5. Peran sosial dimana peran laki-laki dan
perempuan ditentukan perbedaan fungsi, peran
dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan
sebagai hasil konstruksi sosial yang dapat
berubah atau diubah sesuai perubahan zaman,
peran dan kedudukan seseorang yang
dikonstrusikan oleh masyarakat dan budayanya.
(WHO 1998).
Gender adalah pandangan masyarakat tentang
perbedaan peran, fungsi dan tanggung jawab
antara perempuan dan atau laki–laki yang
merupakan hasil konstruksi sosial budaya dan
dapat berubah dan atau diubah sesuai dengan
perkembangan zaman.
6. • Jenis kelamin merupakan perbedaan antara
perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak
seseorang lahir. jenis kelamin berkaitan dengan
tubuh laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki
memproduksikan sperma, sementara perempuan
menghasilkan sel telur dan secara biologis mampu
untuk menstruasi, hamil dan menyusui.
• Seks berarti pria ataupun wanita yang
pembedaannya berdasar pada jenis kelamin, sex
lebih merujuk pada pembedaan antara pria dan
wanita berdasar pada jenis kelamin yang ditandai
oleh perbedaan anatomi tubuh dan genetiknya.
Perbedaan seperti ini lebih sering disebut sebagai
perbedaan secara biologis atau bersifat kodrati dan
sudah melekat pada masing-masing individu sejak
lahir
9. Budaya yang memengaruhi gender
• Kondisi yang diciptakan atau direkayasa oleh norma adat-istiadat yang membedakan peran dan fungsi
laki-laki dan perempuan yang berkaitan dengan kemampuan.
Contoh budaya yang berpengaruh terhadap gender
• Masyarakat di Indonesia khususnya di Jawa menganut budaya patriaki, dimana seorang kepala keluarga adalah laki-laki
sehingga budaya laki-laki dicap sebagai orang yang berkuasa di keluarga.
• Budaya patriaki memiliki anggapan bahwa kesehatan reproduksi adalah masalah perempuan sehingga berdampak
kurangnya partisipasi, dan kepedulian laki- laki dalam kesehatan reproduksi.
• Di Jawa ada pepatah yang mengatakan bahwa perempuan di dalam rumah tangga sebagai kasur, sumur, dapur. Sehingga
perempuan di dalam keluarga hanyalah melayani suami, kedudukannya lebih rendah dari laki- laki.
• Pada masa remaja orang tua lebih mengijinkan anak laki-laki mereka cenderung lebih bebas dari pada anak perempuan
dengan mengijinkan mereka pergi jauh dari rumah
• Banyak orang tua membedakan permainan bagi anak laki-laki dan perempuan, contoh anak laki-laki tidak boleh main
masak-masakan
• Banyak buku-buku di sekolah yang bias gender. Guru membedakan membimbing antara murid laki-laki dan perempuan.
Buku-buku pelajaran memberi gambaran pekerjaan perempuan di rumah, sedang laki-laki sebagai pekerja kantoran
10. DISKRIMINASI GENDER
• Diskriminasi gender adalah adanya perbedaan,
pengecualian/pembatasan yangdibuat berdasarkan peran dan norma
gender yang dikonstruksi secara social yangmencegah seseorang
untuk menikmati HAM secara penuh.
• Tindakan pembedaan karena jenis kelamin, suku, agama, ras.
• Perempuan : Tidak harus berpendidikan tinggi, Harus bisa memasak
• Laki-laki : Harus berpendidikan, Harus bekerja di luar rumah
11.
12. Gender dan Marginalisasi Perempuan
• Bentuk manifestasi ketidakadilan gender adalah proses marginalisasi/pemiskinan terhadap
kaum perempuan
• Perempuan tidak dapat berkontribusi dalam suatu aspek atau bidang pekerjaan tertentu
karena stereotype tertentu yang melekat cukup lama pada perempuan contoh : perempuan
adalah individu lemah, terlalu perasa, sensitif, cengeng.
• Karena fungsi reproduksi yang dimiliki perempuan, perempuan dianggap akan menghambat
pekerjaan
• Contoh : Pekerjaan yang berkaitan dengan pembangunan (gedung, jalan, dsb) minim
kontribusi perempuan karena perempuan dianggap lemah secara fisik dan psikologi, fungsi
reproduksi perempuan dinilai akan menghambat pekerjaan (ketika perempuan haid, hamil dan
menyusui)
• Contoh lain :
• upah wanita lebih kecil, izin usaha wanita harus diketahui ayah (jika masih lajang) dan suami
jika sudah menikah, permohonan kredit harus seijin suami, pembatasan kesempatan
dibidang pekerjaan terhadap wanita, kemajuan tehnologi industry meminggirkan peran
sertawanita
13. Gender dan Subordinasi Pekerjaan Perempuan
• Subordinasi adalah anggapan tidak penting dalam keputusan politik.
Perempuan tersubordinasi oleh factor yang dikonstruksikan secara
social. Hal ini disebabkan karena belum terkoordinasi konsep gender
dalam masyarakat yang mengakibatkan adanya diskriminasi kerja bagi
perempuan.
• Contoh ; wanita sebagai konco wingking, hak kawin wanita dinomor
duakan, wanita dinomor duakan dalam peluang bidang politik,
jabatan, karir dan pendidikan.
14. Gender dan Sterotip atas Pekerjaan Perempuan
• Stereotip merupakan pelabelan/penandaan terhadap kelompok tertentu
dan biasanya pelabelan ini selalu berakibat pada ketidakadilan, sehingga
dinamakan pelabelan negative
• Pelabelan yang melekat pada jenis kelamin dan berhubungan dengan fungsi
dan perannya, yang tidak mengandung kebenaran mutlak.
• Perempuan : tugas pokoknya adalah memasak, mencuci, mengasuh anak,
dan tugas rumah tangga lainnya.
• Perempuan : lemah, cengeng, perasa, sensitive
• Laki-laki : tugas pokoknya adalah bekerja mencari nafkah
• Laki-laki : tidak boleh menangis, kuat, tidak perasa, galak, tidak rapi.
15. Gender dan Kekerasan Terhadap Perempuan
• Kekerasan adalah suatu serangan terhadap fisik maupun integritas mental psikologi seseorang.
Kekerasan terhadap manusia sumbernya macam-macam namun ada satu jenis kekerasan yang
bersumber anggapan gender. Kekerasan terhadap perempuan merupakan kekerasan yang
disebabkan adanya keyakinan gender
• Perempuan menjadi lebih rentan karena posisinya yang pincang dimata masyarakat baik
secara ekonomi, social atau politik. Posisi perempuan dianggap lebih rendah dibandingkan
dengan laki-laki
• Terjadi karena perempuan/laki-laki dianggap lemah dan ditundukkan
• Terjadi karena adanya narasi tubuh perempuan sebagai objek seksual
• Kekerasan fisik : dipukul, ditampar
• Kekerasan seksual : dipegang pada bagian tubuh tertentu (tanpa persetujuan dari
korban)
• Kekerasan psikologis : ucapan menyakitkan, kata-kata kotor, bentakan, hinaan dan
ancaman
16. Gender dan Beban kerja Lebih Berat
• Dengan berkembangnya wawasan kemitrasejajaran berdasarkan pendekatan gender dalam berbagai
aspek kehidupan, maka peran perempuan mengalami perkembangan yang cukup cepat. Namun perlu
dicermati bahwa perkembangan perempuan tidaklah “mengubah” peranannya yang “lama” yaitu
peranan dalam lingkup rumah tangga (peran reproduktif)
• Umumnya perempuan mengerjakan peranan sekaligus untuk memenuhi tuntutan pembangunan,
untuk itulah maka beban kerja perempuan terkesan berlebihan. Contoh : wanita bekerja diluar rumah
atau dirumah, wanita sebagai perawat, pendidik anak sekaligus pendamping suami pencari nafkah
kehidupan, laki-laki mencari nafkah utama sekaligus sopir keluarga.
• Mengerjakan tanggung jawab secara berlebihan, yang seharusnya dapat dilakukan pembagian tugas
antara laki-laki dan perempuan
• Contoh memberikan ASI kepada bayi adalah hanya tugas istri saja
• Contoh : Seorang istri harus melakukan pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mencuci,
berbelanja, mengasuh anak, melayani kebutuhan suami, dsb, sementara istri juga bekerja di luar
rumah. Sedangkan suami hanya bekerja saja tanpa mengerjakan tugas rumah tangga (yang umumnya
dilakukan istri)
• Tugas-tugas rumah tangga tersebut sebetulnya bisa juga dikerjakan oleh suami
17. Ketidakadilan Gender dalam Pelayanan Kesehatan ,
Reproduksi, Unmet need
• Ketidakadilan dalam kelahiran bayi
• Anak laki-laki lebih diinginkan kehadirannya daripada anak perempuan. Sekalipun kita tahu
agama tidak membedakan jenis kelamin anak. Namun karena kebanyakan laki-laki lebih tinggi
status di masyarakat,maka mencuatnya anak laki-laki dari pada anak perempuan.
• Masalah kesehatan reproduksi dapat terjadi sepanjang siklus hidup manusia missal masalah inses
yang terjadi pada masa anak-anak dirumah, masalah pergaulan bebas , kehamilan remaja.
• Perempuan lebih rentan dalam menghadapi resiko kesehatan reproduksi seperti kehamilan,
melahirkan, aborsi tidak aman dan pemakaian alat kontrasepsi. Karena struktur alat reproduksi
yang rentan secara social atau biologis terhadap penularan IMS
• Masalah kesehatan reproduksi tidak terpisah dari hubungan laki-laki dan perempuan. Namun
keterlibatan , motivasi serta partisipasi laki-laki dalam kespro dewasa ini sangat kurang
• Akses laki-laki terhadap informasi dan pelayanan KB masih sangat terbatas dimana pengetahuan
metode KB bagi perempuan lebih besar dibanding KB Pria khususnya vasektom
• Kesertaan KB pria vasektomi hanya 0,2%, terbatasnya jenis kontrasepsi pria (hanya kondom dan
vasektomi) menjadikan laki-laki enggan untuk menjadi peserta KB
18. • Masih sangat sedikit laki-laki yang mengetahui manfaat KB bagi diri dan
keluarganya;
• Masih dominannya suami dalam pengambilan keputusan KB dan kesehatan
reproduksi serta perencanaan jumlah dan jarak kelahiran anak;
• Anggapan masyarakat bahwa KB adalah urusan perempuan, karena
kodrat perempuan untuk hamil dan melahirkan, perempuan tidak memiliki
kekuatan untuk memutuskan ikut ber-KB
• Masih terbatasnya pengetahuan laki-laki dan perempuan mengenai
kesetaraan dan keadilan gender dalam KB dan kesehatan reproduksi;
• Norma dalam masyarakat bahwa ketidaksuburan disebabkan oleh pihak istri.
19. Perempuan, Pendidikan, dan Pernikahan (Dini)
1. Kalimantan Selatan 21.2 %
2. Kalimantan Tengah 20.2 %
3. Sulawesi Barat 19.2 %
4. Kalimantan Barat 17.9 %,
5. Sulawesi Tenggara 16.6 %,
6. Sulawesi Tengah 16.3 %.
7. Nusa Tenggara Barat 16.1 %,
8. Bangka Belitung 15.5 %,
9. Jambi 14.8 %,
10. Maluku Utara 14.4 %
Data Badan Pusat Statistik (BPS) terkait proporsi perempuan umur 20-24 yang berstatus kawin sebelum umur 18 menurut provinsi tahun 2019.
Rata-rata angka nasional 10,82%
20. • Pernikahan usia anak juga disinggung dalam forum global, antara lain agenda
pembangunan berkelanjutan pasca MDGs atau Sustainable Development Goals
(SDGs). Salah satu fokus SDGs adalah terwujudnya kesetaraan gender yang
menekankan pada terpenuhinya hak-hak perempuan dan mengakhiri segala bentuk
diskriminasi, kekerasan, dan semua praktik berbahaya seperti pernikahan dini yang
kerap terjadi pada perempuan. Masih maraknya pernikahan usia anak
mencerminkan belum terwujudnya kesetaraan gender.
• Pernikahan dini menutup kesempatan anak perempuan meraih pendidikan
• Fitrahnya seorang perempuan adalah di rumah: melayani suami, mengurus rumah
tangga, dan membesarkan anak. Fitrah itulah yang dijadikan kedok untuk memingit
kaum hawa. Padahal, jika perempuan dibekali pendidikan sebelum menjalani
fitrahnya maka pengaruhnya akan terbawa sampai ke anak-anak yang merupakan
generasi penerus bangsa ini.
21. UNMET NEED
• Unmet Need adalah kebutuhan
ber-KB yang tidak terpenuhi,
merupakan persentase PUS
yang tidak ingin memiliki anak
lagi atau ingin menjarangkan
kelahiran tetapi tidak memakai
kontrasepsi.
22. • Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian unmet need
adalah usia, pendidikan, pekerjaan, paritas, dan dukungan suami.
Masyarakat menganggap perempuan yang memiliki usia > 35 tahun merasa
sudah tua sehingga kemungkinan untuk terjadi kehamilan sangat kecil
berdampak pada kejadian unmet need. Bagi seseorang yang berpendidikan
lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan lebih luas dibandingkan dengan
tingkat pendidikan yang rendah.
• Pekerjaan dapat mempengaruhi kejadian unmet need, karna adanya
kesibukan dan kurangnya kesempatan dalam mengakses alat kontrasepsi.
Paritas/jumlah anak mempengaruhi seseorang dalam mengunakan alat
kontrasepsi. Dukungan suami dan perhatian suami berpengaruh pada
kejadian unmet need dukungan suami yang baik terhadap perilaku ber-KB
akan menurunkan kejadian unmet need (BKKBN, 2015).
23. UNWANTED PREGNANCY DAN ABORSI
• Unwanted preagnancy atau di kenal
sebagai kehamilan yang tidak
diinginkan merupakan suatu kondisi
dimana pasangan tidak mengendaki
adanya proses kelahira dari suatu
kehamilan. Kehamilan ini bisa
merupakan akibat dari suatu perilaku
seksual/hubungan seksual baik yang
disengaja maupun yang tidak disengaja
24. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB UNWANTED PREGNANCY
• Penundaan dan peningkatan usia perkawinan, serta semakin dininya
usia menstruasi pertama (menarche )
• Ketidaktahuan atau minimnya pengetahuan tentang perilaku seksual
yang dapat menyebabkan kehamilan
• Kehamilan yang diakibatkan oleh pemerkosaan
• Persoalan ekonomi (biaya untuk melahirkan dan membesarkan anak )
• Alasan karir atau masih sekolah (karena kehamilan dan konsekuensi
lainnya yang dianggap dapat menghambat karir atau kegiatan belajar )
• Kehamilan karena incest
25. Akibat unwanted pregnancy dan aborsi bagi remaja
• Angka kejadian aborsi di indonesia di perkirakan mencapai 2,3 juta pertahun, sekitar 750.000
dilakukan oleh remaja. Program kesehatan reproduksi yang dikembangkan oleh pemerintah
tidak hanya untuk yang sudah menikah dan tidak merujuk pada kebutuhan yang terkait dengan
informasi seksualitas ,edukasi dan penyediaan pelayanan.
• Bermula dari hubungan seks pranikah atau seks bebas adalah terjadi kehamilan yang tidak
diharapkan (KTD). Ada 2 hal yang bisa dilakukan oleh remaja, yaitu mempertahankan kehamilan
dan mengakhiri kehamilan (aborsi).Semua tindakan tersebut membawa dampak baik fisik,
psikis, sosial dan ekonomi.
• Sampai saat ini aborsi tidak aman (unsafe abortion) akibat kehamilan yang tidak diinginkan
masih merupakan salah satu penyebab tingginya Angka Kematian Ibu (AKI). Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah Nomor 61
Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi, aborsi hanya dapat dilakukan dalam kondisi
tertentu, yaitu berdasarkan indikasi kedaruratan medis atau kehamilan akibat pemerkosaan.
26. KASUS
• Kasus 1 (https://www.youtube.com/watch?v=OB7exMyQe58)
• Kasus 2 (https://www.youtube.com/watch?v=5WUorS1CizY)
27. • Kasus 3 (https://www.youtube.com/watch?v=ptXJuWXAN8o)
• Kasus 3 (https://www.youtube.com/watch?v=evp8yvaWp68)