SlideShare a Scribd company logo
1 of 59
KONSEP UMUM
GENDER BIDANG
KESEHATAN
BUDAYA :
Ideologi
Kepercayaan
BUDAYA PATRIARKI :
Laki-laki powerfull
RELASI GENDER :
1. Norma Gender
2. Peran Gender
PEMBAGIAN KERJAGENDER
Produktif
Reproduktif
Sosial
1. Akses dan Kontrol terhadap
Sumberdaya
2. Hak danTanggung-Jawab
DISKRIMINASIGENDER :
Stereotipi
Subordinasi
Marginalisasi
Double Burden
Kekerasan
KETIDAKSETARAAN DAN
KETIDAKADILANGENDER
BIAS
UPAYA
KESEHATAN
BIAS
PEMBANGUNAN
NON SEKTOR
KESEHATAN
RENDAHNYA STATUS
KESEHATAN PEREMPUAN
 Perbedaan Konsep Sex dan Gender
 Budaya
 Budaya Patriarki
 Relasi Gender
 Diskriminasi Gender
 Pembangian Kerja Gender
 KetidaksetaraanAkses dan Kontrol thd
Sumberdaya
 Ketidaksetaraan Hak danTanggung-jawab
 Gender Equity dan Equality
 Ciptaan Tuhan
 Bersifat kodrat / given
 Tidak dapat berubah
 Tidak dapat ditukar
 Berlaku sepanjang
zaman & di mana saja
 “Buatan” manusia
 Tidak bersifat kodrat
 Dapat berubah
 Dapat bertukar
 Tergantung waktu dan
budaya setempat
(ruang)
SEX
Biologi
GENDER
KonstruksiSosial
 Patriarchy berasal dari suku kata “pat” yang berarti
bapak atau laki-laki serta “archy” (perintah atau
kepala.
 Jadi patriarki berarti aturan oleh bapak atau secara
luas diartikan sebagai pengorganisasian urusan
sosial kemasyarakatan (societal) yang
mengedepankan supremasi laki-laki.
 Budaya patriarkhi melegitimasi dominasi laki-laki
atas perempuan pada semua ranah kehidupan
(keluarga, masy, pemerintahan, dan pasar)
 Patriarki merupakan struktur sosial yang sistematik
yang telah mengintitusionalisasikan kepentingan
secara fisik dan kekuasaan sosial ekonomi laki-laki
atas perempuan.
 Konsep patriarki digunakan untuk menggambarkan
subordinasi perempuan secara sistematik, sehingga
menghambat pilihan dan kesempatan hidup
perempuan
 Dalam budaya masyarakat yang patriarkhi, ideologi
gender menempatkan perempuan dalam posisi
inferior.Tipe budaya ini mendukung dan
melegitimasi posisi kekuasaan laki-laki dalam
bidang sosial, ekonomi, politik, dan bidang
pembangunan lainnya
 Atas nama budaya dan tradisi inilah laki-laki
melegalkan perilakunya dan mencegah
perempuan untuk berubah dan merugikan
kepentingan laki-laki
 Patriarki merujuk kepada histori dari
ketidaksetaraan kekuasaan, sistem dan praktek
budaya yang memberikan laki-laki menjadi lebih
berkuasa karena berbagi kekuasaan diantara
mereka (aggregate power) di dalam masyarakat
sehingga memberikan mereka keuntungan
material seperti pendapatan yang tinggi dan
manfaat informal seperti kesehatan dan pekerjaan
rumah tangga lainnya
Konstruksi Sosial
Relasi Gender
Terinstitusionalisasi
• Budaya
• Budaya Patriarki
• Ideologi /kepercayaan,
Norma / standar, Hirarkis,
Diinstritusionalisasi ,
Diskriminatif,
• Sistematis / Blue print,
Terkonstruksi,
Dipelihara, Dijustifikasi,
Diwariskan
 WHO menggunakanTerminologi Norma dan Peran Gender,
yang menggambarkan bahwa posisi pria dan wanita berbeda
karena perbedaan budaya, ras, dan kelas sosial.
 Norma dan peran gender merujuk kepada asumsi sosial dan
kultural yang secara relatif memberi nilai pria dan wanita
secara berbeda, maskulin dan feminisme, tentang peran dan
perilaku perempuan dan laki-laki yang diterima oleh
masyarakat, dan tentang hak-hak dan kekuasaan antara pria
dan wanita.
 Norma merupakan aturan yan tertulis maupun tidak tertulis,
yang mengatur bagaimana peran gender senantiasa
‘dipatuhi’ oleh anggota masyarakat. Inti dari norma gender
adalah memberikan kekuasaan kepada laki-laki untuk
mengorganisasikan relasi gender diantara anggota
masyarakat sehingga ketidaksetaraan nilai, norma, perilaku
dan tindakan diciptakan dan dipertahankan.
 Peran dan relasi gender tidak setara dan terdapat hirarki
 Jadi Norma adalah aturan yg normatifnya, sedangkan relasi
gender adalah proses relasional (pola interaksi) perempuan
dan laki-laki dlm menjalankan norma gender.
 Relasi gender dilaksanakan melalui proses having, being,
knowing and doing yang menyebabkan diferensiasi,
stratifikasi, subordinasi, dan hirarki anggota masyarakat,
yang menyebabkan pembangunan dan segala aspeknya
memarginalkan perempuan dan kelompok tidak beruntung
lainnya (disadvantage groups).
 Relasi gender tergantung kepada konteks waktu dan
tempat, dan tatanan sosial budaya, serta strata sosial
masyarakat seperti kelas sosial, etnik, ras, dll
 Norma gender dapat diubah dlm waktu yg relatif lebih cepat,
tetapi relasi gender membutuhkan dimensi waktu yang
lama dan dimensi ruang yang luas
 Konstruksi sosial merujuk kepada konsep bahwa peran
gender dan atributnya disengaja dan ditumbuhsuburkan
melalui interaksi perempuan dan laki-laki dari waktu ke
waktu melalui proses ‘organisasi’ oleh masyarakat itu
sendiri.
 Proses konstruksinya berlangsung sepanjang kehidupan
dan dari generasi ke generasi yang dipraktekkan pada
tatanan rumah tangga, kehidupan sosial kemasyarakatan,
pasar, pemerintahan, bahkan hubungan internasional.
 Institusionalisasi Gender dilakukan dengan :
 Sistematis  karena dijadikan sebagai pakem dan diikuti
sesuai dengan blueprint ideology yang mengatur apa
yang seharusnya dilakukan perempuan dan laki-laki,
 Dikonstruksi  karena hal tsb dengan sengaja
dilaksanakan dengan mengkomibinasikannya dengan
berbagai faktor,
 Dipelihara  dalam pemahaman bahwa ‘struktur’ yang
ada menjamin kesinambungan umur panjangnya,
 Diabadikan  melalui proses reproduksi dari generasi ke
kegenarasi
• Kodrat perempuan melahirkan maka cocok
merawat anak
• Laki-laki maskulin, perempuan feminis
• Laki-laki rasional, matematis (cocok kuliah di
Fak.Teknik), perempuan lembut, emosional-
sensitif, tdk rasional (kuliah di Fak. Sosial)
streotype
• Perempuan : krn peran reproduktifnya maka
bekerja di RT sj (domestic work), tidak rasional dan
cenderung emosional (tidak cocok jadi pemimpin)
• Laki-laki : peran produktif (breadwinner), rasional,
berani, suka tantangan (ideal jd pemimpin)
Subordinasi
(koensuensi
dari
stereotype)
• Kodrat perempuan melahirkan maka
cocok merawat anak (peran
reproduktif)
• Meskipun perempuan bekerja (peran
produktif) tetapi tetap mengerjakan
peran reproduktifnya, termasuk peran
sosial kemasyarakatannya
• Meskipun perempuan sedang hamil,
melahirkan dan menyusui, tetap
mengerjakan peran reproduktif
• Konsekuensinya : perempuan lebih
sedikit mempunyai waktu luang/
istirahat , status kesehatan lebih
rendah
Double
Burden
(konsekuensi
dari
Stereotype &
Subordinasi)
• Krn tdk cocok jd pemimpin menyebabkan
ketidaksetaraan akses dan kontrol sumberdya
oleh perempuan
• Akibatnya : rendah kedudukannya & rendah yg
multidimensi spt status kes , jabatan karir dan
politik di publik/swasta, status sosial, ekonomi
(miskin, upah rendah, dll
Marginalisasi
(konsekuensi
dari
Stereotype &
Subordinasi)
• Kekerasan fisik : KDRT, pemerkosaan,
traficking, dll
• Kekerasan Non fisik : Pelecehan seksual dan
segala bentuknya, ancaman, paksaan, dll
• Terjadi di RT, tempat kerja, tempat umum, dll
Kekerasan
dan
Pelecehan
Seksual
productive
work
Reproductive
/ domestic
work
community
roles
 productive work  bekerja di luar rumah dan
mendapatkan upah atau imbalan finansial lainnya.
Diperankan oleh laki-laki dgn kewajiban utama sebagai
breadwinner
 reproductive/domestic work  bekerja dalam rumah
dan tidak mendapatkan upah. Diperankan oleh
perempuan. Cth : merawat anak, merawat anggota
keluarga yang sakit, mencucui, memasak dan tugas
rumah tangga lainnya
 community roles  kegiatan sosial kemasyarakatan yg
dilakukan oleh perempuan dan laki-laki
 community roles.Aktivitasnya berupa kegiatan bersama
dalam bentuk perayaan sosial atau pelayanan sosial,
aktivitas untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat,
partisipasi dalam kegiatan kelompok atau organisasi,
kegiatan politik, dll
(i) community-managing  peran perempuan sebagai tugas
tambahan atas peran reproduktifnya seperti penyediaan air
bersih, perawatan, dan pendidikan. Pekerjaan ini tidak
dibayar
(ii) community politics  peran laki-laki yang terlibat dalam
organisasi, partai politik. Pekerjaan ini dibayar dan atau
mendapatkan keuntungan lainnya seperti peningkatan
kekuasaan dan status sosial.
 Dr dan perawat  perspektif
sosioantropologi
 Fakta: Jumlah perempuan/laki-laki yg
berprofesi sbg perawat ???
 Fakta: Jumlah perempuan/laki-laki yg
berprofesi sbg dokter /dr spesialis ????
Analisis dari perspektif gender atas
fenomena tersebut?
 Karena stereotipi, subordinasi, marginalisasi,
pembagian kerja gender menyebabkan hak dan
kewajiban perempuan menjadi berbeda
 Kewajiban perempuan > laki-laki, tetapi sebaliknya
dalam memenuhi hak-haknya < laki-laki
 Perempuan lebih banyak ‘dibatasi’ dibandingkan
laki-laki dlm berbagai dimensi kehidupan
 ‘Pembatasan’ tsb akibat dari norma gender,
maskulin-feminim, pembagian peran gender
BUDAYA :
Ideologi
Kepercayaan
BUDAYA PATRIARKI :
Laki-laki powerfull
RELASI GENDER :
1. Norma Gender
2. Peran Gender
PEMBAGIAN KERJAGENDER
Produktif
Reproduktif
Sosial
1. Akses dan Kontrol terhadap
Sumberdaya
2. Hak danTanggung-Jawab
DISKRIMINASIGENDER :
Stereotipi
Subordinasi
Marginalisasi
Double Burden
Kekerasan
KETIDAKSETARAAN DAN
KETIDAKADILANGENDER
BIAS
UPAYA
KESEHATAN
BIAS
PEMBANGUNAN
NON SEKTOR
KESEHATAN
RENDAHNYA STATUS
KESEHATAN PEREMPUAN
 Keadilan gender merujuk kepada fairness dan
justice dalam mendistribusikan manfaat dan
tanggung-jawab antara perempuan dan laki-
laki, dan mengakui adanya perbedaan
kebutuhan (needs) dan kekuasaan (WHO)
 Menganalisis perbedaan health needs sesuai
dgn permasalahan yang mereka hadapi dan
kemudian memberikan pelayan kesehatan
yang equal diantara berdasarkan health
needs mereka (PAHO,1997).
Konsep Gender Equity Bidang Kesehatan :
EQUAL CARE BASED ON
EQUAL HEALTH NEEDS
Meningkatnya Capaian Indikator
Kinerja Upaya Kesehatan
E
Q
U
A
L
AKSES
PARTISIPASI
MANFAAT
KONTROL
(Man &Women)
UPAYA KES :
PROMOTIF
PREVENTIF
KURATIF
REHABILITATIF
E
Q
U
A
L
Health Needs
(Man &
Women)
HEALTH SITUATIONS, CONDITIONS
AND/OR PROBLEMS
SOCIAL
DIFFERENCES
BIOLOGICAL
DIFFERENCES
BIOLOGICAL DIFFERENCES :
 Anatomical/physiological;
 Anatomical, Physiological and Genetic
susceptibilities;
 Anatomical, Physiological and Genetic
resistances/immunities.
SOCIAL DIFFERENCES :
 Roles and responsibilities;
 Access and control;
 cultural influences and expectations;
 Subjective identity
HEALTH SITUATIONS, CONDITIONS
AND/OR PROBLEMS
 Sex Specific;
 Higher prevalence in one or other sex;
 Different characteristics for men and women;
 Generate different response by
individuals/family/institutions
 depending on whether the person is male or
female
Ketidaksetaraan laki-laki dan perempuan
terhadap :
 Lingkungan fisik
 Frekwensi permasalahan kesehatan yang
dihadapi
 Persepsi tentang gejala penyakit
 Perilaku mencari pengobatan
 Kemampuan dan kepatuhanuntuk mengikuti
terapi dan masa perawatan
Ketidaksetaraan laki-laki dan perempuan
terhadap :
 Konsekuensi sosial dan kesehatan dalam
periode jangka panjang
 Tingkat kerentanaan terhadap penyakit.
 Status kesehatan
 Akses terhadap upaya kesehatan, meliputi
upaya promosi, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif
Ketidaksetaraan laki-laki dan perempuan
terhadap :
 Beban penyakit
 Kualitas pelayanan kesehatan yang
diterimanya
 Perbedaan Prevalensi danTingkat Keparahan
Penyakit
 Faktor Resiko Penyakit
Ketidaksetaraan laki-laki dan perempuan
terhadap :
 Persepsi dan Respon terhadap Penyakit
(individu, keluarga, masyarakat, health
provider)
 Perilaku Mencari Pengobatan
Ketidaksetaraan laki-laki dan perempuan
terhadap :
 Kemampuan dan kepatuhan untuk mengikuti
terapi dan masa perawatan
 Konsekuensi sosial dan kesehatan dalam
periode jangka panjang
Tingkat kerentanan perempuan > laki-laki
akibat heterosexual relations, krn :
 Semen dlm vagina (include semen remains in
the vaginal or rectal tract for a longer period)
 Membran mukosa vagina  kualitas epitel
vagina lebih rentan dibanding penis
 Faktor umur ; < 18 thn dan Usia Menopause
 membran mukosa vagina lebih sedikit
sehingga tdk efektif menjadi “barrier”
 Kasus PMS pada perempuan seringkali
asymptomatic  menyulitkan early detection dan
waktu yg lama dalam treatment.
 Laki-laki “ need more sexual” bersifat "nature" 
selingkuh dianggap biasa dan "forgivable"
 Konsep maskulin  menyebabkan perempuan dlm
posisi “passivity” soal sexual (dilarang bertanya soal
sexual)
 PMS kadang asymtomatic, dan sgt rentan
infeksi HIV
 PMS yg tidak diobati meningkatkan resiko
infertility
 Ketidaktahuan ttg HIV/AIDS karena
kurangnya informasi krn “norms of sexual
behaviour”
 Stigma jika berkunjung ke sarkes jika
menderita PMS/HIV/AIDS
Ketidaksetaraan laki-laki dan perempuan
terhadap :
 Kemampuan dan kepatuhan untuk mengikuti
terapi dan masa perawatan
 Konsekuensi sosial dan kesehatan dalam
periode jangka panjang
Anggaran Responsif Gender (ARG) merupakan
sistem penganggaran yang
mengakomodasikan keadilan bagi
perempuan dan laki-laki dalam memperoleh
akses, manfaat, berpartisipasi dalam
mengambil keputusan dan mengontrol
terhadap sumber-sumber daya serta
kesetaraan terhadap kesempatan dan
peluang dalam memilih dan menikmati hasil
pembangunan bidang kesehatan.
 Inpres No. 9/2000, PUG pada perencanaan
dan penganggaran K/L
 Permenkeu 104/2010 tentang Petunjuk
Penyusunan dan Penelaahan RKA KL 2011
telah mengamanatkan penyusunan ARG.
 Dokumen RPJP, RPJP Kesehatan, RPJMN
2010-2014, Renstra Kemenkes 2010-2014,
SKN
 Melakukan análisis gender
 Melakukan perencanaan kebijakan, program
dan kegiatan bidang kesehatan yang
menciptakan akses, partisipasi, manfaat, dan
kontrol terhadap upaya kesehatan (promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif) yang
setara antara perempuan dan laki-laki
sehingga perempuan dan laki-laki sesuai
dengan status dan kebutuhan kesehatan
mereka.
 Menyusun anggaran (RKA-KL) berdasarkan
hasil análisis gender untuk mencapai target
indikator kinerja program dan kegiatan yang
adil terhadap perempuan dan laki-laki.
 Menjadi alat monev untuk mengetahui
keberhasilan pelaksanaan program dan
kegiatan kesehatan, khususnya dalam
menurunkan kesenjangan status
Analisis
Gender
(Idealnya
menggunakan
Gender
Analysis
Pathway (GAP)
Gender
Budget
Statement
(GBS)
RKA-KL
 Anggaran khusus target gender,
Cth : Program Making Pregnancy Safer (MPS),
pengadaan kondom gratis bagi laki-laki.
 Anggaran kesetaraan gender
Cth : Desa siaga, suami siaga, KMS bayi lk
dan perempuan
 Anggaran pelembagaan kesetaraan gender
(capacity building) . Cth : Diklat PUG-BK,
profil kesehatan dengan data pilah
 UU 17/2003 tentang Keuangan Negara :
(i) Pendekatan PenganggaranTerpadu (Unifed
Budget),
(ii) Pendekatan Penganggaran Berbasis
Kinerja/PBK (Performance Based Budgeting),
dan
(iii) Pendekatan Kerangka Pengeluaran Jangka
Menengah/KPJM (MediumTerm Expenditure
Framework)
PMK ttg Penelaahan RKAKL :
 ARG bukanlah anggaran yang terpisah untuk
laki-laki dan perempuan;
 ARG sebagai pola anggaran yang akan
menjembatani kesenjangan status, peran dan
tanggungjawab antara laki-laki dan
perempuan;
 ARG bukanlah dasar yang “valid” untuk
meminta tambahan alokasi anggaran;
PMK ttg Penelaahan RKAKL :
 Adanya ARG tidak berarti adanya penambahan dana yang
dikhususkan untuk program perempuan;
 Bukan berarti bahwa alokasi ARG hanya berada dalam
program khusus pemberdayaan perempuan;
 ARG bukan berarti ada alokasi dana 50% laki-laki – 50%
perempuan untuk setiap kegiatan;
 Tidak harus semua program dan kegiatan mendapat koreksi
agar menjadi responsif gender, namun ada juga kegiatan
yang netral gender.
 Kemauan politik yang tertera dalam
dokumen Renstra K/L
 Ketersediaan data yang terpilah menurut
jenis kelamin;
 SDM yg mampu melakukan analisis gender
 Kemampuan untuk mengembangkan dan
melakukan pemantauan dan evaluasi
kebijakan, program dan kegiatan yang
responsif gender.
 pernyataan bahwa anggaran yang disusun telah responsive
gender. Dokumen GBS merupakan salah satu dokumen
pendukung dalam penelaahan RKA-KL di DJA
 GBS disusun berdasarkan analisis gender/ GAP
 Penyusunan GBS mengikuti format sesuai dengan
Permenkeu tentang penelaahan RKA-KL yang ditetapkan
setiap tahunnya oleh Kemenkeu.
 Dengan demikian GBS dapat diartikan sebagai integrasi GAP
dalam bahasa anggaran. Antara 9 langkah GAP dan GBS
saling terkait satu sama lainnya. Sehingga GBS hanya dapat
dilakukan manakal telah melakukan analisis GAP.
GAP (Kolom) GBS
1
Data umum (Program, Kegiatan, Indikator Kinerja
Kegaiatan)
2,3,4,5 Analisa situasi
6 Dapat saja, tujuan dari output/sub output
7 Rencana Aksi, sub-output, dan Komponen Input
8,9 Dampak atau hasil output kegiatan
 merupakan salah satu analisis gender yang perlu dilakukan
pada tahapan awal proses Perencanaan
 Analisis Gender bidang kesehatan menekankan pentingnya
ketidaksetaraan gender terhadap rendahnya status
kesehatan perempuan, hambatan yang dihadapi perempuan
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dan bagaimana
caranya mengatasi permasalahan tersebut. Analisis gender
juga berupaya mengungkapkan faktor resiko kesehatan dan
permasalahannya yang dihadapi oleh laki-laki sehubungan
dengan peran gender mereka (WHO, 1999)
 Ada berbagai macam instrument analisis gender, antara lain
Gender analysis Pathway (GAP),
 GAP merupakan salah satu alat analisis gender yang dapat
digunakan untuk mereview kebijakan, dan atau program dan
kegiatan bidang kesehatan.
 GAP merupakan analisis gender dilakukan secara
sekuensial mulai dari tahap identifikasi tujuan, analisis
situasi, penentuan rencana aksi, sampai monitoring dan
evaluasi.
 Keunggulan lainnya a mempunyai fleksibilitas yang tinggi
dalam penggunaannya. Analisis ini dapat digunakan pada
level kebijakan, baik kebijakan strategis, kebijakan
manajerial, maupun kebijakan operasional. Alat analisis ini
dapat juga digunakan pada level program dan atau kegiatan,
bahkan sampai pada level output dan sub output.
 Mempunyai 9 langkah
 Gabungan antara analisis gender dan siklus
perencanaan/manajemen
 Yang murni analisis gender adalah langkah 2
sd 5
 Sedangkan langkah 1, 6 sd 9 merupakan alat
manajemen umum
 Mengetahui konsep umum tentang
gender dan konsep gender bidang
kesehatan
 Mempunyai data pilah laki-laki dan
perempuan (rutin vs survei)
 Mengetahui alat analisis gender
 Akses berarti sumberdaya berada ditangan.
 Kontrol berarti kemampuan untuk menentukan dan
mengidentfikasi sejumlah alternative keputusan untuk
menggunakan sumberdaya.
 Sumberdaya mesti diartikan secara luas termasuk
informasi, pengambilan keputusan, kekuasaan, politik,
peluang sekolah, waktu, pendapatan dan semua
sumberdaya ekonomi (seperti tanah, kredit, dan lain-lain)
serta sumberdaya internal (kepercayaan diri dan
penghargaan).
 Akses dan kontrol bervariasi menurut budaya, kelas sosial,
umur, suku, dan lain-lain
 Akses 1 : ketersedian upaya kes (promosi,
preventif, kuratif, rehabilitatif)
 Akses 2 : finansial
 Akses 3 : geografis (jarak tempuh, waktu tempuh)
 Akses 4 : budaya/psikologis bervariasi menurut
budaya, kelas sosial, umur, suku, dan lain-lain
 Pada langkah ini tujuan pada langkah satu direview kembali dengan
melakukan analisis pada langkah 2-5.
 Tujuan yg baru selain mencapai tujuan pd langkah 1, juga menuju
kpd pengurangan ketidakadilan gender
 Tetap mempertimbangkan ketersediaan sumberdaya yang ada
seperti ketersediaan anggaran, SDM, sarana dan prasarana
pendukung, dukungan kebijakan dan waktu yang tersedia
 Contoh : Persentase bayi usia 0-11bulan yangmendapat
imunisasidasar lengkap pada perempuan dan laki-laki
 Jumlah Pokmair (Jumlah Pomair dengan Ketua Perempuan)

More Related Content

Similar to 11897580.ppt

Jenis kelamin dan gender
Jenis kelamin dan genderJenis kelamin dan gender
Jenis kelamin dan gendersuher lambang
 
Komunikasi Gender 4_Peran, Mitos, Keadilan dan Ketidakadilan Gender.pptx
Komunikasi Gender 4_Peran, Mitos, Keadilan dan Ketidakadilan Gender.pptxKomunikasi Gender 4_Peran, Mitos, Keadilan dan Ketidakadilan Gender.pptx
Komunikasi Gender 4_Peran, Mitos, Keadilan dan Ketidakadilan Gender.pptxRintaArina
 
KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER.ppt
KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER.pptKESETARAAN DAN KEADILAN GENDER.ppt
KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER.pptrendy168828
 
Individu, keluarga DAN MASyarakat
Individu, keluarga DAN MASyarakatIndividu, keluarga DAN MASyarakat
Individu, keluarga DAN MASyarakatAlviani Putri
 
Pertemuan 2. Gender.pdf
Pertemuan 2. Gender.pdfPertemuan 2. Gender.pdf
Pertemuan 2. Gender.pdfEka Safitri
 
0046_Rohit triadi hutagaol Gender.pptx
0046_Rohit triadi hutagaol Gender.pptx0046_Rohit triadi hutagaol Gender.pptx
0046_Rohit triadi hutagaol Gender.pptxRohitHutagaol
 
KESEHATAN REPRODUKSI.pptx
KESEHATAN REPRODUKSI.pptxKESEHATAN REPRODUKSI.pptx
KESEHATAN REPRODUKSI.pptxRisma94
 
IPS Kelas 8 Bab 6
IPS Kelas 8 Bab 6IPS Kelas 8 Bab 6
IPS Kelas 8 Bab 6Rifqi Bagja
 
Hak reproduksi dan konsep gender dalam kespro
Hak reproduksi dan konsep gender dalam kesproHak reproduksi dan konsep gender dalam kespro
Hak reproduksi dan konsep gender dalam kesprofabian931271
 
Modul 6 seks & gender
Modul 6 seks & genderModul 6 seks & gender
Modul 6 seks & genderAang Sutrisna
 
MAKALAH GENDER
MAKALAH GENDERMAKALAH GENDER
MAKALAH GENDERAna Sengga
 
Pptx. KESEHATAN REPRODUKSI DALAM PRESPEKTIF GENDER
Pptx. KESEHATAN REPRODUKSI DALAM PRESPEKTIF GENDERPptx. KESEHATAN REPRODUKSI DALAM PRESPEKTIF GENDER
Pptx. KESEHATAN REPRODUKSI DALAM PRESPEKTIF GENDERvivi julia resti
 

Similar to 11897580.ppt (20)

Sex dan gender
Sex dan genderSex dan gender
Sex dan gender
 
Paparan pug sanimas
Paparan pug sanimasPaparan pug sanimas
Paparan pug sanimas
 
Jenis kelamin dan gender
Jenis kelamin dan genderJenis kelamin dan gender
Jenis kelamin dan gender
 
Makalah "Kesetaraan Gender"
Makalah "Kesetaraan Gender"Makalah "Kesetaraan Gender"
Makalah "Kesetaraan Gender"
 
Komunikasi Gender 4_Peran, Mitos, Keadilan dan Ketidakadilan Gender.pptx
Komunikasi Gender 4_Peran, Mitos, Keadilan dan Ketidakadilan Gender.pptxKomunikasi Gender 4_Peran, Mitos, Keadilan dan Ketidakadilan Gender.pptx
Komunikasi Gender 4_Peran, Mitos, Keadilan dan Ketidakadilan Gender.pptx
 
Gender
GenderGender
Gender
 
1. GENDER.ppt
1. GENDER.ppt1. GENDER.ppt
1. GENDER.ppt
 
KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER.ppt
KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER.pptKESETARAAN DAN KEADILAN GENDER.ppt
KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER.ppt
 
Individu, keluarga DAN MASyarakat
Individu, keluarga DAN MASyarakatIndividu, keluarga DAN MASyarakat
Individu, keluarga DAN MASyarakat
 
Memahami Gender
Memahami GenderMemahami Gender
Memahami Gender
 
Pertemuan 2. Gender.pdf
Pertemuan 2. Gender.pdfPertemuan 2. Gender.pdf
Pertemuan 2. Gender.pdf
 
SEX vs GENDER9.ppt
SEX vs GENDER9.pptSEX vs GENDER9.ppt
SEX vs GENDER9.ppt
 
0046_Rohit triadi hutagaol Gender.pptx
0046_Rohit triadi hutagaol Gender.pptx0046_Rohit triadi hutagaol Gender.pptx
0046_Rohit triadi hutagaol Gender.pptx
 
KESEHATAN REPRODUKSI.pptx
KESEHATAN REPRODUKSI.pptxKESEHATAN REPRODUKSI.pptx
KESEHATAN REPRODUKSI.pptx
 
IPS Kelas 8 Bab 6
IPS Kelas 8 Bab 6IPS Kelas 8 Bab 6
IPS Kelas 8 Bab 6
 
Hak reproduksi dan konsep gender dalam kespro
Hak reproduksi dan konsep gender dalam kesproHak reproduksi dan konsep gender dalam kespro
Hak reproduksi dan konsep gender dalam kespro
 
Tik dawi topik 6
Tik dawi topik 6Tik dawi topik 6
Tik dawi topik 6
 
Modul 6 seks & gender
Modul 6 seks & genderModul 6 seks & gender
Modul 6 seks & gender
 
MAKALAH GENDER
MAKALAH GENDERMAKALAH GENDER
MAKALAH GENDER
 
Pptx. KESEHATAN REPRODUKSI DALAM PRESPEKTIF GENDER
Pptx. KESEHATAN REPRODUKSI DALAM PRESPEKTIF GENDERPptx. KESEHATAN REPRODUKSI DALAM PRESPEKTIF GENDER
Pptx. KESEHATAN REPRODUKSI DALAM PRESPEKTIF GENDER
 

Recently uploaded

2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptxssuser1f6caf1
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 

Recently uploaded (20)

2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 

11897580.ppt

  • 2. BUDAYA : Ideologi Kepercayaan BUDAYA PATRIARKI : Laki-laki powerfull RELASI GENDER : 1. Norma Gender 2. Peran Gender PEMBAGIAN KERJAGENDER Produktif Reproduktif Sosial 1. Akses dan Kontrol terhadap Sumberdaya 2. Hak danTanggung-Jawab DISKRIMINASIGENDER : Stereotipi Subordinasi Marginalisasi Double Burden Kekerasan KETIDAKSETARAAN DAN KETIDAKADILANGENDER BIAS UPAYA KESEHATAN BIAS PEMBANGUNAN NON SEKTOR KESEHATAN RENDAHNYA STATUS KESEHATAN PEREMPUAN
  • 3.  Perbedaan Konsep Sex dan Gender  Budaya  Budaya Patriarki  Relasi Gender  Diskriminasi Gender  Pembangian Kerja Gender  KetidaksetaraanAkses dan Kontrol thd Sumberdaya  Ketidaksetaraan Hak danTanggung-jawab  Gender Equity dan Equality
  • 4.  Ciptaan Tuhan  Bersifat kodrat / given  Tidak dapat berubah  Tidak dapat ditukar  Berlaku sepanjang zaman & di mana saja  “Buatan” manusia  Tidak bersifat kodrat  Dapat berubah  Dapat bertukar  Tergantung waktu dan budaya setempat (ruang) SEX Biologi GENDER KonstruksiSosial
  • 5.  Patriarchy berasal dari suku kata “pat” yang berarti bapak atau laki-laki serta “archy” (perintah atau kepala.  Jadi patriarki berarti aturan oleh bapak atau secara luas diartikan sebagai pengorganisasian urusan sosial kemasyarakatan (societal) yang mengedepankan supremasi laki-laki.  Budaya patriarkhi melegitimasi dominasi laki-laki atas perempuan pada semua ranah kehidupan (keluarga, masy, pemerintahan, dan pasar)
  • 6.  Patriarki merupakan struktur sosial yang sistematik yang telah mengintitusionalisasikan kepentingan secara fisik dan kekuasaan sosial ekonomi laki-laki atas perempuan.  Konsep patriarki digunakan untuk menggambarkan subordinasi perempuan secara sistematik, sehingga menghambat pilihan dan kesempatan hidup perempuan
  • 7.  Dalam budaya masyarakat yang patriarkhi, ideologi gender menempatkan perempuan dalam posisi inferior.Tipe budaya ini mendukung dan melegitimasi posisi kekuasaan laki-laki dalam bidang sosial, ekonomi, politik, dan bidang pembangunan lainnya  Atas nama budaya dan tradisi inilah laki-laki melegalkan perilakunya dan mencegah perempuan untuk berubah dan merugikan kepentingan laki-laki
  • 8.  Patriarki merujuk kepada histori dari ketidaksetaraan kekuasaan, sistem dan praktek budaya yang memberikan laki-laki menjadi lebih berkuasa karena berbagi kekuasaan diantara mereka (aggregate power) di dalam masyarakat sehingga memberikan mereka keuntungan material seperti pendapatan yang tinggi dan manfaat informal seperti kesehatan dan pekerjaan rumah tangga lainnya
  • 9. Konstruksi Sosial Relasi Gender Terinstitusionalisasi • Budaya • Budaya Patriarki • Ideologi /kepercayaan, Norma / standar, Hirarkis, Diinstritusionalisasi , Diskriminatif, • Sistematis / Blue print, Terkonstruksi, Dipelihara, Dijustifikasi, Diwariskan
  • 10.  WHO menggunakanTerminologi Norma dan Peran Gender, yang menggambarkan bahwa posisi pria dan wanita berbeda karena perbedaan budaya, ras, dan kelas sosial.  Norma dan peran gender merujuk kepada asumsi sosial dan kultural yang secara relatif memberi nilai pria dan wanita secara berbeda, maskulin dan feminisme, tentang peran dan perilaku perempuan dan laki-laki yang diterima oleh masyarakat, dan tentang hak-hak dan kekuasaan antara pria dan wanita.
  • 11.  Norma merupakan aturan yan tertulis maupun tidak tertulis, yang mengatur bagaimana peran gender senantiasa ‘dipatuhi’ oleh anggota masyarakat. Inti dari norma gender adalah memberikan kekuasaan kepada laki-laki untuk mengorganisasikan relasi gender diantara anggota masyarakat sehingga ketidaksetaraan nilai, norma, perilaku dan tindakan diciptakan dan dipertahankan.  Peran dan relasi gender tidak setara dan terdapat hirarki  Jadi Norma adalah aturan yg normatifnya, sedangkan relasi gender adalah proses relasional (pola interaksi) perempuan dan laki-laki dlm menjalankan norma gender.
  • 12.  Relasi gender dilaksanakan melalui proses having, being, knowing and doing yang menyebabkan diferensiasi, stratifikasi, subordinasi, dan hirarki anggota masyarakat, yang menyebabkan pembangunan dan segala aspeknya memarginalkan perempuan dan kelompok tidak beruntung lainnya (disadvantage groups).  Relasi gender tergantung kepada konteks waktu dan tempat, dan tatanan sosial budaya, serta strata sosial masyarakat seperti kelas sosial, etnik, ras, dll  Norma gender dapat diubah dlm waktu yg relatif lebih cepat, tetapi relasi gender membutuhkan dimensi waktu yang lama dan dimensi ruang yang luas
  • 13.  Konstruksi sosial merujuk kepada konsep bahwa peran gender dan atributnya disengaja dan ditumbuhsuburkan melalui interaksi perempuan dan laki-laki dari waktu ke waktu melalui proses ‘organisasi’ oleh masyarakat itu sendiri.  Proses konstruksinya berlangsung sepanjang kehidupan dan dari generasi ke generasi yang dipraktekkan pada tatanan rumah tangga, kehidupan sosial kemasyarakatan, pasar, pemerintahan, bahkan hubungan internasional.
  • 14.  Institusionalisasi Gender dilakukan dengan :  Sistematis  karena dijadikan sebagai pakem dan diikuti sesuai dengan blueprint ideology yang mengatur apa yang seharusnya dilakukan perempuan dan laki-laki,  Dikonstruksi  karena hal tsb dengan sengaja dilaksanakan dengan mengkomibinasikannya dengan berbagai faktor,  Dipelihara  dalam pemahaman bahwa ‘struktur’ yang ada menjamin kesinambungan umur panjangnya,  Diabadikan  melalui proses reproduksi dari generasi ke kegenarasi
  • 15. • Kodrat perempuan melahirkan maka cocok merawat anak • Laki-laki maskulin, perempuan feminis • Laki-laki rasional, matematis (cocok kuliah di Fak.Teknik), perempuan lembut, emosional- sensitif, tdk rasional (kuliah di Fak. Sosial) streotype • Perempuan : krn peran reproduktifnya maka bekerja di RT sj (domestic work), tidak rasional dan cenderung emosional (tidak cocok jadi pemimpin) • Laki-laki : peran produktif (breadwinner), rasional, berani, suka tantangan (ideal jd pemimpin) Subordinasi (koensuensi dari stereotype)
  • 16. • Kodrat perempuan melahirkan maka cocok merawat anak (peran reproduktif) • Meskipun perempuan bekerja (peran produktif) tetapi tetap mengerjakan peran reproduktifnya, termasuk peran sosial kemasyarakatannya • Meskipun perempuan sedang hamil, melahirkan dan menyusui, tetap mengerjakan peran reproduktif • Konsekuensinya : perempuan lebih sedikit mempunyai waktu luang/ istirahat , status kesehatan lebih rendah Double Burden (konsekuensi dari Stereotype & Subordinasi)
  • 17. • Krn tdk cocok jd pemimpin menyebabkan ketidaksetaraan akses dan kontrol sumberdya oleh perempuan • Akibatnya : rendah kedudukannya & rendah yg multidimensi spt status kes , jabatan karir dan politik di publik/swasta, status sosial, ekonomi (miskin, upah rendah, dll Marginalisasi (konsekuensi dari Stereotype & Subordinasi) • Kekerasan fisik : KDRT, pemerkosaan, traficking, dll • Kekerasan Non fisik : Pelecehan seksual dan segala bentuknya, ancaman, paksaan, dll • Terjadi di RT, tempat kerja, tempat umum, dll Kekerasan dan Pelecehan Seksual
  • 19.  productive work  bekerja di luar rumah dan mendapatkan upah atau imbalan finansial lainnya. Diperankan oleh laki-laki dgn kewajiban utama sebagai breadwinner  reproductive/domestic work  bekerja dalam rumah dan tidak mendapatkan upah. Diperankan oleh perempuan. Cth : merawat anak, merawat anggota keluarga yang sakit, mencucui, memasak dan tugas rumah tangga lainnya  community roles  kegiatan sosial kemasyarakatan yg dilakukan oleh perempuan dan laki-laki
  • 20.  community roles.Aktivitasnya berupa kegiatan bersama dalam bentuk perayaan sosial atau pelayanan sosial, aktivitas untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, partisipasi dalam kegiatan kelompok atau organisasi, kegiatan politik, dll (i) community-managing  peran perempuan sebagai tugas tambahan atas peran reproduktifnya seperti penyediaan air bersih, perawatan, dan pendidikan. Pekerjaan ini tidak dibayar (ii) community politics  peran laki-laki yang terlibat dalam organisasi, partai politik. Pekerjaan ini dibayar dan atau mendapatkan keuntungan lainnya seperti peningkatan kekuasaan dan status sosial.
  • 21.  Dr dan perawat  perspektif sosioantropologi  Fakta: Jumlah perempuan/laki-laki yg berprofesi sbg perawat ???  Fakta: Jumlah perempuan/laki-laki yg berprofesi sbg dokter /dr spesialis ???? Analisis dari perspektif gender atas fenomena tersebut?
  • 22.  Karena stereotipi, subordinasi, marginalisasi, pembagian kerja gender menyebabkan hak dan kewajiban perempuan menjadi berbeda  Kewajiban perempuan > laki-laki, tetapi sebaliknya dalam memenuhi hak-haknya < laki-laki  Perempuan lebih banyak ‘dibatasi’ dibandingkan laki-laki dlm berbagai dimensi kehidupan  ‘Pembatasan’ tsb akibat dari norma gender, maskulin-feminim, pembagian peran gender
  • 23. BUDAYA : Ideologi Kepercayaan BUDAYA PATRIARKI : Laki-laki powerfull RELASI GENDER : 1. Norma Gender 2. Peran Gender PEMBAGIAN KERJAGENDER Produktif Reproduktif Sosial 1. Akses dan Kontrol terhadap Sumberdaya 2. Hak danTanggung-Jawab DISKRIMINASIGENDER : Stereotipi Subordinasi Marginalisasi Double Burden Kekerasan KETIDAKSETARAAN DAN KETIDAKADILANGENDER BIAS UPAYA KESEHATAN BIAS PEMBANGUNAN NON SEKTOR KESEHATAN RENDAHNYA STATUS KESEHATAN PEREMPUAN
  • 24.  Keadilan gender merujuk kepada fairness dan justice dalam mendistribusikan manfaat dan tanggung-jawab antara perempuan dan laki- laki, dan mengakui adanya perbedaan kebutuhan (needs) dan kekuasaan (WHO)  Menganalisis perbedaan health needs sesuai dgn permasalahan yang mereka hadapi dan kemudian memberikan pelayan kesehatan yang equal diantara berdasarkan health needs mereka (PAHO,1997).
  • 25. Konsep Gender Equity Bidang Kesehatan : EQUAL CARE BASED ON EQUAL HEALTH NEEDS
  • 26. Meningkatnya Capaian Indikator Kinerja Upaya Kesehatan E Q U A L AKSES PARTISIPASI MANFAAT KONTROL (Man &Women) UPAYA KES : PROMOTIF PREVENTIF KURATIF REHABILITATIF E Q U A L Health Needs (Man & Women)
  • 27. HEALTH SITUATIONS, CONDITIONS AND/OR PROBLEMS SOCIAL DIFFERENCES BIOLOGICAL DIFFERENCES
  • 28. BIOLOGICAL DIFFERENCES :  Anatomical/physiological;  Anatomical, Physiological and Genetic susceptibilities;  Anatomical, Physiological and Genetic resistances/immunities.
  • 29. SOCIAL DIFFERENCES :  Roles and responsibilities;  Access and control;  cultural influences and expectations;  Subjective identity
  • 30. HEALTH SITUATIONS, CONDITIONS AND/OR PROBLEMS  Sex Specific;  Higher prevalence in one or other sex;  Different characteristics for men and women;  Generate different response by individuals/family/institutions  depending on whether the person is male or female
  • 31. Ketidaksetaraan laki-laki dan perempuan terhadap :  Lingkungan fisik  Frekwensi permasalahan kesehatan yang dihadapi  Persepsi tentang gejala penyakit  Perilaku mencari pengobatan  Kemampuan dan kepatuhanuntuk mengikuti terapi dan masa perawatan
  • 32. Ketidaksetaraan laki-laki dan perempuan terhadap :  Konsekuensi sosial dan kesehatan dalam periode jangka panjang  Tingkat kerentanaan terhadap penyakit.  Status kesehatan  Akses terhadap upaya kesehatan, meliputi upaya promosi, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
  • 33. Ketidaksetaraan laki-laki dan perempuan terhadap :  Beban penyakit  Kualitas pelayanan kesehatan yang diterimanya  Perbedaan Prevalensi danTingkat Keparahan Penyakit  Faktor Resiko Penyakit
  • 34. Ketidaksetaraan laki-laki dan perempuan terhadap :  Persepsi dan Respon terhadap Penyakit (individu, keluarga, masyarakat, health provider)  Perilaku Mencari Pengobatan
  • 35. Ketidaksetaraan laki-laki dan perempuan terhadap :  Kemampuan dan kepatuhan untuk mengikuti terapi dan masa perawatan  Konsekuensi sosial dan kesehatan dalam periode jangka panjang
  • 36. Tingkat kerentanan perempuan > laki-laki akibat heterosexual relations, krn :  Semen dlm vagina (include semen remains in the vaginal or rectal tract for a longer period)  Membran mukosa vagina  kualitas epitel vagina lebih rentan dibanding penis  Faktor umur ; < 18 thn dan Usia Menopause  membran mukosa vagina lebih sedikit sehingga tdk efektif menjadi “barrier”
  • 37.  Kasus PMS pada perempuan seringkali asymptomatic  menyulitkan early detection dan waktu yg lama dalam treatment.  Laki-laki “ need more sexual” bersifat "nature"  selingkuh dianggap biasa dan "forgivable"  Konsep maskulin  menyebabkan perempuan dlm posisi “passivity” soal sexual (dilarang bertanya soal sexual)
  • 38.  PMS kadang asymtomatic, dan sgt rentan infeksi HIV  PMS yg tidak diobati meningkatkan resiko infertility  Ketidaktahuan ttg HIV/AIDS karena kurangnya informasi krn “norms of sexual behaviour”  Stigma jika berkunjung ke sarkes jika menderita PMS/HIV/AIDS
  • 39. Ketidaksetaraan laki-laki dan perempuan terhadap :  Kemampuan dan kepatuhan untuk mengikuti terapi dan masa perawatan  Konsekuensi sosial dan kesehatan dalam periode jangka panjang
  • 40.
  • 41. Anggaran Responsif Gender (ARG) merupakan sistem penganggaran yang mengakomodasikan keadilan bagi perempuan dan laki-laki dalam memperoleh akses, manfaat, berpartisipasi dalam mengambil keputusan dan mengontrol terhadap sumber-sumber daya serta kesetaraan terhadap kesempatan dan peluang dalam memilih dan menikmati hasil pembangunan bidang kesehatan.
  • 42.  Inpres No. 9/2000, PUG pada perencanaan dan penganggaran K/L  Permenkeu 104/2010 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKA KL 2011 telah mengamanatkan penyusunan ARG.  Dokumen RPJP, RPJP Kesehatan, RPJMN 2010-2014, Renstra Kemenkes 2010-2014, SKN
  • 43.  Melakukan análisis gender  Melakukan perencanaan kebijakan, program dan kegiatan bidang kesehatan yang menciptakan akses, partisipasi, manfaat, dan kontrol terhadap upaya kesehatan (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif) yang setara antara perempuan dan laki-laki sehingga perempuan dan laki-laki sesuai dengan status dan kebutuhan kesehatan mereka.
  • 44.  Menyusun anggaran (RKA-KL) berdasarkan hasil análisis gender untuk mencapai target indikator kinerja program dan kegiatan yang adil terhadap perempuan dan laki-laki.  Menjadi alat monev untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan program dan kegiatan kesehatan, khususnya dalam menurunkan kesenjangan status
  • 46.  Anggaran khusus target gender, Cth : Program Making Pregnancy Safer (MPS), pengadaan kondom gratis bagi laki-laki.  Anggaran kesetaraan gender Cth : Desa siaga, suami siaga, KMS bayi lk dan perempuan  Anggaran pelembagaan kesetaraan gender (capacity building) . Cth : Diklat PUG-BK, profil kesehatan dengan data pilah
  • 47.  UU 17/2003 tentang Keuangan Negara : (i) Pendekatan PenganggaranTerpadu (Unifed Budget), (ii) Pendekatan Penganggaran Berbasis Kinerja/PBK (Performance Based Budgeting), dan (iii) Pendekatan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah/KPJM (MediumTerm Expenditure Framework)
  • 48. PMK ttg Penelaahan RKAKL :  ARG bukanlah anggaran yang terpisah untuk laki-laki dan perempuan;  ARG sebagai pola anggaran yang akan menjembatani kesenjangan status, peran dan tanggungjawab antara laki-laki dan perempuan;  ARG bukanlah dasar yang “valid” untuk meminta tambahan alokasi anggaran;
  • 49. PMK ttg Penelaahan RKAKL :  Adanya ARG tidak berarti adanya penambahan dana yang dikhususkan untuk program perempuan;  Bukan berarti bahwa alokasi ARG hanya berada dalam program khusus pemberdayaan perempuan;  ARG bukan berarti ada alokasi dana 50% laki-laki – 50% perempuan untuk setiap kegiatan;  Tidak harus semua program dan kegiatan mendapat koreksi agar menjadi responsif gender, namun ada juga kegiatan yang netral gender.
  • 50.  Kemauan politik yang tertera dalam dokumen Renstra K/L  Ketersediaan data yang terpilah menurut jenis kelamin;  SDM yg mampu melakukan analisis gender  Kemampuan untuk mengembangkan dan melakukan pemantauan dan evaluasi kebijakan, program dan kegiatan yang responsif gender.
  • 51.  pernyataan bahwa anggaran yang disusun telah responsive gender. Dokumen GBS merupakan salah satu dokumen pendukung dalam penelaahan RKA-KL di DJA  GBS disusun berdasarkan analisis gender/ GAP  Penyusunan GBS mengikuti format sesuai dengan Permenkeu tentang penelaahan RKA-KL yang ditetapkan setiap tahunnya oleh Kemenkeu.  Dengan demikian GBS dapat diartikan sebagai integrasi GAP dalam bahasa anggaran. Antara 9 langkah GAP dan GBS saling terkait satu sama lainnya. Sehingga GBS hanya dapat dilakukan manakal telah melakukan analisis GAP.
  • 52. GAP (Kolom) GBS 1 Data umum (Program, Kegiatan, Indikator Kinerja Kegaiatan) 2,3,4,5 Analisa situasi 6 Dapat saja, tujuan dari output/sub output 7 Rencana Aksi, sub-output, dan Komponen Input 8,9 Dampak atau hasil output kegiatan
  • 53.  merupakan salah satu analisis gender yang perlu dilakukan pada tahapan awal proses Perencanaan  Analisis Gender bidang kesehatan menekankan pentingnya ketidaksetaraan gender terhadap rendahnya status kesehatan perempuan, hambatan yang dihadapi perempuan dalam memperoleh pelayanan kesehatan dan bagaimana caranya mengatasi permasalahan tersebut. Analisis gender juga berupaya mengungkapkan faktor resiko kesehatan dan permasalahannya yang dihadapi oleh laki-laki sehubungan dengan peran gender mereka (WHO, 1999)  Ada berbagai macam instrument analisis gender, antara lain Gender analysis Pathway (GAP),
  • 54.  GAP merupakan salah satu alat analisis gender yang dapat digunakan untuk mereview kebijakan, dan atau program dan kegiatan bidang kesehatan.  GAP merupakan analisis gender dilakukan secara sekuensial mulai dari tahap identifikasi tujuan, analisis situasi, penentuan rencana aksi, sampai monitoring dan evaluasi.  Keunggulan lainnya a mempunyai fleksibilitas yang tinggi dalam penggunaannya. Analisis ini dapat digunakan pada level kebijakan, baik kebijakan strategis, kebijakan manajerial, maupun kebijakan operasional. Alat analisis ini dapat juga digunakan pada level program dan atau kegiatan, bahkan sampai pada level output dan sub output.
  • 55.  Mempunyai 9 langkah  Gabungan antara analisis gender dan siklus perencanaan/manajemen  Yang murni analisis gender adalah langkah 2 sd 5  Sedangkan langkah 1, 6 sd 9 merupakan alat manajemen umum
  • 56.  Mengetahui konsep umum tentang gender dan konsep gender bidang kesehatan  Mempunyai data pilah laki-laki dan perempuan (rutin vs survei)  Mengetahui alat analisis gender
  • 57.  Akses berarti sumberdaya berada ditangan.  Kontrol berarti kemampuan untuk menentukan dan mengidentfikasi sejumlah alternative keputusan untuk menggunakan sumberdaya.  Sumberdaya mesti diartikan secara luas termasuk informasi, pengambilan keputusan, kekuasaan, politik, peluang sekolah, waktu, pendapatan dan semua sumberdaya ekonomi (seperti tanah, kredit, dan lain-lain) serta sumberdaya internal (kepercayaan diri dan penghargaan).  Akses dan kontrol bervariasi menurut budaya, kelas sosial, umur, suku, dan lain-lain
  • 58.  Akses 1 : ketersedian upaya kes (promosi, preventif, kuratif, rehabilitatif)  Akses 2 : finansial  Akses 3 : geografis (jarak tempuh, waktu tempuh)  Akses 4 : budaya/psikologis bervariasi menurut budaya, kelas sosial, umur, suku, dan lain-lain
  • 59.  Pada langkah ini tujuan pada langkah satu direview kembali dengan melakukan analisis pada langkah 2-5.  Tujuan yg baru selain mencapai tujuan pd langkah 1, juga menuju kpd pengurangan ketidakadilan gender  Tetap mempertimbangkan ketersediaan sumberdaya yang ada seperti ketersediaan anggaran, SDM, sarana dan prasarana pendukung, dukungan kebijakan dan waktu yang tersedia  Contoh : Persentase bayi usia 0-11bulan yangmendapat imunisasidasar lengkap pada perempuan dan laki-laki  Jumlah Pokmair (Jumlah Pomair dengan Ketua Perempuan)