1. O L E H :
P D T. B E R K AT H A R E FA , M . T H
MATERI SIDI TENTANG
SAKRAMEN
2. PENGERTIAN SAKRAMEN
Bahasa Latin: Sacramentum yang berarti suatu
sumpah setia prajurit Romawi kepada
Kaisarnya
Istilah ini diadopsi oleh gereja untuk menjadi
tanda pengukuhan umat kepada Allahnya.
Sakramen adalah berkat rohani yang
diamanatkan untuk menguatkan iman,
menguatkan persekutuan dengan sesama,
memberi anugerah, dan menguduskan serta
mempersatukan manusia dengan Kristus
3. PENGERTIAN SAKRAMEN
Sakramen dapat diartikan juga sebagai tanda kehadiran
Allah dalam kehidupan manusia secara nyata atau
terlihat.
Karena tanda kehadiran Allah, maka Sakramen dianggap
sesuatu yang sakral atau dianggap sebagai pelayanan
suci, sebab melalui sakramen itu kasih dan rahmat Allah
dinyatakan.
Di dalam sakramen kita menerima Allah yang hidup, tidak
hanya simbol tetapi Allah juga turut hadir dalam
memberikan anugerah bagi kita, dengan kata lain bahwa
sakramen adalah tindakan Allah sendiri yang datang
kepada kita dan sakramen akan menjadi jalan bagi kita
menerima Allah. Itulah sebabnya pelaksanaannya
disakralkan atau disucikan.
4. Dalam Tradisi Roma Katolik ada 7
sakramen: Baptisan, Penguatan Iman,
ekaristi, pengakuan dosa, peminyakan,
imamat dan perkawinan
Kekristenan mengenal 2 Sakramen:
Sakramen Baptisan
Sakramen Perjamuan Kudus
Karena ke 2 hal tersebut secara historis
diperintahkan langsung oleh Yesus, sebagai
tanda keselamatan dan Janji. Ini adalah
hubungan Timbal balik antara Allah dan
manusia
5. BAPTISAN
Secara Alkitabiah, sebenarnya tidak ada
istilah "baptis selam atau baptis percik",
yang ada hanyalah "baptis" atau
"percik". Kata "baptis" berasal dari kata
Yunani βαπτιζω “baptidzô” dan "percik"
berasal dari kata ραντιζω “Rhantidzô”.
Baptidzo artinya: dibenamkan,
dicelupkan, dibasuh, ditenggelamkan,
atau dibenamkan.
6. PENGERTIAN BAPTISAN
Baptisan adalah, sarana anugerah Allah kepada
manusia, baik laki-laki, perempuan, anak-anak,
bahkan bayi sekalipun.
Baptisan mengandung makna bahwa orang yang
dibaptis akan dipersatukan dengan Tuhan Yesus
Kristus dalam kesengsaraan, kematian, dan
kebangkitan-Nya demi keampunan dan hidup yang
baru
8. TUJUAN BAPTISAN
Baptisan bukan bertujuan untuk menghapuskan dosa,
atau menyucikan kita dari dosa, melainkan baptisan
adalah tanda atau materai bahwa kita sah sebagai milik
atau anggota keluarga Allah.
Baptisan bukan syarat mutlak untuk kita memperoleh
pengampunan dosa, karena ada yang dulu percaya dan
masuk sorga tanpa dibaptis (orang berdosa di samping
Yesus), dan juga bukan syarat untuk memperoleh
karunia-karunia Roh.
Baptisan sebagai tanda pertobatan, dimana kita
dipersatukan dalam kematian dan kebangkitan Yesus
Kristus, manusia lama dimatikan, dan manusia baru
dibangkitkan (Roma 6:3-4)
9. BAPTISAN SELAM
Baptisan selam merupakan baptisan yang kita
kenal sejak pembaptisan Yohanes. Baptis selam
dalam gereja Pantekosta merupakan sesuatu
hal yang dimutlakkan dan terkadang
mengatakan baptisan selain cara selam tidak
sah. Secara umum terkadang mengajukan bukti
dari Matius 3:16 "Yesus segera keluar dari air"
kata "keluar dari air" menurut ajaran ini berarti
Yesus sebelumnya berada di dalam air.
10. Pertimbangan:
Bagaimana dengan anak-anak yang orang
tuanya baru bertobat? apakah harus
menunggu mereka dewasa?
Bagaimana yang anak-anak tersebut
sebelumnya dilahirkan dalam kekafiran bukan
sebagai orang tua Kristen, apakah anak-anak
tersebut masih dianggap kafir?
Bagaimana dengan mereka yang sakit, cacat
dan mau meninggal dunia?
Jadi, bukan masalah selam atau percik tetapi
bagaimana seseorang menjadi pribadi yang sah
sebagai anggota keluarga Allah
11. BAPTISAN ANAK/PERCIK
Baptisan percik sesungguhnya diawali dengan suatu
peristiwa dimana ada orang sakit yang menjadi percaya
kepada Yesus dan meminta diri dibaptis. Oleh karena
orang ini dalam keadaan sakit sehingga orang ini tidak
mungki dibawa ke sungai, tetapi ia dibaptis dengan cara
percikan. Ia dipercik air sebanyak tiga kali atas nama
Bapa, Anak dan Roh Kudus. Namun pada abad ke-13
cara ini menjadi suatu cara yang muda dan umum dipakai
di gereja-gereja Barat, dimana pada waktu keadaan
darurat atau mendesak, pembaptisan hanya dilakukan
dengan percikan saja. Tetapi, baptisan percik ini
sesungguhnya bukan karena perintah Alkitab namun
karena keadaan-keadaan yang membuat hal itu
dilakukan.
12. PERTIMBANGAN
Anak-anak memahami pembicaraan orang saat ada yang
berbicara, tetapi mereka tidak sanggup mengucapkannya.
Itulah sebabnya ada nantinya Katekisasi Sidi yang bertujuan
untuk mengajarkan anak-anak mengerti arti baptisan itu
sendiri
Anak-anak diterima dalam Perjanjian Lama (Penganut
Yudaisme) walaupun saat itu tandanya adalah sunat.
Seluruh Keluarga Dibaptis Ketika Orang-Orang Kafir Masuk
Agama Yahudi
Keluarga-Keluarga Secara Keseluruhan Dibaptis dalam PB
Yesus Menerima dan Memberkati Anak-Anak yang Terlalu
Mudah untuk Percaya
Sepanjang Sejarah Gereja, Baptisan Anak yang Sering
Dilakukan
Baptisan Anak adalah Objektivitas Injil
13. KEABSAHAN BAPTISAN
Kolose 2:11-12 tentang sunat Kristus di dalam baptisan
Baptisan sah apabila dilaksanakan di dalam Nama
Bapak, Anak dan Roh Kudus atau di dalam nama Allah
tri tunggal, dan menggunakan air sebagai medianya.
Air dalam baptisan bukanlah air biasa, melainkan air
yang terkandung dalam firman dan perintah Allah, serta
dikuduskan oleh-Nya.
Baptisan menjadi istimewa bukan karena airnya,
melainkan karena firman dan perintah yang terkandung
di dalam air tersebut.
14. SYARAT BAPTISAN YANG SAH
Formulan/Materainya: Bapa, Anak, Roh Kudus
Elemen : Air
Cara : Selam/Percik
15. BABPTISAN ULANG
BNKP tidak mengenal baptisan ulang
Karena Baptisan adalah sarana anugerah Allah
yang terjadi sekali seumur hidup
Karena baptisan adalah tanda keselamatan yang
diberikan sekali seumur hidup
Karena memakai nama yang sama yakni nama
Allah tritunggal, kecuali kalau dalam nama yang
berbeda
16. PERJAMUAN KUDUS
Perjamuan Kudus adalah sarana anugerah Allah
kepada orang-orang percaya.
Perjamuan Kudus adalah peringatan akan
pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib.
Perjamuan kudus adalah ketetapan Allah sendiri
ketika Ia melaksanakan perjamuan malam terakhir
bersama dengan murid-murid-Nya.
Perjamuan ini didasarkan pada 1 Korintus 11:23-25;
Matius 26:26-30; Markus 14:22-24; Lukas 22:29-20
17. PERINTAH PERJAMUAN KUDUS
Ketika Yesus mengambil roti memecahkannya serta
memberikannya kepada murid-murid-Nya, sambil
berkata: “Inilah tubuhku yang diserahkan bagi
kamu, perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku”
(1Kor. 11:24). Ia juga berkata; “Cawan ini adalah
perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku,
perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku” (1 Kor.
11:25).
18. YANG BERHAK MENERIMA PERJAMUAN
KUDUS
Orang-orang yang layak, bukan secara jasmaniah atau
kedagingan, melainkan melalui iman, dijadikan berbagian
di dalam tubuh dan darah-Nya, dengan semua berkat-
berkat dari-Nya. Dengan demikian mereka mendapatkan
makanan rohani dan bertumbuh dalam anugerah.
BNKP sendiri mengajarkan bahwa yang berhak menerima
perjamuan adalah mereka yang telah disidikan, karena
mereka telah memahami dengan benar apa makna
Perjamuan Kudus bagi kehidupan iman mereka, karena
perjamuan kudus bukan makanan dan minuman biasa.
19. TUJUAN PERJAMUAN KUDUS
Sebagai suatu peringatan akan kehidupan dan kematian Tuhan kita
sebagai pengorbanan-Nya untuk menggenapkan keadilan-Nya (Luk.
22:19).
Untuk memproklamasikan fakta Injil (1 Kor. 11:26) juga untuk
mempersiapkan diri pada kedatangan-Nya kedua kali (1 Kor. 11:26).
Perjamuan Kudus mengingatkan kita pada kesatuan kita dengan
sesama di dalam tubuh Kristus dan persekutuan yang kita bagikan
sebagai saudara di dalam anggota tubuh Kristus (1 Kor. 10:17).
Perjamuan Kudus berbicara tentang sumber hidup baru yaitu
perjanjian baru (Luk. 22:20).
Perjamuan kudus menyatakan adanya berkat yang diberikan di bawah
perjanjian yang baru lewat pengudusan dan berkat kemuliaan pada
masa yang akan datang (1 Kor. 11:26).
20. AJARAN-AJARAN MENGENAI PERJAMUAN
KUDUS
Ajaran Katolik
Gereja Katolik mengatakan bahwa roti dan anggur telah
berubah menjadi tubuh dan darah Kristus (transsubstansiasi)
pada saat ditahbiskan (konsekrasi) dalam pelaksanaan
Perjamuan Kudus. Sehingga tidak aneh jika orang-orang
katolik sangat menjaga agar roti dan anggur perjamuan tidak
jatuh ke lantai.
Dalam perjamuan, Iman tidak terlalu diperhatikan, sebab
mereka berfokus pada pelayanan tunggal imam/pastor dalam
pelayanan perjamuan.
21. Ajaran Lutheran
Ajaran Luther ini disebut dengan kon-substansiasi (kon=sama-sama): roti dan
anggur itu tidak berubah menjadi tubuh dan darah Kristus (trans-substansiasi).
Tetapi tubuh dan darah Kristus mendiami roti dan anggur itu sehingga ada 2
zat atau substansi yang sama-sama terkandung dalam roti dan anggur itu.
Untuk memperjelas hubungan antara tubuh dan darah Kristus pada satu pihak
dan roti dan anggur pada satu pihak, ia memakai suatu kiasan. Ia katakan: api
dan besi adalah dua substansi, tetapi kalau besi diletakkan di dalam api, maka
kedua substansi itu bercampur baur begitu rupa, sehingga tiap-tiap bagian
adalah besi dan api.
Jadi, Luther percaya bahwa roti dalam Perjamuan Kudus adalah benar-benar
roti dan anggur adalah benar-benar anggur. Dalam suatu cara yang
tersembunyi tubuh dan darah Kristus dalam Perjamuan Kudus berada dalam
roti dan anggur. Luther mengatakan bahwa dia percaya bukan saja tubuh
Kristus berada di dalam roti dan anggur, tetapi juga bahwa roti dan anggur
adalah tubuh dan darah Kristus.Luther mengatakan memang secara rasional
mungkin kehadiran tubuh dan darah Kristus dalam Perjamuan Kudus tidak
dapat dipahami. Sungguhpun demikian kehadiran Kristus di situ tetap harus
dipercayai.
22. Ajaran Zwingli
Zwingli tidak setuju dengan pengertian sakramen yang dijelaskan
Luther. Menurut Zwingli, sakramen bukanlah sesuatu yang suci,
yang membebaskan hati nurani manusia dari dosa oleh karena kuasa
sakramen. Ia mengingatkan bahwa sakramen berarti jaminan, atau
janji, atau sumpah. Sakramen tidak pernah mempunyai arti, yang
mengandung sesuatu yang suci atau sakral. Sakramen lebih banyak
mengandung arti “kewajiban”.Siapa yang menerima sakramen,
mewajibkan dirinya untuk melayani.
Bagi Zwingli, Perjamuan Kudus adalah “perjamuan-peringatan”
yang gembira dan pengucapan syukur umum atas segala pemberian
yang Kristus berikan kepada kita.
Bagian Alkitab yang Zwingli gunakan sebagai dasar dari ajarannya
ialah Yohanes 6. Ia mengatakan bahwa Kristus adalah keselamatan
kita, bukan karena Ia dilahirkan oleh anak dara Maria, tetapi karena
Ia turun dari sorga dan karena Ia adalah Allah. Karena itu “roti”
dipahaminya sebagai Injil, dan “makan” dipahami sebagai
percaya.Jadi yang penting dalam Perjamuan Kudus ialah bukan
Yesus yang dilahirkan sebagai manusia, tetapi Kristus yang
disalibkan.
23. Ajaran Calvin
Bagi Calvin, sakramen merupakan sesuatu yang menguatkan iman.
Calvin mengambil Yohanes 6:26-65 yang membahas mengenai Roti
Hidup. Gambaran yang diambil oleh Calvin, seperti roti yang kita
makan memberi energy bagi kehidupan kita, demikian pula Roti
Hidup yang kita terima dalam Perjamuan Kudus memberi kekuatan
rohani dalam perjalanan iman kita.
Calvin juga menekankan keterkaitan Perjamuan Kudus dengan
Firman Tuhan. Gereja Roma Katolik lebih menekankan sakramen
ketimbang Firman, sehingga mereka melihat Firman sebagai
sesuatu yang berlebihan, karena sakramen saja sebenarnya cukup
membawa orang pada keselamatan penuh. Di pihak lain, gereja
Reformasi menekankan firman sebagai alat kasih karunia, dan
mempertanyakan tempat sakramen dalam pertumbuhan iman orang
Kristen.
24. Calvin menekankan keterkaitan keduanya. Firman tidak dapat
dilepaskan dari sakramen. Sebaliknya, sakramenpun tidak dapat
dilaksanakan terlepas dari Firman. Itu sebabnya, dalam definisi di
atas, sakramen meneguhkan janji-janji Allah dalam hati kita untuk
memperkuat iman kita.
Menurut Calvin, sakramen dan janji Allah erat hubungannya.
Sakramen adalah tanda yang ditetapkan oleh Allah untuk
memeteraikan janji-Nya kepada kita. Sakramen adalah apendiks,
tambahan dari janji itu.Ia diberikan kepada kita untuk menguatkan
iman kita yang lemah dan penguatan itu dilakukan oleh Roh Kudus.
Jadi, pemikiran yang penting tentang sakramen bagi Calvin adalah
tanda dan meterai yang menguatkan atau mengokohkan, tanda dan
meterai yang menjamin dan menyaksikan. Dibanding dengan
firman, sakramen adalah apendiksnya. Lebih daripada itu, bagi
Calvin, sakramen itu bukan saja tanda dan meterai yang kognitif
saja, tetapi lebih. Dalam sakramen anugerah Allah bukan hanya
ditandai dan dilukiskan, di situ anugerah diberikan kepada kita.
25. KESIMPULAN
Sakramen adalah sarana Anugerah Allah, tetapi bukan
satu-satunya yang menyelamatkan.
Penyelamat kita adalah Yesus sendiri, dan yang
menentukan kita selamat atau tidaknya bukan karena
kita terima tidaknya sakramen-sakramen itu, melainkan
seberapa besar iman kita kepada Yesus Kristus.
Boleh ada perbedaan pandangan mengenai sakramen,
tetapi ingat bahwa ajaran bukanlah suatu kebenaran
yang hakiki, hanya sebagai pendekatan pemahaman.