1. KONSEP DASAR IPS
Diajukan Untuk Memenuhi
Salah Satu Tugas I
Konsep Dasar IPS SD
Dosen Pengampu :
Dr. Ajat Sudrajat, M.Pd
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Jakarta
2015
2. KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat dan rahmat,
hidayah dan inayah Nya akhirnya makalah ini dapat kami buat dan kami beri judul
“Konsep Dasar IPS”.
Dalam penyusunan makalah ini kami berusaha menyajikan materi dengan bahasa yang
sederhana, singkat, dan mudah dicerna oleh para pembaca. Makalah ini menyajikan
beberapa materi dan ulasan mengenai konsep dasar IPS.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ajat Sudrajat, M.Pd
selaku dosen kami yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan tugas ini.
Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah yang kami susun jauh dari sempurna,
masih terdapat kekurangan dan kekeliruan maka kami senantiasa menerima kritik dan
sasaran yang sifatnya membangun, memperbaiki, serta melengkapi isi makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca serta
memberikan wawasan yang lebih luas guna meningkatkan pengetahuan dalam
bermasayarakat maupun dalam hidup berbangsa dan bernegara.
Jakarta, September 2015
Penyusun
3. DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................i
Daftar Isi........................................................................................................ii
A. BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................3
1.3 Tujuan Pembuatan Makalah.............................................................3
1.4 Manfaat Penulisan….........................................................................3
B. BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Dan Karakteristik Konsep Dasar IPS……………....…..15
2.2 Sejarah Perkembangan IPS…………………………………...17
2.3 Ruang Lingkup Dan Cakupan Konsep Dasar IPS………..…...17
C. BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………....20
3.2 Saran…………………………………………………………......20
Daftar Pustaka.................................................................................................21
4. BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mempelajari Konsep Dasar IPS berisi tentang hakikat dan karakteristik konsep
dasar IPS, sejarah perkembangan IPS, ruang lingkup dan cakupan konsep dasar IPS.
Dengan mempelajari materi Konsep Dasar IPS ini, diharapkan dapat menjelaskan
konsep-konsep IPS yang berpengaruh terhadap kehidupan masa kini dan masa yang
akan datang secara kritis dan kreatif. Pembahasan materi ini menerapkan
pendekatan antar disiplin yang mengintegrasikan ilmu-ilmu sosial dan humaniora.
Adapun media yang digunakan adalah bahan ajar cetak dan non cetak (web).
Sebagai calon guru SD hendaknya menguasai materi IPS sebagai program
pendidikan. Untuk membantu menguasai materi tersebut maka dalam Konsep Dasar
IPS, disajikan pembahasan hal-hal pokok sebagai berikut :
1. Hakikat dan Karakteristik Konsep Dasar IPS
2. Sejarah Perkembangan IPS
3. Ruang Lingkup dan Cakupan Konsep Dasar IPS
1.2. Rumusan Masalah
Adapun masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut :
Bagaimana hakikat dan karakteristik konsep dasar IPS?
Bagaimana sejarah perkembangan IPS?
Bagaimana ruang lingkup dan cakupan konsep dasar IPS?
5. 1.3. Tujuan Pembuatan Makalah
Tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
Mengetahui hakikat dan karakteristik konsep dasar IPS
Mengetahui sejarah perkembangan IPS
Mengetahui ruang lingkup dan cakupan konsep dasar IPS
1.4. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
Memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar IPS
Memahami konsep dasar IPS
6. BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Hakikat dan Karakteristik Konsep Dasar IPS
a. Hakikat Konsep Dasar IPS
IPS merupakan studi yang mempelajari tentang masyarakat atau manusia,
dan merupakan ilmu pengetahuan sosial yang diambil dari ilmu sosial. Ada tiga
istilah yang termasuk bidang pengetahuan sosial yang terkadang membuat kita
bingung dengan istilah – istilah ini yaitu ilmu sosial ( Social Sciences ), studi
sosial ( Social Studies ), dan ilmu pengetahuan sosial ( IPS ). IPS itu bukanlah
merupakan bidang keilmuan atau disiplin bidang akademis tetapi merupakan
bidang pengkajian tentang masalah atau gejala sosial. Selain itu IPS juga sering
disebut istilah – istilah ekonomi, geografi, sejarah, sosiologi, antrofologi sosial,
antropologi pendidikan yang dipelajari oleh peserta didik ( siswa ) di tingkat
dasar ( SD ) dan menengah.
Social Education dan social learning merupakan istilah IPS yang
digunakan pada jaman dahulu tetapi dengan bergantinya berbagai perundang –
undangan maka dua istilah ini diganti dengan istilah IPS. Dimana social
education dan social learning ini lebih menitikberatkan pada pengalaman peserta
didik disekolah yang dianggap lebih membantu peserta didik untuk mampu
beradaptasi atau bergaul dengan dimasyarakat. Dalam pengkajiannya IPS
menggunakan bidang – bidang keilmuan yang termasuk bidang – bidang ilmu
sosial. Penerapan disekolah tentang IPS sering dipraktekan sebagai ilmu – ilmu
sosial, padahal antara IPS dan IIS mempunyai perbedaan yang mendasar tetapi
keduanya tidak bisa dipisahkan karena saling berhubungan.
IPS tidak menitikberatkan kepada bidang – bidang teoritis tetapi lebih
pada bidang praktis dalam mempelajari masalah – masalah sosial ataupun gejala
sosial yang terdapat dilingkungan masyarakat. Begitupun studi sosial tidak
7. terlalu akademis namun merupakan pengetahuan praktis yang dapat diajarkan
ditingkat persekolahan mulai dari SD samapai perguruan tinggi. Tanpa kita
sadari kita sudah mempelajari studi sosial dari pengalaman – pengalaman kita
sehari – hari baik itu melalui TV ataupun dilingkungan sekitar. Pendidikan IPS
berbeda dengan IIS dimana IPS itu menggunakan pendekatan Interdisipliner
( kajian bidang tertentu atau hanya satu ilmu saja ) dan Multidisipliner
( penggabungan dari bidang – bidang tertentu ) dengan menggunakan bidang –
bidang keilmuan. Pendekatan IIS bersifat disipliner dari bidang ilmunya masing
– masing. Sedangkan pendekatan studi sosial bersifat multidimensional yaitu
melihat satu masalah sosial dari berbagai aspek kehidupan.
Pada hakikatnya IPS merupakan perpaduan pengetahuan sosial. Misalnya
di tingkat SD perpaduannya antara sejarah dan geografi, SMP perpaduannya
antara sejarah, geografi dan ekonomi koperasi, sedangkan di SMA
perpaduannya antara sejara, geografi, ekonomi koperasi, dan antropologi. Dan di
perguruan tinggi IPS ini dikensl dengan studi sosial dimana IPS dan Studi sosial
merupakan perpaduan berbagai keilmuan ilmu sosial. Jadi IPS merupakan
penyederhanaan dan penyaringan terhadap IIS yang penyajian di persekolahan
disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan kemampuan guru dalam
menyampaikan materi tersebut.
Bentuk pembelajaran IPS ini berupa konsep – konsep dan kenyataan
yang ada ( fakta ) yang dapat dipahami dan dipecahkan yang berkaitan dengan
masalah – masalah soial. Contoh : dalam Geografi “ PENEBANGAN HUTAN”
maka akan terjadilah kerusakan alam yang tidak hanya kerusakan geografi saja
tetapi yang lainnya juga menjadi tidak stabil / seimbang baik secara ekonomi
maupun sosial kemsyarakatan / sosial budaya. Pada proses pembelajaran IPS ini
dilakukan secara bertahap dan berkisinambungan sesuai dengan kebutuhan dan
tingkat usia peserta didik. Selain itu keanekaragaman pembelajarannya juga
harus disesuaikan dengan apa yang terjadi dalam kehidupan. Adapun secara
formal proses pembelajaran dan membelajarkan yaitu terjadi di sekolah baik itu
8. di dalam kelas maupun di luar kelas sesuai dengan kenyataan yang ada sehingga
peserta didik dibelajarkan pada kehidupan yang sesungguhnya.
Pada kenyataannya, perkembangan hidup seseorang mulai dari saat ia
lahir sampai menjadi dewasa tidak dapat terlepas dari masyarakat. Kehidupan
sosial manusia di masyarakat meliputi aspek-aspek hubungan sosial, ekonomi,
psikologi, budaya, sejarah, geografi dan politik. Karena setiap aspek kehidupan
sosial itu mencakup lingkup yang luas, maka cara mempelajari dan mengkajinya
harus menggunakan bidang-bidang ilmu yang khusus. Melalui ilmu-ilmu sosial
itu pula dikembangkan bidang-bidang ilmu tertentu sesuai dengan aspek
kehidupan sosial masing-masing.
Dalam bidang pengetahuan sosial ada 3 istilah yang sudah biasa kita
dengar, yaitu :
1. Ilmu sosial (Social Sciences)
Pendekatan yang digunakan dalam Ilmu Sosial bersifat interdisipliner
yaitu hanya ditinjau dari satu rumpun pelajaran saja. Contohnya disiplin ilmu
Antropologi.
2. Studi Sosial (Social Studies)
Studi Sosial bukanlah suatu bidang keilmuan atau disiplin bidang
akademis, tetapi merupakan suatu bidang yang mengkaji tentang gejala dan
masalah sosial yang terjadi pada masyarakat. Karena bukan merupakan bidang
keilmuan kerangka kerja Studi Sosial ini tidak menekankan pada bidang teoritis,
namun lebih kepada bidang-bidang praktis. Pendekatan yang digunakan dalam
Studi Sosial bersifat Interdisipliner atau bersifat multidisipliner dengan
menggunakan berbagai bidang keilmuan. Studi Sosial sifatnya lebih mendasar
karena dapat disajikan kepada tingkat yang lebih rendah, mulai dari tingkat
Sekolah Dasar sampai ke tingkat pendidian yang lebih tinggi.
3. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
IPS lebih menekankan kepada pendekatan multidisipliner atau
interdisipliner dari bidang ilmunya masing-masing. Yaitu pendekatan yang
9. komprehensif dari berbagai rumpun pelajaran. Seperti ilmu hukum, ilmu politik,
ilmu ekonomi, ilmu sosial lain seperti Geogafi, Sejarah, Antropologi, dan
lainnya. Topik-topik dalam IPS dapat dimanipulasi menjadi suatu isu,
pertanyaan atau permasalahan yang bersudut pandang interdisiplin. Misalnya, di
dalam Geografi tentang perusakan lingkungan, dampak dari perusakan
lingkungan ini dapat dikaji secara Ekonomi, Sosial kemasyarakatan, Politik,
Hukum dan lainnya.
Dalam hal ini kita dapat melihat keseluruhan IPS sebagai sarana
pendidikan yang memaparkan manusia di dalam segi tiga waktu-ruang-hidup.
Sebagaimana studi Sejarah yang membicarakan “Man in Time”, Geografi
membicarakan “Man in Space” dan gabungan dari Sosiologi, Antropologi,
Ekonomi, dan Tata Negara yang membicarakan “Man in Life”. Apabila
digambarkan hubungan ketiganya adalah transmisi budaya, adaptasi ekologis,
dan perjuangan hidup.
Selain ke-3 istilah diatas, ada istilah lain yang kadang-kadang digunakan
dalam menyebut bidang studi IPS yaitu : Social Education dan Social Learning.
Kedua istilah ini menurut Cheppy lebih menitikberatkan kepada berbagai
pengalaman di sekolah yang dipandang dapat membantu anak didik mampu
bersosialisasi di masyarakat.
Terdapat perbedaan antara Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai bidang
studi dengan disiplin ilmu-ilmu sosial (Social Sciences) antara lain :
a) IPS bukan sebagai disiplin ilmu seperti Ilmu-ilmu sosial (IIS), tetapi IPS
lebih tepat sebagai suatu bidang kajian. Yaitu kajian tentang masalah-
masalah kemasyarakatan.
b) Pendekatan yang dilakukan IPS adalah pendekatan multidisipliner atau
interdisipliner, sedangkan IIS menggunakan pendekatan disiplin ilmu
atau monodisiplin.
c) IPS sengaja dirancang untuk kepentingan pendidikan, karena itu
keberadaannya lebih memfokuskan pada dunia persekolahan. Sedangkan
10. IIS keberadaannya bisa di dunia persekolahan, perguruan tinggi, bahkan
juga dipelajari di masyarakat umum.
d) IPS disamping menggunakan IIS sebagai bahan pengembangan materi
pembelajaran dilengkapi dengan mempertimbangkan aspek psikologis-
pedagogis. Selain itu IPS juga sangat memperhatikan dan
mempertimbangkan kemanfaatan, urutan, dan ruang lingkup bahan bagi
setiap peserta didik dalam hidup dan untuk mempersiapkan
kehidupannya kelak. Tidak seperti halnya IIS yang tidak
mempermasalahkan pertimbangan-pertimbangan tersebut.
Pembelajaran IPS disekolah bertujuan untuk mempersiapkan para peserta
didik sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan, keterampilan, sikaf
dan nilai yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan
masalah pribadi atau sosial serta mampu mengambil keputusan dan
berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan sehingga ia sadar akan
tanggung jawab terhadap hak dan kewajiban kepada masyarakat, bangsa, dan
negara.
b. Karakteristik Konsep Dasar IPS
IPS mempunyai karakteristik tersendiri yang berbeda dengan
karakteristik IIS, walaupun seperti itu keberadaan IIS tidak bisa dipisahkan
dengan IPS karena konsep – konsep IIS merupakan sumber pengembangan
materi pembelajaran IPS. Aspek kehidupan yang kita jalani baik itu hubungan
sosial, ekonomi, sejarah ataupun politik itu semua bersumber dari masyarakat,
maka dari itu masyarakat menjadi sumber utama dari IPS.
Sumber pembelajaran atau materi IPS dapat diperoleh dari berbagai cara
baik itu dari buku, cerita, pemberitaan, surat kabar, TV, atau berkenaan langsung
dengan kehidupan masyarakat setempat. Maka dari sumber – sumber itu dapat
diperoleh berbagai pengetahuan termasuk didalamnya pengetahuan sosial dan
nilai – nilai yang bermakna dalam kehidupan peserta didik.
11. Karakteristik IPS yaitu bagaimana kita sebagai pendidik memberikan
berbagai pengertian yang mendasar yang harus dimiliki oleh peserta didik,
melatih berbagai keterampilan yang harus selalu dikembangkan melalu
pendidikan IPS ini, serta mengembangkan atau membentuk moral yang
dibutuhkan oleh peserta didik. Karakteristik IPS ini ditentukan oleh jenjang
pendidikan peserta didik atau usia peserta didik. Adapun pada hakikatnya
karakteristik IPS itu dapat dilihat dari dua aspek yaitu Interdisipliner dan
Multidisipliner. Dimana interdisipliner dapat ditijau dari rumpun – rumpun IPS
seperti ekonomi,sosial, sejarah, geografi, antropologi dll, dalam artian hanya
menggunakan satu ilmu saja. Sedangkan multidisipliner itu merupakan
penggabungan dari semua disiplin – disiplin ilmu IPS dimana penggabungannya
itu saling berkaitan. Misalnya pembelajaran di SD tentang Global Worming,
masalah tersebut bisa dilihat dari geografinya, ekonomi, sosial dll.
Untuk mengetahui pencapaian dan pemahaman peserta didik setelah
mengikuti pembelajaran IPS maka harus diadakan evaluasi secara terus –
menerus sesuai dengan proses pembelajarannya. Karena dengan diadakannya
evaluasi ini kita sebagai pendidik akan mengetahui apakah kompetensi yang
telah ditetapkan atau tujuan pembelajaran tersebut sudah tercapai atau belum.
Selain itu evaluasi pembelajaran IPS ini harus berdasarkan asas- asas evaluasi
yang meliputi asas kompherensif, asas objektif dan asas kontuinitas atau
berkesinambungan. Dan evaluasi juga harus meliputi berbagai aspek yaitu aspek
kognitif, apektif dan psikomotor.
Tujuan utama setiap pembelajaran Ilmu Sosial adalah membentuk warga
negara yang baik (god citizenship), demikian pula IPS memiliki tujuan yang
sama, namun dalam proses penyajiannya IPS memiliki karakteristik tersendiri,
dalam arti tidak sama dengan karakteristik Ilmu-ilmu sosial.walaupun demikian
keberadaan ilmu-ilmu sosial tidak dapat dipisahkan dari IPS karena konsep-
konsep Ilmu Sosial merupakan sumber utama bagi pengembangan materi
pembelajaran IPS.
12. Ruang lingkup IPS tidak lain adalah kehidupan sosial manusia di
masyarakat. Masyarakat inilah yang menjadi sumber utama IPS. Aspek
kehidupan sosial apapun yang kita pelajari, apakah itu hubungan sosial, ekonomi,
budaya, kejiwaan, sejarah, geografi, atau politik bersumber dari masyarakat.
Oleh karena itu, tugas seorang pembelajar adalah membelajarkan peserta didik
dalam rangka meningkatkan kompetensi yang telah para peserta didik miliki, hal
ini mengandung arti bahwa peserta didik telah memiliki pengetahuan masing-
masing sesuai dengan pengalaman dan penghayatannya selama mereka tinggal
di masyarakat. Dalam upaya memanusiakan manusia (peserta didik) proses
pembelajaran pendidikan IPS dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan
sesuai dengan kebutuhan dan tingkat usia peserta didik masing-masing.
Ada 3 aspek yang dikaji dalam proses pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS),
yaitu :
1. Memberikan berbagai pengertian yang mendasar ( Kognitif )
2. Melatih berbagai keterampilan ( Psikomotor )
3. Mengembangkan sikap moral yang dibutuhkan ( Apektif )
Karakteristik IPS diantaranya :
1. Integrated ( terpadu )
2. Interdisipliner ( dapat dikaji dari satu bidang ilmu pengetahuan )
3. Multidisipliner ( dapat dikaji dari berbagai bidang keilmuan / rumpun
pelajaran )
4. Psiko pedagogis ( kajian IPS harus mempertimbangkan kemampuan
berfikir siswa dengan memperhatikan psikologi perkembangan mereka )
5. Cross disipliner ( menyilangkan satu mata pelajaran dengan mata
pelajaran lain yang relevan )
6. Social learning ( dalam IPS harus ada aspek ilmu yang bisa dipelajari )
7. Social education ( dalam IPS harus ada ilmu yang bisa diambil )
8. Synthetic discipline
9. Scientific boundary line
10. Kajian sistematik
13. 2.2. Sejarah Perkembangan IPS
a. Sejarah Perkembangan IPS Secara Umum
Ilmu Pengetahuan Sosisal (IPS) adalah terjemahan dari Social Studies.
Perkembanagan IPS dapat kita lihat melalui sejarah Social Studies yang
dikembangkan oleh Amerika Serikat (AS) dalam karya akademis dan
dipublikasikian oleh National Council for the Social Studies (NCSS) pada
pertemuan organisasi tersebut tahun 1935 sampai sekarang.
Definisi tentang “Social Studies” yaitu ilmu-ilmu sosial yang
disederhanakan untuk tujuan pendididkan, kemudian pengertian ini dibakukan
“Social Studies” meliputi aspek-aspek ilmu sejarah, ilmu ekonomi, ilmu politik,
sosiologi, antropologi, pisikologi, ilmu geografi, dan filsafat yang dalam
praktiknya dipilih untuk tujuan pembelajaran di sekolah dan di perguruan tinggi.
Dalam pengertian awal “Social Studies” tersebut diatas terkandung hal-
hal sebagai berikut:
1. Social Studies merupakan turunan dari ilmu-ilmu social
2. Disiplin ini dikembangkan untuk memenuhi tujuan pendidikan atau
pembelajaran, baik pada tingkat sekolah maupun tingkat pendidikan
tinggi.
3. Aspek-aspek dari masing-masing disiplin ilmu sosial itu perlu diseleksi
sesuai dengan tujuan tersebut.
Pada tahun 1940-1960 ditegaskan oleh Barr, dkk (1977:36) yaitu
terjadinya tarik menarik antara dua visi Social Studies. Di satu pihak, adanya
gerakan untuk mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu sosial untuk tujuan
citizenship education, yang terus bergulir sampai mencapai tahap yang lebih
canggih. Di pihak lain, terus bergulirnya gerakan pemisahan sebagai disiplin
ilmu-ilmu sosial yang cenderung memperlemah konsepsi social studies
education. Hal tersebut, merupakan dampak dari berbagai penelitian yang
dirancang untuk mempengaruhi kurikulum sekolah, terutama yang berkenaan
dengan pengertian dan sikap siswa.
14. Benyaknya gerakan-gerakan yang muncul akibat dari tekanan yang
cukup dahsyat untuk mereformasi Social Studies. Mereka menganggap perlu
adanya perubahan pembelajaran Social Studies menjadi pembelajaran yang
berorientasi the integrated, reflected inquiry, and problem centered (Barr, dkk.;
41-82) dan memperkuat munculnya gerakan The new Social Studies.
Atas pendapat para pakar, akhirnya para sejarawan, ahli ilmu sosial, dan
pendidikan sepakat untuk melakukan reformasi Social Studies dengan
menggunakan cara yang berbeda dari sebelum pendekatan tersebut adalah
dengan melalui proses pengembangan kurikulum sekelompok pendidik, ahli
psikologi, dan ahli ilmu sosial secara bersama-sama mengembangkan bahan ajar
berdasarkan temuan penelitian dan teori belajar, kemudian diujicobakan di
lapanagan, selanjutnya direvisi, dan pada akhirnya disebarluaskan untuk
digunakan secara luas dalam dunia persekolahan.
Jika dilihat dari Visi misi dan strateginya, Barr, dkk. (1978:1917) Social
Studies telah dan dapat dikembangkan dalam tiga tradisi, yaitu:
1. Social Studies Taught as citizenship Transmission
Merujuk pada suatu modus pembelajaran sosial yang bertujuan untuk
mengembangkan warga negara yang baik sesuai dengan norma yang
telah diterima secara baku dalam negaranya.
2. Social Studies Taught social Science
Merupakan modus pembelajaran sosial yang juga mengembangkan
karakter warga negara yang baik yang ditandai oleh penguasaan tradisi
yang menitik beratkan pada warga Negara yang dapat mengatasi
masalah-masalah sosial dan personal dengan menggunakan visi dan cara
ilmuan sosial.
3. Social Studies Taught as Reflective Inquiry
Merupakan modus pembelajaran sosial yang menekankan pada hal yang
sama yakni pengembangan warga negara yang baik dengan kriteria yang
berbeda yaitu dilihat dari kemampunnya dalam mengambil keputusan’
15. Sebagai rambu-rambu dalam rangka mewujudkan visi, misi, dan strategi
baru Social Studies, NCSS (1994) menggariskan hal-hal sebagai berikut:
1. Program social studies mempunyai tujuan pokok bahwasanya esensi
tujuan tersebut lebih diutamakan dalam social studies dari pada dalam
bidang lain.
2. Program social studies dalam dunia pendidikan persekolahan mulai dari
pendidikan taman kanak-kanak sampai dengan pendidikan menengah di
tandai oleh keterpaduan.
3. Program social studies di titik beratkan pada upaya membantu siswa,
bahwasanya siswa bukan sebagai penerima pengetahuan yang pasif,
tetapi sebagai pembangunpengetahuan dan sikap yang aktif melalui cara
pandang secara akademik terhadap realita.
4. Program social studies mencerminkan hakikat pengetahuan yang semula
dilihat secara kotak-kotak, kini harus dilihat secara terpadu yang
menuntun perlibatan berbagai disiplin.
b. Sejarah Perkembangan IPS Di Indonesia
Istilah IPS pertama kali muncul dalam seminar Nasional tentang Civic
Education tahun 1972 di Tawangmagu Solo Jawa tengah. Dalam laporan
seminar tersebut, muncul 3 istilah dan digunakan secara tukar pakai, yaitu:
1. Pengetahuan sosial
2. Studi social
3. Ilmu Pengetahuan Sosial
Konsep IPS untuk pertamakalinya masuk ke dunia persekolahan pada
tahun 1972-1973 dalam Kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan
(PPSP) IKIP Bandung. Dalam kurikulum SD 8 tahun PPSP ini digunakan istilah
“Pendidikkan Kewarganegaraan Negara/Studi Sosial” sebagai mata pelajaran
terpadu.
16. Sedangkan dalam Kurikulum Menengah 4 tahun, digunakan istilah :
1. Studi sosial sebagai mata pelajaran inti untuk semua siswa dan sebagai
bendera untuk geografi, sejarah, dan ekonomi sebagai mata pelajaran
mayor pada jurusan IPS.
2. Pendidikan Kewargaan Negara sebagai mata pelajaran inti bagi semua
jurusan.
3. Civics dan Hukum sebagai mata pelajaran mayor pada jurusan IPS.
Pada tahap Kurikulum PPSP konsep pendidikan IPS diwujudkan dalam 3
bentuk, yaitu :
1. Pendidikan IPS, terintegrasi dengan nama Pendidikan Kewargaan
Negara/Studi Sosial.
2. Pendidikan IPS terpisah, istilah IPS digunakan sebagai konsep payung
untuk sejarah, ekonomi, dan geografi.
3. Pendidikan Kewargaan Negarasebagai suatu bentuk pendidikan IPS
khusus.
Konsep pendidikan IPS tesebut lalu member inspirasi terhadap
kurikulum 1975 yang menampilkan 4 profil, yaitu :
1. Pendidikan Moral Pancasila sebagai pengganti Kewargaan Negara
sebagai bentuk pendidikan IPS khusus.
2. Pendidikan IPS terpadu untuk SD.
3. Pendidikan IPS terkonfederasi untuk SNIP yang menempatkan IPS
sebagai konsep payung untuk sejarah, ekonomi kopersi, dan geografi.
4. Pendidikan IPS terpisah-pisah yang mencakup mata pelajaran sejarah,
ekonomi, dan geografi untuk SMA, atau sejarah geografi untuk SPG.
Konsep IPS seperti itu dipertahankan dalam Kurikulum 1984 yang secara
konseptual merupakan penyempurnaan dari kurikulum 1975 khususnya dalam
aktualisasi materi seperti masuknya Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (P4) sebagai materi pokok PMP.
17. Dalam Kurikulum 1984, PPKN sebagai mata pelajaran social khusus
yang wajib diikuti oleh semua siswa SD, SLTP, SMU. Sedangkan mata
pelajaran IPS diwujudkan dalam:
1. Pendidikan IPS terpadu di SD kelas I-VI.
2. Pendidikan IPS terkonfederasi di SLTP yang mencakup geografi, sejarah,
dan ekonomi koperasi.
3. Pendidikan IPS terpisah di SMU yang meliputi Sejarah Nasional dan
Sejarah Umum di kelas I-II, Ekonomi dan Geografi di kelas I-II, Sejarah
Budaya di kelas III Program IPS.
Dimensi konseptual mengenai pendidikan IPS telah berulang kali
dibahas dalam rangkaian pertemuan ilmiah, yakni pertemuan HISPISI pertama
di Bandung tahun 1989, Forum Komunikasi Pimpinan HIPS di Yogyakarta
tahun 1991, di Padang tahun 1992, di Ujung Pandang tahun 1993, Konvrensi
Pendidikan kedua di Medan tahun 1992. Salah satu materi yang selalu menjadi
agenda pembahasan ialah mengenai konsep PIPS. Dalam pertemuan di Ujung
Pandang, M. Numan Soemantri, pakar sekaligus ketua HISPISI menegaskan
adanya dua versi PIPS sebagaimana dirumuskan dalam pertemuan di
Yogyakarta, yaitu:
a) Versi PIPS untuk Pendidikan Dasar dan Menengah
PIPS adalah penyederhanaan, adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan
humaniora serta kegiatan dasar manusia yang diorganisir dan disajikan
secara ilmiah dan pedagosis/psikologis untuk tujuan pendidikan.
b) Versi PIPS untuk Jurusan Pendidikan IPS-IKIP
PIPS adalah seleksi dari didiplin ilmu-ilmu social dan humaniora serta
kegiatan dasar manusia yang diorganisir dan disajikan secara ilmiah dan
pedagosis/psikologis untuk tujuan pendidikan.
PIPS untuk tingkat perguruan tinggi Pendidikan Guru IPS
dirkonseptualisasikan segabagai disiplin ilmu, sehingga menjadi Pendidikan
Disiplin Ilmu Pengetahuan Sosial (PDIPS).
18. Bertitik tolak dari pemikiran mengenai kedudukan koseptual PDIPS,
dapat diidentifikasi sekolah objek telaah dari system pendidikan IPS, yaitu:
1. Karakteristik potensi dan perilaku belajar siswa SD, SLTP, dan SMU.
2. Karakteristik potensi dan perilaku belajar mahasiswa FPIPS-IKIP atau
JPIPS-STKIP/FKIP.
3. Kurikulum dan bahan ajar IPS SD, SLTP, dan SMU.
4. Disiplin ilmu-ilmu social, humaniora dan disiplin lain yang relevan.
5. Teori, prinsip, strategi, media, serta evaluasi pembelajaran IPS.
6. Masalah-masalah sosial, ilmu pengetahuan dan teknologi yang
berdampak social.
7. Norma agama yang melandasi dan memperkuat profesionalisme.
19. 2.3. Ruang Lingkup Dan Cakupan Konsep Dasar IPS
Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan keberadaannya dalam kurikulum
persekolahan di Indonesia tidak lepas dari perkembangan dan keberadaan Social Studies
di Amerika Serikat. Oleh karenanya gerakan dan paham Social Studies di Amerika
Serikat banyak mempengaruhi pemikiran mengenai IPS di Indonesia.
Pemahaman antara IPS dan IIS sangat berkaitan erat karena keduanya secara
tradisional memang saling berhubungan. Tetapi, IPS lebih menekankan pada
pendekatan multidisplin/interdisiplin. Dimana topik IPS dapat dimanipulasi menjadi
suatu isu, pertanyaan/permasalahan yang bersifat perspektif interdisiplin.
Studi sosial bukan merupakan suatu bidang keilmuandisiplin bidang akademis,
tetapi merupakan suatu bidang pengkajian tentang gejala dan masalah sosial. Kerangka
kerja studi sosial tidak menekankan pada bidang teoritis tapi ;ebih kepada bidang-
bidang praktis, pendekatan yang digunakan studi sosial bersifat intersiplin dan
multidisipliner dengan menggunakan berbagai bidang keilmuan. Sedangkan pendekatan
ilmu sosial bersifat disipliner dan menggunakan ilmunya masing-masing. Demikian
pula dari tingkat dan taraf lebih bersifat multidimensional, yaitu lebih meninjau satu
gejala/masalah sosial dari berbagai dimensi/aspek kehidupan.
Tugas studi sosial sebagai suatu bidang studi yang mempunyai tujuan yaitu
membina warga masyarakat yang mampu menyelaraskan kehidupan berdasarkan
kekuatan-kekuatan fisik dan sosial, serta membantu melahirkan kemampuan
memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapi.
Proses pembelajaran IPS tidak menekankan pada aspek teoritis keilmuan,
melainkan lebih kepada segi praktis mempelajari, menelaah, serta mengkaji bobot dan
tingkat kemampuan peserta didik pada jenjang yang berbeda.
20. Perbedaan IPS sebagai bidang studi disiplin Ilmu Sosial antara lain sebagai
berikut :
1. IPS bukan suatu disiplin Ilmu seperti halnya Ilmu Sosial, tetapi lebih sebagai
bidang kajian yaitu suatu kajian kemasyaratan.
2. Pendekatan yang dilakukan IPS yaitu pendekatan multidisiplin/Interdisiplin
sedangkan Ilmu Sosial menggunakan pendekatan disiplin ilmu (Monodisiplin).
3. IPS dirancangkan untuk kepentingan pendidikan dan lebih memfokuskan pada
dunia persekolahan sedang Ilmu Sosial keberadaannya bisa didunia persekolahan,
perguruan tinggi, dan di masyarakat sekalipun.
4. IPS menggunakan Ilmu-Ilmu sosial sebagai bahan pengembangan materi
pembelajaran dilengkapi dengan aspek psikologis-pedagogis, sedangkan ilmu
Sosial hamper lepas dan tidak mempermasalahkan pertimbangan-pertimbangan
seperti di IPS.
Pertimbangan-pertimbangan IPS sangat memperhatikan dan mempertimbangkan
kemanfaatan, urutan, dan ruang lingkup bahan bagi peserta didik dalam hidup dan
kehidupannya kelak. Pengajaran IPS berkaitan dengan bagaimana cara manusia untuk
memenuhi kebutuhan materinya. Pada prinsip hakikatnya yang dipelajari IPS adalah
bagaimana mempelajari, menelaah, mengkaji, system kehidupan manusia dipermukaan
bumi.
Ruang lingkup IPS sama halnya dengan Ilmu Sosial yaitu manusia dalam kontes
sosial sebagai anggota masyarakat juga merupakan tempat persemaian dan sarana untuk
melatih dan mengembangkan kemampuan daya nalar para mahasiswa secara
kesinambungan.
Konsep dasar IPS dikembangkan berdasarkan konsep-konsep dalam ilmu-ilmu
sosial yang sangat dibutuhkan dalam proses pembalajaran, sedangkan konsep itu sendiri
menurut Dorothy J. Skeet (1978:18) menayatakan bahwa “ Konsep adalah sesuatu yang
tergambar dalam pikitan – suatu pemikiran, gagasan atau suatu pengertian. Definisi lain
21. dan konsep adalah suatu citra mental tentang sesuatu. Sesuatu tersebut dapat berupa
objek konkret ataupun gagasan yang abstrak”.
James G. Womack (1970:30) mengemukakan pengertian konsep, terutama
berkaitan dengan Studi Sosial (IPS) sebagai berikut :
“Konsep studi sosial (IPS), yaitu suatu kata atau ungakapan yang berhubungan
dengan suatu yang menonjol, sifat yang melekat. Pemahaman dan pengunaan konsep
yang tepat bergantung pada penguasaan sifat yang melekat tadi, pengertian umum kata
yang bersangkutan.Konsep memiliki pengertian denotatif dan juga pengertian konotatif .
Konsep IPS tentu saja adalah suatu pengertian yang mencerminkan suatu
fenomena atau gejala atau benda-benda yang berkaitan dengan Ilmu pengetahuan Sosial.
Konsep tentang fenomena atau gejala atau benda yang berkaitan dengan IPS memiliki
pengertian denotative atau juga memiliki pengertian konotatif.
Pengertian denotatif adalah pengertian berdasarkan inti katanya yang dapat digali
dalam kamus, sedangkan pengertian konotatif adalah pengertian yang tingkatnya tinggi
dan luas. Pengertian konotatif ini merupakan pengertian yang berperan kunci atau
menonjol pada sauatu konteks.
IPS dan IIS memiliki subjek dan objek yang sama yaitu memperlajari tentang
perilaku manusia. Dalam hal ini berarti konsep dasar memiliki dasar pengertian pada
suatu bidang ilmu sosial. Oleh karena itu ilmu-ilmu sosial merupakan salah satu sumber
dari pengembangan materi pembelajaran IPS bagi kepentingan pendidikan disekolah
maupun perguruan tinggi, disamping bidang teknologi, komunikasi, transportasi.
22. BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
IPS merupakan bidang studi baru, karena dikenal sejak diberlakukan kurikulum
1975. Dikatakan baru karena cara pandangnya bersifat terpadu, artinya bahwa IPS
merupakan perpaduan dari sejumlah mata pelajaran sejarah, geografi, ekonomi,
sosiologi, antropologi. Adapun perpaduan ini disebabkan mata pelajaran-mata pelajaran
tersebut mempunyai kajian yang sama yaitu manusia.
Konsep Dasar IPS berisi tentang hakikat dan karakteristik konsep dasar IPS,
sejarah perkembangan IPS, ruang lingkup dan cakupan konsep dasar IPS. Konsep dasar
IPS berpengaruh terhadap kehidupan masa kini dan masa yang akan datang secara kritis
dan kreatif dengan menerapkan pendekatan antar disiplin yang mengintegrasikan ilmu-
ilmu social.
Pendidikan IPS penting diberikan kepada siswa pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah, karena siswa sebagai anggota masyarakat perlu mengenal masyarakat
dan lingkungannya. Untuk mengenal masyarakat siswa dapat belajar melalui media
cetak, media elektronika, maupun secara langsung melalui pengalaman hidupnya
ditengah-tengah masyarakat. Dengan pengajaran IPS, diharapkan siswa dapat memiliki
sikap peka dan tanggap untuk bertindak secara rasional dan bertanggungjawab dalam
memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupannya.
23. 3.2. Saran
Sebagai guru IPS, pengetahuan yang berhubungan dengan disiplin ilmu-ilmu
social (Social Sciences) sangat diperlukan, karena sumber bahan pembelajaran IPS yang
berupa konsep-konsep, prinsip-prinsip, teori-teori (merupakan stuktur ilmu) bersumber
dari ilmu-ilmu social yang merupakan ciri atau karakter keterampilan dasar IPS.
Dengan pengajaran IPS, diharapkan siswa atau peserta didik dapat memiliki
sikap peka dan tanggap untuk bertindak secara rasional dan bertanggungjawab dalam
memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupannya. Selain itu
siswa diharapkan mampu meningkatkan kemampuan bekerjasama dan berkompetisi
dalam masyarakat yang majemuk, baik secara nasional maupun global.
Tak lupa Penulis memohon maaf apabila ada penulisan yang kurang benar dan
penulis meminta kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.