1. PENGARUSUTAMAAN GENDER DAN
PERANANNYA DALAM PROGRAM
SANIMAS
Disampaikan oleh:
Sigit Pramulia
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Deli Serdang
2017
2. JENIS KELAMIN
Perbedaan BIOLOGIS antara laki-laki dan
perempuan mencakup perbedaan kromosom,
organ seksual-reproduksi dan karakteristik fisik.
Ciri-ciri :
Diperoleh SEJAK LAHIR
Ciptaan Tuhan (KODRATI, GIVEN, TERBERI)
Universal (berlaku sepanjang zaman dan dimana saja)
Menetap/permanen
TIDAK dapat BERUBAH atau DIUBAH
TIDAK dapat DITUKAR
Sering disebut jenis kelamin biologis
3. Jenis Kelamin, contohnya...
Aspek
Perbedaan
Laki-laki Perempuan
Kromosom XY XX
Organ Reproduksi • Penis
• Testis
• Prostat
• Vagina
• Ovarium
• Sel Telur
• Rahim/uterus
Karakteristik/Ciri-
ciri Fisik
• Payudara tanpa kelenjar
susu, bulu dada
• Memiliki jakun
• Tumbuh janggut dan kumis
• Otot badan lebih liat
• Payudara dengan
kelenjar susu
• Bentuk pinggul yang
khas
Ciri
Primer
Ciri
Sekund
er
4. Gender
Ciri-ciri :
Bersifat Non Biologis
Dibentuk dan dipelajari sejak
kecil Faktor Lingkungan,
Kebiasaan, Pola asuh, Pendidikan dll
Kontekstual (dipengaruhi ruang dan
waktu)
Spesifik (tidak sama untuk setiap
orang)
Dapat berubah atau diubah
Dapat dipertukarkan
Sering disebut jenis kelamin
sosial
Pembedaan laki-laki
dan perempuan, dalam
hal nilai, posisi, peran,
status maupun relasi
5. GENDER : HASIL KONSTRUKSI SOSIAL BUDAYA
PEREMPUAN PERBEDAAN LAKI-LAKI
PRIVAT/DOMETIK AREA PUBLIK
REPRODUKTIF PERAN PRODUKTIF
PENCARI NAFKAH TAMBAHAN FUNGSI PENCARI NAFKAH UTAMA
IBU RUMAH TANGGA TANGGUNG JAWAB KEPALA KELUARGA
FEMININ SIKAP MASKULIN
EMOSIONAL, RAGU-RAGU, PASIF,
LEMAH
PERILAKU RASIONAL, TEGAS, AGRESIF, KUAT
6. • Ciri-ciri, tindakan atau perilaku yang dianggap masyarakat sesuai
untuk jenis kelamin tertentu
• Ada peran tertentu yang dianggap cocok/pantas dilakukan oleh
laki-laki biasanya (biasanya dilakukan di luar rumah dan terkait
aktivitas yang menghasilkan uang/peran produktif)
• Perempuan biasanya dianggap cocok/pantas melakukan peran
yang dilakukan di dalam rumah dan terkait dengan urusan
pengasuhan dan perawatan (peran domestik/reproduktif)
PERAN GENDER
8. Perbedaan antara jenis kelamin dan gender
JENIS KELAMIN GENDER
Biologis Kultur, adat Istiadat
Pemberian Tuhan Bentukan setelah lahir
(Kodrat) Diajarkan melalui sosialisasi
Dipelajari melalui internalisasi
Kodrati (alami) Konstruksi sosial
Tidak dapat berubah
Atau diubah diubah Dapat berubah dan diubah (Dinamis)
Peran Kodrat Peran Gender
Memasak, mencuci, merawat anak dan ortu,
mendidik anak, bekerja di luar rumah,
menjadi tenaga professional dsb.
menstruasi, hamil,
melahirkan, menyusui
9. Mengapa gender menjadi masalah?
– Ada kecenderungan salah satu
jenis kelamin mengalami
ketidakadilan sebagai akibat
dari karakter biologis yang
diperolehnya sejak lahir
– Ada salah satu jenis kelamin yang
dihargai, diberikan lebih banyak
kesempatan dan keistimewaan
daripada jenis kelamin.
– Masih adanya ketidaksetaraan atau
ketimpangan gender dalam
berbagai bentuk.
11. MARGINALISASI (PEMINGGIRAN)
Marginalisasi adalah proses yang mengakibatkan laki-laki atau perempuan tidak
mendapatkan manfaat dari apa yang seharusnya didapatkan. Marginalisasi dapat
mengakibatkan kemiskinan.
contoh banyak pekerja perempuan tersingkir dan menjadi miskin akibat dari program
pembangunan seperti intensifikasi pertanian yang hanya memfokuskan pada petani laki-
laki.
12. SUBORDINASI (PENOMORDUAAN)
Subordinasi pada dasarnya adalah keyakinan bahwa salah satu jenis
kelamin dianggap lebih penting atau lebih utama dibanding jenis kelamin
lainnya. Sudah sejak dahulu ada pandangan yang menempatkan
kedudukan dan peran perempuan lebih rendah dari pada laki-laki.
Sebagai contoh apabila seorang istri yang hendak mengikuti tugas belajar
atau hendak bepergian keluar negeri, ia harus mendapat izin dari suami.
Tetapi apabila suami yang akan pergi tanpa harus mendapat izin dari
istri.
13. STEREOTYPE (PELABELAN)
Stereotype akan melahirkan ketidakadilan dan diskriminasi yang disebabkan dari adanya
pandangan gender karena menyangkut pelabelan atau penandaan terhadap salah satu jenis
kelamin tertentu.
Misalnya
pandangan terhadap perempuan bahwa tugas dan fungsinya hanya melaksanakan pekerjaan
yang berkaitan dengan kerumahtanggaan atau tugas domestik.
karena perempuan dianggap pandai merayu maka ia dianggap lebih pas bekerja dibagian
penjualan.
14. DISKRIMINASI
Diskriminasi gender merupakan kondisi tidak adil akibat dari
sistem dan struktur sosial dimana baik perempuan maupun laki –
laki menjadi korban dari sistem tersebut.
Berbagai pembedaan peran dan kedudukan antara perempuan
dan laki – laki baik secara langsung yang berupa perlakuan
maupun sikap dan yang tidak langsung berupa dampak suatu
peraturan perundang – undangan maupun kebijakan.
15. BEBAN GANDA (DOUBLE BURDEN)
Sebagai suatu bentuk ketidak-adilan gender adalah beban kerja yang
harus dijalankan oleh salah satu jenis kelamin tertentu. Dalam suatu
rumah tangga pada umumnya, beberapa jenis kegiatan dilakukan oleh
laki-laki, dan beberapa yang lain dilakukan oleh perempuan.
Berbagai observasi menunjukkan perempuan mengerjakan hampir 90%
dari pekerjaan dalam rumah tangga, sehingga bagi mereka yang
bekerja di luar rumah, selain bekerja di wilayah publik mereka juga
masih harus mengerjakan pekerjaan domestik.
16. KEKERASAN/VIOLENCE
Kekerasan atau “violence” artinya suatu serangan terhadap fisik maupun
integritas mental psikologi seseorang. Oleh keran itu kekerasan tidak hanya
menyangkut serangan fisik saja seperti perkosaan, pemukulan, dan
penyiksaan, tetapi juga yang bersifat non fisik seperti pelecehan seksual,
ancaman, dan paksaan sehingga secara emosional perempuan atau laki-
laki yang mengalaminya akan merasa terusik batinnya.
17. Contoh Ketidaksetaraan Gender di
Sektor Air Minum dan Sanitasi
– Beban ganda : Secara sosial, masyarakat menganggap pengadaan dan pengelolaan air bersih untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga adalah kewajiban perempuan. Pada saat debit air PDAM rendah
atau air sumur kering, perempuan terpaksa mengorbankan waktu dan tenaga untuk memenuhi
kebutuhan air rumah tangga. Begitu pula dalam hal pembiayaan, karena tanggung jawab pengadaan air
bersih dan sanitasi dianggap melekat pada perempuan, maka banyak laki-laki melepaskan semua urusan
pembiayaan ini kepada perempuan.
– Peminggiran perempuan (marginalisasi) terutama dalam proses pengambilan keputusan terkait air bersih
dan sanitasi disebabkan anggapan bahwa urusan fasilitas umum terlebih menyangkut teknis dan kontruksi
bangunan adalah urusan laki-laki dan perempuan dianggap tidak memiliki pengetahuan atau keahlian
tentang hal ini (pelabelan/stereotip).
– Kendati perempuan sangat intensif menggunakan fasilitas MCK umum namun rasa kepemilikan terhadap
fasilitas tersebut sangat rendah. Tidak jarang MCK umum yang dijumpai di lapangan walaupun masih
fungsional dapai digunakan tetapi kondisinya tidak terawat, kotor dan tidak aman untuk perempuan dan
anak-anak dari tindakan pelecehan seksual dan kekerasan berbasis gender.
19. Kapan GENDER itu Bermasalah ?
Belum BERMASALAH kalau
berbeda Akan tetapi
BERMASALAH apabila Terjadi
Ketimpangan
20. APAKAH PENGARUSUTAMAAN GENDER
PUG
Suatu strategi yang menempatkan laki-
laki dan perempuan menjadi
perimbangan utama dalam setiap
perumushan kebijakan dalam
pembangunan.
21. Dengan adanya pengarusutamaan gender, maka
dapat diminimalisir kesenjangan GENDER yang
ada antara laki-laki dan perempuan sehingga:
Kenapa PUG?
1. Memperoleh AKSES yang sama terhadap
sumberdaya program;
2. Memiliki KONTROL yang sama atas sumberdaya
program; dan
3. Memiliki peluang ber- PARTISIPASI yang sama
dalam semua tahapan program, terutama dalam
proses pengambilan keputusan;
4. Memperoleh MANFAAT yang sama atas hasil
pembangunan sarana sanitasi Program SANIMAS-
IDB
A
K
P
M
22. PENTINGNYA KETERLIBATAN PEREMPUAN
DALAM SANIMAS-IDB
Perempuan diantaranya lebih banyak tidak bekerja
(mengurus RT)
setiap hari berurusan dengan airbersih, air kotor
(sanitasi juga perawatannya)
Perempuan sangat dekat dengan kegiatan sanitasi
baik di rumah maupun di masyarakat.
dan perempuan pula yang melahirkan generasi
berikutnya
Perempuan dan laki-laki kadang memiliki kebutuhan
yang berbeda sehingga baik kebutuhan perempuan
dan laki-laki harus diakomodir
23. 1. individu maupun kelompok untuk turut berpartisipasi
memecahkan berbagai permasalahan yang terkait
pada upaya peningkatan kualitas kehidupan,
kemandirian dan kesejahteraan masyarakat.
2. Mekanisme penyelenggaraan Program SANIMAS – IDB
menerapkan pendekatan pembangunan
berkelanjutan berbasis masyarakat melalui peran
serta masyarakat secara utuh dalam seluruh
tahapan kegiatan,
24. 3. Didalam Petunjuk Teknis SANIMAS – IDB Terdapat
penentuan kuota perempuan dalam tiap tahap
kegiatan, Dalam program ditetapkan minimal 30%
dalam pertemuan/rembug
4. Selain upaya pemenuhan kuota jumlah perempuan
dalam tiap tahap kegiatan, adalah peningkatan peran
perempuan di dalamnya.
5. Didalam Petunjuk Teknis SANIMAS-IDB OUTCOME :
Meningkatnya jumlah penduduk yang memiliki
akses pelayanan prasarana/sarana sanitasi dasar,
terutama kaum perempuan, kelompok rentan/marjinal
dan penduduk miskin;
25. TAHAPAN KEGIATAN PROGRAM SANIMAS-IDB
Tahap Perencanaan
Tahap Pelaksanaan FISIK
Tahap Evaluasi & OP
1
2
3
4
Tahap Penyiapan
Warga
26. IMPLEMENTASI PUG :
1. Penentuan kuota perempuan
dalam tiap tahap kegiatan,
Dalam program ditetapkan
minimal 30% dalam
pertemuan/Rembug
2. Selain upaya pemenuhan
kuota jumlah perempuan
dalam tiap tahap kegiatan,
adalah peningkatan peran
perempuan di dalamnya
(Usulan nama-nama sebagai
keterwakilan perempuan
dalam POKJASAN)
3. Promosi dan Sosialisasi : memberi arahan
maksud tujuan program, perempuan
paham, sadar akan keterlibatannya dlm
program
Rembuk
Khusus
Perempuan
1
27. IMPLEMENTASI PUG :
1. Kuota perempuan dalam tiap tahap
kegiatan, ditetapkan minimal 30% dalam
Rembug, serta peningkatan peran
perempuan di dalamnya (Usulan nama-
nama sebagai keterwakilan perempuan
dalam KSM )
2. Perempuan dapat memetakan kebutuhan
prioritas sanitasi, apa permasalahan,
usulannya. Serta teridentifikasi peran
perempuan dalam pelaksanaan
konstruksi dan O&P
3. Memastikan Design infrastruktur yang
ramah perempuan serta mengakomodir
kebutuhan perempuan
4. merencanakan kebutuhan tenaga kerja
perempuan untuk terlibat dalam kegiatan
konstruksi
Rembuk Khusus
Perempuan 2
Rembuk RT/RW
II
(Pembentukan
KPP)
28. IMPLEMENTASI PUG :
1. Kuota perempuan dalam tiap
tahap kegiatan, ditetapkan
minimal 30% dalam Rembug,
serta peningkatan peran
perempuan di dalamnya
(Usulan nama-nama sebagai
keterwakilan perempuan dalam
KPP)
2. Memastikan Keterlibatan
perempuan dalam pelaksanaan
dan pengawasan pembangunan
infrastruktur. “terbangun nya
infrastruktur yang ramah
perempuan”
3. Jumlah perempuan yang terlibat
sebagai tenaga kerja (data terpilah
gender)
4. Memastikan Perempuan sebagai
kepala rumah tangga diprioritaskan
sebagai tenaga kerja)
Rembuk Khusus
Perempuan 3
29. IMPLEMENTASI PUG :
1. Kuota perempuan dalam tiap tahap kegiatan, ditetapkan minimal
30% dalam Rembug, serta peningkatan peran perempuan di
dalamnya (Keterlibatan perempuan dalam O&M
2. Pengecekan sarana sanitasi terbangun yang “ramah perempuan”
3. Evaluasi terhdap perilaku masyarakat atas Pemanfaatan sarana
sanitasi (kuantitatif/kualitatif)
Perbedaan biologis perempuan dan laki-laki melahirkan perbedaan fungsi reproduksi biologis antara keduanya yang bersifat kodrati, yaitu:
Perempuan : bisa mengalami menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui
Laki-laki : bisa membuahi (spermatozoa)
bb
Guru TK, perawat, pekerja konveksi, buruh pabrik, pembantu rumah tangga dinilai sebagai pekerja rendah, sehingga berpengaruh pada tingkat gaji/upah yang diterima.
Masih banyakpekerja perempuan di pabrik yang rentan terhadap PHK karena tidak punya ikatan formal dari perusahaan tempat bekerja dengan alasan-alasan gender, seperti sebagai pencari nafkah tambahan, pekerja sambilan dan juga alasan faktor reproduksinya, seperti menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui.
Masih sedikitnya jumlah keterwakilan perempuan dalam dunia politik (anggota legislatif dan eksekutif)
Masih sedikitnya jumlah perempuan yang bekerja pada posisi atau peran pengambil keputusan atau penentu kebijakan dibanding laki-laki.
Anak laki-laki lebih diprioritaskan untuk mendapat pendidikan tinggi dibanding anak perempuan dengan anggapan kodrat perempuan sebagai istri atau ibu sehingga tidak perlu pendidikan tinggi.
Dalam peran-peran publik maupun sosial kemasyarakatan, laki-laki seringkali mendapat posisi yang lebih tinggi seperti direktur, kepala atau ketua sedangkan perempuan mendapat posisi yang lebih rendah seperti wakil, sekretaris, asisten dll.
Perempuan dianggap cengeng, suka digoda, irasional, emosional, tidak bisa mengambil keputusan penting sedangkan laki-laki dianggap tegas, rasional, tidak emosional, berwibawa, dipercaya sebagai pengambil keputusan dan pencari nafkah utama.
Beberapa pekerjaan tertentu yang dilakukan perempuan dianggap asusila dan tidak bermoral seperti pelayan bar atau kafe, penyanyi kafe,tukang pijat,dll.
Pekerjaan yang terkait erat dengan pengasuhan dan perawatan biasanya identik sebagai kerja perempuan seperti pembantu rumah tangga, baby sitter, guru PAUD, guru TK, dll.
perkosaan
prostitusi atau pelacuran
pornografi
KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga)
kekerasan dalam pacaran
pemaksaan sterilisasi dalam program KB
perdagangan perempuan
sunat perempuan
perkawinan anak