Dokumen tersebut membahas tentang HIV/AIDS, mulai dari epidemiologi, sejarah penemuan, penyebab, gejala, pencegahan, stigma, hingga kaitannya dengan budaya dan gender. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan tentang perkembangan kasus HIV/AIDS di Indonesia dan dunia serta faktor-faktor yang berperan dalam penularan dan penanganannya.
2. A. EPIDEMIOLOGI HIV /AIDS
HIV/AIDS merupakan isu kesehatan yang cukup sensitif
untuk dibicarakan. Kasusnya seperti fenomena gunung
es, yang terungkap sedikit namun sangat banyak yang
masih tersembunyi. Berdasarkan laporan dari tahun ke
tahun kasus AIDS menunjukkan trend peningkatan yang
terus-menerus. Menurut laporan dari WHO (Word
Health Organization) pada akhir tahun 2009, 33,3 juta
orang hidup dengan HIV dan 1,8 juta orang meninggal
karenanya. Dari laporan Ditjen PP dan PL Kemerdekaan
RI juga dapat dilihat jumlah kumulatif kasus AIDS di
Indonesia sampai dengan akhir Juni 2011 sebanyak
26.483 kasus.
3. 1. SEJARAH PENEMUAN KASUS HIV / AIDS PERTAMA DI DUNIA
Pada tahun 1981, Michael Gottlieb, seorang dokter muda pada University
of California di Los Angeles (UCLA), mempunyai beberapa orang pasien
yang sedang menderita sejenis pneumonia yang jarang terjadi, yaitu
pneumocystis carinii pneumonia (PCP). PCP sebelumnya hanya
ditemukan diantara pasien penderita kanker yang mengalami penekanan
sistem imun dalam tubuhnya, biasanya karena pemakaian kemoterapi.
Beberapa orang pria lainnya muncul di UCLA, juga menunjukkan gejala-
gejala PCP disamping demam tinggi yang aneh, kehilangan berat badan
dan gejala tak biasa lainnya yang berkaitan dengan menurunnya daya
imun tubuh seperti candidiasis (semacam infeksi jamur) di mulut.
Gottlieb mengharapkan bahwa orang-orang itu akan sembuh. Dia
ternyata keliru. Semua pasien itu kemudian meninggal.Gottlieb adalah
dokter pertama yang melaporkan adanya rentetan gejala yang aneh ini
pada literatur medis. Pada saat itu, sindrom tersebut belum mempunyai
nama. Barulah beberapa tahun kemudian sindrom itu diberi nama AIDS.
Selanjutnya para peneliti menyimpulkan bahwa kasus AIDS yang paling
pertama kalinya di AS, sesungguhnya terjadi pada seorang pria belasan
tahun di St. Louis.
4. 2. SEJARAH PENEMUAN KASUS HIV / AIDS PERTAMA DI INDONESIA
Sejak tahun 1987 kasus HIV/AIDS di Indonesia
menunjukkan perkembangan yang mengkhawatirkan bila
dilihat dari segi jumlah dan cara penularan.Kasus AIDS di
Indonesia pertama kali ditemukan dan diidentifikasi pada
seorang laki-laki asing di Bali yang kemudian meninggal
pada april 1987. Pada Juni 1988 di tempat yang sama juga
ditemukan orang Indonesia pertama yang meninggal
karena AIDS. Kasus ini kemudian mulai menjadi perhatian
terutama oleh kalangan tenaga kesehatan.Dari hasil
pemeriksaan darah yang dilakukan pada sekitar tahun
1990 di berbagai ibukota provinsi di Indonesia
menunjukkan bahwa infeksi HIV telah menyebar ke
berbagai provinsi meskipun prevalensinya masih rendah.
5. B. PENYEBAB HIV / AIDS
Penyebab timbulnya penyakit HIV/AIDS belum dapat
dijelaskan sepenuhnya. Tidak semua orang yang
terinfeksi virus HIV ini terjangkit penyakit AIDS
menunjukkan bahwa ada faktor-faktor lain yang berperan
di sini. Penggunaan alkohol dan obat bius, kurang gizi,
tingkat stress yang tinggi dan adanya penyakit lain
terutama penyakit yang ditularkan lewat alat kelamin
merupakan faktor-faktor yang mungkin berperan
diantaranya adalah waktu.
Penyakit AIDS disebabkan oleh virus HIV yang
menyerang sel-sel Limfosit (sel T-helper) yang berfungsi
melindungi tubuh terhadap terjadinya infeksi sehingga
daya tahan tubuh penderita berkurang dan mudah
terinfeksi oleh berbagai penyakit
6. 1. CARA PENULARAN HIV / AIDS
Lewat cairan darah
Lewat cairan sperma
dan cairan vagina
Lewat air susu ibu
2. HIV / AIDS TIDAK DITULARKAN MELALUI
• Makan dan minum bersama/pemakaian
alat makan minum bersama.
• Pemakaian fasilitas umum bersama.
• Ciuman, senggolan, pelukan dan
kegiatan sehari-hari lainnya.
• Lewat keringat/gigitan nyamuk.
7. 3. TANDA-TANDA UMUM HIV / AIDS
• Berat badan menurun lebih dari 10% dalam
waktu singkat.
• Demam tinggi berkepanjangan (lebih dari
satu bulan).
• Diare berkepanjangan (lebih dari satu bulan).
4. GEJALAH TAMBAHAN
• Batuk berkepanjangan (lebih dari satu bulan).
• Kelainan kulit dan iritasi (gatal-gatal).
• Infeksi jamur pada mulut dan kerongkongan.
• Pembengkakan kelenjar getah benih
diseluruh tubuh seperti dibawah telinga, leher,
ketiak dan lipatan paha.
8. C. PENCEGAHAN HIV /AIDS
Pencegahan penularan lewat
hubungan seks
Pencegahan penularan non-
seksual
Pencegahan penularan
perinatal
9. TINDAKAN YANG DILAKUKAN JIKA SETELAH TERKENA VIRUS
HIV / AIDS
1. Tindakan jika terjadi paparan darah / terkena darah dari
sumber
• Jika telah diberikan PPP dan sumber pajanan (darah)
ternyata diketahui HIV negatif, maka PPP harus
dihentikan.
• Pada Pajanan (darah) mengenai kulit, tindak lanjut hanya
diperlukan jika ada tanda-tanda kulit yang tidak utuh (luka,
dermatitis, abrasi).
• PPP sebaiknya diberikan secepatnya (<4 jam) dan tidak
lebih dari 72 jam. Setelah 72 jam tidak dianjurkan karena
tidak efektif.
• Setelah PPP perlu dilakukan tindak lanjut berupa
pemeriksaan laboratorium tes HIV saat terkena darah, 6
minggu, 3 bulan dan 6 bulan setelah terpapar
cairan/darah.
10. 2. Tindakan jika pasien sudah terinfeksi HIV
(berdasarkan pemeriksaan darah)
• Segera datang ke Puskesmas / RS yang
memiliki layanan VCT (Voluntary Consulting
Testing) untuk mendapatkan perawatan dan
pengobatan.
• Lakukan pemeriksaan CD4.
• Lakukan pengobatan ARV.
• Anjurkan pasangan untuk menjalani
pemeriksaan HIV.
• Datangan konselor HIV terlatih untuk konseling
lanjutan.
11. D. STIGMA HIV / AIDS
Stigma adalah bentuk prasangka (prejudice) yang
mendiskreditkan atau menolak seseorang atau kelompok
karena mereka dianggap berbeda dengan diri kita atau
kebanyakan orang.
1. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB STIGMA HIV/AIDS
stigma pada HIV/AIDS dapat disebabkan karena
adanya semacam vonis mati bagi pengidap HIV
(belum ada obat untuk sembuh), kesalahfahaman
pengertian HIV/AIDS, adanya mitos seputar
HIV/AIDS, HIV/AIDS sering dikaitkan dengan
perilaku tertentu, adanya prejudis terhadap kelompok
masyarakat tertentu karena suku, gender dan atau
orientasi seksualnya serta berita media yang bias
tentang HIV/AIDS.
12. 2. DAMPAK YANG DITIMBULKAN STIGMA HIV / AIDS
Stigma pada ODHA akan menyebabkan ODHA jadi enggan membuka
diri, takut perlakuan masyarakat dan tidak bisa bebas akses terhadap
pengobatan.
Stigma pada ODHA merupakan kesenjangan terbesar dalam upaya
pencegahan penularan HIV lebih luas, memberikan pelayanan yang
adekuat serta pengobatan dan dukungan.
3. FAKTA ADANYA STIGMA HIV / AIDS
• Soweto, Afrika Selatan.
Informan/pengasuh (ibu, nenek, bibi, saudara kandung) enggan
memberi tahu status HIV+ ke anak-anak yang bersangkutan karena
merasa adanya stigma, kurang pengetahuan dan keterampilan.
• Rumania.
Stigma menyebabkan banyak orang tua yang anaknya terinfeksi HIV
tidak mau memberitahu anaknya bahwa ia terinfeksi HIV.
13. LANJUTAN . . .
• Beberapa kelompok agama di Amerika dan tempat lain menganggap
epidemi AIDS sebagai peringatan terhadap pesan moral yang
berhubungan dengan perilaku seks, penyalahgunaan obat narkotik,
dosa dan penyakit.
• Indonesia.
HIV dan AIDS merupakan kutukan Tuhan atas umat manusia modern
yang selama ini mengingkari perintah dan ajaran agama.
14. E. KAITAN BUDAYA DAN GENDER DALAM HIV /
AIDS
1. PENGERTIAN BUDAYA DAN GENDER
a. Pengertian budaya
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama
oleh sebuah kelompok dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem
agama, politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan dan
karya seni. Alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika
berkomunikasi dengan orang dari budaya yang berbeda, ya kembali lagi
pada pengertian budaya, sesuatu hal yang rumit.
b. Pengertian gender
Kata gender dalam bahasa Indonesia dipinjam dari bahasa Inggris.
Menurut Kamus, tidak secara jelas dibedakan pengertian seks dan
gender. Echols dan Shadily (dalam Sutinah, 2004) misalnya
menyebutkan bahwa gender berarti jenis kelamin. Gender adalah
perbedaan yang tampak pada laki-laki dan perempuan apabila dilihat
dari nilai dan perilaku.
15. 2. KAITAN BUDAYA DAN GENDER DALAM HIV / AIDS
• Wanita tidak mempunyai kekuatan untuk memutuskan metode
kontrasepsi yang diinginkan, antara lain karena ketergantungan
kepada kuputusan suami (pria lebih dominan), informasi yang
kurang lengkap dari petugas kesehatan, penyediaan alat dan
obat kontrasepsi yang tidak memadai di tempat pelayanan.
• Ketidak adilan dalam mengambil tanggung jawab misalnya pada
pergaulan yang terlalu bebas, remaja putri selalu menjadi korban
dan menanggung segala akibatnya (misalnya kehamilan yang
tidak dikehendaki, putus sekolah, kekerasan terhadap wanita,
terkena HIV/AIDS, dan sebagainya).
• Wanita selalu dijadikan objek intervensi dalam program
pemberantasan IMS dan penularan HIV/AIDS, walaupun pria
sebagai konsumen justru member konstribusi yang cukup besar
dalam permasalah tersebut.
16. LANJUTAN . . .
• Setiap upaya mengurangi praktek prostitusi, kaum
wanita sebagai penjaja seks komersial selalu
menjadi objek dan tudingan sumber permasalahan,
sementara kaum pria yang mungkin menjadi sumber
penularan tidak pernah di intervensi dan dikoreksi.
• Wanita (istri) tidak kuasa menawarkan kondom jika
suami terserang IMS dan HIV/AIDS.
• Jika dulu remaja tidak bebas bergaul, khususnya
remaja putri yang tiap magrib harus ada dirumah.
Sekarang perempuan-perempuan yang masih
remaja bahkan sudah berani pulang larut malam.