1. RESTORASI SUNGAI JANGKOK
Gagasan terpadu untuk perbaikan/pemulihan/pemugaran S Jangkok
Memperingati Hari Air Dunia, 22 Maret 2013,
“International Year of Water Cooperation”.
HIDROLOGI DAN NERACA AIR
DAS (Daerah Aliran Sungai) Jangkok (luas 170 km2
, panjang sungai utama 49 km) merupakan
salah satu DAS utilitas dari 197 DAS yang terdapat di Wilayah Sungai (WS) Lombok (4.738
km2
, penduduk 3,04 juta jiwa). Sebagaimana DAS-DAS lainnya yang topografinya mengikuti
batas sistem hidrologi, DAS yang menyerupai ekor burung ini melintas Kab Lombok Barat dan
Kota Mataram (penduduk 208.000 jiwa, 11 kecamatan, 26 desa/kelurahan). Tipe sungai
perenial dengan aliran air permukaan cukup stabil sepanjang tahun bersumber dari hujan (771 -
2.544 mm) dan mata air sejumlah 10 titik debit 2.591 lt/dt. Di bagian hulu DAS Jangkok (G
Buanmannge +2.600) merupakan lereng barisan G Rinjani dengan vegetasi hutan relatif
mantap seluas 126 km2
(74 % luas DAS dan 3 % luas WS Lombok). Tata guna lahan lainnya
berupa permukiman, sawah, kebun, semak, ladang, rumput dan tanah kosong mencapai 26%
dari luas DAS. Secara umum kemiringan sungai relatif curam 25 – 40% dan kemiringan dasar
sungai 5 – 6%. Bersama 3 sungai lainnya (S. Ancar, S. Berenyok dan S. Unus), bagian hilir
Sungai Jangkok juga melintasi/membelah Kota Mataram dan bermuara di Selat Lombok.
Total ketersediaan air yang dapat dimanfaatkan normal sebesar 189 juta m3
(dry 108 juta m3
).
Debit puncak tahunan rerata 438 m3
/dt sedangkan debit kala ulang 25 tahunan mencapai 764
m3
/dt yang ditampung dalam palung sungai. Kualitas air sungai ini pada pH 6-10, suhu normal
25 – 30o
C deviasi 3o
C, tercemar coly dan termasuk dalam kelas III. Adapun kebutuhan air
normal domestik PDAM Menang-Mataram 19 juta m3
, irigasi seluas 2.933 ha 71 juta m3
,
suplesi irigasi lintas DAS basah-kering (saluran HLD interkoneksi) 60 juta m3
untuk hampir
80.000 ha sawah dan selebihnya untuk kebutuhan pemeliharaan sungai dan penggelontoran
kota.
PRASARANA SDA
• Prasarana hidrologi
Untuk observasi fenomena iklim, hujan dan debit sungai terdapat pos-pos hidrologi yang
berada di dalam DAS dan atau di sekitar DAS. Pos tersebut mencakup pos iklim
Selaparang (ex BMKG) dan Kopang (BISDA), pos hujan otomatis di Sesaot, Keru dan
Gunung Sari (BISDA) serta pos duga air otomatis di Keling Sesaot, Aiknyet Jangkok dan
Bug-Bug (BISDA).
• Prasarana teknik sipil
Dalam upaya pengembangan dan penyediaan SDA terdapat 7 unit bendung (kewenangan
Pemerintah/Pem Prov/Kab/Kota) serta bendung-bendung kecil untuk irigasi desa seluas
lebih dari 100 ha. Bendung di atas sebagai bangunan pengambilan air untuk irigasi seluas
2.933 ha serta saluran suplesi HLD Lombok Selatan dengan kapasitas intake 6.000 lt/dt (B.
Jangkok) dan 4.500 lt/dt (B. Sesaot), selain untuk suplesi DI Gebong kapasitas 1.500 lt/dt.
Selain irigasi, terdapat pula fasilitas PDAM Menang-Mataram yaitu di MA Ranget 598 lt/dt,
MA Sarasute 199 lt/dt, MA Saraswake 105 lt/dt dan MA Orong Petung 5 lt/dt. Dalam kaitan
pengendalian daya rusak air terdapat 1 unit jetty, 3 unit tanggul banjir dengan parapet 1200
1
2. m, 20 unit pelindung tebing dari beronjong/pasangan batu kali dan 2 unit pengarah
aliran/krib, selain 11 unit jembatan jalan.
MASALAH
• Pengaruh perubahan iklim global
Hasil kajian menunjukkan adanya indikasi perubahan iklim global di WS Lombok yaitu
menurunnya durasi bulan basah 3,40 bulan dari 4 – 6 bulan sedangkan hujan tahunan
relatif stabil 1.487 mm (553 – 2.664 mm). Nilai Qmax/Qmin 60 – 440 dengan gradien
garis linier yang terus menanjak dari tahun ke tahun, mengindikasikan DAS terganggu.
Akibat ini adalah indikasi ketersediaan air rerata menurun (tahun 1992- 2009). Akibat
lainnya adalah adanya perubahan jadwal tanam yang menyesuaikan bulan basah - bulan
kering (semula Oktober II menjadi November/Desember I) .
• Tata guna lahan
Di bagian hulu berpeluang terjadi perubahan hutan yang semakin terbuka. Di bagian
tengah terdapat alih fungsi lahan sawah menjadi permukiman dan kolam. Jumlah dan
dinamika penduduk di kawasan Kota Mataram semakin meningkat yang berakibat pada
perubahan penutup lahan, dari semula mampu menyerap air dan kekinian berubah menjadi
kedap air. Dampak perubahan tata guna lahan adalah menurunnya jumlah mata air
(termasuk debit mata air) yaitu terdapat 2 titik MA Montong dan MA Kokok Jelateng dengan
debit 0 lt/dt, menurunnya intercept pepohonan dan cadangan air tanah serta meningkatnya
direct runoff sebagai pemicu banjir (koefisien pengaliran semula 0,40 menjadi 0,45-0,50).
• Peruntukan air dan alokasi air
Pergerakan peruntukan air S Jangkok adalah bermula dari irigasi kemudian air domestik
(1970-an), suplesi DAS kering (1980-an) dan saat ini bertambah menjadi
perikanan/kolam/keramba ikan dan pembangkit listrik mikro hidro (PLTMH) dan
penggelontoran kota, main drainage canal, tempat outlet limbah industri dan rumah tangga
termasuk sebagai sarana MCK dan rekreasi/olahraga sebagian masyarakat sekitar sungai.
Kompetisi pengguna air semakin bervasiasi dan meningkat tajam yang memerlukan
pengaturan kembali peruntukan air. Tingkat alokasi air untuk berbagai bangunan
pengambilan air di S Jangkok berada dalam kategori relatif merata dan kontinyu, namun
pada bulan Mei-September cenderung giliran. demikian pula suplesi air irigasi ke
Kabupaten Lombok Tengah yang semakin menurun dan bergiliran pula. Belum terdapat
konflik horisontal antar pengguna air, namun terjadi persaingan sengit petani
keramba/kolam ikan. Contoh kasus keramba di saluran utama DI Repok Pancor
berpengaruh terhadap pengguna air irigasi di bagian hilirnya (DI Mataram). Demikian pula
dengan keberadaan kolam ikan yang belum tertata, mereka mengambil air dari saluran
irigasi namun membuang air tersebut ke sungai dan sebaliknya.
• Kualitas air dan sumber limbah
Secara umum kualitas air S Jangkok pada pH 6 – 10, suhu rerata 25o
C, sedimen/keruh di
bagian tengah-hilir dan tercemar coly serta termasuk dalam kelas III. Sungai banyak
digunakan penduduk sekitar sebagai sarana MCK dan pembuangan limbah rumah
tangga/sampah. Perkiraan eksploitasi galian C (pasir) mencapai sekitar 18.000 m3
/thn.
• Banjir
Ciri aliran banjir di S Jangkok adalah hidrograf dengan kurva cepat naik sekitar 2 - 4 jam,
puncak lancip dan kurva turun sekitar 20 – 30 jam kemudian. Terdapat potensi banjir
2
3. bandang dan atau aliran debris di sekitar Desa Batu Kumbung, Kecamatan Narmada.
Aliran ini berbahaya bagi kawasan hilir. Di beberapa lokasi sepanjang S Jangkok yang
melintas Kota Mataram merupakan kawasan rawan banjir tahunan. S Jangkok bagian hilir-
muara cenderung terkena banjir tahunan yaitu di kawasan permukiman padat di Ampenan.
Namun, dengan andanya tanggul banjir maka banjir tahunan itu dapat dikendalikan.
• Ekosistem dan sempadan sungai
Dahulu di sepanjang S Jangkok hilir terdapat pepohonan bambu yang padat yang
dilengkapi dengan cacing tanah dan ramainya burung bangau. Di palung sungai itu
mengalir kontinyu air yang bening di mana terdapat udang dan beberapa jenis ikan pada
umumnya. Namun, fenomena di atas telah berubah. Sempadan semakin berjarak nol
meter bahkan mereka mendirikan pilar rumah/bangunannya di atas palung/tebing sungai
hingga ruang sungai menjadi sempit dan ekosistem sungai sudah relatif punah.
• Organisasi peduli sungai
Kelompok Peduli Sungai (KPS) sebagai organisasi masyarakat di sumber air tentu dapat
mengambil peran. Organisasi ini belum terpikirkan/termarginalkan jika dibandingkan
dengan organisasi pengguna air seperti Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A). P3A
irigasi se NTB jumlahnya mendekati 1.400 unit (P Lombok 815 unit dan P Sumbawa 556
unit, data tahun 2008/2009). Ketimpangan organisasi masyarakat ini menggambarkan
kekurang-pedulian kita terhadap konservasi sumber air. Berpuluh tahun kita lebih peduli
pemanfaatan air ketimbang sumber air. Indikator minimal tingkat kepedulian masyarakat
terhadap air, sumber air dan daya air adalah selalu memperingati dan memaknai Hari Air
Dunia yang ditetapkan PBB pada setiap 22 Maret dan Hari Sungai yang ditetapkan
Pemerintah RI pada setiap 27 Juli.
• Lain-lain
Selain masalah di atas terdapat pula beberapa masalah seperti penyumbatan/penyempitan
kapasitas sungai di bagian hilir/muara, kerusakan prasarana sungai, degradasi/agradasi,
kanal drainase kota dan pengelolaan DAS yang masih dalam bentuk konsep-konsep.
SOLUSI
Dalam UU RI Nomor 4 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (SDA) antara lain diamanatkan
bahwa pengelolaan SDA harus dilakukan dengan berasas kelestarian, keseimbangan,
kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keadilan, kemandirian, transparansi dan
akuntabilitas, dan tentunya dengan melibatkan peran masyarakat guna mewujudkan
kemanfaatan SDA yang berkelanjutan. Pada kesempatan peringatan Hari Air Dunia tahun ini
yang bertema “International Year of Water Cooperation” atau “Tahun Kerja Sama Air
Internasional”, maka akan sangat relevan jika kita melakukan curah pikir urun rembuk untuk
melontarkan gagasan dan bersinergi agar masalah S Jangkok seperti di atas berikut
tantangannya dapat diupayakan secara terstruktur, segera dan menjadi pilot project restorasi
sungai lain di WS Lombok dan WS Sumbawa.
Bagaimana gagasan aspek teknik, lingkungan, ekonomi dan sosial-budaya serta bentuk
gambaran kebijakan dan keterlibatan konstruktif para pihak (instansi, perguruan tinggi, asosiasi,
organisasi profesi, LSM, Pemda sampai Lurah, dan unsur penduduk/pemuda sekitar sungai
yang tergabung dalam komunitas peduli sungai) dalam berperan nyata merestorasi S Jangkok,
mari kita ikuti dan aktif sampai tuntas :
Bincang-Bincang Sumber Daya Air – Memperingati Hari Air Dunia 22 Maret 2013
“RESTORASI SUNGAI JANGKOK”
3
4. SEKILAS HARI AIR DUNIA
Hari Air Dunia (HAD) atau dikenal dengan sebutan World Water Day (WWD) dicetuskan kali
pertama saat digelar United Nations Conference on Environment and Development (UNCED)
atau Konferensi Bumi oleh PBB di Rio de Janeiro pada tahun 1992. Pada Sidang Umum PBB
ke-47 yang dilaksanakan pada tanggal 22 Desember 1992, keluarlah Resolusi Nomor 147/1993
yang menetapkan pelaksanaan peringatan Hari Air se-Dunia setiap tanggal 22 Maret dan mulai
diperingati pertama kali pada tahun 1993.
Untuk tahun 2013 Tema HAD adalah International Year of Water Cooperation” - ”Tahun
Kerjasama Air Internasional”. Tema tersebut terkait dengan kebutuhan dasar makhluk hidup
akan air yang sangat besar, lingkungan dan pembangunan sosio-ekonomi yang saling terkait
dan terhubung pada air.
Peringatan HAD secara nasional pada tahun ini akan dilaksanakan di Kota Semarang. Kita
warga NTB setiap tahun selalu memperingati HAD. Tahun ini diperingati secara sederhana
dengan diskusi interkatif para pihak pemangku kepentingan tarkait SDA. Topik diskusi yaitu
mengangkat segmen Sungai Jangkok khususnya yang melintas Kota Mataram untuk
direstorasi. Kegiatan ini diharapkan dapat menular ke seluruh masyarakat pelosok WS Lombok
dan WS Sumbawa.
4
Mewujudkan Kemanfaatan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan