Zoologi Vertebrata Bab 7. Morfologi, anatomi, sifat, karakteristik, klasifikasi, contoh, perikehidupan, daerah penyebaran, dan manfaat bagi manusia dari Osteichthyes
Zoologi Vertebrata Bab 7. Morfologi, anatomi, sifat, karakteristik, klasifikasi, contoh, perikehidupan, daerah penyebaran, dan manfaat bagi manusia dari Osteichthyes
Reptil adalah sebuah kelompok hewan vertebrata yang berdarah dingin dan memiliki sisik yang menutupi tubuhnya. Reptilia adalah tetrapoda dan menelurkan telur yang embrionya diselubungi oleh membran amniotik
Binatang menyusui atau mamalia adalah kelas hewan vertebrata yang terutama dicirikan oleh adanya kelenjar susu, yang pada betina menghasilkan susu sebagai sumber makanan anaknya; adanya rambut; dan tubuh yang endoterm atau "berdarah panas"
Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)fentyagustin1
seluruh pembagian taksa yang ada di dalam kingdom Monera serta ciri-ciri umum dari divisi Schizophyta dan ciri-ciri khusus yang terdapat di setiap kelas maupun ordo dari divisi Schizophyta.
isolasi DNA yang dilakukan dengan metode kitcen preparation dengan memanfaatkan detergen dan garam dapur (NaCl) sebagai pengahncur memberan sel pada buah
Amfibia atau amfibi, umumnya didefinisikan sebagai hewan bertulang belakang yang hidup di dua alam; yakni di air dan di daratan. Amfibi mempunyai ciri-ciri: Amfibi merupakan satu-satunya vertebrata yang mengalami metamorfosis lengkap
Reptil adalah sebuah kelompok hewan vertebrata yang berdarah dingin dan memiliki sisik yang menutupi tubuhnya. Reptilia adalah tetrapoda dan menelurkan telur yang embrionya diselubungi oleh membran amniotik
Binatang menyusui atau mamalia adalah kelas hewan vertebrata yang terutama dicirikan oleh adanya kelenjar susu, yang pada betina menghasilkan susu sebagai sumber makanan anaknya; adanya rambut; dan tubuh yang endoterm atau "berdarah panas"
Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)fentyagustin1
seluruh pembagian taksa yang ada di dalam kingdom Monera serta ciri-ciri umum dari divisi Schizophyta dan ciri-ciri khusus yang terdapat di setiap kelas maupun ordo dari divisi Schizophyta.
isolasi DNA yang dilakukan dengan metode kitcen preparation dengan memanfaatkan detergen dan garam dapur (NaCl) sebagai pengahncur memberan sel pada buah
Amfibia atau amfibi, umumnya didefinisikan sebagai hewan bertulang belakang yang hidup di dua alam; yakni di air dan di daratan. Amfibi mempunyai ciri-ciri: Amfibi merupakan satu-satunya vertebrata yang mengalami metamorfosis lengkap
Phylum / Filum Annelida.
Polychaeata, Sedentaria, Errentaria, Olichaeata, Hirudinea.
Sebenarnya ini masih 90%, yang belum merasa lengkap tambah sendiri ya!
Ini udah lengkap sama animasi (bukan .gif), gambar yang numpuk-numpuk kalo di play ya ga akan numpuk, keren deh pokoknya!
INI ASLI BUATAN NADA NURHANIFAH YA!
Oksigen (O2) adalah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Oksigenasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung Oksigen (O2) kedalam tubuh serta menghembuskan Karbondioksida (CO2) sebagai hasil sisa oksidasi. Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem respirasi (pernafasan), kardiovaskuler dan hematology.
Sistem pernafasan terdiri dari organ pertukaran gas yaitu paru-paru dan sebuah pompa ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot-otot pernafasan, diagfragma, isi abdomen, dinding abdomen dan pusat pernafasan di otak. Pada keadaan istirahat frekuensi pernafasan 12-15 kali per menit. Ada 3 langkah dalam proses oksigenasi yaitu ventilasi, perfusi paru dan difusi.
Sel merupakan unit organisasi terkecil yang menjadi dasar kehidupan dalam arti biologis. Semua fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di dalam sel. Karena itulah, sel dapat berfungsi secara autonom asalkan seluruh kebutuhan hidupnya terpenuhi
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
MAKALAH ANNELIDA
1. MAKALAH BIOSISTEMATIK HEWAN
“FILLUM ANNELIDA DAN PLATYHELMINTHES”
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Biosistematik Hewan yang
yang dibina oleh Ibu Hj. Dwi Santy Damayanti, SKM., M.Kes
Disusun oleh:
KELOMPOK 1
Khoerunisa Nur M 1211702044
Rangga Rifky L 1211702061
Resty Maryam 1211702064
Rini Mulyani 1211702068
Seftia Maulani 1211702070
Tessa Fauziah 1211702078
BIOLOGI/III/B
Jurusan Biologi
Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
2012
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai
macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa
keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak,
sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh
manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Dosen serta teman-teman
sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moriil maupun materil, sehingga makalah
ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
Kami menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangan, baik dari segi tata bahasa yang kadangkala hanya
menuruti egoisme pribadi, untuk itu besar harapan kami jika ada kritik dan saran yang
membangun untuk lebih menyempurnakan makalah dilain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan apa
yang saya susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang
ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari judul ini ( Filum
Annelida dan Platyhelminthes) sebagai tambahan dalam menambah referensi yang telah ada.
Bandung, 22 November 2012
Penulis
i
3. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………….….i
DAFTAR ISI………………………………………………………………….…..ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG ....................................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH .................................................................................. 2
1.3 TUJUAN............................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 ANNELIDA
2.1.1 Pengertian dan Karakteristik Annelida ........................................................... 3
2.1.2 Kelas dari Filum Annelida .............................................................................. 4
2.1.3 Cara gerak Filum Annelida............................................................................. 7
2.1.4 Sistem reproduksi .......................................................................................... 8
2.1.5 Sistem Ekskresi…………………………………………………………..….8
2.1.6 Sistem transportasi........................................................................................ 11
2.1.7 Sistem respirasi ............................................................................................. 13
2.1.8 Sistem pencernaan ........................................................................................ 15
2.1.9 Sistem sirkulasi ............................................................................................. 17
2.10 Hubungan antar Filum Annelida ................................................................... 17
2.2 FILUM PLATYHELMINTHES
2.2.1 Pengertian dan Karakteristik Filum Platyhelminthes……………….15
2.2.2 Sistem Ekskresi……………………………………………………...16
2.2.3 Sistem Saraf………………………………………………………....17
2.2.4 Sistem Reproduksi…………………………………………………..17
2.2.5 Klasifikasi Platyhelminthes…………………………………………18
2.2.6 Peranan Platyhelminthes Bagi Kehidupan Manusia………………...24
2.3 FILUM ACOELAMORPHA
2.3.1 Karakteristik Acoelamorpha…………………………………………24
2.3.2 Ciri Khusus Platyhelminthes Modern………………………………..25
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan…………………………………………………………………..….28
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….29
ii
4. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Annelida adalah cacing protostome dengan tiga lapisan sel, saluran cerna dengan
mulut dan anus, sebuah dinding tubuh dengan otot membujur dan melingkar.Rongga tubuh
coelomic terbentuk karena pemisahan mesoderm embrio. Epidermis luar diselubungi oleh
kulit ari tipis, sejenis bulu-bulu chitinous (‘chaetae atau setae’).Segmentasi metamerik,yang
selalu ditunjukkan dalam muskular dan sistem saraf adalah karakteristik yang jelas.Sistem
saraf memiliki ganglion supraoesophaegal (kelompok tubuh utama sel saraf) yang disebut
otak meskipun lebih banyak daripada sensor penyampai pesan, dan kawat saraf ventral yang
yang menuju segmen ganglia memberikan segmen saraf.Terdapat sistem darah tertutup
dengan darah yang bergerak menuju pembuluh membujur dorsal. Pembuluh segmen antara
coelom dan luar digunakan untuk sekresi dan reproduksi.
Cacing anelida adalah hewan berongga dengan segmen metamerik. Coelom anelid
dipenuhi cairan pengisi rongga tubuh disekitar mesoderm, yang menyediakan kerangka
hidrostatis yang efisien. Metameris adalah rangkaian repetisi dari bagian yang sama di
sepanjang tubuh hewan, yang dimuat oleh pemisahan primer mesoderm menjadi blok segmen
otot. Pada anelida terdapat sekat dalam (septa) antar segmen. Coelom dan metemeris
meningkatkan efektifitas kontraksi otot sehingga pergerakan aktif dapat lebih cepat daripada
hewan acoelomate. Pada waktu yang sama, kelanjutannya memberikan kerumitan yaitu ketika
coelom luas terpisah dari jaringan luar dan dalam, sistem transport diperlukan dan organ
ekskresi dan respirasi mungkin perlu berkembang. Kerumitan ini kemudian menyebabkan
perbedaan struktural dan peningkatan ukuran.
Sebanyak 15000 spesies cacing anelida yang diketahui hidup di laut, merayap dibawah
bebatuan pantai dan di dasar laut, berenang bebas atau mencari perlindungan dari predator
dalam lubang atau tabung. Penyebaran anelida di air tawar dan daerah terrestrial hanya
sedikit, kecuali cacing tanah, yang bertahan dengan sukses, dan lintah yang menyebar luas.
Panjang anelida mulai dari 1 mm diantara butiran pasir sampai 3 m di beberapa cacing tanah
Australia.
1
5. 1.2 RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang dikemukakan dalam makalah ini antara lain:
1. Apakah itu Annelida?
2. Bagaimana karakteristik hewan yang termasuk ke dalam dari filum Annelida?
3. Kelas apa saja yang termasuk filum Annelida?
4. Apa saja perbedaan yang terdapat pada setiap kelas Annelida?
5. Bagaimana sistem reproduksi, sistem pernafasan, sistem ekskresi, system respirasi,
sistem pencernaan, sistem gerak dan sistem saraf pada Annelida?
6. Bagaimana karakteristik dari Filum Platyhelminthes dan Acoelomorpha?
7. Klasifikasi filum Platyhelminthes dan Acoelomorpha?
8. Bagaimana daur hidup kelas yang terdapat pada filum Platyhelminthes dan
Acoelomorpha?
9. Apa peranan Platyhelminthes dalam kehidupan manusia?
1.3 TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain:
1. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana karakteristik umum Annelida
2. Untuk mengetahui dan memahami perbedaan pada setiap kelas Annelida
3. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana sistem reproduksi, sistem
pernafasan, sistem ekskresi, system respirasi, sistem pencernaan, sistem gerak dan
sistem saraf pada Annelida
4. Mengetahui dan memahami lebih jauh tentang filum Platyhelminthes dan
Acoelomorpha dan peranannya dalam kehidupan manusia.
2
6. BAB II
PEMBAHASAN
2.1 FILUM ANNELIDA
2.1.1 Pengertian dan Karakteristik Annelida
Annelida berasal dari bahasa latin: annulus = cincin/gelang, maka sering juga disebut
cacing gelang karena tubuhnya tersusun atas segmen yang menyerupai cincin atau gelang.
Annelida merupakan binatang triploblastik selomata, tubuhnya bersegmen. Setiap segmen
dibatasi oleh sekat (septum).
Sudah memiliki sistem syaraf, pencernaan, ekskresi, reproduksi dan sistem pembuluh.
Hidup di air tawar, laut darat atau parasit. Annelida adalah cacing protostome dengan tiga
lapisan sel, saluran cerna dengan mulut dan anus, sebuah dinding tubuh dengan otot
membujur dan melingkar. Annelida memiliki panjang tubuh sekitar 1mm sampai 3 m,
tubuhnya simetri bilateral, berbentuk seperti gelang ('anellus' = cincin), memiliki alat gerak
berupa bulu-bulu kaku pada setiap segmen dan memiliki sistem peredaran darah tertutup
serta tubuh tertutupi oleh kutikula yang licin yang terletak diatas ephitelium.
3
7. Rongga tubuh coelomic terbentuk karena pemisahan mesoderm embrio. Epidermis
luar diselubungi oleh kulit ari tipis, sejenis bulu-bulu chitinous (‘chaetae atau
setae’).Segmentasi metamerik,yang selalu ditunjukkan dalam muskular dan sistem saraf
adalah karakteristik yang jelas.Sistem saraf memiliki ganglion supraoesophaegal
(kelompok tubuh utama sel saraf) yang disebut otak meskipun lebih banyak daripada
sensor penyampai pesan, dan kawat saraf ventral yang menuju segmen ganglia
memberikan segmen saraf.Terdapat sistem darah tertutup dengan darah yang bergerak
menuju pembuluh membujur dorsal.Pembuluh segmen antara coelom dan luar digunakan
untuk sekresi dan reproduksi
2.1.2 Kelas dari Filum Annelida
Filum Annelida terdiri dari tiga kelas yaitu
1. Polychaeta
Polychaeta (dalam bahasa yunani, poly = banyak, chaetae = rambut
kaku). Tubuhnya dibedakan menjadi daerah kepala (prostomium)
dengan mata, antena, dan sensor palpus. Tubuh memanjang dan
mempunyai segmen. Mereka memiliki sepasang struktur seperti
dayung yang disebut parapodia (tunggal = parapodium) pada setiap
segmen tubuhnya kecuali pada segmen terakhir. Fungsi parapodia
adalah sebagai alat gerak dan mengandung pembuluh darah halus
sehingga dapat berfungsi juga seperti insang untuk bernapas. Setiap
parapodium memiliki rambut kaku yang disebut seta yang tersusun dari
kitin. Polychaeta hidup dalam pasir atau menggali batu-batuan di daerah
pasang surut air laut. Contoh cacing ini adalah :
4
8. 1) Eunice viridis (cacing wawo)
2) Lysidice oele (cacing palolo)
3) Nereis virens (kelabang laut)
Gambar a. Gambar b
2. Oligochaeta
Oligochaeta dalam bahasa yunani berasal dari dua kata yaitu oligo = sedikit dan
chaetae = rambut kaku. Oligochaeta merupakan annelida air tawar atau terrestial
umumnya, tanpa parapodia dan beberapa chaetae tanpa sendi. Cara makannya
bersifat suctorial yaitu tidak memiliki rahang. Oligochaetes dikenali dengan
‘clitellum’ berbentuk tongkat, epiderm kental yang mengeluarkan kepompong.
Contohnya :
Lumbricus terrestris (cacing tanah – Eropa dan Amerika)
Perichaeta (cacing hutan)
Tubifex (cacing air)
Pheretima posthurna (cacing tanah – Asia)
5
9. Gambar c. Gambar d
3. Hirudina (lintah).
Hirudina merupakan kelas annelida dengan jenis yang paling sedikit. Mereka
memiliki ciri –cirri antara lain: tidak memiliki parapodium maupun seta pada
segmen tubuhnya, panjang bervariasi dari 1 – 30 cm, tubuhnya pipih dengan ujung
anterior dan posterior yang meruncing, pada anterior dan posterior terdapat alat
pengisap yang digunakan untuk menempel dan bergerak. Lintah ada yang bersifat
ektoparasit pada permukaan tubuh inangnya yang berupa hewan vertebrata
termasuk manusiadengan mengisap darah inangnya dan ada pula yang hidup bebas
dengan memangsa invertebrata kecil seperti siput. Contoh Hirudinea parasit :
Haemadipsa (pacet), hidup di rawa-rawa dan di hutan basah
Hirudo medicinalis (lintah).
Hirudo medicinalis (lintah) Haemadipsa (pacet)
6
10. Saat merobek atau membuat lubang, lintah mengeluarkan zat anestetik
(penghilang sakit), sehingga korbannya tidak menyadari adanya gigitan. Setelah
ada lubang, lintah akan mengeluarkan zat anti pembekuan darah (hirudin). Dengan
zat tersebut lintah dapat mengisap darah sebanyak mungkin.
Gambar e gambar f
2.1.3 Cara gerak Filum Annelida
Cara jalan yang lambat jenis polychaete seperti Nereis dicapai dengan
melangkah dengan parapodia, chaetae mereka yang meningkatkan gaya tarik dengan
substratum. Yang berjalan cepat malah menggunakan sedikit parapodia. Tubuhnya
dibentuk menjadi gelombang horizontal oleh kontraksi dan relaksasi otot dinding
utama dalam dua sisi,komponen lateral tenaga desakan akan batal dan cacing bergerak
maju dengan menekankan tubuhnya pada lingkungan tempat ia berada,ketika
polychaetae berubah dari berjaalan cepat menjadi berenang, gelombang
menggambarkan aktivitas yang mungkin untuk cacing coelomate bersegmen.
Gelombang lateral poluchaetae berbeda dari dorongan gelombang dalam
nematoda, belut atau ular yang terdapat parapodia ini. mereka tidak memperbesar
secara langsung, tapi kehadiran mereka, menyebar pada sisi luar dan dikumpulkan di
bagian dalam setiap tekukan,berarti bahwa desakan yang mendorong ditekan pada
permukaan cembung luar dan tidak menekan sisi dalam yang cekung. Kontraksi
gelombang harus dikembangkan dari belakang hingga ke depan bagian cacing, tidak
bergelombang dari depan ke belakang sperti nematoda, belut, ular dan polychaete.
Otaknya harus memulai perpindahan pada ujung terjauh tubuhnya. Polychaete dengan
semua parapodia yang hilang berenang ke belakang.
Oligochaetes menggunakan kontraksi otot sirkular dan membujur secara
bergantian tidak bergelombang melainkan peristaltik.kontraksi otot sirkular
7
11. memungkinkan cacing tanah memanjangkan bagian anteriornya lebih ramping dan
panjang sementara cengkraman chaetae di tanah di bagian belakang, membuat lebih
pendek dan gemuk dengan kontraksi otot longitudinal atau membujur. Otot sirkular
anterior kemudian berelaksasi dan gelombang kontraksi sirkular melewati seluruh
bagian cacing. Lintah mungkin menukik dengan melekat dan menyobek penghisapan
mereka atau mungkin berenang ke atas-kebawah dengan gelombang yang disebarkan
dari ujung anterior. Untuk melakukan ini, mereka harus memipihkan dan mengeraskan
tubuh mereka dengan kontraksi otot dorsovental sehingga mereka bisa melenturkan
ototnya tanpa memendekan tubuhnya. Pengaturan pergerakan ini lebih maju daripada
annelida lainnya, dengan sistem saraf yang lebih singkat dan lebih memusat
fungsinya.
2.1.4 Sistem reproduksi
Polycahaete adalah hewan laut dan memiliki alat kelamin terpisah, transfer
sperma eksternal dan fertilisasi eksternal. Telur dilepaskan menembus organ segmen
kedalam laut, diamana mereka berkembang menjadi larva planktonik ‘trochophore’.
oligochaetes dalam air tawar atau di tanah, adalah hermaprodit fertilisasi menyilang
dengan tidak mentransfer sperma eksternal yaitu kuning telur dibuahi dalam cacing
atau dalam kepompong. Clittelum yang berada di dekat poti betina, mengeluarkan
kepompong yang telurnya dikeluarkan sebelum atau sesudah pembuahan), dan dimana
mereka berkembang secara langsung tanpa tingkatan larva. Lintah di habitatnya
bereproduksi seperti oligochaete dengan perkembangan langsung dalam kepompong.
8
12. Generalisasi menyediakan sebuah kerangka berguna, tapi menghentikan
jumlah bentuk seleksi alam. Polychaete tidak semuanya hewan laut tapi mempunyai
beberapa spesies yang hidup di air tawar, dan ada juga yang hidup di gelondongan
kayu busuk di darat seperti oligochate yang mempunyai sejumlah spesies laut.
Sedangkan generalisasi tentang reproduksi dan perkembangan oligochaete bisa
tertahan, polychaete sangat bervariasi. Betinanya bisa mengumpulkan dan menyimpan
sperma, contohnya seperti larva trochopore bisa dimodifikasi atau ditekan dimana
perkembangan terjadi dalam kuning telur. Reproduksi seksual (dengan kekuatan
regenerasi yang berhubungan) bisa terjadi ketika ujung belakang Nereis pecah dan
menjadi transformasi pelagic ‘heteronereis’ yaitu seperti pelagic lain polychaete,
kemudiian mengapung karena perpanjangan permukaannya dan mempunyai mata
9
13. yang lebar. Pelepasan gamet bisa diseimbangkan dalam kawanan polycahete dewasa
secara seksual.
2.1.5 Sistem ekskresi
Sebagian besar polychaete adalah osmoconformer, regulasi osmosis adalah
aspek penting dalam annelida yang mampu untuk mengumpulkan air dari lingkungan.
Contohnya, Nereis diversicolour pada estuaria dan cacing tanah dapat memproduksi
urin hipotonik sampah gas nitrogen bisa dikeluarkan dalam bentuk ammonia, atau
dimana air hanya sedikit dibebaskan dengan sel khusus (pada oligochates) atai sel
botroidal (lintah) bisa menggabungkan amonia dengan karbondioksida untuk
membentuk urea.
Organ ekskresi pada larva dan beberapa polychaetes dewasa (dan pada
annelida anchestral) adalah protonephridia, tabung dengan ujung samar-samar dimana
filtrasi menggunakan cilia terjadi. Sebagian besar polychate memiliki metanephridia,
pembuluh terbuka dari coelom dengan saluran ciliata. Tabung bisa terpisah keluar tapi
lebih sering membuka kedalam pembuluh gonad mesoderm yang terjadi pada banyak
segmen.
Oligochaete dan lintah memiliki segmen metanephridia dengan gonad dan
pembuluh yang dibatasi oleh beberapa segmen anterior.
Cara kerja organ ekskresi bekerja
Ada dua proses yang terjadi :
Ultrafiltrasi. Tekanan mendesak air dan molekul larutan kecil menerobos membran
semi permeable yang menahan balik molukul besar seperti protein.
10
14. Transport aktif ion (bukan air) adalah langkah penting kedua:filtrasi dalam tubula
ekskresi dimodifikasi ketika lewat : substansi yang dipilih ditambahkan atau diserap
kembali. Ini dilapisi ketika proses filtrasi, transport aktif mungkin memulai ekskresi,
seperti hamocoel serangga, jika tekanan darah rendah.
Hasil ekskresi
Selain air dan ion, produk ekskresi di antaranya:
Karbondioksida, CO2, hasil dari pernapasan pada semua hewan
Ammonia, NH3, ion NH4+, produk primer deaminasi asam amino. Ini adalah racun dan
perlu air untuk membuangnya.
Urea,CO(NH2)2, sedikit beracun dan memerlukan sedikit air untuk menghilangkannya.
Ini adalah poin akhir yang umum pada metabolisme nitrogen yang diproduksi oleh
pemadatan molekul CO2 dengan dua molekul amonia.
Asam uric, C5O3N4H4 pada titik akhir metabolisme purin ini adalah molekul yang
komplek, lebih mahal pembentukannya. Dapat dikeluarkan dengan semi padat dengan
sedikit air, atau disimpan dalam hewan atau telur tapi membahayakan. Biasanya
diproduksi oleh hewan terrestial, contohnya serangga dan siput (laba-laba
menngunakan purin lain, guanin) Kebanyakan hewan mengeluarkan campurab dari
tiga substansi (lainnya), tapi biasanya titik akhir nitrogen lebih mendominasi.
Ammonia contohnya, 80% pada annelida Aphrodite, 60% pada udang karang Astacus,
67% pada sotong Sepia dan 30% pada bintang laut Asterias(dimana sebagian besar
sampah nitrogen dalam bentuk asam amino). Di darat siput pulmonate Helix, asam
uric berisi 70% sampah nitrogen, sementara di pantai yang lebih rendah siput laut
Littorina littorea hanya 0,8-1,2%. Kutu kayu termasuk ke dalam hewan terrestial yang
mampu mengeluarkan gas ammonia.
2.1.6 Sistem transportasi
Diffusi
Difusi, pergerakan substansi lebih tinggi ke konsentrasi substansi yang lebih
rendah, ini tidak cukup untuk komunikasi antar bagian tubuh pada hewan kecil.
Planaria contohnya, mengandalkan difusi suplai oksigen dan menggunakan oksigen
sekitar 0,1 sampai 0,2 ml oksigen pergram perjam pada 15ᵒC. Penghitungan
berdasarkan jumlah difusi meyakinkan bahwa planaria harusnya tidak lebih dari 0,5
mm.Pada titik ini,banyak planaria bernapas secara anaerob pada waktu tertentu, dan
banyak pusat cacing bukanlah pada jaringan tapi pada makanan dalam saluran cerna.
Transportasi atau sistem „vaskular‟
11
15. Sistem transportasi terumum adalah darah, jaringan cair (mengandung sel)
dalam pembuluh tertutup atau rongga haemocoelic. Fungsinya untuk mengangkut gas
hasil pernapasan, makanan, materi ekskresi, hormon dan substansi lainnya. Dugaan
bahwa sisteem darah dahulu berkembang untuk transport oksigen itu salah nemertines
mempunyai sistem darah di dalam tubuhnya dan tidak ada hubungannya dengan
transport oksigen. Nemertines, tidak seperti planaria, mempunyai saluran cerna
terbuka pada kedua ujungnya dengan pergerakan makanan satu arah,secara langsung
ini memerlukan sistem transport jika makanan disebarkan ke seluruh tubuh.
Pada planaria, dimana hanya ada mulut yang terbuka, makanan tidak akan
mencapai semua jaringan tapi untuk cabang saluran cerna. Transport oksigen dan
karbonsioksida
Pigmen respirasi
Pigmen yang bergabung dengan oksigen ada di hampir semua hewan yang
membantu pernapasan. Sejauh ini yang paling umum adalah hemoglobin (Hb),
ditemukan sedikitnya pada beberapa anggota hampir semua Filum. Struktur protein
yang berisi zat besi dan hemoglobin, ini terhubung pada enzim pernapasan
cytochrome yang digunakan dalam respirasi sel pada semua hewan. Hemoglobin
mungkin terdapat pada larutan atau sel darah,dimana ini akan menjadi lebih
terkonsentrasi tanpa memunculkan tekanan osmosis darah, pertama ini mengangkut
oksigen, tapi mungkin ini hanya cadangan oksigen, seperti bentuk yang lebih
sederhana molekul yang disebut ‘myoglobin, ini mungkin memudahkan difusi
oksigen. Hemocyanin adalah pigmen berbahan dasar tembaga yang terdapat pada
banyak arthropoda atau moluska. Ini mempunyai capasitas pengangkut oksigen yang
lebih rendah daripada hemoglobin dan tidak bisa diisikan pada sel darah. Pigmen
respirasi lainnya seperti haemerythrin dan chlorocruoin terjadi khususnya pada
annelida yang mempunyai rangkaian luas pigmen khusus respirasi.
Karbondioksida
Karbondioksida juga diangkut dalam kombinasi arah sebaliknya oleh
hemoglobin sebagai ion bikarbonat (HCO3)- atau dalam larutan padat.
Sistem penghitungan ukuran
Ketika arah aliran berlawanan dalam saluran yang tepat dan tertutup, sistem
penghitungan ukuran meningkatkan pengambilan oksigen pada permukaan
pernapasan. Dengan aliran penghitungan ukuran, ada gradien konsentrasi oksigen (
atau substansi lain, atau panas) sepanjang seluruh permukaan, yang menyebabkan
12
16. lebih banyak difusi terjadi pada aliran paralel (co_current), dimana ada peningkatan
gradien yang tinggi –lihat diagram c dan d.
2.1.7 Sistem respirasi
Respirasi adalah oksidasi makanan organik dengan pelepasan energi. Ini
termasuk kedalam anaerob (menggunakan oksigen ingkungan) dan memiliki tiga
tahap:
1. Pertukaran gas.
Oksigen dimasukkan dan karbondioksida dikeluarkan pada permukaan respiratori,
sering dibantu oleh pergerakan ventilasi.
2. Pengangkutan oksigen
Pengangkutan oksigen dari organ respirasi menuju sel, biasanya dalam darah dan
karbondioksida di arah sebaliknya.
3. Terjadinya proses biokimia
Dalam setiap sel proses biokimia cenderung sama dalam semua hewan. Gula
disusun dan dipecahkan dengan glikosis menjadi pirufat, yang melepaskan energi
yang tergabung menjadi ATP atau kehilangan panasnya. Ini adalah tahap
anaerobik respirasi,ketiadaan oksigen pirufat yang terbentuk diubah menjadi
asam laktid. Pemecahan tidak sempurna ini mungkin menjadi satu-satunya tahap
respirasi seluler pada beberapa hewan atau beberapa keadaan, ketika otot
membangun bank oksigen. Sebagian besar hewan mengoksidasi pirufat (dalam
siklus ‘krebs’ atau ‘asam trikarboksil) yang menggunakan molekul oksigen
sebagai penerima akhir hidrogen. Respirasi aerobik membuat persediaan energi
yang lebih banyak. Persamaannya adalah :
C6H12O6+6O2 =6CO2+6H20
Repirasi akuatik dan udara
Oksigen mungkin diperoleh dari larutan dalam air.
Kelebihan pernapasan di udara
Kandungan oksigen di udara lebih banyak 30 kali lipat daripada dalam air :
udara berisi 20% oksigen sementara seliter air tawar pada 15ᵒC tidak akan
mengandung oksigen lebih dari 7,0 ml oksigen.
Oksigen berdifusi 10000 kali lebih cepat daripada dalam air.
Udara, menjadi tebal dan kental, bergerak lebih cepat daripada air pada
permukaan organ pernapasan.
13
17. Kelebihan bernapas dalam air
1) Permukaan organ respirasi didukung oleh air dan tidak akan mengering
2) Pengeluaran karbondioksida lebih mudah : ini dapat larut dan air tawar
dapat menahan sekitar 3 volume% CO2 sementara udara hanya mampu
berisi 0,03 volume %.
Tekanan oksigen
Ketersediaan oksigen dalam larutan diukur dalam tekanannya, bukan
volumenya. Tekanan bagian oksigen (bagian keseluruhan yang menyebabkan
oksigen) disebut tekanan oksogen. Tekanan lingkungan pada tingkatan laut
dikukur dalam sebuah barometer 760 milimeter merkuri (mm Hg: dalam unit Sl,
101, 3 kilopaskal, kPa). Udara kira-kira mengandung 21% oksigen sehingga
tekanan oksigen dalam air laut yang mengandung udara kira-kira 0,21X760
=160mm Hg (21,3 kPa).
Air tawar secara umum akan di oksigenasi lebih baik daripada di laut, karena
oksigen kehilangan larutan dalam garam.
Udara yang seimbang lebih mudah untuk pengambilan oksigen, sehingga
respirasi akuatik akan membutuhkan permukaan respirasi yang luas
Alat-alat respirasi
Permukaaan tubuh mungkin dapat ditembus pada udara respirasi hewan
laut.Contohnya sponge, cnidaria, cacing acoelomate, crustaceae dan larva dan
telur hewan laut.
Insang
Insang adalah perpanjangan permukaan yang berdinding tipis pada hewan
air. Insang luar mungkin dibuka oleh air yang bergerak melewati hewan atau
dengan pergerakan hewan menembus air: ventilasi insang dalam mungkin
memerlukan energi lebih banyak. Porsi struktur dan insang yang termasuk cuping
parapodial polychaetae yang berenang bebas, tentakel (insang terpisah) polychaete
yang hidup dalam tabung, ctenidia moluska dan lipatan mantel siput, anggota
tubuh semua atau bagian crustaceae dan kaki tabung echinodermata.
Paru-paru
Paru-paru adalah kantung internal yang berisi udara dengan sebuah
pembuka pada dunia luar dan darah tertutup yang diterapkan ada dinding luar
mereka. Pada paru-paru invertebrata berisi pertukaran udara dengan diffusi tanpa
pergerakan ventilasi, seperi pada siput dan keong.
14
18. Sistem trakea
Pada serangga dan arthropoda terrestial lainnya, sistem trakea berisi
tabung berisi udara yang bercabang ke seluruh tubuh dan masuk di antara sel,
yang menyediakan respirasi aerial yang effisien untuk hewan kecil.
Jumlah respirasi
Jumlah pernapasan akan bervariasi menurut sifat dan lingkungan
invertevrata. Ini juga tergantung pada ukuran tubuh, aktifitas dan suhu
lingkungan. Biasanya disamakan dengan jumlah metabolisme, jumlah total
aktifitas hewan. Dalam jumlah metabolisme hewan dapat diukur dengan
penggunaan oksigen per unit waktu. Endotermik (cacing darah) vertebrata
menjaga jumlah metabolisme basal agar stabil pada saat beristirahat, tapi
ektoderm (termasuk invertebrata) tidak : mereka mempunyai kelebihan menjadi
berhenti dengan menghemat air dan energi dalam kondisi yang tidak baik. Pada
vertebrata ini dimana jumlah metabolisme ketika istirahat dapat diukr, ini lebih
hebat pada hewan yang lebih besar tapi tidak berskala 1:1 dengan massa tubuh.
Pada vertebrata, jumlah metabolisme ketika istirahat cenderung pada proporsi
masa tubuh yang mencapai 0,75.
Pernapasan
Kemampuan menembus permukaan luar umumnya tidak cukup bagi
annelida untuk menyerap oksigen yang diperlukan padahal mereka adalah hewan
yang bergerak dan hidup aktif dalam galian atau tabung. Insang diperlukan,
seperti pada cuping parapodial dengan area permukaan luas dan cadangan darah
internal. Plychaetes yang hidup dalam tabung mungkin perlu insang terpisah jika
tentakelnya mengupulkan makanannya dari pasir.
Pigmen respirasi diperlukan, juga dalam darah untuk meningkatkan
kapasitas pengangkutan oksigen atau dalam jaringan untuk memudahkan difusi.
Hemoglobin adalah pigmen respirasi paling umum, yang terjadi pada sebagian
besar hewan. Itu terjadi pada annelida, tapi juga dengan pigmen berbahan dasar
besi yang sangat jarang, haemerythrin dan chlorocruorin dan hemocyanin yang
berbahan dasar tembaga, tidak ada pilum lain yang memiliki susunan hebat itu.
2.1.8 Sistem pencernaan
Polychaete merayap atau berenang bebas dalam laut dan biasanya merupakan
predator aktif berwarna, dengan rahang tajam pada faringnya. Sebagian mereka adalah
karnivora, tapi ada juga herbivora, detritivora dan omnivora. Ada banyak genus,
15
19. kebanyakan namanya berasal dari nama dewa dan dewi Yunani. Nereis adalah
ragworm, seperti Nephtys dan Phylloduce; sillidaenya ramping dengan parapodia
lembut, glyceridae memiliki faring seperti balon, eunicidae memiliki rahang kuat
khusus dan cacing sisik seperti Aphrodite memiliki insang menutupi seluruh bagian
punggungnya.
Ada 25 famili, yang dikelompokkan sebagai ‘Errantia’, tapi mereka tidak semunaya
memiliki hubungan dekat. Pendatang baru arthropoda predator tidak diragukan lagi
adalah sebuah oerangsang bagi evolusi sepanjang keberadaan cacing; mereka hidup
dalam lubang galian sepanjang waktu sebagai pemakan runtuhan dan pelapukan.
Struktur eksternal menjadi berkurang tapi otot terjaga dan berkembang baik, dan
insang diperlukan. Contohnya Arenicola pada lugworm,bertanggung jawab pada
makanan cacing di pantai berpasir atau lumpur, dan Chaetopterus, dengan perbedaan
anggota badan yang menggerakan air menembus tabung U. Polychaete bertabung
sessile mengeluarkan tabung dimana mereka tinggal, sekarang telah dimodifikasi
dengan saluran cerna berbentuk U. Syaraf berkembang baik dan otot tidak terlalu
penting dalam perpindahan tapi sangat cepat dalam penarikan kembali tabung.
Kepalanya menjadi bertentakel yang bisa meregang pada pasir dan membawa partikel,
seperti Terebellidae, yang memungkinkan ciliari makan seperti pada cacing kipas
Sabella dan serpulidae, pembuat tabung calcareous umumnya ditemukan pada batu
atau rumput laut.
Perbedaan makanan sangat tipis antara oligochaetes, yang memiliki faring
noneversible dan memakan tumbuhan yang runtuh, dan lebih tipis lagi pada lintah.
Kesergaman morfologi yang dimiliki Hirudina mencapai 33 segmen dan embriologi
mereka diarahakn oleh sel turunan dalam nematoda.
16
20. 2.1.9 Sistem sirkulasi
Sistem darah merupakan bagian kecil rongga tubuh primer atau blastosol
annelida berlangsung selama perkembangan, menjadi terisi dengan darah dan
membentuk pembuluh sistem tertutup.
Contraksi secar umum pembuluh longitudinal dorsal menekan darah maju, dan
kemudian menembus sejumlah pembuluh yang terhubung untuk mengalir ke dalam
pembuluh ventral di bawah saluran cerna. Tidak ada jantung yang sebenarnya,
mungkin ada beberapa pembuluh kontraksi yang memiliki ujung samar-samar yang
membantu aliran darah. Mungkin ada pembuluh lain, contohnya parapodia dalam
polychaetes. Pembuluh melintang memerlukan dukungan septa segmen.
Lintah memiliki sistem sirkulasi berbeda. Coelom menjadi terbungkus dengan
jaringan ‘botryoidal’ penghubung, yang meninggalkan saluran coelomik dalam
sirkulasi cairan. Sistem darah ini kemudian menjadi berkurang atau malah tidak ada.
2.1.10 Hubungan antar Filum Annelida
Hubungan antara tiga kelas utama annelida sudah jelas, bahwa Clitellata
berbeda, apapun asal-usulnya. Dalam kelompok ini, tidaka akan bisa lagi ada pembatasan
kelas,munculnya spesialisasi Hirudina (lintah), mungkin lebih dari satu kali dari semua
oligochates. Kelihatannya Clitellata adalah asli cacing terrestial, yang kemudian hidup di
air.
Asal-usul dan komposisi polychaeta tidak cukup jelas. Banyak cacing yang
dikira merupakan pilum terpisah sekarang dikenal sebagai polychaetes yang telah berubah,
perrtama adalah Archiannelida,sekumpulan annelida yang kecil dan sederhana yang pernah
dikira anchestral, dikenali sebagai poychaetes yang bersatu dari beberapa famili. Kemudian
Echiura dan mungkin juga Sipuncula dianggap kelompok polycahetes dengan kehilangan
17
21. segmentasi dan kekuatan perpindahan ketika dewasa. Sekarang pogonophora dipercaya,
dengan dukungan bukti molekul, dimasukkan kedalam anggota polychaete untuk memiliki
saluran cerna dengan pemanjangan endoderm berisis bakteri chemosynthetic. Mereka bisa
dikatakan dekat dengan Sabella.
2.2 FILUM PLATYHELMINTHES
2.2.1Pengertian dan Karakteristik Filum Platyhelminthes
Struktur dasar platyhelmintes sederhana, mereka triploblastik, mempunyai tiga lapisan
sel, ektoderm (luar), mesoderm, dan endoderm (dalam). Dalam kehidupan bebas ada
penguraian sistem reproduksi hermaprodit dan sistem tabung ectoderm excretori,
protonephridia (sel api). Platyhelmintes yang hidup bebas mempunyai ujung kepala dengan
organ perasa anterior dan otak tidak sempurna. Mereka bergerak dengan cilia atau gelombang
kontraksi dalam otot yang bekerja melawan tekanan cairan isi tubuhnya (saluran cerna,
parenkim, genitalia,dll).
Hewan ini biasanya dikenal sebagai primitif berdasarkan jumlah karakter negatifnya,
mulut hanya terbuka hingga saluran pencernaan, dan mereka tidak punya rongga tubuh,
sistem respirasi, sistem peredaran darah, anggota badan dan rangka keras. Hewan tanpa sistem
pernapasan dan darah biasanya datar, menjadi terbatas oleh difusi oksigen, dan mereka
memiliki tubuh lunak dengan panjangnya yang lebih daripada lebarnya, mereka dikenal
sebagai cacing pipih.
Platyhelminthes, asal kata : platy = pipih dan helmins = cacing. Pada platyhelminthes
sudah tedapat alat atau organ sederhana seperti pharynx yang bersifat musculer, ocelli dan
alat-alat yang lebih kompleks misalnya organ genitalia dan organ excretoria. Namun mereka
masih mempunyai systema gastrovasculare seperti diketemukan pada Coelenterata dengan
hanya satu muara keluar yang berfungsi baik sebagai mulut maupaun sebagai anus.
Platyhelminthes memiliki tubuh pipih, lunak dan epidermis bersilia. Cacing pipih ini
merupakan hewan tripoblastik yang tidak mempunyai rongga tubuh (acoelomata). Hidup
biasanya di air tawar, air laut dan tanah lembab. Ada pula yang hidup sebagai parasit pada
hewan dan manusia. Cacing parasit ini mempunyai lapisan kutikula dan silia yang hilang
setelah dewasa. Hewan ini mempunyai alat pengisap yang mungkin disertai dengan kait untuk
menempel.
Cacing pipih belum mempunyai sistem peredaran darah dan sistem pernafasan.
Sedangkan sistem pencernaannya tidak sempurna, tanpa anus. Contoh Platyhelmintes adalah
Planaria. Planaria mempunyai sistem pencernaan yang terdiri dari mulut, faring, usus
(intestine) yang bercabang 3 yakni satu cabang ke arah anterior dan 2 cabang lagi ke bagian
18
22. samping tubuh. Percabangan ini berfungsi untuk peredaran bahan makanan dan memperluas
bidang penguapan. Planaria tidak memiliki anus pada saluran pencernaan makanan sehingga
buangan yang tidak tercerna dikeluarkan melalui mulut. Perhatikan gambar susunan saluran
pencernaan Planaria berikut ini.
Gambar 1. Susunan saluran pencernaan Planaria
2.2.2 Sistem Eksresi
Sistem ekskresi pada cacing pipih terdiri atas dua saluran eksresi yang memanjang
bermuara ke pori-pori yang letaknya berderet-deret pada bagian dorsal (punggung). Kedua
saluran eksresi tersebut bercabang-cabang dan berakhir pada sel-sel api (flame cell).
Perhatikan gambar sistem eksresi dan sel api Planaria di bawah ini.
Gambar 2. a) Susunan saluran eksresi pada Planaria; b) Sel api (flame cell)
Platyhelminthes adalah merupakan sebagian besar acelomata yang mempunyai 3 (tiga)
lapisan dermoblast, yaitu berturut-turut dari luar ke dalam:
a. Ectiderm
b. Mesoderm
c. Entoderm
19
23. Pada Platyhelminthes dari lapisan-lapisan tersebut akan terbentuk alat-alat yaitu dari
ectoderm misalnya membentuk epidermis yang selanjutnya akan terbentuk cuticula.
Mesoderm membentuk lapisan-lapisan otot, jaringan pengikat dan alat reproduksi. Dan
entoderm akan terbentuk gastrodermis.
2.2.3 Sistem Saraf
Sistem saraf berupa tangga tali yang terdiri dari sepasang ganglion otak di bagian
anterior tubuh. Kedua ganglia ini dihubungkan oleh serabut-serabut saraf melintang dan dari
masing-masing ganglion membentuk tangga tali saraf yang memanjang ke arah posterior.
Kedua tali saraf ini bercabang-cabang ke seluruh tubuh. Perhatikan gambar sistem saraf
Planaria berikut :
Gambar 3. Sistem saraf Planaria
2.2.4 Sistem Reproduksi
Reproduksi pada cacing pipih seperti Planaria dapat secara aseksual dan secara
seksual. Reproduksi aseksual (vegetatif) dengan regenerasi yakni memutuskan bagian tubuh.
Sedangkan reproduksi seksual (generatif) dengan peleburan dua sel kelamin pada hewan yang
bersifat hemafrodit. Sistem reproduksi seksual pada Planaria terdiri atas sistem reproduksi
betina meliputi ovum, saluran ovum, kelenjar kuning telur. Sedangkan reproduksi jantan
terdiri atas testis, pori genital dan penis. Perhatikan gambar sistem reproduksi Planaria
dibawah ini :
20
24. Gambar 4. Sistem reproduksi Planaria
Selanjutnya perhatikan gambar reproduksi aseksual Planaria di bawah ini!
Gambar 5. Reproduksi aseksual Planaria
A.Terpotong secara alami
B.Dibelah dua
C.Dibelah tiga
2.2.5 Klasifikasi Filum Platyhelminthes
2.2.5.1 Platyhelminthes yang hidup bebas
Dengan sel epidermis ciliate. Mereka adalah tubelaria, kelempok heterogen yang
termasuk dalam Catenulida. Kebanyakan cacing kecil hidup di air tawar dengan banyak
karakter sederhana.
21
25. Gambar 6. Catenulida
Rhabditophora, grup yang banyak dan bervariasi termasuk planaria, hidup di air
tawar atap daratan berlumpur dan air laut.
Gambar 7. Planaria
2.1.5.2 Platyhelminthes parasit
Kebanyakan platyhelminthes bersifat parasit. Terbagi menjadi 3 kelas :
a. Monogenea, pipih ‘gepeng’, ectoparasit pada hewan air (biasanya pada ikan)
b. Trematoda termasuk Digenea (cacing hati), endoparasit pada veterbrata
c. Cestoida, cacing pita, termasuk endoparasit, tersebar dimana saja
Di semua bentuk parasit ini, epidermis digantikan oleh ‘tegumen’ yang melindungi
parasit dan mengatur apa yang bisa diserapnya dari inangnya.
22
26. Platyhelminthes (cacing pipih) dibedakan menjadi 3 kelas yaitu Turbellaria,
Trematoda dan Cestoda. Berikut akan dijelaskan satu-persatu.
1. Kelas Turbellaria
Hewan dari kelas Turbellaria memiliki tubuh bentuk tongkat atau bentuk rabdit
(Yunani : rabdit = tongkat). Hewan ini biasanya hidup di air tawar yang jernih, air laut atau
tempat lembab dan jarang sebagai parasit. Tubuh memiliki dua mata dan tanpa alat hisap.
Hewan ini mempunyai kemampuan yang besar untuk beregenerasi dengan cara memotong
tubuhnya seperti tampak pada gambar 5 di atas. Contoh Turbellaria antara lain Planaria
dengan ukuran tubuh kira-kira 0,5 – 1,0 cm dan Bipalium yang mempunyai panjang tubuh
sampai 60 cm dan hanya keluar di malam hari. Permukaan tubuh Planaria bersilia dan kira-
kira di tengah mulut terdapat proboscis (tenggorok yang dapat ditonjolkan keluar) seperti
pada gambar berikut.
Gambar 6. Proboscis pada Planaria
Planaria tubuhnya bersifat fleksibel, dapat memanjang atau memendek atau membelok
dalam tiap arah. Planaria hidup di air tawar dalam danau, sungai dan rawa. Mereka
menghindari sinar matahari dengan melekat di bawah permukaan batu atau sepotong kayu.
2. Kelas Trematoda
Hewan Trematoda memiliki tubuh yang diliputi kutikula dan tak bersilia. Pada ujung
anterior terdapat mulut dengan alat penghisap yang dilengkapi kait. Tubuh dengan panjang
lebih kurang 2,5 cm dan lebar 1cm serta simetris bilateral. Trematoda termasuk hewan
hemafrodit,dan sebagai parasit pada Vertebrata baik berupa ektoparasit (pada ikan) maupun
sebagai endoparasit. Contoh hewan Trematoda adalah :
a) Fasciola hepatica
Cacing hati atau Fasciola hepatica (parasit pada hati domba), dalam keadaan dewasa
cacing hati hidup di dalam hepar domba, sapi, babi dan kadang-kadang dalam manusia,
cacing ini juga dapat menyebabkan banyak kerugian dalam bidang peternakan. Fasciola
23
27. hepatica menyerupai Planaria baik dalam bentuk tubuh maupun strukturnya. Tubuhnya
berbentuk daun, panjangnya sampai 30 mm.
Gambar 7. Anatomi Fasciola hepatica
b) Fasciola gigantica
Fasciola gigantica (parasit pada hati sapi) dan cacing hati parasit pada manusia
(Chlonorchis sinensis) serta Schistosoma japonicum (cacingdarah
Daur Hidup Kelas Trematoda. Berikut ini diuraikan mengenai daur hidup beberapa
jenis cacing yang termasuk kelas Trematoda.
• Cacing dewasa bertelur di dalam saluran empedu dan kantong empedu sapi atau domba.
Kemudian telur keluar ke alam bebas bersama feses domba. Bila mencapai tempat basah, telur
ini akan menetas menjadi larva bersilia yang disebut mirasidium. Mirasidium akan mati bila
tidak masuk ke dalam tubuh siput air tawar (Lymnea auricularis-rubigranosa).
• Di dalam tubuh siput ini, mirasidium tumbuh menjadi sporokista (menetap dalam tubuh
siput selama + 2 minggu).
• Sporokista akan menjadi larva berikutnya yang disebut Redia. Hal ini berlangsung secara
partenogenesis.
• Redia akan menuju jaringan tubuh siput dan berkembang menjadi larva berikutnya yang
disebut serkaria yang mempunyai ekor. Dengan ekornya serkaria dapat menembus jaringan
tubuh siput dan keluar berenang dalam air.
• Di luar tubuh siput, larva dapat menempel pada rumput untuk beberapa lama. Serkaria
melepaskan ekornya dan menjadi metaserkaria. Metaserkaria membungkus diri berupa kista
yang dapat bertahan lama menempel pada rumput atau tumbuhan air sekitarnya. Perhatikan
tahap perkembangan larva Fasciola hepatica.
• Apabila rumput tersebut termakan oleh domba, maka kista dapat menembus dinding
ususnya, kemudian masuk ke dalam hati, saluran empedu dan dewasa di sana untuk beberapa
bulan. Cacing dewasa bertelur kembali dan siklus ini terulang lagi.
24
28. Gambar 8. Tahap perkembangan larva Fasciola hepatica
Dalam daur hidup cacing hati ini mempunyai dua macam tuan rumah yaitu:
1. Inang perantara yaitu siput air
2. Inang menetap,yaitu hewan bertulang belakang pemakan rumput seperti sapi dan domba.
Daur hidup Chlonorchis sinensis
Daur hidup Chlonorchis sinensis sama seperti Fasciola hepatica, hanya saja serkaria
pada cacing ini masuk ke dalam daging ikan air tawar yang berperan sebagai inang sementara.
Struktur tubuh Chlonorchis sinensis sama seperti tubuh pada Fasciola hepatica hanya berbeda
pada cabang usus lateral yang tidak beranting.
Daur hidup Schistosoma japonicum (cacing darah)
Cacing darah ini parasit pada manusia, babi, biri-biri, kucing dan binatang pengerat
lainnya.Cacing dewasa dapat hidup dalam pembuluh balik (vena) perut. Tubuh cacing jantan
lebih lebar dan dapat menggulung sehingga menutupi tubuh betina yang lebih ramping.
Cacing jantan panjangnya 9 – 22 mm, sedangkan panjang cacing betina adalah 14 – 26 cm.
Gambar 10. Schistosoma japonicum jantan dan betina
Selanjutnya diuraikan tentang daur hidup Schistosoma japonicum :
• Cacing darah ini bertelur pada pembuluh balik (vena) manusia kemudian menuju ke poros
usus (rektum) dan ke kantong air seni (vesica urinaria), lalu telur keluar bersama tinja dan
urine.
• Telur akan berkembang menjadi mirasidium dan masuk ke dalam tubuh siput. Kemudian
dalam tubuh siput akan berkembang menjadi serkaria yang berekor bercabang. Serkaria dapat
25
29. masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan dan minuman atau menembus kulit dan
dapat menimbulkan penyakit Schistomiasis (banyak terdapat di Afrika dan Asia). Penyakit ini
menyebabkan kerusakan dan kelainan fungsi pada hati, jantung, limpa, kantong urine dan
ginjal.
3. Kelas Cestoda
Cacing pita (Cestoda) memiliki tubuh bentuk pipih, panjang antara 2 - 3m dan terdiri
dari bagian kepala (skoleks) dan tubuh (strobila). Kepala (skoleks) dilengkapi dengan lebih
dari dua alat pengisap. Sedangkan setiap segmen yang menyusun strobila mengandung alat
perkembangbiakan. Tubuhnya satu strobila tertutup oleh cuticula yang tebal; tidak berpigmen;
tidak mempunyai tractus digestivus atau alat indera dalam bentuk dewasanya. Makin ke
posterior segmen makin melebar dan setiap segmen (proglotid) merupakan satu individu dan
bersifat hermafrodit.
Banyak tipe-tipe cacing pita hidup di dalam intestinum dari hampir semua hewan-
hewan Vertebrata. Species dari genus Taenia hidup sebagai bentuk dewasa di dalam tractus
digestivus manusia.
Cacing ini biasanya hidup sebagai parasit dalam usus vertebrata dan tanpa alat
pencernaan. Sistem eksresi terdiri dari saluran pengeluaran yang berakhir dengan sel api.
Sistem saraf sama seperti Planaria dan cacing hati, tetapi kurang berkembang.
Contoh Cestoda yaitu:
a) Taenia saginata (dalam usus manusia)
b) Taenia solium (dalam usus manusia)
c) Choanotaenia infudibulum (dalam usus ayam)
d) Echinococcus granulosus (dalam usus anjing)
e) Dipylidium latum (menyerang manusia melalui inang protozoa)
Daur Hidup Kelas Cestoda
Selanjutnya akan diuraikan beberapa dari cacing pada kelas Cestoda, antara lain:
a. Taenia saginata
Cacing ini parasit dalam usus halus manusia. Perbedaannya dengan Taenia solium
hanya terletak pada alat pengisap dan inang perantaranya. Taenia saginata pada skoleksnya
terdapat alat pengisap tanpa kait dan inang perantaranya adalah sapi. Sedangkan Taenia
solium memiliki alat pengisap dengan kait pada skoleksnya dan inang perantaranya adalah
babi.
Daur hidup Taenia saginata
26
30. Dalam usus manusia terdapat proglotid yang sudah masak yakni yang mengandung sel
telur yang telah dibuahi (embrio). Telur yang berisi embrio ini keluar bersama feses. Bila telur
ini termakan sapi, dan sampai pada usus akan tumbuh dan berkembang menjadi larva
onkoster. Larva onkoster menembus usus dan masuk ke dalam pembuluh darah atau
pembuluh limpa, kemudian sampai ke otot lurik dan membentuk kista yang disebut
Cysticercus bovis (larva cacing). Kista akan membesar dan membentuk gelembung yang
disebut Cysticercus (sistiserkus). Manusia akan tertular cacing ini apabila memakan daging
sapi mentah atau setengah matang.
Dinding Cysticercus akan dicerna di lambung sedangkan larva dengan skoleks
menempel pada usus manusia. Kemudian larva akan tumbuh membentuk proglotid yang dapat
menghasilkan telur. Bila proglotid masak akan keluar bersama feses, kemudian termakan oleh
sapi. Selanjutnya telur yang berisi embrio tadi dalam usus sapi akan menetas menjadi larva
onkoster. Setelah itu larva akan tumbuh dan berkembang mengikuti siklus hidup seperti di
atas. Perhatikan gambar daur hidup Taenia saginata berikut!
Gambar 11. Daur hidup Taenia saginata
b. Taenia solium
Daur hidup Taenia solium sama dengan daur hidup Taenia saginata, hanya saja inang
perantaranya adalah babi. Sedangkan kista yang sampai di otot lurik babi disebut Cysticercus
sellulose.
c. Coanotaenia infudibulum
Cacing pita lainnya adalah Coanotaenia infudibulum yang parasit pada usus ayam
tetapi inang perantaranya adalah Arthropoda antara lain kumbang atau tungau.
2.2.6 Peranan Platyhelminthes bagi Kehidupan Manusia
Pada umumnya Platyhelminthes merugikan, sebab parasit pada manusia maupun
hewan, kecuali Planaria. Planaria dapat dimanfaatkan untuk makanan ikan. Agar terhindar
dari infeksi cacing parasit (cacing pita) sebaiknya dilakukan beberapa cara, antara lain:
memutuskan daur hidupnya, menghindari infeksi dari larva cacing, tidak membuang tinja
27
31. sembarangan (sesuai dengan syarat-syarat hidup sehat), dan tidak memakan daging mentah
atau setengah matang (masak daging sampai matang).
2.3 FILUM ACOELAMORPHA
2.3.1 karakteristik Acoelamorpha
Acoela sangat kecil (sekitar 3mm panjangnya) dan sederhana, bahkan ketika
dibandingkan dengan platyhelminthes. Mereka tidak mempunyai lubang saluran pencernaan,
tapi pada jaringan endoderm dalam ada lapisan digestif yang terbentuk setelah makan.
Jaringan ini mungkin ‘synctial’ dengan penyebaran nukleus dalam sitoplasma dan tidak
memiliki sel yang emneglilingi. Mesoderm dalam bentuk sel otot muncul dari sel endoderm;
tidak seperti platyhelminthes tidak ada sel ectoderm pada mesoderm. Acoela tidak punya
protonephrida atau struktur eksresi. Telur dan sperma tidak terdapat pada gonad. Kordinasi
terjadi oleh jaringan syaraf dengan beberapa kawat syaraf yang berbeda dan perkembangan
otak yang minim (proses kimia yang tidak biasa), sangat berbeda dengan platyhelminthes.
28
32. Reduksi dari beberapa bentuk khusus diyakini dengan penemuan banyak fitur yang
tidak biasa pada Acoela. Struktur spermanya unik, cilia dan akarnya tidak biasa dan rumit
dalam substansi interselulernya. Tidak ada tingkatan larva. Perkembangan pembelahan
spiralnya berbeda dengan hewan yang membelah secara spiral lainnya. Dalam
platyhelminthes, annelida, moluska dan lainnya, setiap pembagian menempatkan hasil bagian
pada alur diantara sel-sel, membentuk spiral yang berubah menjadi searah jarum jam dan
berlawanan arah jarum jam secara berurutan sebagai hasil pembagian.
Pada acoela. Dua spiral terpisah terbentuk, yang memulai pada divisi kedua, secara
berpasangan ‘duet’ tidak dengan empat sel. Putaran Arah jarum jam dan berlawanan arah
jarum jam secara berurutan tidak bergantian tapi memiliki distribusi berbeda. Tujuan dari
produk pembelahan itu juga berbeda, dan sejauh ini masih bergantung pada reaksi diantara sel
daripada di dalam tipe pembelahan spiral stereotip.
Nemertodermatida
Cacing kecil ini (sekitar 10 mm) merupakan fitur sederhana dari Acoela. Sistem
pencernaan tidak benar-benar hilang, tapi hampir tertutup oleh proses sel endoderm, dan
mungkin memiliki mulut atau tidak. Spermanya tidak seperti sperma acoelan dan
platyhelminthes. Nemertodermatid juga berbeda dari yang lainnya dalam fertilisasi external.
Kemiripan dengan acoela termasuk struktur khusus cirialy, bentuk mesoderm dari sel
endodermdan ketiadaan prothonephrida. Otak dan sistem syaraf lebih tipis dan rumit dariapda
Acoela. Informasi tentang perkembangan akan menarik: laporan yang tidak dipublikasi
meyakinkan bahwa duet tterbentuk, yang memudahkan bispiral, seperti dalam acoela.
29
33. Nemertodermatida termasuk Acoela dan merupakan primtif sederhana, turunan
langsung primitif Bilateria. Acoela dan nemertodermatida digabungkan
menjadi’acoelomorpha’, pilum terpisah dari plathyhelminthes.
2.3.2 Ciri khusus platyhelminthes modern
1. Reproduksi
Triploblastik anchestral mungkin meneyrupai invetebrata laut sederhana yang lainnya
dalam sek yang berbeda, yang menumpahkan sperma dan telur (tanpa banyak kuning telur)
kedalam laut dan menetaskan larva kecil. Kebanyakan platyhelimnthes modern berkebalikan,
memiliki sistem elaborasi organ kelenjar muskular yang membentuk sistem reproduksi
hermaprodit yang rumit. Kebanyakan turbellia hidup di air tawar, dan tpical hewan dalam
habitat ini mereka punya fertilisasi internal kuning telur yang luas, yang berkembang secara
langsung tanpa ada tingkatan larva. Bentuk Parasitis memiliki masalah yang luar biasa.
Mereka memiliki sistem reproduksi yang rumit dan rangkaian larva yang memudahkan
transfer diantara inangnya.
Spermatozoa menyediakan contoh menarik pada spesialisasi Turbelaria. Kebanyakan
hewan memiliki sperma ‘seperti kecebong’ yang familiar yang digerakan oleh flagela tunggal,
tapi spermatozoa turbelaria memiliki dua flagel. Tidak memiliki penutup atau ‘akrosom’,
nucleus berada di ujung anterior dan kedua flagel memanjang lurus pada sitoplasma sel. ada
pengecualian : sperma catenulid dibuahi tanpa flagel tapi struktur ciliari yang memendek
beberapa kali lipat oleh pergerakan mereka. Sperma biflagellate mungkin dihubungkan
dengan fertilisasi internal dan keharusan sperma untuk berjalan menembus jaringan untuk
mencapai telur. Fertilisasi internal umum terjadi pada invetebrata dan platyhelminthes, tapu
spermatozoa biflagel merupakan hala yang unik diantara semua hewan.
Spesialisasi lainnya adalah kuning telur tidak diproduksi dalam telur, tapi pada sel
terpisah, yang kemudian dihubungkan kedalam kapsul telur.
Kekuatan regenarasi yang luar biasa dari berbagai planaria juga merupakan spesialisasi
: sedikitnya satu per enam belas tubuh dapat menyusun kembali menjadi hewan kecil yang
baru. Pada kondisi yang tidak stabil, hewan bisa kehilangan susutan dan strukur perbedaanya,
yang meningkatkan lagi ikuran dan kerumitannya ketika lingkungan membaik.
2. Epidermis
Ini adalah struktur khusus pada Turbelaria. Kesamaan organ kelenjar muskular
mungkin signifikan. Kelenjar memproduksi bentuk ucus yang rumit yang melindungi hewan,
dan dalam beberapa cara yang tidak dimengerti, memudahkan perpindahan dan melekat pada
permukaan.
30
34. 3. Sistem lainnya
Pada sistem lain turbelaria jug menunjukkan elaborasi secara rinci. Jaringan syaraf
merupakan perpaduan khusus dan tidak khusus yang bervariasi, komponen primitif dan
lanjutan, dengan variasi terbesar dalam kelompok yang merupakan calon turbelaria primitif.
Ada variasi reseptor sensorik epidermal sederhana yang berkoresponden . otot tidak
berkembang baik, seperti yang diharapkan pada hewan dimana ada sedikit ketentuan untuk
meregangkan kembali otot setelah kontraksi. Ultrastruktur beberapa otot yanhg lebih cepat
adalah striasi pengingat bagi otot.
4. Predasi dan parasitisme
Turbelaria hampir semuanya predator yang menangkap makanannya dengan faring.
Kerumitan saluran pencernaan meningkat di dalam turbelarian : tanpa adanya peredaran
darah, suplai makanan ke seluruh tubuh hanya disalurkan oleh cabang saluran pencernaan.
Evolusi parasitisme, bentuk khusus predasi, adalah yang karakter terkenal dalam
platyhelminthes.
Parasitisme adalah arah evolusi yang berhasil bagi platyhelminthes. Platyhelminthes
cenderung kecil, ramping dan tidak aktif: tanpa adanya transportasi makanan dan oksigen
dalam tubuhnya mereka tidak bisa bertambah besar; dan sistem otot mereka tidak
mengizinkan banyak bergerak. Parasitisme adalah satu cara hidup dimana karakter ini
menjadi keuntungan tersendiri. Energi dapat diarahkan pada reproduksi, dan genital
hermaprodit yang komplek dari platyhelminthes yang hidup bebas, yang dipasangkan dengan
fertilisasi internal, dapat berkembang kesuburan yang baik diperlukan oleh parasit. Ada
banyak jumlah spesies parasit dengan variasi siklus hidup, dengan inang lanjutan. Contohnya
dalam cacing hati Fasciola, cacing dewasa hidup dalam domba, telur dilepaskan pada rumput
basah dimana mereka menetas menjadi larva yang berenang bebas (tidak seperti cacing
dewasa, level ini memiliki epidermis ciliate dan mata yang sederhana). Larva memasuki paru-
paru siput, dimana mereka membentuk kista yang melepaskan larva baru yang jumlahnya
berlipat ganda untuk meningkatkan jumlah mereka, dan akhirnya larva menunggu di rumput.
Jika mereka di makan oleh domba, siklusnya menjadi lengkap. Cestoda seperti cacing pita
pada manusia Taenia dimodifikasi dari nenek moyang mereka yang hidup bebas. Kepala
mereka diikatkan kedalam kuncup usus inang yang merupakan rangkaian ‘proglottides’ yang
lebih sedikit daripada kantung organ reproduksi; tidak punya saluran pencernaan dan
makanan diserap oleh seluruh permukaan. Ada satu lagi siklus hidupnya yang rumit : telur
lepas di tanah ketika dimana mereka berkembang menjadi embrio. Jika dimakan hewan
pemakan rumput, embrio membuat jalanya ke dalam otot babi dan mengkista, siap untuk
dimakan manusia.
31
35. BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Annelida merupakan hewan simetris bilateral, mempunyai sistem peredaran darah
yang tertutup dan sistem saraf yang tersusun seperti tangga tali. Annelida mempunyai rongga
tubuh atau coelem dan tubuhnya beruas-ruas. Filum ini dikelompokkan menjadi tiga kelas
yaitu Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudenia.
Platyhelminthes memiliki tubuh pipih, lunak dan epidermis bersilia. Cacing pipih ini
merupakan hewan tripoblastik yang tidak mempunyai rongga tubuh (acoelomata). Hidup
biasanya di air tawar, air laut dan tanah lembab. Ada pula yang hidup sebagai parasit pada
hewan dan manusia. Cacing parasit ini mempunyai lapisan kutikula dan silia yang hilang
setelah dewasa. Hewan ini mempunyai alat pengisap yang mungkin disertai dengan kait untuk
menempel. Filum ini terbagi kedalam beberapa kelas antara lain : Turbellaria, Trematoda, dan
Cestoda. Dalam siklus hidupnya sebagian besar cacing pita membutuhkan dua atau lebih
inang.
32
36. DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Imam.2011.<http://imamfends.blogspot.com/2011/03/bab-i-
pendahuluan.html>.[Diakses Pada Tanggal 6 Desember 2012].
Hanaru.2012.<http://hanaruhanaru.blogspot.com/2012/03/annelida.html>.[Diakses Pada
Tanggal 6 Desember 2012].
Mia.2010.Annelida.<http://myaluzz.wordpress.com/2010/01/16/annelida/>.[Diakses Pada
Tanggal 6 Desember 2012].
Moore,J.2001.An introduction to the invertebrates.United States of America:Cambridge
Univercity press.
33