratio.
Variabel Receivable Turn Over, Average Investment of Receivable, dan
Average Collection Period dipilih sebagai representasi dari pengukuran piutang
karena dengan ketiga variabel ini kita akan dapat melihat nilai perputaran
piutang, nilai rata-rata, serta rata-rata waktu pengumpulan piutang.
Secara lebih rinci, operasionalisasi variabel penelitian adalah sebagai
berikut :
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel
Variabel Indikator Skala
Current Rasio
(Y)
π‘π‘’π‘Ÿπ‘Ÿπ‘’π‘›π‘‘ π‘Žπ‘ π‘ π‘’π‘‘
π‘π‘’π‘Ÿπ‘Ÿπ‘’π‘›π‘‘ π‘™π‘–π‘Žπ‘™π‘– 𝑏 𝑖𝑙 𝑖𝑑𝑖 𝑒 𝑠
x100% Rasio
Receivable Turnover
(X1)
𝑛𝑒𝑑 π‘π‘Ÿπ‘’π‘‘π‘–π‘‘ π‘ π‘Žπ‘™π‘’
π‘Žπ‘£π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘”π‘’ π‘Ÿπ‘’π‘π‘’π‘–π‘£π‘Žπ‘π‘™π‘’
Rasio
Average Investment of
Receivable
(X2)
π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ π‘π‘œπ‘ π‘‘ π‘œπ‘“π‘π‘Ÿπ‘’π‘‘π‘–π‘‘ π‘ π‘Žπ‘™π‘’
π‘Ÿπ‘’π‘π‘’π‘–π‘£π‘Žπ‘π‘™π‘’ π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘› π‘œπ‘£π‘’π‘Ÿ
Rasio
Average Collection
Period
(X3)
360
π‘Ÿπ‘’π‘π‘’π‘–π‘£π‘Žπ‘π‘™π‘’ π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘› π‘œπ‘£π‘’π‘Ÿ
Rasio
34
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Pelaksanaan pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan metode :
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
Yaitu, penelitian yang dilakukan secara langsung guna memperoleh
data yang erat kaitannya dengan penelitian ini. Data dari lapangan
dapat diperoleh dari penelitian.
2. Kepustakaan (Library Research)
Yaitu, data diperoleh dengan cara membaca literatur-literatur, bahan
referensi, bahan kuliah, dan hasil penelitian lainnya yang ada
hubungannya dengan obyek yang diteliti. Hal ini dilakukan Penulis
untuk mendapatkan tambahan pengetahuan mengenai masalah yang
sedang dibahasnya.
3.5 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini variabel yang diukur adalah efektifitas piutang
terhadap likuiditas perusahaan pada perusahaan Telekomunikasi Indonesia.
Untuk menilai tingkat likuiditas perusahaan digunakan tiga variabel yaitu
Receivable Turn Over, Average Investment of Receivable, dan Average
Collection Period.
3.6 Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif sesuai dengan
metode analisis yang diterapkan oleh perusahaan, artinya data yang diperoleh di
lapangan diolah sedemikian rupa sehingga memberikan data yang sistematis,
faktual dan akurat mengenai permasalahan yang diteliti. Teknik analisis deskriptif
yang digunakan untuk menganalisa data yaitu dengan cara:
35
a. Receivable Turn Over (RTO)
Rasio ini mengukur berapa kali (dalam rata-rata) piutang itu
terjadi. Rasio perputaran piutang adalah besarnya rasio total penjualan
kredit terhadap saldo piutang rata-rata selama periode tertentu. Apabila
angka piutang rata-rata sama dengan nol ( 0 ), berarti perusahaan sudah
tidak memiliki piutang lagi atau dengan kata lain, semua piutang sudah
tertagih.
b. Average Collection Period (ACP)
Rasio ini berfungsi untuk mengetahui rata-rata hari yang
diperlukan untuk mengumpulkan piutang dan mengubahnya menjadi kas.
Hasil yang ditetapkan dari perhitungan ini akan dihubungkan dengan
jumlah hari yang ditetapkan sebagai standar kredit jika lebih kecil atau
sama dengan, maka berarti pengendalian piutang dapat dikatakan
berhasil, dan sebaliknya. Maka berarti beberapa pelanggan kredit
melakukan penunggakan atau melanggar standar kredit yang ditetapkan
perusahaan.
c. Average Investment of Receivable
Metode yang biasa dilakukan untuk analisis investasi piutang
pada umumnya sama dengan analisis investasi pada barang modal.
Dalam analisis investasi piutang ditentukan juga dengan jumlah investasi
yang tepat pada setiap periode yang diharapkan mendekati kenyataan
dengan rata- rata investasi piutang yang terjadi. Analisis ini dilakukan
dengan membandingkan investasi dalam piutang yang ditetapkan dengan
investasi yang terjadi.
36
d. Current Ratio (CR)
Semakin tinggi current ratio berarti semakin besar kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Aktiva lancar
yang dimaksud termasuk kas, piutang, surat berharga, dan persediaan.
Dari aktiva lancar tersebut, persediaan merupakan aktiva lancar yang
kurang likuid dibanding dengan yang lain.
37
BAB IV
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan
Perusahaan Perseroan (Persero) PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk.
(Telkom, Perseroan, Perusahaan, atau Kami) merupakan BUMN yang bergerak
di bidang jasa layanan telekomunikasi dan jaringan di wilayah Indonesia dan
karenanya tunduk pada hukum dan peraturan yang berlaku di negara ini. Dengan
statusnya sebagai perusahaan milik negara yang sahamnya diperdagangkan di
bursa saham, pemegang saham mayoritas Perusahaan adalah Pemerintah
Republik Indonesia sedangkan sisanya dikuasai oleh publik. Saham Perusahaan
diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI), New York Stock Exchange
(NYSE), London Stock Exchange (LSE) dan public offering without listing
(POWL) di Jepang. Layanan telekomunikasi dan jaringan Telkom sangat luas
dan beragam meliputi layanan dasar telekomunikasi domestik dan internasional,
baik menggunakan jaringan kabel, nirkabel tidak bergerak (Code Division
Multiple Access atau CDMA) maupun Global System for Mobile Communication
(GSM) serta layanan interkoneksi antar operator penyedia jaringan. Di luar
layanan telekomunikasi, Telkom juga berbisnis di bidang Multimedia berupa
konten dan aplikasi, melengkapi portofolio bisnis Perusahaan yang disebut TIME.
Bisnis telekomunikasi adalah fundamental platform bisnis Perusahaan yang
bersifat legacy, sedangkan portofolio bisnis lainnya disebut sebagai bisnis new
wave yang mengarahkan Perusahaan untuk terus berinovasi pada produk
berbasis kreatif digital. Hal tersebut mempertegas komitmen Telkom untuk terus
meningkatkan pendapatan di dalam situasi persaingan bisnis di industri ini yang
31
38
sangat terbuka. Adalah obsesi Perusahaan untuk secara berkelanjutan
membantu mengembangkan usaha kecil dan menengah menjadi perusahaan
dengan skala besar, dengan tetap mengutamakan peningkatan kesejahteraan
masyarakat luas. Selain itu, Perusahaan juga terus melakukan diversifikasi
usaha baik melalui merger ataupun akuisisi.
Gambar 4.1 Sejarah Singkat Telkom
39
4.1.2 Visi, Misi, dan Tujuan
Visi
Menjadi perusahaan yang unggul dalam penyelenggaraan TIME di
kawasan regional.
Misi
- Menyediakan layanan TIME yang berkualitas tinggi dengan harga
yang kompetitif.
- Menjadi model pengelolaan korporasi terbaik di Indonesia
Tujuan
Menjadi posisi terdepan dengan memperkokoh bisnis legacy dan
meningkatkan bisnis new wave untuk memperoleh 60% dari pendapatan
industri pada tahun 2015.
40
4.1.3 Struktur Organisasi
Gambar 4.2 Bagan Struktur Organisasi Telkom
Sumber: PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (Annual Report), 2012
41
4.2 Pengelolaan dan Pengendalian Piutang Usaha
Berdasarkan keputusan Senior General Manager FBCC Perusahaan
Perseroan (Persero) PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. Nomor: KV. 472/HK230/
FCC-A1000000/2011 tentang pedoman Dunning Mangement Billling & Collection
Center. Menetapkan pedoman pengelolaan Dunning Management yang dikelola
oleh TELKOM Finance, Billing & Collection Center unit Billing & Collection
dengan menetapkan tugas dan tanggung jawab masing-masing unit yang terlibat
di dalam proses pengolahan penagihan dan pembayaran (Collection), serta
pengelolaan tunggakan, penerapan sanksi atau denda, pengelolaan cabutan
sampai dengan write off (dunning) pada semua segmen pelanggan dan semua
jenis layanan. (Lampiran 4)
4.3 Sanksi dan Denda
Berdasarkan keputusan direksi perusahaan perseroan (persero) PT
Telekomunikasi Indonesia Tbk. Nomor: KD 34/ HK. 220/ COO-C0020000/2010
tentang denda dan isolir Sambungan Pokok Telepon, Sambungan Induk
Telepon, Flexi Classy, Flexi Home, Speedy, dan fasilitas Telekomunikasi di
Warung Telkom menetapkan bahwa keputusan ini dibuat sebagai pedoman bagi
DCS/DBS/DIVES dan DTF dalam memberlakukan ketentuan denda maupun
isolir Sambungan Pokok Telepon, Sambungan Induk Telepon, Flexi Classy, Flexi
Home, Speedy, dan Warung TELKOM bagi pelanggan yang belum melakukan
pembayaran tagihan sampai dengan batas akhir periode pembayaran bulan N.
Tujuan penetapan mengenai denda dan isolir adalah untuk mengurangi
atau menahan tingginya churn dengan memberikan waktu retensi yang cukup
bagi pelanggan.
42
Adapun Matriks kebijakan sanksi denda dan isolir bagi Sambungan
Pokok Telepon, Sambungan Induk Telepon, Flexi Classy, Flexi Home, Speedy,
dan Warung TELKOM.
a. Sanksi Denda dan Isolir Sambungan Pokok Telepon, Sambungan Induk
Telepon, Flexi Classy dan Flexi Home
Pelanggan yang melaksanakan pembayaran tagihan Sambungan Pokok
Telepon, Sambungan Induk Telepon, dan Flexi Calssy atau Flexi Home di luar
periode pembayaran, dikenakan sanksi dengan pengaturan sebgai berikut:
Tabel 4.1 Matriks Kebijakan Sanksi Denda dan Isolir Sambungan Pokok
Telepon, Sambungan Induk Telepon, Flexi Classy dan Flexi Home
Tanggal
Pembayaran
Sanksi
Denda
Sanksi
Isolir
Keterangan
5 s.d. 20
bulan N
- - Sesuai Periode pembayaran
21 s.d. akhir
bulan N
5% dari total
tagihan atau
minimal Rp
5.000,-
Isolir
Outgoing
-Isolir outgoing dapat dilakukan mulai
tanggal 21
-isolir outgoing dibuka sesaat setelah
Pelanggan melakukan pembayaran
tagihan dan denda
1 s.d. akhir
bulan (N+1)
10% dari
total tagihan
atau
minimal Rp
10.000,-
Isolir
Outgoing
-Status Pelanggan diisolir outgoing
-Isolir outgoing dibuka sesaat setelah
Pelanggan melakukan pembyaaran
tagihan dan denda
43
Tanggal
Pembayaran
Sanksi
Denda
Sanksi
Isolir
Keterangan
1 s.d. akhir
bulan (N+2)
15% dari
total tagihan
atau
minimal Rp
15.000,-
Isolir
Outgoing
-Status Pelanggan diisolir outgoing
-Isolir outgoing dibuka sesaat setelah
Pelanggan melakukan pembayaran
tagihan dan denda
-Apabila sampai dengan akhir periode
bulan (N+2) belum melakukan
pembayaran, maka dilakukan change
tariff abonemen=nol
1 s.d. akhir
bulan (N+3)
15% dari
total tagihan
atau
minimal Rp
15.000,-
Isolir
Outgoing
-Apabila selama periode bulan (N+2)
Pelanggan tersebut pernah
menerima penagihan (incoming call),
dan pada fasilitas telekomunikasi
tersebut tidak ada yang menerima,
maka status Pelanggan tetap isolir
outgoing
-Isolir Outgoing dibuka sesaat setelah
Pelanggan melakukan pembayaran
tagihan dan denda, selanjutnya
abonemen dikembalikan sesuai
ketentuan yang berlaku
-Selama belum melakukan
pembayaran, maka tagihan bulan
(N+3) dan seterusnya adalah nol.
Dicabut
-Apabila selama periode bulan (N+2)
Pelanggan tersebut tidak pernah
menerima panggilan (incoming call),
maka status fasilitas telekomunikasi
dicabut pada tanggal 1 bulan (N+4)
-Selama bulan (N+3) dilakukan
retensi sebagai upaya winback.
Sumber: PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2012
44
b. Sanksi Denda dan Isolir Speedy
Pelanggan Speedy yang melaksanakan pembayaran tagihan Speedy di
luar periode pembayaran, dikenakan sanksi dengan pengaturan sebagai berikut:
Tabel 4.2 Matriks Kebijakan Sanksi Denda dan Isolir Speedy
Tanggal
Pembayaran
Sanksi
Denda
Sanksi
Isolir
Keterangan
5 s.d. 20
bulan N
- - Sesuai Periode pembayaran
21 s.d. akhir
bulan N
5% dari total
tagihan atau
minimal Rp
5.000,-
Tidak
diisolir
-Tagihan bulan N yang harus dibayar
adalah sebesar monthly fee ditambah
excess usage (jika ada) bulan (N-1)
ditambah denda
1 s.d. akhir
bulan (N+1)
10% dari
total tagihan
atau
minimal Rp
10.000,-
Diisolir
-Diisolir mulai tanggal 1 bulan (N+1)
-Dibuka isolir sesaat setelah
Pelanggan melakukan pembayaran
tagihan
-Tagihan yang harus dibayar adalah
tagihan bulan N berikut denda dan
tagihan bulan (N+1)
-Apabila sampai dengan akhir bulan
N+1 Pelanggan belum membayar
tagihan dan denda, maka dilakukan
change tariff abonemen= nol
1 bulan (N+2)
s.d. akhir
bulan (N+3)
15% dari
total tagihan
atau
minimal Rp
15.000,-
Diisolir
-Diisolir
-Change tariff abonemen= nol
-Dilakukan caring agar Pelanggan
melunasi tunggakan
-Apabila Pelanggan melakukan
pembayaran, isolir speedy
dikembalikan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku
1 s.d. akhir
bulan (N+4)
15% dari
total tagihan
atau
minimal Rp
15.000,-
Dicabut
-Dicabut mulai tanggal 1 bulan N+4
-Setelah Pelanggan melunasi tagihan
ditambah denda, apabila Pelanggan
mengajukan pasang kembali, maka
dilayani sesuai dengan prosedur
pasang baru yang berlaku.
Sumber: PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2012
45
c. Sanksi Denda dan Isolir Fasilitas Telekomunikasi Warung TELKOM
Pengelola Warung TELKOM yang melaksanakan pembayaran di luar
periode pembayaran khusus untuk Pengelola Warung TELKOM, maka kepada
Pengelola Warung TELKOM yang bersangkutan dikenakan sanksi dengan
pengaturan sebagai berikut:
Tabel 4.3 Matriks Kebijakan Sanksi Denda dan Isolir Warung TELKOM
Tanggal
Pembayaran
Sanksi
Denda
Sanksi
Isolir
Keterangan
1 s.d. 10
bulan N
- - melakukan pembayaran sesuai
periode pembayaran Warung
TELKOM
11 s.d. akhir
bulan N
5% dari
total tagihan
atau
minimal Rp
5.000,-
Diisolir
total
semua
SST
-Diisolir total semua SST mulai
tanggal 11 bulan N
-Dibuka isolir total semua SST
sesaat setelah pengelola Warung
TELKOM melakukan pembayaran
tagihan dan denda
1 s.d. akhir
bulan (N+1)
10% dari
total tagihan
atau
minimal Rp
10.000,-
Dicabut
semua
SST
-Diisolir total semua SST mulai
tanggal 11 bulan N
-Dicabut semua SST pada tanggal 1
bulan N+1
-Setelah Pengelola Warung
TELKOM melunasi tagihan dan
denda, apabila yang bersangkutan
mengajukan pasang kembali maka
dikenakan biaya sesuai ketentuan
biaya PSB
1 s.d. akhir
bulan (N+2)
15% dari
total tagihan
atau
minimal Rp
15.000,-
Dicabut
semua
SST dan
semua
SST
tersebut
dapat
dipasarkan
-Diisolir total semua SST mulai
tanggal 11 bulan N
-Dicabut semua SST pada tanggal !
bulan N+1
-Pemutusan PKS secara sepihak
oleh TELKOM
-Setelah Pengelola Warung
TELKOM melunasi tagihan dan
denda, apabila ybs mengajukan
pasang kembali maka dilayani
sesuai dengan prosedur pengajuan
PKS sebagai Pengelola Warung
TELKOM
Sumber: PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2012
46
4.4 Kriteria pengukuran Efektifitas Piutang
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, beberapa metode
analisis yang digunakan untuk mengukur efektifitas piutang usaha perusahaan
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk., antara lain:
e. Receivable Turn Over (RTO)
f. Average Collection Period (ACP)
g. Average Investment of Receivable
h. Current Ratio (CR)
47
Tabel 4.4 Piutang Usaha PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. Tahun 2007-2011
(dalam miliaran rupiah)
Sumber : PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2012
Tahun Saldo Awal Saldo Akhir Total Piutang
Penjualan
Kredit
Aset Lancar Utang Lancar
2007 784.789 1.100.456 1.885.245 17.491.964 15.978.000 21.018.000
2008 1.100.456 1.203.905 2.304.361 21.055.076 14.622.000 27.218.000
2009 1.203.905 1.273.550 2.477.455 22.522.318 16.095.000 26.892.000
2010 1.273.550 1.277.983 2.551.553 20.055.875 18.729.000 20.473.000
2011 1.277.983 1.283.233 2.561.216 18.514.814 21.258.000 22.189.000
Total 5.640.683 6.139.127 11.779.830 99.640.047 86.682.000 117.790.000
41
48
4.5 Receivable Turn Over
Perputaran piutang yang semakin tinggi adalah semakin baik karena
modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk piutang akan semakin rendah. Naik
turunnya perputaran piutang ini akan dipengaruhi oleh hubungan perubahan
penjualan dengan perubahan piutang. Perubahan perputaran piutang dari tahun
ke tahun atau perbedaan perputaran piutang antar perusahaan merupakan
refleksi dari variasi kebijaksanaan pemberian kredit atau variasi tingkat
kemampuan dalam pengumpulan piutang.
π‘…π‘’π‘π‘’π‘–π‘£π‘Žπ‘π‘™π‘’ π‘‡π‘’π‘Ÿπ‘› π‘‚π‘£π‘’π‘Ÿ =
𝑛𝑒𝑑 π‘π‘Ÿπ‘’π‘‘π‘–π‘‘ π‘ π‘Žπ‘™π‘’
π‘Žπ‘£π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘”π‘’ π‘Ÿπ‘’π‘π‘’π‘– 𝑣 π‘Žπ‘π‘™π‘’
(1)
π‘ƒπ‘–π‘’π‘‘π‘Žπ‘›π‘” π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘Ž βˆ’ π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘Ž =
π‘ π‘Žπ‘™π‘‘π‘œ π‘Žπ‘€π‘Žπ‘™+π‘ π‘Žπ‘™ 𝑑 π‘œ π‘Žπ‘˜β„Žπ‘– π‘Ÿ
2
Adapun hasil perhitungan dari Receivable Turn Over adalah sebagai
berikut :
a. Tahun 2007
𝑅𝑇𝑂 =
17.491.964
942.622,5
= 18,557
π‘…π‘Žπ‘‘π‘Ž βˆ’ π‘…π‘Žπ‘‘π‘Ž π‘ƒπ‘–π‘’π‘‘π‘Žπ‘›π‘” =
784.789 + 1.100.456
2
= 942.622,5
b. Tahun 2008
𝑅𝑇𝑂 =
21.055.076
1.152.180,5
= 18,274
π‘…π‘Žπ‘‘π‘Ž βˆ’ π‘…π‘Žπ‘‘π‘Ž π‘ƒπ‘–π‘’π‘‘π‘Žπ‘›π‘” =
1.100.456 + 1.203.905
2
= 1.152.180,5
c. Tahun 2009
𝑅𝑇𝑂 =
22.522.318
1.238.727,5
= 18,181
π‘…π‘Žπ‘‘π‘Ž βˆ’ π‘…π‘Žπ‘‘π‘Ž π‘ƒπ‘–π‘’π‘‘π‘Žπ‘›π‘” =
1.203.905 + 1.273.550
2
= 1.238.727,5
49
d. Tahun 2010
𝑅𝑇𝑂 =
20.055.875
1.275.776,5
= 15,720
π‘…π‘Žπ‘‘π‘Ž βˆ’ π‘…π‘Žπ‘‘π‘Ž π‘ƒπ‘–π‘’π‘‘π‘Žπ‘›π‘” =
1.273.905 + 1.277.983
2
= 1.275.776,5
e. Tahun 2011
𝑅𝑇𝑂 =
18.514.814
1.280.608
= 14,457
π‘…π‘Žπ‘‘π‘Ž βˆ’ π‘…π‘Žπ‘‘π‘Ž π‘ƒπ‘–π‘’π‘‘π‘Žπ‘›π‘” =
1.277.983 + 1.283.233
2
= 1.280.608
Hasil perhitungan Receivable Turn Over di atas dapat dilihat pada table
4.5 berikut:
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Receivable Turn Over (RTO)
(dalam miliaran rupiah)
Tahun Penjualan Kredit Rata-Rata Piutang RTO
Perubahan
RTO
2007 17.491.964 942.622,5 18,557 -
2008 21.055.076 1.152.180,5 18,274 (0,283)
2009 22.522.318 1.238.727,5 18,181 (0,093)
2010 20.055.875 1.275.776,5 15,720 (2,461)
2011 18.514.814 1.280.608 14,457 (1,263)
Sumber: Data diolah, 2012
Receivable Turn Over (RTO) perusahaan Telkom pada tahun 2007-2011
terus mengalami penurunan setiap tahunnya. Perubahan RTO tertinggi terjadi
pada tahun 2010 yaitu 2,461 kali karena pada tahun 2010 RTO 15,720
sedangkan pada tahun 2009 adalah 18,181 kali. RTO pada tahun 2007
merupakan RTO tertinggi yang dicapai perusahaan, hal ini disebabkan rata-rata
piutang perusahaan sebesar 942.622,5 yang merupakan rata-rata piutang
50
terendah dalam lima tahun terakhir. Rata-rata piutang yang rendah menunjukkan
bahwa penjualan kredit rendah yang menyebabkan tingginya perputaran piutang,
dimana kita ketahui bahwa semakin tinggi RTO semakin baik karena modal kerja
yang tertanam dalam piutang semakin rendah.
4.6 Average Investment of Receivable
Dana yang tertanam di dalam piutang dalam satu kali perputaran,
dimana nilainya tergantung jumlah penjualan & periode kredit. Semakin lama
periode kredit, semakin besar dana yang tertanam dalam piutang,dan
sebaliknya.
π΄π‘£π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘”π‘’ πΌπ‘›π‘£π‘’π‘ π‘‘π‘šπ‘’π‘›π‘‘ π‘œπ‘“ π‘…π‘’π‘π‘’π‘–π‘£π‘Žπ‘π‘™π‘’ =
π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ π‘π‘œπ‘ π‘‘ π‘œπ‘“ π‘π‘Ÿπ‘’π‘‘π‘–π‘‘ π‘ π‘Žπ‘™π‘’
π‘Ÿπ‘’π‘π‘’π‘–π‘£π‘Žπ‘π‘™ 𝑒 π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘› π‘œπ‘£π‘’π‘Ÿ
(2)
Adapun hasil perhitungan dari Average Investment of Receivable adalah
sebagai berikut:
a. Tahun 2007
𝐴𝐼𝑂𝑅 =
17.491.964
18,557
= 942.607,32
b. Tahun 2008
𝐴𝐼𝑂𝑅 =
21.055.076
18,274
= 1.152.187,6
c. Tahun 2009
𝐴𝐼𝑂𝑅 =
22.522.318
18,181
= 1.238.783,2
d. Tahun 2010
𝐴𝐼𝑂𝑅 =
20.055.875
15,720
= 1.275.819
i. Tahun 2011
𝐴𝐼𝑂𝑅 =
18.514.814
14,457
= 1.280.681,6
51
Hasil perhitungan Average Investment of Receivable di atas dapat dilihat
pada table 4.6 berikut:
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Average Investment of Receivable
(dalam miliaran rupiah)
Tahun Total Penjualan Kredit RTO (kali) AIOR
Perubahan
AIOR
2007 17.491.964 18,557 942.607,32 -
2008 21.055.076 18,274 1.152.187,6 209.580,28
2009 22.522.318 18,181 1.238.783,2 86.595,6
2010 20.055.875 15,720 1.275.819 37.035,8
2011 18.514.814 14,457 1.280.681,6 4.862,6
Sumber: Data diolah, 2012
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa Average Investmen of Receivable
perusahaan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007
kinerja perusahaan membaik, dimana AIOR mencapai titik terendah, yaitu
942.607,32 (miliar). Hal ini terjadi karena perusahaan dapat meminimalkan
penjualan secara kredit hingga sebesar 17.491.964 (miliar) dan perputaran
piutang tertinggi selama lima tahun terakhir yaitu sebesar 18.557 (miliar).
Namun, pada tahun 2008 terjadi peningkatan penjualan kredit sebesar
3.563.1112 (miliar) dari tahun sebelumnya Pada tahun 2009, terjadi peningkatan
kembali pada piutang menjadi 22.522.318 dan penurunan pada RTO menjadi
18,181 yang menyebabkan peningkatan nilai pada AIOR dari 1.152.187,6
menjadi 1.238.783,2 (miliar).
Pada tahun 2010, AIOR mengalami kenaikan sebesar 37.035,8 yaitu dari
1.238.783,2 menjadi 1.275.819 (miliar) Pada tahun 2011, perubahan pada nilai
investasi piutang hanya menunjukkan angka perubahan sebesar 4.862,6 (miliar)
52
dan juga merupakan angka perubahan terkecil selama lima tahun. Hal ini
disebabkan karena menurunnya angka penjualan kredit dan perputaran piutang.
4.7 Average Collection Period
Semakin lama rata-rata piutang berarti semakin besar dana yang
tertanam pada piutang. Semakin besar hasil average collection period
menunjukkan bahwa perusahaan belum melakukan efisiensi dalam penagihan
piutangnya.
π΄π‘£π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘”π‘’ πΆπ‘œπ‘™π‘™π‘’π‘π‘‘π‘–π‘œπ‘› π‘ƒπ‘’π‘Ÿπ‘–π‘œπ‘‘ =
360
𝑅𝑒𝑐𝑒𝑖 𝑣 π‘Žπ‘π‘™π‘’ π‘‡π‘’π‘Ÿπ‘›π‘‚π‘£π‘’π‘Ÿ
(3)
Adapun hasil perhitungan dari Average Investment of Receivable adalah
sebagai berikut:
a. Tahun 2007
𝐴𝐢𝑃 =
360
18,557
= 19,4
b. Tahun 2008
𝐴𝐢𝑃 =
360
18,274
19,7
c. Tahun 2009
𝐴𝐢𝑃 =
360
18,181818
19,8
d. Tahun 2010
𝐴𝐢𝑃 =
360
15,720
= 22,9
e. Tahun 2011
𝐴𝐢𝑃 =
360
14,457
= 24,9
53
Hasil perhitungan Average Collection Period di atas dapat dilihat pada
table 4.7 berikut:
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Average Collection Period (ACP)
Tahun RTO (kali) ACP(hari) Perubahan ACP
2007 18,557 19,4 -
2008 18,274 19,7 0,3
2009 18,181 19,8 0,1
2010 15,720 22,9 3,1
2011 14,457 24,9 2
Sumber: Data diolah, 2012
Dari data pada tabel di atas, diketahui bahwa perusahaan belum efektif
dalam pengelolaan piutangnya karena terus mengalami peningkatan ACP setiap
tahunnya. Pada tahun 2011 perusahaan memiliki efektivitas penagihan piutang
yang paling tinggi pada lima tahun terakhir yaitu 24,9 hari dengan angka
perubahan dua (2) hari dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2010 dengan ACP
22,9 hari.
Pada tahun 2007 RTO perusahaan tertinggi selama lima tahun terakhir
yaitu sebesar 18,557 kali dengan nilai ACP 19,4 hari. Sementara pada tahun
2008 RTO menurun menjadi 18,274 kali dengan nilai ACP yang meningkat 0,3
dari tahun sebelumnya. Perusahaan mengalami penurunan RTO sebesar 93 kali
dibandingkan tahun 2008 yang menyebabkan terjadi penurunan ACP sebesar
0,1 hari. Pada tahun 2010 perusahaan mengalami perubahan ACP sebesar 3,1
dari tahun 2009 dengan nilai RTO 15,720 dan nilai ACP 22,9 hari.
Secara umum perusahaan masih berada pada ACP yang belum terlalu
baik khususnya berdasarkan ketetapan pembayaran yang dimilki perusahaan.
54
Berdasarkan data di atas, dapat diketahui juga bahwa pelanggan yang
mengunakan jasa Telkom masih memiliki kecenderungan menunggak
pembayaran rekening tagihan.
4.8 Likuiditas
Semakin tinggi current ratio berarti semakin besar kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Aktiva lancar yang
dimaksud termasuk kas, piutang, surat berharga, dan persediaan. Dari aktiva
lancar tersebut, persediaan merupakan aktiva lancar yang kurang likuid
dibanding dengan yang lain.
πΆπ‘’π‘Ÿπ‘Ÿπ‘’π‘›π‘‘ π‘…π‘Žπ‘‘π‘–π‘œ =
πΆπ‘’π‘Ÿπ‘Ÿπ‘’π‘›π‘‘ 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑑
πΆπ‘’π‘Ÿπ‘Ÿπ‘’π‘›π‘‘ πΏπ‘–π‘Žπ‘™π‘–π‘π‘–π‘™π‘–π‘‘ 𝑖𝑒𝑠
π‘₯100% (4)
Adapun hasil perhitungan dari Current Rtaio adalah sebagai berikut:
a. Tahun 2007
𝐢𝑅 =
15.978
21.018
π‘₯100% = 76,0%
b. Tahun 2008
𝐢𝑅 =
14.622
27.218
π‘₯100% = 53,75%
c. Tahun 2009
𝐢𝑅 =
16.095
26.892
π‘₯100% = 59,9%
d. Tahun 2010
𝐢𝑅 =
18.729
20.473
π‘₯100% = 91,5%
e. Tahun 2011
𝐢𝑅 =
21.258
22.189
π‘₯100% = 95,8%
55
Hasil perhitungan Current Ratio di atas dapat dilihat pada tabel 4.8
berikut:
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Current Ratio (CR)
(dalam miliaran rupiah)
Tahun
Current
Asset
Current
Lialibilities
Current Ratio Perubahan CR
2007 15.978 21.018 76,0% -
2008 14.622 27.218 53,57% (22,43%)
2009 16.095 26.892 59,9% 6,33%
2010 18.729 20.473 91,5% 31,6%
2011 21.258 22.189 95,8% 4,3%
Sumber: Data diolah, 2012
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa rasio lancar perusahaan
mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007 kinerja perusahaan
membaik, dimana rasio lancar mencapai titik tertinggi, yaitu sebesar 76,0 %. Hal
ini terjadi karena perusahaan dapat meminimalkan utang jangka pendek menjadi
21.018 miliaran rupiah walaupun jumlah total asset lancarnya berada pada titik
kedua terendah selama lima tahun terakhir yaitu sebesar 15.978 miliar rupiah.
Namun, pada tahun 2008 terjadi peningkatan utang lancar sebesar 6.200 miliar
rupiah dari tahun sebelumnya yaitu 27.218 miliar rupiah atau rasio lancar turun
menjadi 53,57% atau mengalami perubahan sebesar 22,43%. Pada tahun 2009,
terjadi peningkatan pada asset lancar dan penurunan pada utang lancar masing-
masing sebesar 16.095 miliar rupiah dan 26.892 miliar rupiah yang
menyebabkan peningkatan nilai pada rasio lancar dari 53,57% menjadi 59,9%.
Pada tahun 2010, rasio lancar mengalami peningkatan sebesar 2.634
miliar rupiah dari tahun 2009 yaitu dari 16.095 mrnjadi 18.729 miliar rupiah,
56
dimana jumlah asset lancar dan utang lancar tersebut menyebabkan perubahan
rasio lancar sebesar 31,6% yang juga merupakan persentase perubahan current
ratio terbesar selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2011, perubahan pada
current ratio hanya menunjukkan angka 4,3% dan juga merupakan persentase
terkecil selama lima tahun. Hal ini disebabkan karena meningkatnya current
asset menjadi 21.258 miliar rupiah dan current lialibilities yang juga cukup besar
yaitu 22.189 miliar rupiah. Hal tersebut menyebabkan persentase pada current
ratio sangat besar yaitu 95,8%.
4.9 Hubungan Antar Variabel
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis di atas dapat di jelaskan
hubungan antara variabel-variabel dalam penelitian. Dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan RTO, AIOR, ACP, dan CR
Tahun
Perubahan
RTO (Kali)
Perubahan AIOR
(miliaran Rp)
ACP (hari) CR
2007 - - - -
2008 (0,283) 209.580,28 0,3 22,43%
2009 (0,093) 86.595,6 0,1 ( 6,33% )
2010 (2,461) 37.035,8 3,1 ( 31,6% )
2011 (1,263) 4.862,6 2 ( 4,3% )
Sumber: Data diolah, 2012
Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa kinerja yang dicapai
perusahaan dalam mengendalikan piutang perusahaan semakin menurun setiap
tahunnya yang menyebabkan penurunan likuiditas perusahaan. Seperti telah
dibahas pada bab sebelumnya, likuiditas perusahaan menunjukkan kemampuan
57
untuk membayar kewajiban financial jangka pendek tepat pada waktunya.
Likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva
yang mudah untuk diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga,
piutang, dan persediaan.. Hasil penelitian ini menunjukkan kesesuaian dengan
teori tersebut.
Perusahaan mengalami penurunan efisiensi dalam mengelola piutang,
hal ini terlihat dari RTO, AIOR, dan ACP yang prestasinya terus menurun setiap
tahunnya. Penurunan ini juga berpengaruh terhadap current ratio perusahaan.
Dimana kita mengetahui bahwa pengelolaan piutang yang tidak efektif akan
memengaruhi tingkat likuiditas perusahaan karena piutang merupakan aktiva
yang mudah diubah menjadi kas. Berpedoman pada prinsip RTO bahwa semakin
tinggi perputaran piutang maka semakin baik prestasi yang dicapai sebuah
perusahaan, begitupula pada investasi piutang, semakin rendah investasi dalam
piutang maka semakin baik presetasi perusahaan, dan semakin rendah periode
pengumpulan piutang maka semakin baik tingkat likuiditas sebuah perusahaan.
Perusahaan belum efisien dalam hal pengelolaan piutangnya dikarenakan
berbagai faktor, salah satunya adalah dengan pertimbangan bahwa jika standar
kredit diperketat, kemungkinan besar akan terjadi penurunan jumlah pelanggan
dikarenakan jumlah pesaing yang cukup banyak.
58
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan uraian-uraian yang telah dilakukan pada
bab sebelumnya Penulis dapat menarik kesimpulan bahwa:
a. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (Persero) dalam melaksanaan
penerapkan prosedur pengelolaan dan sistem pengendalian piutang
belum efisien untuk meningkatkan likuiditas perusahaan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa optimalisasi manajemen piutang
Perusahaan yang efektif memang berbanding lurus dengan likuiditas
karena semakin menurunnya prestasi RTO, AIOR, dan ACP
menyebabkan penurunan pada likuiditas perusahaan.
b. Rasio Perputaran Piutang (RTO) pada tahun 2007 sangat meningkat
yaitu sebesar 18,557 kali, sedangkan nilai RTO yang terendah yaitu
pada tahun 2011 sebesar 14,457 kali. Peningkatan RTO di tahun
2007 yang mencapai nilai tertinggi disebabkan tingginya tingkat
kepedulian dan kerja sama dari manajemen.
c. Average Investment of Receivable (AIOR) pada tahun 2007 sangat
rendah yaitu sebesar 942.607,32 miliar, sedangkan nilai AIOR yang
tertinggi yaitu pada tahun 2011 sebesar 1.280.681,6 miliar.
Peningkatan AIOR di tahun 2011 yang mencapai nilai tertinggi
disebabkan tingginya tingkat penjualan secara kredit.
d. Umur rata-rata pengumpulan piutang (Average Collection period-
ACP) lebih besar dari standar pengumpulan piutang yang diterapkan
oleh perusahaan, terutama nilai pada tahun 2011, dimana nilai
52
59
Average Collection Periodnya mencapai 24,9 hari. Ini berarti
perusahaan belum efektif dalam mengelola piutang usahanya, sebab
standar pengumpulan piutang yang diterapkan oleh perusahaan
adalah batas pelunasan atau tanggal jatuh tempo selambat-
lambatnya 1 s.d. 10 bulan N, dan 5 s.d. 20 bulan N sejak nota tagihan
diterima oleh pengguna jasa.
5.2 Saran
a. Hendaknya piutang dikendalikan dan dikelola dengan sebaik mungkin
oleh bagian administrasi atau penatausahaan piutang agar tingkat
perputaran piutang menjadi lebih baik, sehingga persentase
penagihan dapat terus meningkat dan sebaiknya mengurangi jumlah
investasi dalam piutang timbulnya risiko kerugian piutang.
b. Sebelum diterbitkan surat pengantar nota tagihan sebaiknya pihak
pengguna jasa diberitahukan terlebih dahulu mengenai sanksi dan
denda yang dikenakan apabila terjadi keterlambatan pembayaran
nota tagihan sesuai dengan tanggal jatuh tempo yang telah
ditentukan.
c. Sebaliknya perusahaan membentuk tim khusus pengumpulan piutang
atau penagihan piutang untuk mempercepat proses pelunasan
piutang agar tingkat perputaran piutang dari tahun ke tahun semakin
meningkat sehingga modal yang diinvestasikan dalam piutang tidak
terlalu besar.
60
DAFTAR PUSTAKA
Alam, Syamsu. 2010. Manajemen Keuangan I. Makassar: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin
Alexandri, Benny. 2009. Manajemen Keuangan Bisinis. Edisi Kedua. Penerbit
Alfabeta. IKAPI. Bandung.
Annual Report 2011. Melaju Melampaui Batas Telekomunikasi .Laporan
Tahunan 2011 PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (www.idx.co.id)
(diakses 18 oktober 2012)
Hadirah.Isdiati. 2010. Analisis Cadangan Kerugian Piutang Aeronautika Pada
Makassar Air Traffic Service Center PT Angkasa Pura I (Persero).
Laporan Tugas Akhir Politeknik Negeri Ujung Pandang (Tidak
Dipublikasikan)
Halim, Abdul. 2007. Manajemen Keuangan Bisnis. Malang: Penerbit Ghalia
Indonesia.
Kasmir. 2011.Analisis Laporan Keuangan. Cetakan Keempat, Rajawali Pers.
Jakarta
Keown, J. Arthur, Scott, F. David Jr., Martin, D. Jhon, & Pretty William J., 2001.
Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi Ketujuh, Salemba Empat,
Jakarta.
Keputusan Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Telekomunikasi
Indonesia Tbk. Nomor: KD 34./HK 220/COO-C0020000/2010 tentang
Denda dan Isolir
Martono & Harjito, 2007. Manajemen Keuangan Perusahaan. Cetakan Kelima,
Ekonisia, Jakarta.
Martono dan Agus Harjito. 2008. Manajemen Keuangan (Cetakan Ketujuh).
Ekonisia; Yogyakarta.
Munawir, S. 2002. Analisis Informasi Keuangan. Yogyakarta: Liberty
Yogyakarta.
Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta
:Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada.
Sartono, Agus. 2010. Manajemen Keuangan. BPFE. Yogyakarta
Syamsuddin, Lukman. 2007. Manajemen Keuangan Perusahaan. PT Raja
Grafindo Persada. Jakarta
Syamsuddin, Lukman. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan. Rajawali
Pers. Jakarta
60
61
Siahaan, Debora, 2009. Analisis Penerapan Kebijakan Manajemen
Piutang Serta Pengaruhnya Terhadap Cash Ratio, Net Profit
Margin Dan Earning Power pada PT. Wijaya Indonesia Makmur
Bicycle Industry CabangSetia Budi Medan. Skripsi Universitas
Sumatera Utara.
Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta: Bandung.
Warren & Reeve. 2006. Pengantar Akuntansi. Buku Satu, Edisi Kedua puluh
satu. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
62
YAMINA JAYA
Photocopy & Printing
KANTIN RAMSIS UNHAS
Phone: 081342933050
63
LAMPIRAN
1
64
BIODATA
Identitas Diri
Nama : Nurafiah
Tempat, Tanggal Lahir : Watampone, 12 Maret 1991
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat Rumah : BTN Dewi Kumalasari AC 19/1, Daya
No. HP : 085298334141
Alamat email : lnurafiah@yahoo.com
Riwayat Pendidikan
Pendidikan Formal Tahun 1991-2003 :SD Negeri 23 Jeppe’e
Tahun 2003-2006 : SMP Negeri 2 Watampone
Tahun 2006-2009 : SMA Negeri 4 Watampone
Pendidikan Nonformal :
Riwayat Prestasi
Prestasi Akademik :
Prestasi Nonakademik :
Pengalaman
Organisasi :
Kerja : Bank BRI Cabang Watampone
Demikian biodata ini dibuat dengan sebenarnya.
Makassar,24 November 2012
NURAFIAH
65
LAMPIRAN
2
66
Lampiran 2
Tabel 2.3 Peta Teori
No.
Penulis/Topik/Judul
Buku/Artikel
Tujuan Penelitian/
Penulisan Buku/ Artikel
Konsep/ Teori/
Hipotesis
Variabel Penilitian dan
Teknik Analisis
Hasil Penilitian/ Isi Buku
1 Gita GaneshaPutri.,
2012.
Penerapan
kebijakan
manajemen piutang
dan pengaruhnya
terhadap cash ratio,
net profit margin,
dan earning power
Pada pt. Angkasa
pura i (persero)
Cabang bandar
udara sultan
hasanuddin
makassar )
1. Untuk mengetahui
penerapan
kebijakan piutang
pada PT. Angkasa
Pura I (Persero)
2. Untuk mengetahui
pengaruh Average
Collection Period
terhadap Cash
Ratio pada PT.
Angkasa Pura I
(Persero)
3. Untuk mengetahui
pengaruh Average
Collection Period
terhadap Net Profit
Margin pada PT.
Angkasa Pura I
(Persero)
4. Untuk mengetahui
pengaruh Average
Collection Period
terhadap Earning
Power pada PT.
Angkasa Pura I
(Persero)
1. Diduga Average
Collection Period
berpengaruh
terhadap Cash
Ratio PT. Angkasa
Pura I (Persero)
2. Diduga Average
Collection Period
berpengaruh
terhadap Net Profit
Margin pada PT.
Angkasa Pura I
(Persero)
3. Diduga average
collection period
berpengaruh
terhadap earning
power PT.
Angkasa Pura I
(Persero)
Variabel:
a. Independen
1. Cash Ratio,
2. Net Profit Margin,
dan
3. Earning Power.
b. Dependen
Jangkawaktu rata-
rata
pengumpulanpiut
ang
c. TeknikAnalisis:
Analisisregresiber
ganda
1. Berdasarkan
penilaianinternal diperoleh
kesimpulan bahwa kebijakan
manajemen piutang pada
PT. Angkasa Pura I
(Persero) Bandara Sultan
Hasanuddin Makassar telah
cukup efektif dalam
melakukan penagihan
piutang kepada para kreditur
sehingga angka rata-rata
pengumpulan piutangnya
lebih kecil dibandingkan
dengan syarat kredit yang
diberlakukan.
2. Average Collection Period
berpengaruh positif terhadap
Cash Ratio.
3. Average Collection Period
berpengaruh positif terhadap
Net Profit Margin.
4. Average Collection Period
berpengaruh positif terhadap
Return on Investment,
67
Lanjutan Tabel 2.3
No.
Penulis/ Topik/
Judul Buku/ Artikel
Tujuan Penelitian/
Penulisan Buku/ Artikel
Konsep/ Teori/
Hipotesis
Variabel Penilitian
dan Teknik Analisis
Hasil Penilitian/ Isi Buku
2 Indrajit
Wicaksana.,
2011.Analisis
Pengaruh
Pengendalian
Piutang Terhadap
Efektivitas Arus
Kas
1. Mengetahui
sistem
manajemen
piutang yang
dijalankan pada
PT. Z?
2. Menganalisis
faktor-faktor yang
mempengaruhi
besarnya piutang
PT. Z?
1. Diduga system
manajemenpiutang
yang dijalankan PT Z
telahsesuaidengan
SOP
2. Diduga factor-faktor
yang
memengaruhipiutang
PT Z
adalahketentuanpenj
ualan,
persentasepenjualan
kredit,
tipepelanggan,
danusahapenagihan.
Variabel:
1. System
pengendalianpiuta
ng
2. Laporankeuangan
Teknik Analisis:
Analisis data yang
digunakananalisis per
komponen, analisis
trend, analisis cash
conversion cycle, dan
analisis rasio
keuangan
1. Berdasarkan analisis terhadap
sistem manajemen piutang
yang dilakukan, PT. Z telah
melakukan proses manajemen,
pengelolaan, dan pengendalian
piutang berdasarkan SOP yang
telah ditetapkan
olehperusahaan, namun dalam
pelaksanaannya masih
terdapat beberapa hal yang
tidak sesuai dengan SOP.
2. Faktor-faktor yang
mempengaruhi besarnya
jumlah piutang seperti
persentase penjualan kredit,
ketentuan penjualan, tipe
pelanggan, dan usaha
penagihan, PT. Z memiliki
jumlah piutang yang cukup
besar pada laporan neraca
terutama dipengaruhi oleh
besarnya persentase penjualan
kredit dan usaha penagihan
yang dilakukan.
68
LAMPIRAN
3
69
70
71
72
73
74
75
76
LAMPIRAN
4
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89

More Related Content

What's hot

Komunikasi interpersonal dan intrapersonal
Komunikasi interpersonal dan intrapersonalKomunikasi interpersonal dan intrapersonal
Komunikasi interpersonal dan intrapersonalzainalarifin3690
Β 
PROSES KOMUNIKASI.ppt
PROSES KOMUNIKASI.pptPROSES KOMUNIKASI.ppt
PROSES KOMUNIKASI.pptrhamset
Β 
komunikasi interpesonal
komunikasi interpesonalkomunikasi interpesonal
komunikasi interpesonalOdi Pratama
Β 
Hambatan Dalam Komunikasi Organisasi
Hambatan Dalam Komunikasi OrganisasiHambatan Dalam Komunikasi Organisasi
Hambatan Dalam Komunikasi OrganisasiLisa Ramadhanty
Β 
Monopoly Media & Sistem Pers Indonesia Hegemoni Media Massa
Monopoly Media & Sistem Pers Indonesia Hegemoni Media MassaMonopoly Media & Sistem Pers Indonesia Hegemoni Media Massa
Monopoly Media & Sistem Pers Indonesia Hegemoni Media MassaUniversity of Andalas
Β 
Starifikasi Sosial: Teori stratifikasi
Starifikasi Sosial: Teori stratifikasiStarifikasi Sosial: Teori stratifikasi
Starifikasi Sosial: Teori stratifikasiYaser Lopekabausirah
Β 
Studi Profan dan Sakral Menurut Emile Durkheim
Studi Profan dan Sakral Menurut Emile DurkheimStudi Profan dan Sakral Menurut Emile Durkheim
Studi Profan dan Sakral Menurut Emile Durkheimafifahdhaniyah
Β 
Teori Pelanggaran harapan
Teori Pelanggaran harapanTeori Pelanggaran harapan
Teori Pelanggaran harapanTeddy Ayomi
Β 
Metode Korelasional 2 (Psikologi Umum)
Metode Korelasional 2 (Psikologi Umum)Metode Korelasional 2 (Psikologi Umum)
Metode Korelasional 2 (Psikologi Umum)atone_lotus
Β 
Manajemen konflik
Manajemen konflikManajemen konflik
Manajemen konflikwahyukoyosss
Β 
Power Point Presentasi Antropologi Budaya (Etnik dan Ras)
Power Point Presentasi Antropologi Budaya (Etnik dan Ras)Power Point Presentasi Antropologi Budaya (Etnik dan Ras)
Power Point Presentasi Antropologi Budaya (Etnik dan Ras)eka septarianda
Β 
Emotion & Communication Theory
Emotion & Communication TheoryEmotion & Communication Theory
Emotion & Communication Theorymankoma2012
Β 

What's hot (12)

Komunikasi interpersonal dan intrapersonal
Komunikasi interpersonal dan intrapersonalKomunikasi interpersonal dan intrapersonal
Komunikasi interpersonal dan intrapersonal
Β 
PROSES KOMUNIKASI.ppt
PROSES KOMUNIKASI.pptPROSES KOMUNIKASI.ppt
PROSES KOMUNIKASI.ppt
Β 
komunikasi interpesonal
komunikasi interpesonalkomunikasi interpesonal
komunikasi interpesonal
Β 
Hambatan Dalam Komunikasi Organisasi
Hambatan Dalam Komunikasi OrganisasiHambatan Dalam Komunikasi Organisasi
Hambatan Dalam Komunikasi Organisasi
Β 
Monopoly Media & Sistem Pers Indonesia Hegemoni Media Massa
Monopoly Media & Sistem Pers Indonesia Hegemoni Media MassaMonopoly Media & Sistem Pers Indonesia Hegemoni Media Massa
Monopoly Media & Sistem Pers Indonesia Hegemoni Media Massa
Β 
Starifikasi Sosial: Teori stratifikasi
Starifikasi Sosial: Teori stratifikasiStarifikasi Sosial: Teori stratifikasi
Starifikasi Sosial: Teori stratifikasi
Β 
Studi Profan dan Sakral Menurut Emile Durkheim
Studi Profan dan Sakral Menurut Emile DurkheimStudi Profan dan Sakral Menurut Emile Durkheim
Studi Profan dan Sakral Menurut Emile Durkheim
Β 
Teori Pelanggaran harapan
Teori Pelanggaran harapanTeori Pelanggaran harapan
Teori Pelanggaran harapan
Β 
Metode Korelasional 2 (Psikologi Umum)
Metode Korelasional 2 (Psikologi Umum)Metode Korelasional 2 (Psikologi Umum)
Metode Korelasional 2 (Psikologi Umum)
Β 
Manajemen konflik
Manajemen konflikManajemen konflik
Manajemen konflik
Β 
Power Point Presentasi Antropologi Budaya (Etnik dan Ras)
Power Point Presentasi Antropologi Budaya (Etnik dan Ras)Power Point Presentasi Antropologi Budaya (Etnik dan Ras)
Power Point Presentasi Antropologi Budaya (Etnik dan Ras)
Β 
Emotion & Communication Theory
Emotion & Communication TheoryEmotion & Communication Theory
Emotion & Communication Theory
Β 

Viewers also liked

Pedoman Skripsi Jur Akuntansi
Pedoman Skripsi Jur AkuntansiPedoman Skripsi Jur Akuntansi
Pedoman Skripsi Jur Akuntansiamaen
Β 
Scp analysis of pulp & paper industry
Scp analysis of pulp & paper industryScp analysis of pulp & paper industry
Scp analysis of pulp & paper industryindonesiabelajar
Β 
Komunikasi data dan interface xi 1
Komunikasi data dan interface xi 1Komunikasi data dan interface xi 1
Komunikasi data dan interface xi 1Dayatx Dxd
Β 
Panduan penulisan tesis dan disertasi
Panduan penulisan tesis dan disertasiPanduan penulisan tesis dan disertasi
Panduan penulisan tesis dan disertasiImam Darmawan
Β 
Penelitian Terdahulu
Penelitian TerdahuluPenelitian Terdahulu
Penelitian Terdahuluchoirul61
Β 
Bab i pendahuluan penelitian eksperimen murni
Bab i pendahuluan penelitian eksperimen murniBab i pendahuluan penelitian eksperimen murni
Bab i pendahuluan penelitian eksperimen murnisafran hasibuan
Β 
Penelitian terdahulu
Penelitian terdahuluPenelitian terdahulu
Penelitian terdahuluRatzman III
Β 
Skripsi achyar (revisi) 1
Skripsi achyar (revisi) 1Skripsi achyar (revisi) 1
Skripsi achyar (revisi) 1Akuntan Syariah
Β 
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam BroilerFaktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam BroilerIndonesian Rubber Research Institute
Β 
pertumbuhan dan perkembangan
pertumbuhan dan perkembanganpertumbuhan dan perkembangan
pertumbuhan dan perkembanganFatimah Sitanggang
Β 
PENGARUH AUDIT TENURE, REPUTASI AUDITOR, DISCLOSURE, UKURAN PERUSAHAAN DAN ...
PENGARUH AUDIT TENURE,  REPUTASI AUDITOR, DISCLOSURE,  UKURAN PERUSAHAAN DAN ...PENGARUH AUDIT TENURE,  REPUTASI AUDITOR, DISCLOSURE,  UKURAN PERUSAHAAN DAN ...
PENGARUH AUDIT TENURE, REPUTASI AUDITOR, DISCLOSURE, UKURAN PERUSAHAAN DAN ...Rahayu Susanti
Β 
Skripsi akuntansi pengaruh income smoothing (perataan laba)
Skripsi akuntansi pengaruh income smoothing (perataan laba)Skripsi akuntansi pengaruh income smoothing (perataan laba)
Skripsi akuntansi pengaruh income smoothing (perataan laba)Poetra Chebhungsu
Β 
PANDUAN TUGAS AKHIR (TA) SKRIPSI By Miss Astrid
PANDUAN TUGAS AKHIR (TA) SKRIPSI By Miss AstridPANDUAN TUGAS AKHIR (TA) SKRIPSI By Miss Astrid
PANDUAN TUGAS AKHIR (TA) SKRIPSI By Miss AstridDiana Amelia Bagti
Β 
PELAKSANAAN PENELITIAN KUANTITATIF- Prof. Dr. Sugiyono
PELAKSANAAN PENELITIAN KUANTITATIF- Prof. Dr. SugiyonoPELAKSANAAN PENELITIAN KUANTITATIF- Prof. Dr. Sugiyono
PELAKSANAAN PENELITIAN KUANTITATIF- Prof. Dr. SugiyonoUniversitas sriwijaya
Β 
Ratio analysis 01042015
Ratio analysis 01042015Ratio analysis 01042015
Ratio analysis 01042015PPA FEUI
Β 

Viewers also liked (20)

Tesis agussalim
Tesis agussalimTesis agussalim
Tesis agussalim
Β 
Pedoman Skripsi Jur Akuntansi
Pedoman Skripsi Jur AkuntansiPedoman Skripsi Jur Akuntansi
Pedoman Skripsi Jur Akuntansi
Β 
Scp analysis of pulp & paper industry
Scp analysis of pulp & paper industryScp analysis of pulp & paper industry
Scp analysis of pulp & paper industry
Β 
Skripsi
SkripsiSkripsi
Skripsi
Β 
Komunikasi data dan interface xi 1
Komunikasi data dan interface xi 1Komunikasi data dan interface xi 1
Komunikasi data dan interface xi 1
Β 
Panduan penulisan tesis dan disertasi
Panduan penulisan tesis dan disertasiPanduan penulisan tesis dan disertasi
Panduan penulisan tesis dan disertasi
Β 
Penelitian Terdahulu
Penelitian TerdahuluPenelitian Terdahulu
Penelitian Terdahulu
Β 
Bab i pendahuluan penelitian eksperimen murni
Bab i pendahuluan penelitian eksperimen murniBab i pendahuluan penelitian eksperimen murni
Bab i pendahuluan penelitian eksperimen murni
Β 
Penelitian terdahulu
Penelitian terdahuluPenelitian terdahulu
Penelitian terdahulu
Β 
Skripsi achyar (revisi) 1
Skripsi achyar (revisi) 1Skripsi achyar (revisi) 1
Skripsi achyar (revisi) 1
Β 
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam BroilerFaktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ayam Broiler
Β 
pertumbuhan dan perkembangan
pertumbuhan dan perkembanganpertumbuhan dan perkembangan
pertumbuhan dan perkembangan
Β 
PENGARUH AUDIT TENURE, REPUTASI AUDITOR, DISCLOSURE, UKURAN PERUSAHAAN DAN ...
PENGARUH AUDIT TENURE,  REPUTASI AUDITOR, DISCLOSURE,  UKURAN PERUSAHAAN DAN ...PENGARUH AUDIT TENURE,  REPUTASI AUDITOR, DISCLOSURE,  UKURAN PERUSAHAAN DAN ...
PENGARUH AUDIT TENURE, REPUTASI AUDITOR, DISCLOSURE, UKURAN PERUSAHAAN DAN ...
Β 
Feli
FeliFeli
Feli
Β 
Skripsi akuntansi pengaruh income smoothing (perataan laba)
Skripsi akuntansi pengaruh income smoothing (perataan laba)Skripsi akuntansi pengaruh income smoothing (perataan laba)
Skripsi akuntansi pengaruh income smoothing (perataan laba)
Β 
Skripsi lengkap
Skripsi lengkapSkripsi lengkap
Skripsi lengkap
Β 
PANDUAN TUGAS AKHIR (TA) SKRIPSI By Miss Astrid
PANDUAN TUGAS AKHIR (TA) SKRIPSI By Miss AstridPANDUAN TUGAS AKHIR (TA) SKRIPSI By Miss Astrid
PANDUAN TUGAS AKHIR (TA) SKRIPSI By Miss Astrid
Β 
54831671 skripsi-peh-1
54831671 skripsi-peh-154831671 skripsi-peh-1
54831671 skripsi-peh-1
Β 
PELAKSANAAN PENELITIAN KUANTITATIF- Prof. Dr. Sugiyono
PELAKSANAAN PENELITIAN KUANTITATIF- Prof. Dr. SugiyonoPELAKSANAAN PENELITIAN KUANTITATIF- Prof. Dr. Sugiyono
PELAKSANAAN PENELITIAN KUANTITATIF- Prof. Dr. Sugiyono
Β 
Ratio analysis 01042015
Ratio analysis 01042015Ratio analysis 01042015
Ratio analysis 01042015
Β 

Similar to PIUTANG]Analisis Efektifitas Manajemen Piutang dan Pengaruhnya terhadap Likuiditas PT Telekomunikasi Indonesia Tbk

Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah A...
Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah A...Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah A...
Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah A...Rangel Chris Eko Bieth
Β 
Ipm sulawesi selatan 2001 2010 (2012)
Ipm sulawesi selatan 2001 2010 (2012)Ipm sulawesi selatan 2001 2010 (2012)
Ipm sulawesi selatan 2001 2010 (2012)Muhammad Akbar Fatria
Β 
Retno nilasari
Retno nilasariRetno nilasari
Retno nilasariChacha Ndut
Β 
Pdf digabung keseluruhan isi
Pdf digabung keseluruhan isiPdf digabung keseluruhan isi
Pdf digabung keseluruhan isialamsyah408572
Β 
Skripsi cahyaningrum bali
Skripsi cahyaningrum baliSkripsi cahyaningrum bali
Skripsi cahyaningrum baliMuhammad Love Kian
Β 
management control system journal
management control system journalmanagement control system journal
management control system journalvivalavida148
Β 
SKRIPSI PENGARUH BIAYA, LOKASI, FASILITAS DAN GROUP ACUAN TERHADAP PILIHAN SI...
SKRIPSI PENGARUH BIAYA, LOKASI, FASILITAS DAN GROUP ACUAN TERHADAP PILIHAN SI...SKRIPSI PENGARUH BIAYA, LOKASI, FASILITAS DAN GROUP ACUAN TERHADAP PILIHAN SI...
SKRIPSI PENGARUH BIAYA, LOKASI, FASILITAS DAN GROUP ACUAN TERHADAP PILIHAN SI...ERNING KAROMAH
Β 
Pengaruh Kehadiran Kepemilikan Bank Asing Terhadap Profitabilitas, Aktivitas ...
Pengaruh Kehadiran Kepemilikan Bank Asing Terhadap Profitabilitas, Aktivitas ...Pengaruh Kehadiran Kepemilikan Bank Asing Terhadap Profitabilitas, Aktivitas ...
Pengaruh Kehadiran Kepemilikan Bank Asing Terhadap Profitabilitas, Aktivitas ...Ekaputra Sananto
Β 
Digital 20302761 s-etrin damayanti
Digital 20302761 s-etrin damayantiDigital 20302761 s-etrin damayanti
Digital 20302761 s-etrin damayantiHilda Bastari
Β 
PENGARUH LIKUIDITAS, STRUKTUR MODAL, DAN PROFITABILITAS TERHADAP MARKET VALUE...
PENGARUH LIKUIDITAS, STRUKTUR MODAL, DAN PROFITABILITAS TERHADAP MARKET VALUE...PENGARUH LIKUIDITAS, STRUKTUR MODAL, DAN PROFITABILITAS TERHADAP MARKET VALUE...
PENGARUH LIKUIDITAS, STRUKTUR MODAL, DAN PROFITABILITAS TERHADAP MARKET VALUE...Uofa_Unsada
Β 
Cover Insentif dan lingkungan kerja terhadap semangat kerja
Cover Insentif dan lingkungan kerja terhadap semangat kerjaCover Insentif dan lingkungan kerja terhadap semangat kerja
Cover Insentif dan lingkungan kerja terhadap semangat kerjaEka_Ps
Β 
ANALISIS KINERJA LIKUIDITAS DAN SOLVABILITAS TERHADAP KEPUTUSAN KREDITUR DALA...
ANALISIS KINERJA LIKUIDITAS DAN SOLVABILITAS TERHADAP KEPUTUSAN KREDITUR DALA...ANALISIS KINERJA LIKUIDITAS DAN SOLVABILITAS TERHADAP KEPUTUSAN KREDITUR DALA...
ANALISIS KINERJA LIKUIDITAS DAN SOLVABILITAS TERHADAP KEPUTUSAN KREDITUR DALA...Uofa_Unsada
Β 

Similar to PIUTANG]Analisis Efektifitas Manajemen Piutang dan Pengaruhnya terhadap Likuiditas PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (20)

Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah A...
Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah A...Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah A...
Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah A...
Β 
Ipm sulawesi selatan 2001 2010 (2012)
Ipm sulawesi selatan 2001 2010 (2012)Ipm sulawesi selatan 2001 2010 (2012)
Ipm sulawesi selatan 2001 2010 (2012)
Β 
Retno nilasari
Retno nilasariRetno nilasari
Retno nilasari
Β 
Pdf digabung keseluruhan isi
Pdf digabung keseluruhan isiPdf digabung keseluruhan isi
Pdf digabung keseluruhan isi
Β 
Rakhmayani
RakhmayaniRakhmayani
Rakhmayani
Β 
File Pengantar
File PengantarFile Pengantar
File Pengantar
Β 
11728695
1172869511728695
11728695
Β 
Skripsi cahyaningrum bali
Skripsi cahyaningrum baliSkripsi cahyaningrum bali
Skripsi cahyaningrum bali
Β 
Skripsi cahyaningrum
Skripsi cahyaningrumSkripsi cahyaningrum
Skripsi cahyaningrum
Β 
ssdsd
ssdsdssdsd
ssdsd
Β 
management control system journal
management control system journalmanagement control system journal
management control system journal
Β 
SKRIPSI PENGARUH BIAYA, LOKASI, FASILITAS DAN GROUP ACUAN TERHADAP PILIHAN SI...
SKRIPSI PENGARUH BIAYA, LOKASI, FASILITAS DAN GROUP ACUAN TERHADAP PILIHAN SI...SKRIPSI PENGARUH BIAYA, LOKASI, FASILITAS DAN GROUP ACUAN TERHADAP PILIHAN SI...
SKRIPSI PENGARUH BIAYA, LOKASI, FASILITAS DAN GROUP ACUAN TERHADAP PILIHAN SI...
Β 
Pengaruh Kehadiran Kepemilikan Bank Asing Terhadap Profitabilitas, Aktivitas ...
Pengaruh Kehadiran Kepemilikan Bank Asing Terhadap Profitabilitas, Aktivitas ...Pengaruh Kehadiran Kepemilikan Bank Asing Terhadap Profitabilitas, Aktivitas ...
Pengaruh Kehadiran Kepemilikan Bank Asing Terhadap Profitabilitas, Aktivitas ...
Β 
Digital 20302761 s-etrin damayanti
Digital 20302761 s-etrin damayantiDigital 20302761 s-etrin damayanti
Digital 20302761 s-etrin damayanti
Β 
Hayati hidayah
Hayati hidayahHayati hidayah
Hayati hidayah
Β 
Daftar isi
Daftar isiDaftar isi
Daftar isi
Β 
PENGARUH LIKUIDITAS, STRUKTUR MODAL, DAN PROFITABILITAS TERHADAP MARKET VALUE...
PENGARUH LIKUIDITAS, STRUKTUR MODAL, DAN PROFITABILITAS TERHADAP MARKET VALUE...PENGARUH LIKUIDITAS, STRUKTUR MODAL, DAN PROFITABILITAS TERHADAP MARKET VALUE...
PENGARUH LIKUIDITAS, STRUKTUR MODAL, DAN PROFITABILITAS TERHADAP MARKET VALUE...
Β 
Cover Insentif dan lingkungan kerja terhadap semangat kerja
Cover Insentif dan lingkungan kerja terhadap semangat kerjaCover Insentif dan lingkungan kerja terhadap semangat kerja
Cover Insentif dan lingkungan kerja terhadap semangat kerja
Β 
ANALISIS KINERJA LIKUIDITAS DAN SOLVABILITAS TERHADAP KEPUTUSAN KREDITUR DALA...
ANALISIS KINERJA LIKUIDITAS DAN SOLVABILITAS TERHADAP KEPUTUSAN KREDITUR DALA...ANALISIS KINERJA LIKUIDITAS DAN SOLVABILITAS TERHADAP KEPUTUSAN KREDITUR DALA...
ANALISIS KINERJA LIKUIDITAS DAN SOLVABILITAS TERHADAP KEPUTUSAN KREDITUR DALA...
Β 
Industri
IndustriIndustri
Industri
Β 

PIUTANG]Analisis Efektifitas Manajemen Piutang dan Pengaruhnya terhadap Likuiditas PT Telekomunikasi Indonesia Tbk

  • 1. i SKRIPSI ANALISIS EFEKTIFITAS MANAJEMEN PIUTANG DAN PENGARUHNYA TERHADAP LIKUIDITAS PERUSAHAAN PADA PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk. TAHUN 2007-2011 NURAFIAH JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012
  • 2. ii SKRIPSI ANALISIS EFEKTIFITAS MANAJEMEN PIUTANG DAN PENGARUHNYA TERHADAP LIKUIDITASPERUSAHAAN PADA PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk. TAHUN 2007-2011 sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi disusun dan diajukan oleh NURAFIAH A21109003 kepada JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012
  • 3. iii
  • 4. iv
  • 5. v
  • 6. vi PRAKATA Bissmillahi Rahmani Rahim Assalamu Alaikum Wr. Wb. Puji syukur Peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga Peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan tugas akhir untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi (S.E.) pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin. Shalawat dan salam tak lupa Penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad S.A.W dan keluarganya serta para sahabatnya. Skripsi ini saya persembahkan kepada Ayahanda Mastang dan Ibunda Roshida yang telah melahirkan, mendidik, menasehati, dan tak pernah lelah mendoakan dengan penuh ketulusan dan keikhlasan, tanpa henti-hentinya mencurahkan perhatian dan kasih sayangnya demi keberhasilan Peneliti, untuk itu dengan rasa rendah diri dan rasa hormat yang sangat tinggi Peneliti haturkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada mereka. Begitu pula kepada saudara-saudari Peneliti (Rusfiadhi dan Anugrah Tri Putri) yang telah memberikan dukungan dan semangat yang besar kepada Peneliti selama ini. Banyak rintangan yang Peneliti hadapi dalam menyelesaikan skripsi ini, namun tidak menyulutkan semangat Peneliti untuk terus berusaha dan berdoa. Semua itu telah mengajarkan tentang pengabdian diri kepada masyarakat. Skripsi ini terselesaikan bukanlah semata-mata hasil kerja keras Peneliti sendiri, namun semua itu tidak lepas dari doa dan dukungan orang-orang yang ingin melihat Peneliti menjadi seseorang yang berguna untuk masyarakat. Berkat doa- doa mereka, dukungan mereka dan cita-cita Peneliti sendiri, akhirnya tibalah pada hari ini, hari dimana Peneliti merasa bahwa sudah saatnya menyelesaikan vi
  • 7. vii studi dan sudah saatnya membalas jasa-jasa kedua orang tua dan mereka yang telah memberikan arti dalam kehidupan Peneliti. Dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, Peneliti ucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Bapak Prof. DR. Dr. Idrus Paturusi, Sp.Bo. selaku Rektor Universitas Hasanuddin, Makassar 2. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Ali, SE., M.S. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin. 3. Bapak Dr. Darwis Said, SE., M.SA., Ak, selaku Wakil Dekan I Ekonomi Universitas Hasanuddin. 4. Bapak Dr. Muhammad Yunus Amar, S.E, M.T. selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin 5. Kepada Ibu Fahrina Mustafa, SE., M.Si selaku Penasehat Akademik selama Peneliti menjadi Mahasiswa di Fakultas Ekonomi 6. Bapak Dr. Sumardi, SE., M.Si sebagai Pembimbing I dan Drs. Armayah Sida, M.Si. selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktunya memberikan bantuan, arahan, serta bimbingan mulai dari awal penulisan skripsi ini sampai selesai. 7. Kepada Bapak Dr. Musran Munizu, SE., M.Si, Bapak Drs. H. Gamalca, M.Si dan Ibu Hj. A. Ratna Sari Dewi, SE., M.Si sebagai Penguji dalam Proses Penulisan Skripsi ini. Saya sangat bangga di Uji oleh orang-orang hebat seperti beliau. 8. Segenap Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin dan staff, serta yang telah berjasa membagikan banyak ilmu pengetahuan kepada Penulis dan membantu proses yang Penulis lalui selama mengenyam pendidikan.
  • 8. viii 9. Kepada Andi Armayadi yang senantiasa menemani Penulis dalam keadaan suka dan duka, yang tidak hentinya memberikan dukungan, semangat, serta tidak lupa mengingatkan akan tugas dan tanggung jawab Penulis selama mengemban pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin, dan telah menjadi motivator bagi Penulis. 10. Kepada Takdir Bacotang beserta istri Rukmini Rasyid dan keluarga yang telah bersedia menjadi wali bagi Penulis selama menempuh pendidikan sebagai Mahasiswa dan terus memberi motivasi serta tidak lelah mengingatkan Penulis untuk besungguh-sungguh dalam mengapai cita. 11. Kepada sahabat saya Dewi Debby Febriani dan Andi Anita Fitriani, SH. yang telah tulus ikhlas membantu,mendengar, dan mengajarkan arti persahabatan bagi Penulis. 12. Bapak dan Ibu pegawai PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, yang telah membantu memudahkan urusan Penulis selama melakukan penelitian. 13. Teman-teman angkatan 2009 (LO9IC) dan seperjuangan saya yang telah menemani melalui setiap tahapan di Fakultas Ekonomi, khususnya kepada Andi Nilawati, Nurul Amalina A.I., Nurbaya, Marcy Silvia, dan Eva Sustikawati, juga kawan-kawan yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu. 14. Kepada seluruh keluarga besar PMB-UH LATENRITATTA tanpa terkecuali yang telah memberikan banyak arti persahabatan, persaudaraan dan kebersamaan selama Penulis menginjakkan kaki di Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin tahun 2009 lalu. Begitu banyak kisah yang telah tercipta bersama mereka yang takkan pernah Penulis lupakan. Sekalipun kita tak lagi ditempat yang sama namun kenangan bersama kalian akan selalu menjadi teman dalam melanjutkan
  • 9. ix petualangan Penulis dalam menggapai masa depan yang cerah dan kehidupan yang sebenarnya. 15. Kepada keluarga besar Mahasiswa KKN UNHAS Gelombang 82, khususnya KKN UNHAS Gelombang 82 Kabupaten Soppeng, Kecamatan Marioriwawo, Desa Congko. Kepada Bapak Muh. Jafar, S,Sos. dan Ibu St. Aminah serta teman-teman Congko, Nuning, Welsi, Marsel, Natas, dan Caly yang senantiasa mengajarkan arti persaudaraan dan kekeluargaan selama berada di lokasi KKN hingga kembali. Akhir kata, β€œAdabanirobbi fa-ahsana ta’dibi” Hamba diberi pendidikan (adab) oleh Rabbku, maka Dia menjadikan adab (pendidikan)-ku yang terbaik. Menjadi hutang bagi penulis kepada Allah SWT menjadi manusia yang baik. Makassar, 26 November 2012 Penulis Nurafiah
  • 10. x ABSTRAK ANALISIS EFEKTIFITAS MANAJEMEN PIUTANG DAN PENGARUHNYA TERHADAP LIKUIDITAS PERUSAHAAN PADA PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk RECEIVABLES MANAGEMENT EFFECTIVENESS ANALYSIS OF LIQUIDITY AND ITS EFFECT ON PT TELECOMMUNICATIONS INDONESIA Tbk Nurafiah Sumardi Armayah Sida Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh manajemen piutang dan pengaruhnya terhadap likuiditas perusahaan pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, tahun 2007-2011. Data penelitian ini diperoleh dari Laporan Keuangan perusahaan (Primer) dan dari website atau sumber lain (sekunder). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel independen (Receivable Turn Over, Average Investment of Receivable, dan Average Collection Period) berbanding lurus dengan variabel dependen (Current Ratio). Perusahaan berada pada kondisi pengelolaan yang kurang efisien untuk meningkatkan likuiditas perusahaan. Kata Kunci: Receivabel Turn Over (RTO), Average Investment of Receivable (AIOR), Average Collection Period (ACP), dan Current Ratio (CR) This study aims to analyze the receivable management and optimization of its effect on liquidity of the company years 2007-2011. Data used in this research were obtained from financial reports firm. Research finding show that the independent variables (Receivable Turn Over, Average Investment of Receivable, dan Average Collection Period) simultaneously affect of dependent variable (Current Ratio). There is has not been effective to increased their liquidity. Key Words: Receivabel Turn Over (RTO), Average Investment of Receivable (AIOR), Average Collection Period (ACP), and Current Ratio (CR) x
  • 11. xi DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL ............................................................................... i HALAMAN JUDUL .................................................................................. ii HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN................................................... v PRAKATA................................................................................................ vi ABSTRAK................................................................................................ x ABSTRACT............................................................................................. x DAFTAR ISI............................................................................................. xi DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR.................................................................................. xv DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xvi BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1 1.1 Latar Belakang.......................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .................................................... 7 1.3 Tujuan Penelitian....................................................... 8 1.4 Kegunaan Penelitian................................................. 8 1.4.1 Kegunaan Teoretis........................................ 8 1.4.2 Kegunaan Praktis.......................................... 8 xiv
  • 12. xii 1.5 Ruang Lingkup Batasan Penelitian........................... 8 1.6 Organisasi / Sistematika........................................... 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 10 2.1 Tinjauan Teori dan Konsep....................................... 10 2.1.1 Piutang .......................................................... 10 2.1.2 Pengertian Piutang........................................ 10 2.1.3 Jenis Piutang................................................. 11 2.1.4 Investasi Dalam Piutang ............................... 13 2.1.5 Kebijaksanaan Pengumpulan Piutang.......... 13 2.1.6 Teknik Pengumpulan Piutang....................... 14 2.1.7 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Investasi Piutang .......................................................... 15 2.1.8 Receivable Turn Over................................... 17 2.1.9 Average Investment of Receivable............... 19 2.1.10 Average Collection Period ............................ 19 2.1.11 Likuiditas........................................................ 19 2.1.12 Pengukuran Likuiditas Perusahaan............ 21 2.2 Tinjauan Empirik ....................................................... 23 2.3 Kerangka Pemikiran.................................................. 24 2.4 Hipotesis.................................................................... 25 BAB III METODE PENELITIAN............................................................... 26 3.1 Rancangan Penelitian............................................... 26 3.2 Tempat dan Waktu.................................................... 26 3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional........... 26 3.4 Teknik Pengumpulan Data ....................................... 28
  • 13. xiii 3.5 Instrumen Penelitian.................................................. 28 3.6 Analisis Data............................................................. 28 BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN......................................... 31 4.1 Gambaran Umum Perusahaan................................. 31 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan........................ 31 4.1.2 Visi, Misi, dan Tujuan.................................... 33 4.1.3 Struktur Organisasi....................................... 34 4.2 Pengelolaan dan Pengendalian Piutang Usaha....... 35 4.3 Sanksi dan Denda..................................................... 35 4.4 Kriteria Pengukuran Efektifitas Piutang.................... 40 4.5 Receivable Turn Over............................................... 42 4.6 Average Investment of Receivable........................... 44 4.7 Average Collection Period ........................................ 46 4.8 Likuiditas.................................................................... 48 4.9 Hubungan Antar Variabel.......................................... 50 BAB V PENUTUP.................................................................................... 52 5.1 Kesimpulan ............................................................... 52 5.2 Saran......................................................................... 53 DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 54 LAMPIRAN............................................................................................... 55
  • 14. xiv DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1.1 Kinerja Piutang Usaha 5 (lima) Tahunan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk............................................................................... 6 3.1 Definisi Operasional Variabel ...................................................... 27 4.1 Matriks Kebijakan Sanksi Denda dan Isolir Sambungan Pokok Telepon, Sambungan IndukTelepon, Flexi Classy dan Flexi Home 36 4.2 Matriks Kebijakan Sanksi Denda dan Isolir Speedy ................... 38 4.3 Matriks Kebijakan Sanksi Denda dan Isolir Warung TELKOM... 39 4.4 Piutang Usaha PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. Tahun 2007- 2011.............................................................................................. 41 4.5 Hasil Perhitungan Receivable Turn Over (RTO) ........................ 43 4.6 Hasil Perhitungan Average Investment of Receivable ............... 45 4.7 Hasil Perhitungan Average Collection Period (ACP).................. 47 4.8 Hasil Perhitungan Current Ratio (CR)......................................... 49 4.9 Hubungan Antar Variabel............................................................. 50
  • 15. xv DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2.1 Kerangka Pikir Penelitian......................................................... 24 4.1 Sejarah Singkat Telkom .......................................................... 32 4.2 Bagan Struktur Organisasi Telkom ......................................... 34
  • 16. xvi DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1 Biodata..................................................................................... 56 2 Peta Teori................................................................................. 57 3 Laporan Keuangan.................................................................. 58 4 Prosedur Pengelolaan dan Pengendalian Piutang Usaha..... 59
  • 17. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Persero) atau biasa disebut Telkom Indonesia atau Telkom merupakan perusahaan informasi dan komunikasi serta penyedia jasa dan jaringan terbesar di Indonesia dengan jumlah pelanggan telepon tetap sebanyak 15 juta dan pelanggan telepon seluler sebanyak 104 juta. Telkom merupakan perusahaan BUMN yang sahamnya yang saat ini dimiliki oleh pemerintah (51,19%), publik (40,21%), dan sisanya (8,60%) dimiliki oleh The Bank of New York dan investor dalam negeri. Tahun 1995 penawaran umum perdana saham Telkom (Initial Public Offering/IPO) dilakukan pada tanggal 14 November 1995. Sejak itu saham Telkom tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bursa Efek Surabaya (BES), New York Stock Exchange (NYSE) dan London Stock Exchange (LSE). Saham Telkom juga diperdagangkan tanpa pencatatan (Public Offering Without Listing/POWL) di Tokyo Stock Exchange. Tahun 1996 Kerja Sama Operasi (KSO) mulai diimplementasikan pada 1 Januari 1996 di wilayah Divisi Regional I Sumatra – dengan mitra PT Pramindo Ikat Nusantara (Pramindo); Divisi Regional III Jawa Barat dan Banten – dengan mitra PT Aria West International (AriaWest); Divisi Regional IV Jawa Tengah dan DI Yogyakarta – dengan mitra PT Mitra Global Telekomunikasi Indonesia (MGTI); Divisi Regional VI Kalimantan – dengan mitra PT Dayamitra Telekomunikasi (Dayamitra); dan Divisi Regional VII Kawasan Timur Indonesia – dengan mitra PT Bukaka Singtel. Tahun 1999 Undang-undang nomor 36/1999, tentang penghapusan monopoli penyelenggaraan telekomunikasi. 1
  • 18. 2 Tahun 2001 Telkom membeli 35% saham Telkomsel dari PT Indosat sebagai bagian dari implementasi restrukturisasi industri jasa telekomunikasi di Indonesia, yang ditandai dengan penghapusan kepemilikan bersama dan kepemilikan silang antara Telkom dengan Indosat. Dengan transaksi ini, Telkom menguasai 72,72% saham Telkomsel. Telkom membeli 90,32% saham Dayamitra dan mengkonsolidasikan laporan keuangan Dayamitra ke dalam laporan keuangan Telkom. Tahun 2002 Telkom membeli seluruh saham Pramindo melalui 3 tahap, yaitu 30% saham pada saat ditandatanganinya perjanjian jual-beli pada tanggal 15 Agustus 2002, 15% pada tanggal 30 September 2003 dan sisa 55% saham pada tanggal 31 Desember 2004. Telkom menjual 12,72% saham Telkomsel kepada Singapore Telekom, dan dengan demikian Telkom memiliki 65% saham Telkomsel. Sejak Agustus 2002 terjadi duopoly penyelenggaraan telekomunikasi lokal. Sampai dengan tahun 2009, laba bersih konsolidasian PT Telkom sebesar Rp11.332,1 miliar meningkat 6,7% dibanding tahun 2008 atau 100,8% terhadap target tahun 2009. Sementara itu margin laba bersih PT Telkom sebesar 17,5% di tahun 2009 yang merupakan pencapaian 105,4% terhadap target margin laba bersih. Prestasi keuangan tersebut didukung oleh kinerja operasional PT Telkom yang juga solid. Saat ini PT Telkom melayani 105,2 juta pelanggan, dari bisnis seluler, telepon tidak bergerak dan telepon tidak bergerak nirkabel. jumlah tersebut merupakan pencapaian 106% terhadap target perusahaan. Penambahan pelanggan PT Telkom dipimpin oleh bisnis seluler yang bertambah 16,34 juta pelanggan atau pencapaian 162% terhadap target perusahaan tahun 2009.
  • 19. 3 Untuk mendukung implementasi Good Corporate Governance dalam setiap aspek kegiatan perusahaan, infomedia telah mengeluarkan kebijakan pedoman tata kelola perusahaan di tahun 2008. Pada tanggal 30 juni 2009 PT. Telekomunikasi Indonesia (Telkom) melalui PT. Multimedia Nusantara (Metra), anak perusahaan yang 99,99% milik Telkom (selanjutnya disebut Telkom Group) telah menandatangani Shares Sales & Purchase Agreement (SPA) untuk membeli 49% saham PT Infomedia Nusantara (Infomedia) milik PT Elnusa Tbk (Elnusa). Dengan telah dimilikinya 100% saham PT Infomedia Nusantara oleh Telkom Group akan semakin memantapnya portofolio bisnis infomedia di bidang penyediaan informasi direktori dan layanan komunikasi yang utama di kawasan regional. Telkom memiliki kas dan setara kas sebesar Rp9.634 miliar pada tanggal 31 Desember 2011. Jumlah kas dan setara kas meningkat Rp514 miliar sejak tangal 31 Desember 2010.Selama tahun 2011, arus kas terutama berasal dari kas yang dihasilkan dari kegiatan usaha yaitu sebesar Rp71.105 miliar. Arus kas ini diimbangi oleh kas yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan usaha, tapi tidak terbatas pada: ο‚· Pembayaran beban; ο‚· Pendanaan belanja modal untuk infrastruktur, termasuk jaringan utama atau backbone Kami, jaringan utama yang berbasis Internet Protocol, regional-metro junction, satelit, infrastuktur bagi bisnis new wave, termasuk broadband dan Metro-E, jaringan komunikasi data, aplikasi TI dan konten, layanan nodes dan kabel, infrastruktur untuk mengoptimalkan layanan telepon kabel tidak bergerak dan Flexi yang menjadi legacy Kami, serta infrastruktur pendukung seperti perangkat pendukung dan pusat layanan bantuan; dan
  • 20. 4 ο‚· Pembayaran utang terkait dengan utang bank dan pinjaman saat ini, termasuk pinjaman penerusan, pinjaman jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun serta pinjaman jangka pendek kami. Aset lancar berjumlah Rp18.729 miliar pada tanggal 31Desember 2010 dan Rp21.258 miliar (US$2.344 juta) pada tanggal 31 Desember 2011 mencerminkan peningkatan sebesar Rp2.529 miliar atau 13,5%. Peningkatan tersebut antara lain disebabkan oleh: ο‚· Peningkatan aset tersedia untuk dijual sebesar Rp791 miliar atau 100% pada tanggal 31 Desember 2011 dari Rp0 miliar pada tanggal 31 Desember 2010; ο‚· Peningkatan piutang usaha dari pihak ketiga sebesar Rp419 miliar atau 11,8% dari Rp3.564 miliar pada tahun 2010 menjadi Rp3.983 miliar pada tahun 2011; Piutang usaha dan piutang lain-lain disajikan dalam jumlah bersih setelah dikurangi dengan penyisihan piutang ragu-ragu yang ditentukan berdasarkan penelaahan terhadap tingkat ketertagihan saldo piutang. Piutang ragu-ragu dihapuskan dalam periode ketika piutang tersebut dipastikan tidak dapat ditagih. Penyisihan piutang ragu-ragu mencerminkan estimasi terbaik perusahaan dan anak perusahaan atas jumlah kemungkinan kerugian dari tidak tertagihnya piutang. Beban penyisihan tersebut dicatat sebagai bagian dari beban umum dan administrasi pada laporan keuangan konsolidasian. ο‚· Peningkatan kas dan setara kas sebesar Rp 514 miliar, atau 5,6%, dari Rp 9.120 miliar pada tanggal 31 Desember 2010 menjadi Rp 9.634 miliar pada tanggal 31 Desember 2011.
  • 21. 5 ο‚· Peningkatan tagihan restitusi pajak sebesar Rp 238 miliar dari Rp133 miliar pada tanggal 31 Desember 2010 menjadi Rp 371 miliar pada tanggal 31 Desember 2011. Risiko likuiditas muncul dalam situasi di mana perusahaan dan anak perusahaan mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban keuangan pada saat jatuh tempo. Pengelolaan risiko likuiditas yang hati-hati menyiratkan upaya menjaga kas dan setara kas yang cukup untuk memenuhi kewajiban keuangan perusahaan dan anak perusahaan. Perusahaan dan anak perusahaan terus melakukan analisis untuk memonitor rasio posisi keuangan, antara lain, rasio likuiditas, rasio utang terhadap persyaratan perjanjian utang. Salah satu tujuan sebuah perusahaan adalah memperoleh profit yang diperoleh melalui penjualan. Oleh sebab itu, perusahaan berusaha untuk meningkatkan penjualan. Dalam dunia bisnis, banyak perusahaan menawarkan beberapa jenis penjualan kepada konsumennya. Kegiatan penjualan terdiri dari penjualan barang atau jasa baik secara kredit maupun secara tunai. Dalam transaksi penjualan kredit, jika order barang telah dikirimkan, maka dalam jangka waktu tertentu perusahaan memiliki piutang kepada konsumennya. Begitupun pada penjualan jasa, ketika jasa telah digunakan maka dalam jangka waktu tertentu akan timbul piutang pada perusahaan (Debora Siahaan: 2009). Piutang merupakan aktiva lancar yang ada di dalam neraca yang tidak lebih likuid jika dibandingkan dengan kas sebab pada umumnya pencairan piutang telah memiliki tanggal jatuh tempo. Sehingga tidak sewaktu-waktu dapat segera dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan financial perusahaan. Apabila dana perusahaan tertanam dalam bentuk piutang tersebut maka Perusahaan tidak dapat lagi memutar dananya untuk kegiatan yang lain sehingga dikhawatirkan Perusahaan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan
  • 22. 6 financial operasionalnya. Hal ini menyebabkan pengelolaan piutang menjadi begitu penting bagi kelangsungan hidup suatu Perusahaan. Semakin longgar persyaratan kredit yang diberikan, akan semakin besar pula jumlah penjualan. Sebaliknya, semakin ketat persyaratan yang diberlakukan, maka kemungkinan pelanggan akan beralih kepada pesaing sehinga penjualan menjadi berkurang. Dengan demikian, investasi dana dalam bentuk piutang menyangkut pertimbangan timbal balik (trade off) antara profitabilitas dan resiko. Tabel 1.1 Kinerja Piutang Usaha 5 (lima) Tahunan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. Tahun 2007 s.d. 2011 (dalam miliaran rupiah) Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi NO. Uraian Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 1 2 3 4 5 6 A. KINERJAPENDAPATAN 1. Pendapatan Usaha 62.683 64.166 67.678 68.629 71.253 2. Pendapatan lainnya 620 808 542 548 665 3. Total Pendapatan Bersih (1+2) 63.303 64.974 68.220 69.177 71.918 B. KINERJAPIUTANG USAHA 1. Saldo awal piutang usaha a. Piutang tahun lalu 784.789 1.100.456 1.203.905 1.273.550 1.277.983 b. Piutang tahun berjalan c. Penghapusan piutang tak tertagih 490.374 387.155 561.162 4.433 5.250 (174.707) (283.706) (491.517) - - 2. Saldo akhir piutang usaha 1.100.456 1.203.905 1.273.550 1.277.983 1.283.233 Sumber : PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk.,2012
  • 23. 7 Penelitian ini mencoba untuk menjelaskan inti permasalahan yang dihadapi sebuah Perusahaan dalam hal manajemen piutang, dimana variabel independen (x) yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga, yaitu Receivbale Turn Over, Average Collection Period, dan Average Investment of Receivable untuk melihat sejauh mana efektifitas sebuah piutang dalam peranannya terhadap likuiditas sebuah Perusahaan. Maka masalah kemudian timbul ketika debitur melakukan pembayaran piutang melampaui waktu jatuh tempo yang telah ditetapkan. Semakin besar penjualan kredit yang diberikan Perusahaan, serta semakin tinggi saldo piutang Perusahaan yang mengalami masalah dalam pelunasannya, maka semakin tinggi kemungkinan Perusahaan tersebut mengalami masalah dalam likuiditas keuangannya. Untuk itulah pihak manajemen PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. menyadari perlunya penanganan yang efisien dan serius secara profesional untuk menetapkan kebijakan manajemen piutang sebagai upaya menjaga kuantitas perolehan laba sekaligus memelihara likuiditas keuangan Perusahaan mereka. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan maka penelitian ini mengangkat judul β€œAnalisis Efektifitas Manajemen Piutang dan Pengaruhnya terhadap Likuiditas Perusahaan pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk.”. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas, maka dikemukakan rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: β€œApakah optimalisasi manajemen piutang Perusahaan yang efektif akan berbanding lurus dengan likuiditas Perusahaan”
  • 24. 8 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini yaitu: Untuk mengukur efektifitas manajemen piutang dengan menggunakan Receivable Turn Over, Average Collection Period, dan Average Investment of Receivable dalam hubungannya terhadap likuiditas Perusahaan. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana informasi untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang pengaruh piutang terhadap likuiditas Perusahaan.Selain itu memberikan kontribusi sebagai bahan referensi untuk penelitian sejenis. 1.4.2 Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kegunaan bagi pengambil keputusan Perusahaan untuk membantu proses pengambilan keputusan dalam melakukan transaksi yang pembayarannya dilakukan beberapa saat setelah pemakaian barang/jasa, sehingga pihak manajer dapat mengelola aktiva Perusahaan secara efektif yang nantinya berdampak pada likuiditas Perusahaan. 1.5 Ruang Lingkup Batasan Penelitian Batasan masalah pada penelitian ini terbatas pada pengukuran efektifitas manajemen piutang yang terdiri dari Receivable Turn Over, Average Collection Period, dan Average Investment of Receivable dalam menilai tingkat likuiditas Perusahaan pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk.
  • 25. 9 1.6 Organisasi/Sistematika Sistematika penulisan dalam penelitian ini disajikan untuk memberikan gambaran isi penelitian. Adapun sistematika pembahasan yang terdapat dalam penelitian ini terdiri dari lima bab. BAB I Pendahuluan Bab ini menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Pustaka Bab ini menjelaskan tentang landasan teori serta penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, dan kerangka pikir beserta hipotesis. BAB III Metode Penelitian Bab ini menguraikan tentang desain penelitian, lokasi penelitian, objek penelitan, jenis dan sumber data penelitian, serta metode analisis. BAB IV Pembahasan Hasil Penelitian Bab ini menjelaskan mengenai hasil penelitian terhadap manajemen piutang yang memepengaruhi tingkat likuiditas PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. BAB V Penutup Bab ini menguraikan kesimpulan dari hasil penelitian serta menambahkan beberapa saran.
  • 26. 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjaun Teori dan Konsep 2.1.1 Piutang Penjualan kredit yang pada akhirnya akan menimbulkan hak penagihan atau piutang kepada langganan, sangat erat hubungannya dengan persyaratan- persyaratan kredit yang diberikan. Sekalipun pengumpulan piutang sering kali tidak tepat waktu yang sudah ditetapkan, namun sebagian besar dari piutang tersebut akan terkumpul dalam jangka waktu yang kurang dari satu tahun. Dengan alasan itu maka piutang dimasukkan sebagai salah satu komponen aktiva lancar perusahaan (Syamsuddin, 2011). Pos piutang dalam neraca biasanya merupakan bagian yang cukup besar dari aktiva lancar dan oleh karenanya perlu mendapat perhatian yang cukup serius agar perkiraan piutang ini dapat dikelola dengan cara yang seefisien mungkin. 2.1.2 Pengertian Piutang Piutang adalah semua tuntutan terhadap pelanggan, baik berbentuk perkiraan uang, barang maupun jasa serta segala hal yang berbentuk perkiraan seperti transaksi yang pembayarannya dilakukan beberapa waktu setelah transaksi pengambilan atau penggunaan barang atau jasa. Warren Reeve dan Fess (2005:404) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan piutang adalah sebagai berikut : ”Piutang meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya”. 10
  • 27. 11 Menurut Martono dan Harjito (2007 : 95), piutang merupakan tagihan perusahaan kepada pelanggan atau pembeli atau pihak lain yang membeli produk perusahaan. Donald E. Kieso (2007:346-347) dalam Isdiati Hadirah (2010) menyebutkan bahwa β€œPiutang (receivables) adalah klaim, uang, barang, atau jasa kepada pelanggan atau pihak-pihak lainnya”. Piutang diklasifikasikan sebagai utang lancar (jangka pendek) atau tidak lancar (jangka panjang). Piutang lancar diharapkan akan tertagih dalam satu tahun atau selama satu siklus operasi berjalan, mana yang lebih panjang. Semua piutang lain diklasifikan sebagai piutang tidak lancar. Definisi piutang menurut Benny Alexandri (2009:117) β€œPiutang adalah sejumlah uang hutang dari konsumen pada perusahaan yang membeli barang dan jasa secara kredit pada perusahaan”. 2.1.3 Jenis Piutang Martono dan Harjito (2007:95) dalam Deboro Siahaan (2010) menyebutkan bahwa untuk tujuan pelaporan keuangan, piutang diklasifikasikan sebagai lancar (jangka pendek) dan tidak lancar (jangka panjang). Piutang lancar (current receivable) diharapkan akan tertagih dalam satu tahun selama satu siklus operasi berjalan, mana yang lebih panjang. Semua piutang lain digolongkan sebagai piutang tidak lancar. Selanjutnya piutang diklasifikasikan dalam neraca sebagai piutang dagang dan piutang non dagang. 1. Piutang Dagang (Trade Receivable) Piutang dagang adalah jumlah yang terutang oleh pelanggan untuk barang atau jasa yang telah diberikan sebagai bagian dari operasi bisnis
  • 28. 12 normal. Piutang dagang di subklasifikasikan lagi menjadi piutang usaha dan wesel tagih. a) Piutang Usaha (Account Receivable) Piutang usaha adalah janji lisan dari pembeli untuk membayar barang atau jasa yang dijual. Piutang usaha biasanya dapat ditagih dalam 30 sampai 60 hari. b) Wesel Tagih (Note Receivable) Wesel tagih (note receivable) adalah jumlah yang terutang bagi pelanggan di saat perusahaan telah menerbitkan surat utang formal. ”Wesel tagih dapat berasal dari penjualan, pembiayaan, atau transaksi lainnya. Wesel tagih dapat digolongkan dalam dua (2) jenis, yaitu: (1) Wesel tagih berbunga (interest bearing note) Wesel tagih berbunga ditulis sebagai perjanjian untuk membayar pokok atau jumlah nominal dan ditambah dengan bunga yang terhutang pada tingkat khusus. (2) Wesel tagih tanpa bunga (non interest bearing note) Pada wesel tagih tanpa bunga tidak dicantumkan persen bunga, tetapi jumlah nominalnya meliputi beban bunga. Jadi, nilai sekarang merupakan selisih antara jumlah nominal dan bunga yang dimasukkan dalam wesel tersebut yang kadang-kadang disebut bunga implisit atau bunga efektif. 2. Piutang Non Dagang (Nontrade Receivable) Piutang non dagang adalah tagihan-tagihan yang timbul dari transaksi selain penjualan barang atau jasa. Sejumlah contoh piutang non-dagang dari berbagai transaksi misalnya:
  • 29. 13 a) Uang muka kepada karyawan staf b) Uang muka kepada anak perusahaan c) Piutang deviden dan bunga 2.1.4 Investasi Dalam Piutang (Syamsuddin, 2011) diakui atau tidak, penanaman modal dalam piutang mempunyai biaya-biaya tertentu. Semakin besar piutang semakin besar pula biaya-biayanya(carrying cost), demikian pula sebaliknya. Bilamana perusahaan memperlunak standar kredit yang digunakan maka rata-rata jumlah piutang akan memperkecil rata-rata piutang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perlunakan standar kredit akan memperbesar carrying cost, dan apabila sebaliknya, biaya-biaya tersebut akan semakin kecil. Perubahan rata-rata piutang yang dikaitkan dengan β€œperubahan standar kredit” disebabkan oleh dua faktor yaitu: ο‚· Perubahan volume penjualan ο‚· Perubahan dalam kebijaksanaan pengumpulan piutang Singkatnya, perubahan dalam volume penjualan dan pengumpulan piutang secara bersama-sama memperbesar biaya (carrying cosy) bilamana standar kredit diperlunak, dan akan menurunkan carrying cost bilamana standar kredit diperketat. 2.1.5 Kebijaksanaan Pengumpulan Piutang Kebijaksanaan pengumpulan piutang suatu perusahaan adalah merupakan prosedur yang harus diikuti dalam mengumpulkan piutang- piutangnya bilamana sudah jatuh tempo. Sebagian dari kefektivan perusahaan dalam menerapkan kebijaksanaan pengumpulan piutangnya dapat dilihat dari jumlah kerugian piutang atau debt expenses, karena jumlah piutang yang
  • 30. 14 dianggap sebagai kerugian tersebut tidak hanya tergantung pada kebijaksanaan pengumpulan piutang tetapi juga kepada kebijaksanaan-kebijaksanaan penjualan kredit yang diterapkan. Apabila perusahaan akan mengubah kebijakan manajemen piutang, misalnya diberikan potongan tunai bagi pelanggan yang membayar pada periode tertentu, maka akan terjadi perubahan hal-hal antara lain sebagai berikut. 1. Hari rata-rata pengumpulan piutang (average collection period), diharapkan akan berkurang, karena pelanggan yang tadinya memperoleh potongan tunai, sekarang dapat memanfaatkannya. Hal ini berarti terjadi pembayaran lebih awal sehingga perusahaan akan mempunyai kesempatan lebih awal untuk menggunakan dana tersebut. 2. Kerugian piutang (bad debts expenses) diharapkan akan menurun pula karena banyaknya pelanggan yang memanfaatkan potongan tunai yang ditawarkan perusahaan, maka proftabilitas kerugian piutang akan semakin berkurang sehingga keuntungan perusahaan jadi meningkat. 3. Aspek negatif dari potongan tunai adalah menurunnya sumber dana yang berasal dari penerimaan piutang bilamana semakin banyak pelanggan yang memanfaatkan potongan tunai yang ditawarkan perusahaan. 2.1.6 Teknik Pengumpulan Piutang Sejumlah teknik pengumpulan piutang yang biasanya dilakukan oleh perusahaan bilamana langganan atau pembeli belum membayar sampai dengan waktu yang telah ditentukan adalah sebagai berikut:
  • 31. 15 1. Melalui Surat. Bilamana waktu pembayaran utang dari langganan sudah lewat beberapa hari tetapi belum juga dilakukan pembayaran maka perusahaan dapat mengirim surat dengan nada β€œmengingatkan” langganan yang belum membayar tersebut bahwa utangnya sudah jatuh tempo. 2. Melalui Telepon. Apabila setelah dikirimkan surat teguran ternyata utang-utang tersebut belum juga terbayar, maka bagian kredit dapat menelepon langganan dan secara pribadi memintanya untuk segera melakukan pembayaran. 3. Kunjungan Personal. Teknik pengumpulan piutang dengan jalan melakukan kunjungan secara personal atau pribadi ke tempat langganan seringkali digunakan karena dirasakan sangat efektif dalam usaha-usaha pengumpulan piutang. 4. Tindakan Yuridis. Bilamana ternyata langganan tidak mau membayar utang-utangnya maka perusahaan dapat menggunakan tindakan- tindakan hukum dengan mengajukan gugatan perdata melalui pengadilan. 2.1.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi investasi piutang Piutang sebagai salah satu unsur aktiva lancar dalam neraca memiliki perputaran yang cepat dan kurang dari satu tahun. Oleh karena itu, banyak hal yang dapat memengaruhi besarnya piutang tersebut. Menurut Bambang Riyanto (2001 : 85), faktor-faktor yang memengaruhi besar kecilnya dana yang diinvestasikan ke dalam piutang, sebagai berikut :
  • 32. 16 1. Volume penjualan kredit Makin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan, maka makin besar pula jumlah investasi dalam piutang. Dengan makin besarnya volume kredit setiap tahunnya, berarti bahwa perusahaan itu harus menyediakan investasi yang lebih besar lagi dalam piutang. Makin besarnya jumlah piutang berarti makin besar jumlah resiko, tetapi bersamaan dengan itu juga memperbesar tingkat profitabilitasnya. 2. Syarat pembayaran penjualan kredit Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak. Apabila perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat, berarti bahwa perusahaan tersebut lebih mengutamakan keselamatan kredit daripada pertimbangan profitabilitas dan sebaliknya piutang yang lunak lebih mengutamakan profitabilitas. Syarat pembayaran yang lebih ketat antara lain tampak dari batas waktu pembayaran yang pendek atau pembebanan bunga yang berat untuk pembayaran piutang yang terlambat. 3. Ketentuan tentang pembatasan kredit Dengan penjualan secara kredit, perusahaan dapat menetapkan batas maksimal atau plafond biaya kredit yang akan diberikan kepada pelanggan. Makin tinggi plafond yang diberikan kepada pelanggan, makin besar pula dana yang diinvestasikan ke dalam piutang. Selain itu, penentuan kriteria pihak yang akan diberikan kredit juga dapat memperkecil jumlah investasi dalam piutang. Dengan demikian, pembatasan kredit dapat bersifat kuantitatif maupun kualitatif.
  • 33. 17 4. Kebijakan dalam penagihan Perusahaan dapat menjalankan kebijakan dalam penagihan secara aktif maupun pasif. Perusahaan yang menjalankan kebijakan aktif dalam menagih piutang akan mempunyai pengeluaran dana yang lebih besar untuk membiayai aktivitas ini. Dibandingkan dengan perusahaan yang menjalankan kebijaksanaanya secara pasif. 5. Kebiasaan membayar dari pelanggan Ada sebagian pelanggan yang mempunyai kebiasaan untuk membayar dengan menggunakan kesempatan mendapatkan cash discount period dan ada sebagian yang tidak menggunakan kesempatan tersebut. Kebiasaan para pelanggan untuk membayar dalam cash discount period atau sesudahnya akan mempunyai efek terhadap besarnya investasi dalam piutang. Apabila sebagian besar para langganan membayar dalam waktu selama cash discount period, maka dana yang tertanam dalam piutang akan lebih cepat bebas, berarti makin kecilnya investasi dalam piutang. Menurut Martono dan Agus Harjito (2008:95) besarnya investasi pada piutang yang muncul di perusahaan ditentukan oleh dua faktor. Pertama, adalah besarnya persentase penjualan kredit terhadap penjualan total. Kedua, adalah kebijakan penjualan kredit dan jangka waktu pengumpulan piutang (jangka waktu penagihan piutang). 2.1.8 Receivable Turn Over Kelancaran penerimaan piutang dan pengukuran baik tidaknya investasi dalam piutang dapat diketahui dari tingkat perputarannya. Perputaran piutang adalah masa-masa penerimaan piutang dari suatu perusahaan selama periode
  • 34. 18 tertentu. Piutang yang terdapat dalam perusahaan akan selalu dalam keadaan berputar. Perputaran piutang akan menunjukkan berapa kali piutang yang timbul sampai piutang tersebut dapat tertagih kembali ke dalam kas perusahaan. Definisi perputaran piutang dikemukakan oleh beberapa ahli berikut ini: S.Munawir (2002) memberikan keterangan bahwa posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai dengan menghitung tingkat perputaran piutang tersebut (Receivable Turn Over), yaitu dengan membagi total penjualan kredit (netto) dengan piutang rata-rata. Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2001:90) menyatakan bahwa tingkat perputaran piutang (Receivable Turn Over) dapat diketahui dengan membagi jumlah credit sales selama periode tertentu dengan jumlah rata-rata piutang (Average Receivable). Menurut Warren, Reeve, Fess (2005:407) β€œPerputaran piutang mengukur seberapa sering piutang usaha berubah menjadi kas dalam setahun.” π‘ƒπ‘’π‘Ÿπ‘π‘’π‘‘π‘Žπ‘Ÿπ‘Žπ‘› π‘ƒπ‘–π‘’π‘‘π‘Žπ‘›π‘” = π‘π‘’π‘›π‘—π‘’π‘Žπ‘™π‘Žπ‘› π‘˜π‘Ÿπ‘’π‘‘π‘–π‘‘ π‘π‘’π‘Ÿπ‘ π‘–β„Ž π‘π‘–π‘’π‘‘π‘Žπ‘›π‘” π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘Žβˆ’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘Ž (1) Rasio ini dihitung dengan hanya memasukkan penjualan kredit karena penjualan kas tidak menimbulkan piutang. Karena laporan keuangan jarang mengungkapkan penjualan kas dan kredit secara terpisah, rasio ini sering kali harus dihitung dengan menggunakan angka penjualan bersih (yaitu, dengan mengasumsikan bahwa penjualan kas tidak signifikan). Piutang rata-rata dihitung dengan menambahkan saldo awal dan saldo akhir piutang pada periode tersebut dan membaginya dengan dua. Perputaran piutang yang semakin tinggi adalah semakin baik karena modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk piutang akan semakin rendah. Naik turunnya perputaran piutang ini akan dipengaruhi oleh hubungan perubahan penjualan dengan perubahan piutang. Perubahan perputaran piutang dari tahun
  • 35. 19 ke tahun atau perbedaan perputaran piutang antar perusahaan merupakan refleksi dari variasi kebijaksanaan pemberian kredit atau variasi tingkat kemampuan dalam pengumpulan piutang. 2.1.9 Average Investment of Receivable Metode yang biasa dilakukan untuk analisis investasi piutang pada umumnya sama dengan analisis investasi pada barang modal. Dalam analisis investasi piutang ditentukan juga dengan jumlah investasi yang tepat pada setiap periode yang diharapkan mendekati kenyataan dengan rata-rata investasi piutang yang terjadi. Analisis ini dilakukan dengan membandingkan investasi dalam piutang yang ditetapkan dengan investasi yang terjadi, analisis ini dirumuskan sebagai berikut: π΄π‘£π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘”π‘’ πΌπ‘›π‘£π‘’π‘ π‘‘π‘šπ‘’π‘›π‘‘ π‘œπ‘“ π‘…π‘’π‘π‘’π‘–π‘£π‘Žπ‘π‘™π‘’ = π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ π‘π‘œπ‘ π‘‘ π‘œπ‘“ π‘π‘Ÿπ‘’π‘‘π‘–π‘‘ π‘ π‘Žπ‘™π‘’ π‘Ÿπ‘’π‘π‘’π‘–π‘£π‘Žπ‘π‘™ 𝑒 π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘› π‘œπ‘£π‘’π‘Ÿ (2) Atau π΄π‘£π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘”π‘’ πΌπ‘›π‘£π‘’π‘ π‘‘π‘šπ‘’π‘›π‘‘ π‘œπ‘“ π‘…π‘’π‘π‘’π‘–π‘£π‘Žπ‘π‘™π‘’ = 𝑓𝑖π‘₯𝑒𝑑 π‘π‘œπ‘ π‘‘+ π‘£π‘Žπ‘Ÿπ‘–π‘Žπ‘π‘™π‘’ π‘π‘œπ‘ π‘‘ π‘Ÿπ‘’π‘π‘’π‘–π‘£π‘Žπ‘π‘™π‘’ π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘›π‘œπ‘£π‘’π‘Ÿ 2.1.10 Average Collection Periode Rata-rata umur piutang melihat berapa lama waktu yang diperlukan untuk melunasi piutang yang dipunyai oleh perusahaan (merubah piutang menjadi kas). Semakin lama rata-rata piutang berarti semakin besar dana yang tertanam pada piutang. Dapat dihitung dengan rumus: π‘…π‘Žπ‘‘π‘Ž βˆ’ π‘…π‘Žπ‘‘π‘Ž π‘ˆπ‘šπ‘’π‘Ÿ π‘ƒπ‘–π‘’π‘‘π‘Žπ‘›π‘” = 360 π‘π‘’π‘Ÿπ‘π‘’π‘‘π‘Žπ‘Ÿπ‘Žπ‘› π‘π‘–π‘’π‘‘π‘Žπ‘›π‘” (3) 2.1.11 Likuiditas Sartono (2010) menyebutkan bahwa likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak kebijakan dividen. Karena dividen bagi
  • 36. 20 perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Perusahaan yang sedang mengalami pertumbuhan dan profitable akan memerlukan dana yang cukup besar guna membiayai investasinya, oleh karena itu mungkin akan kurang likuid karena dana yang diperoleh lebih banyak diinvestasikan pada aktiva tetap dan aktiva lancar yang permanen. Likuiditas perusahaan sangat besar pengaruhnya terhadap investasi perusahaan dan kebijakan pemenuhan kebutuhan dana. Keputusan investasi akan menentukan tingkat ekspansi dan kebutuhan dana perusahaan, sementara itu keputusan pembelanjaan (kebutuhan pemenuhan akan kebutuhan dana) akan menentukan pemilihan sumber dana untuk membiayai investasi tersebut. Likuiditas perusahaan menunjukkan kemampuan untuk membayar kewajiban financial jangka pendek tepat pada waktunya. Likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah untuk diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang, persediaan. Dengan menggunakan laporan keuangan yang terdiri atas neraca, laporan rugi-laba, laporan perubahan modal maka rasio-rasio tersebut: (Sartono, 2011) πΆπ‘’π‘Ÿπ‘Ÿπ‘’π‘›π‘‘ π‘…π‘Žπ‘ π‘–π‘œ = π‘Žπ‘˜π‘‘π‘–π‘£π‘Ž π‘™π‘Žπ‘›π‘π‘Žπ‘Ÿ π‘’π‘‘π‘Žπ‘›π‘” π‘™π‘Žπ‘›π‘π‘Žπ‘Ÿ (4) Semakin tinggi current ratio berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Aktiva lancar yang dimaksud termasuk kas, piutang, surat berharga, dan persediaan. Dari aktiva lancar tersebut, persediaan merupakan aktiva lancar yang kurang liquid dibanding dengan yang lain.
  • 37. 21 Menurut Kasmir (2011:137), rumus untuk mencari rasio cepat dapat digunakan sebagai berikut: 𝐴𝑐𝑖𝑑 𝑇𝑒𝑠𝑑 π‘…π‘Žπ‘‘π‘–π‘œ = aktiva lancarβˆ’persediaan π‘’π‘‘π‘Žπ‘›π‘” π‘™π‘Žπ‘›π‘π‘Žπ‘Ÿ (5) Rasio ini seperti halnya current ratio, tetapi hanya memperhitungkan aktiva lancar yang benar-benar liquid saja, yakni aktiva lancar di luar persediaan. Pengertian likuiditas sebenarnya mengandung dua dimensi, yakni: 1. Waktu yang diperlukan untuk mengubah aktiva menjadi kas, dan 2. Kepastian harga yang akan terjadi. Dengan demikian di antara ketiga elemen aktiva lancar tersebut memang piutang lebih likuid dibanding dengan persediaan dan memerlukan waktu yang lebih pendek untuk mengubah menjadi kas. Syamsuddin (2011) menyatakan bahwa likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban financial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Likuiditas tidak hanya berkenaan dengan keadaan kseluruhan keuangan perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan kemampuannya untuk mengubah aktiva lancar tertentu menjadi uang kas. 2.1.12 Pengukuran Likuiditas Perusahaan Dengan likuiditas perusahaan secara keseluruhan dimaksudkan bahwa aktiva lancar dan utang lancar dipandang masing-masing sebagai satu kelompok. Ada tiga cara penting dalam pengukuran tingkat likuiditas secara menyeluruh ini, yaitu: a. Net Working Capital b. Current Ratio c. Acid test ratio atau Quick ratio
  • 38. 22 Sejumlah ratio dapat digunakan untuk mengukur likuiditas/aktivitas dari masing-masing current account, misalnya pengukuran inventory, account receivable,dan account payable. Di dalam pengukuran ratio-ratio ini diasumsikan bahwa 1 (satu) tahun 360 hari dan 1 (satu) bulan 30 hari. 1. Tingkat Perputaran Piutang(Account Receivable Turnover) Seprti halnya dengan inventory turnover, account receivable turnover dimaksudkan untuk mengukur likuiditas atau aktivitas dari piutang perusahaan. Perhitungannya dilakukan sebagai berikut: π΄π‘π‘π‘œπ‘’π‘›π‘‘ π‘…π‘’π‘π‘’π‘–π‘£π‘Žπ‘π‘™π‘’ π‘‡π‘’π‘Ÿπ‘›π‘œπ‘£π‘’π‘Ÿ = π‘Žπ‘›π‘›π‘’π‘Žπ‘™ π‘π‘Ÿπ‘’π‘‘π‘–π‘‘ π‘ π‘Žπ‘™π‘’π‘  π‘Žπ‘£π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘”π‘’ π‘Žπ‘π‘π‘œπ‘’π‘›π‘‘ π‘Ÿπ‘’π‘π‘’π‘–π‘£π‘Žπ‘π‘™π‘’ (6) Semakin tinggi account receivable turnover suatu perusahaan semakin baik pengelolaan piutangnya. Account receivable turnover dapat ditingkatkan dengan jalan memperketat kebijaksanaan penjualan kredit, misalnya dengan jalan memperpendek waktu pembayaran. Tetapi kebijaksanaan seperti ini cukup sulit untuk diterapkan, karena dengan semakin ketatnya kebijaksanaan penjualan kredit kemungkinan besar volume penjualan akan menurun, sehingga hal tersebut bukannya membawa kebaikan bagi perusahaan bahkan sebaliknya. 2. Umur Rata-Rata Piutang (The Average Age of Account Receivable) Umur rata-rata piutang atau dikenal juga dengan umur rata-rata pengumpulan piutang, adalah merupakan suatu alat yang sangat penting di dalam menilai kebijaksanaan penjualan kredit dan pengumpulan piutang. Perhitungannya dapat dilakukan sebagai berikut: π΄π‘£π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘”π‘’ π‘Žπ‘”π‘’ π‘œπ‘“ π‘Ÿπ‘’π‘π‘’π‘–π‘£π‘Žπ‘π‘™π‘’ = 360 π‘Žπ‘π‘π‘œπ‘’π‘›π‘‘ π‘Ÿπ‘’π‘π‘’π‘–π‘£π‘Žπ‘π‘™ 𝑒 π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘›π‘œπ‘£π‘’π‘Ÿ (7)
  • 39. 23 Dibandingkan dengan account receivable turnover, maka penggunaan umur rata-rata piutang adalah lebih baik di dalam menilai kebijaksanaan penjualan kredit yang diterapkan. 2.2 Tinjauan Empirik Judul yang diangkat tentu tidak lepas dari penelitian terdahulu sebagai landasan dalam menyusun sebuah kerangka pikir ataupun arah dari penelitian ini. Ada beberapa penelitian yang mengkaji tentang kinerja keuangan. Penelitian itu dilakukan oleh: 1. Gita Ganesha Putri (2012) dalam penelitiannya yang berjudul β€œPenerapan Kebiajakan Manajemen Piutang dan Pengaruhnya Terhadap Cash Ratio, Net Profit Margin, dan Earning Power pada PT Angkasa Pura I(persero) Cabang Bandar Udara Sultan Hasanuddin Makassar ”, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan kebijakan manajemen piutang, mengetahui Average Collection Period terhadap Cash Ratio pada PT. Angkasa Pura I (Persero), dan mengetahui pengaruh average collection period terhadap Net Profit Margin. Hasil penelitian menyatakan bahwa kebijakan manajemen piutang pada PT Angkasa Pura telah cukup efektif dalam melakukan penagihan piutang kepada para kreditur sehingga angka rata-rata pengumpulan piutangnya lebih kecil dibandingkan dengan syarat kredit yang diberlakukan. 2. Indrajit Wicaksana (2011) tentang Analisis Pengaruh Pengendalian Piutang Terhadap Efektifitas Arus Kas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem manajemen piutang yang dijalankan serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya piutang.
  • 40. 24 Hasil penelitian menyatakan bahwa analisis terhadap sistem manajemen piutang yang dilakukan, PT Z telah melakukan proses manajemen, pengelolaan, dan pengendalian piutang berdasarkan SOP yang telah ditetapkan dalam perusahaan namun dalam pelaksanaannya masih terdapat beberapa hal yang tidak sesuai dengan SOP. PT Z memiliki jumlah piutang yang cukup besar pada laporan neraca terutama dipengaruhi oleh besarnya persentase penjualan kredit dan usaha penagihan yang dilakukan. (Lampiran 2) 2.3 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran adalah suatu tinjauan mengenai apa yang diteliti yang dituangkan dalam sebuah bagan yang menjadi alur pemikiran penelitian. Kerangka pikir dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian Likuiditas Perusahaan (y) Average collection Period (X3) Average Investment of receivable (X2) Receivable Turn Over (X1)
  • 41. 31 2.4 Hipotesis Berdasarkan uraian pada kerangka pemikiran di atas dan untuk menjawab identifikasi masalah, maka Penulis dapat merumuskan hipotesis: β€œDiduga bahwa pengelolaan manajemen piutang yang efektif akan berbanding lurus dengan likuiditas perusahaan”.
  • 42. 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian disusun berdasarkan laporan keuangan perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia dalam hal ini Penulis menggunakan neraca, laporan laba rugi, dan arus kas. Variabel yang digunakan Penulis dalam penelitian ini terdiri dari analisis likuiditas perusahaan dan piutang yang terdiri dari current ratio, receivable turnover, average investment of receivable, dan average collection period. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. yang berlokasi di Makassar, dan guna menambah referensi untuk memperoleh informasi tambahan lainnya melalui akses internet di http://www.idx.co.id serta link lainnya yang relevan. 3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Agar penelitian ini dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu dipahami berbagai unsur-unsur yang menjadi dasar dari suatu penelitian ilmiah yang termuat dalam operasionalisasi variabel penelitian. Secara teoritis, definisi operasional variabel adalah unsur penelitian yang memberikan penjelasan atau keterangan tentang variabel-variabel operasional sehingga dapat diamati atau diukur. Definisi operasional yang akan dijelaskan Penulis adalah optimalisasi piutang yaitu variabel Receivable Turnover, Average Investment of Receivable, dan Average Collection Period serta tingkat likuiditas perusahaan yang diukur menggunakan current ratio. 26
  • 43. 33 Piutang sebagai variabel bebas (X) merupakan sebagai kemungkinan hasil yang diperoleh menyimpang dari hasil yang diharapkan. Variabel bebas (X) terdiri dari Receivable Turn Over(X1), Average Investment of Receivable(X2), dan Average Collection Period (X3). Tingkat likuiditas perusahaan dianggap sebagai variabel terikat (Y), yang mengukur tingkat pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dengan menggunakan current ratio. Variabel Receivable Turn Over, Average Investment of Receivable, dan Average Collection Period dipilih sebagai representasi dari pengukuran piutang karena dengan ketiga variabel ini kita akan dapat melihat nilai perputaran piutang, nilai rata-rata, serta rata-rata waktu pengumpulan piutang. Secara lebih rinci, operasionalisasi variabel penelitian adalah sebagai berikut : Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Variabel Indikator Skala Current Rasio (Y) π‘π‘’π‘Ÿπ‘Ÿπ‘’π‘›π‘‘ π‘Žπ‘ π‘ π‘’π‘‘ π‘π‘’π‘Ÿπ‘Ÿπ‘’π‘›π‘‘ π‘™π‘–π‘Žπ‘™π‘– 𝑏 𝑖𝑙 𝑖𝑑𝑖 𝑒 𝑠 x100% Rasio Receivable Turnover (X1) 𝑛𝑒𝑑 π‘π‘Ÿπ‘’π‘‘π‘–π‘‘ π‘ π‘Žπ‘™π‘’ π‘Žπ‘£π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘”π‘’ π‘Ÿπ‘’π‘π‘’π‘–π‘£π‘Žπ‘π‘™π‘’ Rasio Average Investment of Receivable (X2) π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ π‘π‘œπ‘ π‘‘ π‘œπ‘“π‘π‘Ÿπ‘’π‘‘π‘–π‘‘ π‘ π‘Žπ‘™π‘’ π‘Ÿπ‘’π‘π‘’π‘–π‘£π‘Žπ‘π‘™π‘’ π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘› π‘œπ‘£π‘’π‘Ÿ Rasio Average Collection Period (X3) 360 π‘Ÿπ‘’π‘π‘’π‘–π‘£π‘Žπ‘π‘™π‘’ π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘› π‘œπ‘£π‘’π‘Ÿ Rasio
  • 44. 34 3.4 Teknik Pengumpulan Data Pelaksanaan pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan metode : 1. Penelitian Lapangan (Field Research) Yaitu, penelitian yang dilakukan secara langsung guna memperoleh data yang erat kaitannya dengan penelitian ini. Data dari lapangan dapat diperoleh dari penelitian. 2. Kepustakaan (Library Research) Yaitu, data diperoleh dengan cara membaca literatur-literatur, bahan referensi, bahan kuliah, dan hasil penelitian lainnya yang ada hubungannya dengan obyek yang diteliti. Hal ini dilakukan Penulis untuk mendapatkan tambahan pengetahuan mengenai masalah yang sedang dibahasnya. 3.5 Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini variabel yang diukur adalah efektifitas piutang terhadap likuiditas perusahaan pada perusahaan Telekomunikasi Indonesia. Untuk menilai tingkat likuiditas perusahaan digunakan tiga variabel yaitu Receivable Turn Over, Average Investment of Receivable, dan Average Collection Period. 3.6 Analisis Data Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif sesuai dengan metode analisis yang diterapkan oleh perusahaan, artinya data yang diperoleh di lapangan diolah sedemikian rupa sehingga memberikan data yang sistematis, faktual dan akurat mengenai permasalahan yang diteliti. Teknik analisis deskriptif yang digunakan untuk menganalisa data yaitu dengan cara:
  • 45. 35 a. Receivable Turn Over (RTO) Rasio ini mengukur berapa kali (dalam rata-rata) piutang itu terjadi. Rasio perputaran piutang adalah besarnya rasio total penjualan kredit terhadap saldo piutang rata-rata selama periode tertentu. Apabila angka piutang rata-rata sama dengan nol ( 0 ), berarti perusahaan sudah tidak memiliki piutang lagi atau dengan kata lain, semua piutang sudah tertagih. b. Average Collection Period (ACP) Rasio ini berfungsi untuk mengetahui rata-rata hari yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang dan mengubahnya menjadi kas. Hasil yang ditetapkan dari perhitungan ini akan dihubungkan dengan jumlah hari yang ditetapkan sebagai standar kredit jika lebih kecil atau sama dengan, maka berarti pengendalian piutang dapat dikatakan berhasil, dan sebaliknya. Maka berarti beberapa pelanggan kredit melakukan penunggakan atau melanggar standar kredit yang ditetapkan perusahaan. c. Average Investment of Receivable Metode yang biasa dilakukan untuk analisis investasi piutang pada umumnya sama dengan analisis investasi pada barang modal. Dalam analisis investasi piutang ditentukan juga dengan jumlah investasi yang tepat pada setiap periode yang diharapkan mendekati kenyataan dengan rata- rata investasi piutang yang terjadi. Analisis ini dilakukan dengan membandingkan investasi dalam piutang yang ditetapkan dengan investasi yang terjadi.
  • 46. 36 d. Current Ratio (CR) Semakin tinggi current ratio berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Aktiva lancar yang dimaksud termasuk kas, piutang, surat berharga, dan persediaan. Dari aktiva lancar tersebut, persediaan merupakan aktiva lancar yang kurang likuid dibanding dengan yang lain.
  • 47. 37 BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan Perusahaan Perseroan (Persero) PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (Telkom, Perseroan, Perusahaan, atau Kami) merupakan BUMN yang bergerak di bidang jasa layanan telekomunikasi dan jaringan di wilayah Indonesia dan karenanya tunduk pada hukum dan peraturan yang berlaku di negara ini. Dengan statusnya sebagai perusahaan milik negara yang sahamnya diperdagangkan di bursa saham, pemegang saham mayoritas Perusahaan adalah Pemerintah Republik Indonesia sedangkan sisanya dikuasai oleh publik. Saham Perusahaan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI), New York Stock Exchange (NYSE), London Stock Exchange (LSE) dan public offering without listing (POWL) di Jepang. Layanan telekomunikasi dan jaringan Telkom sangat luas dan beragam meliputi layanan dasar telekomunikasi domestik dan internasional, baik menggunakan jaringan kabel, nirkabel tidak bergerak (Code Division Multiple Access atau CDMA) maupun Global System for Mobile Communication (GSM) serta layanan interkoneksi antar operator penyedia jaringan. Di luar layanan telekomunikasi, Telkom juga berbisnis di bidang Multimedia berupa konten dan aplikasi, melengkapi portofolio bisnis Perusahaan yang disebut TIME. Bisnis telekomunikasi adalah fundamental platform bisnis Perusahaan yang bersifat legacy, sedangkan portofolio bisnis lainnya disebut sebagai bisnis new wave yang mengarahkan Perusahaan untuk terus berinovasi pada produk berbasis kreatif digital. Hal tersebut mempertegas komitmen Telkom untuk terus meningkatkan pendapatan di dalam situasi persaingan bisnis di industri ini yang 31
  • 48. 38 sangat terbuka. Adalah obsesi Perusahaan untuk secara berkelanjutan membantu mengembangkan usaha kecil dan menengah menjadi perusahaan dengan skala besar, dengan tetap mengutamakan peningkatan kesejahteraan masyarakat luas. Selain itu, Perusahaan juga terus melakukan diversifikasi usaha baik melalui merger ataupun akuisisi. Gambar 4.1 Sejarah Singkat Telkom
  • 49. 39 4.1.2 Visi, Misi, dan Tujuan Visi Menjadi perusahaan yang unggul dalam penyelenggaraan TIME di kawasan regional. Misi - Menyediakan layanan TIME yang berkualitas tinggi dengan harga yang kompetitif. - Menjadi model pengelolaan korporasi terbaik di Indonesia Tujuan Menjadi posisi terdepan dengan memperkokoh bisnis legacy dan meningkatkan bisnis new wave untuk memperoleh 60% dari pendapatan industri pada tahun 2015.
  • 50. 40 4.1.3 Struktur Organisasi Gambar 4.2 Bagan Struktur Organisasi Telkom Sumber: PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (Annual Report), 2012
  • 51. 41 4.2 Pengelolaan dan Pengendalian Piutang Usaha Berdasarkan keputusan Senior General Manager FBCC Perusahaan Perseroan (Persero) PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. Nomor: KV. 472/HK230/ FCC-A1000000/2011 tentang pedoman Dunning Mangement Billling & Collection Center. Menetapkan pedoman pengelolaan Dunning Management yang dikelola oleh TELKOM Finance, Billing & Collection Center unit Billing & Collection dengan menetapkan tugas dan tanggung jawab masing-masing unit yang terlibat di dalam proses pengolahan penagihan dan pembayaran (Collection), serta pengelolaan tunggakan, penerapan sanksi atau denda, pengelolaan cabutan sampai dengan write off (dunning) pada semua segmen pelanggan dan semua jenis layanan. (Lampiran 4) 4.3 Sanksi dan Denda Berdasarkan keputusan direksi perusahaan perseroan (persero) PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. Nomor: KD 34/ HK. 220/ COO-C0020000/2010 tentang denda dan isolir Sambungan Pokok Telepon, Sambungan Induk Telepon, Flexi Classy, Flexi Home, Speedy, dan fasilitas Telekomunikasi di Warung Telkom menetapkan bahwa keputusan ini dibuat sebagai pedoman bagi DCS/DBS/DIVES dan DTF dalam memberlakukan ketentuan denda maupun isolir Sambungan Pokok Telepon, Sambungan Induk Telepon, Flexi Classy, Flexi Home, Speedy, dan Warung TELKOM bagi pelanggan yang belum melakukan pembayaran tagihan sampai dengan batas akhir periode pembayaran bulan N. Tujuan penetapan mengenai denda dan isolir adalah untuk mengurangi atau menahan tingginya churn dengan memberikan waktu retensi yang cukup bagi pelanggan.
  • 52. 42 Adapun Matriks kebijakan sanksi denda dan isolir bagi Sambungan Pokok Telepon, Sambungan Induk Telepon, Flexi Classy, Flexi Home, Speedy, dan Warung TELKOM. a. Sanksi Denda dan Isolir Sambungan Pokok Telepon, Sambungan Induk Telepon, Flexi Classy dan Flexi Home Pelanggan yang melaksanakan pembayaran tagihan Sambungan Pokok Telepon, Sambungan Induk Telepon, dan Flexi Calssy atau Flexi Home di luar periode pembayaran, dikenakan sanksi dengan pengaturan sebgai berikut: Tabel 4.1 Matriks Kebijakan Sanksi Denda dan Isolir Sambungan Pokok Telepon, Sambungan Induk Telepon, Flexi Classy dan Flexi Home Tanggal Pembayaran Sanksi Denda Sanksi Isolir Keterangan 5 s.d. 20 bulan N - - Sesuai Periode pembayaran 21 s.d. akhir bulan N 5% dari total tagihan atau minimal Rp 5.000,- Isolir Outgoing -Isolir outgoing dapat dilakukan mulai tanggal 21 -isolir outgoing dibuka sesaat setelah Pelanggan melakukan pembayaran tagihan dan denda 1 s.d. akhir bulan (N+1) 10% dari total tagihan atau minimal Rp 10.000,- Isolir Outgoing -Status Pelanggan diisolir outgoing -Isolir outgoing dibuka sesaat setelah Pelanggan melakukan pembyaaran tagihan dan denda
  • 53. 43 Tanggal Pembayaran Sanksi Denda Sanksi Isolir Keterangan 1 s.d. akhir bulan (N+2) 15% dari total tagihan atau minimal Rp 15.000,- Isolir Outgoing -Status Pelanggan diisolir outgoing -Isolir outgoing dibuka sesaat setelah Pelanggan melakukan pembayaran tagihan dan denda -Apabila sampai dengan akhir periode bulan (N+2) belum melakukan pembayaran, maka dilakukan change tariff abonemen=nol 1 s.d. akhir bulan (N+3) 15% dari total tagihan atau minimal Rp 15.000,- Isolir Outgoing -Apabila selama periode bulan (N+2) Pelanggan tersebut pernah menerima penagihan (incoming call), dan pada fasilitas telekomunikasi tersebut tidak ada yang menerima, maka status Pelanggan tetap isolir outgoing -Isolir Outgoing dibuka sesaat setelah Pelanggan melakukan pembayaran tagihan dan denda, selanjutnya abonemen dikembalikan sesuai ketentuan yang berlaku -Selama belum melakukan pembayaran, maka tagihan bulan (N+3) dan seterusnya adalah nol. Dicabut -Apabila selama periode bulan (N+2) Pelanggan tersebut tidak pernah menerima panggilan (incoming call), maka status fasilitas telekomunikasi dicabut pada tanggal 1 bulan (N+4) -Selama bulan (N+3) dilakukan retensi sebagai upaya winback. Sumber: PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2012
  • 54. 44 b. Sanksi Denda dan Isolir Speedy Pelanggan Speedy yang melaksanakan pembayaran tagihan Speedy di luar periode pembayaran, dikenakan sanksi dengan pengaturan sebagai berikut: Tabel 4.2 Matriks Kebijakan Sanksi Denda dan Isolir Speedy Tanggal Pembayaran Sanksi Denda Sanksi Isolir Keterangan 5 s.d. 20 bulan N - - Sesuai Periode pembayaran 21 s.d. akhir bulan N 5% dari total tagihan atau minimal Rp 5.000,- Tidak diisolir -Tagihan bulan N yang harus dibayar adalah sebesar monthly fee ditambah excess usage (jika ada) bulan (N-1) ditambah denda 1 s.d. akhir bulan (N+1) 10% dari total tagihan atau minimal Rp 10.000,- Diisolir -Diisolir mulai tanggal 1 bulan (N+1) -Dibuka isolir sesaat setelah Pelanggan melakukan pembayaran tagihan -Tagihan yang harus dibayar adalah tagihan bulan N berikut denda dan tagihan bulan (N+1) -Apabila sampai dengan akhir bulan N+1 Pelanggan belum membayar tagihan dan denda, maka dilakukan change tariff abonemen= nol 1 bulan (N+2) s.d. akhir bulan (N+3) 15% dari total tagihan atau minimal Rp 15.000,- Diisolir -Diisolir -Change tariff abonemen= nol -Dilakukan caring agar Pelanggan melunasi tunggakan -Apabila Pelanggan melakukan pembayaran, isolir speedy dikembalikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku 1 s.d. akhir bulan (N+4) 15% dari total tagihan atau minimal Rp 15.000,- Dicabut -Dicabut mulai tanggal 1 bulan N+4 -Setelah Pelanggan melunasi tagihan ditambah denda, apabila Pelanggan mengajukan pasang kembali, maka dilayani sesuai dengan prosedur pasang baru yang berlaku. Sumber: PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2012
  • 55. 45 c. Sanksi Denda dan Isolir Fasilitas Telekomunikasi Warung TELKOM Pengelola Warung TELKOM yang melaksanakan pembayaran di luar periode pembayaran khusus untuk Pengelola Warung TELKOM, maka kepada Pengelola Warung TELKOM yang bersangkutan dikenakan sanksi dengan pengaturan sebagai berikut: Tabel 4.3 Matriks Kebijakan Sanksi Denda dan Isolir Warung TELKOM Tanggal Pembayaran Sanksi Denda Sanksi Isolir Keterangan 1 s.d. 10 bulan N - - melakukan pembayaran sesuai periode pembayaran Warung TELKOM 11 s.d. akhir bulan N 5% dari total tagihan atau minimal Rp 5.000,- Diisolir total semua SST -Diisolir total semua SST mulai tanggal 11 bulan N -Dibuka isolir total semua SST sesaat setelah pengelola Warung TELKOM melakukan pembayaran tagihan dan denda 1 s.d. akhir bulan (N+1) 10% dari total tagihan atau minimal Rp 10.000,- Dicabut semua SST -Diisolir total semua SST mulai tanggal 11 bulan N -Dicabut semua SST pada tanggal 1 bulan N+1 -Setelah Pengelola Warung TELKOM melunasi tagihan dan denda, apabila yang bersangkutan mengajukan pasang kembali maka dikenakan biaya sesuai ketentuan biaya PSB 1 s.d. akhir bulan (N+2) 15% dari total tagihan atau minimal Rp 15.000,- Dicabut semua SST dan semua SST tersebut dapat dipasarkan -Diisolir total semua SST mulai tanggal 11 bulan N -Dicabut semua SST pada tanggal ! bulan N+1 -Pemutusan PKS secara sepihak oleh TELKOM -Setelah Pengelola Warung TELKOM melunasi tagihan dan denda, apabila ybs mengajukan pasang kembali maka dilayani sesuai dengan prosedur pengajuan PKS sebagai Pengelola Warung TELKOM Sumber: PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2012
  • 56. 46 4.4 Kriteria pengukuran Efektifitas Piutang Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, beberapa metode analisis yang digunakan untuk mengukur efektifitas piutang usaha perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk., antara lain: e. Receivable Turn Over (RTO) f. Average Collection Period (ACP) g. Average Investment of Receivable h. Current Ratio (CR)
  • 57. 47 Tabel 4.4 Piutang Usaha PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. Tahun 2007-2011 (dalam miliaran rupiah) Sumber : PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2012 Tahun Saldo Awal Saldo Akhir Total Piutang Penjualan Kredit Aset Lancar Utang Lancar 2007 784.789 1.100.456 1.885.245 17.491.964 15.978.000 21.018.000 2008 1.100.456 1.203.905 2.304.361 21.055.076 14.622.000 27.218.000 2009 1.203.905 1.273.550 2.477.455 22.522.318 16.095.000 26.892.000 2010 1.273.550 1.277.983 2.551.553 20.055.875 18.729.000 20.473.000 2011 1.277.983 1.283.233 2.561.216 18.514.814 21.258.000 22.189.000 Total 5.640.683 6.139.127 11.779.830 99.640.047 86.682.000 117.790.000 41
  • 58. 48 4.5 Receivable Turn Over Perputaran piutang yang semakin tinggi adalah semakin baik karena modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk piutang akan semakin rendah. Naik turunnya perputaran piutang ini akan dipengaruhi oleh hubungan perubahan penjualan dengan perubahan piutang. Perubahan perputaran piutang dari tahun ke tahun atau perbedaan perputaran piutang antar perusahaan merupakan refleksi dari variasi kebijaksanaan pemberian kredit atau variasi tingkat kemampuan dalam pengumpulan piutang. π‘…π‘’π‘π‘’π‘–π‘£π‘Žπ‘π‘™π‘’ π‘‡π‘’π‘Ÿπ‘› π‘‚π‘£π‘’π‘Ÿ = 𝑛𝑒𝑑 π‘π‘Ÿπ‘’π‘‘π‘–π‘‘ π‘ π‘Žπ‘™π‘’ π‘Žπ‘£π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘”π‘’ π‘Ÿπ‘’π‘π‘’π‘– 𝑣 π‘Žπ‘π‘™π‘’ (1) π‘ƒπ‘–π‘’π‘‘π‘Žπ‘›π‘” π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘Ž βˆ’ π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘Ž = π‘ π‘Žπ‘™π‘‘π‘œ π‘Žπ‘€π‘Žπ‘™+π‘ π‘Žπ‘™ 𝑑 π‘œ π‘Žπ‘˜β„Žπ‘– π‘Ÿ 2 Adapun hasil perhitungan dari Receivable Turn Over adalah sebagai berikut : a. Tahun 2007 𝑅𝑇𝑂 = 17.491.964 942.622,5 = 18,557 π‘…π‘Žπ‘‘π‘Ž βˆ’ π‘…π‘Žπ‘‘π‘Ž π‘ƒπ‘–π‘’π‘‘π‘Žπ‘›π‘” = 784.789 + 1.100.456 2 = 942.622,5 b. Tahun 2008 𝑅𝑇𝑂 = 21.055.076 1.152.180,5 = 18,274 π‘…π‘Žπ‘‘π‘Ž βˆ’ π‘…π‘Žπ‘‘π‘Ž π‘ƒπ‘–π‘’π‘‘π‘Žπ‘›π‘” = 1.100.456 + 1.203.905 2 = 1.152.180,5 c. Tahun 2009 𝑅𝑇𝑂 = 22.522.318 1.238.727,5 = 18,181 π‘…π‘Žπ‘‘π‘Ž βˆ’ π‘…π‘Žπ‘‘π‘Ž π‘ƒπ‘–π‘’π‘‘π‘Žπ‘›π‘” = 1.203.905 + 1.273.550 2 = 1.238.727,5
  • 59. 49 d. Tahun 2010 𝑅𝑇𝑂 = 20.055.875 1.275.776,5 = 15,720 π‘…π‘Žπ‘‘π‘Ž βˆ’ π‘…π‘Žπ‘‘π‘Ž π‘ƒπ‘–π‘’π‘‘π‘Žπ‘›π‘” = 1.273.905 + 1.277.983 2 = 1.275.776,5 e. Tahun 2011 𝑅𝑇𝑂 = 18.514.814 1.280.608 = 14,457 π‘…π‘Žπ‘‘π‘Ž βˆ’ π‘…π‘Žπ‘‘π‘Ž π‘ƒπ‘–π‘’π‘‘π‘Žπ‘›π‘” = 1.277.983 + 1.283.233 2 = 1.280.608 Hasil perhitungan Receivable Turn Over di atas dapat dilihat pada table 4.5 berikut: Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Receivable Turn Over (RTO) (dalam miliaran rupiah) Tahun Penjualan Kredit Rata-Rata Piutang RTO Perubahan RTO 2007 17.491.964 942.622,5 18,557 - 2008 21.055.076 1.152.180,5 18,274 (0,283) 2009 22.522.318 1.238.727,5 18,181 (0,093) 2010 20.055.875 1.275.776,5 15,720 (2,461) 2011 18.514.814 1.280.608 14,457 (1,263) Sumber: Data diolah, 2012 Receivable Turn Over (RTO) perusahaan Telkom pada tahun 2007-2011 terus mengalami penurunan setiap tahunnya. Perubahan RTO tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu 2,461 kali karena pada tahun 2010 RTO 15,720 sedangkan pada tahun 2009 adalah 18,181 kali. RTO pada tahun 2007 merupakan RTO tertinggi yang dicapai perusahaan, hal ini disebabkan rata-rata piutang perusahaan sebesar 942.622,5 yang merupakan rata-rata piutang
  • 60. 50 terendah dalam lima tahun terakhir. Rata-rata piutang yang rendah menunjukkan bahwa penjualan kredit rendah yang menyebabkan tingginya perputaran piutang, dimana kita ketahui bahwa semakin tinggi RTO semakin baik karena modal kerja yang tertanam dalam piutang semakin rendah. 4.6 Average Investment of Receivable Dana yang tertanam di dalam piutang dalam satu kali perputaran, dimana nilainya tergantung jumlah penjualan & periode kredit. Semakin lama periode kredit, semakin besar dana yang tertanam dalam piutang,dan sebaliknya. π΄π‘£π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘”π‘’ πΌπ‘›π‘£π‘’π‘ π‘‘π‘šπ‘’π‘›π‘‘ π‘œπ‘“ π‘…π‘’π‘π‘’π‘–π‘£π‘Žπ‘π‘™π‘’ = π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ π‘π‘œπ‘ π‘‘ π‘œπ‘“ π‘π‘Ÿπ‘’π‘‘π‘–π‘‘ π‘ π‘Žπ‘™π‘’ π‘Ÿπ‘’π‘π‘’π‘–π‘£π‘Žπ‘π‘™ 𝑒 π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘› π‘œπ‘£π‘’π‘Ÿ (2) Adapun hasil perhitungan dari Average Investment of Receivable adalah sebagai berikut: a. Tahun 2007 𝐴𝐼𝑂𝑅 = 17.491.964 18,557 = 942.607,32 b. Tahun 2008 𝐴𝐼𝑂𝑅 = 21.055.076 18,274 = 1.152.187,6 c. Tahun 2009 𝐴𝐼𝑂𝑅 = 22.522.318 18,181 = 1.238.783,2 d. Tahun 2010 𝐴𝐼𝑂𝑅 = 20.055.875 15,720 = 1.275.819 i. Tahun 2011 𝐴𝐼𝑂𝑅 = 18.514.814 14,457 = 1.280.681,6
  • 61. 51 Hasil perhitungan Average Investment of Receivable di atas dapat dilihat pada table 4.6 berikut: Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Average Investment of Receivable (dalam miliaran rupiah) Tahun Total Penjualan Kredit RTO (kali) AIOR Perubahan AIOR 2007 17.491.964 18,557 942.607,32 - 2008 21.055.076 18,274 1.152.187,6 209.580,28 2009 22.522.318 18,181 1.238.783,2 86.595,6 2010 20.055.875 15,720 1.275.819 37.035,8 2011 18.514.814 14,457 1.280.681,6 4.862,6 Sumber: Data diolah, 2012 Dari tabel diatas menunjukkan bahwa Average Investmen of Receivable perusahaan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007 kinerja perusahaan membaik, dimana AIOR mencapai titik terendah, yaitu 942.607,32 (miliar). Hal ini terjadi karena perusahaan dapat meminimalkan penjualan secara kredit hingga sebesar 17.491.964 (miliar) dan perputaran piutang tertinggi selama lima tahun terakhir yaitu sebesar 18.557 (miliar). Namun, pada tahun 2008 terjadi peningkatan penjualan kredit sebesar 3.563.1112 (miliar) dari tahun sebelumnya Pada tahun 2009, terjadi peningkatan kembali pada piutang menjadi 22.522.318 dan penurunan pada RTO menjadi 18,181 yang menyebabkan peningkatan nilai pada AIOR dari 1.152.187,6 menjadi 1.238.783,2 (miliar). Pada tahun 2010, AIOR mengalami kenaikan sebesar 37.035,8 yaitu dari 1.238.783,2 menjadi 1.275.819 (miliar) Pada tahun 2011, perubahan pada nilai investasi piutang hanya menunjukkan angka perubahan sebesar 4.862,6 (miliar)
  • 62. 52 dan juga merupakan angka perubahan terkecil selama lima tahun. Hal ini disebabkan karena menurunnya angka penjualan kredit dan perputaran piutang. 4.7 Average Collection Period Semakin lama rata-rata piutang berarti semakin besar dana yang tertanam pada piutang. Semakin besar hasil average collection period menunjukkan bahwa perusahaan belum melakukan efisiensi dalam penagihan piutangnya. π΄π‘£π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘”π‘’ πΆπ‘œπ‘™π‘™π‘’π‘π‘‘π‘–π‘œπ‘› π‘ƒπ‘’π‘Ÿπ‘–π‘œπ‘‘ = 360 𝑅𝑒𝑐𝑒𝑖 𝑣 π‘Žπ‘π‘™π‘’ π‘‡π‘’π‘Ÿπ‘›π‘‚π‘£π‘’π‘Ÿ (3) Adapun hasil perhitungan dari Average Investment of Receivable adalah sebagai berikut: a. Tahun 2007 𝐴𝐢𝑃 = 360 18,557 = 19,4 b. Tahun 2008 𝐴𝐢𝑃 = 360 18,274 19,7 c. Tahun 2009 𝐴𝐢𝑃 = 360 18,181818 19,8 d. Tahun 2010 𝐴𝐢𝑃 = 360 15,720 = 22,9 e. Tahun 2011 𝐴𝐢𝑃 = 360 14,457 = 24,9
  • 63. 53 Hasil perhitungan Average Collection Period di atas dapat dilihat pada table 4.7 berikut: Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Average Collection Period (ACP) Tahun RTO (kali) ACP(hari) Perubahan ACP 2007 18,557 19,4 - 2008 18,274 19,7 0,3 2009 18,181 19,8 0,1 2010 15,720 22,9 3,1 2011 14,457 24,9 2 Sumber: Data diolah, 2012 Dari data pada tabel di atas, diketahui bahwa perusahaan belum efektif dalam pengelolaan piutangnya karena terus mengalami peningkatan ACP setiap tahunnya. Pada tahun 2011 perusahaan memiliki efektivitas penagihan piutang yang paling tinggi pada lima tahun terakhir yaitu 24,9 hari dengan angka perubahan dua (2) hari dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2010 dengan ACP 22,9 hari. Pada tahun 2007 RTO perusahaan tertinggi selama lima tahun terakhir yaitu sebesar 18,557 kali dengan nilai ACP 19,4 hari. Sementara pada tahun 2008 RTO menurun menjadi 18,274 kali dengan nilai ACP yang meningkat 0,3 dari tahun sebelumnya. Perusahaan mengalami penurunan RTO sebesar 93 kali dibandingkan tahun 2008 yang menyebabkan terjadi penurunan ACP sebesar 0,1 hari. Pada tahun 2010 perusahaan mengalami perubahan ACP sebesar 3,1 dari tahun 2009 dengan nilai RTO 15,720 dan nilai ACP 22,9 hari. Secara umum perusahaan masih berada pada ACP yang belum terlalu baik khususnya berdasarkan ketetapan pembayaran yang dimilki perusahaan.
  • 64. 54 Berdasarkan data di atas, dapat diketahui juga bahwa pelanggan yang mengunakan jasa Telkom masih memiliki kecenderungan menunggak pembayaran rekening tagihan. 4.8 Likuiditas Semakin tinggi current ratio berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Aktiva lancar yang dimaksud termasuk kas, piutang, surat berharga, dan persediaan. Dari aktiva lancar tersebut, persediaan merupakan aktiva lancar yang kurang likuid dibanding dengan yang lain. πΆπ‘’π‘Ÿπ‘Ÿπ‘’π‘›π‘‘ π‘…π‘Žπ‘‘π‘–π‘œ = πΆπ‘’π‘Ÿπ‘Ÿπ‘’π‘›π‘‘ 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑑 πΆπ‘’π‘Ÿπ‘Ÿπ‘’π‘›π‘‘ πΏπ‘–π‘Žπ‘™π‘–π‘π‘–π‘™π‘–π‘‘ 𝑖𝑒𝑠 π‘₯100% (4) Adapun hasil perhitungan dari Current Rtaio adalah sebagai berikut: a. Tahun 2007 𝐢𝑅 = 15.978 21.018 π‘₯100% = 76,0% b. Tahun 2008 𝐢𝑅 = 14.622 27.218 π‘₯100% = 53,75% c. Tahun 2009 𝐢𝑅 = 16.095 26.892 π‘₯100% = 59,9% d. Tahun 2010 𝐢𝑅 = 18.729 20.473 π‘₯100% = 91,5% e. Tahun 2011 𝐢𝑅 = 21.258 22.189 π‘₯100% = 95,8%
  • 65. 55 Hasil perhitungan Current Ratio di atas dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut: Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Current Ratio (CR) (dalam miliaran rupiah) Tahun Current Asset Current Lialibilities Current Ratio Perubahan CR 2007 15.978 21.018 76,0% - 2008 14.622 27.218 53,57% (22,43%) 2009 16.095 26.892 59,9% 6,33% 2010 18.729 20.473 91,5% 31,6% 2011 21.258 22.189 95,8% 4,3% Sumber: Data diolah, 2012 Dari tabel diatas menunjukkan bahwa rasio lancar perusahaan mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007 kinerja perusahaan membaik, dimana rasio lancar mencapai titik tertinggi, yaitu sebesar 76,0 %. Hal ini terjadi karena perusahaan dapat meminimalkan utang jangka pendek menjadi 21.018 miliaran rupiah walaupun jumlah total asset lancarnya berada pada titik kedua terendah selama lima tahun terakhir yaitu sebesar 15.978 miliar rupiah. Namun, pada tahun 2008 terjadi peningkatan utang lancar sebesar 6.200 miliar rupiah dari tahun sebelumnya yaitu 27.218 miliar rupiah atau rasio lancar turun menjadi 53,57% atau mengalami perubahan sebesar 22,43%. Pada tahun 2009, terjadi peningkatan pada asset lancar dan penurunan pada utang lancar masing- masing sebesar 16.095 miliar rupiah dan 26.892 miliar rupiah yang menyebabkan peningkatan nilai pada rasio lancar dari 53,57% menjadi 59,9%. Pada tahun 2010, rasio lancar mengalami peningkatan sebesar 2.634 miliar rupiah dari tahun 2009 yaitu dari 16.095 mrnjadi 18.729 miliar rupiah,
  • 66. 56 dimana jumlah asset lancar dan utang lancar tersebut menyebabkan perubahan rasio lancar sebesar 31,6% yang juga merupakan persentase perubahan current ratio terbesar selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2011, perubahan pada current ratio hanya menunjukkan angka 4,3% dan juga merupakan persentase terkecil selama lima tahun. Hal ini disebabkan karena meningkatnya current asset menjadi 21.258 miliar rupiah dan current lialibilities yang juga cukup besar yaitu 22.189 miliar rupiah. Hal tersebut menyebabkan persentase pada current ratio sangat besar yaitu 95,8%. 4.9 Hubungan Antar Variabel Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis di atas dapat di jelaskan hubungan antara variabel-variabel dalam penelitian. Dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.9 Hasil Perhitungan RTO, AIOR, ACP, dan CR Tahun Perubahan RTO (Kali) Perubahan AIOR (miliaran Rp) ACP (hari) CR 2007 - - - - 2008 (0,283) 209.580,28 0,3 22,43% 2009 (0,093) 86.595,6 0,1 ( 6,33% ) 2010 (2,461) 37.035,8 3,1 ( 31,6% ) 2011 (1,263) 4.862,6 2 ( 4,3% ) Sumber: Data diolah, 2012 Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa kinerja yang dicapai perusahaan dalam mengendalikan piutang perusahaan semakin menurun setiap tahunnya yang menyebabkan penurunan likuiditas perusahaan. Seperti telah dibahas pada bab sebelumnya, likuiditas perusahaan menunjukkan kemampuan
  • 67. 57 untuk membayar kewajiban financial jangka pendek tepat pada waktunya. Likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah untuk diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang, dan persediaan.. Hasil penelitian ini menunjukkan kesesuaian dengan teori tersebut. Perusahaan mengalami penurunan efisiensi dalam mengelola piutang, hal ini terlihat dari RTO, AIOR, dan ACP yang prestasinya terus menurun setiap tahunnya. Penurunan ini juga berpengaruh terhadap current ratio perusahaan. Dimana kita mengetahui bahwa pengelolaan piutang yang tidak efektif akan memengaruhi tingkat likuiditas perusahaan karena piutang merupakan aktiva yang mudah diubah menjadi kas. Berpedoman pada prinsip RTO bahwa semakin tinggi perputaran piutang maka semakin baik prestasi yang dicapai sebuah perusahaan, begitupula pada investasi piutang, semakin rendah investasi dalam piutang maka semakin baik presetasi perusahaan, dan semakin rendah periode pengumpulan piutang maka semakin baik tingkat likuiditas sebuah perusahaan. Perusahaan belum efisien dalam hal pengelolaan piutangnya dikarenakan berbagai faktor, salah satunya adalah dengan pertimbangan bahwa jika standar kredit diperketat, kemungkinan besar akan terjadi penurunan jumlah pelanggan dikarenakan jumlah pesaing yang cukup banyak.
  • 68. 58 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan uraian-uraian yang telah dilakukan pada bab sebelumnya Penulis dapat menarik kesimpulan bahwa: a. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (Persero) dalam melaksanaan penerapkan prosedur pengelolaan dan sistem pengendalian piutang belum efisien untuk meningkatkan likuiditas perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa optimalisasi manajemen piutang Perusahaan yang efektif memang berbanding lurus dengan likuiditas karena semakin menurunnya prestasi RTO, AIOR, dan ACP menyebabkan penurunan pada likuiditas perusahaan. b. Rasio Perputaran Piutang (RTO) pada tahun 2007 sangat meningkat yaitu sebesar 18,557 kali, sedangkan nilai RTO yang terendah yaitu pada tahun 2011 sebesar 14,457 kali. Peningkatan RTO di tahun 2007 yang mencapai nilai tertinggi disebabkan tingginya tingkat kepedulian dan kerja sama dari manajemen. c. Average Investment of Receivable (AIOR) pada tahun 2007 sangat rendah yaitu sebesar 942.607,32 miliar, sedangkan nilai AIOR yang tertinggi yaitu pada tahun 2011 sebesar 1.280.681,6 miliar. Peningkatan AIOR di tahun 2011 yang mencapai nilai tertinggi disebabkan tingginya tingkat penjualan secara kredit. d. Umur rata-rata pengumpulan piutang (Average Collection period- ACP) lebih besar dari standar pengumpulan piutang yang diterapkan oleh perusahaan, terutama nilai pada tahun 2011, dimana nilai 52
  • 69. 59 Average Collection Periodnya mencapai 24,9 hari. Ini berarti perusahaan belum efektif dalam mengelola piutang usahanya, sebab standar pengumpulan piutang yang diterapkan oleh perusahaan adalah batas pelunasan atau tanggal jatuh tempo selambat- lambatnya 1 s.d. 10 bulan N, dan 5 s.d. 20 bulan N sejak nota tagihan diterima oleh pengguna jasa. 5.2 Saran a. Hendaknya piutang dikendalikan dan dikelola dengan sebaik mungkin oleh bagian administrasi atau penatausahaan piutang agar tingkat perputaran piutang menjadi lebih baik, sehingga persentase penagihan dapat terus meningkat dan sebaiknya mengurangi jumlah investasi dalam piutang timbulnya risiko kerugian piutang. b. Sebelum diterbitkan surat pengantar nota tagihan sebaiknya pihak pengguna jasa diberitahukan terlebih dahulu mengenai sanksi dan denda yang dikenakan apabila terjadi keterlambatan pembayaran nota tagihan sesuai dengan tanggal jatuh tempo yang telah ditentukan. c. Sebaliknya perusahaan membentuk tim khusus pengumpulan piutang atau penagihan piutang untuk mempercepat proses pelunasan piutang agar tingkat perputaran piutang dari tahun ke tahun semakin meningkat sehingga modal yang diinvestasikan dalam piutang tidak terlalu besar.
  • 70. 60 DAFTAR PUSTAKA Alam, Syamsu. 2010. Manajemen Keuangan I. Makassar: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin Alexandri, Benny. 2009. Manajemen Keuangan Bisinis. Edisi Kedua. Penerbit Alfabeta. IKAPI. Bandung. Annual Report 2011. Melaju Melampaui Batas Telekomunikasi .Laporan Tahunan 2011 PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (www.idx.co.id) (diakses 18 oktober 2012) Hadirah.Isdiati. 2010. Analisis Cadangan Kerugian Piutang Aeronautika Pada Makassar Air Traffic Service Center PT Angkasa Pura I (Persero). Laporan Tugas Akhir Politeknik Negeri Ujung Pandang (Tidak Dipublikasikan) Halim, Abdul. 2007. Manajemen Keuangan Bisnis. Malang: Penerbit Ghalia Indonesia. Kasmir. 2011.Analisis Laporan Keuangan. Cetakan Keempat, Rajawali Pers. Jakarta Keown, J. Arthur, Scott, F. David Jr., Martin, D. Jhon, & Pretty William J., 2001. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi Ketujuh, Salemba Empat, Jakarta. Keputusan Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. Nomor: KD 34./HK 220/COO-C0020000/2010 tentang Denda dan Isolir Martono & Harjito, 2007. Manajemen Keuangan Perusahaan. Cetakan Kelima, Ekonisia, Jakarta. Martono dan Agus Harjito. 2008. Manajemen Keuangan (Cetakan Ketujuh). Ekonisia; Yogyakarta. Munawir, S. 2002. Analisis Informasi Keuangan. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta. Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta :Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada. Sartono, Agus. 2010. Manajemen Keuangan. BPFE. Yogyakarta Syamsuddin, Lukman. 2007. Manajemen Keuangan Perusahaan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta Syamsuddin, Lukman. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan. Rajawali Pers. Jakarta 60
  • 71. 61 Siahaan, Debora, 2009. Analisis Penerapan Kebijakan Manajemen Piutang Serta Pengaruhnya Terhadap Cash Ratio, Net Profit Margin Dan Earning Power pada PT. Wijaya Indonesia Makmur Bicycle Industry CabangSetia Budi Medan. Skripsi Universitas Sumatera Utara. Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta: Bandung. Warren & Reeve. 2006. Pengantar Akuntansi. Buku Satu, Edisi Kedua puluh satu. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
  • 72. 62 YAMINA JAYA Photocopy & Printing KANTIN RAMSIS UNHAS Phone: 081342933050
  • 74. 64 BIODATA Identitas Diri Nama : Nurafiah Tempat, Tanggal Lahir : Watampone, 12 Maret 1991 Jenis Kelamin : Perempuan Alamat Rumah : BTN Dewi Kumalasari AC 19/1, Daya No. HP : 085298334141 Alamat email : lnurafiah@yahoo.com Riwayat Pendidikan Pendidikan Formal Tahun 1991-2003 :SD Negeri 23 Jeppe’e Tahun 2003-2006 : SMP Negeri 2 Watampone Tahun 2006-2009 : SMA Negeri 4 Watampone Pendidikan Nonformal : Riwayat Prestasi Prestasi Akademik : Prestasi Nonakademik : Pengalaman Organisasi : Kerja : Bank BRI Cabang Watampone Demikian biodata ini dibuat dengan sebenarnya. Makassar,24 November 2012 NURAFIAH
  • 76. 66 Lampiran 2 Tabel 2.3 Peta Teori No. Penulis/Topik/Judul Buku/Artikel Tujuan Penelitian/ Penulisan Buku/ Artikel Konsep/ Teori/ Hipotesis Variabel Penilitian dan Teknik Analisis Hasil Penilitian/ Isi Buku 1 Gita GaneshaPutri., 2012. Penerapan kebijakan manajemen piutang dan pengaruhnya terhadap cash ratio, net profit margin, dan earning power Pada pt. Angkasa pura i (persero) Cabang bandar udara sultan hasanuddin makassar ) 1. Untuk mengetahui penerapan kebijakan piutang pada PT. Angkasa Pura I (Persero) 2. Untuk mengetahui pengaruh Average Collection Period terhadap Cash Ratio pada PT. Angkasa Pura I (Persero) 3. Untuk mengetahui pengaruh Average Collection Period terhadap Net Profit Margin pada PT. Angkasa Pura I (Persero) 4. Untuk mengetahui pengaruh Average Collection Period terhadap Earning Power pada PT. Angkasa Pura I (Persero) 1. Diduga Average Collection Period berpengaruh terhadap Cash Ratio PT. Angkasa Pura I (Persero) 2. Diduga Average Collection Period berpengaruh terhadap Net Profit Margin pada PT. Angkasa Pura I (Persero) 3. Diduga average collection period berpengaruh terhadap earning power PT. Angkasa Pura I (Persero) Variabel: a. Independen 1. Cash Ratio, 2. Net Profit Margin, dan 3. Earning Power. b. Dependen Jangkawaktu rata- rata pengumpulanpiut ang c. TeknikAnalisis: Analisisregresiber ganda 1. Berdasarkan penilaianinternal diperoleh kesimpulan bahwa kebijakan manajemen piutang pada PT. Angkasa Pura I (Persero) Bandara Sultan Hasanuddin Makassar telah cukup efektif dalam melakukan penagihan piutang kepada para kreditur sehingga angka rata-rata pengumpulan piutangnya lebih kecil dibandingkan dengan syarat kredit yang diberlakukan. 2. Average Collection Period berpengaruh positif terhadap Cash Ratio. 3. Average Collection Period berpengaruh positif terhadap Net Profit Margin. 4. Average Collection Period berpengaruh positif terhadap Return on Investment,
  • 77. 67 Lanjutan Tabel 2.3 No. Penulis/ Topik/ Judul Buku/ Artikel Tujuan Penelitian/ Penulisan Buku/ Artikel Konsep/ Teori/ Hipotesis Variabel Penilitian dan Teknik Analisis Hasil Penilitian/ Isi Buku 2 Indrajit Wicaksana., 2011.Analisis Pengaruh Pengendalian Piutang Terhadap Efektivitas Arus Kas 1. Mengetahui sistem manajemen piutang yang dijalankan pada PT. Z? 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya piutang PT. Z? 1. Diduga system manajemenpiutang yang dijalankan PT Z telahsesuaidengan SOP 2. Diduga factor-faktor yang memengaruhipiutang PT Z adalahketentuanpenj ualan, persentasepenjualan kredit, tipepelanggan, danusahapenagihan. Variabel: 1. System pengendalianpiuta ng 2. Laporankeuangan Teknik Analisis: Analisis data yang digunakananalisis per komponen, analisis trend, analisis cash conversion cycle, dan analisis rasio keuangan 1. Berdasarkan analisis terhadap sistem manajemen piutang yang dilakukan, PT. Z telah melakukan proses manajemen, pengelolaan, dan pengendalian piutang berdasarkan SOP yang telah ditetapkan olehperusahaan, namun dalam pelaksanaannya masih terdapat beberapa hal yang tidak sesuai dengan SOP. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya jumlah piutang seperti persentase penjualan kredit, ketentuan penjualan, tipe pelanggan, dan usaha penagihan, PT. Z memiliki jumlah piutang yang cukup besar pada laporan neraca terutama dipengaruhi oleh besarnya persentase penjualan kredit dan usaha penagihan yang dilakukan.
  • 79. 69
  • 80. 70
  • 81. 71
  • 82. 72
  • 83. 73
  • 84. 74
  • 85. 75
  • 87. 77
  • 88. 78
  • 89. 79
  • 90. 80
  • 91. 81
  • 92. 82
  • 93. 83
  • 94. 84
  • 95. 85
  • 96. 86
  • 97. 87
  • 98. 88
  • 99. 89