SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
HUKUM WARIS
ADAT
Istilah dan Pengertian Hukum Adat
Waris
 Hukum waris adat adalah hukum adat yang memuat garisgaris ketentuan
mengenai sistem dan Asas-asas hukum waris; tentang harta warisan;
pewaris dan ahli waris; serta cara bagaimana harta warisan itu dialihkan
penguasaan dan pemilikannya dari pewaris kepada ahli waris.
 Hukum waris adat merupakan hukum penerusan harta kekayaan dari satu
generasi kepada keturunannya. Hukum kewarisan tersebut pada dasarnya
bersendikan prinsip-prinsip komunal atau kebersamaan sebagai bagian
dari kepribadian bangsa Indonesia
empat unsur pokok dalam hukum adat
waris
a. Adanya pewaris;
b. Adanya harta warisan;
c. Adanya ahli waris; dan
d. Penerusan dan pengoperan harta waris
Aturan-aturan hukum lainnya
1. Adanya hak purba pertuanan ulayat masyarakat adat yang bersangkutan yang
membatasi pewarisan tanah
2. Adanya transaksi seperti jual gadai tanah yang harus dilanjutkan oleh para
ahli waris yang ditinggalkan
3. Adanya hak dan kewajiban timbul dari perbuatan-perbuatan kredit tetap
berkekuatan hukum setelah pelaku semula (pewaris) Meninggal dunia
4. Adanya struktur pengelompokan wangsa atau sanak termasuk pula bentuk
perkawinan akan turut menentukan bentuk isi pewarisan
5. Adanya perbuatan hukum seperti pengangkatan anak, pernikahan ambil anak
, pemberian modal berumah tangga kepada anak perempuanpada saat
menikah yang merupakan perbuatan di wilayah hukum kewarisan
Sifat Hukum Waris Adat
Harta warisan adat terdiri dari harta yang tidak dapat dibagi-bagikan penguasaan dan pemilikannya
kepada para ahli waris dan ada yang dapat dibagikan. Harta yang tidak terbagi adalah milik
beberapa para waris, ia tidak boleh dimiliki secara perorangan, tetapi ia dapat dipakai dan dinikmati.
Sifat hukum waris adat secara umum:
1. Harta warisan dalam sistem hukum adat tidak merupakan kesatuan yang dapat dinilai harganya,
tetapi merupakan kesatuan yang tidak dapat terbagi atau dapat terbagi tetapi menurut jenis
macamnya dan kepentingan para ahli waris;
2. Hukum waris adat tidak mengenal asas legitieme portie atau bagian mutlak;
3. Hukum waris adat tidak mengenal adanya hak bagi ahli waris untuk sewaktu-waktu menuntut
agar harta warisan segera dibagikan.
Asas Pewarisan dalam Hukum Adat
1. Jika pewarisan tidak dapat dilaksanakan secara menurun, maka warisan ini dilakukan secara ke atas
atau ke samping, artinya: yang menjadi ahli waris ialah pertama-tama anak laki atau perempuan dan
keturunan mereka.
2. Menurut hukum adat, tidaklah selalu harta peninggalan seseorang itu langsung dibagi di antara para
ahli waris setelah si pewaris meninggal dunia, namun merupakan satu kesatuan yang pembagiannya
ditangguhkan dan adakalanya tidak dibagi sebab harta tersebut tidak tetap dan merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dibagi untuk selamanya.
3. Hukum adat mengenal prinsip penggantian tempat (plaatsvervulling), artinya: ketika seorang anak
sebagai ahli waris dari ayahnya, maka posisi anak itu dapat digantikan oleh anak dari anak tersebut
(cucu dari si pewaris), dan bagian dari cucu ini adalah sama dengan yang akan diperoleh ayahnya
sebagaimana bagian warisan yang diterimanya.
4. Dikenal adanya lembaga pengangkatan anak (adopsi) di mana hak dan kedudukan anak angkat bisa
seperti anak sendiri (kandung).
Asas-asas yang khusus yang berpangkal
pada sila-sila Pancasila
1. Asas Ketuhanan dan Pengendalian Diri Dengan dasar hukum orang berpegang pada ajaran Ketuhanan Yang
Maha Esa, maka dengan iman dan takwanya ia dapat mengendalikan diri menahan nafsu kebendaan sehingga
dapat mengendalikan diri dalam masalah kewarisan.
2. Asas Kesamaan dan Kebersamaan Hak Adanya asas demikian dimaksudkan bahwa setiap ahli waris mempunyai
kesamaan kedudukan sebagai orang yang berhak untuk mewaris harta peninggalan pewarisnya, seimbang antara
hak dan kewajiban tanggung jawab bagi setiap ahli waris untuk memperoleh harta warisannya
3. Asas Kerukunan dan Kekeluargaan Suatu asas yang dipertahankan untuk tetap memelihara hubungan
kekeluargaan yang tenteram dan damai dalam mengurus, menikmati dan memanfaatkan warisan yang tidak
terbagi ataupun dalam menyelesaikan masalah pembagian pemilikan harta warisan yang dibagi
4. Asas Musyawarah dan Mufakat Dalam mengatur atau menyelesaikan harta warisan setiap anggota waris
mempunyai rasa tanggung jawab yang sama dan/atau hak dan kewajiban yang sama berdasarkan musyawarah
dan mufakat Bersama
5. Asas Keadilan dan Pengasuhan Asas welas asih terhadap para anggota keluarga pewaris dikarenakan keadaan,
kedudukan, jasa, karya dan sejarahnya. Dengan demikian, meskipun bukan ahli waris juga wajar untuk
diperhitungkan mendapat bagian harta warisan.
Sistem Pewarisan
Menurut Hukum
Adat
Sistem Garis Keturunan
a. Sistem Patrilineal (kelompok garis ke-bapak-an) Sistem keturunan yang ditarik
menurut garis bapak, di mana kedudukan pria lebih menonjol pengaruhnya
daripada kedudukan wanita di dalam pewarisan.
b. Sistem Matrilineal (kelompok garis ke-ibu-an) Sistem keturunan yang ditarik
menurut garis ibu, di mana kedudukan wanita lebih menonjol pengaruhnya
dibandingkan kedudukan pria dalam pewarisan.
c. Sistem Parental atau Bilateral (kelompok garis ibu-bapak) Sistem yang ditarik
menurut garis orang tua, atau menurut garis dua sisi (bapak-ibu), di mana
kedudukan pria dan wanita tidak dibedakan dalam pewarisan
Sistem Pewarisan Individual
 Sistem pewarisan yang setiap waris mendapatkan
pembagian untuk dapat menguasai dan/atau
memiliki harta warisan menurut bagiannya
masing-masing. Setelah harta warisan tersebut
dilakukan pembagian, maka masing-masing ahli
waris dapat menguasai dan memiliki secara
individual bagian harta warisannya untuk
diusahakan dan dinikmati.
Sistem Pewarisan Kolektif
Pengalihan kepemilikan harta peninggalan dari pewaris
kepada waris sebagai kesatuan yang tidak terbagi-bagi
penguasaan dan pemilikannya, melainkan setiap waris
berhak untuk mengusahakan, menggunakan atau
mendapat hasil dari harta peninggalan itu; sedangkan cara
pemakaiannya diatur bersama atas dasar musyawarah dan
mufakat oleh semua anggota kerabat yang berhak atas
harta peninggalan di bawah bimbingan kepala kerabat.
Sistem Pewarisan Mayorat
merupakan sistem kewarisan kolektif, hanya saja pengalihan harta yang tidak
terbagi itu dilimpahkan kepada anak tertua yang bertugas sebagai pemimpin
keluarga menggantikan kedudukan ayah dan ibu sebagai kepala keluarga.
a. Mayorat lelaki, yaitu kepemimpinan yang dipegang oleh anak laki-laki tertua
seperti berlaku di lingkungan masyarakat adat Lampung;
b. Mayorat perempuan, yaitu anak tertua perempuan sebagai penunggu harta
orang tua seperti berlaku di lingkungan masyarakat adat Semendo di Sumatera
Selatan.
Alasan-alasan harta peninggalan tidak
dapat dibagi
1. Karena sifatnya seperti barang-barang milik bersama/milik kerabat;
2. karena kedudukan hukumnya seperti barang keramat, kasepuhan, tanah
bengkok, tanah kasikepan;
3. Karena pembagian warisan ditunda, misal: adanya anak-anak yang belum
dewasa;
4. Karena belum bebas dari kekuasaan persekutuan seperti tanah milik desa;
5. Karena hanya diwariskan pada satu golongan saja seperti pada sistem
kewarisan mayorat.
Penghibahan Atau Pewarisan
1. Hibah biasa, yaitu pemberian harta kekayaan pada waktu pewaris masih
hidup;
2. Hibah wasiat, yaitu pelaksanaannya setelah pewaris meninggal dunia
harta tersebut baru diberikan.
syarat-syarat hibah
a. Hibah tidak memerlukan persetujuan ahli waris;
b. Hibah tidak menyebabkan ahli waris yang lain menjadi kehilangan hak
atas harta kekayaan tersebut
Para Ahli Waris
Keputusan Mahkamah Agung tanggal 1 November 1961 (Reg. Nomor
179/K/Sip/61), anak perempuan dan anak laki-laki – dari seorang pewaris – bersama
berhak atas harta warisan dalam arti bahwa bagian anak laki-laki adalah sama
dengan anak perempuan.
Anak angkat anak angkat berhak atas barang (harta) gono-gini orang tua
angkatnya, sedangkan barang-barang pusaka (barang asal), anak angkat tidak
berhak mewarisinya.
Anak tiri, Terhadap bapak atau ibu kandungnya, anak itu adalah ahli waris, tetapi
terhadap bapak atau ibu tirinya anak itu bukanlah ahli waris melainkan hanya warga
serumah tangga saja.
Anak di luar kawin adalah anak yang dilahirkan dari perkawinan yang tidak pernah
disahkan, sehingga ia hanya dapat mewarisi dari pihak ibunya saja
Kedudukan janda
 Dalam sistem kekeluargaan matrilineal: harta warisan suami yang
meninggal kembali ke keluarga suami atau saudara kandungnya;
 Dalam sistem kekeluargaan patrilineal:
• Istri dapat mewarisi harta peninggalan suaminya;
• Anak yang belum dewasa di bawah kekuasaan ibunya dan harta kekayaan
anak dikuasai ibunya.
• Janda wajib berada dalam ikatan kekeluargaan kerabat suami, bahkan tidak
jarang janda menjadi istri dari saudara suami.
Kedudukan duda
 Di daerah Minangkabau dengan sistem kekeluargaan Matrilineal, suami pada
hakikatnya tidak masuk dalam keluarga istri sehingga duda tidak berhak atas
warisan istri;
 Di daerah Batak/Tapanuli, suami berhak atas warisan istrinya yaitu barang-
barang yang dulu dibawa oleh istrinya;
 Di Jawa, duda berhak mendapat nafkah dari harta kekayaan rumah tangga
setelah istrinya meninggal dunia.
Dasar Hukum Tentang Waris Adat
1. Keputusan Mahkamah Agung 18 Maret 1959 (Reg. Nomor
391/K/SIP/1959)mengatakan bahwa: “Hak untuk mengisi/menggantikan
kedudukan ahli waris yang telah lebih dahulu meninggal dunia daripada yang
meninggalkan warisan adalah ada pada keturunan dalam garis menurun.”
2. Keputusan Mahkamah Agung tanggal 10 November 1959 (Reg. Nomor
141/K/SIP/1959) mengatakan bahwa:
o Penggantian waris dalam garis keturunan ke atas juga mungkin ditinjau dari
rasa keadilan;
o Pada dasarnya, penggantian waris harus ditinjau pada rasa keadilan masyarakat
dan berhubungan dengan kewajiban untuk memelihara orang tua dan sebaliknya.

More Related Content

What's hot

Resume Buku Hukum Perdata "PENGANTAR HUKUM PERDATA TERTULIS (BW)
Resume Buku Hukum Perdata "PENGANTAR HUKUM PERDATA TERTULIS (BW)Resume Buku Hukum Perdata "PENGANTAR HUKUM PERDATA TERTULIS (BW)
Resume Buku Hukum Perdata "PENGANTAR HUKUM PERDATA TERTULIS (BW)
Anggit Dwi A
 
Ppt hukum acara perdata
Ppt hukum acara perdataPpt hukum acara perdata
Ppt hukum acara perdata
Lisa SYP
 
Hukum acara perdata
Hukum acara perdataHukum acara perdata
Hukum acara perdata
sesukakita
 
Security dealings charge
Security dealings   chargeSecurity dealings   charge
Security dealings charge
Hafizul Mukhlis
 

What's hot (20)

duplik
duplikduplik
duplik
 
Panduan Mudah Pindahmilik dan Pembahagian Rumah dan Tanah Pusaka
Panduan Mudah Pindahmilik dan Pembahagian Rumah dan Tanah PusakaPanduan Mudah Pindahmilik dan Pembahagian Rumah dan Tanah Pusaka
Panduan Mudah Pindahmilik dan Pembahagian Rumah dan Tanah Pusaka
 
surat gugatan
surat gugatansurat gugatan
surat gugatan
 
Replik dalam perkara perdata
Replik dalam perkara perdataReplik dalam perkara perdata
Replik dalam perkara perdata
 
Resume Buku Hukum Perdata "PENGANTAR HUKUM PERDATA TERTULIS (BW)
Resume Buku Hukum Perdata "PENGANTAR HUKUM PERDATA TERTULIS (BW)Resume Buku Hukum Perdata "PENGANTAR HUKUM PERDATA TERTULIS (BW)
Resume Buku Hukum Perdata "PENGANTAR HUKUM PERDATA TERTULIS (BW)
 
Ppt hukum acara perdata
Ppt hukum acara perdataPpt hukum acara perdata
Ppt hukum acara perdata
 
Family law notes - Custody
Family law notes  - CustodyFamily law notes  - Custody
Family law notes - Custody
 
Hukum acara perdata
Hukum acara perdataHukum acara perdata
Hukum acara perdata
 
Hukum waris islam 1 abdul ghofur anshori
Hukum waris islam 1   abdul ghofur anshoriHukum waris islam 1   abdul ghofur anshori
Hukum waris islam 1 abdul ghofur anshori
 
Writ, service, appearance & judgment in default (2017-2018)
Writ, service, appearance & judgment in default (2017-2018)Writ, service, appearance & judgment in default (2017-2018)
Writ, service, appearance & judgment in default (2017-2018)
 
[1997] 3 mlj 23
[1997] 3 mlj 23[1997] 3 mlj 23
[1997] 3 mlj 23
 
09 hukum perkawinan adat
09 hukum perkawinan adat09 hukum perkawinan adat
09 hukum perkawinan adat
 
PBL ConsTort
PBL ConsTortPBL ConsTort
PBL ConsTort
 
Hukum waris-bw
Hukum waris-bwHukum waris-bw
Hukum waris-bw
 
Security dealings charge
Security dealings   chargeSecurity dealings   charge
Security dealings charge
 
Arbitration 2
Arbitration 2Arbitration 2
Arbitration 2
 
RPP-BAB-6-Ketentuan-Pernikahan-dalam-Islam (2).docx
RPP-BAB-6-Ketentuan-Pernikahan-dalam-Islam (2).docxRPP-BAB-6-Ketentuan-Pernikahan-dalam-Islam (2).docx
RPP-BAB-6-Ketentuan-Pernikahan-dalam-Islam (2).docx
 
hukum acara perdata oleh sanyoto
hukum acara perdata oleh sanyotohukum acara perdata oleh sanyoto
hukum acara perdata oleh sanyoto
 
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
 
Natal kristiono mata kuliah hukum adat hukum waris adat 1
Natal kristiono mata kuliah hukum adat  hukum waris  adat 1Natal kristiono mata kuliah hukum adat  hukum waris  adat 1
Natal kristiono mata kuliah hukum adat hukum waris adat 1
 

Similar to HUKUM WARIS ADAT.pptx

Kedudukan perempuan dalam pembagian warisan
Kedudukan perempuan dalam pembagian warisanKedudukan perempuan dalam pembagian warisan
Kedudukan perempuan dalam pembagian warisan
Eko Nainggolan
 
Kedudukan perempuan dalam pembagian warisan
Kedudukan perempuan dalam pembagian warisanKedudukan perempuan dalam pembagian warisan
Kedudukan perempuan dalam pembagian warisan
Eko Nainggolan
 
BAB 3 Menerapkan dan Menerima Hukum Waris.pptx
BAB 3 Menerapkan dan Menerima Hukum Waris.pptxBAB 3 Menerapkan dan Menerima Hukum Waris.pptx
BAB 3 Menerapkan dan Menerima Hukum Waris.pptx
ssuserc8b95b
 
Mawaris [Autosaved].ppt
Mawaris [Autosaved].pptMawaris [Autosaved].ppt
Mawaris [Autosaved].ppt
AkhinaRomdoni
 
4 hukum waris islam dan permasalahannya
4 hukum waris islam dan permasalahannya4 hukum waris islam dan permasalahannya
4 hukum waris islam dan permasalahannya
Muhammad Musta'in
 

Similar to HUKUM WARIS ADAT.pptx (20)

Hukum Adat Waris.ppt
Hukum Adat Waris.pptHukum Adat Waris.ppt
Hukum Adat Waris.ppt
 
Fiqh Mawaris
Fiqh MawarisFiqh Mawaris
Fiqh Mawaris
 
Kedudukan perempuan dalam pembagian warisan
Kedudukan perempuan dalam pembagian warisanKedudukan perempuan dalam pembagian warisan
Kedudukan perempuan dalam pembagian warisan
 
Kedudukan perempuan dalam pembagian warisan
Kedudukan perempuan dalam pembagian warisanKedudukan perempuan dalam pembagian warisan
Kedudukan perempuan dalam pembagian warisan
 
Kedudukan perempuan dalam pembagian warisan
Kedudukan perempuan dalam pembagian warisanKedudukan perempuan dalam pembagian warisan
Kedudukan perempuan dalam pembagian warisan
 
MATERI HUKUM ADAT.pdf
MATERI HUKUM ADAT.pdfMATERI HUKUM ADAT.pdf
MATERI HUKUM ADAT.pdf
 
Sistem Pewarisan dalam Hukum Adat by Agustinus Astono.pptx
Sistem Pewarisan dalam Hukum Adat by Agustinus Astono.pptxSistem Pewarisan dalam Hukum Adat by Agustinus Astono.pptx
Sistem Pewarisan dalam Hukum Adat by Agustinus Astono.pptx
 
Perkuliahan ke-6 HUKUM ADAT
Perkuliahan ke-6 HUKUM ADATPerkuliahan ke-6 HUKUM ADAT
Perkuliahan ke-6 HUKUM ADAT
 
Kedudukan Janda dan Duda dalam Hukum Waris Adat by Agustinus Astono.pptx
Kedudukan Janda dan Duda dalam Hukum Waris Adat by Agustinus Astono.pptxKedudukan Janda dan Duda dalam Hukum Waris Adat by Agustinus Astono.pptx
Kedudukan Janda dan Duda dalam Hukum Waris Adat by Agustinus Astono.pptx
 
1 pengertian
1 pengertian1 pengertian
1 pengertian
 
Hukum waris (1)
Hukum waris (1)Hukum waris (1)
Hukum waris (1)
 
Hukum Keluarga dan Waris Adat by agustinus astono.pptx
Hukum Keluarga dan Waris Adat by agustinus astono.pptxHukum Keluarga dan Waris Adat by agustinus astono.pptx
Hukum Keluarga dan Waris Adat by agustinus astono.pptx
 
Materi Hukum Adat
Materi Hukum AdatMateri Hukum Adat
Materi Hukum Adat
 
BAB 3 Menerapkan dan Menerima Hukum Waris.pptx
BAB 3 Menerapkan dan Menerima Hukum Waris.pptxBAB 3 Menerapkan dan Menerima Hukum Waris.pptx
BAB 3 Menerapkan dan Menerima Hukum Waris.pptx
 
Mawaris [Autosaved].ppt
Mawaris [Autosaved].pptMawaris [Autosaved].ppt
Mawaris [Autosaved].ppt
 
Tugas 2 Hukum Adat.docx
Tugas 2 Hukum Adat.docxTugas 2 Hukum Adat.docx
Tugas 2 Hukum Adat.docx
 
Natal kristiono mata kuliah hukum adat hukum perkawinan adat.pptx
Natal kristiono mata kuliah hukum adat  hukum perkawinan  adat.pptxNatal kristiono mata kuliah hukum adat  hukum perkawinan  adat.pptx
Natal kristiono mata kuliah hukum adat hukum perkawinan adat.pptx
 
Natal kristiono mata kuliah hukum adat hukum waris adat
Natal kristiono mata kuliah hukum adat  hukum waris  adatNatal kristiono mata kuliah hukum adat  hukum waris  adat
Natal kristiono mata kuliah hukum adat hukum waris adat
 
4 hukum waris islam dan permasalahannya
4 hukum waris islam dan permasalahannya4 hukum waris islam dan permasalahannya
4 hukum waris islam dan permasalahannya
 
Hukum Waris by I Gede Auditta
Hukum Waris by I Gede AudittaHukum Waris by I Gede Auditta
Hukum Waris by I Gede Auditta
 

More from DAHLAN SITOHANG S.Pd., M.H

More from DAHLAN SITOHANG S.Pd., M.H (17)

SISTEM HUKUM INDONESIA.pptx
SISTEM HUKUM INDONESIA.pptxSISTEM HUKUM INDONESIA.pptx
SISTEM HUKUM INDONESIA.pptx
 
SEJARAH HUKUM INDONESIA.pptx
SEJARAH HUKUM INDONESIA.pptxSEJARAH HUKUM INDONESIA.pptx
SEJARAH HUKUM INDONESIA.pptx
 
Pengantar Hukum Indonesia.pptx
Pengantar Hukum Indonesia.pptxPengantar Hukum Indonesia.pptx
Pengantar Hukum Indonesia.pptx
 
Konsep Dasar Demokrasi.pptx
Konsep Dasar Demokrasi.pptxKonsep Dasar Demokrasi.pptx
Konsep Dasar Demokrasi.pptx
 
KEWARGANEGARAAN.pptx
KEWARGANEGARAAN.pptxKEWARGANEGARAAN.pptx
KEWARGANEGARAAN.pptx
 
Dasar-Dasar Hukum Tata Negara.pptx
Dasar-Dasar Hukum Tata Negara.pptxDasar-Dasar Hukum Tata Negara.pptx
Dasar-Dasar Hukum Tata Negara.pptx
 
Istilah dan Pengertian Hukum Tata Negara.pptx
Istilah dan Pengertian Hukum Tata Negara.pptxIstilah dan Pengertian Hukum Tata Negara.pptx
Istilah dan Pengertian Hukum Tata Negara.pptx
 
PERADILAN HUKUM ADAT.pptx
PERADILAN HUKUM ADAT.pptxPERADILAN HUKUM ADAT.pptx
PERADILAN HUKUM ADAT.pptx
 
HUKUM TANAH ADAT.pptx
HUKUM TANAH ADAT.pptxHUKUM TANAH ADAT.pptx
HUKUM TANAH ADAT.pptx
 
HUKUM PERKAWINAN ADAT.pptx
HUKUM PERKAWINAN ADAT.pptxHUKUM PERKAWINAN ADAT.pptx
HUKUM PERKAWINAN ADAT.pptx
 
HUKUM KEKELUARGAAN ADAT.pptx
HUKUM KEKELUARGAAN ADAT.pptxHUKUM KEKELUARGAAN ADAT.pptx
HUKUM KEKELUARGAAN ADAT.pptx
 
HUKUM HUTANG PIUTANG.pptx
HUKUM HUTANG PIUTANG.pptxHUKUM HUTANG PIUTANG.pptx
HUKUM HUTANG PIUTANG.pptx
 
DELIK ADAT.pptx
DELIK ADAT.pptxDELIK ADAT.pptx
DELIK ADAT.pptx
 
STRUKTUR MASYARAKAT & ORGANISASI HUKUM ADAT.pptx
STRUKTUR MASYARAKAT & ORGANISASI HUKUM ADAT.pptxSTRUKTUR MASYARAKAT & ORGANISASI HUKUM ADAT.pptx
STRUKTUR MASYARAKAT & ORGANISASI HUKUM ADAT.pptx
 
SIFAT-SIFAT UMUM HUKUM ADAT DI INDONESIA.pptx
SIFAT-SIFAT UMUM HUKUM ADAT DI INDONESIA.pptxSIFAT-SIFAT UMUM HUKUM ADAT DI INDONESIA.pptx
SIFAT-SIFAT UMUM HUKUM ADAT DI INDONESIA.pptx
 
SEJARAH HUKUM ADAT.pptx
SEJARAH HUKUM ADAT.pptxSEJARAH HUKUM ADAT.pptx
SEJARAH HUKUM ADAT.pptx
 
PENGERTIAN ADAT DAN HUKUM ADAT.pptx
PENGERTIAN ADAT DAN HUKUM ADAT.pptxPENGERTIAN ADAT DAN HUKUM ADAT.pptx
PENGERTIAN ADAT DAN HUKUM ADAT.pptx
 

Recently uploaded

Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptEtika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
AlMaliki1
 

Recently uploaded (10)

HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKIHAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
 
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
 
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHANBENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
 
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptEtika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
 
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanSosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
 
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi
 
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
 
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas TerbukaSesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
 
Hukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptx
Hukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptxHukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptx
Hukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptx
 
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptxPENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
 

HUKUM WARIS ADAT.pptx

  • 2. Istilah dan Pengertian Hukum Adat Waris  Hukum waris adat adalah hukum adat yang memuat garisgaris ketentuan mengenai sistem dan Asas-asas hukum waris; tentang harta warisan; pewaris dan ahli waris; serta cara bagaimana harta warisan itu dialihkan penguasaan dan pemilikannya dari pewaris kepada ahli waris.  Hukum waris adat merupakan hukum penerusan harta kekayaan dari satu generasi kepada keturunannya. Hukum kewarisan tersebut pada dasarnya bersendikan prinsip-prinsip komunal atau kebersamaan sebagai bagian dari kepribadian bangsa Indonesia
  • 3. empat unsur pokok dalam hukum adat waris a. Adanya pewaris; b. Adanya harta warisan; c. Adanya ahli waris; dan d. Penerusan dan pengoperan harta waris
  • 4. Aturan-aturan hukum lainnya 1. Adanya hak purba pertuanan ulayat masyarakat adat yang bersangkutan yang membatasi pewarisan tanah 2. Adanya transaksi seperti jual gadai tanah yang harus dilanjutkan oleh para ahli waris yang ditinggalkan 3. Adanya hak dan kewajiban timbul dari perbuatan-perbuatan kredit tetap berkekuatan hukum setelah pelaku semula (pewaris) Meninggal dunia 4. Adanya struktur pengelompokan wangsa atau sanak termasuk pula bentuk perkawinan akan turut menentukan bentuk isi pewarisan 5. Adanya perbuatan hukum seperti pengangkatan anak, pernikahan ambil anak , pemberian modal berumah tangga kepada anak perempuanpada saat menikah yang merupakan perbuatan di wilayah hukum kewarisan
  • 5. Sifat Hukum Waris Adat Harta warisan adat terdiri dari harta yang tidak dapat dibagi-bagikan penguasaan dan pemilikannya kepada para ahli waris dan ada yang dapat dibagikan. Harta yang tidak terbagi adalah milik beberapa para waris, ia tidak boleh dimiliki secara perorangan, tetapi ia dapat dipakai dan dinikmati. Sifat hukum waris adat secara umum: 1. Harta warisan dalam sistem hukum adat tidak merupakan kesatuan yang dapat dinilai harganya, tetapi merupakan kesatuan yang tidak dapat terbagi atau dapat terbagi tetapi menurut jenis macamnya dan kepentingan para ahli waris; 2. Hukum waris adat tidak mengenal asas legitieme portie atau bagian mutlak; 3. Hukum waris adat tidak mengenal adanya hak bagi ahli waris untuk sewaktu-waktu menuntut agar harta warisan segera dibagikan.
  • 6. Asas Pewarisan dalam Hukum Adat 1. Jika pewarisan tidak dapat dilaksanakan secara menurun, maka warisan ini dilakukan secara ke atas atau ke samping, artinya: yang menjadi ahli waris ialah pertama-tama anak laki atau perempuan dan keturunan mereka. 2. Menurut hukum adat, tidaklah selalu harta peninggalan seseorang itu langsung dibagi di antara para ahli waris setelah si pewaris meninggal dunia, namun merupakan satu kesatuan yang pembagiannya ditangguhkan dan adakalanya tidak dibagi sebab harta tersebut tidak tetap dan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dibagi untuk selamanya. 3. Hukum adat mengenal prinsip penggantian tempat (plaatsvervulling), artinya: ketika seorang anak sebagai ahli waris dari ayahnya, maka posisi anak itu dapat digantikan oleh anak dari anak tersebut (cucu dari si pewaris), dan bagian dari cucu ini adalah sama dengan yang akan diperoleh ayahnya sebagaimana bagian warisan yang diterimanya. 4. Dikenal adanya lembaga pengangkatan anak (adopsi) di mana hak dan kedudukan anak angkat bisa seperti anak sendiri (kandung).
  • 7. Asas-asas yang khusus yang berpangkal pada sila-sila Pancasila 1. Asas Ketuhanan dan Pengendalian Diri Dengan dasar hukum orang berpegang pada ajaran Ketuhanan Yang Maha Esa, maka dengan iman dan takwanya ia dapat mengendalikan diri menahan nafsu kebendaan sehingga dapat mengendalikan diri dalam masalah kewarisan. 2. Asas Kesamaan dan Kebersamaan Hak Adanya asas demikian dimaksudkan bahwa setiap ahli waris mempunyai kesamaan kedudukan sebagai orang yang berhak untuk mewaris harta peninggalan pewarisnya, seimbang antara hak dan kewajiban tanggung jawab bagi setiap ahli waris untuk memperoleh harta warisannya 3. Asas Kerukunan dan Kekeluargaan Suatu asas yang dipertahankan untuk tetap memelihara hubungan kekeluargaan yang tenteram dan damai dalam mengurus, menikmati dan memanfaatkan warisan yang tidak terbagi ataupun dalam menyelesaikan masalah pembagian pemilikan harta warisan yang dibagi 4. Asas Musyawarah dan Mufakat Dalam mengatur atau menyelesaikan harta warisan setiap anggota waris mempunyai rasa tanggung jawab yang sama dan/atau hak dan kewajiban yang sama berdasarkan musyawarah dan mufakat Bersama 5. Asas Keadilan dan Pengasuhan Asas welas asih terhadap para anggota keluarga pewaris dikarenakan keadaan, kedudukan, jasa, karya dan sejarahnya. Dengan demikian, meskipun bukan ahli waris juga wajar untuk diperhitungkan mendapat bagian harta warisan.
  • 9. Sistem Garis Keturunan a. Sistem Patrilineal (kelompok garis ke-bapak-an) Sistem keturunan yang ditarik menurut garis bapak, di mana kedudukan pria lebih menonjol pengaruhnya daripada kedudukan wanita di dalam pewarisan. b. Sistem Matrilineal (kelompok garis ke-ibu-an) Sistem keturunan yang ditarik menurut garis ibu, di mana kedudukan wanita lebih menonjol pengaruhnya dibandingkan kedudukan pria dalam pewarisan. c. Sistem Parental atau Bilateral (kelompok garis ibu-bapak) Sistem yang ditarik menurut garis orang tua, atau menurut garis dua sisi (bapak-ibu), di mana kedudukan pria dan wanita tidak dibedakan dalam pewarisan
  • 10. Sistem Pewarisan Individual  Sistem pewarisan yang setiap waris mendapatkan pembagian untuk dapat menguasai dan/atau memiliki harta warisan menurut bagiannya masing-masing. Setelah harta warisan tersebut dilakukan pembagian, maka masing-masing ahli waris dapat menguasai dan memiliki secara individual bagian harta warisannya untuk diusahakan dan dinikmati.
  • 11. Sistem Pewarisan Kolektif Pengalihan kepemilikan harta peninggalan dari pewaris kepada waris sebagai kesatuan yang tidak terbagi-bagi penguasaan dan pemilikannya, melainkan setiap waris berhak untuk mengusahakan, menggunakan atau mendapat hasil dari harta peninggalan itu; sedangkan cara pemakaiannya diatur bersama atas dasar musyawarah dan mufakat oleh semua anggota kerabat yang berhak atas harta peninggalan di bawah bimbingan kepala kerabat.
  • 12. Sistem Pewarisan Mayorat merupakan sistem kewarisan kolektif, hanya saja pengalihan harta yang tidak terbagi itu dilimpahkan kepada anak tertua yang bertugas sebagai pemimpin keluarga menggantikan kedudukan ayah dan ibu sebagai kepala keluarga. a. Mayorat lelaki, yaitu kepemimpinan yang dipegang oleh anak laki-laki tertua seperti berlaku di lingkungan masyarakat adat Lampung; b. Mayorat perempuan, yaitu anak tertua perempuan sebagai penunggu harta orang tua seperti berlaku di lingkungan masyarakat adat Semendo di Sumatera Selatan.
  • 13. Alasan-alasan harta peninggalan tidak dapat dibagi 1. Karena sifatnya seperti barang-barang milik bersama/milik kerabat; 2. karena kedudukan hukumnya seperti barang keramat, kasepuhan, tanah bengkok, tanah kasikepan; 3. Karena pembagian warisan ditunda, misal: adanya anak-anak yang belum dewasa; 4. Karena belum bebas dari kekuasaan persekutuan seperti tanah milik desa; 5. Karena hanya diwariskan pada satu golongan saja seperti pada sistem kewarisan mayorat.
  • 14. Penghibahan Atau Pewarisan 1. Hibah biasa, yaitu pemberian harta kekayaan pada waktu pewaris masih hidup; 2. Hibah wasiat, yaitu pelaksanaannya setelah pewaris meninggal dunia harta tersebut baru diberikan. syarat-syarat hibah a. Hibah tidak memerlukan persetujuan ahli waris; b. Hibah tidak menyebabkan ahli waris yang lain menjadi kehilangan hak atas harta kekayaan tersebut
  • 15. Para Ahli Waris Keputusan Mahkamah Agung tanggal 1 November 1961 (Reg. Nomor 179/K/Sip/61), anak perempuan dan anak laki-laki – dari seorang pewaris – bersama berhak atas harta warisan dalam arti bahwa bagian anak laki-laki adalah sama dengan anak perempuan. Anak angkat anak angkat berhak atas barang (harta) gono-gini orang tua angkatnya, sedangkan barang-barang pusaka (barang asal), anak angkat tidak berhak mewarisinya. Anak tiri, Terhadap bapak atau ibu kandungnya, anak itu adalah ahli waris, tetapi terhadap bapak atau ibu tirinya anak itu bukanlah ahli waris melainkan hanya warga serumah tangga saja. Anak di luar kawin adalah anak yang dilahirkan dari perkawinan yang tidak pernah disahkan, sehingga ia hanya dapat mewarisi dari pihak ibunya saja
  • 16. Kedudukan janda  Dalam sistem kekeluargaan matrilineal: harta warisan suami yang meninggal kembali ke keluarga suami atau saudara kandungnya;  Dalam sistem kekeluargaan patrilineal: • Istri dapat mewarisi harta peninggalan suaminya; • Anak yang belum dewasa di bawah kekuasaan ibunya dan harta kekayaan anak dikuasai ibunya. • Janda wajib berada dalam ikatan kekeluargaan kerabat suami, bahkan tidak jarang janda menjadi istri dari saudara suami.
  • 17. Kedudukan duda  Di daerah Minangkabau dengan sistem kekeluargaan Matrilineal, suami pada hakikatnya tidak masuk dalam keluarga istri sehingga duda tidak berhak atas warisan istri;  Di daerah Batak/Tapanuli, suami berhak atas warisan istrinya yaitu barang- barang yang dulu dibawa oleh istrinya;  Di Jawa, duda berhak mendapat nafkah dari harta kekayaan rumah tangga setelah istrinya meninggal dunia.
  • 18. Dasar Hukum Tentang Waris Adat 1. Keputusan Mahkamah Agung 18 Maret 1959 (Reg. Nomor 391/K/SIP/1959)mengatakan bahwa: “Hak untuk mengisi/menggantikan kedudukan ahli waris yang telah lebih dahulu meninggal dunia daripada yang meninggalkan warisan adalah ada pada keturunan dalam garis menurun.” 2. Keputusan Mahkamah Agung tanggal 10 November 1959 (Reg. Nomor 141/K/SIP/1959) mengatakan bahwa: o Penggantian waris dalam garis keturunan ke atas juga mungkin ditinjau dari rasa keadilan; o Pada dasarnya, penggantian waris harus ditinjau pada rasa keadilan masyarakat dan berhubungan dengan kewajiban untuk memelihara orang tua dan sebaliknya.