2. PENGERTIAN GENDER
Konsep
gender yakni suatu sifat yang melekat
pada kaum laki-laki maupun perempuan yang
dikonstruksi secara sosial dan kultural. Misalnya
perempuan itu dikenal cantik, lembut, emosional
dan keibuan, sementara laki-laki kuat, rasional
dan perkasa.
Namun pada tempat yang lainnya, ternyata sifatsifat ini dapat dipertukarkan atau mengalami
perubahan dari waktu ke waktu.
3. Sejarah
pembedaan gender (Gender
differences) melalui proses yang panjang;
dibentuk, disosialisasikan, diperkuat dan
dikonstruksikan secara sosial dan
kultural, melalui keluarga, agama dan negara
~seolah-olah kemudian menjadi kodrat yang
tidak dapat dirubah.
Gender tersosialisasikan secara
evolusional, misalnya laki-laki harus kuat dan
agresif, maka laki-laki dilatih dan termotivasi
untuk melakukan sifat gender yang ditentukan
masyarakat ini.
4. Sebaliknya,
perempuan harus mendidik
anak dan merawat kebersihan rumah
dan sering dianggap sebagai
kodrat, maka perempuan dilatih dan
dimotivasi untuk melaksanakan sifat
gender tersebut.
Sementara pada dasarnya, kodrat
adalah sesuatu yang tidak dapat
dipertukarkan dan bersifat biologis.
5. PERBEDAAN GENDER DAN KETIDAKADILAN
Perbedaan
gender sesungguhnya bukan
masalah, sepanjang tidak melahirkan
ketidakadilan gender (gender inequalities).
Ketidakadilan gender merupakan sistem atau
struktur, dimana laki-laki dan perempuan menjadi
korban dari sistem sosial dan budaya tersebut.
Misalnya persoalan emosional: konstruksi
gender masyarakat, pada laki-laki dilarang
menangis, perempuan dianggap lumrah
menangis.
6. Atau
contoh lain, konsep gender tentang pencari
nafkah utama keluarga, maka laki-laki didorong
untuk bekerja non-domestik,sementara karena
tekanan ekonomi, perempuan didorong bekerja,
plus tanggung jawab domestik = menghasilkan
beban ganda (hanya pada perempuan).
Juga, isteri atau anak perempuan secara sosial
berada dalam pengawasan laki-laki, sehingga
sering terjadi KDRT yang dianggap lumrah oleh
masyarakat, berkaitan dengan HAK MENDIDIK.
8. GENDER DAN MARGINALISASI EKONOMI
Banyak
studi gender menunjukkan terjadi
marginalisasi (peminggiran) ekonomi
masyarakat, juga menyebabkan peminggiran
ekonomi terhadap perempuan.
Misalnya di Jawa, program swasembada
pangan, mendorong penggantian sistem
pertanian tradisional menjadi modern.
Penggantian ani-ani menjadi
traktor, menyebabkan banyak perempuan desa
tidak mendapatkan perkerjaan di sawah.
9. GENDER DAN SUBORDINASI
Subordinasi
adalah perendahan status dan
kemampuan terhadap laki-laki dan perempuan
karena konsep gender tertentu.
Misalnya anggapan bahwa perempuan emosional
dan irrasional menyebabkan perempuan ditolak
menjadi pemimpin karena kurang trampil.
Perempuan tidak perlu sekolah tinggi, karena toh
akhirnya ke dapur juga, dampaknya jika suami
ingin sekolah dengan keputusan sendiri, tetapi
jika isteri ingin sekolah, harus dengan ijin suami.
10. GENDER DAN STREOTIF
Streotif
ialah pelekatan atau pelabelan terhadap
suatu kelompok sosial tertentu; yang dapat
merugikan atau menimbulkan ketidakadilan bagi
kelompok tersebut. Misalnya tentang streotif
orang dayak sebagai orang primitif.
Streotif gender biasanya berupa pelekatan
terhadap jenis kelamin tertentu. Misalnya
perempuan bersolek untuk tujuan “memancing
laki-laki” (lihat dalam iklan)
11. GENDER DAN KEKERASAN
Kekerasan
(Violence) adalah serangan
atau invasi terhadap fisik, psikologis
maupun integritas pribadi seseorang.
Kekerasan itu bersumber dari
ketidaksetaraan kekuatan dan kekuasaan
dalam masyarakat, dalam hal ini adalah
dalam relasi gender yang tidak setara.
12. Misalnya
konsep perempuan sebagai wajib
melayani suami, menyebabkan bisa terjadi
kekerasan atau pemaksaan seksual pada para
isteri.
Dampaknya, sering terjadi pemukulan terhadap
anak dan isteri, dan kekerasan psikologis lainnya
ialah perselingkuhan (Laporan KPP, 45% KDRT
terjadi karena WIL, 30 % karena zat adiktif, 15 %
karena temparamen).
13. Kekerasan
gender lainnya adalah
trafficking (perdagangan) anak dan
perempuan, untuk kepentingan dunia
hiburan dan bisnis seks komersil, baik
yang terbuka maupun terselubung.
Misalnya (terselubung): pelecehan
terhadap perempuan ditempat
kerja, dengan ancaman pemecatan;
seringkali juga lelucon jorok dan vulgar
yang mengandung unsur pelecehan.
14. GENDER DAN BEBAN KERJA
Beban
kerja ganda terjadi pada perempuan
kaum miskin, yang harus mengurus rumah dan
membantu mencukupi penghasilan keluarga.
Gambarannya, jika laki-laki mempersiapkan diri
berangkat kerja sejak jam 6, maka perempuan
akan bangun jam 4 untuk mempersiapkan
kebutuhan selutuh keluarga. Jika suami pulang
kerja, jam 2 dapat beristirahat, para isteri harus
memasak dan dapat istirahat setelah jam 3.
15. Karena
seringkali beban kerja ini dianggap
sebagai kewajiban perempuan, acapkali bukan
dianggap sebagai ketidakadilan terhadap
perempuan.
Partisipasi laki-laki dalam penyelesaiaan
kegiatan rumah tangga, minim diharapkan
karena anggapan gender masyarakat.
Bagi kelas menengah ke atas, memperkerjaan
asisiten (pembantu) RT dianggap solusi, tetapi
sesungguhnya itu hanya memindahkan beban
kerja dari perempuan satu ke perempuan
lainnya.