3. Definisi ▪ Suatu keadaan di mana posisi gigi
yang tidak teratur yang dapat
menyebabkan malrelasi.
▪ Terjadi dalam berbagai arah dan
besar gaya yang berbeda.
▪ Dikategorikan menjadi malposisi
ringan, sedang, dan berat.
▪ Peningkatan sudut akan
menyebabkan terjadinya
peningkatan friksi.
3
7. Definisi ▪ Ketidakteraturan susunan gigi yang
disebabkan oleh tempat yang
kurang memadai.
▪ Terbagi menjadi tahap primary,
secondary, dan tertiary crowding.
▪ Dikategorikan menjadi mild,
moderate, dan severe crowding.
8. Crowding ▪ Umumnya terjadi pada bagian
incisor
▪ Semakin jauh posisi gigi dari bagian
terjadinya crowding, semakin
sedikit space untuk merapikan
8
10. Faktor yang
Mempengaruhi
Late Lower
Incisor Crowding
▪ Rotasi pertumbuhan mandibula
▪ Tekanan oklusal dari gigi anterior
▪ Gigi hilang dan drifting
▪ Maturasi jaringan lunak
▪ Bentuk dan ukuran gigi
▪ Posisi M3 pada mandibula
▪ Degenerasi periodontal
10
11. Pemeriksaan ▪ Dicatat dalam satuan milimeter.
▪ Treatment tergantung tingkat berat
kasus dan posisi pada lengkung
rahang.
▪ Pemeriksaan awal dapat dilakukan
pada mulut pasien, sedangkan
untuk pemeriksaan mendetail dapat
dilakukan pada model studi.
11
12. Penanganan ▪ Space maintainer
▪ Ekstraksi
▪ Treatment ortodontik
12
Mild (1-4 mm) Tidak butuh ekstraksi,
maksimal premolar 2
Moderate (5-8 mm) Premolar 1 atau 2
Severe (9++ mm) Premolar 1
14. Definisi ▪ Apertognathia adalah kelainan
dental yang terjadi ketika gigi
anterior mandibula tidak berkontak
dengan permukaan lingual gigi
anterior maksila.
▪ Anterior open bite lebih sering
ditemukan daripada posterior open
bite.
15. ▪ Anterior open bite dapat
dikategorikan menjadi 2, yaitu dental
open bite dan displasia kraniofasial
15
16. Penyebab ▪ Erupsi geligi
anterior yang
terhambat
▪ Habit (digit
sucking, tongue
thrust)
▪ Penelanan
abnormal
▪ Pergerakan distal
dari molar
▪ Faktor skeletal
Open bite dapat
menyebabkan speech
defect, gangguan
memotong makanan,
dan penampilan yang
kurang estetik.
16
18. Penanganan ▪ Tongue thrust: dilatih untuk
menempatkan lidah pada posisi
yang benar
▪ Digit habit: kombinasi positife
reinforcement dan penempatan
palatal crib
▪ Intrusi gigi posterior
▪ Ekstrusi gigi anterior
▪ Kombinasi ortodontik dan
pembedahan
18
19. Referensi
Bishara, S.E. 2001. Textbook of Orthodontics. Philadelphia: W. B. Saunders Company
Cobourne MT, Dibiase AT. Handbook of orthodontics. 1 st ed., Philadelphia: Elvesier., 2010: 133, 153, 157, 167-8.
Darmawan, S., & Suparwitri, S. PERBANDINGAN BESAR GAYA PADA GIGI ANTARA PEMAKAIAN BRAKET ROTH
KONVENSIONAL DAN SELF-LIGATING PADA EMPAT TINGKAT KEPARAHAN MALPOSISI GIGI (Kajian
Pada Model Gigi Akrilik). Jurnal Kedokteran Gigi, 6(1), 1-7.
FIRDAUS, G. G. (2017). PERSEPSI ESTETIKA DENTAL ANTARA MAHASISWA KEDOKTERAN GIGI DAN KESEHATAN
MASYARAKAT UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG BERDASARKAN AESTHETIC COMPONENT DARI
IOTN (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Semarang).
Gupta, P.V., Gupta, L.C. & Sarabahi, S. 2009. Jaypee’s Dental Dictionary. New Delhi: Jaypee Brothers Medical
Publisher (P) Ltd.
Rakosi, T., Jonas, I. & Graber, T.M. 1993. Color Atlas of Dental Medicine: Orthodontic Diagnosis. Stuttgart:
Thieme Medical Publisher Inc.
Ryan, M. J. (2019). HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG MALOKLUSI DENGAN KEBUTUHAN
PERAWATAN ORTODONTI PADA ANAK USIA REMAJA DI SMA MURNI PADANG (Doctoral dissertation,
Universitas Andalas).
Siregar, E. (1995). Perawatan Maloklusi Anterior Open-Bite (Laporan Kasus). Journal of Dentistry
Indonesia, 2(1), 18-30.