Dokumen tersebut membahas tentang implementasi SPM (Standar Pelayanan Minimal) di Indonesia, khususnya masalah dan tantangan yang dihadapi. Beberapa poin utama meliputi (1) pemahaman dan internalisasi SPM belum optimal di pemerintah dan daerah, (2) alokasi sumber daya belum sepenuhnya mendukung pencapaian target SPM, (3) standar SPM yang tinggi dan luas cakupannya menyulitkan pencapaian. Perbaikan yang disarankan adal
2. SPM,
kewajiban
daerah,
dan
kepas@an
pelayanan
• SPM
adalah
instrumen
NKRI
untuk
menjamin
kepas@an
pelayanan
dan
keadilan
sosial
kepada
semua
warga
negara.
• SPM
mewajibkan
daerah
untuk
memenuhi
kebutuhan
dasar
warga
yang
dijamin
oleh
konsitutsi
dan
peraturan
perundangan
lainnya,
se@dak-‐@daknya
sesuai
dengan
standar
minimal/
target
pencapaian
yang
telah
ditentukan
dalam
SPM.
3. SPM,
kewajiban
daerah…..
(2)
• SPM
mewajibkan
daerah
memenuhi
jenis
dan
mutu
pelayanan
kebutuhan
dasar
yang
menjadi
urusan
wajib,
berupa
masukan,
proses,
dan
hasil.
• Indikator
pencapaian
SPM:
– Bagi
warga
adalah
instrumen
untuk
mengontrol
penyelenggaraan
pemerintahan
daerah.
– Bagi
daerah
menjadi
pedoman
dalam
penyelenggara
pelayanan
kebutuhan
dasar
– Bagi
pemerintah
menjadi
dasar
untuk
melakukan
pengembangan
kapasitas,
Binwas,
dan
evaluasi
kinerja
pemerintah
daerah.
4. Problema
Implementasi
(umum)
?
• Internalisasi
dan
pelembagaan
SPM
dalam
penyelenggaraan
pemerintahan
belum
secara
op@mal
dilakukan.
Kementrian
belum
menjadikan
SPM
sebagai
dasar
untuk
alokasi
DAK,
hibah
dan
sumber
dana
lainnya
ke
daerah.
Daerah
belum
memasukan
target
pencapaian
SPM
kedalam
RPJMD
dan
renstra
SKPD
terkait.
• Pemerintah
menerbitkan
SPM,
membiarkannya,
dan
menganggap
bahwa
implementasi
SPM
menjadi
urusan
daerah
sepenuhnya.
Sebaliknya,
daerah
menganggap
SPM
@dak
lebih
dari
ambisi
pemerintah
yang
@dak
realis@s
untuk
dilaksanakan
oleh
daerah.
• SPM
belum
mampu
mengubah
pola
pikir
dan
prilaku
kementrian
sektoral,
daerah,
masyarakat
dan
para
pemangku
kepen@ngan
di
daerah.
5. Problema
Implementasi
(kementrian)
?
• Kementrian
sektoral
umumnya
belum
menentukan
prioritas
dalam
pelaksanaan
target
SPM.
Tanpa
prioritas
daerah
sulit
melaksanakannya.
• Banyak
kementrian
sektoral
belum
melakukan
Binwas
dalam
pelaksanaan
SPM.
Peran
gubernur
sebagai
wakil
pemerintah
belum
dimanfaatkan
dlm
pelaksanaan
SPM
?
• Fasilitasi
oleh
pemerintah
dalam
pengembangan
kapasitas
daerah
berbasis
pada
pencapaian
SPM
belum
secara
op@mal
dilakukan
• Alokasi
DAK
dan
sumber-‐sumber
APBN
belum
secara
langsung
dikaitkan
dengan
pelaksanaan
SPM
di
daerah
6. Problema
Implementasi
(daerah)
• Pemahaman
daerah
tentang
SPM
amat
beragam
– Banyak
daerah
membuat
SPM
untuk
berbagai
pelayanan
diluar
13
SPM
yang
ditetapkan
oleh
pemerintah.
Fokus
daerah
menjadi
terpecah
dan
pelaksanaan
SPM
kurang
op@mal.
• Daerah
kesulitan
melakukan
penganggaran
– Sebagian
besar
APBD
untuk
gaji
dan
operasional
birokrasi.
Sisa
yang
ada
dalam
diskresi
daerah
sangat
kecil,
karena
sebagian
digunakan
utk
cost
sharing.
Ke@ka
dana
pemerintah
yang
dialokasikan
ke
daerah
@dak
dikaitkan
dengan
pelaksanaan
SPM
maka
implementasi
SPM
di
daerah
menjadi
semakin
sulit.
– Bad
governance
dalam
prak@k
penganggaran
(20:
80
persen
rule?;
Dana
aspirasi
yang
cenderung
digunakan
utk
fisik).
Poli@k
penganggaran
yang
kurang
berpihak
pada
warga.
7. Problema
Implementasi
(daerah)?
• Daerah
belum
dihadapkan
pada
konsekwensi
atas
kegagalan
untuk
mencapai
target
SPM.
Kegagalan
mencapai
target
SPM
belum
terkait
langsung
dengan
penilaian
kinerja
daerah
dan
konsekwensinya?
– Incen@ves
dan
disincen@ve
belum
jelas
bagi
KDH
ataupun
bagi
daerah
• Daerah
umumnya
kurang
memiliki
kepercayaan
diri
untuk
melaksanakan
SPM.
– Kemampuan
fiskal
terbatas
dan
salah
memahami
bahwa
pelaksanaan
SPM
dapat
dilakukan
secara
bertahap
8. Problema
Implementasi
(substansi)
• Jumlah
SPM
cukup
banyak
(13)
,
cakupan
sangat
luas,
dan
standar
sangat
@nggi
• Cakupan
input,
proses,
output
– Tidak
ada
jaminan
bahwa
input
dan
proses
akan
menghasilkan
output
• Standar
terlalu
@nggi,
misal:
– Tersedia
SD/MI
dalam
jarak
maksimal
3
km,
SMP/MT
6
km
dr
permukiman
permanen
terpencil”
– Tersedianya
jalan
yang
menjamin
pengguna
jalan
berkendaraan
dengan
selamat
– Tersedianya
jalan
yang
menjamin
kendaraan
dapat
berjalan
dengan
selamat
dan
nyaman
9. Perbaikan
strategi
implementasi?
• Pelaksanaan
SPM
harus
bertahap
dan
mengacu
pada
prioritas
yang
jelas,
sesuai
dengan
kapasitas
daerah
dan
pemerintah
dalam
memfasilitasinya
– Kementrian
sektroal
menentukan
prioritas
SPM
– Orientasi
pada
pencapaian
output
– Penentuan
prioritas
berdasar
kemampuan
daerah
dan
pemerintah
memfasilitasinya
• Daerah
perlu
diperkuat
kepercayaan
dirinya
untuk
dapat
melaksanakan
SPM
– Pelaksanaan
SPM
sebaiknya
dimulai
dari
yang
mungkin
dan
ada
dalam
jangkauan
daerah,
bukan
dari
yang
seharusnya.
Keberhasilan
pencapaian
target
SPM
akan
meningkatkan
kepercayaan
diri
daerah
– Kaitkan
alokasi
DAK
dan
sumber-‐sumber
APBN
lainya
dengan
pelaksanaan
SPM
– Beri
penghargaan
dan
apresiasi
bagi
daerah
yang
sudah
memulai
dan
berhasil
melakukannya
10. Perbaikan
strategi
implementasi?
• Pelembagaan
SPM
kedalam
perencanaan
dan
evaluasi
kinerja
daerah.
Indikator
pencapaian
SPM
harus
menjadi
sasaran
perencanaan
pembangunan
daerah
(RPJMD).
– Evaluasi
dokumen
perencanaan
berbasis
pada
rencana
pencapaian
target
SPM.
– Evaluasi
kinerja
daerah
harus
mengacu
pada
evaluasi
keberhasilan
pencapaian
indikator
pencapaian
SPM
• Sosialisasi
indikator
pencapaian
SPM
kepada
para
pemangku
kepen@ngan
di
daerah
agar
ada
tekanan
pada
pencapaian
SPM
oleh
warga
dan
pemangku
kepen@ngan.
11. Review
substansi
SPM?
• Penentuan
prioritas
pencapaian
SPM
masing-‐
masing
sektor
• Pembuatan
roadmap
pencapaian
indikator
SPM
• Pemberian
diskresi
kepada
daerah
untuk
melakukan
adjustment
prioritas
sesuai
dengan
kondisi
dan
kebutuhan
daerah
• Review
SPM
secara
periodik
untuk
melakukan
penyesuaian
terhadap
dinamika
kebijakan
nasional,
kapasitas
pemerintah,
dan
aspirasi
masyarakat
12. Peningkatan
kapasitas
daerah
• Pengembangan
kapasitas
daerah
untuk
pelaksanaan
SPM.
Kementrian
memetakan
kapasitas
daerah
dalam
pelaksanaan
SPM
dan
mengalokasikan
DAK
berdasarkan
kesesuaian
antara
kebutuhan
daerah
dengan
prioritas
nasional
dalam
pencapaian
SPM.
• Penguatan
kapasitas
gubernur
sebagai
wakil
pemerintah
untuk
pelaksanaan
fungsi
Binwas
dalam
pelaksanaan
SPM.
Se@ap
kementrian
menganggarkan
dekonsentrasi
Binwas
kepada
gubernur
sebagai
wakil
pemerintah.