Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Angka kesakitan dbd per 100.000 penduduk Tahun 2013-2018 di Indonesia
1. ANGKA KESAKITAN DBD
PER 100.000 PENDUDUK
TAHUN 2013 – 2018.
RIDHA FAJRIAH
C1AA16083
4A S1 KEPERAWATAN
2. PENDAHULUAN DAN
TEORI
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah
satu penyakit infeksi yang ditularkan melalui gigitan nyamuk yang
banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia.
Angka terjadinya kasus DBD mengalami peningkatan secara
drastis diseluruh dunia dalam beberapa tahun terakhir. Lebih dari 2,5
milyar penduduk di dunia, lebih dari 40%nya beresiko mengalami
DBD. Saat ini, diperkirakan 50-100 juta orang di seluruh dunia
terinfeksi Demam Berdarah Dengue setiap tahunnya (WHO, 2015).
Penyakit DBD ini salah satu penyakit yang sering kita dengar
dan menjadi salah satu penyakit utama yang harus di tangani di
indonesia. Karena setiap tahunya banyaj tercatat penduduk Indonesia
mengalami DBD. Oleh karena itu kita perlu mengetahui data dan
kasus mengenai DBD ini untuk mengetahui bagaimana cara untuk
mengurangi kejadian DBD di Indonesia (DEPKES,2016).
4. ANALISIS DATA
Berdasarkan Tabel Angka kesakitan DBD per 100.000
penduduk tahun 2013-2018 di Indonesia sebelumnya
didapatkan hasil data angka kesakitan DBD tertinggi yaitu
pada tahun 2016 dengan kasus 78.85 %. Sedangkan angka
kesakitan DBD per 100.000 penduduk yang terendah pada
tahun 2018 dengan kasus 24,75%.
Hal ini dapat terjadi dikarenakan sudah banyak nya
program pemerintahan khususnya KEMENKES dan para
anggota Tim yang berperan didalamnya, untuk
mengoptimalkan tindakan pencegahan primer, sekunder dan
tersier.
5. KESIMPULAN
Maka dapat disimpulkan angka kesakitan DVD per
100.000 penduduk tahun 2013-2018 di Indonesia. Faktor
memuncaknya angka ini berada di tahun 2016 dikarenakan
kurang nya pengetahuan dan media informasi pada
masyarakat mengenai masalah penyakit DBD.
Namun semakin bertambahnya tahun angka
kesakitan semakin menurun hingga pada tahun 2018 angka
kesakitan berada di kasus paling sedikit dikarenakan sudah
berkembangnya teknologi dan informasi masyarakat
mengenai pengetahuan penyakit DBD, berbagai macam
media yang ada, serta petugas petugas kesehatan yang
berperan aktif didalamnya.
(Info Datin DBD 2016)