Pengaruh Penggunaan Lilin dengan Ekstrak Bawang Putih (Allium Sativum) Terhadap Kematian Nyamuk Aedes Aegepty
1. Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian Pascasarjana, SPS UNDIP
Semarang, 21 November 2017
Kode: 3 Kedokteran/Kesmas
Pengaruh Penggunaan Lilin dengan Ekstrak Bawang Putih (Allium Sativum)
Terhadap Kematian Nyamuk Aedes Aegepty
Hastuti Marlina1,7
, Ade Rimayani 2
, Angki Irawan3
, Hayana4
,
Beny Yulianto5
, Hetty Ismainar 1,6.a*
1,2,3,4,5
STIKes Hang Tuah Pekanbaru, Riau
6
Doctoral Student of Public Health Faculty, Universitas Diponegoro
7
Doctoral Student of Education Technology, Universitas Negeri Padang
a
email: ismainarhetty@yahoo.co.id
ABSTRAK
Latar Belakang: Nyamuk Aedes aegepty merupakan penular Demam Berdarah Dengue. Indonesia
urutan tertinggi kasus DBD di Asia Tenggara. Banyak upaya dilakukan untuk membunuh nyamuk
tetapi dengan unsur insektisida sintetik. Bawang Putih (Allium sativum) sejenis tanaman insektisida
alami yang dapat menghalau nyamuk karena bau menyegat (belerang). Tujuan: mengetahui
pengaruh lilin ekstrak bawang putih terhadap kematian nyamuk Aedes aegepty. Metode: Jenis
penelitian, True Eksperiment, desain Rancangan Acak Lengkap (RAL). Sampel 144 ekor nyamuk.
Lama uji 60 menit (4 kali pengulangan). Menggunakan 5 kelompok, lilin yang mengandung: 100%
parafin (Kontrol negatif (K-), lilin ekstrak bawang putih 15% (K1), kadar 25% (K2), kadar 35%
(K3), kadar 50% (K4). Analisis data: uji ANOVA Non Parametrik Kruskall Wallis Test, Mann-
whintney dan Spearman. Hasil: Dari 5 kelompok, jumlah nyamuk yang mati: K-(0), K+(24), K1(6),
K2(8), K3(10), K4 (12). Kesimpulan: Lilin Ekstrak bawang putih dengan kadar 50%, paling efektif
membunuh nyamuk ini.
Kata Kunci: Allium sativum, Aedes aegepty, Demam Berdarah Dengue
Latar Belakang
Nyamuk Aedes aegepty merupakan
nyamuk penular demam berdarah nyamuk ini
berwarna belang hitam putih, tersebar di
daerah tropis, tetapi berasal dari Afrika. Aedes
yang berperan sebagai vektor penyakit,dengan
ciri-ciri tubuhnya bercorak belang hitam putih
pada toraks (dada), abdomen (perut), dan
tungkai (kaki). Corak ini merupakan sisik
yang menempel di luar tubuh nyamuk1
.
Tempat perkambangbiakan favorit nyamuk
ini adalah tong, drum, tongkat, pot, ember,
vas bunga, sumber tanaman, tank, dibuang
botol, ubin, pendingin air dan tempat
penampungan air hujan2
Kehadiran nyamuk Aedes aegepty yang
sering dirasakan menganggu kehidupan
manusia, mulai dari gigitannya yang
menyebabkan gatal hingga perannya sebagai
vektor (penular) Demam Berdarah Dengue
(DBD). Infeksi arbovirus yang ditularkan dari
orang yang terinfeksi untuk yang tidak
terinfeksi oleh nyamuk Aedes Aegepty 3
.
Saat ini DBD termasuk penyakit yang
cukup meresahkan masyarakat karena
penyebarannya sangat cepat dan tidak jarang
menyebabkan kematian. Penyakit DBD ini
diakui sebagai salah satu penyakit nfeksi yang
semakin meningkat di dunia hampir 50-100
juta kasus setiap tahunnya4
2. Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian Pascasarjana, SPS UNDIP
Semarang, 21 November 2017
Sementara itu, terhitung sejak tahun
1968-2009, World Health Organization
(WHO) mencatat negara Indonesia sebagai
Negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia
Tenggara. Dari jumlah keseluruhan kasus
tersebut, sekitar 95% terjadi pada anak di
bawah 15 tahun. Tahun 2007 jumlah kasus
DBD di Indonesia sebanyak 158.115, tahun
2008 sebanyak 137.469 kasus, tahun 2009
sebanyak 158.912 kasus dengan kota
terjangkit sebanyak 382 kota5
Di Provinsi Riau, Kota Pekanbaru
merupakan angka kejadian DBD tertinggi
pada tahun 2016 yaitu 873 kasus dengan 10
orang meninggal dunia6
Syok DBD sindrom
baru-baru ini, dengan manifestasi yang tidak
biasa. Ciri Khas demam berdarah ditandai
dengan demam tinggi , nyeri muskuloskeletal,
nyeri retro bulbar, sakit kepala, nyeri sendi,
mual, muntah dan ruam morbilliform dan tak
dapat menyebabkan kematian bila tidak
ditangani segera 7
Pencegahan penyakit DBD juga dapat
dilakukan dengan menggunakan Insektisida.
Biasanya masyarakat menggunakan
insektisida kimiawi. Insektisida kimiawi
adalah bahan kimia yang digunakan untuk
membunuh atau mengendalikan serangga
hama. Insektisida digunakan untuk
mengendalikan serangga dengan cara
menganggu atau merusak sistem di dalam
tubuh serangga. insektisida kimiawi memang
memberikan hasil yang cukup memuaskan
dalam membunuh nyamuk Aedes
aegept,namun pemakaian yang terus menerus
dan jumlah insektisida yang banyak dapat
menjadikan nyamuk menjadi resisten (kebal)
terhadap insektisida tersebut.
Akibat lain yang ditimbulkan adalah
dapat mengakibatkan keracunan pada
manusia, dan polusi lingkungan. Insektisida
nabati adalah jenis Insektisida alami yang
bahan dasarnya berasal dari tanaman,
Insektisida nabati mudah terurai di alam,
sehingga tidak mencemari lingkungan dan
relatif aman bagi manusia, hewan ternak atau
hewan lainnya karena residunya mudah
hilang, Insektisida nabati akan membunuh
hama pada waktu itu dan setelah hama
terbunuh maka residunya akan cepat hilang di
alam8,9
Indonesia kaya akan flora, mempunyai
banyak jenis tanaman yang berpotensi sebagai
Insektisida nabati. Salah satu diantaranya
adalah bawang putih, bawang putih
merupakan rempah yang dapat dijumpai
dengan mudah di Indonesia. Selain itu
Bawang Putih adalah jenis tanaman yang
dalam kondisi hidup bisa digunakan untuk
menghalau nyamuk. Penyebabnya tidak lain
adalah bau yang menyegat (belerang) inilah
yang diduga tidak disukai nyamuk dan
serangga lainnya. Karena kemampuannya itu,
tanaman ini juga sering di sebut dengan
insektisida hidup pengusir nyamuk10
Bawang putih (Allium Sativum) mudah
dikenali dari aromanya yang khas, merupakan
sumber kenikmatan yang disukai banyak
orang. Bukan saja menciptakan cita rasa yang
khas pada masakan, namun bawang putih juga
memiliki manfaat dan kegunaan yaitu
mengobati penyakit akibat fungi, bakteri dan
berbagai penyakit dalam, serta anti serangga
seperti nyamuk 11,12
. Berdasarkan uraian
diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul pengaruh penggunaan
lilin dengan ekstrak bawang putih (Allium
Sativum) terhadap kematian nyamuk Aedes
Aegepty
Metode Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan jenis
True Eksperiments dengan desain Rancangan
Acak Lengkap (RAL). Dilakukan dengan 5
perlakuan yakni kontrol negatif (100%
parafin), konsentrasi 15%, 20%, 35% dan
50% dengan 4 kali pengulangan pada masing-
masing perlakuan.
Penelitian ini dilaksanakan dengan
bekerjasama dengan Laboratorium Kimia
Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI)
Pekanbaru pada bulan April–Juni 2017.
Populasi penelitian adalah seluruh nyamuk
Aedes aegepty yang telah dikumpulkan
dengan cara pembiakan secara sederhana,
sedangkan sampel penelitian adalah nyamuk
Aedes aegepty yang berjumlah 144 ekor
3. Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian Pascasarjana, SPS UNDIP
Semarang, 21 November 2017
dengan ukuran nyamuk Aedes aegepty dewasa
dan masih bergerak aktif.
Bawang putih yang digunakan adalah
bawang putih segar sebanyak 3 kg. Kemudian
bawang putih dicuci dan dikering anginkan
lalu diblender selanjutnya bawang putih
tersebut diekstrak dan dijadikan lilin.
Pengujian ini dilakukan dengan
menggunakan kotak uji berbentuk kubus
dengan ukuran 50 cm x 50 cm x 50 cm.
Bagian luar rangka kotak ditutup dengan
kawat nyamuk dan salah satu sisi tidak
ditutup kawat nyamuk guna memasukkan
hewan uji (nyamuk Aedes aegepty).
Pengamatan dilakukan setiap 5 menit
selama 60 menit pada setiap pengulangan
pada masing-masing kelompok perlakuan.
Kemudian data dianalisis dengan
menggunakan SPSS One Way ANOVA.
Hasil dan Pembahasan
Penelitian Pengaruh Penggunaan Lilin
dengan Ekstrak Bawang Putih (Allium
Sativum) terhadap Kematian Nyamuk Aedes
Aegepty dilakukan pengamatan dalam waktu
60 menit dan pengulangan sebanyak 4 kali
pada setiap perlakuan. Setiap pengulangan
pada tiap kelompok perlakuan diamati 6 ekor
nyamuk, sehingga total 4 kali pengulangan
menggunakan 24 nyamuk. Terlihat total
nyamuk yang mati pada konsentrasi 50%
lebih banyak yaitu 12 ekor dan rata-rata mati
pada menit ke 10. Seperti tampak pada tabel
berikut:
Tabel 1. Frekuensi Hasil pengamatan kelompok
perlakuan dengan 4 kali pengulangan
Kelompok
Perlakuan
Pengulangan Total
Kematian
(ekor)
Rata2
waktu
(menit)1 2 3 4
K (-) 0 0 0 0 0 0
K 15% 2 1 1 2 6 55
K 25% 1 2 3 2 8 30
K 35% 2 3 3 2 10 15
K 50% 2 3 4 3 12 10
K : Konsentrasi bawang putih
Selanjutnya hasil observasi jumlah
kematian Nyamuk pertama kali diuji
normalitas menggunakan Kolmogorov
Smirnov (p > 0,05) menunjukkan data
berdistribusi tidak normal. Dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Data
Kelompok
Perlakuan
P value Keterangan
K (-) 0,001 Data tidak normal
K 15% 0,001 Data tidak normal
K 25% 0,001 Data tidak normal
K 35% 0,001 Data tidak normal
K 50% 0,001 Data tidak normal
Selanjutnya dilakukan uji homogenitas
of variance sebelum data ditransformasi
diperoleh nilai sig 0,00 < 0,05 yang bermakna
varian tidak sama. Sehingga dilakukan
transformasi dan logaritma 10 dan Ln. namun
hasil penilaian signifikan varian data tetap
tidak homogen. Sehingga alternatif uji yang
digunakan menggunakan uji non parametrik
kruskal wallis dimana nilag sig adalah 0,01 <
0,05. Hasil uji diperoleh nilai mean rank yang
tinggi menunjukkan lebih banyak nyamuk
Aedes aegepti yang mati oleh lilin ekstrak
bawang putih., maka dari data yang
didapatkan terlihat bahwa semakin tinggi
konsentrasi ekstrak bawang putih maka
semakin banyak nyamuk yang mati. Dapat
dilihat pada tabel 3 berikut ini:
Tabel 3. Hasil Uji Non Parametric Kruskall Wallis
dan Uji Mann-Whitney
Uji Non Parametric
Kruskall Wallis
Uji
Mann-Whitney
Kelompok
Perlakuan
Mean Rank P-value
K (-) 132,50 0,276
K 15% 156,04 0,804
K 25% 156,09 0,804
K 35% 161,92 0,828
K 50% 173,69 0,003
Selanjutya dilakukan Uji Mann-
Whitney untuk mengetahui perbandingan
berbeda nyata atau tidak antara masing-
masing perlakuan. Pada uji ini didapatkan
nilai sig antar tiap kelompok perlakuan yakni
kontrol negatif, kontrol positif dan berbagai
4. Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian Pascasarjana, SPS UNDIP
Semarang, 21 November 2017
konsentrasi ekstrak bawang putih (Allium
Sativum L.) Interpretasi data menunjukkan
bahwa semua kelompok perlakuan
mempunyai perbedaan yang nyata yang
berpengaruh terhadap kematian nyamuk yaitu
kelompok dengan konsentrasi 50%, dengan
keputusan nilai p value < 0,05. Maka dapat
disimpulkan konsentrasi ektrak bawang putih
50% lebih lebih efektif secara statistik
membunuh nyamuk dibandingkan dengan
kelompok kontrol negatif. dapat dilihat pada
tabel 3. Bila dirangkum hasil akhir dari
beberapa uji yang telah dilakukan maka
diperoleh hasil seperti tabel 4
Tabel 4. Rata-rata Nyamuk Aedes aegepty yang Mati pada Setiap Perlakuan
Waktu
(Menit)
K(-)
P1
(15%)
P2
(25%)
P3
(35%)
P4
(50%)
0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0,25 0,5
10 0 0 0 0,25 0,5
15 0 0 0 0,5 0,5
20 0 0 0 0,25 0
25 0 0,5 0,5 0 0,25
30 0 0 0,75 0 0,25
35 0 0 0 0 0,25
40 0 0,25 0 0,25 0
45 0 0 0,5 0,5 0
50 0 0 0 0 0
55 0 1 0,25 0,5 0,75
60 0 0 0 0 0
Rata-Rata 0 1,75 2 2,5 3
Keterangan :
K (-) = Kontrol negative lilin tanpa ekstrak bawang putih
P = Parafin (Lilin dengan Kadar ekstrak bawang putih)
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa
rata-rata kematian Nyamuk adalah perlakuan
kontrol negatif (Parafin 100%) yakni
memiliki rata-rata 0 (tidak menimbulkan
kematian sama sekali). Perlakuan kontrol
positif yakni memiliki rata-rata 6 dari 6 ekor
nyamuk. Konsentrasi 15% yakni memiliki
rata-rata 1,75 dari 6 ekor. Konsentrasi 25%
yakni memiliki rata-rata 2 dari 6 ekor.
Konsentrasi 35% yakni memiliki rata-rata 2,5
dari 6 ekor dan pada konsentrasi 50% yakni
memiliki rata-rata 3 dari 6 ekor Nyamuk
Aedes aegepty. Maka rata-rata kematian
Nyamuk Aedes aegepty yang tertinggi adalah
pada konsentrasi 50%.
Pada uji alternatif ANOVA yang
dilakukan yakni uji Non Parametric Krusskall
Wallis didapatkan nilai sig adalah 0,01<0,05.
Nilai ini bermakna terdapat perbedaan
signifikan nyamuk yang mati oleh lilin
ekstrak bawang putih, di antara kelompok
perlakuan dengan nilai mean rank yang
berbeda dimana nilai mean rank yang tinggi
menunjukkan lebih banyak nyamuk Aedes
aegepti yang mati oleh lilin ekstrak bawang
putih, maka dari data yang didapatkan terlihat
bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak
bawang putih maka semakin banyak nyamuk
yang mati.
Kematian nyamuk disebabkan oleh
kandungan bahan aktif bawang putih yang
mengandung Allicin yang bersifat toksit
terhadap sel parasit maupun bakteri, bekerja
dengan cara mengganggu membrane sel
parasit sehingga parasit tidak dapat
berkembang lebih lanjut13,14,15
Ekstrak
bawang putih ini juga mampu membunuh
kutu kambing dengan kadar 100mh/l dalam
kurun waktu 32 jam setelah terpapar16
Selain
bawang putih, ekstrak lemon oil juga bisa
5. Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian Pascasarjana, SPS UNDIP
Semarang, 21 November 2017
dikembangkan sehingga mampu menjadi
insektisida17
Ekstrak bawang putih ini juga
mempu menghambat pertumbuhan telur
nyamuk aedes aegepty. Semakin tinggi daya
ekstrak semakin tinggi daya hambat penetasan
telor nyamuk tersebut18
Ekstrak bawang putih sebagai
insektisida nabati secara spesifik cara
kerjanya mampu merusak perkembangan,
telur dan pupa, mengganggu komunikasi
serangga, menyebabkan serangga menolak
makan, mengusir serangga dan menghambat
perkembangan pathogen penyakit. Dari
berbagai penelitian yang telah diuji
kebenarannta bahwa penggunaan ekstrak
bawang putih ini mampu menjadi insektisida
alami. Murah dan mudah diperoleh, relative
aman terhadap lingkungan, tidak
menyebabkan keracunan meskipun begitu
memang daya kerjanya relatif lambat
dibandingkan insektisida kimiawi.
Kesimpulan
Berdasarkan ke-empat uji konsentrasi
lilin dengan ekstrak bawang putih, dengan
konsentrasi 15%, 25%, 30%, dan 50% dapat
disimpulkan bahwa semua konsentrasi
tersebut dapat membunuh nyamuk
Aedesaegepty namun dalam tingkat
kemampuan yang berbeda-beda. Konsentrasi
ekstrak bawang putih 50% merupakan
konsentrasi yang paling efektif dalam
membunuh nyamuk Aedesaegepty. Rata-rata
lama paparan dari konsentrasi ekstrak bawang
putih (Allium sativum L.) terpilih efektif
dalam membunuh nyamuk Aedes aegepty
percobaan dalam 4 kali pengulangan, total
mati pada menit ke 55
Perlu pengembangan penelitian lebih
lanjut tentang pemanfaatan lilin dengan
ekstrak bawang putih ini agar dapat
disosilisasikan secara luas kepada masyarakat
sehingga efisiensi dan kualitas lilin yang
dihasilkan mampu menjadi alternatif
insektisida alami yang aman bagi masyarakat.
Referensi
[1] Sigit, S.H., & Hadi, U.K. (2006). Hama
Permukiman Indonesia. Bogor: Unit Kajian
Pengendalian Hama Permukiman
(UKPHP)
[2] Gibbons RV, Vaughn DW. Dengue: an
escalating problem. BMJ 2002; 324: 1563-
1566.
[3] Khan W, Amin Khan B, Khan Z, ur
Rehman A, Akbar M, Ali Khan I. Dengue
Fever; The Clinical Pattern And Mortality
In Epidemic And Post Epidemic Years In
Swat. Professional Medical Journal [serial
online]. October 2017;24(10):1466-1470.
Available from: Academic Search
Complete, IPSWICH, MA. Accessed
November 4, 2017.
[4] WHO, Dengue Fever World Health
Organization Fact Sheet, No.117. 2009.
[5] Kemenkes RI. (2010). Demam Berdarah
Dengue. Buletin Jendela Epidemiologi
Volume 2. Jakarta: Pusat Data dan
Surveilans Epidemiologi.
[6] Dinas Kesehatan Provinsi Riau, Profil Data
Kejadian DBD di Privinsi Riau, 2016
[7] Goh BK, Tan SG. Case of dengue virus
infection presenting with acute acalculous
cholecystitis. J Gastroenterol Hepatol 2006;
21:923-4.
[8] Sucipto, C.D. (2011). Vektor penyakit
Tropis. Yogyakarta: Gosyen Publishing
[9] Yudiarti, T. (2010). Mengatasi Hama dan
Penyakit. Yogyakarta: Graha Ilmu
[10] Kardinan, A. (2003). Tanaman Pengusir
dan Pembasmi Nyamuk. Jakarta: PT Agro
Media Pustaka
[11] Lingga, L. (2012). Bawang Putih untuk
Kesehatan. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo
[12] Kiu, H., dkk. (2015). Ekstrak Bawang
Merah dan Bawang Putih sebagai Pengusir
Nyamuk Culex sp yang Ramah
Lingkungan. Gorontalo: Universitas
Gorontalo
[13] Sumampouw, M.P.S., Pijoh, D. V., &
Wahongan P.J.G,. Pengaruh Larutan
Bawang Putih (Allium sativum L.) pada
Larva Aedes spp di Kecamatan Malayang
Kota Manado. Jurnal e-Biomedik. 2014.
Vol. 2 No. 2
[14] Jarial, M. S. 2001. Toxic effect of garlic
extracts on the eggs of Aedes aegypti
(Diptera: Culicidae): A scanning electron
6. Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian Pascasarjana, SPS UNDIP
Semarang, 21 November 2017
microscope study.J. Med. Entomol. 38:446-
450.
[15] Balaji Meriga, Ramgopal Mopuri T. Murali
Krishna, Insecticidal, antimicrobial and
antioxidant activities of bulb extracts of
Allium sativum, Asian Pacific Journal of
Tropical Medicine (2012)391-395
[16] Bindu Lakshmanan, Radhika, R.
Sreekrishnan and H.Subramanian In Vitro
Studies On The Effect Of Allium Sativum
(Garlic) On Damalinia Caprae, J. Vet.
Anim.Sci. 2013. 44 : 61 – 62
[17] Ali, Doaa S Mohamed, El-Sayed H Shaurub
Antifeedant activity and some biochemical
effects of garlic and lemon essential oils on
Spodoptera littoralis (Boisduval)
(Lepidoptera: Noctuidae). Journal of
Entomology and Zoology Studies, 2017;
5(3): 1476-1482
[18] Apga Repindo, Endah Setyaningrum,
Syazili Mustofa, Beta Kurniawan, The
Effectiveness Of Garlic (Allium Sativum
L.) Extract As Ovicide Of Aedes aegypti’s
EGGS. Faculty of Medicine, Universitas
Lampung Journal Agromed Unila 2014;
1(1):16-21]