SlideShare a Scribd company logo
1 of 30
X. UNDANG-UNDANG SUMBER DAYA AIR
A. SEJARAH PEMBUATAN UU PENGAIRAN
Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan,
sudah tidak sesuai dengan tuntutan perkembangan keadaan,
dan perubahan dalam kehidupan masyarakat
sehingga perlu diganti dengan undang-undang yang baru,
Dengan persetujuan bersama :
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
dan Presiden Republik Indonesia
Memutuskan :
Menetapkan : Undang-undang Tentang Sumber Daya Air
UU.7 TH. 2004
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN
2004,
TENTANG SUMBER DAYA AIR
Materi kuliah bab X, mengacu pada UU. 7 Th 2004
B. ISI UNDANG-UNDANG tentang SUMBER DAYA AIR
Undang-undang berisi : 18 Bab dan 100 pasal :
Bab I. Ketentuan umum, pasal 1-12
Bab II. Wewenang dan Tanggung Jawab, pasal 13 –19.
Bab III. Konservasi Sumberdaya Air, pasal 20 – 25,
Bab IV. Pendayagunaan Sumber Daya Air, pasal 26 - 50
Bab V. Pengendalian Daya Rusak Air, pasal 51 – 58
Bab VI. Perencanaan, pasal 59 – 62
Bab VII. Pelaksanaan Konstruksi , Operasi dan
Pemeliharaan, pasal 63 – 64
Bab VIII. Sistem Informasi Sumber Daya Air, pasal 65 – 69
Bab IX. Pemberdayaan dan Pengawasan, pasal 70 - 76
Bab X. Pembiayaan, pasal 77 – 81
Bab XI. Hak, Kewajiban dan Peran Masyarakat, pasal 82– 84
Bab XII. Koordinasi, pasal 85 – 87
Bab XIII. Penyelesaian Sengketa, pasal 88 – 89
Bab XIV. Gugatan Masyarakat dan Organisasi, pasal 90 – 92
Bab XV. Penyidikan, pasal 93.
Bab XVI. Ketentuan Pidana 94 – 96
Bab XVII. Ketentuan Peralihan 97 - 98
Bab XVIII. Ketentuan Penutup 99 – 100.
C. INTISARI UUSDA
I. Ketentuan Umum
1) Sda adalah air, sumber air, dan daya air.
Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas,
ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk
air permukaan, air tanah, air hujan,
dan air laut yang berada di darat.
2) Daya air adalah potensi yang terkandung dalam air
yang dapat memberikan manfaat atau kerugian
bagi kehidupan dan penghidupan manusia
serta lingkungannya.
3) Pendayagunaan sda adalah upaya penatagunaan,
penyediaan,penggunaan pengembangan,
dan pengusahaan sda secara optimal agar
berhasil guna dan berdaya guna.
4) Sda dikelola berdasarkan azas kelestarian, keseimbangan,
kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keadilan,
kemandirian, serta transparansi dan akuntabilitas.
5) Sda dikuasai oleh negara dan dipergunakan
sebesar-besar untuk kemakmuran rakyat.
6) Hak Guna air diperoleh tanpa ijin untuk memenuhi
kebutuhan pokok sehari-hari bagi perseorangan
dan bagi pertanian rakyat yang berada
di dalam sistem irigasi.
II. Wewenang dan Tanggung Jawab
1) Presiden menetapkan wilayah sungai dan
cekungan air tanah dengan memperhatikan pertimbangan
Dewan Sumber Daya Air Nasional, dengan Keppres.
2) Wewenang pemerintah meliputi :
menetapkan kebijakan nasional sda,
pengelolaan sda sungai lintas negara,
propinsi dan sungai strategis nasional.
Menetapkan rencana, kawasan lindung sda,
pengelolaan sda, mengatur- menetapkan-
dan memberi izin atas penyediaan, peruntukan,
penggunaan dan pengusahaan : sda dan air tanah.
3) Wewenang Pemerintah propinsi :
sama seperti pemerintah, hanya terbatas di wilayahnya
dengan memperhatikan kepentingan provinsi disekitarnya.
4) Wewenang pemerintah kab/kota meliputi :
sama seperti propinsi, di wilayahnya.
5) Wewenang pemerintah desa :
mengelola sda di wilayah desa yang belum dilaksanakan
oleh masyarakat dan/atau pemerintah diatasnya,
menjaga efekktivittas, efisiensi , kualitas
dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan sda,
memenuhi kebutuhan pokok minimal
sehari-hari warga desa atas air,
memperhatikan kepentingan warga desa lain.
III. Konservasi SDA
1) Konservasi SDA ditujukan utk menjaga kelangsungan
keberadaan daya dukung, daya tampung, dan fungsi sda.
2) Konservasi sda dilakukan melalui kegiatan perlindungan
dan pelestarian sumber air, pengawetan air,
pengelolaan kualitas air , pengendalian pencemaran air.
3) Perlindungan dan pelestarian sumber air dilakukan :
melalui pemeliharaan fungsi resapan air dan daerah
tangkapan, pengendalian pemanfaatan sumber air,
pengisian air pada sumber air, pengaturan sarana dan
prasarana sanitasi, perlindungan sumber air kaitannya
dengan pemanfaatan lahan,
4) Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan memperbaiki
kualitas pada sumber air dan prasarana sda.
Setiap orang atau badan dilarang melakukan
kegiatan yang mengakibatkan rusaknya
sumber air dan prasarana sda.
5) Pengendalian pencemaran air dilakukan dengan
mencegah masuknya pencemaran air pada sumber air
dan prasarana sda.
pengendalian pengolahan tanah di daerah hulu,
pengaturan daerah sempadan sumber air,
rehabilitasi hutan dan lahan, pelestarian hutan lindung,
kawasan suaka alam dan pelestarian alam.
IV. Pendayagunaan sda
1) Pendayagunaan sda dilakukan melalui kegiatan
penatagunaan, penyediaan, penggunaan, pengembangan
dan pengusahaan sda pada setiap wilayah sungai.
2) Pendayagunaan sda diselenggarakan secara terpadu dan adil,
baik antar sektor, antar wilayah maupun antar
kelompok masyarakat dengan mendorong pola kerja sama.
3) Pendayagunaan sda didasarkan pada keterkaitan
antara air hujan, air permukaan dan air tanah,
dengan mengutamakan pendayagunaan air permukaan.
4) Penatagunaan sda ditujukan untuk menetapkan
zona pemanfaatan sumber air dan peruntukan air
pada sumber air. Merupakan acuan penyusunan
dan perubahan rencana tata ruang wilayah.
5) Penetapan peruntukan air pada sumber air dilakukan
dengan memperhatikan :
daya dukung sumber air, jumlah dan penyebaran penduduk,
perhitungan kebutuhan air, pemanfaatan air yang sudah ada.
6) Penyediaan sda ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan air dan daya air serta memenuhi
berbagai keperluan sesuai dengan kualitas dan kuantitas.
7) Penyediaan air untuk memenuhi kebutuhan pokok
sehari-hari dan irigasi bagi pertanian rakyat
dalam system irigasi yang sudah ada merupakan
prioritas utama penyediaan sda diatas semua kebutuhan.
8) Pengembangan sda dilaksanakan tanpa merusak
keseimbangan lingkungan hidup.
9) Pemenuhan kebutuhan air baku untuk pertanian
dilakukan dengan pengembangan system irigasi.
10) Pengembangan system irigasi primer dan sekunder
menjadi wewenang pemerintah dan pemerintah daerah.
Irigasi tersier menjadi hak dan tanggung jawab
perkumpulan petani pemakai air.
11) Pengusahaan sda dapat dilakukan oleh perseorangan,
badan usaha, atau kerjasama antar badan usaha
berdasarkan ijin pemerintah atau pemerintah daerah.
V. Pengendalian Daya Rusak Air
1) Pengendalian daya rusak air dilakukan secara
menyeluruh yang mencakup usaha pencegahan,
penanggulangan dan pemulihan.
2) Pengendalian daya rusak air menjadi tanggung jawab
Pemerintah, pemerintah daerah, serta pengelola sda
wilayah sungai dan masyarakat.
3) Setiap orang atau badan usaha dilarang
melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan
terjadinya daya rusak air.
4) Penanggulangan bencana akibat daya rusak air yang
berskala nasional menjadi tanggung jawab Pemerintah.
VI. Perencanaan
1) Perencanaan pengelolaan sda disusun untuk menghasilkan
rencana yang berfungsi sebagai pedoman dan arahan
dalam pelaksanaan konservasi sda, pendayagunaan sda,
dan pengendalian daya rusak air.
2) Inventarisasi sda dilakukan pada setiap wilayah sungai
di seluruh Indonesia.
3) Penyusunan rencana pengelolaan sda pada setiap
wilayah sungai dilaksanakan terkoordinasi
oleh instansi yang berwenang dalam bidang sda.
VII. Pelaksanaan Konstruksi, Operasi dan Pemeliharaan
1) Pelaksanaan konstruksi sda dilakukan berdasar norma,
standar, pedoman dan manual dengan memanfaatkan
tehnologi dan sumber daya local serta mengutamakan
keselamatan, keamanan kerja, dan berkelanjutan
fungsi ekologis sesuai dengan peraturan
perundang- undangan.
2) Setiap orang atau badan usaha yang melakukan
kegiatan konstruksi pada sumber air wajib
memperoleh ijin dari pemerintah atau pemerintah
daerah sesuai dengan kewenangannya.
3) Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan meliputi
pengaturan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi
untuk menjamin fungsi dan manfaat sda.
4) Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan irigasi primer
dan sekunder menjadi hak dan tanggung jawab pemerintah,
untuk tersier menjadi hak dan tanggung jawab
masyarakat petani pemakai air.
VIII. Sistem Informasi SDA
1) Untuk mendukung pengelolaan SDA,
Pemerintah dan pemerintah daerah menyelenggarakan
system informasi sda sesuai dengan kewenangannya.
2) Jaringan informasi sda harus dapat diakses oleh
berbagai pihak yang berkepentingan dalam bidang sda.
3) Untuk mendukung pengelolaan system informasi sda
diperlukan informasi hidrologi, hidrometeorologi,
dan hidrogeologi wilayah sungai pada tingkat nasional,
provinsi dan kabupaten/kota.
IX. Pemberdayaan dan Pengawasan
1) Pemerintah dan pemerintah daerah menyelenggarakan
pemberdayaan para pemilik kepentingan
dan kelembagaan sda secara terencana
dan sistematis untuk meningkatkan
kinerja pengelolaan sda.
2) Pemberdayaan diselenggarakan dalam bentuk pendidikan,
pelatihan, penelitian dan pengembangan
serta pendampingan.
3) Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan
kewenangannya melaksanakan kegiatan penelitian
dan pengembangan ilmu pengetahuan
dan tehnologi dalam bidang sda.
4) Pendampingan dan pelatihan bidang sda ditujukan
untuk pemberdayaan para pemilik kepentingan
dan kelembagaan pada wilayah sungai
X. Pembiayaan
1) Pembiayaan pengelolaan sda ditetapkan berdasarkan
kebutuhan nyata pengelolaan sda.
2) Sumber dana untuk setiap jenis pembiayaan dapat berupa :
anggaran pemerintah, swasta dan/atau hasil penerimaan
biaya jasa pengelolaan sda.
3) Pembiayaan konstruksi, operasi dan pemeliharaan
irigasi primer dan sekunder menjadi tanggung jawab
pemerintah dan pemerintah daerah,
pembiayaan irigasi tersier menjadi tanggung jawab
petani, dan dapat dibantu pemerintah atau
pemerintah daerah.
4) Pengguna sda untuk memenuhi kebutuhan
pokok sehari-hari dan untuk pertanian rakyat
tidak dibebani biaya jasa pengelolaan sda.
XI. Kewajiban dan Peran Masyarakat
1) Dalam pelaksanaan pengelolaan sda,
masyarakat berhak untuk : memperoleh informasi berkaitan
pengelolaan sda, memperoleh penggantian yang layak atas
kerugian akibat pelaksanaan pengelolaan sda, memperoleh
manfaat atas pengelolaan sda, menyatakan keberatan
terhadap rencana pengelolaan sda, mengajukan laporan dan
pengaduan kepada pihak berwenang atas kerugian yang
menimpa dirinya berkaitan dengan pengelolaan sda,
mengajukan gugatan kepada pengadilan terhadap berbagai
masalah sda yang merugikan kehidupannya.
2) Dalam menggunakan hak guna air, masyarakat
pemegang hak guna air berkewajiban
memperhatikan kepentingan umum.
XII. Koordinasi
1) Pengelolaan sda mencakup kepentingan lintas sektoral
dan lintas wilayah yang memerlukan keterpaduan tindak
untuk menjaga kelangsungan fungsi dan manfaat air
dan sumber air.
2) Pengelolaan sda dilakukan melalui koordinasi
dengan mengintegrasikan kepentingan berbagai sektor,
wilayah, dan para pemilik kepentingan dalam bidang sda.
3) Koordinasi pada tingkat nasional dilakukan
oleh dewan Sumber Daya Air Nasional yang dibentuk
oleh Pemerintah, dan pada tingkat provinsi dilakukan
oleh wadah koordinasi : dewan sda provinsi atau nama lain.
XIII. Penyelesaian Sengketa
1) Penyelesaian sengketa sda pada tahap pertama
diupayakan berdasarkan prinsip musyawarah
untuk mufakat.
2) Kalau tidak diperoleh kesepakatan, para pihak dapat
menempuh upaya penyelesaian di luar pengadilan,
atau melalui pengadilan.
3) Sengketa mengenai kewenangan pengelolaan sda
antara Pemerintah dan pemerintah daerah diselesaikan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
XIV. Gugatan Masyarakat dan Organisasi
1) Masyarakat yang dirugikan akibat berbagai masalah
pengelolaan sda berhak mengajukan gugatan
perwakilan ke pengadilan.
2) Instansi pemerintah yang membidangi sda bertindak
untuk kepentingan masyarakat apabila terdapat
indikasi masyarakat menderita akibat pencemaran air
dan/atau kerusakan sumber air yang mempengaruhi
kehidupan masyarakat.
3) Organisasi yang bergerak pada bidang sda berhak
mengajukan gugatan terhadap orang atau badan usaha
yang melakukan kegiatan yang menyebabkan kerusakan
sda dan/atau prasarananya, untuk kepentingan
keberlanjutan fungsi sda.
4) Dalam menggunakan hak guna air, masyarakat pemegang
hak guna air berkewajiban memperhatikan
kepentingan umum.
XV. Penyidikan
1) Selain pejabat penyidik Kepolisian Negara RI,
pejabat pegawai negeri sipil yang lingkup tugas
dan tanggung jawabnya dalam bidang sda dapat
diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana
dimaksud dalam Kitab Undang—Undang
Hukum Acara Pidana.
2) Pejabat penyidik pegawai negeri sipil berwenang untuk :
melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan
atau keterangan tentang adanya tindak pidana sda,
melakukan pemeriksaan terhadap orang
atau badan usaha yang diduga melakukan tindak
pidana sda, memanggil orang untuk didengar
dan diperiksa sebagai saksi atau tersangka dalam perkara
tindak pidana sda, melakukan pemeriksaan.
XVI. Ketentuan Pidana
1) Dipidana dengan pidana penjara paling lama 9 (sembilan)
tahun dan denda paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu miliar
lima ratus juta rupiah)
2) Dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun
dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah)
3) Dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan
denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
4) Dipidana dengan pidana penjara paling lama 18 (delapan
belas) bulan dan denda paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah)
5) Dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan
denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)
6) Dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) bulan
dan denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah).
XVII. Ketentuan Peralihan
1) Pada saat berlakunya undang-undang ini, semua peraturan
pelaksanaan yang berkaitan dengan sumber daya air dinyatak
an tetap berlak u sepanjang tidak bertentangan atau belum
dikeluarkan peraturan pelaksanaan baru berdasarkan
undang-undang ini.
2) Perizinan yang berk aitan dengan pengelolaan sumber daya
air yang telah diterbitkan sebelum ditetapkannya Undang-
undang ini dinyatakan tetap berlaku sampai dengan masa
berlakunya berakhir.
XVIII. Ketentuan Penutup
1) Pada saat undang-undang ini mulai berlaku, Undang-undang
Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 65, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3046) dinyatakan tidak berlaku
2) Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangk an.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan undang- undang ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

More Related Content

What's hot

Rekomendasi Teknis Bidang Sumber Daya Air
Rekomendasi Teknis Bidang Sumber Daya AirRekomendasi Teknis Bidang Sumber Daya Air
Rekomendasi Teknis Bidang Sumber Daya Airushfia
 
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERMOHONAN REKOMENDASI TEKNIS KEWENANGAN WILAYAH...
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERMOHONAN REKOMENDASI TEKNIS KEWENANGAN WILAYAH...STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERMOHONAN REKOMENDASI TEKNIS KEWENANGAN WILAYAH...
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERMOHONAN REKOMENDASI TEKNIS KEWENANGAN WILAYAH...ushfia
 
Jenis Perizinan Bidang SDA dan Upaya Serta Permasalahan dalam Peningkatan PAD
Jenis Perizinan Bidang SDA dan Upaya Serta Permasalahan dalam Peningkatan PADJenis Perizinan Bidang SDA dan Upaya Serta Permasalahan dalam Peningkatan PAD
Jenis Perizinan Bidang SDA dan Upaya Serta Permasalahan dalam Peningkatan PADushfia
 
sumber daya air air permukaan dan air tanah lanjutan 2 suning_universitas pgr...
sumber daya air air permukaan dan air tanah lanjutan 2 suning_universitas pgr...sumber daya air air permukaan dan air tanah lanjutan 2 suning_universitas pgr...
sumber daya air air permukaan dan air tanah lanjutan 2 suning_universitas pgr...suningterusberkarya
 
2010 pola psda brantas
2010 pola psda brantas2010 pola psda brantas
2010 pola psda brantasEdo Ronaldo
 
Ekonomi sumber daya air
Ekonomi sumber daya airEkonomi sumber daya air
Ekonomi sumber daya airLitna Ginting
 
Pertemuan 2 karakteristik das
Pertemuan 2 karakteristik dasPertemuan 2 karakteristik das
Pertemuan 2 karakteristik dasInfoSehat
 
Undang-undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
Undang-undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya AirUndang-undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
Undang-undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya AirPenataan Ruang
 
[New Upload] Kelompok 1 Tugas Pelestarian Sumber Daya Lahan Rawa
[New Upload] Kelompok 1 Tugas Pelestarian Sumber Daya Lahan Rawa[New Upload] Kelompok 1 Tugas Pelestarian Sumber Daya Lahan Rawa
[New Upload] Kelompok 1 Tugas Pelestarian Sumber Daya Lahan RawaMuhammadTeguh8
 
Kebijakan dan strategi pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman
Kebijakan dan strategi pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukimanKebijakan dan strategi pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman
Kebijakan dan strategi pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukimanJoy Irman
 
Permasalahan Sumber Daya Air
Permasalahan Sumber Daya AirPermasalahan Sumber Daya Air
Permasalahan Sumber Daya AirYahya M Aji
 
Undang-undang No 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air
Undang-undang No 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya AirUndang-undang No 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air
Undang-undang No 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya AirJoy Irman
 
Ilmu sungai, pola pikir sistem berkelanjutan
Ilmu sungai, pola pikir sistem berkelanjutan   Ilmu sungai, pola pikir sistem berkelanjutan
Ilmu sungai, pola pikir sistem berkelanjutan Kreasi Sungai Putat (KSP)
 
Jurnal Ekonomi Lingkungan vol.17 no.1 IPB
Jurnal Ekonomi Lingkungan vol.17 no.1 IPBJurnal Ekonomi Lingkungan vol.17 no.1 IPB
Jurnal Ekonomi Lingkungan vol.17 no.1 IPBM Maksum
 
Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2011 tentang Bendungan
Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2011 tentang BendunganPeraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2011 tentang Bendungan
Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2011 tentang BendunganPenataan Ruang
 
Restorasi sungai jangkok 2013
Restorasi sungai jangkok 2013Restorasi sungai jangkok 2013
Restorasi sungai jangkok 2013alokasiair
 
Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Sumberdaya Air
Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Sumberdaya AirPeraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Sumberdaya Air
Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Sumberdaya AirJoy Irman
 

What's hot (20)

Rekomendasi Teknis Bidang Sumber Daya Air
Rekomendasi Teknis Bidang Sumber Daya AirRekomendasi Teknis Bidang Sumber Daya Air
Rekomendasi Teknis Bidang Sumber Daya Air
 
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERMOHONAN REKOMENDASI TEKNIS KEWENANGAN WILAYAH...
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERMOHONAN REKOMENDASI TEKNIS KEWENANGAN WILAYAH...STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERMOHONAN REKOMENDASI TEKNIS KEWENANGAN WILAYAH...
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERMOHONAN REKOMENDASI TEKNIS KEWENANGAN WILAYAH...
 
Jenis Perizinan Bidang SDA dan Upaya Serta Permasalahan dalam Peningkatan PAD
Jenis Perizinan Bidang SDA dan Upaya Serta Permasalahan dalam Peningkatan PADJenis Perizinan Bidang SDA dan Upaya Serta Permasalahan dalam Peningkatan PAD
Jenis Perizinan Bidang SDA dan Upaya Serta Permasalahan dalam Peningkatan PAD
 
sumber daya air air permukaan dan air tanah lanjutan 2 suning_universitas pgr...
sumber daya air air permukaan dan air tanah lanjutan 2 suning_universitas pgr...sumber daya air air permukaan dan air tanah lanjutan 2 suning_universitas pgr...
sumber daya air air permukaan dan air tanah lanjutan 2 suning_universitas pgr...
 
2010 pola psda brantas
2010 pola psda brantas2010 pola psda brantas
2010 pola psda brantas
 
Ekonomi sumber daya air
Ekonomi sumber daya airEkonomi sumber daya air
Ekonomi sumber daya air
 
Pertemuan 2 karakteristik das
Pertemuan 2 karakteristik dasPertemuan 2 karakteristik das
Pertemuan 2 karakteristik das
 
Undang-undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
Undang-undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya AirUndang-undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
Undang-undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
 
[New Upload] Kelompok 1 Tugas Pelestarian Sumber Daya Lahan Rawa
[New Upload] Kelompok 1 Tugas Pelestarian Sumber Daya Lahan Rawa[New Upload] Kelompok 1 Tugas Pelestarian Sumber Daya Lahan Rawa
[New Upload] Kelompok 1 Tugas Pelestarian Sumber Daya Lahan Rawa
 
Kebijakan dan strategi pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman
Kebijakan dan strategi pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukimanKebijakan dan strategi pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman
Kebijakan dan strategi pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman
 
Permasalahan Sumber Daya Air
Permasalahan Sumber Daya AirPermasalahan Sumber Daya Air
Permasalahan Sumber Daya Air
 
Materi Fmsrb
Materi FmsrbMateri Fmsrb
Materi Fmsrb
 
Undang-undang No 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air
Undang-undang No 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya AirUndang-undang No 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air
Undang-undang No 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air
 
Water sensitive campus - sekolah sungai
Water sensitive campus - sekolah sungaiWater sensitive campus - sekolah sungai
Water sensitive campus - sekolah sungai
 
Ilmu sungai, pola pikir sistem berkelanjutan
Ilmu sungai, pola pikir sistem berkelanjutan   Ilmu sungai, pola pikir sistem berkelanjutan
Ilmu sungai, pola pikir sistem berkelanjutan
 
MAKALAH WADUK BENANGA
MAKALAH WADUK BENANGAMAKALAH WADUK BENANGA
MAKALAH WADUK BENANGA
 
Jurnal Ekonomi Lingkungan vol.17 no.1 IPB
Jurnal Ekonomi Lingkungan vol.17 no.1 IPBJurnal Ekonomi Lingkungan vol.17 no.1 IPB
Jurnal Ekonomi Lingkungan vol.17 no.1 IPB
 
Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2011 tentang Bendungan
Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2011 tentang BendunganPeraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2011 tentang Bendungan
Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2011 tentang Bendungan
 
Restorasi sungai jangkok 2013
Restorasi sungai jangkok 2013Restorasi sungai jangkok 2013
Restorasi sungai jangkok 2013
 
Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Sumberdaya Air
Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Sumberdaya AirPeraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Sumberdaya Air
Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Sumberdaya Air
 

Similar to SEJARAH UNDANG-UNDANG SUMBER DAYA AIR

Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air
Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya AirPeraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air
Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya AirPenataan Ruang
 
Mata_Kuliah_PSDA_Pertemuan_1_21.pptx
Mata_Kuliah_PSDA_Pertemuan_1_21.pptxMata_Kuliah_PSDA_Pertemuan_1_21.pptx
Mata_Kuliah_PSDA_Pertemuan_1_21.pptxriorahmadhana1
 
2004 indonesia wr law uu no. 7 2004 sda lengkap
2004  indonesia  wr  law    uu no. 7 2004 sda lengkap2004  indonesia  wr  law    uu no. 7 2004 sda lengkap
2004 indonesia wr law uu no. 7 2004 sda lengkapMentari Lhamwo
 
2004 indonesia wr law uu no. 7 2004 tentang sumber daya air
2004  indonesia  wr  law    uu no. 7 2004 tentang sumber daya air2004  indonesia  wr  law    uu no. 7 2004 tentang sumber daya air
2004 indonesia wr law uu no. 7 2004 tentang sumber daya airRizki Fitrianto
 
Uu 07-2004-sumber-daya-air
Uu 07-2004-sumber-daya-airUu 07-2004-sumber-daya-air
Uu 07-2004-sumber-daya-airYovi Hardianto
 
Uu no 7_th_2004 sumber daya air
Uu no 7_th_2004 sumber daya airUu no 7_th_2004 sumber daya air
Uu no 7_th_2004 sumber daya airSei Enim
 
Uu 7 th 2004 ttg sumber daya air
Uu 7 th 2004 ttg sumber daya airUu 7 th 2004 ttg sumber daya air
Uu 7 th 2004 ttg sumber daya airFaykanurannisa
 
Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumberdaya Air
Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumberdaya AirPeraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumberdaya Air
Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumberdaya AirJoy Irman
 
Permen PU Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pedoman Penggunaan Sumber Daya Air
Permen PU Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pedoman Penggunaan Sumber Daya AirPermen PU Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pedoman Penggunaan Sumber Daya Air
Permen PU Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pedoman Penggunaan Sumber Daya AirPenataan Ruang
 
PROPOSAL RENCANA OPERASI & PEMELIHARAAN SUMBER AIR.docx
PROPOSAL RENCANA OPERASI & PEMELIHARAAN SUMBER AIR.docxPROPOSAL RENCANA OPERASI & PEMELIHARAAN SUMBER AIR.docx
PROPOSAL RENCANA OPERASI & PEMELIHARAAN SUMBER AIR.docxfiqri1
 
PROPOSAL RENCANA OPERASI & PEMELIHARAAN SUMBER AIR.pdf
PROPOSAL RENCANA OPERASI & PEMELIHARAAN SUMBER AIR.pdfPROPOSAL RENCANA OPERASI & PEMELIHARAAN SUMBER AIR.pdf
PROPOSAL RENCANA OPERASI & PEMELIHARAAN SUMBER AIR.pdffiqri1
 
Perda air tanah kalsel 2018
Perda air tanah kalsel 2018Perda air tanah kalsel 2018
Perda air tanah kalsel 2018Fikri Azwari Hyt
 
UU 11 1974 pengairan
UU 11 1974 pengairanUU 11 1974 pengairan
UU 11 1974 pengairanF Bari
 
Infopublik20151022131946
Infopublik20151022131946Infopublik20151022131946
Infopublik20151022131946Rony Saputra
 
krisis air bersih di kota besar di indonesia
krisis air bersih di kota besar di indonesiakrisis air bersih di kota besar di indonesia
krisis air bersih di kota besar di indonesiaDhytha Asyidiq
 
Kelompok 1 Tugas Sumber Daya Lahan (Semester 7 TAN B)
Kelompok 1 Tugas Sumber Daya Lahan (Semester 7 TAN B)Kelompok 1 Tugas Sumber Daya Lahan (Semester 7 TAN B)
Kelompok 1 Tugas Sumber Daya Lahan (Semester 7 TAN B)MuhammadTeguh8
 

Similar to SEJARAH UNDANG-UNDANG SUMBER DAYA AIR (20)

Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air
Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya AirPeraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air
Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air
 
Uu 07 2004
Uu 07 2004Uu 07 2004
Uu 07 2004
 
Mata_Kuliah_PSDA_Pertemuan_1_21.pptx
Mata_Kuliah_PSDA_Pertemuan_1_21.pptxMata_Kuliah_PSDA_Pertemuan_1_21.pptx
Mata_Kuliah_PSDA_Pertemuan_1_21.pptx
 
UU-7-2004.pdf
UU-7-2004.pdfUU-7-2004.pdf
UU-7-2004.pdf
 
2004 indonesia wr law uu no. 7 2004 sda lengkap
2004  indonesia  wr  law    uu no. 7 2004 sda lengkap2004  indonesia  wr  law    uu no. 7 2004 sda lengkap
2004 indonesia wr law uu no. 7 2004 sda lengkap
 
2004 indonesia wr law uu no. 7 2004 tentang sumber daya air
2004  indonesia  wr  law    uu no. 7 2004 tentang sumber daya air2004  indonesia  wr  law    uu no. 7 2004 tentang sumber daya air
2004 indonesia wr law uu no. 7 2004 tentang sumber daya air
 
Uu 7 2004-sd_air
Uu 7 2004-sd_airUu 7 2004-sd_air
Uu 7 2004-sd_air
 
Uu 07-2004-sumber-daya-air
Uu 07-2004-sumber-daya-airUu 07-2004-sumber-daya-air
Uu 07-2004-sumber-daya-air
 
Uu no 7_th_2004 sumber daya air
Uu no 7_th_2004 sumber daya airUu no 7_th_2004 sumber daya air
Uu no 7_th_2004 sumber daya air
 
Uu 7 2004-sd_air
Uu 7 2004-sd_airUu 7 2004-sd_air
Uu 7 2004-sd_air
 
Uu 7 th 2004 ttg sumber daya air
Uu 7 th 2004 ttg sumber daya airUu 7 th 2004 ttg sumber daya air
Uu 7 th 2004 ttg sumber daya air
 
Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumberdaya Air
Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumberdaya AirPeraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumberdaya Air
Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumberdaya Air
 
Permen PU Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pedoman Penggunaan Sumber Daya Air
Permen PU Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pedoman Penggunaan Sumber Daya AirPermen PU Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pedoman Penggunaan Sumber Daya Air
Permen PU Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pedoman Penggunaan Sumber Daya Air
 
PROPOSAL RENCANA OPERASI & PEMELIHARAAN SUMBER AIR.docx
PROPOSAL RENCANA OPERASI & PEMELIHARAAN SUMBER AIR.docxPROPOSAL RENCANA OPERASI & PEMELIHARAAN SUMBER AIR.docx
PROPOSAL RENCANA OPERASI & PEMELIHARAAN SUMBER AIR.docx
 
PROPOSAL RENCANA OPERASI & PEMELIHARAAN SUMBER AIR.pdf
PROPOSAL RENCANA OPERASI & PEMELIHARAAN SUMBER AIR.pdfPROPOSAL RENCANA OPERASI & PEMELIHARAAN SUMBER AIR.pdf
PROPOSAL RENCANA OPERASI & PEMELIHARAAN SUMBER AIR.pdf
 
Perda air tanah kalsel 2018
Perda air tanah kalsel 2018Perda air tanah kalsel 2018
Perda air tanah kalsel 2018
 
UU 11 1974 pengairan
UU 11 1974 pengairanUU 11 1974 pengairan
UU 11 1974 pengairan
 
Infopublik20151022131946
Infopublik20151022131946Infopublik20151022131946
Infopublik20151022131946
 
krisis air bersih di kota besar di indonesia
krisis air bersih di kota besar di indonesiakrisis air bersih di kota besar di indonesia
krisis air bersih di kota besar di indonesia
 
Kelompok 1 Tugas Sumber Daya Lahan (Semester 7 TAN B)
Kelompok 1 Tugas Sumber Daya Lahan (Semester 7 TAN B)Kelompok 1 Tugas Sumber Daya Lahan (Semester 7 TAN B)
Kelompok 1 Tugas Sumber Daya Lahan (Semester 7 TAN B)
 

More from Andrew Hutabarat

More from Andrew Hutabarat (20)

Jabs 0910 213
Jabs 0910 213Jabs 0910 213
Jabs 0910 213
 
Format proposal 2
Format proposal 2Format proposal 2
Format proposal 2
 
Format laporan acara 1
Format laporan acara 1Format laporan acara 1
Format laporan acara 1
 
Sistem Komputer
Sistem KomputerSistem Komputer
Sistem Komputer
 
Konsentrasi Klorofil Daun sebagai Indikator Kekurangan Air pada Tanaman
Konsentrasi Klorofil Daun sebagai Indikator Kekurangan Air pada TanamanKonsentrasi Klorofil Daun sebagai Indikator Kekurangan Air pada Tanaman
Konsentrasi Klorofil Daun sebagai Indikator Kekurangan Air pada Tanaman
 
Contoh proposal penelitian ilmiah
Contoh proposal penelitian ilmiahContoh proposal penelitian ilmiah
Contoh proposal penelitian ilmiah
 
Kuliah fisiologi lingkungan 2014 ind 1
Kuliah fisiologi lingkungan 2014 ind 1Kuliah fisiologi lingkungan 2014 ind 1
Kuliah fisiologi lingkungan 2014 ind 1
 
Kuliah fisiologi lingkungan 2014 ind
Kuliah fisiologi lingkungan 2014 indKuliah fisiologi lingkungan 2014 ind
Kuliah fisiologi lingkungan 2014 ind
 
Integrated weed
Integrated weedIntegrated weed
Integrated weed
 
Ekotan 15
Ekotan 15Ekotan 15
Ekotan 15
 
The biodiversity budiastuti 2014
The biodiversity budiastuti 2014The biodiversity budiastuti 2014
The biodiversity budiastuti 2014
 
Site dan mode of action
Site dan mode of actionSite dan mode of action
Site dan mode of action
 
Seed bank
Seed bankSeed bank
Seed bank
 
Managemen gulma
Managemen gulmaManagemen gulma
Managemen gulma
 
Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2 1
Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2 1Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2 1
Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2 1
 
I gulma l2
I gulma l2I gulma l2
I gulma l2
 
Ecologi gulma
Ecologi gulmaEcologi gulma
Ecologi gulma
 
Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2
Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2
Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2
 
Ekotanjut1
Ekotanjut1Ekotanjut1
Ekotanjut1
 
The biodiversity ho 2015
The biodiversity ho 2015The biodiversity ho 2015
The biodiversity ho 2015
 

Recently uploaded

Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 

Recently uploaded (20)

Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 

SEJARAH UNDANG-UNDANG SUMBER DAYA AIR

  • 1. X. UNDANG-UNDANG SUMBER DAYA AIR A. SEJARAH PEMBUATAN UU PENGAIRAN Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan, sudah tidak sesuai dengan tuntutan perkembangan keadaan, dan perubahan dalam kehidupan masyarakat sehingga perlu diganti dengan undang-undang yang baru, Dengan persetujuan bersama : Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Presiden Republik Indonesia Memutuskan : Menetapkan : Undang-undang Tentang Sumber Daya Air UU.7 TH. 2004 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004, TENTANG SUMBER DAYA AIR Materi kuliah bab X, mengacu pada UU. 7 Th 2004
  • 2. B. ISI UNDANG-UNDANG tentang SUMBER DAYA AIR Undang-undang berisi : 18 Bab dan 100 pasal : Bab I. Ketentuan umum, pasal 1-12 Bab II. Wewenang dan Tanggung Jawab, pasal 13 –19. Bab III. Konservasi Sumberdaya Air, pasal 20 – 25, Bab IV. Pendayagunaan Sumber Daya Air, pasal 26 - 50 Bab V. Pengendalian Daya Rusak Air, pasal 51 – 58 Bab VI. Perencanaan, pasal 59 – 62 Bab VII. Pelaksanaan Konstruksi , Operasi dan Pemeliharaan, pasal 63 – 64 Bab VIII. Sistem Informasi Sumber Daya Air, pasal 65 – 69 Bab IX. Pemberdayaan dan Pengawasan, pasal 70 - 76
  • 3. Bab X. Pembiayaan, pasal 77 – 81 Bab XI. Hak, Kewajiban dan Peran Masyarakat, pasal 82– 84 Bab XII. Koordinasi, pasal 85 – 87 Bab XIII. Penyelesaian Sengketa, pasal 88 – 89 Bab XIV. Gugatan Masyarakat dan Organisasi, pasal 90 – 92 Bab XV. Penyidikan, pasal 93. Bab XVI. Ketentuan Pidana 94 – 96 Bab XVII. Ketentuan Peralihan 97 - 98 Bab XVIII. Ketentuan Penutup 99 – 100.
  • 4. C. INTISARI UUSDA I. Ketentuan Umum 1) Sda adalah air, sumber air, dan daya air. Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat. 2) Daya air adalah potensi yang terkandung dalam air yang dapat memberikan manfaat atau kerugian bagi kehidupan dan penghidupan manusia serta lingkungannya.
  • 5. 3) Pendayagunaan sda adalah upaya penatagunaan, penyediaan,penggunaan pengembangan, dan pengusahaan sda secara optimal agar berhasil guna dan berdaya guna. 4) Sda dikelola berdasarkan azas kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keadilan, kemandirian, serta transparansi dan akuntabilitas. 5) Sda dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besar untuk kemakmuran rakyat. 6) Hak Guna air diperoleh tanpa ijin untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi perseorangan dan bagi pertanian rakyat yang berada di dalam sistem irigasi.
  • 6. II. Wewenang dan Tanggung Jawab 1) Presiden menetapkan wilayah sungai dan cekungan air tanah dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Sumber Daya Air Nasional, dengan Keppres. 2) Wewenang pemerintah meliputi : menetapkan kebijakan nasional sda, pengelolaan sda sungai lintas negara, propinsi dan sungai strategis nasional. Menetapkan rencana, kawasan lindung sda, pengelolaan sda, mengatur- menetapkan- dan memberi izin atas penyediaan, peruntukan, penggunaan dan pengusahaan : sda dan air tanah.
  • 7. 3) Wewenang Pemerintah propinsi : sama seperti pemerintah, hanya terbatas di wilayahnya dengan memperhatikan kepentingan provinsi disekitarnya. 4) Wewenang pemerintah kab/kota meliputi : sama seperti propinsi, di wilayahnya. 5) Wewenang pemerintah desa : mengelola sda di wilayah desa yang belum dilaksanakan oleh masyarakat dan/atau pemerintah diatasnya, menjaga efekktivittas, efisiensi , kualitas dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan sda, memenuhi kebutuhan pokok minimal sehari-hari warga desa atas air, memperhatikan kepentingan warga desa lain.
  • 8. III. Konservasi SDA 1) Konservasi SDA ditujukan utk menjaga kelangsungan keberadaan daya dukung, daya tampung, dan fungsi sda. 2) Konservasi sda dilakukan melalui kegiatan perlindungan dan pelestarian sumber air, pengawetan air, pengelolaan kualitas air , pengendalian pencemaran air. 3) Perlindungan dan pelestarian sumber air dilakukan : melalui pemeliharaan fungsi resapan air dan daerah tangkapan, pengendalian pemanfaatan sumber air, pengisian air pada sumber air, pengaturan sarana dan prasarana sanitasi, perlindungan sumber air kaitannya dengan pemanfaatan lahan,
  • 9. 4) Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan memperbaiki kualitas pada sumber air dan prasarana sda. Setiap orang atau badan dilarang melakukan kegiatan yang mengakibatkan rusaknya sumber air dan prasarana sda. 5) Pengendalian pencemaran air dilakukan dengan mencegah masuknya pencemaran air pada sumber air dan prasarana sda. pengendalian pengolahan tanah di daerah hulu, pengaturan daerah sempadan sumber air, rehabilitasi hutan dan lahan, pelestarian hutan lindung, kawasan suaka alam dan pelestarian alam.
  • 10. IV. Pendayagunaan sda 1) Pendayagunaan sda dilakukan melalui kegiatan penatagunaan, penyediaan, penggunaan, pengembangan dan pengusahaan sda pada setiap wilayah sungai. 2) Pendayagunaan sda diselenggarakan secara terpadu dan adil, baik antar sektor, antar wilayah maupun antar kelompok masyarakat dengan mendorong pola kerja sama. 3) Pendayagunaan sda didasarkan pada keterkaitan antara air hujan, air permukaan dan air tanah, dengan mengutamakan pendayagunaan air permukaan.
  • 11. 4) Penatagunaan sda ditujukan untuk menetapkan zona pemanfaatan sumber air dan peruntukan air pada sumber air. Merupakan acuan penyusunan dan perubahan rencana tata ruang wilayah. 5) Penetapan peruntukan air pada sumber air dilakukan dengan memperhatikan : daya dukung sumber air, jumlah dan penyebaran penduduk, perhitungan kebutuhan air, pemanfaatan air yang sudah ada. 6) Penyediaan sda ditujukan untuk memenuhi kebutuhan air dan daya air serta memenuhi berbagai keperluan sesuai dengan kualitas dan kuantitas.
  • 12. 7) Penyediaan air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari dan irigasi bagi pertanian rakyat dalam system irigasi yang sudah ada merupakan prioritas utama penyediaan sda diatas semua kebutuhan. 8) Pengembangan sda dilaksanakan tanpa merusak keseimbangan lingkungan hidup. 9) Pemenuhan kebutuhan air baku untuk pertanian dilakukan dengan pengembangan system irigasi.
  • 13. 10) Pengembangan system irigasi primer dan sekunder menjadi wewenang pemerintah dan pemerintah daerah. Irigasi tersier menjadi hak dan tanggung jawab perkumpulan petani pemakai air. 11) Pengusahaan sda dapat dilakukan oleh perseorangan, badan usaha, atau kerjasama antar badan usaha berdasarkan ijin pemerintah atau pemerintah daerah.
  • 14. V. Pengendalian Daya Rusak Air 1) Pengendalian daya rusak air dilakukan secara menyeluruh yang mencakup usaha pencegahan, penanggulangan dan pemulihan. 2) Pengendalian daya rusak air menjadi tanggung jawab Pemerintah, pemerintah daerah, serta pengelola sda wilayah sungai dan masyarakat. 3) Setiap orang atau badan usaha dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan terjadinya daya rusak air. 4) Penanggulangan bencana akibat daya rusak air yang berskala nasional menjadi tanggung jawab Pemerintah.
  • 15. VI. Perencanaan 1) Perencanaan pengelolaan sda disusun untuk menghasilkan rencana yang berfungsi sebagai pedoman dan arahan dalam pelaksanaan konservasi sda, pendayagunaan sda, dan pengendalian daya rusak air. 2) Inventarisasi sda dilakukan pada setiap wilayah sungai di seluruh Indonesia. 3) Penyusunan rencana pengelolaan sda pada setiap wilayah sungai dilaksanakan terkoordinasi oleh instansi yang berwenang dalam bidang sda.
  • 16. VII. Pelaksanaan Konstruksi, Operasi dan Pemeliharaan 1) Pelaksanaan konstruksi sda dilakukan berdasar norma, standar, pedoman dan manual dengan memanfaatkan tehnologi dan sumber daya local serta mengutamakan keselamatan, keamanan kerja, dan berkelanjutan fungsi ekologis sesuai dengan peraturan perundang- undangan. 2) Setiap orang atau badan usaha yang melakukan kegiatan konstruksi pada sumber air wajib memperoleh ijin dari pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya.
  • 17. 3) Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan meliputi pengaturan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi untuk menjamin fungsi dan manfaat sda. 4) Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan irigasi primer dan sekunder menjadi hak dan tanggung jawab pemerintah, untuk tersier menjadi hak dan tanggung jawab masyarakat petani pemakai air.
  • 18. VIII. Sistem Informasi SDA 1) Untuk mendukung pengelolaan SDA, Pemerintah dan pemerintah daerah menyelenggarakan system informasi sda sesuai dengan kewenangannya. 2) Jaringan informasi sda harus dapat diakses oleh berbagai pihak yang berkepentingan dalam bidang sda. 3) Untuk mendukung pengelolaan system informasi sda diperlukan informasi hidrologi, hidrometeorologi, dan hidrogeologi wilayah sungai pada tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota.
  • 19. IX. Pemberdayaan dan Pengawasan 1) Pemerintah dan pemerintah daerah menyelenggarakan pemberdayaan para pemilik kepentingan dan kelembagaan sda secara terencana dan sistematis untuk meningkatkan kinerja pengelolaan sda. 2) Pemberdayaan diselenggarakan dalam bentuk pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan serta pendampingan.
  • 20. 3) Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi dalam bidang sda. 4) Pendampingan dan pelatihan bidang sda ditujukan untuk pemberdayaan para pemilik kepentingan dan kelembagaan pada wilayah sungai
  • 21. X. Pembiayaan 1) Pembiayaan pengelolaan sda ditetapkan berdasarkan kebutuhan nyata pengelolaan sda. 2) Sumber dana untuk setiap jenis pembiayaan dapat berupa : anggaran pemerintah, swasta dan/atau hasil penerimaan biaya jasa pengelolaan sda.
  • 22. 3) Pembiayaan konstruksi, operasi dan pemeliharaan irigasi primer dan sekunder menjadi tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah, pembiayaan irigasi tersier menjadi tanggung jawab petani, dan dapat dibantu pemerintah atau pemerintah daerah. 4) Pengguna sda untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari dan untuk pertanian rakyat tidak dibebani biaya jasa pengelolaan sda.
  • 23. XI. Kewajiban dan Peran Masyarakat 1) Dalam pelaksanaan pengelolaan sda, masyarakat berhak untuk : memperoleh informasi berkaitan pengelolaan sda, memperoleh penggantian yang layak atas kerugian akibat pelaksanaan pengelolaan sda, memperoleh manfaat atas pengelolaan sda, menyatakan keberatan terhadap rencana pengelolaan sda, mengajukan laporan dan pengaduan kepada pihak berwenang atas kerugian yang menimpa dirinya berkaitan dengan pengelolaan sda, mengajukan gugatan kepada pengadilan terhadap berbagai masalah sda yang merugikan kehidupannya. 2) Dalam menggunakan hak guna air, masyarakat pemegang hak guna air berkewajiban memperhatikan kepentingan umum.
  • 24. XII. Koordinasi 1) Pengelolaan sda mencakup kepentingan lintas sektoral dan lintas wilayah yang memerlukan keterpaduan tindak untuk menjaga kelangsungan fungsi dan manfaat air dan sumber air. 2) Pengelolaan sda dilakukan melalui koordinasi dengan mengintegrasikan kepentingan berbagai sektor, wilayah, dan para pemilik kepentingan dalam bidang sda. 3) Koordinasi pada tingkat nasional dilakukan oleh dewan Sumber Daya Air Nasional yang dibentuk oleh Pemerintah, dan pada tingkat provinsi dilakukan oleh wadah koordinasi : dewan sda provinsi atau nama lain.
  • 25. XIII. Penyelesaian Sengketa 1) Penyelesaian sengketa sda pada tahap pertama diupayakan berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat. 2) Kalau tidak diperoleh kesepakatan, para pihak dapat menempuh upaya penyelesaian di luar pengadilan, atau melalui pengadilan. 3) Sengketa mengenai kewenangan pengelolaan sda antara Pemerintah dan pemerintah daerah diselesaikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
  • 26. XIV. Gugatan Masyarakat dan Organisasi 1) Masyarakat yang dirugikan akibat berbagai masalah pengelolaan sda berhak mengajukan gugatan perwakilan ke pengadilan. 2) Instansi pemerintah yang membidangi sda bertindak untuk kepentingan masyarakat apabila terdapat indikasi masyarakat menderita akibat pencemaran air dan/atau kerusakan sumber air yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. 3) Organisasi yang bergerak pada bidang sda berhak mengajukan gugatan terhadap orang atau badan usaha yang melakukan kegiatan yang menyebabkan kerusakan sda dan/atau prasarananya, untuk kepentingan keberlanjutan fungsi sda. 4) Dalam menggunakan hak guna air, masyarakat pemegang hak guna air berkewajiban memperhatikan kepentingan umum.
  • 27. XV. Penyidikan 1) Selain pejabat penyidik Kepolisian Negara RI, pejabat pegawai negeri sipil yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya dalam bidang sda dapat diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang—Undang Hukum Acara Pidana. 2) Pejabat penyidik pegawai negeri sipil berwenang untuk : melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan tentang adanya tindak pidana sda, melakukan pemeriksaan terhadap orang atau badan usaha yang diduga melakukan tindak pidana sda, memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai saksi atau tersangka dalam perkara tindak pidana sda, melakukan pemeriksaan.
  • 28. XVI. Ketentuan Pidana 1) Dipidana dengan pidana penjara paling lama 9 (sembilan) tahun dan denda paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah) 2) Dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) 3) Dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) 4) Dipidana dengan pidana penjara paling lama 18 (delapan belas) bulan dan denda paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) 5) Dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) 6) Dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) bulan dan denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
  • 29. XVII. Ketentuan Peralihan 1) Pada saat berlakunya undang-undang ini, semua peraturan pelaksanaan yang berkaitan dengan sumber daya air dinyatak an tetap berlak u sepanjang tidak bertentangan atau belum dikeluarkan peraturan pelaksanaan baru berdasarkan undang-undang ini. 2) Perizinan yang berk aitan dengan pengelolaan sumber daya air yang telah diterbitkan sebelum ditetapkannya Undang- undang ini dinyatakan tetap berlaku sampai dengan masa berlakunya berakhir.
  • 30. XVIII. Ketentuan Penutup 1) Pada saat undang-undang ini mulai berlaku, Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3046) dinyatakan tidak berlaku 2) Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangk an. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan undang- undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.