SlideShare a Scribd company logo
MAKALAH BIOSISTEMATIK HEWAN
        “FILLUM ANNELIDA DAN PLATYHELMINTHES”
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Biosistematik Hewan yang
         yang dibina oleh Ibu Hj. Dwi Santy Damayanti, SKM., M.Kes


                                Disusun oleh:
                               KELOMPOK 1
                        Khoerunisa Nur M 1211702044
                         Rangga Rifky L 1211702061
                          Resty Maryam 1211702064
                           Rini Mulyani 1211702068
                          Seftia Maulani 1211702070
                          Tessa Fauziah 1211702078
                               BIOLOGI/III/B




                             Jurusan Biologi
                      Fakultas Sains dan Teknologi
                   UIN Sunan Gunung Djati Bandung
                                   2012
KATA PENGANTAR



       Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai
macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa
keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak,
sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh
manfaat.
       Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Dosen serta teman-teman
sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moriil maupun materil, sehingga makalah
ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
       Kami menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangan, baik dari segi tata bahasa yang kadangkala hanya
menuruti egoisme pribadi, untuk itu besar harapan kami jika ada kritik dan saran yang
membangun untuk lebih menyempurnakan makalah dilain waktu.
       Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan apa
yang saya susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang
ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari judul ini ( Filum
Annelida dan Platyhelminthes) sebagai tambahan dalam menambah referensi yang telah ada.




                                                              Bandung, 22 November 2012




                                                                   Penulis




                                              i
DAFTAR ISI




KATA PENGANTAR………………………………………………………….….i
DAFTAR ISI………………………………………………………………….…..ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG ....................................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH .................................................................................. 2
1.3 TUJUAN............................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 ANNELIDA
2.1.1 Pengertian dan Karakteristik Annelida ........................................................... 3
2.1.2 Kelas dari Filum Annelida .............................................................................. 4
2.1.3 Cara gerak Filum Annelida............................................................................. 7
2.1.4 Sistem reproduksi .......................................................................................... 8
2.1.5 Sistem Ekskresi…………………………………………………………..….8
2.1.6 Sistem transportasi........................................................................................ 11
2.1.7 Sistem respirasi ............................................................................................. 13
2.1.8 Sistem pencernaan ........................................................................................ 15
2.1.9 Sistem sirkulasi ............................................................................................. 17
2.10 Hubungan antar Filum Annelida ................................................................... 17
2.2 FILUM PLATYHELMINTHES
      2.2.1 Pengertian dan Karakteristik Filum Platyhelminthes……………….15
      2.2.2 Sistem Ekskresi……………………………………………………...16
      2.2.3 Sistem Saraf………………………………………………………....17
      2.2.4 Sistem Reproduksi…………………………………………………..17
      2.2.5 Klasifikasi Platyhelminthes…………………………………………18
      2.2.6 Peranan Platyhelminthes Bagi Kehidupan Manusia………………...24
2.3 FILUM ACOELAMORPHA
      2.3.1 Karakteristik Acoelamorpha…………………………………………24
      2.3.2 Ciri Khusus Platyhelminthes Modern………………………………..25
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan…………………………………………………………………..….28
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….29




                                                                   ii
BAB I



                                     PENDAHULUAN


1.1 LATAR BELAKANG
       Annelida adalah cacing protostome dengan tiga lapisan sel, saluran cerna dengan
mulut dan anus, sebuah dinding tubuh dengan otot membujur dan melingkar.Rongga tubuh
coelomic terbentuk karena pemisahan mesoderm embrio. Epidermis luar diselubungi oleh
kulit ari tipis, sejenis bulu-bulu chitinous (‘chaetae atau setae’).Segmentasi metamerik,yang
selalu ditunjukkan dalam muskular dan sistem saraf adalah karakteristik yang jelas.Sistem
saraf memiliki ganglion supraoesophaegal (kelompok tubuh utama sel saraf) yang disebut
otak meskipun lebih banyak daripada sensor penyampai pesan, dan kawat saraf ventral yang
yang menuju segmen ganglia memberikan segmen saraf.Terdapat sistem darah tertutup
dengan darah yang bergerak menuju pembuluh membujur dorsal. Pembuluh segmen antara
coelom dan luar digunakan untuk sekresi dan reproduksi.
       Cacing anelida adalah hewan berongga dengan segmen metamerik. Coelom anelid
dipenuhi cairan pengisi rongga tubuh disekitar mesoderm, yang menyediakan kerangka
hidrostatis yang efisien. Metameris adalah rangkaian repetisi dari bagian yang sama di
sepanjang tubuh hewan, yang dimuat oleh pemisahan primer mesoderm menjadi blok segmen
otot. Pada anelida terdapat sekat dalam (septa) antar segmen. Coelom dan metemeris
meningkatkan efektifitas kontraksi otot sehingga pergerakan aktif dapat lebih cepat daripada
hewan acoelomate. Pada waktu yang sama, kelanjutannya memberikan kerumitan yaitu ketika
coelom luas terpisah dari jaringan luar dan dalam, sistem transport diperlukan dan organ
ekskresi dan respirasi mungkin perlu berkembang. Kerumitan ini kemudian menyebabkan
perbedaan struktural dan peningkatan ukuran.
       Sebanyak 15000 spesies cacing anelida yang diketahui hidup di laut, merayap dibawah
bebatuan pantai dan di dasar laut, berenang bebas atau mencari perlindungan dari predator
dalam lubang atau tabung. Penyebaran anelida di air tawar dan daerah terrestrial hanya
sedikit, kecuali cacing tanah, yang bertahan dengan sukses, dan lintah yang menyebar luas.
Panjang anelida mulai dari 1 mm diantara butiran pasir sampai 3 m di beberapa cacing tanah
Australia.




                                               1
1.2 RUMUSAN MASALAH
   Rumusan masalah yang dikemukakan dalam makalah ini antara lain:
  1. Apakah itu Annelida?
  2. Bagaimana karakteristik hewan yang termasuk ke dalam dari filum Annelida?
  3. Kelas apa saja yang termasuk filum Annelida?
  4. Apa saja perbedaan yang terdapat pada setiap kelas Annelida?
  5. Bagaimana sistem reproduksi, sistem pernafasan, sistem ekskresi, system respirasi,
     sistem pencernaan, sistem gerak dan sistem saraf pada Annelida?
  6. Bagaimana karakteristik dari Filum Platyhelminthes dan Acoelomorpha?
  7. Klasifikasi filum Platyhelminthes dan Acoelomorpha?
  8. Bagaimana daur hidup kelas yang terdapat pada filum Platyhelminthes dan
     Acoelomorpha?
  9. Apa peranan Platyhelminthes dalam kehidupan manusia?

1.3 TUJUAN
   Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain:
     1. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana karakteristik umum Annelida
     2. Untuk mengetahui dan memahami perbedaan pada setiap kelas Annelida
     3. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana                sistem reproduksi, sistem
         pernafasan, sistem ekskresi, system respirasi, sistem pencernaan, sistem gerak dan
         sistem saraf pada Annelida
     4. Mengetahui dan memahami lebih jauh tentang filum Platyhelminthes dan
         Acoelomorpha dan peranannya dalam kehidupan manusia.




                                            2
BAB II



                                     PEMBAHASAN

2.1 FILUM ANNELIDA

  2.1.1 Pengertian dan Karakteristik Annelida
     Annelida berasal dari bahasa latin: annulus = cincin/gelang, maka sering juga disebut
 cacing gelang karena tubuhnya tersusun atas segmen yang menyerupai cincin atau gelang.
 Annelida merupakan binatang triploblastik selomata, tubuhnya bersegmen. Setiap segmen
 dibatasi oleh sekat (septum).




     Sudah memiliki sistem syaraf, pencernaan, ekskresi, reproduksi dan sistem pembuluh.
 Hidup di air tawar, laut darat atau parasit. Annelida adalah cacing protostome dengan tiga
 lapisan sel, saluran cerna dengan mulut dan anus, sebuah dinding tubuh dengan otot
 membujur dan melingkar. Annelida memiliki panjang tubuh sekitar 1mm sampai 3 m,
 tubuhnya simetri bilateral, berbentuk seperti gelang ('anellus' = cincin), memiliki alat gerak
 berupa bulu-bulu kaku pada setiap segmen dan memiliki sistem peredaran darah tertutup
 serta tubuh tertutupi oleh kutikula yang licin yang terletak diatas ephitelium.




                                              3
Rongga tubuh coelomic terbentuk karena pemisahan mesoderm embrio. Epidermis
  luar diselubungi oleh kulit ari tipis, sejenis bulu-bulu chitinous (‘chaetae atau
  setae’).Segmentasi metamerik,yang selalu ditunjukkan dalam muskular dan sistem saraf
  adalah karakteristik yang jelas.Sistem saraf memiliki ganglion supraoesophaegal
  (kelompok tubuh utama sel saraf) yang disebut otak meskipun lebih banyak daripada
  sensor penyampai pesan, dan kawat saraf ventral yang menuju segmen ganglia
  memberikan segmen saraf.Terdapat sistem darah tertutup dengan darah yang bergerak
  menuju pembuluh membujur dorsal.Pembuluh segmen antara coelom dan luar digunakan
  untuk sekresi dan reproduksi

2.1.2 Kelas dari Filum Annelida
       Filum Annelida terdiri dari tiga kelas yaitu
      1. Polychaeta
        Polychaeta (dalam bahasa yunani, poly = banyak, chaetae = rambut
        kaku). Tubuhnya dibedakan menjadi daerah kepala (prostomium)
        dengan mata, antena, dan sensor palpus. Tubuh memanjang dan
        mempunyai segmen. Mereka           memiliki sepasang struktur seperti
        dayung yang disebut parapodia (tunggal = parapodium) pada setiap
        segmen tubuhnya kecuali pada segmen terakhir. Fungsi parapodia
        adalah sebagai alat gerak dan mengandung pembuluh darah halus
        sehingga dapat berfungsi juga seperti insang untuk bernapas. Setiap
        parapodium memiliki rambut kaku yang disebut seta yang tersusun dari
        kitin. Polychaeta hidup dalam pasir atau menggali batu-batuan di daerah
        pasang surut air laut. Contoh cacing ini adalah :




                                              4
1) Eunice viridis (cacing wawo)
  2) Lysidice oele (cacing palolo)
  3) Nereis virens (kelabang laut)


   Gambar a.                          Gambar b




2. Oligochaeta
   Oligochaeta dalam bahasa yunani berasal dari dua kata yaitu oligo = sedikit dan
   chaetae = rambut kaku. Oligochaeta merupakan annelida air tawar atau terrestial
   umumnya, tanpa parapodia dan beberapa chaetae tanpa sendi. Cara makannya
   bersifat suctorial yaitu tidak memiliki rahang. Oligochaetes dikenali dengan
   ‘clitellum’ berbentuk tongkat, epiderm kental yang mengeluarkan kepompong.
   Contohnya :
          Lumbricus terrestris (cacing tanah – Eropa dan Amerika)
          Perichaeta (cacing hutan)
          Tubifex (cacing air)
          Pheretima posthurna (cacing tanah – Asia)




                                      5
Gambar c.                          Gambar d




3. Hirudina (lintah).
       Hirudina merupakan kelas annelida dengan jenis yang paling sedikit. Mereka
   memiliki ciri –cirri antara lain: tidak memiliki parapodium maupun seta pada
   segmen tubuhnya, panjang bervariasi dari 1 – 30 cm, tubuhnya pipih dengan ujung
   anterior dan posterior yang meruncing, pada anterior dan posterior terdapat alat
   pengisap yang digunakan untuk menempel dan bergerak. Lintah ada yang bersifat
   ektoparasit pada permukaan tubuh inangnya yang berupa hewan             vertebrata
   termasuk manusiadengan mengisap darah inangnya dan ada pula yang hidup bebas
   dengan memangsa invertebrata kecil seperti siput. Contoh Hirudinea parasit :
       Haemadipsa (pacet), hidup di rawa-rawa dan di hutan basah
       Hirudo medicinalis (lintah).




           Hirudo medicinalis (lintah)       Haemadipsa (pacet)


                                         6
Saat merobek atau membuat lubang, lintah mengeluarkan zat anestetik
         (penghilang sakit), sehingga korbannya tidak menyadari adanya gigitan. Setelah
         ada lubang, lintah akan mengeluarkan zat anti pembekuan darah (hirudin). Dengan
         zat tersebut lintah dapat mengisap darah sebanyak mungkin.


         Gambar e                      gambar f




2.1.3 Cara gerak Filum Annelida
             Cara jalan yang lambat jenis polychaete seperti Nereis dicapai dengan
      melangkah dengan parapodia, chaetae mereka yang meningkatkan gaya tarik dengan
      substratum. Yang berjalan cepat malah menggunakan sedikit parapodia. Tubuhnya
      dibentuk menjadi gelombang horizontal oleh kontraksi dan relaksasi otot dinding
      utama dalam dua sisi,komponen lateral tenaga desakan akan batal dan cacing bergerak
      maju dengan menekankan tubuhnya pada lingkungan tempat ia berada,ketika
      polychaetae    berubah    dari     berjaalan    cepat     menjadi    berenang,     gelombang
      menggambarkan aktivitas yang mungkin untuk cacing coelomate bersegmen.
             Gelombang lateral poluchaetae berbeda dari dorongan gelombang dalam
      nematoda, belut atau ular yang terdapat parapodia ini. mereka tidak memperbesar
      secara langsung, tapi kehadiran mereka, menyebar pada sisi luar dan dikumpulkan di
      bagian dalam setiap tekukan,berarti bahwa desakan yang mendorong ditekan pada
      permukaan cembung luar dan tidak menekan sisi dalam yang cekung. Kontraksi
      gelombang harus dikembangkan dari belakang hingga ke depan bagian cacing, tidak
      bergelombang dari depan ke belakang sperti nematoda, belut, ular dan polychaete.
      Otaknya harus memulai perpindahan pada ujung terjauh tubuhnya. Polychaete dengan
      semua parapodia yang hilang berenang ke belakang.
             Oligochaetes menggunakan kontraksi otot sirkular dan membujur secara
      bergantian    tidak   bergelombang      melainkan       peristaltik.kontraksi   otot   sirkular

                                                  7
memungkinkan cacing tanah memanjangkan bagian anteriornya lebih ramping dan
      panjang sementara cengkraman chaetae di tanah di bagian belakang, membuat lebih
      pendek dan gemuk dengan kontraksi otot longitudinal atau membujur. Otot sirkular
      anterior kemudian berelaksasi dan gelombang kontraksi sirkular melewati seluruh
      bagian cacing. Lintah mungkin menukik dengan melekat dan menyobek penghisapan
      mereka atau mungkin berenang ke atas-kebawah dengan gelombang yang disebarkan
      dari ujung anterior. Untuk melakukan ini, mereka harus memipihkan dan mengeraskan
      tubuh mereka dengan kontraksi otot dorsovental sehingga mereka bisa melenturkan
      ototnya tanpa memendekan tubuhnya. Pengaturan pergerakan ini lebih maju daripada
      annelida lainnya, dengan sistem saraf yang lebih singkat dan lebih memusat
      fungsinya.

2.1.4 Sistem reproduksi
             Polycahaete adalah hewan laut dan memiliki alat kelamin terpisah, transfer
      sperma eksternal dan fertilisasi eksternal. Telur dilepaskan menembus organ segmen
      kedalam laut, diamana mereka berkembang menjadi larva planktonik ‘trochophore’.
      oligochaetes dalam air tawar atau di tanah, adalah hermaprodit fertilisasi menyilang
      dengan tidak mentransfer sperma eksternal yaitu kuning telur dibuahi dalam cacing
      atau dalam kepompong. Clittelum yang berada di dekat poti betina, mengeluarkan
      kepompong yang telurnya dikeluarkan sebelum atau sesudah pembuahan), dan dimana
      mereka berkembang secara langsung tanpa tingkatan larva. Lintah di habitatnya
      bereproduksi seperti oligochaete dengan perkembangan langsung dalam kepompong.




                                           8
Generalisasi menyediakan sebuah kerangka berguna, tapi menghentikan
jumlah bentuk seleksi alam. Polychaete tidak semuanya hewan laut tapi mempunyai
beberapa spesies yang hidup di air tawar, dan ada juga yang hidup di gelondongan
kayu busuk di darat seperti oligochate yang mempunyai sejumlah spesies laut.
Sedangkan generalisasi tentang reproduksi dan perkembangan oligochaete bisa
tertahan, polychaete sangat bervariasi. Betinanya bisa mengumpulkan dan menyimpan
sperma, contohnya seperti larva trochopore bisa dimodifikasi atau ditekan dimana
perkembangan terjadi dalam kuning telur. Reproduksi seksual (dengan kekuatan
regenerasi yang berhubungan) bisa terjadi ketika ujung belakang Nereis pecah dan
menjadi transformasi pelagic ‘heteronereis’ yaitu seperti pelagic lain polychaete,
kemudiian mengapung karena perpanjangan permukaannya dan mempunyai mata

                                    9
yang lebar. Pelepasan gamet bisa diseimbangkan dalam kawanan polycahete dewasa
      secara seksual.

2.1.5 Sistem ekskresi
                Sebagian besar polychaete adalah osmoconformer, regulasi osmosis adalah
      aspek penting dalam annelida yang mampu untuk mengumpulkan air dari lingkungan.
      Contohnya, Nereis diversicolour pada estuaria dan cacing tanah dapat memproduksi
      urin hipotonik sampah gas nitrogen bisa dikeluarkan dalam bentuk ammonia, atau
      dimana air hanya sedikit dibebaskan dengan sel khusus (pada oligochates) atai sel
      botroidal (lintah) bisa menggabungkan amonia dengan karbondioksida untuk
      membentuk urea.
                Organ ekskresi pada larva dan beberapa polychaetes dewasa (dan pada
      annelida anchestral) adalah protonephridia, tabung dengan ujung samar-samar dimana
      filtrasi menggunakan cilia terjadi. Sebagian besar polychate memiliki metanephridia,
      pembuluh terbuka dari coelom dengan saluran ciliata. Tabung bisa terpisah keluar tapi
      lebih sering membuka kedalam pembuluh gonad mesoderm yang terjadi pada banyak
      segmen.




                Oligochaete dan lintah memiliki segmen metanephridia dengan gonad dan
      pembuluh yang dibatasi oleh beberapa segmen anterior.
Cara kerja organ ekskresi bekerja
      Ada dua proses yang terjadi :
      Ultrafiltrasi. Tekanan mendesak air dan molekul larutan kecil menerobos membran
      semi permeable yang menahan balik molukul besar seperti protein.
                                           10
Transport aktif ion (bukan air) adalah langkah penting kedua:filtrasi dalam tubula
       ekskresi dimodifikasi ketika lewat : substansi yang dipilih ditambahkan atau diserap
       kembali. Ini dilapisi ketika proses filtrasi, transport aktif mungkin memulai ekskresi,
       seperti hamocoel serangga, jika tekanan darah rendah.
Hasil ekskresi
Selain air dan ion, produk ekskresi di antaranya:
       Karbondioksida, CO2, hasil dari pernapasan pada semua hewan
       Ammonia, NH3, ion NH4+, produk primer deaminasi asam amino. Ini adalah racun dan
       perlu air untuk membuangnya.
       Urea,CO(NH2)2, sedikit beracun dan memerlukan sedikit air untuk menghilangkannya.
       Ini adalah poin akhir yang umum pada metabolisme nitrogen yang diproduksi oleh
       pemadatan molekul CO2 dengan dua molekul amonia.
       Asam uric, C5O3N4H4 pada titik akhir metabolisme purin ini adalah molekul yang
       komplek, lebih mahal pembentukannya. Dapat dikeluarkan dengan semi padat dengan
       sedikit air, atau disimpan dalam hewan atau telur tapi membahayakan. Biasanya
       diproduksi oleh hewan terrestial, contohnya serangga dan siput (laba-laba
       menngunakan purin lain, guanin) Kebanyakan hewan mengeluarkan campurab dari
       tiga substansi (lainnya), tapi biasanya titik akhir nitrogen lebih mendominasi.
       Ammonia contohnya, 80% pada annelida Aphrodite, 60% pada udang karang Astacus,
       67% pada sotong Sepia dan 30% pada bintang laut Asterias(dimana sebagian besar
       sampah nitrogen dalam bentuk asam amino). Di darat siput pulmonate Helix, asam
       uric berisi 70% sampah nitrogen, sementara di pantai yang lebih rendah siput laut
       Littorina littorea hanya 0,8-1,2%. Kutu kayu termasuk ke dalam hewan terrestial yang
       mampu mengeluarkan gas ammonia.

2.1.6 Sistem transportasi
         Diffusi
                 Difusi, pergerakan substansi lebih tinggi ke konsentrasi substansi yang lebih
       rendah, ini tidak cukup untuk komunikasi antar bagian tubuh pada hewan kecil.
       Planaria contohnya, mengandalkan difusi suplai oksigen dan menggunakan oksigen
       sekitar 0,1 sampai 0,2 ml oksigen pergram perjam pada 15ᵒC. Penghitungan
       berdasarkan jumlah difusi meyakinkan bahwa planaria harusnya tidak lebih dari 0,5
       mm.Pada titik ini,banyak planaria bernapas secara anaerob pada waktu tertentu, dan
       banyak pusat cacing bukanlah pada jaringan tapi pada makanan dalam saluran cerna.
         Transportasi atau sistem „vaskular‟

                                               11
Sistem transportasi terumum adalah darah, jaringan cair (mengandung sel)
dalam pembuluh tertutup atau rongga haemocoelic. Fungsinya untuk mengangkut gas
hasil pernapasan, makanan, materi ekskresi, hormon dan substansi lainnya. Dugaan
bahwa sisteem darah dahulu berkembang untuk transport oksigen itu salah nemertines
mempunyai sistem darah di dalam tubuhnya dan tidak ada hubungannya dengan
transport oksigen. Nemertines, tidak seperti planaria, mempunyai saluran cerna
terbuka pada kedua ujungnya dengan pergerakan makanan satu arah,secara langsung
ini memerlukan sistem transport jika makanan disebarkan ke seluruh tubuh.
        Pada planaria, dimana hanya ada mulut yang terbuka, makanan tidak akan
mencapai semua jaringan tapi untuk cabang saluran cerna. Transport oksigen dan
karbonsioksida
        Pigmen respirasi
        Pigmen yang bergabung dengan oksigen ada di hampir semua hewan yang
membantu pernapasan. Sejauh ini yang paling umum adalah hemoglobin (Hb),
ditemukan sedikitnya pada beberapa anggota hampir semua Filum. Struktur protein
yang berisi zat besi dan hemoglobin, ini terhubung pada enzim pernapasan
cytochrome yang digunakan dalam respirasi sel pada semua hewan. Hemoglobin
mungkin terdapat pada larutan atau sel       darah,dimana ini akan menjadi lebih
terkonsentrasi tanpa memunculkan tekanan osmosis darah, pertama ini mengangkut
oksigen, tapi mungkin ini hanya cadangan oksigen, seperti bentuk yang lebih
sederhana molekul yang disebut ‘myoglobin, ini mungkin memudahkan difusi
oksigen. Hemocyanin adalah pigmen berbahan dasar tembaga yang terdapat pada
banyak arthropoda atau moluska. Ini mempunyai capasitas pengangkut oksigen yang
lebih rendah daripada hemoglobin dan tidak bisa diisikan pada sel darah. Pigmen
respirasi lainnya seperti haemerythrin dan chlorocruoin terjadi khususnya pada
annelida yang mempunyai rangkaian luas pigmen khusus respirasi.
Karbondioksida
        Karbondioksida juga diangkut dalam kombinasi arah sebaliknya oleh
hemoglobin sebagai ion bikarbonat (HCO3)- atau dalam larutan padat.
Sistem penghitungan ukuran
        Ketika arah aliran berlawanan dalam saluran yang tepat dan tertutup, sistem
penghitungan   ukuran   meningkatkan      pengambilan   oksigen   pada      permukaan
pernapasan. Dengan aliran penghitungan ukuran, ada gradien konsentrasi oksigen (
atau substansi lain, atau panas) sepanjang seluruh permukaan, yang menyebabkan


                                     12
lebih banyak difusi terjadi pada aliran paralel (co_current), dimana ada peningkatan
      gradien yang tinggi –lihat diagram c dan d.

2.1.7 Sistem respirasi
               Respirasi adalah oksidasi makanan organik dengan pelepasan energi. Ini
      termasuk kedalam anaerob (menggunakan oksigen ingkungan) dan memiliki tiga
      tahap:
    1.   Pertukaran gas.
         Oksigen dimasukkan dan karbondioksida dikeluarkan pada permukaan respiratori,
         sering dibantu oleh pergerakan ventilasi.
    2.   Pengangkutan oksigen
         Pengangkutan oksigen dari organ respirasi menuju sel, biasanya dalam darah dan
         karbondioksida di arah sebaliknya.
    3.   Terjadinya proses biokimia
         Dalam setiap sel proses biokimia cenderung sama dalam semua hewan. Gula
         disusun dan dipecahkan dengan glikosis menjadi pirufat, yang melepaskan energi
         yang tergabung menjadi ATP atau kehilangan panasnya. Ini adalah tahap
         anaerobik respirasi,ketiadaan oksigen pirufat yang terbentuk diubah menjadi
         asam laktid. Pemecahan tidak sempurna ini mungkin menjadi satu-satunya tahap
         respirasi seluler pada beberapa hewan atau beberapa keadaan, ketika otot
         membangun bank oksigen. Sebagian besar hewan mengoksidasi pirufat (dalam
         siklus ‘krebs’ atau ‘asam trikarboksil) yang menggunakan molekul oksigen
         sebagai penerima akhir hidrogen. Respirasi aerobik membuat persediaan energi
         yang lebih banyak. Persamaannya adalah :
                      C6H12O6+6O2 =6CO2+6H20


         Repirasi akuatik dan udara
               Oksigen mungkin diperoleh dari larutan dalam air.
               Kelebihan pernapasan di udara
                  Kandungan oksigen di udara lebih banyak 30 kali lipat daripada dalam air :
                  udara berisi 20% oksigen sementara seliter air tawar pada 15ᵒC tidak akan
                  mengandung oksigen lebih dari 7,0 ml oksigen.
                  Oksigen berdifusi 10000 kali lebih cepat daripada dalam air.
                  Udara, menjadi tebal dan kental, bergerak lebih cepat daripada air pada
                  permukaan organ pernapasan.
                                             13
Kelebihan bernapas dalam air
   1) Permukaan organ respirasi didukung oleh air dan tidak akan mengering
   2) Pengeluaran karbondioksida lebih mudah : ini dapat larut dan air tawar
      dapat menahan sekitar 3 volume% CO2 sementara udara hanya mampu
      berisi 0,03 volume %.

Tekanan oksigen
      Ketersediaan oksigen dalam larutan diukur dalam tekanannya, bukan
volumenya. Tekanan bagian oksigen (bagian keseluruhan yang menyebabkan
oksigen) disebut tekanan oksogen. Tekanan lingkungan pada tingkatan laut
dikukur dalam sebuah barometer 760 milimeter merkuri (mm Hg: dalam unit Sl,
101, 3 kilopaskal, kPa). Udara kira-kira mengandung 21% oksigen sehingga
tekanan oksigen dalam air laut yang mengandung udara kira-kira 0,21X760
=160mm Hg (21,3 kPa).
   Air tawar secara umum akan di oksigenasi lebih baik daripada di laut, karena
oksigen kehilangan larutan dalam garam.
   Udara yang seimbang lebih mudah untuk pengambilan oksigen, sehingga
respirasi akuatik akan membutuhkan permukaan respirasi yang luas
         Alat-alat respirasi
         Permukaaan tubuh mungkin dapat ditembus pada udara respirasi hewan
laut.Contohnya sponge, cnidaria, cacing acoelomate, crustaceae dan larva dan
telur hewan laut.
Insang
         Insang adalah perpanjangan permukaan yang berdinding tipis pada hewan
air. Insang luar mungkin dibuka oleh air yang bergerak melewati hewan atau
dengan pergerakan hewan menembus air: ventilasi insang dalam mungkin
memerlukan energi lebih banyak. Porsi struktur dan insang yang termasuk cuping
parapodial polychaetae yang berenang bebas, tentakel (insang terpisah) polychaete
yang hidup dalam tabung, ctenidia moluska dan lipatan mantel siput, anggota
tubuh semua atau bagian crustaceae dan kaki tabung echinodermata.
Paru-paru
         Paru-paru adalah kantung internal yang berisi udara dengan sebuah
pembuka pada dunia luar dan darah tertutup yang diterapkan ada dinding luar
mereka. Pada paru-paru invertebrata berisi pertukaran udara dengan diffusi tanpa
pergerakan ventilasi, seperi pada siput dan keong.

                                  14
Sistem trakea
                Pada serangga dan arthropoda terrestial lainnya, sistem trakea berisi
         tabung berisi udara yang bercabang ke seluruh tubuh dan masuk di antara sel,
         yang menyediakan respirasi aerial yang effisien untuk hewan kecil.
         Jumlah respirasi
                Jumlah pernapasan akan bervariasi menurut sifat dan lingkungan
         invertevrata. Ini juga tergantung pada ukuran tubuh, aktifitas dan suhu
         lingkungan. Biasanya disamakan dengan jumlah metabolisme, jumlah total
         aktifitas hewan. Dalam jumlah metabolisme hewan dapat diukur dengan
         penggunaan oksigen per unit waktu. Endotermik (cacing darah) vertebrata
         menjaga jumlah metabolisme basal agar stabil pada saat beristirahat, tapi
         ektoderm (termasuk invertebrata) tidak : mereka mempunyai kelebihan menjadi
         berhenti dengan menghemat air dan energi dalam kondisi yang tidak baik. Pada
         vertebrata ini dimana jumlah metabolisme ketika istirahat dapat diukr, ini lebih
         hebat pada hewan yang lebih besar tapi tidak berskala 1:1 dengan massa tubuh.
         Pada vertebrata, jumlah metabolisme ketika istirahat cenderung pada proporsi
         masa tubuh yang mencapai 0,75.
         Pernapasan
                Kemampuan menembus permukaan luar umumnya tidak cukup bagi
         annelida untuk menyerap oksigen yang diperlukan padahal mereka adalah hewan
         yang bergerak dan hidup aktif dalam galian atau tabung. Insang diperlukan,
         seperti pada cuping parapodial dengan area permukaan luas dan cadangan darah
         internal. Plychaetes yang hidup dalam tabung mungkin perlu insang terpisah jika
         tentakelnya mengupulkan makanannya dari pasir.
                Pigmen respirasi diperlukan, juga dalam darah untuk meningkatkan
         kapasitas pengangkutan oksigen atau dalam jaringan untuk memudahkan difusi.
         Hemoglobin adalah pigmen respirasi paling umum, yang terjadi pada sebagian
         besar hewan. Itu terjadi pada annelida, tapi juga dengan pigmen berbahan dasar
         besi yang sangat jarang, haemerythrin dan chlorocruorin dan hemocyanin yang
         berbahan dasar tembaga, tidak ada pilum lain yang memiliki susunan hebat itu.

2.1.8 Sistem pencernaan
            Polychaete merayap atau berenang bebas dalam laut dan biasanya merupakan
     predator aktif berwarna, dengan rahang tajam pada faringnya. Sebagian mereka adalah
     karnivora, tapi ada juga herbivora, detritivora dan omnivora. Ada banyak genus,

                                          15
kebanyakan namanya berasal dari nama dewa dan dewi Yunani. Nereis adalah
ragworm, seperti Nephtys dan Phylloduce; sillidaenya ramping dengan parapodia
lembut, glyceridae memiliki faring seperti balon, eunicidae memiliki rahang kuat
khusus dan cacing sisik seperti Aphrodite memiliki insang menutupi seluruh bagian
punggungnya.




  Ada 25 famili, yang dikelompokkan sebagai ‘Errantia’, tapi mereka tidak semunaya
memiliki hubungan dekat. Pendatang baru arthropoda predator tidak diragukan lagi
adalah sebuah oerangsang bagi evolusi sepanjang keberadaan cacing; mereka hidup
dalam lubang galian sepanjang waktu sebagai pemakan runtuhan dan pelapukan.
Struktur eksternal menjadi berkurang tapi otot terjaga dan berkembang baik, dan
insang diperlukan. Contohnya Arenicola pada lugworm,bertanggung jawab pada
makanan cacing di pantai berpasir atau lumpur, dan Chaetopterus, dengan perbedaan
anggota badan yang menggerakan air menembus tabung U. Polychaete bertabung
sessile mengeluarkan tabung dimana mereka tinggal, sekarang telah dimodifikasi
dengan saluran cerna berbentuk U. Syaraf berkembang baik dan otot tidak terlalu
penting dalam perpindahan tapi sangat cepat dalam penarikan kembali tabung.
Kepalanya menjadi bertentakel yang bisa meregang pada pasir dan membawa partikel,
seperti Terebellidae, yang memungkinkan ciliari makan seperti pada cacing kipas
Sabella dan serpulidae, pembuat tabung calcareous umumnya ditemukan pada batu
atau rumput laut.
       Perbedaan makanan sangat tipis antara oligochaetes, yang memiliki faring
noneversible dan memakan tumbuhan yang runtuh, dan lebih tipis lagi pada lintah.
Kesergaman morfologi yang dimiliki Hirudina mencapai 33 segmen dan embriologi
mereka diarahakn oleh sel turunan dalam nematoda.




                                    16
2.1.9 Sistem sirkulasi
                Sistem darah merupakan bagian kecil rongga tubuh primer atau blastosol
         annelida berlangsung selama perkembangan, menjadi terisi dengan darah dan
         membentuk pembuluh sistem tertutup.




                Contraksi secar umum pembuluh longitudinal dorsal menekan darah maju, dan
         kemudian menembus sejumlah pembuluh yang terhubung untuk mengalir ke dalam
         pembuluh ventral di bawah saluran cerna. Tidak ada jantung yang sebenarnya,
         mungkin ada beberapa pembuluh kontraksi yang memiliki ujung samar-samar yang
         membantu aliran darah. Mungkin ada pembuluh lain, contohnya parapodia dalam
         polychaetes. Pembuluh melintang memerlukan dukungan septa segmen.
                Lintah memiliki sistem sirkulasi berbeda. Coelom menjadi terbungkus dengan
         jaringan ‘botryoidal’ penghubung, yang meninggalkan saluran coelomik dalam
         sirkulasi cairan. Sistem darah ini kemudian menjadi berkurang atau malah tidak ada.

2.1.10 Hubungan antar Filum Annelida
                Hubungan antara tiga kelas utama annelida sudah jelas, bahwa Clitellata
  berbeda, apapun asal-usulnya. Dalam kelompok ini, tidaka akan bisa lagi ada pembatasan
  kelas,munculnya spesialisasi Hirudina (lintah), mungkin lebih dari satu kali dari semua
  oligochates. Kelihatannya Clitellata adalah asli cacing terrestial, yang kemudian hidup di
  air.
                Asal-usul dan komposisi polychaeta tidak cukup jelas. Banyak cacing yang
  dikira merupakan pilum terpisah sekarang dikenal sebagai polychaetes yang telah berubah,
  perrtama adalah Archiannelida,sekumpulan annelida yang kecil dan sederhana yang pernah
  dikira anchestral, dikenali sebagai poychaetes yang bersatu dari beberapa famili. Kemudian
  Echiura dan mungkin juga Sipuncula dianggap kelompok polycahetes dengan kehilangan

                                               17
segmentasi dan kekuatan perpindahan ketika dewasa. Sekarang pogonophora dipercaya,
   dengan dukungan bukti molekul, dimasukkan kedalam anggota polychaete untuk memiliki
   saluran cerna dengan pemanjangan endoderm berisis bakteri chemosynthetic. Mereka bisa
   dikatakan dekat dengan Sabella.


2.2 FILUM PLATYHELMINTHES
2.2.1Pengertian dan Karakteristik Filum Platyhelminthes
       Struktur dasar platyhelmintes sederhana, mereka triploblastik, mempunyai tiga lapisan
sel, ektoderm (luar), mesoderm, dan endoderm (dalam). Dalam kehidupan bebas ada
penguraian sistem reproduksi hermaprodit dan sistem tabung ectoderm excretori,
protonephridia (sel api). Platyhelmintes yang hidup bebas mempunyai ujung kepala dengan
organ perasa anterior dan otak tidak sempurna. Mereka bergerak dengan cilia atau gelombang
kontraksi dalam otot yang bekerja melawan tekanan cairan isi tubuhnya (saluran cerna,
parenkim, genitalia,dll).
       Hewan ini biasanya dikenal sebagai primitif berdasarkan jumlah karakter negatifnya,
mulut hanya terbuka hingga saluran pencernaan, dan mereka tidak punya rongga tubuh,
sistem respirasi, sistem peredaran darah, anggota badan dan rangka keras. Hewan tanpa sistem
pernapasan dan darah biasanya datar, menjadi terbatas oleh difusi oksigen, dan mereka
memiliki tubuh lunak dengan panjangnya yang lebih daripada lebarnya, mereka dikenal
sebagai cacing pipih.
       Platyhelminthes, asal kata : platy = pipih dan helmins = cacing. Pada platyhelminthes
sudah tedapat alat atau organ sederhana seperti pharynx yang bersifat musculer, ocelli dan
alat-alat yang lebih kompleks misalnya organ genitalia dan organ excretoria. Namun mereka
masih mempunyai systema gastrovasculare seperti diketemukan pada Coelenterata dengan
hanya satu muara keluar yang berfungsi baik sebagai mulut maupaun sebagai anus.
Platyhelminthes memiliki tubuh pipih, lunak dan epidermis bersilia. Cacing pipih ini
merupakan hewan tripoblastik yang tidak mempunyai rongga tubuh (acoelomata). Hidup
biasanya di air tawar, air laut dan tanah lembab. Ada pula yang hidup sebagai parasit pada
hewan dan manusia. Cacing parasit ini mempunyai lapisan kutikula dan silia yang hilang
setelah dewasa. Hewan ini mempunyai alat pengisap yang mungkin disertai dengan kait untuk
menempel.
       Cacing pipih belum mempunyai sistem peredaran darah dan sistem pernafasan.
Sedangkan sistem pencernaannya tidak sempurna, tanpa anus. Contoh Platyhelmintes adalah
Planaria. Planaria mempunyai sistem pencernaan yang terdiri dari mulut, faring, usus
(intestine) yang bercabang 3 yakni satu cabang ke arah anterior dan 2 cabang lagi ke bagian
                                            18
samping tubuh. Percabangan ini berfungsi untuk peredaran bahan makanan dan memperluas
bidang penguapan. Planaria tidak memiliki anus pada saluran pencernaan makanan sehingga
buangan yang tidak tercerna dikeluarkan melalui mulut. Perhatikan gambar susunan saluran
pencernaan Planaria berikut ini.




                       Gambar 1. Susunan saluran pencernaan Planaria


2.2.2 Sistem Eksresi
       Sistem ekskresi pada cacing pipih terdiri atas dua saluran eksresi yang memanjang
bermuara ke pori-pori yang letaknya berderet-deret pada bagian dorsal (punggung). Kedua
saluran eksresi tersebut bercabang-cabang dan berakhir pada sel-sel api (flame cell).
Perhatikan gambar sistem eksresi dan sel api Planaria di bawah ini.




          Gambar 2. a) Susunan saluran eksresi pada Planaria; b) Sel api (flame cell)


       Platyhelminthes adalah merupakan sebagian besar acelomata yang mempunyai 3 (tiga)
lapisan dermoblast, yaitu berturut-turut dari luar ke dalam:
   a. Ectiderm
   b. Mesoderm
   c. Entoderm
                                               19
Pada Platyhelminthes dari lapisan-lapisan tersebut akan terbentuk alat-alat yaitu dari
ectoderm misalnya membentuk epidermis yang selanjutnya akan terbentuk cuticula.
Mesoderm membentuk lapisan-lapisan otot, jaringan pengikat dan alat reproduksi. Dan
entoderm akan terbentuk gastrodermis.


2.2.3 Sistem Saraf
       Sistem saraf berupa tangga tali yang terdiri dari sepasang ganglion otak di bagian
anterior tubuh. Kedua ganglia ini dihubungkan oleh serabut-serabut saraf melintang dan dari
masing-masing ganglion membentuk tangga tali saraf yang memanjang ke arah posterior.
Kedua tali saraf ini bercabang-cabang ke seluruh tubuh. Perhatikan gambar sistem saraf
Planaria berikut :




                              Gambar 3. Sistem saraf Planaria


2.2.4 Sistem Reproduksi
       Reproduksi pada cacing pipih seperti Planaria dapat secara aseksual dan secara
seksual. Reproduksi aseksual (vegetatif) dengan regenerasi yakni memutuskan bagian tubuh.
Sedangkan reproduksi seksual (generatif) dengan peleburan dua sel kelamin pada hewan yang
bersifat hemafrodit. Sistem reproduksi seksual pada Planaria terdiri atas sistem reproduksi
betina meliputi ovum, saluran ovum, kelenjar kuning telur. Sedangkan reproduksi jantan
terdiri atas testis, pori genital dan penis. Perhatikan gambar sistem reproduksi Planaria
dibawah ini :




                                             20
Gambar 4. Sistem reproduksi Planaria
Selanjutnya perhatikan gambar reproduksi aseksual Planaria di bawah ini!




                         Gambar 5. Reproduksi aseksual Planaria
                                 A.Terpotong secara alami
                                      B.Dibelah dua
                                      C.Dibelah tiga


2.2.5 Klasifikasi Filum Platyhelminthes
2.2.5.1 Platyhelminthes yang hidup bebas
       Dengan sel epidermis ciliate. Mereka adalah tubelaria, kelempok heterogen yang
termasuk dalam Catenulida. Kebanyakan cacing kecil hidup di air tawar dengan banyak
karakter sederhana.




                                            21
Gambar 6. Catenulida
       Rhabditophora, grup yang banyak dan bervariasi termasuk planaria, hidup di air
tawar atap daratan berlumpur dan air laut.




                                     Gambar 7. Planaria
2.1.5.2 Platyhelminthes parasit
       Kebanyakan platyhelminthes bersifat parasit. Terbagi menjadi 3 kelas :
   a. Monogenea, pipih ‘gepeng’, ectoparasit pada hewan air (biasanya pada ikan)




   b. Trematoda termasuk Digenea (cacing hati), endoparasit pada veterbrata




   c. Cestoida, cacing pita, termasuk endoparasit, tersebar dimana saja




       Di semua bentuk parasit ini, epidermis digantikan oleh ‘tegumen’ yang melindungi
parasit dan mengatur apa yang bisa diserapnya dari inangnya.
                                            22
Platyhelminthes (cacing pipih) dibedakan menjadi 3 kelas yaitu Turbellaria,
Trematoda dan Cestoda. Berikut akan dijelaskan satu-persatu.
   1. Kelas Turbellaria
       Hewan dari kelas Turbellaria memiliki tubuh bentuk tongkat atau bentuk rabdit
(Yunani : rabdit = tongkat). Hewan ini biasanya hidup di air tawar yang jernih, air laut atau
tempat lembab dan jarang sebagai parasit. Tubuh memiliki dua mata dan tanpa alat hisap.
Hewan ini mempunyai kemampuan yang besar untuk beregenerasi dengan cara memotong
tubuhnya seperti tampak pada gambar 5 di atas. Contoh Turbellaria antara lain Planaria
dengan ukuran tubuh kira-kira 0,5 – 1,0 cm dan Bipalium yang mempunyai panjang tubuh
sampai 60 cm dan hanya keluar di malam hari. Permukaan tubuh Planaria bersilia dan kira-
kira di tengah mulut terdapat proboscis (tenggorok yang dapat ditonjolkan keluar) seperti
pada gambar berikut.




                             Gambar 6. Proboscis pada Planaria
       Planaria tubuhnya bersifat fleksibel, dapat memanjang atau memendek atau membelok
dalam tiap arah. Planaria hidup di air tawar dalam danau, sungai dan rawa. Mereka
menghindari sinar matahari dengan melekat di bawah permukaan batu atau sepotong kayu.


2. Kelas Trematoda
       Hewan Trematoda memiliki tubuh yang diliputi kutikula dan tak bersilia. Pada ujung
anterior terdapat mulut dengan alat penghisap yang dilengkapi kait. Tubuh dengan panjang
lebih kurang 2,5 cm dan lebar 1cm serta simetris bilateral. Trematoda termasuk hewan
hemafrodit,dan sebagai parasit pada Vertebrata baik berupa ektoparasit (pada ikan) maupun
sebagai endoparasit. Contoh hewan Trematoda adalah :
   a) Fasciola hepatica
       Cacing hati atau Fasciola hepatica (parasit pada hati domba), dalam keadaan dewasa
cacing hati hidup di dalam hepar domba, sapi, babi dan kadang-kadang dalam manusia,
cacing ini juga dapat menyebabkan banyak kerugian dalam bidang peternakan. Fasciola


                                             23
hepatica menyerupai Planaria baik dalam bentuk tubuh maupun strukturnya. Tubuhnya
berbentuk daun, panjangnya sampai 30 mm.




                            Gambar 7. Anatomi Fasciola hepatica
   b) Fasciola gigantica
       Fasciola gigantica (parasit pada hati sapi) dan cacing hati parasit pada manusia
(Chlonorchis sinensis) serta Schistosoma japonicum (cacingdarah
       Daur Hidup Kelas Trematoda. Berikut ini diuraikan mengenai daur hidup beberapa
jenis cacing yang termasuk kelas Trematoda.
• Cacing dewasa bertelur di dalam saluran empedu dan kantong empedu sapi atau domba.
Kemudian telur keluar ke alam bebas bersama feses domba. Bila mencapai tempat basah, telur
ini akan menetas menjadi larva bersilia yang disebut mirasidium. Mirasidium akan mati bila
tidak masuk ke dalam tubuh siput air tawar (Lymnea auricularis-rubigranosa).
• Di dalam tubuh siput ini, mirasidium tumbuh menjadi sporokista (menetap dalam tubuh
siput selama + 2 minggu).
• Sporokista akan menjadi larva berikutnya yang disebut Redia. Hal ini berlangsung secara
partenogenesis.
• Redia akan menuju jaringan tubuh siput dan berkembang menjadi larva berikutnya yang
disebut serkaria yang mempunyai ekor. Dengan ekornya serkaria dapat menembus jaringan
tubuh siput dan keluar berenang dalam air.
• Di luar tubuh siput, larva dapat menempel pada rumput untuk beberapa lama. Serkaria
melepaskan ekornya dan menjadi metaserkaria. Metaserkaria membungkus diri berupa kista
yang dapat bertahan lama menempel pada rumput atau tumbuhan air sekitarnya. Perhatikan
tahap perkembangan larva Fasciola hepatica.
• Apabila rumput tersebut termakan oleh domba, maka kista dapat menembus dinding
ususnya, kemudian masuk ke dalam hati, saluran empedu dan dewasa di sana untuk beberapa
bulan. Cacing dewasa bertelur kembali dan siklus ini terulang lagi.




                                              24
Gambar 8. Tahap perkembangan larva Fasciola hepatica
Dalam daur hidup cacing hati ini mempunyai dua macam tuan rumah yaitu:
1. Inang perantara yaitu siput air
2. Inang menetap,yaitu hewan bertulang belakang pemakan rumput seperti sapi dan domba.
         Daur hidup Chlonorchis sinensis
         Daur hidup Chlonorchis sinensis sama seperti Fasciola hepatica, hanya saja serkaria
pada cacing ini masuk ke dalam daging ikan air tawar yang berperan sebagai inang sementara.
Struktur tubuh Chlonorchis sinensis sama seperti tubuh pada Fasciola hepatica hanya berbeda
pada cabang usus lateral yang tidak beranting.
         Daur hidup Schistosoma japonicum (cacing darah)
         Cacing darah ini parasit pada manusia, babi, biri-biri, kucing dan binatang pengerat
lainnya.Cacing dewasa dapat hidup dalam pembuluh balik (vena) perut. Tubuh cacing jantan
lebih lebar dan dapat menggulung sehingga menutupi tubuh betina yang lebih ramping.
Cacing jantan panjangnya 9 – 22 mm, sedangkan panjang cacing betina adalah 14 – 26 cm.




                     Gambar 10. Schistosoma japonicum jantan dan betina
         Selanjutnya diuraikan tentang daur hidup Schistosoma japonicum :
• Cacing darah ini bertelur pada pembuluh balik (vena) manusia kemudian menuju ke poros
usus (rektum) dan ke kantong air seni (vesica urinaria), lalu telur keluar bersama tinja dan
urine.
• Telur akan berkembang menjadi mirasidium dan masuk ke dalam tubuh siput. Kemudian
dalam tubuh siput akan berkembang menjadi serkaria yang berekor bercabang. Serkaria dapat
                                              25
masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan dan minuman atau menembus kulit dan
dapat menimbulkan penyakit Schistomiasis (banyak terdapat di Afrika dan Asia). Penyakit ini
menyebabkan kerusakan dan kelainan fungsi pada hati, jantung, limpa, kantong urine dan
ginjal.


3. Kelas Cestoda
          Cacing pita (Cestoda) memiliki tubuh bentuk pipih, panjang antara 2 - 3m dan terdiri
dari bagian kepala (skoleks) dan tubuh (strobila). Kepala (skoleks) dilengkapi dengan lebih
dari dua alat pengisap. Sedangkan setiap segmen yang menyusun strobila mengandung alat
perkembangbiakan. Tubuhnya satu strobila tertutup oleh cuticula yang tebal; tidak berpigmen;
tidak mempunyai tractus digestivus atau alat indera dalam bentuk dewasanya. Makin ke
posterior segmen makin melebar dan setiap segmen (proglotid) merupakan satu individu dan
bersifat hermafrodit.
          Banyak tipe-tipe cacing pita hidup di dalam intestinum dari hampir semua hewan-
hewan Vertebrata. Species dari genus Taenia hidup sebagai bentuk dewasa di dalam tractus
digestivus manusia.
          Cacing ini biasanya hidup sebagai parasit dalam usus vertebrata dan tanpa alat
pencernaan. Sistem eksresi terdiri dari saluran pengeluaran yang berakhir dengan sel api.
Sistem saraf sama seperti Planaria dan cacing hati, tetapi kurang berkembang.
          Contoh Cestoda yaitu:
          a) Taenia saginata (dalam usus manusia)
          b) Taenia solium (dalam usus manusia)
          c) Choanotaenia infudibulum (dalam usus ayam)
          d) Echinococcus granulosus (dalam usus anjing)
          e) Dipylidium latum (menyerang manusia melalui inang protozoa)
          Daur Hidup Kelas Cestoda
          Selanjutnya akan diuraikan beberapa dari cacing pada kelas Cestoda, antara lain:


a. Taenia saginata
          Cacing ini parasit dalam usus halus manusia. Perbedaannya dengan Taenia solium
hanya terletak pada alat pengisap dan inang perantaranya. Taenia saginata pada skoleksnya
terdapat alat pengisap tanpa kait dan inang perantaranya adalah sapi. Sedangkan Taenia
solium memiliki alat pengisap dengan kait pada skoleksnya dan inang perantaranya adalah
babi.
Daur hidup Taenia saginata
                                               26
Dalam usus manusia terdapat proglotid yang sudah masak yakni yang mengandung sel
telur yang telah dibuahi (embrio). Telur yang berisi embrio ini keluar bersama feses. Bila telur
ini termakan sapi, dan sampai pada usus akan tumbuh dan berkembang menjadi larva
onkoster. Larva onkoster menembus usus dan masuk ke dalam pembuluh darah atau
pembuluh limpa, kemudian sampai ke otot lurik dan membentuk kista yang disebut
Cysticercus bovis (larva cacing). Kista akan membesar dan membentuk gelembung yang
disebut Cysticercus (sistiserkus). Manusia akan tertular cacing ini apabila memakan daging
sapi mentah atau setengah matang.
       Dinding Cysticercus akan dicerna di lambung sedangkan larva dengan skoleks
menempel pada usus manusia. Kemudian larva akan tumbuh membentuk proglotid yang dapat
menghasilkan telur. Bila proglotid masak akan keluar bersama feses, kemudian termakan oleh
sapi. Selanjutnya telur yang berisi embrio tadi dalam usus sapi akan menetas menjadi larva
onkoster. Setelah itu larva akan tumbuh dan berkembang mengikuti siklus hidup seperti di
atas. Perhatikan gambar daur hidup Taenia saginata berikut!




                           Gambar 11. Daur hidup Taenia saginata
b. Taenia solium
       Daur hidup Taenia solium sama dengan daur hidup Taenia saginata, hanya saja inang
perantaranya adalah babi. Sedangkan kista yang sampai di otot lurik babi disebut Cysticercus
sellulose.
c. Coanotaenia infudibulum
       Cacing pita lainnya adalah Coanotaenia infudibulum yang parasit pada usus ayam
tetapi inang perantaranya adalah Arthropoda antara lain kumbang atau tungau.


2.2.6 Peranan Platyhelminthes bagi Kehidupan Manusia
       Pada umumnya Platyhelminthes merugikan, sebab parasit pada manusia maupun
hewan, kecuali Planaria. Planaria dapat dimanfaatkan untuk makanan ikan. Agar terhindar
dari infeksi cacing parasit (cacing pita) sebaiknya dilakukan beberapa cara, antara lain:
memutuskan daur hidupnya, menghindari infeksi dari larva cacing, tidak membuang tinja
                                              27
sembarangan (sesuai dengan syarat-syarat hidup sehat), dan tidak memakan daging mentah
atau setengah matang (masak daging sampai matang).
2.3 FILUM ACOELAMORPHA
2.3.1 karakteristik Acoelamorpha
       Acoela sangat kecil (sekitar 3mm panjangnya) dan sederhana, bahkan ketika
dibandingkan dengan platyhelminthes. Mereka tidak mempunyai lubang saluran pencernaan,
tapi pada jaringan endoderm dalam ada lapisan digestif yang terbentuk setelah makan.
Jaringan ini mungkin ‘synctial’ dengan penyebaran nukleus dalam sitoplasma dan tidak
memiliki sel yang emneglilingi. Mesoderm dalam bentuk sel otot muncul dari sel endoderm;
tidak seperti platyhelminthes tidak ada sel ectoderm pada mesoderm. Acoela tidak punya
protonephrida atau struktur eksresi. Telur dan sperma tidak terdapat pada gonad. Kordinasi
terjadi oleh jaringan syaraf dengan beberapa kawat syaraf yang berbeda dan perkembangan
otak yang minim (proses kimia yang tidak biasa), sangat berbeda dengan platyhelminthes.




                                            28
Reduksi dari beberapa bentuk khusus diyakini dengan penemuan banyak fitur yang
tidak biasa pada Acoela. Struktur spermanya unik, cilia dan akarnya tidak biasa dan rumit
dalam substansi interselulernya. Tidak ada tingkatan larva. Perkembangan pembelahan
spiralnya berbeda dengan hewan yang membelah secara spiral lainnya. Dalam
platyhelminthes, annelida, moluska dan lainnya, setiap pembagian menempatkan hasil bagian
pada alur diantara sel-sel, membentuk spiral yang berubah menjadi searah jarum jam dan
berlawanan arah jarum jam secara berurutan sebagai hasil pembagian.
       Pada acoela. Dua spiral terpisah terbentuk, yang memulai pada divisi kedua, secara
berpasangan ‘duet’ tidak dengan empat sel. Putaran Arah jarum jam dan berlawanan arah
jarum jam secara berurutan tidak bergantian tapi memiliki distribusi berbeda. Tujuan dari
produk pembelahan itu juga berbeda, dan sejauh ini masih bergantung pada reaksi diantara sel
daripada di dalam tipe pembelahan spiral stereotip.
       Nemertodermatida
       Cacing kecil ini (sekitar 10 mm) merupakan fitur sederhana dari Acoela. Sistem
pencernaan tidak benar-benar hilang, tapi hampir tertutup oleh proses sel endoderm, dan
mungkin memiliki mulut atau tidak. Spermanya tidak seperti sperma acoelan dan
platyhelminthes. Nemertodermatid juga berbeda dari yang lainnya dalam fertilisasi external.
Kemiripan dengan acoela termasuk struktur khusus cirialy, bentuk mesoderm dari sel
endodermdan ketiadaan prothonephrida. Otak dan sistem syaraf lebih tipis dan rumit dariapda
Acoela. Informasi tentang perkembangan akan menarik: laporan yang tidak dipublikasi
meyakinkan bahwa duet tterbentuk, yang memudahkan bispiral, seperti dalam acoela.




                                              29
Nemertodermatida termasuk Acoela dan merupakan primtif sederhana, turunan
langsung     primitif    Bilateria.   Acoela     dan     nemertodermatida      digabungkan
menjadi’acoelomorpha’, pilum terpisah dari plathyhelminthes.
2.3.2 Ciri khusus platyhelminthes modern
  1. Reproduksi

      Triploblastik anchestral mungkin meneyrupai invetebrata laut sederhana yang lainnya
dalam sek yang berbeda, yang menumpahkan sperma dan telur (tanpa banyak kuning telur)
kedalam laut dan menetaskan larva kecil. Kebanyakan platyhelimnthes modern berkebalikan,
memiliki sistem elaborasi organ kelenjar muskular yang membentuk sistem reproduksi
hermaprodit yang rumit. Kebanyakan turbellia hidup di air tawar, dan tpical hewan dalam
habitat ini mereka punya fertilisasi internal kuning telur yang luas, yang berkembang secara
langsung tanpa ada tingkatan larva. Bentuk Parasitis memiliki masalah yang luar biasa.
Mereka memiliki sistem reproduksi yang rumit dan rangkaian larva yang memudahkan
transfer diantara inangnya.
      Spermatozoa menyediakan contoh menarik pada spesialisasi Turbelaria. Kebanyakan
hewan memiliki sperma ‘seperti kecebong’ yang familiar yang digerakan oleh flagela tunggal,
tapi spermatozoa turbelaria memiliki dua flagel. Tidak memiliki penutup atau ‘akrosom’,
nucleus berada di ujung anterior dan kedua flagel memanjang lurus pada sitoplasma sel. ada
pengecualian : sperma catenulid dibuahi tanpa flagel tapi struktur ciliari yang memendek
beberapa kali lipat oleh pergerakan mereka. Sperma biflagellate mungkin dihubungkan
dengan fertilisasi internal dan keharusan sperma untuk berjalan menembus jaringan untuk
mencapai telur. Fertilisasi internal umum terjadi pada invetebrata dan platyhelminthes, tapu
spermatozoa biflagel merupakan hala yang unik diantara semua hewan.
      Spesialisasi lainnya adalah kuning telur tidak diproduksi dalam telur, tapi pada sel
terpisah, yang kemudian dihubungkan kedalam kapsul telur.
      Kekuatan regenarasi yang luar biasa dari berbagai planaria juga merupakan spesialisasi
: sedikitnya satu per enam belas tubuh dapat menyusun kembali menjadi hewan kecil yang
baru. Pada kondisi yang tidak stabil, hewan bisa kehilangan susutan dan strukur perbedaanya,
yang meningkatkan lagi ikuran dan kerumitannya ketika lingkungan membaik.
  2. Epidermis
      Ini adalah struktur khusus pada Turbelaria. Kesamaan organ kelenjar muskular
mungkin signifikan. Kelenjar memproduksi bentuk ucus yang rumit yang melindungi hewan,
dan dalam beberapa cara yang tidak dimengerti, memudahkan perpindahan dan melekat pada
permukaan.

                                            30
3. Sistem lainnya
      Pada sistem lain turbelaria jug menunjukkan elaborasi secara rinci. Jaringan syaraf
merupakan perpaduan khusus dan tidak khusus yang bervariasi, komponen primitif dan
lanjutan, dengan variasi terbesar dalam kelompok yang merupakan calon turbelaria primitif.
Ada variasi reseptor sensorik epidermal sederhana yang berkoresponden . otot tidak
berkembang baik, seperti yang diharapkan pada hewan dimana ada sedikit ketentuan untuk
meregangkan kembali otot setelah kontraksi. Ultrastruktur beberapa otot yanhg lebih cepat
adalah striasi pengingat bagi otot.
   4. Predasi dan parasitisme
      Turbelaria hampir semuanya predator yang menangkap makanannya dengan faring.
Kerumitan saluran pencernaan meningkat di dalam turbelarian : tanpa adanya peredaran
darah, suplai makanan ke seluruh tubuh hanya disalurkan oleh cabang saluran pencernaan.
Evolusi parasitisme, bentuk khusus predasi, adalah yang karakter terkenal dalam
platyhelminthes.
      Parasitisme adalah arah evolusi yang berhasil bagi platyhelminthes. Platyhelminthes
cenderung kecil, ramping dan tidak aktif: tanpa adanya transportasi makanan dan oksigen
dalam tubuhnya mereka tidak bisa bertambah besar; dan sistem otot mereka tidak
mengizinkan banyak bergerak. Parasitisme adalah satu cara hidup dimana karakter ini
menjadi keuntungan tersendiri. Energi dapat diarahkan pada reproduksi, dan genital
hermaprodit yang komplek dari platyhelminthes yang hidup bebas, yang dipasangkan dengan
fertilisasi internal, dapat berkembang kesuburan yang baik diperlukan oleh parasit. Ada
banyak jumlah spesies parasit dengan variasi siklus hidup, dengan inang lanjutan. Contohnya
dalam cacing hati Fasciola, cacing dewasa hidup dalam domba, telur dilepaskan pada rumput
basah dimana mereka menetas menjadi larva yang berenang bebas (tidak seperti cacing
dewasa, level ini memiliki epidermis ciliate dan mata yang sederhana). Larva memasuki paru-
paru siput, dimana mereka membentuk kista yang melepaskan larva baru yang jumlahnya
berlipat ganda untuk meningkatkan jumlah mereka, dan akhirnya larva menunggu di rumput.
Jika mereka di makan oleh domba, siklusnya menjadi lengkap. Cestoda seperti cacing pita
pada manusia Taenia dimodifikasi dari nenek moyang mereka yang hidup bebas. Kepala
mereka diikatkan kedalam kuncup usus inang yang merupakan rangkaian ‘proglottides’ yang
lebih sedikit daripada kantung organ reproduksi; tidak punya saluran pencernaan dan
makanan diserap oleh seluruh permukaan. Ada satu lagi siklus hidupnya yang rumit : telur
lepas di tanah ketika dimana mereka berkembang menjadi embrio. Jika dimakan hewan
pemakan rumput, embrio membuat jalanya ke dalam otot babi dan mengkista, siap untuk
dimakan manusia.
                                            31
BAB III



                                         PENUTUP

3.1 SIMPULAN
         Annelida merupakan hewan simetris bilateral, mempunyai sistem peredaran darah
yang tertutup dan sistem saraf yang tersusun seperti tangga tali. Annelida mempunyai rongga
tubuh atau coelem dan tubuhnya beruas-ruas. Filum ini dikelompokkan menjadi tiga kelas
yaitu Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudenia.
         Platyhelminthes memiliki tubuh pipih, lunak dan epidermis bersilia. Cacing pipih ini
merupakan hewan tripoblastik yang tidak mempunyai rongga tubuh (acoelomata). Hidup
biasanya di air tawar, air laut dan tanah lembab. Ada pula yang hidup sebagai parasit pada
hewan dan manusia. Cacing parasit ini mempunyai lapisan kutikula dan silia yang hilang
setelah dewasa. Hewan ini mempunyai alat pengisap yang mungkin disertai dengan kait untuk
menempel. Filum ini terbagi kedalam beberapa kelas antara lain : Turbellaria, Trematoda, dan
Cestoda. Dalam siklus hidupnya sebagian besar cacing pita membutuhkan dua atau lebih
inang.




                                                32
DAFTAR PUSTAKA
Effendi,                       Imam.2011.<http://imamfends.blogspot.com/2011/03/bab-i-
       pendahuluan.html>.[Diakses Pada Tanggal 6 Desember 2012].
Hanaru.2012.<http://hanaruhanaru.blogspot.com/2012/03/annelida.html>.[Diakses    Pada
       Tanggal 6 Desember 2012].
Mia.2010.Annelida.<http://myaluzz.wordpress.com/2010/01/16/annelida/>.[Diakses   Pada
       Tanggal 6 Desember 2012].
Moore,J.2001.An introduction to the invertebrates.United States of America:Cambridge
       Univercity press.




                                          33

More Related Content

What's hot

Laporan Praktikum 4 Identifikasi Reptil
Laporan Praktikum 4 Identifikasi ReptilLaporan Praktikum 4 Identifikasi Reptil
Laporan Praktikum 4 Identifikasi Reptil
Selly Noviyanty Yunus
 
Laporan praktikum 6 bunga majemuk (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 6 bunga majemuk (morfologi tumbuhan)Laporan praktikum 6 bunga majemuk (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 6 bunga majemuk (morfologi tumbuhan)
Maedy Ripani
 
Laporan Praktikum 5 Mammalia
Laporan Praktikum 5 MammaliaLaporan Praktikum 5 Mammalia
Laporan Praktikum 5 Mammalia
Selly Noviyanty Yunus
 
Sistem Integumen Vertebrata
Sistem Integumen VertebrataSistem Integumen Vertebrata
Sistem Integumen Vertebrata
Endang Sri Wati Matarru
 
Gymnospermae - Anatomy
Gymnospermae - AnatomyGymnospermae - Anatomy
Gymnospermae - Anatomy
dewisetiyana52
 
PPT Morfologi Tumbuhan - Biji
PPT Morfologi Tumbuhan - BijiPPT Morfologi Tumbuhan - Biji
PPT Morfologi Tumbuhan - Biji
Agustin Dian Kartikasari
 
Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)
Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)
Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)
fentyagustin1
 
Praktikum isolasi dna
Praktikum isolasi dnaPraktikum isolasi dna
Praktikum isolasi dna
Affandi Arrizandy
 
Porifera leucosolenia viriabilis
Porifera leucosolenia viriabilisPorifera leucosolenia viriabilis
Porifera leucosolenia viriabilis
Singgih Azwar Anas
 
Sistem indra pada hewan
Sistem indra pada hewanSistem indra pada hewan
Sistem indra pada hewanHafiza Maulita
 
Praktikum ketiga kelompok 4
Praktikum ketiga kelompok 4Praktikum ketiga kelompok 4
Praktikum ketiga kelompok 4
Monalisa Pirade
 
Blastulasi dan segmentasi
Blastulasi dan segmentasiBlastulasi dan segmentasi
Blastulasi dan segmentasi
Akhmad Rosadi
 
Laporan Resmi Praktikum Biologi Peristiwa Plamolisis dan Deplasmolisis
Laporan Resmi Praktikum Biologi Peristiwa Plamolisis dan DeplasmolisisLaporan Resmi Praktikum Biologi Peristiwa Plamolisis dan Deplasmolisis
Laporan Resmi Praktikum Biologi Peristiwa Plamolisis dan Deplasmolisis
Dhiarrafii Bintang Matahari
 
Laporan pengenalan alat
Laporan pengenalan alatLaporan pengenalan alat
Laporan pengenalan alat
Laode Syawal Fapet
 
Sistem Ekskresi Pada Hewan
Sistem Ekskresi Pada HewanSistem Ekskresi Pada Hewan
Sistem Ekskresi Pada HewanCynthia Caroline
 
Mikroalga
MikroalgaMikroalga
Mikroalga
Heri Abrianto
 
Cephalopoda
CephalopodaCephalopoda
Laporan Praktikum 3 Amphibia
Laporan Praktikum 3 AmphibiaLaporan Praktikum 3 Amphibia
Laporan Praktikum 3 Amphibia
Selly Noviyanty Yunus
 
Pertanyaan seputar Sel
Pertanyaan seputar SelPertanyaan seputar Sel
Pertanyaan seputar Sel
yuliartiramli
 

What's hot (20)

Laporan Praktikum 4 Identifikasi Reptil
Laporan Praktikum 4 Identifikasi ReptilLaporan Praktikum 4 Identifikasi Reptil
Laporan Praktikum 4 Identifikasi Reptil
 
Gastrula
GastrulaGastrula
Gastrula
 
Laporan praktikum 6 bunga majemuk (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 6 bunga majemuk (morfologi tumbuhan)Laporan praktikum 6 bunga majemuk (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 6 bunga majemuk (morfologi tumbuhan)
 
Laporan Praktikum 5 Mammalia
Laporan Praktikum 5 MammaliaLaporan Praktikum 5 Mammalia
Laporan Praktikum 5 Mammalia
 
Sistem Integumen Vertebrata
Sistem Integumen VertebrataSistem Integumen Vertebrata
Sistem Integumen Vertebrata
 
Gymnospermae - Anatomy
Gymnospermae - AnatomyGymnospermae - Anatomy
Gymnospermae - Anatomy
 
PPT Morfologi Tumbuhan - Biji
PPT Morfologi Tumbuhan - BijiPPT Morfologi Tumbuhan - Biji
PPT Morfologi Tumbuhan - Biji
 
Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)
Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)
Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)
 
Praktikum isolasi dna
Praktikum isolasi dnaPraktikum isolasi dna
Praktikum isolasi dna
 
Porifera leucosolenia viriabilis
Porifera leucosolenia viriabilisPorifera leucosolenia viriabilis
Porifera leucosolenia viriabilis
 
Sistem indra pada hewan
Sistem indra pada hewanSistem indra pada hewan
Sistem indra pada hewan
 
Praktikum ketiga kelompok 4
Praktikum ketiga kelompok 4Praktikum ketiga kelompok 4
Praktikum ketiga kelompok 4
 
Blastulasi dan segmentasi
Blastulasi dan segmentasiBlastulasi dan segmentasi
Blastulasi dan segmentasi
 
Laporan Resmi Praktikum Biologi Peristiwa Plamolisis dan Deplasmolisis
Laporan Resmi Praktikum Biologi Peristiwa Plamolisis dan DeplasmolisisLaporan Resmi Praktikum Biologi Peristiwa Plamolisis dan Deplasmolisis
Laporan Resmi Praktikum Biologi Peristiwa Plamolisis dan Deplasmolisis
 
Laporan pengenalan alat
Laporan pengenalan alatLaporan pengenalan alat
Laporan pengenalan alat
 
Sistem Ekskresi Pada Hewan
Sistem Ekskresi Pada HewanSistem Ekskresi Pada Hewan
Sistem Ekskresi Pada Hewan
 
Mikroalga
MikroalgaMikroalga
Mikroalga
 
Cephalopoda
CephalopodaCephalopoda
Cephalopoda
 
Laporan Praktikum 3 Amphibia
Laporan Praktikum 3 AmphibiaLaporan Praktikum 3 Amphibia
Laporan Praktikum 3 Amphibia
 
Pertanyaan seputar Sel
Pertanyaan seputar SelPertanyaan seputar Sel
Pertanyaan seputar Sel
 

Viewers also liked

Power point annelida
Power point annelidaPower point annelida
Power point annelidaImawaty Yulia
 
Powerpoint biologi annelida
Powerpoint biologi annelidaPowerpoint biologi annelida
Powerpoint biologi annelida
Dini Rohmah
 
Biologi - Annelida
Biologi - AnnelidaBiologi - Annelida
Biologi - Annelida
Hendro Hartono
 
Makalah nematoda
Makalah nematoda Makalah nematoda
Makalah nematoda R Januari
 
Phylum annelida kelompok 6
Phylum annelida kelompok 6Phylum annelida kelompok 6
Phylum annelida kelompok 6ikaayu
 
Biologi annelida
Biologi annelidaBiologi annelida
Biologi annelida
Kurnia Wati
 
Phylum Presentation - Annelida
Phylum Presentation - AnnelidaPhylum Presentation - Annelida
Phylum Presentation - Annelida
guestd9437bf
 
Filum Annelida PPT beserta Anatomy
Filum Annelida PPT beserta AnatomyFilum Annelida PPT beserta Anatomy
Filum Annelida PPT beserta Anatomy
Opiq Dokujigokubaribarirenpatsu
 
Power point mollusca
Power point molluscaPower point mollusca
Power point molluscaImawaty Yulia
 
Phylum Annelida
Phylum AnnelidaPhylum Annelida
Phylum AnnelidaErin Nash
 
Class annelida (Smk Duta Pratama Indonesia)
Class annelida (Smk Duta Pratama Indonesia)Class annelida (Smk Duta Pratama Indonesia)
Class annelida (Smk Duta Pratama Indonesia)
akmallala
 
Biologi - Annelida
Biologi - AnnelidaBiologi - Annelida
Biologi - Annelida
Nada Nurhanifah
 
Makalah biologi (coelenterata dan mollusca)
Makalah biologi (coelenterata dan mollusca)Makalah biologi (coelenterata dan mollusca)
Makalah biologi (coelenterata dan mollusca)Win Da
 
Siklus hidup Fasciola hepatica, Schistosoma japonicum, Clonorchis sinensis...
Siklus hidup  Fasciola hepatica,  Schistosoma japonicum,  Clonorchis sinensis...Siklus hidup  Fasciola hepatica,  Schistosoma japonicum,  Clonorchis sinensis...
Siklus hidup Fasciola hepatica, Schistosoma japonicum, Clonorchis sinensis...
Dea Rodiana
 
Annelida dan molusca
Annelida dan moluscaAnnelida dan molusca
Annelida dan molusca
Bondan Kartika Pradipta
 
Power Point Platyhelminthes
Power Point PlatyhelminthesPower Point Platyhelminthes
Power Point PlatyhelminthesImawaty Yulia
 

Viewers also liked (20)

PPT ANNELIDA
PPT ANNELIDAPPT ANNELIDA
PPT ANNELIDA
 
Power point annelida
Power point annelidaPower point annelida
Power point annelida
 
Powerpoint biologi annelida
Powerpoint biologi annelidaPowerpoint biologi annelida
Powerpoint biologi annelida
 
Biologi - Annelida
Biologi - AnnelidaBiologi - Annelida
Biologi - Annelida
 
Makalah nematoda
Makalah nematoda Makalah nematoda
Makalah nematoda
 
Cacing laut
Cacing lautCacing laut
Cacing laut
 
2. power point
2. power point2. power point
2. power point
 
Phylum annelida kelompok 6
Phylum annelida kelompok 6Phylum annelida kelompok 6
Phylum annelida kelompok 6
 
Biologi annelida
Biologi annelidaBiologi annelida
Biologi annelida
 
Phylum Presentation - Annelida
Phylum Presentation - AnnelidaPhylum Presentation - Annelida
Phylum Presentation - Annelida
 
Filum Annelida PPT beserta Anatomy
Filum Annelida PPT beserta AnatomyFilum Annelida PPT beserta Anatomy
Filum Annelida PPT beserta Anatomy
 
Power point mollusca
Power point molluscaPower point mollusca
Power point mollusca
 
Phylum Annelida
Phylum AnnelidaPhylum Annelida
Phylum Annelida
 
Class annelida (Smk Duta Pratama Indonesia)
Class annelida (Smk Duta Pratama Indonesia)Class annelida (Smk Duta Pratama Indonesia)
Class annelida (Smk Duta Pratama Indonesia)
 
Biologi - Annelida
Biologi - AnnelidaBiologi - Annelida
Biologi - Annelida
 
Makalah biologi (coelenterata dan mollusca)
Makalah biologi (coelenterata dan mollusca)Makalah biologi (coelenterata dan mollusca)
Makalah biologi (coelenterata dan mollusca)
 
Siklus hidup Fasciola hepatica, Schistosoma japonicum, Clonorchis sinensis...
Siklus hidup  Fasciola hepatica,  Schistosoma japonicum,  Clonorchis sinensis...Siklus hidup  Fasciola hepatica,  Schistosoma japonicum,  Clonorchis sinensis...
Siklus hidup Fasciola hepatica, Schistosoma japonicum, Clonorchis sinensis...
 
Annelida dan molusca
Annelida dan moluscaAnnelida dan molusca
Annelida dan molusca
 
Siklus hidup obelia
Siklus hidup obeliaSiklus hidup obelia
Siklus hidup obelia
 
Power Point Platyhelminthes
Power Point PlatyhelminthesPower Point Platyhelminthes
Power Point Platyhelminthes
 

Similar to MAKALAH ANNELIDA

Makalah tentang sel
Makalah tentang selMakalah tentang sel
Makalah tentang sel
Sentra Komputer dan Foto Copy
 
Lkm 2-kelompok-4
Lkm 2-kelompok-4Lkm 2-kelompok-4
Lkm 2-kelompok-4
Alfun Hidayatulloh
 
ORGANISASI KEHIDUPAN DAN SALING KETERGANTUNGAN ANTARA MAHLUK HIDUP, SERTA PEN...
ORGANISASI KEHIDUPAN DAN SALING KETERGANTUNGAN ANTARA MAHLUK HIDUP, SERTA PEN...ORGANISASI KEHIDUPAN DAN SALING KETERGANTUNGAN ANTARA MAHLUK HIDUP, SERTA PEN...
ORGANISASI KEHIDUPAN DAN SALING KETERGANTUNGAN ANTARA MAHLUK HIDUP, SERTA PEN...
FAJAR MENTARI
 
Makalah celicerata
Makalah celicerataMakalah celicerata
Makalah celicerataR Januari
 
Kel 5 Embriologi Hewan organogenesis.docx
Kel 5 Embriologi Hewan organogenesis.docxKel 5 Embriologi Hewan organogenesis.docx
Kel 5 Embriologi Hewan organogenesis.docx
MutmainnaInna16
 
Makalah Konsep Dasar Oksigenasi Kebutuhan Dasar Manusia 1
Makalah Konsep Dasar Oksigenasi Kebutuhan Dasar Manusia 1Makalah Konsep Dasar Oksigenasi Kebutuhan Dasar Manusia 1
Makalah Konsep Dasar Oksigenasi Kebutuhan Dasar Manusia 1
Fhyter DrifacHy DrimeTana
 
Makalah Fisiologi Hewan Air - Sel
Makalah Fisiologi Hewan Air - SelMakalah Fisiologi Hewan Air - Sel
Makalah Fisiologi Hewan Air - Sel
fatkhurochmanekhu
 
Biologi M2KB1
Biologi M2KB1Biologi M2KB1
Biologi M2KB1
ppghybrid4
 
Makalah siap posting
Makalah siap postingMakalah siap posting
Makalah siap postingR Januari
 
Tugas Makalah TIK Nadia Safira 2D PGSD
Tugas Makalah TIK Nadia Safira 2D PGSDTugas Makalah TIK Nadia Safira 2D PGSD
Tugas Makalah TIK Nadia Safira 2D PGSD
nadsapp
 
Biologi M2KB3
Biologi M2KB3Biologi M2KB3
Biologi M2KB3
ppghybrid4
 
Makalah Biologi.docx
Makalah Biologi.docxMakalah Biologi.docx
Makalah Biologi.docx
RiyamaraAulia
 
Laporan Hasil DKK Kel. 3 B7M1 Pensinyalan Sel
Laporan Hasil DKK Kel. 3 B7M1 Pensinyalan SelLaporan Hasil DKK Kel. 3 B7M1 Pensinyalan Sel
Laporan Hasil DKK Kel. 3 B7M1 Pensinyalan Sel
elfanidamayanti1
 
Makalah Teori Sel dan Komponen Kimiawi Sel
Makalah Teori Sel dan Komponen Kimiawi SelMakalah Teori Sel dan Komponen Kimiawi Sel
Makalah Teori Sel dan Komponen Kimiawi Sel
Angga Oktyashari
 
Makalah Nemathelminthes
Makalah NemathelminthesMakalah Nemathelminthes
Makalah Nemathelminthes
Universities Pendidikan Ganesha
 
194598945 makalah-kelainan-hipotalamus-case-1-ems-1
194598945 makalah-kelainan-hipotalamus-case-1-ems-1194598945 makalah-kelainan-hipotalamus-case-1-ems-1
194598945 makalah-kelainan-hipotalamus-case-1-ems-1
homeworkping3
 
Kata pengantar chordata
Kata pengantar chordataKata pengantar chordata
Kata pengantar chordata
muhammmad faisal
 
MAKALAH BIOFISIKA 2.docx
MAKALAH BIOFISIKA 2.docxMAKALAH BIOFISIKA 2.docx
MAKALAH BIOFISIKA 2.docx
FaizahAzzahra5
 
Dasar dasar ilmu biologi
Dasar dasar ilmu biologiDasar dasar ilmu biologi
Dasar dasar ilmu biologi
aliluqman
 

Similar to MAKALAH ANNELIDA (20)

Makalah tentang sel
Makalah tentang selMakalah tentang sel
Makalah tentang sel
 
Lkm 2-kelompok-4
Lkm 2-kelompok-4Lkm 2-kelompok-4
Lkm 2-kelompok-4
 
ORGANISASI KEHIDUPAN DAN SALING KETERGANTUNGAN ANTARA MAHLUK HIDUP, SERTA PEN...
ORGANISASI KEHIDUPAN DAN SALING KETERGANTUNGAN ANTARA MAHLUK HIDUP, SERTA PEN...ORGANISASI KEHIDUPAN DAN SALING KETERGANTUNGAN ANTARA MAHLUK HIDUP, SERTA PEN...
ORGANISASI KEHIDUPAN DAN SALING KETERGANTUNGAN ANTARA MAHLUK HIDUP, SERTA PEN...
 
Makalah celicerata
Makalah celicerataMakalah celicerata
Makalah celicerata
 
Kel 5 Embriologi Hewan organogenesis.docx
Kel 5 Embriologi Hewan organogenesis.docxKel 5 Embriologi Hewan organogenesis.docx
Kel 5 Embriologi Hewan organogenesis.docx
 
Makalah Konsep Dasar Oksigenasi Kebutuhan Dasar Manusia 1
Makalah Konsep Dasar Oksigenasi Kebutuhan Dasar Manusia 1Makalah Konsep Dasar Oksigenasi Kebutuhan Dasar Manusia 1
Makalah Konsep Dasar Oksigenasi Kebutuhan Dasar Manusia 1
 
Makalah Fisiologi Hewan Air - Sel
Makalah Fisiologi Hewan Air - SelMakalah Fisiologi Hewan Air - Sel
Makalah Fisiologi Hewan Air - Sel
 
Biologi M2KB1
Biologi M2KB1Biologi M2KB1
Biologi M2KB1
 
Makalah siap posting
Makalah siap postingMakalah siap posting
Makalah siap posting
 
Tugas Makalah TIK Nadia Safira 2D PGSD
Tugas Makalah TIK Nadia Safira 2D PGSDTugas Makalah TIK Nadia Safira 2D PGSD
Tugas Makalah TIK Nadia Safira 2D PGSD
 
Biologi M2KB3
Biologi M2KB3Biologi M2KB3
Biologi M2KB3
 
CONTENT Fisiologi Hewan.pdf
CONTENT Fisiologi Hewan.pdfCONTENT Fisiologi Hewan.pdf
CONTENT Fisiologi Hewan.pdf
 
Makalah Biologi.docx
Makalah Biologi.docxMakalah Biologi.docx
Makalah Biologi.docx
 
Laporan Hasil DKK Kel. 3 B7M1 Pensinyalan Sel
Laporan Hasil DKK Kel. 3 B7M1 Pensinyalan SelLaporan Hasil DKK Kel. 3 B7M1 Pensinyalan Sel
Laporan Hasil DKK Kel. 3 B7M1 Pensinyalan Sel
 
Makalah Teori Sel dan Komponen Kimiawi Sel
Makalah Teori Sel dan Komponen Kimiawi SelMakalah Teori Sel dan Komponen Kimiawi Sel
Makalah Teori Sel dan Komponen Kimiawi Sel
 
Makalah Nemathelminthes
Makalah NemathelminthesMakalah Nemathelminthes
Makalah Nemathelminthes
 
194598945 makalah-kelainan-hipotalamus-case-1-ems-1
194598945 makalah-kelainan-hipotalamus-case-1-ems-1194598945 makalah-kelainan-hipotalamus-case-1-ems-1
194598945 makalah-kelainan-hipotalamus-case-1-ems-1
 
Kata pengantar chordata
Kata pengantar chordataKata pengantar chordata
Kata pengantar chordata
 
MAKALAH BIOFISIKA 2.docx
MAKALAH BIOFISIKA 2.docxMAKALAH BIOFISIKA 2.docx
MAKALAH BIOFISIKA 2.docx
 
Dasar dasar ilmu biologi
Dasar dasar ilmu biologiDasar dasar ilmu biologi
Dasar dasar ilmu biologi
 

Recently uploaded

PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
muhammadyudiyanto55
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
yuniarmadyawati361
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
UditGheozi2
 
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
Hernowo Subiantoro
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
mattaja008
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
johan199969
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
erlita3
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
lastri261
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
SABDA
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
MuhammadBagusAprilia1
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
RinawatiRinawati10
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
muhammadRifai732845
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
agusmulyadi08
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
EkoPutuKromo
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 

Recently uploaded (20)

PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 

MAKALAH ANNELIDA

  • 1. MAKALAH BIOSISTEMATIK HEWAN “FILLUM ANNELIDA DAN PLATYHELMINTHES” Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Biosistematik Hewan yang yang dibina oleh Ibu Hj. Dwi Santy Damayanti, SKM., M.Kes Disusun oleh: KELOMPOK 1 Khoerunisa Nur M 1211702044 Rangga Rifky L 1211702061 Resty Maryam 1211702064 Rini Mulyani 1211702068 Seftia Maulani 1211702070 Tessa Fauziah 1211702078 BIOLOGI/III/B Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung 2012
  • 2. KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat. Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Dosen serta teman-teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moriil maupun materil, sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan. Kami menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta banyak kekurangan, baik dari segi tata bahasa yang kadangkala hanya menuruti egoisme pribadi, untuk itu besar harapan kami jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah dilain waktu. Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan apa yang saya susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari judul ini ( Filum Annelida dan Platyhelminthes) sebagai tambahan dalam menambah referensi yang telah ada. Bandung, 22 November 2012 Penulis i
  • 3. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR………………………………………………………….….i DAFTAR ISI………………………………………………………………….…..ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ....................................................................................... 1 1.2 RUMUSAN MASALAH .................................................................................. 2 1.3 TUJUAN............................................................................................................ 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 ANNELIDA 2.1.1 Pengertian dan Karakteristik Annelida ........................................................... 3 2.1.2 Kelas dari Filum Annelida .............................................................................. 4 2.1.3 Cara gerak Filum Annelida............................................................................. 7 2.1.4 Sistem reproduksi .......................................................................................... 8 2.1.5 Sistem Ekskresi…………………………………………………………..….8 2.1.6 Sistem transportasi........................................................................................ 11 2.1.7 Sistem respirasi ............................................................................................. 13 2.1.8 Sistem pencernaan ........................................................................................ 15 2.1.9 Sistem sirkulasi ............................................................................................. 17 2.10 Hubungan antar Filum Annelida ................................................................... 17 2.2 FILUM PLATYHELMINTHES 2.2.1 Pengertian dan Karakteristik Filum Platyhelminthes……………….15 2.2.2 Sistem Ekskresi……………………………………………………...16 2.2.3 Sistem Saraf………………………………………………………....17 2.2.4 Sistem Reproduksi…………………………………………………..17 2.2.5 Klasifikasi Platyhelminthes…………………………………………18 2.2.6 Peranan Platyhelminthes Bagi Kehidupan Manusia………………...24 2.3 FILUM ACOELAMORPHA 2.3.1 Karakteristik Acoelamorpha…………………………………………24 2.3.2 Ciri Khusus Platyhelminthes Modern………………………………..25 BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan…………………………………………………………………..….28 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….29 ii
  • 4. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Annelida adalah cacing protostome dengan tiga lapisan sel, saluran cerna dengan mulut dan anus, sebuah dinding tubuh dengan otot membujur dan melingkar.Rongga tubuh coelomic terbentuk karena pemisahan mesoderm embrio. Epidermis luar diselubungi oleh kulit ari tipis, sejenis bulu-bulu chitinous (‘chaetae atau setae’).Segmentasi metamerik,yang selalu ditunjukkan dalam muskular dan sistem saraf adalah karakteristik yang jelas.Sistem saraf memiliki ganglion supraoesophaegal (kelompok tubuh utama sel saraf) yang disebut otak meskipun lebih banyak daripada sensor penyampai pesan, dan kawat saraf ventral yang yang menuju segmen ganglia memberikan segmen saraf.Terdapat sistem darah tertutup dengan darah yang bergerak menuju pembuluh membujur dorsal. Pembuluh segmen antara coelom dan luar digunakan untuk sekresi dan reproduksi. Cacing anelida adalah hewan berongga dengan segmen metamerik. Coelom anelid dipenuhi cairan pengisi rongga tubuh disekitar mesoderm, yang menyediakan kerangka hidrostatis yang efisien. Metameris adalah rangkaian repetisi dari bagian yang sama di sepanjang tubuh hewan, yang dimuat oleh pemisahan primer mesoderm menjadi blok segmen otot. Pada anelida terdapat sekat dalam (septa) antar segmen. Coelom dan metemeris meningkatkan efektifitas kontraksi otot sehingga pergerakan aktif dapat lebih cepat daripada hewan acoelomate. Pada waktu yang sama, kelanjutannya memberikan kerumitan yaitu ketika coelom luas terpisah dari jaringan luar dan dalam, sistem transport diperlukan dan organ ekskresi dan respirasi mungkin perlu berkembang. Kerumitan ini kemudian menyebabkan perbedaan struktural dan peningkatan ukuran. Sebanyak 15000 spesies cacing anelida yang diketahui hidup di laut, merayap dibawah bebatuan pantai dan di dasar laut, berenang bebas atau mencari perlindungan dari predator dalam lubang atau tabung. Penyebaran anelida di air tawar dan daerah terrestrial hanya sedikit, kecuali cacing tanah, yang bertahan dengan sukses, dan lintah yang menyebar luas. Panjang anelida mulai dari 1 mm diantara butiran pasir sampai 3 m di beberapa cacing tanah Australia. 1
  • 5. 1.2 RUMUSAN MASALAH Rumusan masalah yang dikemukakan dalam makalah ini antara lain: 1. Apakah itu Annelida? 2. Bagaimana karakteristik hewan yang termasuk ke dalam dari filum Annelida? 3. Kelas apa saja yang termasuk filum Annelida? 4. Apa saja perbedaan yang terdapat pada setiap kelas Annelida? 5. Bagaimana sistem reproduksi, sistem pernafasan, sistem ekskresi, system respirasi, sistem pencernaan, sistem gerak dan sistem saraf pada Annelida? 6. Bagaimana karakteristik dari Filum Platyhelminthes dan Acoelomorpha? 7. Klasifikasi filum Platyhelminthes dan Acoelomorpha? 8. Bagaimana daur hidup kelas yang terdapat pada filum Platyhelminthes dan Acoelomorpha? 9. Apa peranan Platyhelminthes dalam kehidupan manusia? 1.3 TUJUAN Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain: 1. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana karakteristik umum Annelida 2. Untuk mengetahui dan memahami perbedaan pada setiap kelas Annelida 3. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana sistem reproduksi, sistem pernafasan, sistem ekskresi, system respirasi, sistem pencernaan, sistem gerak dan sistem saraf pada Annelida 4. Mengetahui dan memahami lebih jauh tentang filum Platyhelminthes dan Acoelomorpha dan peranannya dalam kehidupan manusia. 2
  • 6. BAB II PEMBAHASAN 2.1 FILUM ANNELIDA 2.1.1 Pengertian dan Karakteristik Annelida Annelida berasal dari bahasa latin: annulus = cincin/gelang, maka sering juga disebut cacing gelang karena tubuhnya tersusun atas segmen yang menyerupai cincin atau gelang. Annelida merupakan binatang triploblastik selomata, tubuhnya bersegmen. Setiap segmen dibatasi oleh sekat (septum). Sudah memiliki sistem syaraf, pencernaan, ekskresi, reproduksi dan sistem pembuluh. Hidup di air tawar, laut darat atau parasit. Annelida adalah cacing protostome dengan tiga lapisan sel, saluran cerna dengan mulut dan anus, sebuah dinding tubuh dengan otot membujur dan melingkar. Annelida memiliki panjang tubuh sekitar 1mm sampai 3 m, tubuhnya simetri bilateral, berbentuk seperti gelang ('anellus' = cincin), memiliki alat gerak berupa bulu-bulu kaku pada setiap segmen dan memiliki sistem peredaran darah tertutup serta tubuh tertutupi oleh kutikula yang licin yang terletak diatas ephitelium. 3
  • 7. Rongga tubuh coelomic terbentuk karena pemisahan mesoderm embrio. Epidermis luar diselubungi oleh kulit ari tipis, sejenis bulu-bulu chitinous (‘chaetae atau setae’).Segmentasi metamerik,yang selalu ditunjukkan dalam muskular dan sistem saraf adalah karakteristik yang jelas.Sistem saraf memiliki ganglion supraoesophaegal (kelompok tubuh utama sel saraf) yang disebut otak meskipun lebih banyak daripada sensor penyampai pesan, dan kawat saraf ventral yang menuju segmen ganglia memberikan segmen saraf.Terdapat sistem darah tertutup dengan darah yang bergerak menuju pembuluh membujur dorsal.Pembuluh segmen antara coelom dan luar digunakan untuk sekresi dan reproduksi 2.1.2 Kelas dari Filum Annelida Filum Annelida terdiri dari tiga kelas yaitu 1. Polychaeta Polychaeta (dalam bahasa yunani, poly = banyak, chaetae = rambut kaku). Tubuhnya dibedakan menjadi daerah kepala (prostomium) dengan mata, antena, dan sensor palpus. Tubuh memanjang dan mempunyai segmen. Mereka memiliki sepasang struktur seperti dayung yang disebut parapodia (tunggal = parapodium) pada setiap segmen tubuhnya kecuali pada segmen terakhir. Fungsi parapodia adalah sebagai alat gerak dan mengandung pembuluh darah halus sehingga dapat berfungsi juga seperti insang untuk bernapas. Setiap parapodium memiliki rambut kaku yang disebut seta yang tersusun dari kitin. Polychaeta hidup dalam pasir atau menggali batu-batuan di daerah pasang surut air laut. Contoh cacing ini adalah : 4
  • 8. 1) Eunice viridis (cacing wawo) 2) Lysidice oele (cacing palolo) 3) Nereis virens (kelabang laut) Gambar a. Gambar b 2. Oligochaeta Oligochaeta dalam bahasa yunani berasal dari dua kata yaitu oligo = sedikit dan chaetae = rambut kaku. Oligochaeta merupakan annelida air tawar atau terrestial umumnya, tanpa parapodia dan beberapa chaetae tanpa sendi. Cara makannya bersifat suctorial yaitu tidak memiliki rahang. Oligochaetes dikenali dengan ‘clitellum’ berbentuk tongkat, epiderm kental yang mengeluarkan kepompong. Contohnya : Lumbricus terrestris (cacing tanah – Eropa dan Amerika) Perichaeta (cacing hutan) Tubifex (cacing air) Pheretima posthurna (cacing tanah – Asia) 5
  • 9. Gambar c. Gambar d 3. Hirudina (lintah). Hirudina merupakan kelas annelida dengan jenis yang paling sedikit. Mereka memiliki ciri –cirri antara lain: tidak memiliki parapodium maupun seta pada segmen tubuhnya, panjang bervariasi dari 1 – 30 cm, tubuhnya pipih dengan ujung anterior dan posterior yang meruncing, pada anterior dan posterior terdapat alat pengisap yang digunakan untuk menempel dan bergerak. Lintah ada yang bersifat ektoparasit pada permukaan tubuh inangnya yang berupa hewan vertebrata termasuk manusiadengan mengisap darah inangnya dan ada pula yang hidup bebas dengan memangsa invertebrata kecil seperti siput. Contoh Hirudinea parasit : Haemadipsa (pacet), hidup di rawa-rawa dan di hutan basah Hirudo medicinalis (lintah). Hirudo medicinalis (lintah) Haemadipsa (pacet) 6
  • 10. Saat merobek atau membuat lubang, lintah mengeluarkan zat anestetik (penghilang sakit), sehingga korbannya tidak menyadari adanya gigitan. Setelah ada lubang, lintah akan mengeluarkan zat anti pembekuan darah (hirudin). Dengan zat tersebut lintah dapat mengisap darah sebanyak mungkin. Gambar e gambar f 2.1.3 Cara gerak Filum Annelida Cara jalan yang lambat jenis polychaete seperti Nereis dicapai dengan melangkah dengan parapodia, chaetae mereka yang meningkatkan gaya tarik dengan substratum. Yang berjalan cepat malah menggunakan sedikit parapodia. Tubuhnya dibentuk menjadi gelombang horizontal oleh kontraksi dan relaksasi otot dinding utama dalam dua sisi,komponen lateral tenaga desakan akan batal dan cacing bergerak maju dengan menekankan tubuhnya pada lingkungan tempat ia berada,ketika polychaetae berubah dari berjaalan cepat menjadi berenang, gelombang menggambarkan aktivitas yang mungkin untuk cacing coelomate bersegmen. Gelombang lateral poluchaetae berbeda dari dorongan gelombang dalam nematoda, belut atau ular yang terdapat parapodia ini. mereka tidak memperbesar secara langsung, tapi kehadiran mereka, menyebar pada sisi luar dan dikumpulkan di bagian dalam setiap tekukan,berarti bahwa desakan yang mendorong ditekan pada permukaan cembung luar dan tidak menekan sisi dalam yang cekung. Kontraksi gelombang harus dikembangkan dari belakang hingga ke depan bagian cacing, tidak bergelombang dari depan ke belakang sperti nematoda, belut, ular dan polychaete. Otaknya harus memulai perpindahan pada ujung terjauh tubuhnya. Polychaete dengan semua parapodia yang hilang berenang ke belakang. Oligochaetes menggunakan kontraksi otot sirkular dan membujur secara bergantian tidak bergelombang melainkan peristaltik.kontraksi otot sirkular 7
  • 11. memungkinkan cacing tanah memanjangkan bagian anteriornya lebih ramping dan panjang sementara cengkraman chaetae di tanah di bagian belakang, membuat lebih pendek dan gemuk dengan kontraksi otot longitudinal atau membujur. Otot sirkular anterior kemudian berelaksasi dan gelombang kontraksi sirkular melewati seluruh bagian cacing. Lintah mungkin menukik dengan melekat dan menyobek penghisapan mereka atau mungkin berenang ke atas-kebawah dengan gelombang yang disebarkan dari ujung anterior. Untuk melakukan ini, mereka harus memipihkan dan mengeraskan tubuh mereka dengan kontraksi otot dorsovental sehingga mereka bisa melenturkan ototnya tanpa memendekan tubuhnya. Pengaturan pergerakan ini lebih maju daripada annelida lainnya, dengan sistem saraf yang lebih singkat dan lebih memusat fungsinya. 2.1.4 Sistem reproduksi Polycahaete adalah hewan laut dan memiliki alat kelamin terpisah, transfer sperma eksternal dan fertilisasi eksternal. Telur dilepaskan menembus organ segmen kedalam laut, diamana mereka berkembang menjadi larva planktonik ‘trochophore’. oligochaetes dalam air tawar atau di tanah, adalah hermaprodit fertilisasi menyilang dengan tidak mentransfer sperma eksternal yaitu kuning telur dibuahi dalam cacing atau dalam kepompong. Clittelum yang berada di dekat poti betina, mengeluarkan kepompong yang telurnya dikeluarkan sebelum atau sesudah pembuahan), dan dimana mereka berkembang secara langsung tanpa tingkatan larva. Lintah di habitatnya bereproduksi seperti oligochaete dengan perkembangan langsung dalam kepompong. 8
  • 12. Generalisasi menyediakan sebuah kerangka berguna, tapi menghentikan jumlah bentuk seleksi alam. Polychaete tidak semuanya hewan laut tapi mempunyai beberapa spesies yang hidup di air tawar, dan ada juga yang hidup di gelondongan kayu busuk di darat seperti oligochate yang mempunyai sejumlah spesies laut. Sedangkan generalisasi tentang reproduksi dan perkembangan oligochaete bisa tertahan, polychaete sangat bervariasi. Betinanya bisa mengumpulkan dan menyimpan sperma, contohnya seperti larva trochopore bisa dimodifikasi atau ditekan dimana perkembangan terjadi dalam kuning telur. Reproduksi seksual (dengan kekuatan regenerasi yang berhubungan) bisa terjadi ketika ujung belakang Nereis pecah dan menjadi transformasi pelagic ‘heteronereis’ yaitu seperti pelagic lain polychaete, kemudiian mengapung karena perpanjangan permukaannya dan mempunyai mata 9
  • 13. yang lebar. Pelepasan gamet bisa diseimbangkan dalam kawanan polycahete dewasa secara seksual. 2.1.5 Sistem ekskresi Sebagian besar polychaete adalah osmoconformer, regulasi osmosis adalah aspek penting dalam annelida yang mampu untuk mengumpulkan air dari lingkungan. Contohnya, Nereis diversicolour pada estuaria dan cacing tanah dapat memproduksi urin hipotonik sampah gas nitrogen bisa dikeluarkan dalam bentuk ammonia, atau dimana air hanya sedikit dibebaskan dengan sel khusus (pada oligochates) atai sel botroidal (lintah) bisa menggabungkan amonia dengan karbondioksida untuk membentuk urea. Organ ekskresi pada larva dan beberapa polychaetes dewasa (dan pada annelida anchestral) adalah protonephridia, tabung dengan ujung samar-samar dimana filtrasi menggunakan cilia terjadi. Sebagian besar polychate memiliki metanephridia, pembuluh terbuka dari coelom dengan saluran ciliata. Tabung bisa terpisah keluar tapi lebih sering membuka kedalam pembuluh gonad mesoderm yang terjadi pada banyak segmen. Oligochaete dan lintah memiliki segmen metanephridia dengan gonad dan pembuluh yang dibatasi oleh beberapa segmen anterior. Cara kerja organ ekskresi bekerja Ada dua proses yang terjadi : Ultrafiltrasi. Tekanan mendesak air dan molekul larutan kecil menerobos membran semi permeable yang menahan balik molukul besar seperti protein. 10
  • 14. Transport aktif ion (bukan air) adalah langkah penting kedua:filtrasi dalam tubula ekskresi dimodifikasi ketika lewat : substansi yang dipilih ditambahkan atau diserap kembali. Ini dilapisi ketika proses filtrasi, transport aktif mungkin memulai ekskresi, seperti hamocoel serangga, jika tekanan darah rendah. Hasil ekskresi Selain air dan ion, produk ekskresi di antaranya: Karbondioksida, CO2, hasil dari pernapasan pada semua hewan Ammonia, NH3, ion NH4+, produk primer deaminasi asam amino. Ini adalah racun dan perlu air untuk membuangnya. Urea,CO(NH2)2, sedikit beracun dan memerlukan sedikit air untuk menghilangkannya. Ini adalah poin akhir yang umum pada metabolisme nitrogen yang diproduksi oleh pemadatan molekul CO2 dengan dua molekul amonia. Asam uric, C5O3N4H4 pada titik akhir metabolisme purin ini adalah molekul yang komplek, lebih mahal pembentukannya. Dapat dikeluarkan dengan semi padat dengan sedikit air, atau disimpan dalam hewan atau telur tapi membahayakan. Biasanya diproduksi oleh hewan terrestial, contohnya serangga dan siput (laba-laba menngunakan purin lain, guanin) Kebanyakan hewan mengeluarkan campurab dari tiga substansi (lainnya), tapi biasanya titik akhir nitrogen lebih mendominasi. Ammonia contohnya, 80% pada annelida Aphrodite, 60% pada udang karang Astacus, 67% pada sotong Sepia dan 30% pada bintang laut Asterias(dimana sebagian besar sampah nitrogen dalam bentuk asam amino). Di darat siput pulmonate Helix, asam uric berisi 70% sampah nitrogen, sementara di pantai yang lebih rendah siput laut Littorina littorea hanya 0,8-1,2%. Kutu kayu termasuk ke dalam hewan terrestial yang mampu mengeluarkan gas ammonia. 2.1.6 Sistem transportasi Diffusi Difusi, pergerakan substansi lebih tinggi ke konsentrasi substansi yang lebih rendah, ini tidak cukup untuk komunikasi antar bagian tubuh pada hewan kecil. Planaria contohnya, mengandalkan difusi suplai oksigen dan menggunakan oksigen sekitar 0,1 sampai 0,2 ml oksigen pergram perjam pada 15ᵒC. Penghitungan berdasarkan jumlah difusi meyakinkan bahwa planaria harusnya tidak lebih dari 0,5 mm.Pada titik ini,banyak planaria bernapas secara anaerob pada waktu tertentu, dan banyak pusat cacing bukanlah pada jaringan tapi pada makanan dalam saluran cerna. Transportasi atau sistem „vaskular‟ 11
  • 15. Sistem transportasi terumum adalah darah, jaringan cair (mengandung sel) dalam pembuluh tertutup atau rongga haemocoelic. Fungsinya untuk mengangkut gas hasil pernapasan, makanan, materi ekskresi, hormon dan substansi lainnya. Dugaan bahwa sisteem darah dahulu berkembang untuk transport oksigen itu salah nemertines mempunyai sistem darah di dalam tubuhnya dan tidak ada hubungannya dengan transport oksigen. Nemertines, tidak seperti planaria, mempunyai saluran cerna terbuka pada kedua ujungnya dengan pergerakan makanan satu arah,secara langsung ini memerlukan sistem transport jika makanan disebarkan ke seluruh tubuh. Pada planaria, dimana hanya ada mulut yang terbuka, makanan tidak akan mencapai semua jaringan tapi untuk cabang saluran cerna. Transport oksigen dan karbonsioksida Pigmen respirasi Pigmen yang bergabung dengan oksigen ada di hampir semua hewan yang membantu pernapasan. Sejauh ini yang paling umum adalah hemoglobin (Hb), ditemukan sedikitnya pada beberapa anggota hampir semua Filum. Struktur protein yang berisi zat besi dan hemoglobin, ini terhubung pada enzim pernapasan cytochrome yang digunakan dalam respirasi sel pada semua hewan. Hemoglobin mungkin terdapat pada larutan atau sel darah,dimana ini akan menjadi lebih terkonsentrasi tanpa memunculkan tekanan osmosis darah, pertama ini mengangkut oksigen, tapi mungkin ini hanya cadangan oksigen, seperti bentuk yang lebih sederhana molekul yang disebut ‘myoglobin, ini mungkin memudahkan difusi oksigen. Hemocyanin adalah pigmen berbahan dasar tembaga yang terdapat pada banyak arthropoda atau moluska. Ini mempunyai capasitas pengangkut oksigen yang lebih rendah daripada hemoglobin dan tidak bisa diisikan pada sel darah. Pigmen respirasi lainnya seperti haemerythrin dan chlorocruoin terjadi khususnya pada annelida yang mempunyai rangkaian luas pigmen khusus respirasi. Karbondioksida Karbondioksida juga diangkut dalam kombinasi arah sebaliknya oleh hemoglobin sebagai ion bikarbonat (HCO3)- atau dalam larutan padat. Sistem penghitungan ukuran Ketika arah aliran berlawanan dalam saluran yang tepat dan tertutup, sistem penghitungan ukuran meningkatkan pengambilan oksigen pada permukaan pernapasan. Dengan aliran penghitungan ukuran, ada gradien konsentrasi oksigen ( atau substansi lain, atau panas) sepanjang seluruh permukaan, yang menyebabkan 12
  • 16. lebih banyak difusi terjadi pada aliran paralel (co_current), dimana ada peningkatan gradien yang tinggi –lihat diagram c dan d. 2.1.7 Sistem respirasi Respirasi adalah oksidasi makanan organik dengan pelepasan energi. Ini termasuk kedalam anaerob (menggunakan oksigen ingkungan) dan memiliki tiga tahap: 1. Pertukaran gas. Oksigen dimasukkan dan karbondioksida dikeluarkan pada permukaan respiratori, sering dibantu oleh pergerakan ventilasi. 2. Pengangkutan oksigen Pengangkutan oksigen dari organ respirasi menuju sel, biasanya dalam darah dan karbondioksida di arah sebaliknya. 3. Terjadinya proses biokimia Dalam setiap sel proses biokimia cenderung sama dalam semua hewan. Gula disusun dan dipecahkan dengan glikosis menjadi pirufat, yang melepaskan energi yang tergabung menjadi ATP atau kehilangan panasnya. Ini adalah tahap anaerobik respirasi,ketiadaan oksigen pirufat yang terbentuk diubah menjadi asam laktid. Pemecahan tidak sempurna ini mungkin menjadi satu-satunya tahap respirasi seluler pada beberapa hewan atau beberapa keadaan, ketika otot membangun bank oksigen. Sebagian besar hewan mengoksidasi pirufat (dalam siklus ‘krebs’ atau ‘asam trikarboksil) yang menggunakan molekul oksigen sebagai penerima akhir hidrogen. Respirasi aerobik membuat persediaan energi yang lebih banyak. Persamaannya adalah : C6H12O6+6O2 =6CO2+6H20 Repirasi akuatik dan udara Oksigen mungkin diperoleh dari larutan dalam air. Kelebihan pernapasan di udara Kandungan oksigen di udara lebih banyak 30 kali lipat daripada dalam air : udara berisi 20% oksigen sementara seliter air tawar pada 15ᵒC tidak akan mengandung oksigen lebih dari 7,0 ml oksigen. Oksigen berdifusi 10000 kali lebih cepat daripada dalam air. Udara, menjadi tebal dan kental, bergerak lebih cepat daripada air pada permukaan organ pernapasan. 13
  • 17. Kelebihan bernapas dalam air 1) Permukaan organ respirasi didukung oleh air dan tidak akan mengering 2) Pengeluaran karbondioksida lebih mudah : ini dapat larut dan air tawar dapat menahan sekitar 3 volume% CO2 sementara udara hanya mampu berisi 0,03 volume %. Tekanan oksigen Ketersediaan oksigen dalam larutan diukur dalam tekanannya, bukan volumenya. Tekanan bagian oksigen (bagian keseluruhan yang menyebabkan oksigen) disebut tekanan oksogen. Tekanan lingkungan pada tingkatan laut dikukur dalam sebuah barometer 760 milimeter merkuri (mm Hg: dalam unit Sl, 101, 3 kilopaskal, kPa). Udara kira-kira mengandung 21% oksigen sehingga tekanan oksigen dalam air laut yang mengandung udara kira-kira 0,21X760 =160mm Hg (21,3 kPa). Air tawar secara umum akan di oksigenasi lebih baik daripada di laut, karena oksigen kehilangan larutan dalam garam. Udara yang seimbang lebih mudah untuk pengambilan oksigen, sehingga respirasi akuatik akan membutuhkan permukaan respirasi yang luas Alat-alat respirasi Permukaaan tubuh mungkin dapat ditembus pada udara respirasi hewan laut.Contohnya sponge, cnidaria, cacing acoelomate, crustaceae dan larva dan telur hewan laut. Insang Insang adalah perpanjangan permukaan yang berdinding tipis pada hewan air. Insang luar mungkin dibuka oleh air yang bergerak melewati hewan atau dengan pergerakan hewan menembus air: ventilasi insang dalam mungkin memerlukan energi lebih banyak. Porsi struktur dan insang yang termasuk cuping parapodial polychaetae yang berenang bebas, tentakel (insang terpisah) polychaete yang hidup dalam tabung, ctenidia moluska dan lipatan mantel siput, anggota tubuh semua atau bagian crustaceae dan kaki tabung echinodermata. Paru-paru Paru-paru adalah kantung internal yang berisi udara dengan sebuah pembuka pada dunia luar dan darah tertutup yang diterapkan ada dinding luar mereka. Pada paru-paru invertebrata berisi pertukaran udara dengan diffusi tanpa pergerakan ventilasi, seperi pada siput dan keong. 14
  • 18. Sistem trakea Pada serangga dan arthropoda terrestial lainnya, sistem trakea berisi tabung berisi udara yang bercabang ke seluruh tubuh dan masuk di antara sel, yang menyediakan respirasi aerial yang effisien untuk hewan kecil. Jumlah respirasi Jumlah pernapasan akan bervariasi menurut sifat dan lingkungan invertevrata. Ini juga tergantung pada ukuran tubuh, aktifitas dan suhu lingkungan. Biasanya disamakan dengan jumlah metabolisme, jumlah total aktifitas hewan. Dalam jumlah metabolisme hewan dapat diukur dengan penggunaan oksigen per unit waktu. Endotermik (cacing darah) vertebrata menjaga jumlah metabolisme basal agar stabil pada saat beristirahat, tapi ektoderm (termasuk invertebrata) tidak : mereka mempunyai kelebihan menjadi berhenti dengan menghemat air dan energi dalam kondisi yang tidak baik. Pada vertebrata ini dimana jumlah metabolisme ketika istirahat dapat diukr, ini lebih hebat pada hewan yang lebih besar tapi tidak berskala 1:1 dengan massa tubuh. Pada vertebrata, jumlah metabolisme ketika istirahat cenderung pada proporsi masa tubuh yang mencapai 0,75. Pernapasan Kemampuan menembus permukaan luar umumnya tidak cukup bagi annelida untuk menyerap oksigen yang diperlukan padahal mereka adalah hewan yang bergerak dan hidup aktif dalam galian atau tabung. Insang diperlukan, seperti pada cuping parapodial dengan area permukaan luas dan cadangan darah internal. Plychaetes yang hidup dalam tabung mungkin perlu insang terpisah jika tentakelnya mengupulkan makanannya dari pasir. Pigmen respirasi diperlukan, juga dalam darah untuk meningkatkan kapasitas pengangkutan oksigen atau dalam jaringan untuk memudahkan difusi. Hemoglobin adalah pigmen respirasi paling umum, yang terjadi pada sebagian besar hewan. Itu terjadi pada annelida, tapi juga dengan pigmen berbahan dasar besi yang sangat jarang, haemerythrin dan chlorocruorin dan hemocyanin yang berbahan dasar tembaga, tidak ada pilum lain yang memiliki susunan hebat itu. 2.1.8 Sistem pencernaan Polychaete merayap atau berenang bebas dalam laut dan biasanya merupakan predator aktif berwarna, dengan rahang tajam pada faringnya. Sebagian mereka adalah karnivora, tapi ada juga herbivora, detritivora dan omnivora. Ada banyak genus, 15
  • 19. kebanyakan namanya berasal dari nama dewa dan dewi Yunani. Nereis adalah ragworm, seperti Nephtys dan Phylloduce; sillidaenya ramping dengan parapodia lembut, glyceridae memiliki faring seperti balon, eunicidae memiliki rahang kuat khusus dan cacing sisik seperti Aphrodite memiliki insang menutupi seluruh bagian punggungnya. Ada 25 famili, yang dikelompokkan sebagai ‘Errantia’, tapi mereka tidak semunaya memiliki hubungan dekat. Pendatang baru arthropoda predator tidak diragukan lagi adalah sebuah oerangsang bagi evolusi sepanjang keberadaan cacing; mereka hidup dalam lubang galian sepanjang waktu sebagai pemakan runtuhan dan pelapukan. Struktur eksternal menjadi berkurang tapi otot terjaga dan berkembang baik, dan insang diperlukan. Contohnya Arenicola pada lugworm,bertanggung jawab pada makanan cacing di pantai berpasir atau lumpur, dan Chaetopterus, dengan perbedaan anggota badan yang menggerakan air menembus tabung U. Polychaete bertabung sessile mengeluarkan tabung dimana mereka tinggal, sekarang telah dimodifikasi dengan saluran cerna berbentuk U. Syaraf berkembang baik dan otot tidak terlalu penting dalam perpindahan tapi sangat cepat dalam penarikan kembali tabung. Kepalanya menjadi bertentakel yang bisa meregang pada pasir dan membawa partikel, seperti Terebellidae, yang memungkinkan ciliari makan seperti pada cacing kipas Sabella dan serpulidae, pembuat tabung calcareous umumnya ditemukan pada batu atau rumput laut. Perbedaan makanan sangat tipis antara oligochaetes, yang memiliki faring noneversible dan memakan tumbuhan yang runtuh, dan lebih tipis lagi pada lintah. Kesergaman morfologi yang dimiliki Hirudina mencapai 33 segmen dan embriologi mereka diarahakn oleh sel turunan dalam nematoda. 16
  • 20. 2.1.9 Sistem sirkulasi Sistem darah merupakan bagian kecil rongga tubuh primer atau blastosol annelida berlangsung selama perkembangan, menjadi terisi dengan darah dan membentuk pembuluh sistem tertutup. Contraksi secar umum pembuluh longitudinal dorsal menekan darah maju, dan kemudian menembus sejumlah pembuluh yang terhubung untuk mengalir ke dalam pembuluh ventral di bawah saluran cerna. Tidak ada jantung yang sebenarnya, mungkin ada beberapa pembuluh kontraksi yang memiliki ujung samar-samar yang membantu aliran darah. Mungkin ada pembuluh lain, contohnya parapodia dalam polychaetes. Pembuluh melintang memerlukan dukungan septa segmen. Lintah memiliki sistem sirkulasi berbeda. Coelom menjadi terbungkus dengan jaringan ‘botryoidal’ penghubung, yang meninggalkan saluran coelomik dalam sirkulasi cairan. Sistem darah ini kemudian menjadi berkurang atau malah tidak ada. 2.1.10 Hubungan antar Filum Annelida Hubungan antara tiga kelas utama annelida sudah jelas, bahwa Clitellata berbeda, apapun asal-usulnya. Dalam kelompok ini, tidaka akan bisa lagi ada pembatasan kelas,munculnya spesialisasi Hirudina (lintah), mungkin lebih dari satu kali dari semua oligochates. Kelihatannya Clitellata adalah asli cacing terrestial, yang kemudian hidup di air. Asal-usul dan komposisi polychaeta tidak cukup jelas. Banyak cacing yang dikira merupakan pilum terpisah sekarang dikenal sebagai polychaetes yang telah berubah, perrtama adalah Archiannelida,sekumpulan annelida yang kecil dan sederhana yang pernah dikira anchestral, dikenali sebagai poychaetes yang bersatu dari beberapa famili. Kemudian Echiura dan mungkin juga Sipuncula dianggap kelompok polycahetes dengan kehilangan 17
  • 21. segmentasi dan kekuatan perpindahan ketika dewasa. Sekarang pogonophora dipercaya, dengan dukungan bukti molekul, dimasukkan kedalam anggota polychaete untuk memiliki saluran cerna dengan pemanjangan endoderm berisis bakteri chemosynthetic. Mereka bisa dikatakan dekat dengan Sabella. 2.2 FILUM PLATYHELMINTHES 2.2.1Pengertian dan Karakteristik Filum Platyhelminthes Struktur dasar platyhelmintes sederhana, mereka triploblastik, mempunyai tiga lapisan sel, ektoderm (luar), mesoderm, dan endoderm (dalam). Dalam kehidupan bebas ada penguraian sistem reproduksi hermaprodit dan sistem tabung ectoderm excretori, protonephridia (sel api). Platyhelmintes yang hidup bebas mempunyai ujung kepala dengan organ perasa anterior dan otak tidak sempurna. Mereka bergerak dengan cilia atau gelombang kontraksi dalam otot yang bekerja melawan tekanan cairan isi tubuhnya (saluran cerna, parenkim, genitalia,dll). Hewan ini biasanya dikenal sebagai primitif berdasarkan jumlah karakter negatifnya, mulut hanya terbuka hingga saluran pencernaan, dan mereka tidak punya rongga tubuh, sistem respirasi, sistem peredaran darah, anggota badan dan rangka keras. Hewan tanpa sistem pernapasan dan darah biasanya datar, menjadi terbatas oleh difusi oksigen, dan mereka memiliki tubuh lunak dengan panjangnya yang lebih daripada lebarnya, mereka dikenal sebagai cacing pipih. Platyhelminthes, asal kata : platy = pipih dan helmins = cacing. Pada platyhelminthes sudah tedapat alat atau organ sederhana seperti pharynx yang bersifat musculer, ocelli dan alat-alat yang lebih kompleks misalnya organ genitalia dan organ excretoria. Namun mereka masih mempunyai systema gastrovasculare seperti diketemukan pada Coelenterata dengan hanya satu muara keluar yang berfungsi baik sebagai mulut maupaun sebagai anus. Platyhelminthes memiliki tubuh pipih, lunak dan epidermis bersilia. Cacing pipih ini merupakan hewan tripoblastik yang tidak mempunyai rongga tubuh (acoelomata). Hidup biasanya di air tawar, air laut dan tanah lembab. Ada pula yang hidup sebagai parasit pada hewan dan manusia. Cacing parasit ini mempunyai lapisan kutikula dan silia yang hilang setelah dewasa. Hewan ini mempunyai alat pengisap yang mungkin disertai dengan kait untuk menempel. Cacing pipih belum mempunyai sistem peredaran darah dan sistem pernafasan. Sedangkan sistem pencernaannya tidak sempurna, tanpa anus. Contoh Platyhelmintes adalah Planaria. Planaria mempunyai sistem pencernaan yang terdiri dari mulut, faring, usus (intestine) yang bercabang 3 yakni satu cabang ke arah anterior dan 2 cabang lagi ke bagian 18
  • 22. samping tubuh. Percabangan ini berfungsi untuk peredaran bahan makanan dan memperluas bidang penguapan. Planaria tidak memiliki anus pada saluran pencernaan makanan sehingga buangan yang tidak tercerna dikeluarkan melalui mulut. Perhatikan gambar susunan saluran pencernaan Planaria berikut ini. Gambar 1. Susunan saluran pencernaan Planaria 2.2.2 Sistem Eksresi Sistem ekskresi pada cacing pipih terdiri atas dua saluran eksresi yang memanjang bermuara ke pori-pori yang letaknya berderet-deret pada bagian dorsal (punggung). Kedua saluran eksresi tersebut bercabang-cabang dan berakhir pada sel-sel api (flame cell). Perhatikan gambar sistem eksresi dan sel api Planaria di bawah ini. Gambar 2. a) Susunan saluran eksresi pada Planaria; b) Sel api (flame cell) Platyhelminthes adalah merupakan sebagian besar acelomata yang mempunyai 3 (tiga) lapisan dermoblast, yaitu berturut-turut dari luar ke dalam: a. Ectiderm b. Mesoderm c. Entoderm 19
  • 23. Pada Platyhelminthes dari lapisan-lapisan tersebut akan terbentuk alat-alat yaitu dari ectoderm misalnya membentuk epidermis yang selanjutnya akan terbentuk cuticula. Mesoderm membentuk lapisan-lapisan otot, jaringan pengikat dan alat reproduksi. Dan entoderm akan terbentuk gastrodermis. 2.2.3 Sistem Saraf Sistem saraf berupa tangga tali yang terdiri dari sepasang ganglion otak di bagian anterior tubuh. Kedua ganglia ini dihubungkan oleh serabut-serabut saraf melintang dan dari masing-masing ganglion membentuk tangga tali saraf yang memanjang ke arah posterior. Kedua tali saraf ini bercabang-cabang ke seluruh tubuh. Perhatikan gambar sistem saraf Planaria berikut : Gambar 3. Sistem saraf Planaria 2.2.4 Sistem Reproduksi Reproduksi pada cacing pipih seperti Planaria dapat secara aseksual dan secara seksual. Reproduksi aseksual (vegetatif) dengan regenerasi yakni memutuskan bagian tubuh. Sedangkan reproduksi seksual (generatif) dengan peleburan dua sel kelamin pada hewan yang bersifat hemafrodit. Sistem reproduksi seksual pada Planaria terdiri atas sistem reproduksi betina meliputi ovum, saluran ovum, kelenjar kuning telur. Sedangkan reproduksi jantan terdiri atas testis, pori genital dan penis. Perhatikan gambar sistem reproduksi Planaria dibawah ini : 20
  • 24. Gambar 4. Sistem reproduksi Planaria Selanjutnya perhatikan gambar reproduksi aseksual Planaria di bawah ini! Gambar 5. Reproduksi aseksual Planaria A.Terpotong secara alami B.Dibelah dua C.Dibelah tiga 2.2.5 Klasifikasi Filum Platyhelminthes 2.2.5.1 Platyhelminthes yang hidup bebas Dengan sel epidermis ciliate. Mereka adalah tubelaria, kelempok heterogen yang termasuk dalam Catenulida. Kebanyakan cacing kecil hidup di air tawar dengan banyak karakter sederhana. 21
  • 25. Gambar 6. Catenulida Rhabditophora, grup yang banyak dan bervariasi termasuk planaria, hidup di air tawar atap daratan berlumpur dan air laut. Gambar 7. Planaria 2.1.5.2 Platyhelminthes parasit Kebanyakan platyhelminthes bersifat parasit. Terbagi menjadi 3 kelas : a. Monogenea, pipih ‘gepeng’, ectoparasit pada hewan air (biasanya pada ikan) b. Trematoda termasuk Digenea (cacing hati), endoparasit pada veterbrata c. Cestoida, cacing pita, termasuk endoparasit, tersebar dimana saja Di semua bentuk parasit ini, epidermis digantikan oleh ‘tegumen’ yang melindungi parasit dan mengatur apa yang bisa diserapnya dari inangnya. 22
  • 26. Platyhelminthes (cacing pipih) dibedakan menjadi 3 kelas yaitu Turbellaria, Trematoda dan Cestoda. Berikut akan dijelaskan satu-persatu. 1. Kelas Turbellaria Hewan dari kelas Turbellaria memiliki tubuh bentuk tongkat atau bentuk rabdit (Yunani : rabdit = tongkat). Hewan ini biasanya hidup di air tawar yang jernih, air laut atau tempat lembab dan jarang sebagai parasit. Tubuh memiliki dua mata dan tanpa alat hisap. Hewan ini mempunyai kemampuan yang besar untuk beregenerasi dengan cara memotong tubuhnya seperti tampak pada gambar 5 di atas. Contoh Turbellaria antara lain Planaria dengan ukuran tubuh kira-kira 0,5 – 1,0 cm dan Bipalium yang mempunyai panjang tubuh sampai 60 cm dan hanya keluar di malam hari. Permukaan tubuh Planaria bersilia dan kira- kira di tengah mulut terdapat proboscis (tenggorok yang dapat ditonjolkan keluar) seperti pada gambar berikut. Gambar 6. Proboscis pada Planaria Planaria tubuhnya bersifat fleksibel, dapat memanjang atau memendek atau membelok dalam tiap arah. Planaria hidup di air tawar dalam danau, sungai dan rawa. Mereka menghindari sinar matahari dengan melekat di bawah permukaan batu atau sepotong kayu. 2. Kelas Trematoda Hewan Trematoda memiliki tubuh yang diliputi kutikula dan tak bersilia. Pada ujung anterior terdapat mulut dengan alat penghisap yang dilengkapi kait. Tubuh dengan panjang lebih kurang 2,5 cm dan lebar 1cm serta simetris bilateral. Trematoda termasuk hewan hemafrodit,dan sebagai parasit pada Vertebrata baik berupa ektoparasit (pada ikan) maupun sebagai endoparasit. Contoh hewan Trematoda adalah : a) Fasciola hepatica Cacing hati atau Fasciola hepatica (parasit pada hati domba), dalam keadaan dewasa cacing hati hidup di dalam hepar domba, sapi, babi dan kadang-kadang dalam manusia, cacing ini juga dapat menyebabkan banyak kerugian dalam bidang peternakan. Fasciola 23
  • 27. hepatica menyerupai Planaria baik dalam bentuk tubuh maupun strukturnya. Tubuhnya berbentuk daun, panjangnya sampai 30 mm. Gambar 7. Anatomi Fasciola hepatica b) Fasciola gigantica Fasciola gigantica (parasit pada hati sapi) dan cacing hati parasit pada manusia (Chlonorchis sinensis) serta Schistosoma japonicum (cacingdarah Daur Hidup Kelas Trematoda. Berikut ini diuraikan mengenai daur hidup beberapa jenis cacing yang termasuk kelas Trematoda. • Cacing dewasa bertelur di dalam saluran empedu dan kantong empedu sapi atau domba. Kemudian telur keluar ke alam bebas bersama feses domba. Bila mencapai tempat basah, telur ini akan menetas menjadi larva bersilia yang disebut mirasidium. Mirasidium akan mati bila tidak masuk ke dalam tubuh siput air tawar (Lymnea auricularis-rubigranosa). • Di dalam tubuh siput ini, mirasidium tumbuh menjadi sporokista (menetap dalam tubuh siput selama + 2 minggu). • Sporokista akan menjadi larva berikutnya yang disebut Redia. Hal ini berlangsung secara partenogenesis. • Redia akan menuju jaringan tubuh siput dan berkembang menjadi larva berikutnya yang disebut serkaria yang mempunyai ekor. Dengan ekornya serkaria dapat menembus jaringan tubuh siput dan keluar berenang dalam air. • Di luar tubuh siput, larva dapat menempel pada rumput untuk beberapa lama. Serkaria melepaskan ekornya dan menjadi metaserkaria. Metaserkaria membungkus diri berupa kista yang dapat bertahan lama menempel pada rumput atau tumbuhan air sekitarnya. Perhatikan tahap perkembangan larva Fasciola hepatica. • Apabila rumput tersebut termakan oleh domba, maka kista dapat menembus dinding ususnya, kemudian masuk ke dalam hati, saluran empedu dan dewasa di sana untuk beberapa bulan. Cacing dewasa bertelur kembali dan siklus ini terulang lagi. 24
  • 28. Gambar 8. Tahap perkembangan larva Fasciola hepatica Dalam daur hidup cacing hati ini mempunyai dua macam tuan rumah yaitu: 1. Inang perantara yaitu siput air 2. Inang menetap,yaitu hewan bertulang belakang pemakan rumput seperti sapi dan domba. Daur hidup Chlonorchis sinensis Daur hidup Chlonorchis sinensis sama seperti Fasciola hepatica, hanya saja serkaria pada cacing ini masuk ke dalam daging ikan air tawar yang berperan sebagai inang sementara. Struktur tubuh Chlonorchis sinensis sama seperti tubuh pada Fasciola hepatica hanya berbeda pada cabang usus lateral yang tidak beranting. Daur hidup Schistosoma japonicum (cacing darah) Cacing darah ini parasit pada manusia, babi, biri-biri, kucing dan binatang pengerat lainnya.Cacing dewasa dapat hidup dalam pembuluh balik (vena) perut. Tubuh cacing jantan lebih lebar dan dapat menggulung sehingga menutupi tubuh betina yang lebih ramping. Cacing jantan panjangnya 9 – 22 mm, sedangkan panjang cacing betina adalah 14 – 26 cm. Gambar 10. Schistosoma japonicum jantan dan betina Selanjutnya diuraikan tentang daur hidup Schistosoma japonicum : • Cacing darah ini bertelur pada pembuluh balik (vena) manusia kemudian menuju ke poros usus (rektum) dan ke kantong air seni (vesica urinaria), lalu telur keluar bersama tinja dan urine. • Telur akan berkembang menjadi mirasidium dan masuk ke dalam tubuh siput. Kemudian dalam tubuh siput akan berkembang menjadi serkaria yang berekor bercabang. Serkaria dapat 25
  • 29. masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan dan minuman atau menembus kulit dan dapat menimbulkan penyakit Schistomiasis (banyak terdapat di Afrika dan Asia). Penyakit ini menyebabkan kerusakan dan kelainan fungsi pada hati, jantung, limpa, kantong urine dan ginjal. 3. Kelas Cestoda Cacing pita (Cestoda) memiliki tubuh bentuk pipih, panjang antara 2 - 3m dan terdiri dari bagian kepala (skoleks) dan tubuh (strobila). Kepala (skoleks) dilengkapi dengan lebih dari dua alat pengisap. Sedangkan setiap segmen yang menyusun strobila mengandung alat perkembangbiakan. Tubuhnya satu strobila tertutup oleh cuticula yang tebal; tidak berpigmen; tidak mempunyai tractus digestivus atau alat indera dalam bentuk dewasanya. Makin ke posterior segmen makin melebar dan setiap segmen (proglotid) merupakan satu individu dan bersifat hermafrodit. Banyak tipe-tipe cacing pita hidup di dalam intestinum dari hampir semua hewan- hewan Vertebrata. Species dari genus Taenia hidup sebagai bentuk dewasa di dalam tractus digestivus manusia. Cacing ini biasanya hidup sebagai parasit dalam usus vertebrata dan tanpa alat pencernaan. Sistem eksresi terdiri dari saluran pengeluaran yang berakhir dengan sel api. Sistem saraf sama seperti Planaria dan cacing hati, tetapi kurang berkembang. Contoh Cestoda yaitu: a) Taenia saginata (dalam usus manusia) b) Taenia solium (dalam usus manusia) c) Choanotaenia infudibulum (dalam usus ayam) d) Echinococcus granulosus (dalam usus anjing) e) Dipylidium latum (menyerang manusia melalui inang protozoa) Daur Hidup Kelas Cestoda Selanjutnya akan diuraikan beberapa dari cacing pada kelas Cestoda, antara lain: a. Taenia saginata Cacing ini parasit dalam usus halus manusia. Perbedaannya dengan Taenia solium hanya terletak pada alat pengisap dan inang perantaranya. Taenia saginata pada skoleksnya terdapat alat pengisap tanpa kait dan inang perantaranya adalah sapi. Sedangkan Taenia solium memiliki alat pengisap dengan kait pada skoleksnya dan inang perantaranya adalah babi. Daur hidup Taenia saginata 26
  • 30. Dalam usus manusia terdapat proglotid yang sudah masak yakni yang mengandung sel telur yang telah dibuahi (embrio). Telur yang berisi embrio ini keluar bersama feses. Bila telur ini termakan sapi, dan sampai pada usus akan tumbuh dan berkembang menjadi larva onkoster. Larva onkoster menembus usus dan masuk ke dalam pembuluh darah atau pembuluh limpa, kemudian sampai ke otot lurik dan membentuk kista yang disebut Cysticercus bovis (larva cacing). Kista akan membesar dan membentuk gelembung yang disebut Cysticercus (sistiserkus). Manusia akan tertular cacing ini apabila memakan daging sapi mentah atau setengah matang. Dinding Cysticercus akan dicerna di lambung sedangkan larva dengan skoleks menempel pada usus manusia. Kemudian larva akan tumbuh membentuk proglotid yang dapat menghasilkan telur. Bila proglotid masak akan keluar bersama feses, kemudian termakan oleh sapi. Selanjutnya telur yang berisi embrio tadi dalam usus sapi akan menetas menjadi larva onkoster. Setelah itu larva akan tumbuh dan berkembang mengikuti siklus hidup seperti di atas. Perhatikan gambar daur hidup Taenia saginata berikut! Gambar 11. Daur hidup Taenia saginata b. Taenia solium Daur hidup Taenia solium sama dengan daur hidup Taenia saginata, hanya saja inang perantaranya adalah babi. Sedangkan kista yang sampai di otot lurik babi disebut Cysticercus sellulose. c. Coanotaenia infudibulum Cacing pita lainnya adalah Coanotaenia infudibulum yang parasit pada usus ayam tetapi inang perantaranya adalah Arthropoda antara lain kumbang atau tungau. 2.2.6 Peranan Platyhelminthes bagi Kehidupan Manusia Pada umumnya Platyhelminthes merugikan, sebab parasit pada manusia maupun hewan, kecuali Planaria. Planaria dapat dimanfaatkan untuk makanan ikan. Agar terhindar dari infeksi cacing parasit (cacing pita) sebaiknya dilakukan beberapa cara, antara lain: memutuskan daur hidupnya, menghindari infeksi dari larva cacing, tidak membuang tinja 27
  • 31. sembarangan (sesuai dengan syarat-syarat hidup sehat), dan tidak memakan daging mentah atau setengah matang (masak daging sampai matang). 2.3 FILUM ACOELAMORPHA 2.3.1 karakteristik Acoelamorpha Acoela sangat kecil (sekitar 3mm panjangnya) dan sederhana, bahkan ketika dibandingkan dengan platyhelminthes. Mereka tidak mempunyai lubang saluran pencernaan, tapi pada jaringan endoderm dalam ada lapisan digestif yang terbentuk setelah makan. Jaringan ini mungkin ‘synctial’ dengan penyebaran nukleus dalam sitoplasma dan tidak memiliki sel yang emneglilingi. Mesoderm dalam bentuk sel otot muncul dari sel endoderm; tidak seperti platyhelminthes tidak ada sel ectoderm pada mesoderm. Acoela tidak punya protonephrida atau struktur eksresi. Telur dan sperma tidak terdapat pada gonad. Kordinasi terjadi oleh jaringan syaraf dengan beberapa kawat syaraf yang berbeda dan perkembangan otak yang minim (proses kimia yang tidak biasa), sangat berbeda dengan platyhelminthes. 28
  • 32. Reduksi dari beberapa bentuk khusus diyakini dengan penemuan banyak fitur yang tidak biasa pada Acoela. Struktur spermanya unik, cilia dan akarnya tidak biasa dan rumit dalam substansi interselulernya. Tidak ada tingkatan larva. Perkembangan pembelahan spiralnya berbeda dengan hewan yang membelah secara spiral lainnya. Dalam platyhelminthes, annelida, moluska dan lainnya, setiap pembagian menempatkan hasil bagian pada alur diantara sel-sel, membentuk spiral yang berubah menjadi searah jarum jam dan berlawanan arah jarum jam secara berurutan sebagai hasil pembagian. Pada acoela. Dua spiral terpisah terbentuk, yang memulai pada divisi kedua, secara berpasangan ‘duet’ tidak dengan empat sel. Putaran Arah jarum jam dan berlawanan arah jarum jam secara berurutan tidak bergantian tapi memiliki distribusi berbeda. Tujuan dari produk pembelahan itu juga berbeda, dan sejauh ini masih bergantung pada reaksi diantara sel daripada di dalam tipe pembelahan spiral stereotip. Nemertodermatida Cacing kecil ini (sekitar 10 mm) merupakan fitur sederhana dari Acoela. Sistem pencernaan tidak benar-benar hilang, tapi hampir tertutup oleh proses sel endoderm, dan mungkin memiliki mulut atau tidak. Spermanya tidak seperti sperma acoelan dan platyhelminthes. Nemertodermatid juga berbeda dari yang lainnya dalam fertilisasi external. Kemiripan dengan acoela termasuk struktur khusus cirialy, bentuk mesoderm dari sel endodermdan ketiadaan prothonephrida. Otak dan sistem syaraf lebih tipis dan rumit dariapda Acoela. Informasi tentang perkembangan akan menarik: laporan yang tidak dipublikasi meyakinkan bahwa duet tterbentuk, yang memudahkan bispiral, seperti dalam acoela. 29
  • 33. Nemertodermatida termasuk Acoela dan merupakan primtif sederhana, turunan langsung primitif Bilateria. Acoela dan nemertodermatida digabungkan menjadi’acoelomorpha’, pilum terpisah dari plathyhelminthes. 2.3.2 Ciri khusus platyhelminthes modern 1. Reproduksi Triploblastik anchestral mungkin meneyrupai invetebrata laut sederhana yang lainnya dalam sek yang berbeda, yang menumpahkan sperma dan telur (tanpa banyak kuning telur) kedalam laut dan menetaskan larva kecil. Kebanyakan platyhelimnthes modern berkebalikan, memiliki sistem elaborasi organ kelenjar muskular yang membentuk sistem reproduksi hermaprodit yang rumit. Kebanyakan turbellia hidup di air tawar, dan tpical hewan dalam habitat ini mereka punya fertilisasi internal kuning telur yang luas, yang berkembang secara langsung tanpa ada tingkatan larva. Bentuk Parasitis memiliki masalah yang luar biasa. Mereka memiliki sistem reproduksi yang rumit dan rangkaian larva yang memudahkan transfer diantara inangnya. Spermatozoa menyediakan contoh menarik pada spesialisasi Turbelaria. Kebanyakan hewan memiliki sperma ‘seperti kecebong’ yang familiar yang digerakan oleh flagela tunggal, tapi spermatozoa turbelaria memiliki dua flagel. Tidak memiliki penutup atau ‘akrosom’, nucleus berada di ujung anterior dan kedua flagel memanjang lurus pada sitoplasma sel. ada pengecualian : sperma catenulid dibuahi tanpa flagel tapi struktur ciliari yang memendek beberapa kali lipat oleh pergerakan mereka. Sperma biflagellate mungkin dihubungkan dengan fertilisasi internal dan keharusan sperma untuk berjalan menembus jaringan untuk mencapai telur. Fertilisasi internal umum terjadi pada invetebrata dan platyhelminthes, tapu spermatozoa biflagel merupakan hala yang unik diantara semua hewan. Spesialisasi lainnya adalah kuning telur tidak diproduksi dalam telur, tapi pada sel terpisah, yang kemudian dihubungkan kedalam kapsul telur. Kekuatan regenarasi yang luar biasa dari berbagai planaria juga merupakan spesialisasi : sedikitnya satu per enam belas tubuh dapat menyusun kembali menjadi hewan kecil yang baru. Pada kondisi yang tidak stabil, hewan bisa kehilangan susutan dan strukur perbedaanya, yang meningkatkan lagi ikuran dan kerumitannya ketika lingkungan membaik. 2. Epidermis Ini adalah struktur khusus pada Turbelaria. Kesamaan organ kelenjar muskular mungkin signifikan. Kelenjar memproduksi bentuk ucus yang rumit yang melindungi hewan, dan dalam beberapa cara yang tidak dimengerti, memudahkan perpindahan dan melekat pada permukaan. 30
  • 34. 3. Sistem lainnya Pada sistem lain turbelaria jug menunjukkan elaborasi secara rinci. Jaringan syaraf merupakan perpaduan khusus dan tidak khusus yang bervariasi, komponen primitif dan lanjutan, dengan variasi terbesar dalam kelompok yang merupakan calon turbelaria primitif. Ada variasi reseptor sensorik epidermal sederhana yang berkoresponden . otot tidak berkembang baik, seperti yang diharapkan pada hewan dimana ada sedikit ketentuan untuk meregangkan kembali otot setelah kontraksi. Ultrastruktur beberapa otot yanhg lebih cepat adalah striasi pengingat bagi otot. 4. Predasi dan parasitisme Turbelaria hampir semuanya predator yang menangkap makanannya dengan faring. Kerumitan saluran pencernaan meningkat di dalam turbelarian : tanpa adanya peredaran darah, suplai makanan ke seluruh tubuh hanya disalurkan oleh cabang saluran pencernaan. Evolusi parasitisme, bentuk khusus predasi, adalah yang karakter terkenal dalam platyhelminthes. Parasitisme adalah arah evolusi yang berhasil bagi platyhelminthes. Platyhelminthes cenderung kecil, ramping dan tidak aktif: tanpa adanya transportasi makanan dan oksigen dalam tubuhnya mereka tidak bisa bertambah besar; dan sistem otot mereka tidak mengizinkan banyak bergerak. Parasitisme adalah satu cara hidup dimana karakter ini menjadi keuntungan tersendiri. Energi dapat diarahkan pada reproduksi, dan genital hermaprodit yang komplek dari platyhelminthes yang hidup bebas, yang dipasangkan dengan fertilisasi internal, dapat berkembang kesuburan yang baik diperlukan oleh parasit. Ada banyak jumlah spesies parasit dengan variasi siklus hidup, dengan inang lanjutan. Contohnya dalam cacing hati Fasciola, cacing dewasa hidup dalam domba, telur dilepaskan pada rumput basah dimana mereka menetas menjadi larva yang berenang bebas (tidak seperti cacing dewasa, level ini memiliki epidermis ciliate dan mata yang sederhana). Larva memasuki paru- paru siput, dimana mereka membentuk kista yang melepaskan larva baru yang jumlahnya berlipat ganda untuk meningkatkan jumlah mereka, dan akhirnya larva menunggu di rumput. Jika mereka di makan oleh domba, siklusnya menjadi lengkap. Cestoda seperti cacing pita pada manusia Taenia dimodifikasi dari nenek moyang mereka yang hidup bebas. Kepala mereka diikatkan kedalam kuncup usus inang yang merupakan rangkaian ‘proglottides’ yang lebih sedikit daripada kantung organ reproduksi; tidak punya saluran pencernaan dan makanan diserap oleh seluruh permukaan. Ada satu lagi siklus hidupnya yang rumit : telur lepas di tanah ketika dimana mereka berkembang menjadi embrio. Jika dimakan hewan pemakan rumput, embrio membuat jalanya ke dalam otot babi dan mengkista, siap untuk dimakan manusia. 31
  • 35. BAB III PENUTUP 3.1 SIMPULAN Annelida merupakan hewan simetris bilateral, mempunyai sistem peredaran darah yang tertutup dan sistem saraf yang tersusun seperti tangga tali. Annelida mempunyai rongga tubuh atau coelem dan tubuhnya beruas-ruas. Filum ini dikelompokkan menjadi tiga kelas yaitu Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudenia. Platyhelminthes memiliki tubuh pipih, lunak dan epidermis bersilia. Cacing pipih ini merupakan hewan tripoblastik yang tidak mempunyai rongga tubuh (acoelomata). Hidup biasanya di air tawar, air laut dan tanah lembab. Ada pula yang hidup sebagai parasit pada hewan dan manusia. Cacing parasit ini mempunyai lapisan kutikula dan silia yang hilang setelah dewasa. Hewan ini mempunyai alat pengisap yang mungkin disertai dengan kait untuk menempel. Filum ini terbagi kedalam beberapa kelas antara lain : Turbellaria, Trematoda, dan Cestoda. Dalam siklus hidupnya sebagian besar cacing pita membutuhkan dua atau lebih inang. 32
  • 36. DAFTAR PUSTAKA Effendi, Imam.2011.<http://imamfends.blogspot.com/2011/03/bab-i- pendahuluan.html>.[Diakses Pada Tanggal 6 Desember 2012]. Hanaru.2012.<http://hanaruhanaru.blogspot.com/2012/03/annelida.html>.[Diakses Pada Tanggal 6 Desember 2012]. Mia.2010.Annelida.<http://myaluzz.wordpress.com/2010/01/16/annelida/>.[Diakses Pada Tanggal 6 Desember 2012]. Moore,J.2001.An introduction to the invertebrates.United States of America:Cambridge Univercity press. 33