SlideShare a Scribd company logo
1 of 32
ZOOLOGI INVERTEBRATA
NEMATHELMINTHES
DOSEN PENGAMPU:
Drs. SANUSI MULYADIHARJA, M.Pd.
DISUSUN OLEH :
I MADE HERI GUNAWAN 1713041010
PUTU DIAH KIRANA PURNAMA DEWI 1713041013
NGURAH GEDE PREMA WIDE WEDANTA 1713041053
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2018
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya lah makalah ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu
yang telah direncanakan.
Dalam konteks pembuatan makalah ini, penulis merasakan bahwa banyak
hambatan yang penulis hadapi. Namun, berkat dukungan dari berbagai pihak,
hambatan-hambatan tersebut dapat penulis atasi sehingga apa yang menjadi
kewajiban penulis dapat terealisasikan dengan baik. Untuk itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman sejawat yang begitu banyak telah
memberikan masukan dan motivasi kepada kelompok kami.
Disamping itu kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh
dari sebuah kesempurnaan. Oleh sebab itu kami mohon maaf apabila ada
kekurangan baik tentang teknik penulisan, isi serta wawasannya. Dalam hal ini
kami berharap agar ada kritik dan saran yang bersifat konstruktif untuk
penyempurnaan makalah ini sehingga makalah ini dapat dimanfaatkan dalam
upaya meningkatkan pendidikan dan pengetahuan secara bersama-sama.
Demikian sepatah kata pengantar yang bisa kami sampaikan jika ada yang
tidak berkenan kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kami generasi muda
tetap berjuang melalui kegiatan akademik demi peningkatan kualitas bangsa dan
negara. Atas perhatiannya terima kasih.
Singaraja, 20 Maret 2018
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.…………………………………………………….………..i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................2
1.4 Manfaat ....................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
1.1 Ciri-ciri umum dari nemathelminthes......................................................4
1.2 Klasifikasi dan karakteristik kelas ...........................................................4
1.3 Morfologi dan Fisiologi.........................................................................10
1.4 Contoh-Contoh dan Peranan Filum Nemathelminthes .........................25
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................27
3.2 Saran ......................................................................................................27
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1...............................................................................................................5
Gambar 2.2...............................................................................................................6
Gambar 2.3...............................................................................................................6
Gambar 2.4...............................................................................................................7
Gambar 2.5...............................................................................................................8
Gambar 2.6...............................................................................................................9
Gambar 2.7...............................................................................................................9
Gambar 2.8.............................................................................................................13
Gambar 2.9.............................................................................................................14
Gambar 2.10...........................................................................................................15
Gambar 2.11...........................................................................................................15
Gambar 2.12...........................................................................................................17
Gambar 2.13...........................................................................................................17
Gambar 2.14...........................................................................................................19
Gambar 2.15...........................................................................................................19
Gambar 2.16...........................................................................................................25
Gambar 2.17...........................................................................................................25
Gambar 2.18...........................................................................................................26
Gambar 2.19...........................................................................................................26
Gambar 2.20...........................................................................................................26
Gambar 2.21...........................................................................................................26
Gambar 2.22...........................................................................................................26
Gambar 2.23...........................................................................................................26
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada saat ini para ahli zoologi telah berhasil mendeskripsikan kurang lebih
satu juta spesies hewan yang terdapat di muka bumi dan kurang lebih 5%
mempunyai tulang belakang yang terkenal sebagai Vertebrata. Sisa hewan yang
ada (95%) merupakan hewan yang tidak bertulang belakang (Avertebrata). Lebih
dari sejuta spesies hewan masih hidup saat ini, dan terdapat kemungkinan bahwa
setidaknya sejuta organisme baru akan diidentifikasi oleh generasi ahli bologi
masa depan. Hewan dikelompokkan ke dalam sektar 35 filum, namun jumlah
sebenarnya bergantung pada perbedaan pandangan para ahli sistematika. Hewan
menempati hampir semua lingkungan di Bumi, tetapi anggota terbanyak sebagian
besar filum adalah spesies akuatik. Lautan yang kemungkinan merupakan tempat
asal mula jenis-jenis hewan pertama, masih merupakan rumah bagi sejumlah besar
filum hewan. Fauna air tawar sangatlah banyak, tetapi tidak sekaya
keanekaragaman fauna laut (Kastawi et al,2003,p.1).
Habitat darat menimbulkan masalah khusus bagi hewan, seperti halnya juga
bagi tumbuhan, dan beberapa filum hewan telah berhasil melakukan perjalanan
evolusi menuju daratan. Cacing tanah umumnya hanya hidup di tanah dan
vegetasi lembab. Hanya vertebrata dan arthropoda, termasuk serangga dan laba-
laba, yang diwakili oleh keanekaragaman spesies hewan yang sangat besar, yang
telah beradaptasi ke berbagai lingkungan darat. Menjalani hidup di darat yang kita
lakukan, menyebabkan pemahaman kita mengenai keanekaragaman hewan
menjadi subjektif sehingga kita lebih menyukai vertebrata, hewan bertulang
belakang, yang terwakili dengan sangat baik di lingkungan darat. Akan tetapi,
vertebrata hanya menyusun satu subfilum dalam Filum Chordata.
Keanekaragaman invertebrata dalam hal ini akan penulis akan membahas dalam
makala ini akan dibahas lebih detil tentang salah satu filum diatas yakni Filum
Nemathelminthes(Campbell,2003:213).
2
Nemathelminthes (dalam bahasa yunani, nema = benang, helminthes = cacing)
disebut sebagai cacing gilig karan tubuhnya berbentuk bulat panjang atau seperti
benang. Berbeda dengan Platyhelminthes yang belum memiliki rongga tubuh,
Nemathelminthes sudah memiliki rongga tubuh meskipun bukan rongga tubuh
sejati.Oleh karena memiliki rongga tubuh semu, Nemathelminthes disebut sebagai
hewan Pseudoselomata (Anonima,2010).
Ukuran tubuh Nemathelminthes umunya mikroskopis, meskipun ada yang
panjang nya sampai 1 meter. Individu betina berukuran lebih besar daripada
individu jantan. Tubuh berbentuk bulat panjang atau seperti benang dengan ujung-
ujung yang meruncing. Nemathelminthes hidup bebas atau parasit pada manusia,
hewan, dan tumbuhan. Nemathelminthes yang hidup bebas berperan sebagai
pengurai sampah organik, sedangkan yang parasit memperoleh makanan berupa
sari makanan dan darah dari tubuh inangnya. Habitat cacing ini berada di tanah
becek dan di dasar perairan tawar atau laut. Nemathelminthes parasit hidup dalam
inangnya (Anonima,2010).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana ciri umum dari Filum Nemathelminthes?
1.2.2 Bagaimana klasifikasi dan karakteristik kelas dari Filum
Nemathelminthes?
1.2.3 Bagaimana morfologi dan Fisiologi dari Filum Nemathelminthes?
1.2.4 Apa peranan dan contoh dari Filum Nemathelmintes?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui ciri-ciri dari nemathelminthes.
1.3.2 Mengetahui klasifikasi dan karakteristik dari nemathelminthes.
1.3.3 Mengetahui morfologi dan fisiologi dari nemathelminthes.
1.3.4 Mengetahui dan memahami contoh-contoh dari filum
Nemathelminthes.
1.3.5 Mengetahui dan memahami peranan filum Nemathelminthes.
3
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Bagi Mahasiswa
Kajian pada mata kuliah zoologi invertebrata dalam hal ini
kajian terhadap materi nemathelminthes dapat digunakan oleh para
mahasiswa atau pelajar untuk materi pembelajaran.
1.4.2 Manfaat Bagi Pembaca
Kajian materi nemathelminthes ini dapat dijadikan sebagai
refrensi dalam menunjang proses pembelajaran dan juga sebagai
sumber informasi terakait materi filum Nemathelminthes.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ciri-Ciri Umum dari Nemathelminthes
Cacing yang tergolong Nematoda mempunyai tubuh yang berbentuk silinder,
tidak beruas-ruas, tidak berapendiks, dan tidak memiliki probosis. Tubuh tertutup
kutikula yang elastis dan tersusun oleh protein. Simetri tubuhnya adalah bilateral,
memiliki tiga lapisan germinal (triploblastik).
Epidermisnya tipis tetapi membentuk empat tali longitudinal. Di bawah
epidermis terdapat satu lapis serabut otot yang terbentang secara longitudinal dan
dibagi oleh tali-tali menjadi 4 kuadrans. Saluran pencernaan makanannya lengkap,
lurus, mulut, dan anusnya terdapat pada ujung yang berbeda. Diantara dinding
tubuh dan saluran pencernaan terdapat ruangan atau rongga yang disebut
pseudosoel. Tidak memiliki organ sirkulasi dan respirasi. Organ ekskresinya
sederhana.
Sistem saraf terdiri atas cincin saraf yang mengelilingi esofagus. Cincin saraf
itu berhubungan dengan enam saraf anterior dan beberapa saraf posterior. Alat
kelaminnya terpisah, hewan jantan lebih kecil daripada yang betina. Gonad
berbentuk pembuluh dan berlanjut dengan saluran-salurannya. Alat kelamin betina
umumnya berpasangan dan bermuara pada vulva. Alat kelamin jantan biasanya
tunggal dan bermuara pada kloaka. Pembelahan dan diferensiasi sel-sel embrio
tampak jelas (Kastawi et al,2003,p.142)
2.2 Klasifikasi dan Karakteristik Kelas
2.2.1 Klasifikasi dan Karakteristik Kelas
Nemathelminthes dibagi menjadi dua kelas, yaitu kelas Nematoda dan
Nematomorpha.
a) Nematoda
Nematoda merupakan cacing benang yang umumnya berukuran
miksroskopis. Kata Nematoda berasal dari bahasa yunani, “Nema”
artinya benang, dan “toda” artinya bentuk. Hal ini karena nematoda
memiliki tubuh silindris dengan kedua ujung yang runcing sehingga
5
disebut cacing benang. Mereka telah memiliki sistem pencernaan
yang lengkap dengan faring berkembang denga cukup baik. Dinding
tubuhnya tersusun atas tiga lapisan (triploblastik), yaitu lapisan luar,
tengah, dan dalam dan tubuhnya telah memiliki rongga tubuh
pseudoaselomata. Sistem eksresi merupakan jalur tabung pengeluaran
yang akan membuang limbah melalui rongga tubuh.
Nematoda dapat hidup bebas di perairan atau daratan, ada juga yang
hidup parasit dalam tubuh manusia, hewan dan tumbuhan. Saat ini
Nematoda masih merupakan masalah yang besar bagi kesehatan manusia,
hewan ternak, dan tumbuhan yang sangat merugikan. Nematoda
merupakan hewan yang banyak terdapat di air dan tanah, sehingga tidak
jarang menimbulkan infeksi pada manusia, apalagi bagi mereka yang
tidak menjaga kebersihan dengan baik. Contohnya adalah Ascaris
Lumbricoides, Ancylostoma duodenale, Necator Americanus (Sari,2013).
Gambar 2.1 A. Struktur nematoda seperti yang digambarkan oleh Ascaris
betina. Ascaris memiliki dua ovarium dan rahim, yang terbuka ke luar oleh
pori-pori genital. B. Potongan melintang. C. hubungan sel otot dengan
hypodermis dan hypodermal cord.
6
Gambar 2.2 Ujung posterior nematoda jantan
Nematoda parasit
Hampir semua vertebrata dan banyak invertebrata diparasit oleh nematode
(Hickman et al,2003,p.162).
b) Nematomorpha
Nematophora merupakan cacing yang berbentuk bulat dengan kedua
ujung yang runcing menyerupai bentuk rambut sehingga sering disebut
cacing rambut. Tubuhnya dilapisi oleh kutikula yang polos yang tidak
bercicin. Dalam keadaan larva mereka hidup parasit dalam tubuh
manusia atau artrophoda, ketika dewasa mereka akan hidup bebas di
perairan atau daratan. Contohnya adalah Nectonema sp. (Sari,2013).
Gambar 2.3 Dirofilaria immitis di hati anjing. Nematoda ini merupakan
ancaman utama bagi kesehatan anjing di amerika utara. Cacing dewasa
7
hidup di hati, dan Dirofilaria immitis muda bersirkulasi darah dimana
mereka berpindah dan ditularkan oleh nyamuk
2.2.2 Hewan yang memiliki kemiripan ciri seperti anggota Nematoda
a) Rotifera : Hidup di air tawar dan laut, berukuran 0,4 mm-2mm,
bagian kepala dikelilingi oleh silia, disebut corona, memiliki
kutikula, umumnya memiliki bintik mata, alat pencernaan
sempurna. Contoh: Asplachna, Philodina, Rotaria
(Sutamo,2010:20)
Gambar 2.4 struktur Philodina
8
Gambar 2.5 Tubuh acoelomate, pseudocoelomate, dan eucoelomate
b) Gastrotricha : Hidup di air tawar dan laut, ukurannya hampir
sama dengan Rotifera, tidak memiliki corona, cilia hanya terdapat
pada daerah tertentu, memiliki kutikula, umumnya dilengkapi
dengan spikula dan sisik. Bagian posterior memiliki tabung
pelekat, alat pencernaan sempurna. Bentuk tubuh memanjang,
transparan, tak berwarna. Contoh: Chaetonotus, Dasydytes,
Cephalodasys (Sutamo,2010:20).
9
Gambar 2.6 Chaetonotus
c) Kinorhyncha : Panjang tubuh kurang dari 1 cm, memiliki ruas
tubuh 13-14 yang bersatu disebut zonite. Permukaan tubuh tanpa
silia, memiliki kutikula cukup tebal dengan spikula yang
bervariasi. Contoh: Echinoderella, Echinoderes (Sutamo,2010:20)
Gambar 2.7 Echinoderes, adalah cacing laut paling kecil.
segmentasi bersifat dangkal kepala dengan lingkaran duri.
d) Nematomorpha: Tubuh bulat panjang tidak bersegmen, sering
disebut cacing rambut. Ukuran tubuh bervariasi dari beberapa mm
sampai satu meter, memiliki warna kekuning-kuningan. Hewan
10
jantan umumnya berukuran lebih kecil. Ujung ekor hewan jantan
melengkung. Cacing ini mirip Nematoda. Contoh: Gordius,
Gordionus, Nectonema (Sutarno,2010:20)
2.3 Morfologi dan Fisiologi
2.3.1 Morfologi
Beberapa jenis Nemathelminthes yang hidup parasit di dalam saluran
pencernaan manusia adalah Ascaris, Ancylostoma/Necator, Wuchereria
bancrofti, dan Enterobius (Budiyanto,2013)
a) Ascaris lumbricoides (Cacing Perut)
Ascaris lumbricoides mempunyai tubuh yang panjang, berbentuk
silinder, dan runcing pada kedua ujungnya. Hewan betina berukuran 20-
29 cm dengan diameter 4-6 mm. Hewan jantan berukuran lebih kecil,
panjangnya 13-31 cm dengan diameter 2-4 mm. Permukaan tubuh pada
umumnya tidak berwarna. Kutikula luar berwarna putih kekuningan.
Warna merah pada tubuhnya disebabkan oleh adanya hemoglobin. Ujung
anterior mempunyai bentuk yang sama pada kedua jenis kelamin.
Permukaan tubuh tertutup oleh kutikula yang halus, elastis, liat,
membentuk garis-garis melintang sehingga menampakkan ruas-ruas semu
pada tubuh cacing. Pada tubuhnya yang silindris terdapat empat tali
epidermal yang tampak dari luar; dua tali dorsal dan vetral lebih sempit,
sedang yang lateral tebal.
Mulut bagian anterior dari kebanyakan Nematoda dibatasi oleh
enam bibir. Tetapi pada Ascaris menggabung menjadi satu, sehingga
tinggal tiga bibir, satu di bagian dorsal dan dua di ventrolateral. Bibir
dorsal mempunyai dua pasang papilla sensori, sedang masing-masing
bibir ventrolateral mempunyai satu pasang papila sensori. Keempat
pasang papilla sensori tersebut membentuk lingkaran bibir luar. Nematoda
juga mempunyai lingkaran bibir dalam sebanyak enam papila, tetapi pada
Ascaris dan Nematoda parasite tidak ada.
Masing-masing bibir ventrolateral mempunyai satu papilla lateral
yang disebut “am-phid”, tetapi bagian ini mengalami reduksi pada
11
Nematoda parasit. Amphid merupakan kemoreseptor olfaktorius (indra
pembau). Bibir-bibir itu mempunyai gigi yang halus. Di belakang bibir
terdapat satu pasang papila servikal, masing-masing terletak pada bagian
sisi berdekatan dengan cincin saraf. Semua papilla merupakan alat
sensori.
Di dekat ujung posterior tubuh terdapat anus dengan bibir yang
tebal. Pada yang jantan terdapat kloaka yang merupakan jalan keluarnya
spikula kitin atau seta pineal. Pada yang jantan, di dekat kloaka terdapat
penonjolan kutikula yang berupa 50 pasang papila pre-anal dan 5 pasang
post-anal. Papila-papila itu berfungsi untuk kopulasi.
Pada bagian ujung posterior juga terdapat ekor post-anal, yang
pada hewan betina lurus dan pada hewan jantan melengkung. Lubang
genital betina yang disebut vulva atau gonopor terletak pada sisi ventral
kira-kira pada sepertiga bagian panjang tubuh dari ujung anterior. Di
belakang bibir terdapat sebuah lubang ekskresi yang terletak pada bagian
midventral. Dinding tubuh terdiri atas lapisan-lapisan kutikula,
epidermis/hipodermis/subkutikula dan otot. Kutikula membentuk lapisan
paling luar, berkerut-kerut dan liat; terbentuk dari 6 lapis protein albumin
yang tahan terhadap enzim pencernaan inang, tetapi bersifat permeabel
terhadap garam dan air. Kutikula itu bukan berupa zat khitin, dan dapat
larut pada KOH.
Bagian luar dari lapisan kutikula mengandung keratin keras. Di
sebelah dalam dari lapisan keratin itu terdapat lapisan serabut halus, dan
selanjutnya lapisan protein spons yang mengandung matrisin yang kaya
dengan sulfur. Bagian yang paling dalam tersusun oleh jaringan ikat padat
yang mengandung serabut-serabut kolagen. Lapisan kutikula mengalami
pengelupasan empat kali selama hidup cacing, dan pengelupasan terjadi
hanya selama masa pertumbuhan.
Di bawah lapisan kutikula terdapat satu lapisan epidermis yang
mengalami sinsitium, sehingga terkesan sel tersebut mempunyai banyak
inti tanpa memiliki dinding sel. Inti-inti sel terletak hanya pada tali
epidermal longitudinal. Jumlah dari sel-sel epidermal sedikit. Lapisan
12
epidermis mensekresikan kutikula dan membentuk empat tali epidermal
di bagian longitudinal yang tebal. Dua dari tali itu merupakan garis lateral
yang tebal dan dua yang lain lebih tipis terletak dorsal dan ventral. Tali
lateral mengandung saluran ekskresi, sedang tali dorsal dan ventral
mengandung saraf. Epidermis dari Nematoda yang hidup bebas
mengandung kelenjar epidermal uniseluler.
Di bagian dalam epidermis, diantara tali-tali epidermal terdapat
lapisan otot yang tersusun oleh satu lapis serabut-serabut longitudinal
yang merentang sepanjang tubuh. Tiap sel otot mempunyai dua zona.
Zona luar bersifat fibrilar, bergaris melintang, dan merupakan bagian otot
yang berbentuk gelendong yang bersifat kontraktil. Zona yang lebih
dalam merupakan zona protoplasmik, dan membentuk tonjolan yang
berbentuk serabut atau ekor otot. Zona protoplasmik itu berbentuk seperti
batang dan merupakan masa protoplasma dengan satu nukleus yang
berfungsi sebagai jaringan serabut penguat.
Ekor-ekor otot dari separuh tubuh bagian atas menyisip ke dalam
tali dorsal dan bergabung pada saraf dorsal. Ekor-ekor otot pada separuh
tubuh bagian bawah menyisip ke dalam tali ventral dan bergabung dengan
saraf ventral. Otot-otot tersebut terletak pada kuadran yang dipisahkan
oleh tali longitudinal. Setiap kuadran kira-kira mempunyai 150 sel otot.
Kontraksi dari otot-otot tersebut menyebabkan tubuh meliuk-liuk.
Bilas sel-sel otot yang terdapat pada setiap kuadran jumlahnya
banyak dan merentang sampai ke dalam rongga tubuh menyebabkan
terjadinya suatu kondisi yang disebut poly-myarian. Kondisi seperti ini
terdapat pada Ascaris. Jika otot pada tiap kuadran hanya dua atau tiga dan
memipih, menyebabkan kondisi yang disebut meromyarian, misalnya
pada Oxyuris. Namun jika otot-otot itu kecil dan terkemas secara
bersama-sama dapat membentuk suatu kondisi disebut holomyarian,
misalnya yang terjadi pada Trichiuris.
Pada potongan melintang, otot-otot longitudinal menunjukkan
suatu daerah serabut poriferal yang berbentuk U menutup zona
protoplasmic yang berbentuk batang. Disamping otot-otot yang
13
membentuk dinding tubuh juga terdapat otot-otot pada: faring, vagina dari
cacing betina, dan daerah spikula daric acing jantan.
Rongga tubuh (pseudosoel) merupakan ruang yang terletak antara
dinding tubuh dengan saluran pencernaan. Pseudosoel itu dibatasi oleh
otot-otot di bagian luar dan kutikula usus di bagian dalam. Pseudosoel
terbentuk dari puing-puing sel jaringan ikat. Pada hewan muda
pseudosoel itu tersusun oleh jaringan parenkim, tetapi pada hewan dewasa
parenkim tidak ada lagi sehingga organ-organ tubuh yang ada tampak
menggantung secara bebas.
Pseudosoel mempunyai jaringan fibrous dan sel-sel tetap yang
disebut soelomosit atau pseudosoelosit. Terdapat empat sel soelomosit
yang menduduki posisi secara tetap di sepanjang tali lateral. Sel-sel itu
bercabang dan berukuran besar sehingga dapat mengisi rongga tubuh.
Vakuola-vakuola dari sel-sel besar menyebabkan terjadinya pseudosoel.
Oleh karena itu pseudosoel merupakan suatu rongga intraselular.
Pseudosoel itu terisi oleh suatu cairan jernih yang mengandung banyak
protein. Cairan itu mendistribusikan makanan yang tercerna dan
mengumpulkan sisa-sisa makanan. Organ-organ reproduksi terletak bebas
di dalam pseudosoel. Pada cacing yang hidup bebas pseudosolosit
berukuran kecil dan jumlahnya banyak (Kaswari et al,2003,p.143-146)
Gambar 2.8 Daur hidup Ascaris lumbricoides
14
Gambar 2.9 A. Cacing perut Ascaris lumbricoides, jantan dan betina. Jantan
(atas) lebih kecil dan memiliki karakteristik tajam di ujung ekor. Betina
nematoda besar ini mungkin panjangnya lebih dari 30 cm. B. usus babi,
hampir tersumbat oleh Ascaris suum. Infeksi berat semacam itu juga cukup
umum terjadi pada Ascaris lumbricoides pada manusia.
b) Ancylostoma/Necator (Cacing Tambang)
Cacing ini dikenal sebagai cacing tambang yang persebarannya di
daerah tropis Asia dan Afrika. Di daerah Amerika terdapat cacing serupa
yang dikenal sebagai Necator americanus. Cacing tambang berukuran 1 -
1,5 cm dan bersifat parasit dalam usus manusia. Pada mulutnya terdapat
kait berupa gigi dari kitin untuk melekat dan melukai dinding usus
inangnya. Cacing ini mengisap darah inang sehingga dapat
mengakibatkan anemia yang disebabkan oleh pendarahan pada bekas
gigitan cacing karena cacingnya mengeluarkan antikoagulan ketika ia
mengisap darah. Akibatnya dapat menurunkan gairah kerja serta
menurunkan produktivitas. Penyakit yang disebabkan oleh cacing
tambang disebut ankilostomiasis.
Cacing dewasa hidup di rongga usus halus, dengan mulut melekat
pada mukosa dinding usus. Cacing betina menghasilkan 9.000 - 10.000
butir telur per hari. Cacing betina mempunyai panjang 1 cm dan cacing
jantan kira - kira 0.8 cm. Cacing dewasa berbentuk huruf S atau C dan di
dalam mulutnya ada sepasang gigi. Rongga mulutnya sangat besar.
Cacing jantan mempunyai bursa kopulatriks. Telur cacing tambang
besarnya kira - kira 60 x 40 mikron, berbentuk bujur, dan mempunyai
dinding yang tipis. Di dalamnya terdapat beberapa sel di antaranya larva
15
rabditiform yang panjangnya kira - kira 250 mikron dan larva filariform
yang panjangnya kira - kira 600 mikron. Pada daur hidupnya telur
menetas di tanah yang becek menjadi larva. Larva menembus kulit
telapak kaki, kemudian masuk ke peredaran darah. Cacing dewasanya
berada di usus halus, menempel pada dinding usus halus, dan mengisap
darah (Budiyanto,2013)
Gambar 2.10 Daur Hidup Ancylostoma/Necator
Gambar 2.11 Bagian anterior cacing tambang yang menempel pada usus
anjing. Perhatikan gambar mulut tajam yang mengggit sedikit mukosa dari
otot yang tebal faring menghisap darah. Kelenjar esofagus mengeluarkan
antikoagulan untuk mencegah penggumpalan darah.
16
c) Wuchereria bancrofti
Cacing ini merupakan penyebab penyakit elephantiasis (penyakit kaki
gajah). Penyakit ini ditularkan melalui sektornya berupa nyamuk Culex.
Cacing dewasa hidup pada pembulus limfe manusia. Cacing dewasa
menyerupai benang, berwarna putih kekuning - kuningan. Cacing betina
berukuran 90 - 100 x 0,25 mm, ekornya lurus dan ujungnya tumpul serta
uterusnya berpasangan. Cacing jantan berukuran 35 - 40 x 0,1 mm,
ekornya melingkar dan dilengkapi dua spikula. Cacing betina
mengeluarkan mikrofilaria bersarung dan berukuran 250 - 300 x 7 - 8
mikron. Mikrofilaria terdapat di dalam darah dan paling sering ditemukan
di aliran darah tepi, tetapi pada waktu tertentu saja. Pada umumnya
mikrofilaria cacing ini mempunyai periodisitas nokturna karena
mikrofilaria dalam darah tepi banyak ditemukan pada malam hari,
sedangkan pada siang hari mikrofilaria terdapat di kapiler organ - organ
viseral (jantung, ginjal, paru - paru, dan sebagainya).
Untuk melengkapi daur hidupnya, Wuchereria bancrofti membutuhkan
manusia (inang sesungguhnya) dan nyamuk (inang perantara). Nyamuk
terinfeksi dengan menelan mikrofilaria yang terisap bersama - sama
dengan darah. Di dalam lambung nyamuk, mikrofilaria melepaskan
sarungnya dan berkembang menjadi larva stadium 1 (L - 1), larva stadium
2 (L - 2), dan larva stadium 3 (L - 3) dalam otot toraks dan kepala. L - 1
memiliki panjang 135 - 375 mikron, bentuknya seperti sosis, ekornya,
memanjang dan lancip, dan masa perkembangannya 0,5 - 5,5 hari (di
toraks). L - 2 memiliki panjang 310 - 1.370 mikron, bentuknya gemuk dan
lebih panjang daripada L - 1, ekornya pendek membentuk kerucut, dan
masa perkembangannya antara 6,5 - 9,5 hari (di toraks dan kepala). L - 3
memiliki mobilitas yang cepat sekali, kadang - kadang ditemukan di
proboscis nyamuk sehingga larva ini bersifat infektif dan ditularkan pada
manusia melalui gigitan nyamuk. Apabila L - 3 ini masuk ke dalam
jaringan manusia kemudian masuk ke sistem limfatik perifer dan
bermigrasi ke saluran limfe distal dan akhirnya ke kelenjar limfe maka
17
akan tumbuh menjadi L - 4 dan L - 5 (cacing betina dan jantan dewasa)
(Budiyanto,2013).
Gambar 2.12 Daur Hidup Wuchereria bancrofti
Gambar 2.13 kaki gajah yang disebabkan oleh cacing filarial dewasa
Wuchereria bancrofti, yang hidup di bagian getah bening dan
menghalangi aliran getah bening. Wuchereria bancrofti muda yang
disebut mikrofilaria, dijerat nyamuk melalui darah, di mana mereka
berkembang ke tahap infektif dan ditransmisikan ke orang lain.
d) Enterobius vermicularis (Cacing Kremi)
Ukuran telur E. vermicularis yaitu 50 - 60 mikron x 20 - 30 mikron (rata-
rata 55 x 26 mikron). Telurnya berbentuk asimetris, tidak berwarna,
18
mempunyai dinding yang tembus sinar dan salah satu sisinya datar. Di
dalam telur terdapat bentuk larvanya. Seekor cacing betina memproduksi
telur sebanyak 11.000 butir setiap harinya selama 2 sampai 3 minggu,
sesudah itu cacing betina akan mati.
Cacing dewasa E. vermicularis berukuran kecil, berwarna putih, yang
betina jauh lebih besar daripada yang jantan. Ukuran cacing jantan adalah
2-5 mm, mempunyai sayap, dan ekornya melingkar seperti tanda tanya.
Sedangkan ukuran cacing betina adalah 8 - 13 mm x 0,4 mm, mempunyai
sayap, bulbus esofagus jelas sekali, ekornya panjang dan runcing. Uterus
cacing betina berbentuk gravid melebar dan penuh dengan telur. Bentuk
khas dari cacing dewasa ini adalah tidak terdapat rongga mulut tetapi
dijumpai adanya 3 buah bibir, bentuk esofagus bulbus ganda dan di daerah
anterior sekitar leher, kutikulumnya melebar. Pelebaran yang khas ini
disebut sayap leher (Cervical alae). Manusia merupakan satu - satunya
inang definitif E. vermicularis dan tidak diperlukan inang perantara.
Cacing dewasa betina mengandung banyak telur pada malam hari dan akan
melakukan migrasi keluar melalui anus ke daerah perianal dan pernium.
Migrasi ini disebut nocturnal migration. Di daerah perinium tersebut
cacing-cacing ini bertelur dengan cara kontraksi uterus, kemudian telur
melekat di daerah tersebut. Telur dapat menjadi larva infektir pada tempat
tersebut, terutama pada temperatur optimal 23-26 derajat celcius dalam
waktu 6 jam. Waktu yang diperlukan untuk daur hidupnya, mulai dari
tertelan telur matang sampai menjadi cacing dewasa gravid yang
bermigrasi ke daerah perianal, berlangsung kira-kira 2 minggu sampai 2
bulan. Mungkin, daurnya hanya berlangsung kira-kira 1 bulan karena
telur-telur cacing dapat ditemukan kembali pada anus paling cepat 5
minggu sesudah pengobatan (Budiyanto,2013).
19
Gambar 2.14 Daur Hidup Enterobius vermicularis
Gambar 2.15 Cacing kremi, Enterobius vermicularis. A. cacing betina dari
usus besar manusia. B. kelompok cacing kremi yang biasanya keluar di
malam hari di sekitar anus manusia, dengan menggaruk-garuk saat tidur,
kuku jari tangan dan pakaian yang terkontaminasi dapat menyebarkan cacing
ini ke semua orang.
20
2.3.2 Fisiologi
a. Sistem Gerak
Gerak pada Nematoda disebabkan oleh adanya otot-otot yang
terdapat pada dinding tubuh. Otot itu terletak diantara tali epidermal dan
membujur sepanjang tubuh. Otot itu terbagi atas empat kuadran, dua
kuadran pada sisi dorsal dan dua lain pada sisi ventral. Kontraksi dan
relaksasi dari otot-otot menyebabkan tubuh Nematoda ini memendek dan
memanjang. Koordinasi gerak dari keempat kuadran otot menyebabkan
cacing bergerak dengan cara meliuk-liuk (Kaswari et al,2003,p.146).
Otot dinding tubuh yang terdapat pada nematode semuanya
longitudinal, dan kontraksinya menghasilkan gerakan mandera yang
menyebabkan nematode dapat bergerak kesana sini (Campbell et
al,2003,p.222).
Biasanya otot diatur secara antagonis, sehingga ketika gerakan
dilakukan dalam satu arah oleh kontraksi satu kelompok otot, gerakan
kembali ke arah yang berlawanan dipengaruhi oleh kontraksi dari
serangkaian otot antagonis. Namun, nematoda tidak memiliki otot tubuh-
dinding yang melingkar untuk melawan otot longitudinal; Oleh karena
itu, kutikula harus melayani fungsi itu. Sebagai otot pada satu sisi dari
kontrak tubuh, mereka menekan kutikula di sisi itu, dan kekuatan
kontraksi ditularkan (oleh cairan di pseudocoel) ke sisi lain dari
nematoda, peregangan kutikula berfungsi untuk antagonize otot dan
peregangan tersebut adalah gaya yang mengembalikan tubuh ke posisi
istirahat ketika otot rileks; aksi ini menghasilkan gerakan thrashing
karakteristik terlihat dalam gerakan nematoda. Peningkatan efisiensi
sistem ini dapat dicapai hanya dengan peningkatan tekanan hidrostatic.
Akibatnya, tekanan hidrostatik dalam pseudocoel nematoda jauh lebih
tinggi daripada biasanya ditemukan pada jenis hewan lain dengan
kerangka hidrostatik tetapi juga memiliki kelompok otot antagonis
(Hikman et al,.2003,p.161).
21
b. Respirasi (pernapasan)
Cacing Ascaris tidak mempunyai alat respirasi. Respirasi dilakukan
secara anaerob. Energy diperoleh dengan cara mengubah glikogen
menjadi CO2 dan asam lemak yang di ekskresikan melalui kutikula.
Namun sebenarnya Ascaris dapat mengkonsumsi oksigen kalau di
lingkungannya tersedia. Jika oksigen tersedia, gas itu diambil oleh
hemoglobin yang ada di dalam dinding tubuh dan cairan pseudosoel.
Sehingga pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi secara difusi,
yaitu dengan mekanisme pertukaran zat dari tempat yang berkonsentrasi
tinggi ke tempat berkonsentrasi rendah (Kaswari et al,2003,p.147)
c. Sistem Digesti (pencernaan)
Pada Ascaris, mulut dikelilingi oleh tiga bibir. Mulut berlanjut
pada faring atau esofagus yang berbentuk silindris. Bagian belakang
faring atau esofagus itu menebal dan dilengkapi oleh kelep. Dinding
faring mempunyai serabut-serabut otot radial yang dapat melebarkan
rongga faring. Faring mempunyai tiga sel kelenjar yang bercabang.
Kelenjar itu mempunyai saluran yang menuju rongga faring. Rongga
faring mempunyai tiga lekuk longitudinal yang bagian dalamnya dilapisi
oleh kutikula.
Rongga faring yang berbentuk triradiat dan terdapat serabut-
serabut jaringan ikat yang mengarah pada kutikula yang menutupi faring
pada tiga lekukan internal. Faring atau esofagus merupakan saluran
pencernaan pada bagian depan (stomodeoum). Faring berlanjut dengan
intestin yang merupakan saluran pencernaan bagian tengah. Intestin itu
berbentuk pipih dorsoventral dan berdinding tipis. Dinding intestin
dilapisi oleh selapis epitel kolumnar. Dinding luar dan dinding dalam
dibatasi oleh kutikula yang tipis, dan tidak tertutup oleh lapisan otot.
Bagian akhir dari saluran pencernaan makanan (proktodaeum) yang
merupakan kelanjutan dari intestine adalah rectum. Bagian ini pendek
dan sempit, dindingnya mengandung serabut-serabut otot. Dindingnya
dilapisi oleh kutikula. Di dalam rectum terdapat kelenjar rectal uniseluler
yang berukuran besar, jumlahnya tiga pada betina dan enam pada jantan.
22
Bagian ujung atau rectum atau anus mempunyai bibir yang tebal. Pada
hewan jantan terdapat sebuah kloaka. Sistem pencernaan pada Ascaris
tidak dilengkapi dengan kelenjar pencernaan. Makanan yang dimasukkan
kedalam tubuhnya merupakan makanan setengah jadi yang diperoleh dari
inangnya. Cacing Ascaris juga menggigit membrane mukosa dengan
bibirnya untuk mengisap darah dan cairan jaringan dari inang. Makanan
dihisap oleh faring. Sel-sel kelenjar dari faring menghasilkan enzim, dan
intensitasnya menyerap makanan serta melaksanakan pencernaan secara
intraseluler. Kelebihan makanan disimpan sebagai cadangan glikogen
dan lemak di dalam intestin, otot, dan epidermis (Kaswari et
al,2003,p.147-149).
d. Sistem ekskresi (sistempengeluaran)
Pada Nematoda yang hidup di laut sistem ekskresinya terdiri atas
satu atau dua sel kelenjar Renette yang terletak di dalam pseudosoel
bagian ventral, di dekat perbatasan antara faring dan intestine. Saluran
yang keluar dari sel-sel Renette bergabung dan bermuara pada lubang
ekskresi yang terletak pada bagian mid-ventral. Banyak bukti
menunjukkan bahwa dari sistem kelenjar ini muncul sistem pembuluh
ekskresi yang berbentuk huruh H. pembuluh ekskresi itu mempunyai dua
saluran ekskresi longitudinal yang dihubungkan oleh jembatan kanal
transversal. Dari jembatan kanal transversal itu muncul saluran ekskresi
menuju ke lubang ekskresi. Pada Ascaris lumbricoides terdapat sebuah
saluran ekskresi longitudinal pada setiap tali lateral. Rusuk anterior dari
sel yang berbentuk huruf H mengalami reduksi, dan kenal transversal
bercabang membentuk satu jaringan dari mana muncul saluran ekskresi
umum yang pendek. Saluran umum itu berakhir pada lubang ekskresi
yang terletak di bagian ventral di belakang bibir. Sistem ekskresi pada
cacing ini tidak dilengkapi dengan lubang-lubang internal, silia, dan sel
api (Kaswari et al,2003,p.149).
23
e. Sistem koordinasi
Sistem saraf meliputi sebuah cincin sirkum faringeal yang
mengelilingi faring. Cincin saraf itu tersusun oleh serabut-serabut saraf
dan sel-sel saraf difus. Cincin saraf sirkumfaringeal itu berhubungan
dengan banyak ganglion, ada ganglion dorsal yang tidak berpasangan dan
ganglion subdorsal yang berpasangan. Pada setiap sisi dari cincin saraf
sirkumfringeal terdapat sebuah ganglion lateral yang terbagi menjadi
enam ganglion. Pada sisi bawah dari cincin saraf terdapat satu pasang
ganglion ventral yang berukuran besar. Masing-masing ganglion
mempunyai sel-sel saraf yang jumlahnya tetap. Dari cincin
sirkumfringeal keluar enam saraf kecil ke arah anterior. Dan enam cincin
sirkumfringeal serabut saraf posterior yang membentang sampai ke ujung
posterior. Antara keenam serabut saraf tersebut, satu terletak pada dorsal,
satu pada mid ventral, dan sisanya pada tali ventral dan dorsal. Saraf mid
ventral merupakan saraf utama dan berhubungan dengan ganglion-
ganglion pada bagian anterior. Saraf mid ventral ini disebut dengan tali
saraf. Saraf yang terdapat pada bagian anus atau saluran ekskresi
merupakan satu pasang saraf dorsolateral dan satu pasang saraf
ventrolateral. Saraf dorsal dan ventral dihubungkan oleh sejumlah
komisura transversal. Sedangkan saraf ventral dan lateral dihubungkan
oleh komisura ventrolateral (Kaswari et al,2003,p.149-150).
f. Sistem reproduksi
Nematoda merupakan hewan berkelamin tunggal, artinya alat
kelamin jantan dan betina terpisah. Hewan jantan dan betina dapat
dibedakan dengan jelas berdasarkan penampakan dari luar. Hewan jantan
mempunyai ukuran lebih kecil dari hewan betina, dan mempunyai ekor
yang melengkung. Gonad yang berbentuk pembuluh yang dilanjutkan
dengan saluran-salurannya. Gonad terletak di dalam preudosoel yang
menggantung secara bebas. Sistem alat kelamin jantan mengalami
reduksi sehingga hanya tinggal satu, sedangkan sistem kelamin betina
ada dua buah. Organ kelamin jantan terletak pada separuh tubuh bagian
posterior. Testesnya satu, panjang, menggulung, dan berlanjut menjadi
24
saluran vas deferens yang memiliki ukuran diameter sama. Vas deferens
menggabung dengan vesikula seminalis, yang dindingnya berotot dan
terletak pada sepertiga tubuh bagian posterior. Visikula seminalis tersalur
ke saluran ejakulasi yang pendek, sempit, dan bermuara pada kloaka.
Kloaka membuka ke arah luar tubuh oleh aperture kloaka. Di bagian
dorsal kloaka terdapat satu pasang kantong muscular yang disebut
kantung spikula. Kedua kantung spikula bersatu untuk bergabung dengan
kloaka. Kantong-kantung spikula mengandung satu pasang seta pineal
atau spikula yang bersifat kutikular dengan inti sitoplasma. Seta pineal
itu berfungsi untuk kopulasi, yaitu untuk membuka lubang genital betina
dan membantu menyalurkan sperma. Penyaluran sprema dibantu oleh
satu sempengan khitin (gubernakulum) yang trletak pada dinding kloaka.
Organ kelamin betina bersifat “didelfik” artinya jumlahnya ada
dua. Organ ini terletak pada dua pertiga bagian tubuh dari arah posterior.
Ovarinya berjumlah dua berbentuk benang yang menggulung. Ovari
mempunyai saluran telur (oviduk) yang berukuran lebar. Oviduk menuju
ke uterus yang dindingnya berotot. Uterus mempunyai satu lapisan dalam
yang tebal dan tersusun oleh otot sirkular, sedangkan lapisan luar yang
tipis tersusun oleh otot obliq/serong. Bagian awal dari uterus berfungsi
sebagai reseptakulum seminalis yang berfungsi untuk menyimpan sperma
dan tempat terjadinya fertilisasi. Bagian berikutnya dari uterus berfungsi
untuk menyimpan telur yang sudah dibuahi, dan dindingnya dapat
memproduksi kuning telur dan bahan bahan penyusun cangkang telur.
Lubang vagina atau vulva terletak pada sepertiga bagian tubuh dari arah
anterior. Pada Nematoda tertentu bagian ujung vagina membentuk
“evojaktor” yang bersifat muskular. Gerakan peristaltic dari ovojektor
menekan telur keluar satu persatu melalui gonopor.
Gonad yang hologenik, sel-sel germ muncul di sepanjang gonad.
Pada gonad yang bersifat telogonik, sel-sel germ muncul hanya pada
ujung proksimal yang disebut zona germinal. Ujung yang lain dari gonad
telegonik merupakan zona pertumbuhan yang merupakan tempat
membesarnya gametogonia. Di dalam ovary, telur-telur yang tumbuh
25
memanjang tertata secara radial mengelilingi sebuah rakhis sitoplasmik
sentral. Perkembangan sperma yang bersifat amoeboid dalam testis,
dikemas di sekitar rakhis sentral. Pada bagian akhir gonad, gametosit-
gametosit terbentuk dan terbebas dari rakhis. Pada tempat ini gametosit
mengalami pematangan untuk membentuk sel telur dan sperma (Kaswari
et al,2003,p.153-155).
2.4 Contoh-Contoh dan Peranan Filum Nemathelminthes
Menurut Efendi (2013) contoh filum nemathelminthes antara lain:
1) Ascaris lumbricroides, cacing perut pada manusia
2) Ascaris megalocephala , cacing perut pada kuda
3) Ascaris suilae, cacing perut pada babi
4) Ancylostoma duodenale , cacing tambang
5) Necator americanus , cacing tambang di Amerika tropis
6) Oxyuris/Enterobius vermicularis , cacing kremi
7) Trichinella spirallis, cacing otot pada manusia
8) Trichuris, cacing cambuk
9) Wuchereria/Filaria bancrofti , penyebab kaki gajah
10) Strongyloides sp., infeksi melalui luka
11) Loa sp., cacing mata
12) Onchocerca sp., cacing pembuta
13) Heterodera radicicota, cacing akar
Gambar 2.16Ascaris lumbricroides Gambar 2.17 Ascaris megalocephala
26
Gambar 2.18 Ancylostoma duodenale Gambar 2.19 Necator americanus
Gambar 2.20 Enterobius vermicularis Gambar 2.21 Trichinella spirallis
Gambar 2.22 Loa sp. Gambar 2.23 Onchocerca sp.
2.4.1 Peranan Filum Nemathelminthes
Nemathelmintes terdiri dari dua macam ada yang bebas dan ada yang parasit. Bagi
jenis nemathelmintes yang bebas berperan dalam tanah yang becek dan didasar
perairan untuk menguraikan sampah-sampah organik. Sedangkan bagi
nemathelmintes yang parasit manusia dan hewan dalam tubuh inangnya dan
memperoleh dengan menyerap nutrisi dan darah dari inangnya yang menyebabkan
kerugians dengan menimbulkan penyakit ascariasis, filariasis, trichinosis, dan
anemia.
27
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Cacing yang tergolong Nematoda mempunyai tubuh yang berbentuk
silinder, tidak beruas-ruas, tidak berapendiks, dan tidak memiliki
probosis. Tubuh tertutup kutikula yang elastis dan tersusun oleh
protein. Simetri tubuhnya adalah bilateral, memiliki tiga lapisan
germinal (triploblastik). Saluran pencernaan makanannya lengkap.
Tidak memiliki organ sirkulasi dan respirasi. Organ ekskresinya
sederhana. Sistem saraf terdiri atas cincin saraf yang mengelilingi
esofagus.
3.1.2 Nemathelminthes dibagi menjadi dua kelas, yaitu kelas Nematoda
dan Nematomorpha. Nematoda merupakan cacing benang yang
umumnya berukuran miksroskopis. Nematophora merupakan cacing
yang berbentuk bulat dengan kedua ujung yang runcing menyerupai
bentuk rambut sehingga sering disebut cacing rambut.
3.1.3 Nemathelmintes yang bebas berperan dalam tanah yang becek dan
didasar perairan untuk menguraikan sampah-sampah organik.
Sedangkan bagi nemathelmintes yang parasit manusia dan hewan
dalam tubuh inangnya dan memperoleh dengan menyerap nutrisi dan
darah dari inangnya yang menyebabkan kerugian dengan
menimbulkan penyakit.
3.2 Saran
Begitu melimpahnya animal diversity yang kita miliki dalam hal ini filum
Nemathelminthes yang berpengaruh bagi kehidupan manusia karena maka
dari itu generasi muda diharapkan mampu meningkatkan kepeduliannya
terhadap lingkungan dan bisa memberikan solusi terhadap permasaahan yang
terjadi sehingga mampu meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan
yang dimiliki.
28
DAFTAR PUSTAKA
Anonima 2010.Nemathelminthes.http://gurungeblog.wordpress.com/mengenal-
phylum-nemathelminthes. Diakses tanggal 11 Maret 2018.
Campbel,Neil A.,Jane B. Reece,Lisa A. Urry,Michael L. Cain,Steven A.
Wasserman,Peter V. Minorsky,dan Robert B. Jacson.2003. BIOLOGI
Edisi Kelima Jilid II. Jakarta: Erlangga.
Campbel,Neil., Jane B. Reece, Lisa A. Urry, Michael L. Cain, Steven A.
Wasserman, Peter V. Minorsky, dan Robert B. Jacson. 2008. BIOLOGI
Edisi Kedelapan Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Efendi, Irsal. 2013. “Contoh Nemathelminthes”. Dalam
http://pakirsalbiologi.blogspot.co.id/2013/03/contoh-
nemathelminthes.html. Diunduh 8 Maret 2013.
Hickman,Robert,Larson. 2003. Animal Diversity Third Edition. New York: The
McGraw-Hill Companies,Inc.
Kastawi,Yusuf; Indrawati,Endah ;Ibrohim ;Masjhudi ;Rahayu,Sofia. 2003.
Zoologi Avertebrata. Malang: JICA Experts.
Permata Sari, Ayu. 2013. “Makalah Nemathelminthes”. Dalam
http://ayudorisapta.blogspot.co.id/2013/01/makalah-
nemathelminthes.html. Diunduh 14 Januari 2013.
Sutarno,Nono.2010.”ZoologiInvertebrata”http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/J
UR._PEND._BIOLOGI/194808181974121-
NONO_SUTARNO/HAND_OUT_ZOOIN_2.pdf. Diunduh pada 10
Maret 2018.

More Related Content

What's hot

Sistem indra pada hewan
Sistem indra pada hewanSistem indra pada hewan
Sistem indra pada hewan
Hafiza Maulita
 
Power Point nemathelminthes
Power Point nemathelminthesPower Point nemathelminthes
Power Point nemathelminthes
Imawaty Yulia
 
SISTEM PEREDARAN DARAH VERTEBRATA
SISTEM PEREDARAN DARAH VERTEBRATASISTEM PEREDARAN DARAH VERTEBRATA
SISTEM PEREDARAN DARAH VERTEBRATA
nurahlina08
 
Soal dan jawaban Fisiologi Hewan
Soal dan jawaban Fisiologi HewanSoal dan jawaban Fisiologi Hewan
Soal dan jawaban Fisiologi Hewan
Rizal EnsyaMada
 

What's hot (20)

Bab 7. Osteichthyes
Bab 7. Osteichthyes Bab 7. Osteichthyes
Bab 7. Osteichthyes
 
Praktikum amfibi
Praktikum amfibiPraktikum amfibi
Praktikum amfibi
 
CACING PLANARIA SP
CACING PLANARIA SPCACING PLANARIA SP
CACING PLANARIA SP
 
Laporan Praktikum 1 Chondrichtyes
Laporan Praktikum 1 ChondrichtyesLaporan Praktikum 1 Chondrichtyes
Laporan Praktikum 1 Chondrichtyes
 
Laporan Praktikum 5 Mammalia
Laporan Praktikum 5 MammaliaLaporan Praktikum 5 Mammalia
Laporan Praktikum 5 Mammalia
 
Sistem indra pada hewan
Sistem indra pada hewanSistem indra pada hewan
Sistem indra pada hewan
 
Laporan genetika bab awal
Laporan genetika bab awalLaporan genetika bab awal
Laporan genetika bab awal
 
Porifera leucosolenia viriabilis
Porifera leucosolenia viriabilisPorifera leucosolenia viriabilis
Porifera leucosolenia viriabilis
 
Coelenterata meandrina meandrites
Coelenterata meandrina meandritesCoelenterata meandrina meandrites
Coelenterata meandrina meandrites
 
Laporan praktikum 3 tata letak daun rumus daun dan diagram daun (morfologi tu...
Laporan praktikum 3 tata letak daun rumus daun dan diagram daun (morfologi tu...Laporan praktikum 3 tata letak daun rumus daun dan diagram daun (morfologi tu...
Laporan praktikum 3 tata letak daun rumus daun dan diagram daun (morfologi tu...
 
Power Point nemathelminthes
Power Point nemathelminthesPower Point nemathelminthes
Power Point nemathelminthes
 
Biologi annelida
Biologi annelidaBiologi annelida
Biologi annelida
 
SISTEM PEREDARAN DARAH VERTEBRATA
SISTEM PEREDARAN DARAH VERTEBRATASISTEM PEREDARAN DARAH VERTEBRATA
SISTEM PEREDARAN DARAH VERTEBRATA
 
Soal dan jawaban Fisiologi Hewan
Soal dan jawaban Fisiologi HewanSoal dan jawaban Fisiologi Hewan
Soal dan jawaban Fisiologi Hewan
 
PPT Embriologi Tumbuhan - Perkembangan Embrio dan Biji
PPT Embriologi Tumbuhan - Perkembangan Embrio dan BijiPPT Embriologi Tumbuhan - Perkembangan Embrio dan Biji
PPT Embriologi Tumbuhan - Perkembangan Embrio dan Biji
 
Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)
Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)
Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)
 
Sistem Integumen Vertebrata
Sistem Integumen VertebrataSistem Integumen Vertebrata
Sistem Integumen Vertebrata
 
Pencernaan bintang laut (heri, angga m, naufan)
Pencernaan bintang laut (heri, angga m, naufan)Pencernaan bintang laut (heri, angga m, naufan)
Pencernaan bintang laut (heri, angga m, naufan)
 
Makalah tumbuhan paku
Makalah tumbuhan pakuMakalah tumbuhan paku
Makalah tumbuhan paku
 
PPT Morfologi Tumbuhan - Simetri Bunga, Rumus Bunga, dan Diagram Bunga
PPT Morfologi Tumbuhan - Simetri Bunga, Rumus Bunga, dan Diagram BungaPPT Morfologi Tumbuhan - Simetri Bunga, Rumus Bunga, dan Diagram Bunga
PPT Morfologi Tumbuhan - Simetri Bunga, Rumus Bunga, dan Diagram Bunga
 

Similar to Makalah Nemathelminthes

4b092e952b1c6b26847fa10748ebcc2b
4b092e952b1c6b26847fa10748ebcc2b4b092e952b1c6b26847fa10748ebcc2b
4b092e952b1c6b26847fa10748ebcc2b
revinaa1
 
Buku Biologi SMA Kelas XI Suwarno
Buku Biologi SMA Kelas XI SuwarnoBuku Biologi SMA Kelas XI Suwarno
Buku Biologi SMA Kelas XI Suwarno
Rian Maulana
 
Makalah celicerata
Makalah celicerataMakalah celicerata
Makalah celicerata
R Januari
 
Laporan Resmi Praktikum Fisiologi Ternak
Laporan Resmi Praktikum Fisiologi TernakLaporan Resmi Praktikum Fisiologi Ternak
Laporan Resmi Praktikum Fisiologi Ternak
Universitas Diponegoro
 
Buku Biologi SMA Kelas XII Subardi
Buku Biologi SMA Kelas XII SubardiBuku Biologi SMA Kelas XII Subardi
Buku Biologi SMA Kelas XII Subardi
Rian Maulana
 
7. PANDUAN PRAKTIKUM ANFISMAN.docx
7. PANDUAN PRAKTIKUM ANFISMAN.docx7. PANDUAN PRAKTIKUM ANFISMAN.docx
7. PANDUAN PRAKTIKUM ANFISMAN.docx
RahmadFajar5
 
Makalah nematoda
Makalah nematoda Makalah nematoda
Makalah nematoda
R Januari
 

Similar to Makalah Nemathelminthes (20)

MAKALAH ANNELIDA
MAKALAH ANNELIDAMAKALAH ANNELIDA
MAKALAH ANNELIDA
 
4b092e952b1c6b26847fa10748ebcc2b
4b092e952b1c6b26847fa10748ebcc2b4b092e952b1c6b26847fa10748ebcc2b
4b092e952b1c6b26847fa10748ebcc2b
 
Buku Biologi SMA Kelas XI Suwarno
Buku Biologi SMA Kelas XI SuwarnoBuku Biologi SMA Kelas XI Suwarno
Buku Biologi SMA Kelas XI Suwarno
 
Mari belajar ipa untuk kelas 2 - sjaeful anwar
Mari belajar ipa untuk kelas 2  - sjaeful anwarMari belajar ipa untuk kelas 2  - sjaeful anwar
Mari belajar ipa untuk kelas 2 - sjaeful anwar
 
Makalah celicerata
Makalah celicerataMakalah celicerata
Makalah celicerata
 
Artikel Tugas kimia dasar artikel ilmiah populer (bahaya plastik bagi kehidupan)
Artikel Tugas kimia dasar artikel ilmiah populer (bahaya plastik bagi kehidupan)Artikel Tugas kimia dasar artikel ilmiah populer (bahaya plastik bagi kehidupan)
Artikel Tugas kimia dasar artikel ilmiah populer (bahaya plastik bagi kehidupan)
 
Jaringan Tumbuhan dan Hewan Untuk Kelas XI SMA
Jaringan Tumbuhan dan Hewan Untuk Kelas XI SMAJaringan Tumbuhan dan Hewan Untuk Kelas XI SMA
Jaringan Tumbuhan dan Hewan Untuk Kelas XI SMA
 
ORGANISASI KEHIDUPAN DAN SALING KETERGANTUNGAN ANTARA MAHLUK HIDUP, SERTA PEN...
ORGANISASI KEHIDUPAN DAN SALING KETERGANTUNGAN ANTARA MAHLUK HIDUP, SERTA PEN...ORGANISASI KEHIDUPAN DAN SALING KETERGANTUNGAN ANTARA MAHLUK HIDUP, SERTA PEN...
ORGANISASI KEHIDUPAN DAN SALING KETERGANTUNGAN ANTARA MAHLUK HIDUP, SERTA PEN...
 
E_BOOK.BIO.XII Suwarno.pdf
E_BOOK.BIO.XII Suwarno.pdfE_BOOK.BIO.XII Suwarno.pdf
E_BOOK.BIO.XII Suwarno.pdf
 
Buku Anatomi Versi Link.pdf
Buku Anatomi Versi Link.pdfBuku Anatomi Versi Link.pdf
Buku Anatomi Versi Link.pdf
 
Proposal kedelai
Proposal kedelaiProposal kedelai
Proposal kedelai
 
Laporan Resmi Praktikum Fisiologi Ternak
Laporan Resmi Praktikum Fisiologi TernakLaporan Resmi Praktikum Fisiologi Ternak
Laporan Resmi Praktikum Fisiologi Ternak
 
Contoh Modul
Contoh Modul Contoh Modul
Contoh Modul
 
1.PenuntunAnatomiTumbuhan.pdf
1.PenuntunAnatomiTumbuhan.pdf1.PenuntunAnatomiTumbuhan.pdf
1.PenuntunAnatomiTumbuhan.pdf
 
Buku Biologi SMA Kelas XII Subardi
Buku Biologi SMA Kelas XII SubardiBuku Biologi SMA Kelas XII Subardi
Buku Biologi SMA Kelas XII Subardi
 
Laporan praktikum simriver - Protista
Laporan praktikum simriver - ProtistaLaporan praktikum simriver - Protista
Laporan praktikum simriver - Protista
 
Sains, ipa untuk kelas 2 - sularmi
Sains, ipa untuk kelas 2  - sularmiSains, ipa untuk kelas 2  - sularmi
Sains, ipa untuk kelas 2 - sularmi
 
7. PANDUAN PRAKTIKUM ANFISMAN.docx
7. PANDUAN PRAKTIKUM ANFISMAN.docx7. PANDUAN PRAKTIKUM ANFISMAN.docx
7. PANDUAN PRAKTIKUM ANFISMAN.docx
 
Calving interval pada sapi
Calving interval pada sapiCalving interval pada sapi
Calving interval pada sapi
 
Makalah nematoda
Makalah nematoda Makalah nematoda
Makalah nematoda
 

More from Universities Pendidikan Ganesha

More from Universities Pendidikan Ganesha (20)

Reaksi Reduksi-Oksidasi
Reaksi Reduksi-OksidasiReaksi Reduksi-Oksidasi
Reaksi Reduksi-Oksidasi
 
Histologi Hati dan Pankreas
Histologi Hati dan PankreasHistologi Hati dan Pankreas
Histologi Hati dan Pankreas
 
LAPORAN INDIVIDU KKN DESA ABANG
LAPORAN INDIVIDU KKN DESA ABANGLAPORAN INDIVIDU KKN DESA ABANG
LAPORAN INDIVIDU KKN DESA ABANG
 
Laporan Akhirnya PPL Awal di SMA Negeri 2 Denpasar
Laporan Akhirnya PPL Awal di SMA Negeri 2 DenpasarLaporan Akhirnya PPL Awal di SMA Negeri 2 Denpasar
Laporan Akhirnya PPL Awal di SMA Negeri 2 Denpasar
 
Lesson plan Biology
Lesson plan BiologyLesson plan Biology
Lesson plan Biology
 
Metabolisme Mikroba
Metabolisme MikrobaMetabolisme Mikroba
Metabolisme Mikroba
 
Lembar Kerja Mahasiswa Fisiologi Tumbuhan
Lembar Kerja Mahasiswa Fisiologi TumbuhanLembar Kerja Mahasiswa Fisiologi Tumbuhan
Lembar Kerja Mahasiswa Fisiologi Tumbuhan
 
Penulisan Unsur Serapan
Penulisan Unsur SerapanPenulisan Unsur Serapan
Penulisan Unsur Serapan
 
Jenis jenis teks dalam bahasa inggris
Jenis jenis teks dalam bahasa inggrisJenis jenis teks dalam bahasa inggris
Jenis jenis teks dalam bahasa inggris
 
Naskah Audio "Menstruasi"
Naskah Audio "Menstruasi"Naskah Audio "Menstruasi"
Naskah Audio "Menstruasi"
 
Soal dan Pembahasan Sistem Koordinasi pada Manusia
Soal dan Pembahasan Sistem Koordinasi pada ManusiaSoal dan Pembahasan Sistem Koordinasi pada Manusia
Soal dan Pembahasan Sistem Koordinasi pada Manusia
 
Sistem Koordinasi pada Manusia
Sistem Koordinasi pada ManusiaSistem Koordinasi pada Manusia
Sistem Koordinasi pada Manusia
 
Pengaruh cahaya bagi pertumbuhan tanaman kacang hijau
Pengaruh cahaya bagi pertumbuhan tanaman kacang hijauPengaruh cahaya bagi pertumbuhan tanaman kacang hijau
Pengaruh cahaya bagi pertumbuhan tanaman kacang hijau
 
Enzim
EnzimEnzim
Enzim
 
Konsep esensial geografi
Konsep esensial geografiKonsep esensial geografi
Konsep esensial geografi
 
Perairan laut dan potensinya
Perairan laut dan potensinyaPerairan laut dan potensinya
Perairan laut dan potensinya
 
Kolonialisme dan imperialisme
Kolonialisme dan imperialismeKolonialisme dan imperialisme
Kolonialisme dan imperialisme
 
Mengupas penyelenggara kekuasaan negara
Mengupas penyelenggara kekuasaan negaraMengupas penyelenggara kekuasaan negara
Mengupas penyelenggara kekuasaan negara
 
Selama langit masih berwarna biru
Selama langit masih berwarna biruSelama langit masih berwarna biru
Selama langit masih berwarna biru
 
Resep membuat kentang goreng
Resep membuat kentang gorengResep membuat kentang goreng
Resep membuat kentang goreng
 

Recently uploaded

KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
DewiUmbar
 
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
subki124
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
FitriaSarmida1
 
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
EirinELS
 
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatankonsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
SuzanDwiPutra
 

Recently uploaded (20)

PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Materi Bab 6 Algoritma dan bahasa Pemrograman
Materi Bab 6 Algoritma dan bahasa  PemrogramanMateri Bab 6 Algoritma dan bahasa  Pemrograman
Materi Bab 6 Algoritma dan bahasa Pemrograman
 
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas pptsistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
 
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptxLokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
 
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
PPT kerajaan islam Maluku Utara PPT sejarah kelas XI
PPT kerajaan islam Maluku Utara PPT sejarah kelas XIPPT kerajaan islam Maluku Utara PPT sejarah kelas XI
PPT kerajaan islam Maluku Utara PPT sejarah kelas XI
 
Materi Asuransi Kesehatan di Indonesia ppt
Materi Asuransi Kesehatan di Indonesia pptMateri Asuransi Kesehatan di Indonesia ppt
Materi Asuransi Kesehatan di Indonesia ppt
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
 
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
 
MESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANG
MESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANGMESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANG
MESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANG
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Pembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi Perapotekan
Pembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi PerapotekanPembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi Perapotekan
Pembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi Perapotekan
 
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatankonsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
 
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi TrigonometriSudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 

Makalah Nemathelminthes

  • 1. ZOOLOGI INVERTEBRATA NEMATHELMINTHES DOSEN PENGAMPU: Drs. SANUSI MULYADIHARJA, M.Pd. DISUSUN OLEH : I MADE HERI GUNAWAN 1713041010 PUTU DIAH KIRANA PURNAMA DEWI 1713041013 NGURAH GEDE PREMA WIDE WEDANTA 1713041053 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2018
  • 2. ii KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya lah makalah ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Dalam konteks pembuatan makalah ini, penulis merasakan bahwa banyak hambatan yang penulis hadapi. Namun, berkat dukungan dari berbagai pihak, hambatan-hambatan tersebut dapat penulis atasi sehingga apa yang menjadi kewajiban penulis dapat terealisasikan dengan baik. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman sejawat yang begitu banyak telah memberikan masukan dan motivasi kepada kelompok kami. Disamping itu kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sebuah kesempurnaan. Oleh sebab itu kami mohon maaf apabila ada kekurangan baik tentang teknik penulisan, isi serta wawasannya. Dalam hal ini kami berharap agar ada kritik dan saran yang bersifat konstruktif untuk penyempurnaan makalah ini sehingga makalah ini dapat dimanfaatkan dalam upaya meningkatkan pendidikan dan pengetahuan secara bersama-sama. Demikian sepatah kata pengantar yang bisa kami sampaikan jika ada yang tidak berkenan kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kami generasi muda tetap berjuang melalui kegiatan akademik demi peningkatan kualitas bangsa dan negara. Atas perhatiannya terima kasih. Singaraja, 20 Maret 2018 Penulis
  • 3. iii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.…………………………………………………….………..i KATA PENGANTAR..............................................................................................ii DAFTAR ISI........................................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................iv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.........................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah....................................................................................2 1.3 Tujuan......................................................................................................2 1.4 Manfaat ....................................................................................................3 BAB II PEMBAHASAN 1.1 Ciri-ciri umum dari nemathelminthes......................................................4 1.2 Klasifikasi dan karakteristik kelas ...........................................................4 1.3 Morfologi dan Fisiologi.........................................................................10 1.4 Contoh-Contoh dan Peranan Filum Nemathelminthes .........................25 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan............................................................................................27 3.2 Saran ......................................................................................................27
  • 4. iv DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1...............................................................................................................5 Gambar 2.2...............................................................................................................6 Gambar 2.3...............................................................................................................6 Gambar 2.4...............................................................................................................7 Gambar 2.5...............................................................................................................8 Gambar 2.6...............................................................................................................9 Gambar 2.7...............................................................................................................9 Gambar 2.8.............................................................................................................13 Gambar 2.9.............................................................................................................14 Gambar 2.10...........................................................................................................15 Gambar 2.11...........................................................................................................15 Gambar 2.12...........................................................................................................17 Gambar 2.13...........................................................................................................17 Gambar 2.14...........................................................................................................19 Gambar 2.15...........................................................................................................19 Gambar 2.16...........................................................................................................25 Gambar 2.17...........................................................................................................25 Gambar 2.18...........................................................................................................26 Gambar 2.19...........................................................................................................26 Gambar 2.20...........................................................................................................26 Gambar 2.21...........................................................................................................26 Gambar 2.22...........................................................................................................26 Gambar 2.23...........................................................................................................26
  • 5. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini para ahli zoologi telah berhasil mendeskripsikan kurang lebih satu juta spesies hewan yang terdapat di muka bumi dan kurang lebih 5% mempunyai tulang belakang yang terkenal sebagai Vertebrata. Sisa hewan yang ada (95%) merupakan hewan yang tidak bertulang belakang (Avertebrata). Lebih dari sejuta spesies hewan masih hidup saat ini, dan terdapat kemungkinan bahwa setidaknya sejuta organisme baru akan diidentifikasi oleh generasi ahli bologi masa depan. Hewan dikelompokkan ke dalam sektar 35 filum, namun jumlah sebenarnya bergantung pada perbedaan pandangan para ahli sistematika. Hewan menempati hampir semua lingkungan di Bumi, tetapi anggota terbanyak sebagian besar filum adalah spesies akuatik. Lautan yang kemungkinan merupakan tempat asal mula jenis-jenis hewan pertama, masih merupakan rumah bagi sejumlah besar filum hewan. Fauna air tawar sangatlah banyak, tetapi tidak sekaya keanekaragaman fauna laut (Kastawi et al,2003,p.1). Habitat darat menimbulkan masalah khusus bagi hewan, seperti halnya juga bagi tumbuhan, dan beberapa filum hewan telah berhasil melakukan perjalanan evolusi menuju daratan. Cacing tanah umumnya hanya hidup di tanah dan vegetasi lembab. Hanya vertebrata dan arthropoda, termasuk serangga dan laba- laba, yang diwakili oleh keanekaragaman spesies hewan yang sangat besar, yang telah beradaptasi ke berbagai lingkungan darat. Menjalani hidup di darat yang kita lakukan, menyebabkan pemahaman kita mengenai keanekaragaman hewan menjadi subjektif sehingga kita lebih menyukai vertebrata, hewan bertulang belakang, yang terwakili dengan sangat baik di lingkungan darat. Akan tetapi, vertebrata hanya menyusun satu subfilum dalam Filum Chordata. Keanekaragaman invertebrata dalam hal ini akan penulis akan membahas dalam makala ini akan dibahas lebih detil tentang salah satu filum diatas yakni Filum Nemathelminthes(Campbell,2003:213).
  • 6. 2 Nemathelminthes (dalam bahasa yunani, nema = benang, helminthes = cacing) disebut sebagai cacing gilig karan tubuhnya berbentuk bulat panjang atau seperti benang. Berbeda dengan Platyhelminthes yang belum memiliki rongga tubuh, Nemathelminthes sudah memiliki rongga tubuh meskipun bukan rongga tubuh sejati.Oleh karena memiliki rongga tubuh semu, Nemathelminthes disebut sebagai hewan Pseudoselomata (Anonima,2010). Ukuran tubuh Nemathelminthes umunya mikroskopis, meskipun ada yang panjang nya sampai 1 meter. Individu betina berukuran lebih besar daripada individu jantan. Tubuh berbentuk bulat panjang atau seperti benang dengan ujung- ujung yang meruncing. Nemathelminthes hidup bebas atau parasit pada manusia, hewan, dan tumbuhan. Nemathelminthes yang hidup bebas berperan sebagai pengurai sampah organik, sedangkan yang parasit memperoleh makanan berupa sari makanan dan darah dari tubuh inangnya. Habitat cacing ini berada di tanah becek dan di dasar perairan tawar atau laut. Nemathelminthes parasit hidup dalam inangnya (Anonima,2010). 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Bagaimana ciri umum dari Filum Nemathelminthes? 1.2.2 Bagaimana klasifikasi dan karakteristik kelas dari Filum Nemathelminthes? 1.2.3 Bagaimana morfologi dan Fisiologi dari Filum Nemathelminthes? 1.2.4 Apa peranan dan contoh dari Filum Nemathelmintes? 1.3 Tujuan 1.3.1 Mengetahui ciri-ciri dari nemathelminthes. 1.3.2 Mengetahui klasifikasi dan karakteristik dari nemathelminthes. 1.3.3 Mengetahui morfologi dan fisiologi dari nemathelminthes. 1.3.4 Mengetahui dan memahami contoh-contoh dari filum Nemathelminthes. 1.3.5 Mengetahui dan memahami peranan filum Nemathelminthes.
  • 7. 3 1.4 Manfaat 1.4.1 Manfaat Bagi Mahasiswa Kajian pada mata kuliah zoologi invertebrata dalam hal ini kajian terhadap materi nemathelminthes dapat digunakan oleh para mahasiswa atau pelajar untuk materi pembelajaran. 1.4.2 Manfaat Bagi Pembaca Kajian materi nemathelminthes ini dapat dijadikan sebagai refrensi dalam menunjang proses pembelajaran dan juga sebagai sumber informasi terakait materi filum Nemathelminthes.
  • 8. 4 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Ciri-Ciri Umum dari Nemathelminthes Cacing yang tergolong Nematoda mempunyai tubuh yang berbentuk silinder, tidak beruas-ruas, tidak berapendiks, dan tidak memiliki probosis. Tubuh tertutup kutikula yang elastis dan tersusun oleh protein. Simetri tubuhnya adalah bilateral, memiliki tiga lapisan germinal (triploblastik). Epidermisnya tipis tetapi membentuk empat tali longitudinal. Di bawah epidermis terdapat satu lapis serabut otot yang terbentang secara longitudinal dan dibagi oleh tali-tali menjadi 4 kuadrans. Saluran pencernaan makanannya lengkap, lurus, mulut, dan anusnya terdapat pada ujung yang berbeda. Diantara dinding tubuh dan saluran pencernaan terdapat ruangan atau rongga yang disebut pseudosoel. Tidak memiliki organ sirkulasi dan respirasi. Organ ekskresinya sederhana. Sistem saraf terdiri atas cincin saraf yang mengelilingi esofagus. Cincin saraf itu berhubungan dengan enam saraf anterior dan beberapa saraf posterior. Alat kelaminnya terpisah, hewan jantan lebih kecil daripada yang betina. Gonad berbentuk pembuluh dan berlanjut dengan saluran-salurannya. Alat kelamin betina umumnya berpasangan dan bermuara pada vulva. Alat kelamin jantan biasanya tunggal dan bermuara pada kloaka. Pembelahan dan diferensiasi sel-sel embrio tampak jelas (Kastawi et al,2003,p.142) 2.2 Klasifikasi dan Karakteristik Kelas 2.2.1 Klasifikasi dan Karakteristik Kelas Nemathelminthes dibagi menjadi dua kelas, yaitu kelas Nematoda dan Nematomorpha. a) Nematoda Nematoda merupakan cacing benang yang umumnya berukuran miksroskopis. Kata Nematoda berasal dari bahasa yunani, “Nema” artinya benang, dan “toda” artinya bentuk. Hal ini karena nematoda memiliki tubuh silindris dengan kedua ujung yang runcing sehingga
  • 9. 5 disebut cacing benang. Mereka telah memiliki sistem pencernaan yang lengkap dengan faring berkembang denga cukup baik. Dinding tubuhnya tersusun atas tiga lapisan (triploblastik), yaitu lapisan luar, tengah, dan dalam dan tubuhnya telah memiliki rongga tubuh pseudoaselomata. Sistem eksresi merupakan jalur tabung pengeluaran yang akan membuang limbah melalui rongga tubuh. Nematoda dapat hidup bebas di perairan atau daratan, ada juga yang hidup parasit dalam tubuh manusia, hewan dan tumbuhan. Saat ini Nematoda masih merupakan masalah yang besar bagi kesehatan manusia, hewan ternak, dan tumbuhan yang sangat merugikan. Nematoda merupakan hewan yang banyak terdapat di air dan tanah, sehingga tidak jarang menimbulkan infeksi pada manusia, apalagi bagi mereka yang tidak menjaga kebersihan dengan baik. Contohnya adalah Ascaris Lumbricoides, Ancylostoma duodenale, Necator Americanus (Sari,2013). Gambar 2.1 A. Struktur nematoda seperti yang digambarkan oleh Ascaris betina. Ascaris memiliki dua ovarium dan rahim, yang terbuka ke luar oleh pori-pori genital. B. Potongan melintang. C. hubungan sel otot dengan hypodermis dan hypodermal cord.
  • 10. 6 Gambar 2.2 Ujung posterior nematoda jantan Nematoda parasit Hampir semua vertebrata dan banyak invertebrata diparasit oleh nematode (Hickman et al,2003,p.162). b) Nematomorpha Nematophora merupakan cacing yang berbentuk bulat dengan kedua ujung yang runcing menyerupai bentuk rambut sehingga sering disebut cacing rambut. Tubuhnya dilapisi oleh kutikula yang polos yang tidak bercicin. Dalam keadaan larva mereka hidup parasit dalam tubuh manusia atau artrophoda, ketika dewasa mereka akan hidup bebas di perairan atau daratan. Contohnya adalah Nectonema sp. (Sari,2013). Gambar 2.3 Dirofilaria immitis di hati anjing. Nematoda ini merupakan ancaman utama bagi kesehatan anjing di amerika utara. Cacing dewasa
  • 11. 7 hidup di hati, dan Dirofilaria immitis muda bersirkulasi darah dimana mereka berpindah dan ditularkan oleh nyamuk 2.2.2 Hewan yang memiliki kemiripan ciri seperti anggota Nematoda a) Rotifera : Hidup di air tawar dan laut, berukuran 0,4 mm-2mm, bagian kepala dikelilingi oleh silia, disebut corona, memiliki kutikula, umumnya memiliki bintik mata, alat pencernaan sempurna. Contoh: Asplachna, Philodina, Rotaria (Sutamo,2010:20) Gambar 2.4 struktur Philodina
  • 12. 8 Gambar 2.5 Tubuh acoelomate, pseudocoelomate, dan eucoelomate b) Gastrotricha : Hidup di air tawar dan laut, ukurannya hampir sama dengan Rotifera, tidak memiliki corona, cilia hanya terdapat pada daerah tertentu, memiliki kutikula, umumnya dilengkapi dengan spikula dan sisik. Bagian posterior memiliki tabung pelekat, alat pencernaan sempurna. Bentuk tubuh memanjang, transparan, tak berwarna. Contoh: Chaetonotus, Dasydytes, Cephalodasys (Sutamo,2010:20).
  • 13. 9 Gambar 2.6 Chaetonotus c) Kinorhyncha : Panjang tubuh kurang dari 1 cm, memiliki ruas tubuh 13-14 yang bersatu disebut zonite. Permukaan tubuh tanpa silia, memiliki kutikula cukup tebal dengan spikula yang bervariasi. Contoh: Echinoderella, Echinoderes (Sutamo,2010:20) Gambar 2.7 Echinoderes, adalah cacing laut paling kecil. segmentasi bersifat dangkal kepala dengan lingkaran duri. d) Nematomorpha: Tubuh bulat panjang tidak bersegmen, sering disebut cacing rambut. Ukuran tubuh bervariasi dari beberapa mm sampai satu meter, memiliki warna kekuning-kuningan. Hewan
  • 14. 10 jantan umumnya berukuran lebih kecil. Ujung ekor hewan jantan melengkung. Cacing ini mirip Nematoda. Contoh: Gordius, Gordionus, Nectonema (Sutarno,2010:20) 2.3 Morfologi dan Fisiologi 2.3.1 Morfologi Beberapa jenis Nemathelminthes yang hidup parasit di dalam saluran pencernaan manusia adalah Ascaris, Ancylostoma/Necator, Wuchereria bancrofti, dan Enterobius (Budiyanto,2013) a) Ascaris lumbricoides (Cacing Perut) Ascaris lumbricoides mempunyai tubuh yang panjang, berbentuk silinder, dan runcing pada kedua ujungnya. Hewan betina berukuran 20- 29 cm dengan diameter 4-6 mm. Hewan jantan berukuran lebih kecil, panjangnya 13-31 cm dengan diameter 2-4 mm. Permukaan tubuh pada umumnya tidak berwarna. Kutikula luar berwarna putih kekuningan. Warna merah pada tubuhnya disebabkan oleh adanya hemoglobin. Ujung anterior mempunyai bentuk yang sama pada kedua jenis kelamin. Permukaan tubuh tertutup oleh kutikula yang halus, elastis, liat, membentuk garis-garis melintang sehingga menampakkan ruas-ruas semu pada tubuh cacing. Pada tubuhnya yang silindris terdapat empat tali epidermal yang tampak dari luar; dua tali dorsal dan vetral lebih sempit, sedang yang lateral tebal. Mulut bagian anterior dari kebanyakan Nematoda dibatasi oleh enam bibir. Tetapi pada Ascaris menggabung menjadi satu, sehingga tinggal tiga bibir, satu di bagian dorsal dan dua di ventrolateral. Bibir dorsal mempunyai dua pasang papilla sensori, sedang masing-masing bibir ventrolateral mempunyai satu pasang papila sensori. Keempat pasang papilla sensori tersebut membentuk lingkaran bibir luar. Nematoda juga mempunyai lingkaran bibir dalam sebanyak enam papila, tetapi pada Ascaris dan Nematoda parasite tidak ada. Masing-masing bibir ventrolateral mempunyai satu papilla lateral yang disebut “am-phid”, tetapi bagian ini mengalami reduksi pada
  • 15. 11 Nematoda parasit. Amphid merupakan kemoreseptor olfaktorius (indra pembau). Bibir-bibir itu mempunyai gigi yang halus. Di belakang bibir terdapat satu pasang papila servikal, masing-masing terletak pada bagian sisi berdekatan dengan cincin saraf. Semua papilla merupakan alat sensori. Di dekat ujung posterior tubuh terdapat anus dengan bibir yang tebal. Pada yang jantan terdapat kloaka yang merupakan jalan keluarnya spikula kitin atau seta pineal. Pada yang jantan, di dekat kloaka terdapat penonjolan kutikula yang berupa 50 pasang papila pre-anal dan 5 pasang post-anal. Papila-papila itu berfungsi untuk kopulasi. Pada bagian ujung posterior juga terdapat ekor post-anal, yang pada hewan betina lurus dan pada hewan jantan melengkung. Lubang genital betina yang disebut vulva atau gonopor terletak pada sisi ventral kira-kira pada sepertiga bagian panjang tubuh dari ujung anterior. Di belakang bibir terdapat sebuah lubang ekskresi yang terletak pada bagian midventral. Dinding tubuh terdiri atas lapisan-lapisan kutikula, epidermis/hipodermis/subkutikula dan otot. Kutikula membentuk lapisan paling luar, berkerut-kerut dan liat; terbentuk dari 6 lapis protein albumin yang tahan terhadap enzim pencernaan inang, tetapi bersifat permeabel terhadap garam dan air. Kutikula itu bukan berupa zat khitin, dan dapat larut pada KOH. Bagian luar dari lapisan kutikula mengandung keratin keras. Di sebelah dalam dari lapisan keratin itu terdapat lapisan serabut halus, dan selanjutnya lapisan protein spons yang mengandung matrisin yang kaya dengan sulfur. Bagian yang paling dalam tersusun oleh jaringan ikat padat yang mengandung serabut-serabut kolagen. Lapisan kutikula mengalami pengelupasan empat kali selama hidup cacing, dan pengelupasan terjadi hanya selama masa pertumbuhan. Di bawah lapisan kutikula terdapat satu lapisan epidermis yang mengalami sinsitium, sehingga terkesan sel tersebut mempunyai banyak inti tanpa memiliki dinding sel. Inti-inti sel terletak hanya pada tali epidermal longitudinal. Jumlah dari sel-sel epidermal sedikit. Lapisan
  • 16. 12 epidermis mensekresikan kutikula dan membentuk empat tali epidermal di bagian longitudinal yang tebal. Dua dari tali itu merupakan garis lateral yang tebal dan dua yang lain lebih tipis terletak dorsal dan ventral. Tali lateral mengandung saluran ekskresi, sedang tali dorsal dan ventral mengandung saraf. Epidermis dari Nematoda yang hidup bebas mengandung kelenjar epidermal uniseluler. Di bagian dalam epidermis, diantara tali-tali epidermal terdapat lapisan otot yang tersusun oleh satu lapis serabut-serabut longitudinal yang merentang sepanjang tubuh. Tiap sel otot mempunyai dua zona. Zona luar bersifat fibrilar, bergaris melintang, dan merupakan bagian otot yang berbentuk gelendong yang bersifat kontraktil. Zona yang lebih dalam merupakan zona protoplasmik, dan membentuk tonjolan yang berbentuk serabut atau ekor otot. Zona protoplasmik itu berbentuk seperti batang dan merupakan masa protoplasma dengan satu nukleus yang berfungsi sebagai jaringan serabut penguat. Ekor-ekor otot dari separuh tubuh bagian atas menyisip ke dalam tali dorsal dan bergabung pada saraf dorsal. Ekor-ekor otot pada separuh tubuh bagian bawah menyisip ke dalam tali ventral dan bergabung dengan saraf ventral. Otot-otot tersebut terletak pada kuadran yang dipisahkan oleh tali longitudinal. Setiap kuadran kira-kira mempunyai 150 sel otot. Kontraksi dari otot-otot tersebut menyebabkan tubuh meliuk-liuk. Bilas sel-sel otot yang terdapat pada setiap kuadran jumlahnya banyak dan merentang sampai ke dalam rongga tubuh menyebabkan terjadinya suatu kondisi yang disebut poly-myarian. Kondisi seperti ini terdapat pada Ascaris. Jika otot pada tiap kuadran hanya dua atau tiga dan memipih, menyebabkan kondisi yang disebut meromyarian, misalnya pada Oxyuris. Namun jika otot-otot itu kecil dan terkemas secara bersama-sama dapat membentuk suatu kondisi disebut holomyarian, misalnya yang terjadi pada Trichiuris. Pada potongan melintang, otot-otot longitudinal menunjukkan suatu daerah serabut poriferal yang berbentuk U menutup zona protoplasmic yang berbentuk batang. Disamping otot-otot yang
  • 17. 13 membentuk dinding tubuh juga terdapat otot-otot pada: faring, vagina dari cacing betina, dan daerah spikula daric acing jantan. Rongga tubuh (pseudosoel) merupakan ruang yang terletak antara dinding tubuh dengan saluran pencernaan. Pseudosoel itu dibatasi oleh otot-otot di bagian luar dan kutikula usus di bagian dalam. Pseudosoel terbentuk dari puing-puing sel jaringan ikat. Pada hewan muda pseudosoel itu tersusun oleh jaringan parenkim, tetapi pada hewan dewasa parenkim tidak ada lagi sehingga organ-organ tubuh yang ada tampak menggantung secara bebas. Pseudosoel mempunyai jaringan fibrous dan sel-sel tetap yang disebut soelomosit atau pseudosoelosit. Terdapat empat sel soelomosit yang menduduki posisi secara tetap di sepanjang tali lateral. Sel-sel itu bercabang dan berukuran besar sehingga dapat mengisi rongga tubuh. Vakuola-vakuola dari sel-sel besar menyebabkan terjadinya pseudosoel. Oleh karena itu pseudosoel merupakan suatu rongga intraselular. Pseudosoel itu terisi oleh suatu cairan jernih yang mengandung banyak protein. Cairan itu mendistribusikan makanan yang tercerna dan mengumpulkan sisa-sisa makanan. Organ-organ reproduksi terletak bebas di dalam pseudosoel. Pada cacing yang hidup bebas pseudosolosit berukuran kecil dan jumlahnya banyak (Kaswari et al,2003,p.143-146) Gambar 2.8 Daur hidup Ascaris lumbricoides
  • 18. 14 Gambar 2.9 A. Cacing perut Ascaris lumbricoides, jantan dan betina. Jantan (atas) lebih kecil dan memiliki karakteristik tajam di ujung ekor. Betina nematoda besar ini mungkin panjangnya lebih dari 30 cm. B. usus babi, hampir tersumbat oleh Ascaris suum. Infeksi berat semacam itu juga cukup umum terjadi pada Ascaris lumbricoides pada manusia. b) Ancylostoma/Necator (Cacing Tambang) Cacing ini dikenal sebagai cacing tambang yang persebarannya di daerah tropis Asia dan Afrika. Di daerah Amerika terdapat cacing serupa yang dikenal sebagai Necator americanus. Cacing tambang berukuran 1 - 1,5 cm dan bersifat parasit dalam usus manusia. Pada mulutnya terdapat kait berupa gigi dari kitin untuk melekat dan melukai dinding usus inangnya. Cacing ini mengisap darah inang sehingga dapat mengakibatkan anemia yang disebabkan oleh pendarahan pada bekas gigitan cacing karena cacingnya mengeluarkan antikoagulan ketika ia mengisap darah. Akibatnya dapat menurunkan gairah kerja serta menurunkan produktivitas. Penyakit yang disebabkan oleh cacing tambang disebut ankilostomiasis. Cacing dewasa hidup di rongga usus halus, dengan mulut melekat pada mukosa dinding usus. Cacing betina menghasilkan 9.000 - 10.000 butir telur per hari. Cacing betina mempunyai panjang 1 cm dan cacing jantan kira - kira 0.8 cm. Cacing dewasa berbentuk huruf S atau C dan di dalam mulutnya ada sepasang gigi. Rongga mulutnya sangat besar. Cacing jantan mempunyai bursa kopulatriks. Telur cacing tambang besarnya kira - kira 60 x 40 mikron, berbentuk bujur, dan mempunyai dinding yang tipis. Di dalamnya terdapat beberapa sel di antaranya larva
  • 19. 15 rabditiform yang panjangnya kira - kira 250 mikron dan larva filariform yang panjangnya kira - kira 600 mikron. Pada daur hidupnya telur menetas di tanah yang becek menjadi larva. Larva menembus kulit telapak kaki, kemudian masuk ke peredaran darah. Cacing dewasanya berada di usus halus, menempel pada dinding usus halus, dan mengisap darah (Budiyanto,2013) Gambar 2.10 Daur Hidup Ancylostoma/Necator Gambar 2.11 Bagian anterior cacing tambang yang menempel pada usus anjing. Perhatikan gambar mulut tajam yang mengggit sedikit mukosa dari otot yang tebal faring menghisap darah. Kelenjar esofagus mengeluarkan antikoagulan untuk mencegah penggumpalan darah.
  • 20. 16 c) Wuchereria bancrofti Cacing ini merupakan penyebab penyakit elephantiasis (penyakit kaki gajah). Penyakit ini ditularkan melalui sektornya berupa nyamuk Culex. Cacing dewasa hidup pada pembulus limfe manusia. Cacing dewasa menyerupai benang, berwarna putih kekuning - kuningan. Cacing betina berukuran 90 - 100 x 0,25 mm, ekornya lurus dan ujungnya tumpul serta uterusnya berpasangan. Cacing jantan berukuran 35 - 40 x 0,1 mm, ekornya melingkar dan dilengkapi dua spikula. Cacing betina mengeluarkan mikrofilaria bersarung dan berukuran 250 - 300 x 7 - 8 mikron. Mikrofilaria terdapat di dalam darah dan paling sering ditemukan di aliran darah tepi, tetapi pada waktu tertentu saja. Pada umumnya mikrofilaria cacing ini mempunyai periodisitas nokturna karena mikrofilaria dalam darah tepi banyak ditemukan pada malam hari, sedangkan pada siang hari mikrofilaria terdapat di kapiler organ - organ viseral (jantung, ginjal, paru - paru, dan sebagainya). Untuk melengkapi daur hidupnya, Wuchereria bancrofti membutuhkan manusia (inang sesungguhnya) dan nyamuk (inang perantara). Nyamuk terinfeksi dengan menelan mikrofilaria yang terisap bersama - sama dengan darah. Di dalam lambung nyamuk, mikrofilaria melepaskan sarungnya dan berkembang menjadi larva stadium 1 (L - 1), larva stadium 2 (L - 2), dan larva stadium 3 (L - 3) dalam otot toraks dan kepala. L - 1 memiliki panjang 135 - 375 mikron, bentuknya seperti sosis, ekornya, memanjang dan lancip, dan masa perkembangannya 0,5 - 5,5 hari (di toraks). L - 2 memiliki panjang 310 - 1.370 mikron, bentuknya gemuk dan lebih panjang daripada L - 1, ekornya pendek membentuk kerucut, dan masa perkembangannya antara 6,5 - 9,5 hari (di toraks dan kepala). L - 3 memiliki mobilitas yang cepat sekali, kadang - kadang ditemukan di proboscis nyamuk sehingga larva ini bersifat infektif dan ditularkan pada manusia melalui gigitan nyamuk. Apabila L - 3 ini masuk ke dalam jaringan manusia kemudian masuk ke sistem limfatik perifer dan bermigrasi ke saluran limfe distal dan akhirnya ke kelenjar limfe maka
  • 21. 17 akan tumbuh menjadi L - 4 dan L - 5 (cacing betina dan jantan dewasa) (Budiyanto,2013). Gambar 2.12 Daur Hidup Wuchereria bancrofti Gambar 2.13 kaki gajah yang disebabkan oleh cacing filarial dewasa Wuchereria bancrofti, yang hidup di bagian getah bening dan menghalangi aliran getah bening. Wuchereria bancrofti muda yang disebut mikrofilaria, dijerat nyamuk melalui darah, di mana mereka berkembang ke tahap infektif dan ditransmisikan ke orang lain. d) Enterobius vermicularis (Cacing Kremi) Ukuran telur E. vermicularis yaitu 50 - 60 mikron x 20 - 30 mikron (rata- rata 55 x 26 mikron). Telurnya berbentuk asimetris, tidak berwarna,
  • 22. 18 mempunyai dinding yang tembus sinar dan salah satu sisinya datar. Di dalam telur terdapat bentuk larvanya. Seekor cacing betina memproduksi telur sebanyak 11.000 butir setiap harinya selama 2 sampai 3 minggu, sesudah itu cacing betina akan mati. Cacing dewasa E. vermicularis berukuran kecil, berwarna putih, yang betina jauh lebih besar daripada yang jantan. Ukuran cacing jantan adalah 2-5 mm, mempunyai sayap, dan ekornya melingkar seperti tanda tanya. Sedangkan ukuran cacing betina adalah 8 - 13 mm x 0,4 mm, mempunyai sayap, bulbus esofagus jelas sekali, ekornya panjang dan runcing. Uterus cacing betina berbentuk gravid melebar dan penuh dengan telur. Bentuk khas dari cacing dewasa ini adalah tidak terdapat rongga mulut tetapi dijumpai adanya 3 buah bibir, bentuk esofagus bulbus ganda dan di daerah anterior sekitar leher, kutikulumnya melebar. Pelebaran yang khas ini disebut sayap leher (Cervical alae). Manusia merupakan satu - satunya inang definitif E. vermicularis dan tidak diperlukan inang perantara. Cacing dewasa betina mengandung banyak telur pada malam hari dan akan melakukan migrasi keluar melalui anus ke daerah perianal dan pernium. Migrasi ini disebut nocturnal migration. Di daerah perinium tersebut cacing-cacing ini bertelur dengan cara kontraksi uterus, kemudian telur melekat di daerah tersebut. Telur dapat menjadi larva infektir pada tempat tersebut, terutama pada temperatur optimal 23-26 derajat celcius dalam waktu 6 jam. Waktu yang diperlukan untuk daur hidupnya, mulai dari tertelan telur matang sampai menjadi cacing dewasa gravid yang bermigrasi ke daerah perianal, berlangsung kira-kira 2 minggu sampai 2 bulan. Mungkin, daurnya hanya berlangsung kira-kira 1 bulan karena telur-telur cacing dapat ditemukan kembali pada anus paling cepat 5 minggu sesudah pengobatan (Budiyanto,2013).
  • 23. 19 Gambar 2.14 Daur Hidup Enterobius vermicularis Gambar 2.15 Cacing kremi, Enterobius vermicularis. A. cacing betina dari usus besar manusia. B. kelompok cacing kremi yang biasanya keluar di malam hari di sekitar anus manusia, dengan menggaruk-garuk saat tidur, kuku jari tangan dan pakaian yang terkontaminasi dapat menyebarkan cacing ini ke semua orang.
  • 24. 20 2.3.2 Fisiologi a. Sistem Gerak Gerak pada Nematoda disebabkan oleh adanya otot-otot yang terdapat pada dinding tubuh. Otot itu terletak diantara tali epidermal dan membujur sepanjang tubuh. Otot itu terbagi atas empat kuadran, dua kuadran pada sisi dorsal dan dua lain pada sisi ventral. Kontraksi dan relaksasi dari otot-otot menyebabkan tubuh Nematoda ini memendek dan memanjang. Koordinasi gerak dari keempat kuadran otot menyebabkan cacing bergerak dengan cara meliuk-liuk (Kaswari et al,2003,p.146). Otot dinding tubuh yang terdapat pada nematode semuanya longitudinal, dan kontraksinya menghasilkan gerakan mandera yang menyebabkan nematode dapat bergerak kesana sini (Campbell et al,2003,p.222). Biasanya otot diatur secara antagonis, sehingga ketika gerakan dilakukan dalam satu arah oleh kontraksi satu kelompok otot, gerakan kembali ke arah yang berlawanan dipengaruhi oleh kontraksi dari serangkaian otot antagonis. Namun, nematoda tidak memiliki otot tubuh- dinding yang melingkar untuk melawan otot longitudinal; Oleh karena itu, kutikula harus melayani fungsi itu. Sebagai otot pada satu sisi dari kontrak tubuh, mereka menekan kutikula di sisi itu, dan kekuatan kontraksi ditularkan (oleh cairan di pseudocoel) ke sisi lain dari nematoda, peregangan kutikula berfungsi untuk antagonize otot dan peregangan tersebut adalah gaya yang mengembalikan tubuh ke posisi istirahat ketika otot rileks; aksi ini menghasilkan gerakan thrashing karakteristik terlihat dalam gerakan nematoda. Peningkatan efisiensi sistem ini dapat dicapai hanya dengan peningkatan tekanan hidrostatic. Akibatnya, tekanan hidrostatik dalam pseudocoel nematoda jauh lebih tinggi daripada biasanya ditemukan pada jenis hewan lain dengan kerangka hidrostatik tetapi juga memiliki kelompok otot antagonis (Hikman et al,.2003,p.161).
  • 25. 21 b. Respirasi (pernapasan) Cacing Ascaris tidak mempunyai alat respirasi. Respirasi dilakukan secara anaerob. Energy diperoleh dengan cara mengubah glikogen menjadi CO2 dan asam lemak yang di ekskresikan melalui kutikula. Namun sebenarnya Ascaris dapat mengkonsumsi oksigen kalau di lingkungannya tersedia. Jika oksigen tersedia, gas itu diambil oleh hemoglobin yang ada di dalam dinding tubuh dan cairan pseudosoel. Sehingga pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi secara difusi, yaitu dengan mekanisme pertukaran zat dari tempat yang berkonsentrasi tinggi ke tempat berkonsentrasi rendah (Kaswari et al,2003,p.147) c. Sistem Digesti (pencernaan) Pada Ascaris, mulut dikelilingi oleh tiga bibir. Mulut berlanjut pada faring atau esofagus yang berbentuk silindris. Bagian belakang faring atau esofagus itu menebal dan dilengkapi oleh kelep. Dinding faring mempunyai serabut-serabut otot radial yang dapat melebarkan rongga faring. Faring mempunyai tiga sel kelenjar yang bercabang. Kelenjar itu mempunyai saluran yang menuju rongga faring. Rongga faring mempunyai tiga lekuk longitudinal yang bagian dalamnya dilapisi oleh kutikula. Rongga faring yang berbentuk triradiat dan terdapat serabut- serabut jaringan ikat yang mengarah pada kutikula yang menutupi faring pada tiga lekukan internal. Faring atau esofagus merupakan saluran pencernaan pada bagian depan (stomodeoum). Faring berlanjut dengan intestin yang merupakan saluran pencernaan bagian tengah. Intestin itu berbentuk pipih dorsoventral dan berdinding tipis. Dinding intestin dilapisi oleh selapis epitel kolumnar. Dinding luar dan dinding dalam dibatasi oleh kutikula yang tipis, dan tidak tertutup oleh lapisan otot. Bagian akhir dari saluran pencernaan makanan (proktodaeum) yang merupakan kelanjutan dari intestine adalah rectum. Bagian ini pendek dan sempit, dindingnya mengandung serabut-serabut otot. Dindingnya dilapisi oleh kutikula. Di dalam rectum terdapat kelenjar rectal uniseluler yang berukuran besar, jumlahnya tiga pada betina dan enam pada jantan.
  • 26. 22 Bagian ujung atau rectum atau anus mempunyai bibir yang tebal. Pada hewan jantan terdapat sebuah kloaka. Sistem pencernaan pada Ascaris tidak dilengkapi dengan kelenjar pencernaan. Makanan yang dimasukkan kedalam tubuhnya merupakan makanan setengah jadi yang diperoleh dari inangnya. Cacing Ascaris juga menggigit membrane mukosa dengan bibirnya untuk mengisap darah dan cairan jaringan dari inang. Makanan dihisap oleh faring. Sel-sel kelenjar dari faring menghasilkan enzim, dan intensitasnya menyerap makanan serta melaksanakan pencernaan secara intraseluler. Kelebihan makanan disimpan sebagai cadangan glikogen dan lemak di dalam intestin, otot, dan epidermis (Kaswari et al,2003,p.147-149). d. Sistem ekskresi (sistempengeluaran) Pada Nematoda yang hidup di laut sistem ekskresinya terdiri atas satu atau dua sel kelenjar Renette yang terletak di dalam pseudosoel bagian ventral, di dekat perbatasan antara faring dan intestine. Saluran yang keluar dari sel-sel Renette bergabung dan bermuara pada lubang ekskresi yang terletak pada bagian mid-ventral. Banyak bukti menunjukkan bahwa dari sistem kelenjar ini muncul sistem pembuluh ekskresi yang berbentuk huruh H. pembuluh ekskresi itu mempunyai dua saluran ekskresi longitudinal yang dihubungkan oleh jembatan kanal transversal. Dari jembatan kanal transversal itu muncul saluran ekskresi menuju ke lubang ekskresi. Pada Ascaris lumbricoides terdapat sebuah saluran ekskresi longitudinal pada setiap tali lateral. Rusuk anterior dari sel yang berbentuk huruf H mengalami reduksi, dan kenal transversal bercabang membentuk satu jaringan dari mana muncul saluran ekskresi umum yang pendek. Saluran umum itu berakhir pada lubang ekskresi yang terletak di bagian ventral di belakang bibir. Sistem ekskresi pada cacing ini tidak dilengkapi dengan lubang-lubang internal, silia, dan sel api (Kaswari et al,2003,p.149).
  • 27. 23 e. Sistem koordinasi Sistem saraf meliputi sebuah cincin sirkum faringeal yang mengelilingi faring. Cincin saraf itu tersusun oleh serabut-serabut saraf dan sel-sel saraf difus. Cincin saraf sirkumfaringeal itu berhubungan dengan banyak ganglion, ada ganglion dorsal yang tidak berpasangan dan ganglion subdorsal yang berpasangan. Pada setiap sisi dari cincin saraf sirkumfringeal terdapat sebuah ganglion lateral yang terbagi menjadi enam ganglion. Pada sisi bawah dari cincin saraf terdapat satu pasang ganglion ventral yang berukuran besar. Masing-masing ganglion mempunyai sel-sel saraf yang jumlahnya tetap. Dari cincin sirkumfringeal keluar enam saraf kecil ke arah anterior. Dan enam cincin sirkumfringeal serabut saraf posterior yang membentang sampai ke ujung posterior. Antara keenam serabut saraf tersebut, satu terletak pada dorsal, satu pada mid ventral, dan sisanya pada tali ventral dan dorsal. Saraf mid ventral merupakan saraf utama dan berhubungan dengan ganglion- ganglion pada bagian anterior. Saraf mid ventral ini disebut dengan tali saraf. Saraf yang terdapat pada bagian anus atau saluran ekskresi merupakan satu pasang saraf dorsolateral dan satu pasang saraf ventrolateral. Saraf dorsal dan ventral dihubungkan oleh sejumlah komisura transversal. Sedangkan saraf ventral dan lateral dihubungkan oleh komisura ventrolateral (Kaswari et al,2003,p.149-150). f. Sistem reproduksi Nematoda merupakan hewan berkelamin tunggal, artinya alat kelamin jantan dan betina terpisah. Hewan jantan dan betina dapat dibedakan dengan jelas berdasarkan penampakan dari luar. Hewan jantan mempunyai ukuran lebih kecil dari hewan betina, dan mempunyai ekor yang melengkung. Gonad yang berbentuk pembuluh yang dilanjutkan dengan saluran-salurannya. Gonad terletak di dalam preudosoel yang menggantung secara bebas. Sistem alat kelamin jantan mengalami reduksi sehingga hanya tinggal satu, sedangkan sistem kelamin betina ada dua buah. Organ kelamin jantan terletak pada separuh tubuh bagian posterior. Testesnya satu, panjang, menggulung, dan berlanjut menjadi
  • 28. 24 saluran vas deferens yang memiliki ukuran diameter sama. Vas deferens menggabung dengan vesikula seminalis, yang dindingnya berotot dan terletak pada sepertiga tubuh bagian posterior. Visikula seminalis tersalur ke saluran ejakulasi yang pendek, sempit, dan bermuara pada kloaka. Kloaka membuka ke arah luar tubuh oleh aperture kloaka. Di bagian dorsal kloaka terdapat satu pasang kantong muscular yang disebut kantung spikula. Kedua kantung spikula bersatu untuk bergabung dengan kloaka. Kantong-kantung spikula mengandung satu pasang seta pineal atau spikula yang bersifat kutikular dengan inti sitoplasma. Seta pineal itu berfungsi untuk kopulasi, yaitu untuk membuka lubang genital betina dan membantu menyalurkan sperma. Penyaluran sprema dibantu oleh satu sempengan khitin (gubernakulum) yang trletak pada dinding kloaka. Organ kelamin betina bersifat “didelfik” artinya jumlahnya ada dua. Organ ini terletak pada dua pertiga bagian tubuh dari arah posterior. Ovarinya berjumlah dua berbentuk benang yang menggulung. Ovari mempunyai saluran telur (oviduk) yang berukuran lebar. Oviduk menuju ke uterus yang dindingnya berotot. Uterus mempunyai satu lapisan dalam yang tebal dan tersusun oleh otot sirkular, sedangkan lapisan luar yang tipis tersusun oleh otot obliq/serong. Bagian awal dari uterus berfungsi sebagai reseptakulum seminalis yang berfungsi untuk menyimpan sperma dan tempat terjadinya fertilisasi. Bagian berikutnya dari uterus berfungsi untuk menyimpan telur yang sudah dibuahi, dan dindingnya dapat memproduksi kuning telur dan bahan bahan penyusun cangkang telur. Lubang vagina atau vulva terletak pada sepertiga bagian tubuh dari arah anterior. Pada Nematoda tertentu bagian ujung vagina membentuk “evojaktor” yang bersifat muskular. Gerakan peristaltic dari ovojektor menekan telur keluar satu persatu melalui gonopor. Gonad yang hologenik, sel-sel germ muncul di sepanjang gonad. Pada gonad yang bersifat telogonik, sel-sel germ muncul hanya pada ujung proksimal yang disebut zona germinal. Ujung yang lain dari gonad telegonik merupakan zona pertumbuhan yang merupakan tempat membesarnya gametogonia. Di dalam ovary, telur-telur yang tumbuh
  • 29. 25 memanjang tertata secara radial mengelilingi sebuah rakhis sitoplasmik sentral. Perkembangan sperma yang bersifat amoeboid dalam testis, dikemas di sekitar rakhis sentral. Pada bagian akhir gonad, gametosit- gametosit terbentuk dan terbebas dari rakhis. Pada tempat ini gametosit mengalami pematangan untuk membentuk sel telur dan sperma (Kaswari et al,2003,p.153-155). 2.4 Contoh-Contoh dan Peranan Filum Nemathelminthes Menurut Efendi (2013) contoh filum nemathelminthes antara lain: 1) Ascaris lumbricroides, cacing perut pada manusia 2) Ascaris megalocephala , cacing perut pada kuda 3) Ascaris suilae, cacing perut pada babi 4) Ancylostoma duodenale , cacing tambang 5) Necator americanus , cacing tambang di Amerika tropis 6) Oxyuris/Enterobius vermicularis , cacing kremi 7) Trichinella spirallis, cacing otot pada manusia 8) Trichuris, cacing cambuk 9) Wuchereria/Filaria bancrofti , penyebab kaki gajah 10) Strongyloides sp., infeksi melalui luka 11) Loa sp., cacing mata 12) Onchocerca sp., cacing pembuta 13) Heterodera radicicota, cacing akar Gambar 2.16Ascaris lumbricroides Gambar 2.17 Ascaris megalocephala
  • 30. 26 Gambar 2.18 Ancylostoma duodenale Gambar 2.19 Necator americanus Gambar 2.20 Enterobius vermicularis Gambar 2.21 Trichinella spirallis Gambar 2.22 Loa sp. Gambar 2.23 Onchocerca sp. 2.4.1 Peranan Filum Nemathelminthes Nemathelmintes terdiri dari dua macam ada yang bebas dan ada yang parasit. Bagi jenis nemathelmintes yang bebas berperan dalam tanah yang becek dan didasar perairan untuk menguraikan sampah-sampah organik. Sedangkan bagi nemathelmintes yang parasit manusia dan hewan dalam tubuh inangnya dan memperoleh dengan menyerap nutrisi dan darah dari inangnya yang menyebabkan kerugians dengan menimbulkan penyakit ascariasis, filariasis, trichinosis, dan anemia.
  • 31. 27 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan 3.1.1 Cacing yang tergolong Nematoda mempunyai tubuh yang berbentuk silinder, tidak beruas-ruas, tidak berapendiks, dan tidak memiliki probosis. Tubuh tertutup kutikula yang elastis dan tersusun oleh protein. Simetri tubuhnya adalah bilateral, memiliki tiga lapisan germinal (triploblastik). Saluran pencernaan makanannya lengkap. Tidak memiliki organ sirkulasi dan respirasi. Organ ekskresinya sederhana. Sistem saraf terdiri atas cincin saraf yang mengelilingi esofagus. 3.1.2 Nemathelminthes dibagi menjadi dua kelas, yaitu kelas Nematoda dan Nematomorpha. Nematoda merupakan cacing benang yang umumnya berukuran miksroskopis. Nematophora merupakan cacing yang berbentuk bulat dengan kedua ujung yang runcing menyerupai bentuk rambut sehingga sering disebut cacing rambut. 3.1.3 Nemathelmintes yang bebas berperan dalam tanah yang becek dan didasar perairan untuk menguraikan sampah-sampah organik. Sedangkan bagi nemathelmintes yang parasit manusia dan hewan dalam tubuh inangnya dan memperoleh dengan menyerap nutrisi dan darah dari inangnya yang menyebabkan kerugian dengan menimbulkan penyakit. 3.2 Saran Begitu melimpahnya animal diversity yang kita miliki dalam hal ini filum Nemathelminthes yang berpengaruh bagi kehidupan manusia karena maka dari itu generasi muda diharapkan mampu meningkatkan kepeduliannya terhadap lingkungan dan bisa memberikan solusi terhadap permasaahan yang terjadi sehingga mampu meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan yang dimiliki.
  • 32. 28 DAFTAR PUSTAKA Anonima 2010.Nemathelminthes.http://gurungeblog.wordpress.com/mengenal- phylum-nemathelminthes. Diakses tanggal 11 Maret 2018. Campbel,Neil A.,Jane B. Reece,Lisa A. Urry,Michael L. Cain,Steven A. Wasserman,Peter V. Minorsky,dan Robert B. Jacson.2003. BIOLOGI Edisi Kelima Jilid II. Jakarta: Erlangga. Campbel,Neil., Jane B. Reece, Lisa A. Urry, Michael L. Cain, Steven A. Wasserman, Peter V. Minorsky, dan Robert B. Jacson. 2008. BIOLOGI Edisi Kedelapan Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Efendi, Irsal. 2013. “Contoh Nemathelminthes”. Dalam http://pakirsalbiologi.blogspot.co.id/2013/03/contoh- nemathelminthes.html. Diunduh 8 Maret 2013. Hickman,Robert,Larson. 2003. Animal Diversity Third Edition. New York: The McGraw-Hill Companies,Inc. Kastawi,Yusuf; Indrawati,Endah ;Ibrohim ;Masjhudi ;Rahayu,Sofia. 2003. Zoologi Avertebrata. Malang: JICA Experts. Permata Sari, Ayu. 2013. “Makalah Nemathelminthes”. Dalam http://ayudorisapta.blogspot.co.id/2013/01/makalah- nemathelminthes.html. Diunduh 14 Januari 2013. Sutarno,Nono.2010.”ZoologiInvertebrata”http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/J UR._PEND._BIOLOGI/194808181974121- NONO_SUTARNO/HAND_OUT_ZOOIN_2.pdf. Diunduh pada 10 Maret 2018.