Dokumen tersebut membahas tentang bedah digestif dan urologi. Secara singkat, dibahas tentang penilaian pasien trauma abdomen, appendisitis akut, pankreatitis akut, dan illeus. Diagnosis didukung dengan pemeriksaan fisik, laboratorium, dan pencitraan seperti USG dan CT scan. Tatalaksananya meliputi tindakan konservatif maupun bedah.
3. Penilaian Pasien Trauma Abdomen
•Kecelakaan 🡪 kecepatan kendaraan, tipe tabrakan, jenis pengaman, ada tidaknya airbag, posisi
pasien di kendaraan, keadaan penumpang lainnya
•Jatuh dari ketinggian 🡪 jarak ketinggian
•Trauma penetrans 🡪 waktu terjadinya trauma, jenis senjata, jarak pasien dari pelaku, jumlah
tikaman/tembakan, perdarahan eksternal di TKP
Anamnesis
•Inspeksi 🡪 jejas, laserasi, luka tusuk, bagian usus/omentum yang keluar, status kehamilan
•Auskultasi 🡪 bising usus, darah bebas di peritoneum
•Perkusi dan palpasi 🡪 bila rangsang peritoneum positif maka tidak perlu dilakukan pemeriksaan
rebound tenderness
•Stabilitas pelvis 🡪 penekanan krista iliaka ke arah bawah medial (hanya boleh dilakukan 1x)
•Uretra, perineum, rectum 🡪 cedera uretra, ekimosis/ematom (tanda rupture uretra)
Pemeriksaan Fisik
4. •Colok dubur 🡪 memeriksa tonus sfingter dan integritas mukosa rectum,
posisi prostat (prostat letak tinggi = rupture uretra), mencari adanya darah
dari perforasi usus
•Pemeriksaan vagina dan gluteus
•Pemasangan NGT dan kateter urine
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
Diagnostic Peritoneal Lavage
(DPL)
Focused Assessment with
Sonography for Trauma (FAST)
CT Scan
Keuntungan Diagnosis dini, 98% sensitive,
dapat mendeteksi cedera usus,
tidak perlu transport pasien
Diagnosis dini, non invasive,
86-97% sensitive, dapat diulang,
tidak perlu transport pasien
Sangat spesifik untuk tipe
cedera, 92-98% sensitive,
non invasive
Kerugian • Invasif
• Spesifisitas rendah
• Tidak dapat mendeteksi
cedera diafragma dan
retroperitoneal
•Tergantung keahlian operator
•Terganggu udara usus dan
udara subkutan
•Tidak dapat mendeteksi cedera
diafragma/usus/pankreas
Biaya besar dan waktu lama,
tidak dapat mendeteksi
cedera
diafragma/usus/pancreas,
perlu transport pasien
5.
6. Trauma Lien
• Jejas dan nyeri pada abdomen kiri atas.
• Pada umumnya pasien dalam kondisi
berbagai tingkat hipovolemia.
• Tanda massa di perut kiri atas.
• Terdapat tanda peritonitis.
• Terdapat redup pada perkusi di area
traube
• Kehr sign 🡪 Nyeri alih pada bahu kiri
akibat adanya
• iritasi pada peritoneum yang melapisi
• permukaan bawah diafragma kiri
Trauma Hepar
•Jejas pada abdomen kanan
atas
•Tanda sistemik berupa
gejala hipovolemi, pucat,
oliguria, takikardi,
hipotensi.
•Tanda lokal : tanda-tanda
peritonitis
•Tanda khas 🡪 Boa’s sign
7. TRAUMA HOLLOW VISCOUS
• Kerusakan dapat berupa perforasi, kontusio, terlepasnya usus dari mesenterium
• Gejala umum : tanda peritonitis, illeus paralitik
• Dari x-foto didapatkan football sign, cupula sign dll
Kasus Pneumoperitoneum
8. •Pada ruptur organ berongga, lebih
lama terjadi peritonitis yaitu
muncul >24 jam
•Pada trauma organ padat
peritonitis muncul lebih cepat
yaitu < 8 jam
9. Akut Abdomen
Keadaan klinis akibat kegawatan di rongga perut yang baisanya timbul mendadak dengan
nyeri sebagai keluhan utama
Proses Patologis yang menyebabkan akut abdomen
10. Gambaran pemeriksaan fisik yang dapat dijumpai pada gawat abdomen
Keadaan Tanda Klinis Penting
Awal perforasi saluran cerna Perut tampak cekung (fase awal), tegang, bunyi usus menurun, pekak
hati hilang, nyeri tekan, defans muskuler
Peritonitis Penderita sedikit bergerak karena nyeri, bunyi usus hilang, nyeri batuk,
nyeri lepas, defans muscular, tanda infeksi umum
Massa infeksi/abses Nyeri pada massa, uji lokal (psoas sign) positif, tanda umum radang
Obstruksi usus Distensi perut, peristaltic meningkat, terdengar suara (borborygmi),
tidak ada rangsangan peritoneum
Ileus paralitik Distensi, bunyi peristaltic berkurang/hilang, tidak ada nyeri tekan lokal
Pada iskemia/strangulasi distensi tidak jelas, nyeri sangat hebat, nyeri
tekan kurang jelas
Perdarahan Pucat, syok, distensi, berdenyut (pada aneurisma aorta), cairan bebas
(pekak alih), anemia
11. Perforasi Saluran Cerna
•Nyeri awalnya terlokalisir 🡪 menyeluruh
saat terjadi peritonitis
•Nyeri tekan dan defans muscular
•Penurunan pekak hati (terdapat udara
bebas antara hati dan dinding abdominal
anterior)
•Bising usus menurun
Manifestasi Klinis
X-Foto Thorax 🡪 udara bebas subdiafragma
Pemeriksaan Penunjang
Double wall sign
12. Appendisitis Akut
• Merupakan inflamasi pada appendix vermiformis.
• Etiologi : obstruksi lumen appendix oleh hyperplasia limfoid,
fecalith, corpus alienum, dan neoplasma.
Gejala dan Tanda :
• Nyeri periumbilical yang 6-12 jam berpindah ke
kuadran kanan bawah, menetap dan bersifat
somatik.
• Demam
• Mual, muntah, anoreksia, obstipasi, dysuria.
• Lokasi : pinggang (pada lokasi retrocaecal), nyeri
suprapubic (letak pelvical), nyeri testikular.
(retroileal).
• Color dubur 🡪 nyeri tekan arah jam 9-12
13. Jenis Appendisitis
JENIS DESKRIPSI
Appendisitis akut simpel Inflamasi dan infeksi lokal pada appendix.
Appendisitis akut supuratif Infeksi yang meluas ke jaringan sekitar disertai
pus.
Appendisitis gangrenosa Iskemia pada vaskuler, dan menyebabkan
nekrosis appendiks.
Appendisitis perforasi Rupturnya appendix dan menyebabkan
keluarnya isi appendix, disertai tanda
peritonitis (defans muskuler)
Infiltrat appendicularis Appendisitis dengan imunitas baik sehingga
ada proses “walling off” dari omentum majus
15. Tanda
McBurney sign Nyeri tekan RLQ
Psoas sign Nyeri saat hiperekstensi panggul
Obturator sign Nyeri saat rotasi internal paha kanan
Rovsing sign Nyeri pada RLQ pada penekanan LLQ
Blumberg sign Nyeri lepas RLQ
Dunphy sign Nyeri pada RLQ saat batuk
• Perforasi appendiks 🡪 peritonitis, defans
muscular (+), bising usus turun
• Abses appendiks 🡪 teraba massa pada
region kanan bawah, fluktuasi (+)
Komplikasi
16. • Laboratorium (Leukositosis, shift to
the left)
• Pencitraan
o Awal 🡪 USG abdomen
o Rontgen BNO 🡪 visualisasi
appendicolith
o CT Scan
Pemeriksaan Penunjang
Awal 🡪 suportif
• Antiemetik
• Antibiotik pre operatif (Cefazolin 1-2
gr 1 jam pre op)
Definitif 🡪 Appendectomy
Tatalaksana
Gambaran USG pada appendiks normal (A) dan
appendisitis yang mengalami distensi dan
penebalan dinding (B)
17. X-Foto Abdomen
Left Lateral Decubitus
Decubitus Abdomen Sign
X-Foto Abdomen
Supine
Rigler sign
Kedua lapisan dinding
usus tampak jelas
Falciform Ligament Sign
18. Peritonitis
Peradangan pada peritoneum yang dapat disebabkan oleh bakteri atau reaksi kimiawi
• Akibat infeksi primer pada orang sehat tanpa ada riwayat
trauma/tindakan pembedahan
• Biasanya disebabkan staphylococcus
Etiologi
Peritonitis bacterial primer
Translokasi bakteri ke rongga peritoneum dari perforasi
saluran cerna/kontaminasi dari luar (trauma tembus)
Peritonitis bacterial sekunder
Terjadi jika infeksi masih ada setelah pasien mendapat terapi
infeksi untuk peritonitis bacterial sekunder
Peritonitis bacterial tersier
Pada pasien dengan penyakit kronis yang kritis (sirosis
hepatis dengan ascites)
Spontaneous bacterial
peritonitis
19. Gambaran X-Foto Polos Abdomen
• Hilangnya pre-peritoneal fat line.
• Hilangnya psoas line
• Gambaran pneumoperitoneum :
Cupula sign, dolphin sign, football sign
dll.
Cupula Sign
20. Hernia Abdominalis
• Epigastric hernia : daerah epigastric pada
garis midline.
• Hernia incisional : pada operasi
sebelumnya.
• Hernia umbilikalis : terjadi pada umbilkus.
• Hernia direkta = HIM
• Hernia Indirekta = HIL
• Hernia pantalon?
21. Hernia Inguinalis Lateralis
• Lokus Minoris : anulus inguinalis
internus/profundus.
• Dapat masuk ke skrotum 🡪 Hernia
scrotalis.
• HIL kongenital 🡪 Processus vaginal
persistent, berhubungan dengan
hydrocele.
• HIL akuisita : adanya peningkatan
tekanan intra-abdominal kronis.
Hernia Femoralis
• Terletak dibawah ligamentum
inguinalis.
• Lokus minoris pada anulus dan
canalis femoralis
22. • Lokus minoris : Trigonum Hesllbach
• Pada dewasa akibat peningkatan tekanan
intra-abdominal kronis : TB, batuk kronis,
push-up (militer).
Hernia Inguinalis Medialis
Finger test Ziemann Test Thumb Test
23. Tipe Hernia Definisi
Reponible Kantong hernia dapat dimasukan kembali ke dalam rongga peritoneum secara manual
atau spontan
Irreponible Kantong hernia tidak adapat masuk kembali ke rongga peritoneum
Inkarserata Obstruksi dari pasase usus halus yang terdapat di dalam kantong hernia
Strangulata Obstruksi dari pasase usus dan obstruksi vaskular dari kantong hernia 🡪 tanda-tanda
iskemik usus: bengkak, nyeri, merah, demam
Jenis Hernia
TATALAKSANA
• Non Bedah : atasi factor resiko, analgetik bila nyeri.
• Bedah :
• Hernioraphy, herniotomy, hernioplasty.
• Reponibilis dan ireponibilis 🡪 non cito
• Inkarserata dan strangulate 🡪 Cito (emergensi)
24. Illeus
• Ileus obstruksi 🡪 Adanya sumbatan mekanik yang disebabkan karena adanya kelainan
struktural sehingga menghalangi gerak peristaltik usus.
• Ileus paralitik 🡪 Kelainan fungsional atau terjadinya paralisis gerak peristaltik usus
Illeus Obstruktif Ileus Paralitik
Nyeri abdomen kolik, mual, muntah dan obstipasi. Mual, muntah, distensi abdomen, obstipasi.
• Distensi abdomen
• Hiperperistaltik
• Metallic sound
• RT : Ampula rekti kolaps
• Tanda dehidrasi
• Abdominal distention
• Silent abdomen
• Perkusi timpani
• RT : ampula rekti intak
• Tanda dehidrasi
X-ray : dilatasi usus dengan air fluid level, tidak ada
udara pada bagian distal usus.
Dilatasi diffuse pada usus
27. Pankreatitis Akut
Peradangan pancreas 🡪 menyebabkan aktivasi enzim pankreas
• Obstruksi mekanik ampula (batu empedu(
• Konsumsi alcohol
• Trauma
• Metabolik (hipertrigliserida, DM)
• Toksin, infeksi
• Kelainan kongenital
• Penyakit vaskular
Etiologi
• Nyeri epigastrium, dapat menjalar ke
punggung
• Mual muntah
• Demam
Manifestasi Klinis
• Grey Turner sign 🡪 lesi hemoragik pada
region flank; menandakan katabolisme
hemoglobin
• Cullen’s sign 🡪 lesi hemoragik pada
umbilicus; menandakan hemoperitoneum
Tanda nekrosis pancreas berat
28. Grey Turner’s sign
Cullen’s sign
• Peningkatan amylase lipase
• Pencitraan
Pemeriksaan Penunjang
Rontgen abdomen
Rontgen paru
USG abdomen
CT Scan abdomen
dengan kontras
Ileus lokal
Efusi pleura, elevasi hemidiafragma
Pembesaran pancreas difus dan hipoekoik
Pembesaran pancreas dengan enhancement
Penegakkan diagnosis (minimal 2 dari 3)
• Nyeri perut persisten, area epigastrium menjalar ke punggung
• Peningkatan serum lipase atau amylase >=3 kali batas normal
• Temuan pencitraan (CT, MRI, USG)
29. Tatalaksana
• Resusitasi cairan (awal 15-20 ml/kg IV kristaloid, rumatan 2-3 ml/kg/jam)
• Analgesik
• Nothing per oral
• Diet rendah lemak
o Pankreatitis akut ringan (tanpa komplikasi) 🡪 per oral jika nyeri perut
menghilang
o Pankreatitis akut sedang-berat 🡪 per enteral setelah 2-3 hari rawat inap
Awal
• Endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP) 24-48
jam sejak dirawat
• Kolesistektomi
Pankreatitis akibat
batu empedu
Pankreatitis akibat
hipertrigliseridemia
Insulin (bila terdapat DM), heparin, plasmapharesis
30. Patogenesis •Degenerasi sel ganglion
(aganglionosis) akibat inflamasi
pleksus myenterikus dinding
esophagus
•Hilangnya kemampuan relaksasi LES
Akalasia
Penyempitan lower esophageal sphincter (LES)
Manifestasi
Klinis
•Kesulitan menelan progresif (awalnya
makanan padat 🡪 lunak 🡪 cairan)
•Regurgitasi makanan
•Nyeri retrosternal seperti dibakar
•Cegukan
•Penurunan berat badan
31. Pemeriksaan Penunjang
Aperistaltis pada 2/3 distal esophagus dengan relaksasi LES
yang tidak sempurna
Manometri Esofagus (terbaik)
Barium swallow
Bird beak appearance
Tatalaksana
• Pembedahan 🡪 definitive
Dilatasi pneumatic, Myotomi Heller
• Alternatif
o Injeksi botulinum toxin
o ISDN 5 mg 10-15 menit sebelum makan
34. Kolesistitis Akut
Etiologi
•Batu kandung empedu di duktus sistikus 🡪
stasis cairan empedu
•Infeksi bakteri 🡪 E.coli, S.faecalis, Klebsiella
Reaksi inflamasi akut dinding kandung empedu dengan atau tanpa adanya batu, disertai
keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan, demam
Manifestasi Klinis
•Nyeri perut kanan atas, bersifat kolik atau terus
menerus
•Mual, muntah, demam
•Murphy sign (+)
Pemeriksaan Penunjang
•Leukositosis, Peningkatan SGOT SGPT Alkali
fosfatase, peningkatan serum amylase
•USG 🡪 penebalan dinding kandung empedu
Tatalaksana
•Dekompresi lambung, puasa, infus untuk terapi
cairan, antibiotic
•Kolesistektomi segera bila tidak membaik
setelah 2x24 jam
35. Pemeriksaan Pencitraan
Hematologi
Indikator Pre-hepatic Hepatik Post-Hepatik
Peningkatan bilirubin Indirek Indirek & Direk Direk
Serum bilirubin Positif indirek Bifasik Positif direk
Urin
Bilirubin direk
Urobilinogen
Garam bilus
(-)
(+++)
(-)
(++)
(+)
(+)
(+++)
(-)
(++)
Warna feses Normal Lebih terang Dempul
AST & ALT Normal Sangat tinggi Meningkat
ALP Normal Meningkat 2-3x Meningkat 10-12x
36. Inflammatory Bowel Disease
Istilah yang digunakan untuk menggambarkan 2 kondisi inflamasi pada usus, yaitu
Crohn disease Colitis Ulserativa
Lokasi inflamasi Ileocaecal Rektum
Progresi Skip lesions Kontinyu ke arah proksimal
Kedalaman Transmural (seluruh lapisan) Submukosa
Gejala Diare berdarah, nyeri kolik Diare berdarah, nyeri kolik
Komplikasi Fistula Toksik megacolon
Barium X-ray String sign Lead pipe colon
Endoskopi Cobble stone Pseudopolip
Histopatologi Abses kripta (+) Abses kripta (+)
37. • Ditemukan lebih sering pada Crohn
disease
• Nodul kemerahan nyeri diameter 1-5 cm
pada ekstemitas
Manifestasi Ekstraintestinal
Eritema nodosum
• Ditemukan lebih sering pada Colitis
ulserativa
• Pustul meyebar konsentris, dapat
membentuk ulkus, tepi pucat disertai
eritema kulit sekitar
Pioderma gangrenosum
Crohn disease
Cobble stone
Colitis ulserativa
Pseudopolip
Lead pipe
String sign
39. Manifestasi Klinis
Karsinoma Kolon
kanan
Karsinoma Kolon
Kiri
Pola BAB Lambat akibat
lumen lebih besar,
bentuk tumor tidak
sirkuler, konsistensi
feses cair
Konstipasi
Perdarahan Perdarahan
sedikit-sedikit
(occult bleeding)
Perdarahan
makroskopik
Nyeri Nyeri dari daerah
epigastrium
Nyeri berada di
bawah umbilikus
40. • Keadaan tumor 🡪 ekstensi lesi pada
dinding rectum serta letak bagian
terendah terhadap cincin anorektal,
cervix uteri, bagian atas kelenjar prostat
atau ujung os coccyges
• Mobilitas tumor
Pemeriksaan colok dubur
• Sigmoidoskopi (tumor terletak di
rektosigmoid) atau kolonoskopi total
• Barium enema dengan kontras ganda
• CT colonography
Pemeriksaan penunjang
• Terapi bedah 🡪 modalitas utama untuk
kanker stadium dini dengan tujuan kuratif
• Kemoterapi 🡪 sebagai terapi adjuvant,
neoadjuvan, atau paliatif
• Radioterapi 🡪 dapat dilakukan pada
tumor yang resectable maupun yang tidak
• Terapi biologis (targeted therapy)
dengan Ab monoklonal
Tatalaksana
41. HEMORRHOID
HEMORRHOID INTERNA
• Diatas linea dentata
(endoderm)
• Ditutup epitel simplex.
• Jarang menyebabkan
nyeri.
• Keluhan darah menetes
(tissue toilet bleeding)
HEMORRHOID EXTERNA
• Dibawah linea dentata
(ektododerm)
• Tertutup oleh kulit
• Sering menyebabkan
nyeri.
Cara membedakan paling mudah adalah dengan rasa nyeri
dan jaringan yang keluar (kulit atau mukosa)
45. Kasus 1
•Seorang pria usia 30 tahun datang ke dokter dengan keluhan muncul
benjolan pada lipat paha kanan hingga ke buah pelir. Awalnya
benjolan hanya berada di lipat paha dan dapat masuk kembali, namun
saat ini tidak dapat masuk kembali. Keluhan mual, muntah, nyeri
disangkal.
•Pemeriksaan fisik didapatkan TTV dalam batas normal, terdapat
benjolan pada skrotum, tidak dapat dimasukkan kembali.
46. Diskusi Kasus
a. Hubungan anamnesis dan pemeriksaan fisik thd kemungkinan kasus
pasien
b. Pemeriksaan Fisik tambahan yang khas
c. Diagnosis dan Diagnosis banding
d. Jelaskan perbedaan 4 tahanap penyakit (d)
e. Tatalaksana
48. Anamnesis Urologi
Nyeri
Nyeri ginjal • Akibat regangan kapsul ginjal
• Dapat terjadi akibat pielonefritis akut yang menimbulkan edema, obstruksi
saluran kemih yang menyebabkan hidronefrosis
Nyeri kolik • Akibat spasme otot polos ureter karena gerakan peristaltiknya terhambat
oleh batu, bekuan darah, atau benda asing lain
• Nyeri sangat sakit, hilang timbul sesuai dengan gerakan peristaltic ureter
• Pertama dirasakan di sudut kostovertebra kemudian menjalar ke dinding
depan abdomen, region inguinal, hingga kemaluan
Nyeri vesika • Akibat overdistensi buli-buli yang mengalami retensi urine/terdapat inflamasi
• Nyeri muncul ketika buli-buli terisi penuh, berkurang setelah miksi
49. Nyeri prostat • Akibat inflamasi yang menyebabkan edema kelenjar prostat dan
distensi kapsul prostat
• Umumnya dirasakan di abdomen bawah, inguinal, perineal,
lumbosacral, atau nyeri rectum
Nyeri testis/epididimis • Dapat disebabkan oleh torsio testis, epididymitis/orkitis akut,
atau trauma pada testis
Nyeri penis • Referred pain dari inflamasi pada mukosa buli-buli atau uretra
(terutama dirasakan pada meatus uretra eksternum)
50. Keluhan Miksi
Anuria Tidak ada produksi atau ekskresi urin di ginjal
Oliguria Sekresi jumlah urin berkurang (<400 ml/24 jam pada dewasa; <1 ml/kg/hari pada
bayil 0.5 ml/kg/hari pada anak)
Poliuri Sekresi urin meningkat >400 cc/kg/24 jam
Polakisuria Frekuensi miksi meningkat, (interval antar 2x miksi kurang dari 2 jam)
Disuria Nyeri/rasa tidak nyaman saat miksi
Disebabkan oleh infeksi mukosa uretra
Urgency Miksi yang tidak dapat ditunda
Hesitansi Awal keluarnya urine menjadi lebih lama dan seringkali pasien harus mengejan untuk
mulai miksi
Intermitensi Pada pertengahan miksi tiba-tiba berhenti dan kemudian memancar lagi
Retensi Urin tertimbun dalam buli-buli akibat ketidakmampuan mengosongkan buli-buli
51. Pemeriksaan Fisik Urologi
Pemeriksaan Ginjal • Palpasi ginjal 🡪 tangan kiri diletakkan di sudut costovertebra untuk
mengangkat ginjal ke atas, tangan kanan meraba ginjal dari depan
• Perkusi ginjal 🡪 pada sudut kostovertebra
Pemeriksaan
buli-buli
• Menilai benjolan/massa atau jaringan parut bekas irisan/operasi di
suprasimfisis
• Perkusi untuk menentukan batas atas buli-buli
Pemeriksaan
genitalia eksterna
Menilai adanya kelainan pada penis/uretra
52. Pemeriksaan
skrotum/lainnya
• Ada tidaknya pembesaran skrotum, nyeri saat diraba, hypoplasia kulit
skrotum
• Pemeriksaan transiluminasi 🡪 membedakan massa padat dan massa
kistik yang terdapat pada isi skrotum
• Pemeriksaan dilakukan di tempat gelap dan skrotum disinari cahaya
terang 🡪 bila isi skrotum menerawang = berisi cairan (transiluminasi
positif)
Pemeriksaan
colok dubur
• Menilai tonus sfingter ani dan reflex bulbo-cavernosus, massa di
lumen rectum, keadaan prostat
• Refleks bulbo-kavernosus 🡪 merasakan adanya reflex jepitan pada
sfingter ani pada jari akibat rangsangan nyeri yang kita berikan pada
glans penis atau klitoris
53. Trauma Ginjal
• Dapat disebabkan trauma langsung/tidak langsung (deselerasi); trauma tajam/tumpul
• Diagnosis
o Riwayat trauma
o Jejas daerah pinggang, punggung, dada bawah + rasa nyeri
o Hematuria
o Assessmen ada tidaknya fraktur costa, syok, cedera organ lain
• Pemeriksaan Penunjang
o Pemeriksaan laboratorium 🡪 darah lengkap, urinalisis, kreatinin
o USG FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma) 🡪non invasif
o Gold standard 🡪 CT Scan dengan kontras
o Bila tidak ada CT Scan dapat dilakukan IVP
Indikasi imaging:
o Hematuria
o Hipotensi
o Trauma penetrasi/rapid deceleration injury
o Kontusio area pinggang
o Fraktur costa bawah/vertebra torakolumbal
54. Derajat Jenis Deskripsi
I Kontusio Mikroskopis/gross hematuria
Hematom Subcapsular, tanpa laserasi parenkim
II Hematom Hematom perirenal – retroperitoneum
Laserasi <1 cm korteks renal, tanpa ekstravasasi urine
III Laserasi > 1 cm korteks renal, tanpa rupture/ekstravasasi duktus kolektivus
IV Laserasi Laserasi parenkim meluas ke korteks, medulla, duktus kolektivus
Vascular Injuri vena/arteri renalis
V Laserasi Ruptur total
Vascular Avulsi hilum renal; devaskularisasi renal
American Association for the Surgery of Trauma (AAST)
55. Erlich, T., & Kitrey, N. D. (2018). Renal trauma: the current best practice. Therapeutic advances in urology, 10(10), 295–303.
USG FAST
CT Scan dengan kontras; Grade 1 & 2
58. Ruptur uretra
Uretra Anterior Uretra Posterior
• Akibat straddle injury dan instrumentasi
urologi (pemasangan kateter)
• Hematoma perineal (Butterfly hematom)
Robekan fascia Buck hingga fascia colles 🡪
ekstravasasi darah
• Akibat trauma tumpul, fraktur pelvis
• Floating prostat (prostat letak tinggi) pada
colok dubur
Klinis : riwayat trauma tidak bisa kencing, nyeri perut bawah,
darah menetes dari uretra, jejas pada area suprapubik
Kupu-kupu 🡪 terbang 🡪 Arahnya ke depan (anterior)
Floating 🡪 berenang gaya dada 🡪 Arahnya ke belakang
59. Pemeriksaan penunjang : Retrograde Uretrography
Tatalaksana
• Simptomatik
• Retensi urin 🡪 sistostomi suprapubik (kontraindikasi pemasangan kateter!)
• RUJUK 🡪 tindakan bedah terutama pada rupture uretra posterior + cedera pelvis
(Koreksi uretra ditunda hingga cedera pelvis teratasi)
Ruptur uretra anterior Ruptur uretra posterior
Sjamsuhidajat R, Prasetyono TO, Rudiman R, et al. 2017. Buku Ajar Ilmu Bedah Vol. 1-3. Edisi 4. Jakarta : EGC
60. Striktur Uretra
Penyempitan atau penyumbatan lumen uretra akibat pembentukan jaringan fibrotic (parut) pada
uretra atau daerah periuretra 🡪 pada tingkat lanjut dapat menyebabkan fibrosus korpus spongiosum
•Infeksi 🡪 paling sering gonokokus
•Trauma 🡪 straddle injury, fraktur tulang
pelvis, tindakan transuretra yang tidak
hati hati
Etiologi
•Sulit kencing, pancaran bercabang
•Meatus uretra eksterna sempit
•Teraba jaringan parut sepanjang uretra
anterior
•Dapat timbul nanah pada ventral penis
Manifestasi Klinis
•Uroflowmetri 🡪 mengetahui pola pancaran urin
(normal 20 ml/detik) bila < 10 ml/detik
menunjukkan adanya obstruksi
•Uretrografi 🡪 melihat letak penyempitan
•Uretroskopi 🡪 melihat pembuntuan uretra secara
langsung
Pemeriksaan Penunjang
•Retensi urin 🡪 sistosomi suprapubik
•Businasi (dilatasi dengan busi logam)
•Uretrotomi interna (memotong jaringan sikatriks)
Tatalaksana
63. Lokasi Batu Gambaran Khas
Nephrolithiasis Nyeri di regio flank, nyeri ketok costovertebrae, masa ginjal bila hidronefrosis.
Ureterolthiasis Nyeri pinggang dan menjalar hingga :
• Ureter proximal 🡪 pinggang-pusar 🡪 T10
• Ureter media 🡪 medial paha, inguinal, skrotum (L1-3)
• Ureter distal 🡪 ujung penis (S2-S3) diserati dysuria.
Vesikolithiasis • Gejala iritatif (frekuensi, urgensi, nokturia)
• Miksi tiba-tiba berhenti dan membaik Ketika berubah posisi tubuh.
• Pada pria sering menarik-narik penisnya, pada perempuan sering
menggosok-gosok vulva.
Urethrolithiasis • Miksi tiba-tiba berhenti dan menjadi lancer Kembali dengan perubahan
posisi tubuh.
• Teraba benjolan keras di penis (anterior)
• Nyeri perineum dan rectum (urethra posterior)
64. JENIS BATU RADIO-OPASITAS
Kalsium Opak
Magnesium amonium
fosfat
Semiopak
Urat/sistin Non opak (radiolusen)
Batu asam urat dapat dievaluasi
dengan CT-Scan non kontras
BATU STAGHORN
• Disebabkan oleh batu struvit.
• Berbentuk seperti
pelvic-calyx.
65. PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Sedimen urin : Kristal pembentuk batu
• X-foto polos abdomen 🡪 gambaran
radioopaque yang terletak
disepanjang traktur urinarius
• IVU (pielografi intravena)
• USG 🡪 ada gambaran echoic shadow
dan untuk batu asam urat. Untuk ibu
hamil.
• Pemeriksaan fungsi ginjal
• CT-Scan tanpa kontras merupakan
gold-standard.
66. TATALAKSANA
• Indikasi : Obstruksi, infeksi, atau diangkat karena ada indikasi sosial.
MEDIKAMENTOSA
Batu ukuran <5mm dan
diharapkan dapat keluar
secara spontan
NSAID, diuretik dan minum
banyak!
ESWL
(EXTRACORPOREAL SHOCKWAVE
LITHOTRIPSY)
Memakai gelombang kejut dan
ditujukan untuk menghancurkan
batu dan dikeluarkan melalui aliran
kencing
Endourologi dan Bedah
Laparoskopi
1. PNL
2. Litotripsi
3. Ureteroskopi
4. Uretero-renoskopi
69. Benign Prostat Hiperplasia
Lokasi Tersering
CaPe (Ca Perifer)
BT (BPH Transisional)
OBSTRUKTIF IRITATIF
Hesitansi Frekuensi
Intermitensi Urgensi
Strain Nokturia
TErminal dribbling Inkontinensia
Rest urine
• BPH : ukuran prostat > 3cm, teraba kenyal, simetris, hilangnya
sulcus prostat, terdapat gejala LUTS.
• Carcinoma : keras, berbenjol-benjol, asimetris,nodul. Metastasis
tersering ke tulang.
• Prostatitis : teraba nyeri, didahului ISK (E.coli) atau sindroma duh
tubuh (N. gonorrhea)
70. Pemeriksaan Penunjang
• Prostat Spesifik Antigen (PSA) : digunakan untuk monitor laju pertumbuhan prostat,
spesifik ke prostat tapi tidak spesifik ke kanker. Normal : <4ng /mL
• Flowmetri 🡪 Qmax turun hingga <15 cc
• Kateter : menilai volume residual
• Transabdominal ultrasonography (TAUS)🡪 menilai volume prostat.
Indentasi caudal buli
(Kalau filling defect 🡪 Ca buli) Fish hook appearance
71. Derajat BPH, Dibedakan menjadi 4 Stadium :
Berdasarkan IPSS :
• Mild (1-7) : watchful waiting 🡪 evaluasi berkala pada 3,6, dan 12 bulan
kemudian dilanjutkan 1 kali per tahun.
• Moderate (8-19) : farmakologi (dimulai dari monoterapi)
• Gejala berat (20-35) : kombinasi alpha-1 blocker + 5-ARI
72. Golongan Mekanisme Kerja Contoh Keterangan
Alpha-1
blocker
Blokade a-1 adrenoreceptor
bertujuan menghambat kontraksi
otot polos prostat
Terazosin, doksazosin,
alfuzosin, tamsulosin
Rekomendasi pada kasus BPH
gejala sedang-berat. Efek
samping hipotensi cukup besar.
Dapat terjadi ejakukasi
retrograde.
5-alpha
reductase
inhibitor
Induksi apoptosis epitel prostat
sehingga mengecilkan ukuran
prostat.
Finasteride : untuk
ukuran > 40 ml ukuran
prostat.
Dutasteride : untuk
>30 ml
Kasus sedang dan berat dan
prostat yang membesar.
E.S : disfungsi ereksi, libido
menurun, ginekomastia.
Antagonis
reseptor
muskarinik
Mengurangi kontraksi otot polos
kandung kemih
Solifenacine,
propiverine,
fesoterodine fumarat
Dipilih untuk keluhan storage
yang menonjol. Dipakai jika alpha
bloker tidak efektif.
PDE-5
Inhibitor
Mengurangi tonus otot polos
detrusor, prostat dan urethra.
Tadalafil (dipakai),
sildenafil (Viagra)
Efektif untuk pria muda, IMT
rendah, dengan gejala LUTS berat
73. Varikokel adalah dilatasi abnormal dari vena pada pleksus pampiniformis akibat gangguan
aliran darah balik vena spermatika.
Kebanyakan asimptomatik, apabila bergejala :
• Nyeri skrotum, memberat saat berdiri berkurang saat berbaring.
• Atrofi testis
• Akibat apoptosis dari sel germinal akibat suhu yang tinggi.
• Infertilitas
• Grade 1 : varikokele hanya dapat
di palpasi saat manuver valsava.
• Grade 2 : dapat teraba tanpa
valsava manuver.
• Terlihat dengan mata telanjang.
Terapi : palomo method
74. Hidrocele
• Penumpukan cairan yang berlebihan akibat kegagalan
obliterasi processus vaginalis.
• Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang
tidak nyeri.
• PF :
– adanya benjolan di kantong skrotum dengan
konsistensi kistik
– Transiluminasi (+)
• Indikasi Operasi :
– hidrokel yang besar sehingga dapat menekan
pembuluh darah,
– indikasi kosmetik,
– hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan
mengganggu aktivitas sehari-hari. Test transiluminasi
Gangguan proc. vaginalis
75. Spermatocele
• Masa kista yang merupakan akumulasi sel sperma yang muncul pada caput epididymis,
sering asimptomatik dan berhubungan dergan vasektomi.
• Pemeriksaan : painless, mobile, konsistensi kistik dan lokasi tersering pada
posterosuperior.
Spermatocele dan Hydrocele memberikan tes
transiluminasi positif. Untuk membedakanya pada
aspirasi cairan di spermatocele didapatkan adanya sel
sperma dari aspirat
76. Kriptokidismus (UDT)
Kelainan kongenital dimana salah satu atau kedua testis tidak berada pada kantung
skrotum namun berada pada jalur turunya testi dari perut ke skrotum
77. Kelainan disebabkan oleh adanya defek sekresi androgen pada prenatal baik sekunder yang
disebabkan oleh stimulasi gonadotropin hipofisis, maupun rendahnya produksi gonadotropin
plasenta.
TATALAKSANA
• Tidak perlu dilakukan terapi hormonal untuk menurunkan
testis.
• Dapat dilakukan terapi hormonal apabila bilateral. Saat ini
terapi hormonal tidak dianjurkan.
• Jika tidak turun spontan dalam 6 bulan, Tindakan operasi
dilakukan umur <12 bulan.
• Apabila tidak teraba 🡪 explorasi abdominal 🡪 orkhidopeksi
abdominal.
• Orkidopeksi segera memberikan keuntungan pada masa
dewasa.
78.
79. TANDA DAN GEJALA
• Nyeri hebat, mendadak pada testis terutama
saat beraktivitas.
• Pembengkakan skrotum
• Testis terletak lebih tinggi daripada posisi
biasanya
• Reflex cremaster (-)
• Jika nyeri perlahan berkurang 🡪 sudah
terjadi nekrosis
• Phren sign (-)
• Blue dot sign (lebih banyak ditemukan pada
kasus torsio appendix testis) 🡪 iskemik atau
bahkan necrosis
Blue dot sign
80. Bell clapper deformity
• Testis tidak menempel
sempurna pada tunika
vaginalis.
• Testis bergantung bebas,
ditandai dengan posisinya
lebih horizontal
• Salah satu penyebab
torsio testis.
• Epididimo-orchitis
phren sign (+),
namun tidak
mutlak.
• Didahului oleh
parotitis atau IMS
81. • Detorsi manual hanya boleh
dilakukan apabila terdapat doppler
ultrasound dan <6 jam.
• Onset < 6 jam 🡪 Orchidopexy
• Onset > 6 jam 🡪 orchidectomy
82.
83. RINGKASAN KELAINAN GENITAL PRIA
Varicocele Torsio Testis Orchitis Hidrokel UDT
Gejala khas Infertilitas Nyeri hebat
mendadak saat
aktivitas
Nyeri muncul
perlahan,
demam dan
tanda rang (+)
Pembesaran
skrotum
Salah satu
skrotum hilang
PF Kantung cacing Phren sign (-),
cremaster reflex (-)
Phren sign (+) Transiluminasi
(+)
Salah satu
scrotum kosong
Etiologi Varises pleksus
pempiniformis
• Bell clapper
deformity
• Aktivitas >>
Mumps, IMS Kegagalan
obliterasi proc.
vaginalis
Gangguan
hormonal
sebabkan
gangguan
gibernakulum
84. Priapismus
Priapismus adalah keadaan dimana penis terus
dalam posisi ereksi, dan tak berhubungan
dengan stimulasi seksual (lebih dari 4 jam).
Jenis Tanda dan Gejala Etiologi
Ischemic
(low flow)
Nyeri dan rigid erection, iskemia pada
badan penis.
Hemoglobinopati, sickle cell anemia,
thalassemia, dan kondisi hiperkoagulasi .
(tidak disebabkan trauma)
Non-Ischemic
(high flow)
Nyeri ringan, rigid minimal, aliran darah
cukup dan teroksigenasi paling baik.
Disebabkan akibat adanya trauma tumpul,
akibat straddle injury paling sering terjadi.
86. Fimosis dan Parafimosis
FIMOSIS PARAFIMOSIS
Gambaran Klinis Preputium tidak dapat ditarik ke
belakang, mengembung saat
kencing
Preputium terperangkap di
belakang penis, nyeri
bahkan sampai nekrotik
Komplikasi ISK berulang, prostatitis, balanitis
xerotica, balanoposthitis.
Nekrosis penis.
Tatalaksana • Steroid topical 1-2 bulan.
• Sirkumsisi
• Mengembalikan secara
manual.
• Dorsumsisi
87. Hipospadia dan Epispadia
EPISPADIA
OUE berada di dorsum penis atau
urethra tidak berbentuk tabung tetapi
terbuka. Terdapat 3 jenis :
1. Lubang urethra berada di puncak
kepala penis.
2. Seluruh urethra terbuka di sepanjang
penis.
3. Seluruh urethra terbuka dan kandung
kemih terdapat di dinding perut.
HIPOSPADIA
OUE berada di ventral penis dengan trias
hipospadia :
• Ektopik meatus urethra
• Preputium inkomplit (dorsal hood)
• Chordee (curvature)
89. Kasus 1
•Anamnesis: Seorang anak laki-laki usia 15 tahun dibawa ke IGD karena
mengeluh nyeri pada buah zakar kanan sejak 3 jam lalu serta mual
dan muntah muntah. Pasien awalnya sedang bermain voli bersama
teman-teman dan terkena bola pada area kemaluan.
•TTV: TD 120/80, N 105x/m, RR 22x/m, t 36.8’C.
•Pemeriksaan status lokalis pada skrotum ditemukan nyeri sentuh,
Nyeri saat testis kanan diangkat, dan posisi testis melintang lebih
tinggi dari testis kiri.
90. Diskusi Kasus
a. Hubungan anamnesis dan pemeriksaan fisik thd kemungkinan kasus
pasien
b. Pemeriksaan Penunjang?
c. Diagnosis dan Diagnosis banding
d. Tatalaksana
91. Kasus 2
•Anamnesis: Seorang pria usia 35 tahun datang ke IGD pasca
kecelakaan 3 jam yang lalu. Pasien mengeluhkan tidak bisa BAK sejak
3 jam dan hanya keluar darah dari penis. Pasien menyampaikan
bahwa bagian kemaluan sempat terbentur saat kecelakaan
•Pemeriksaan tanda vital TD 140/90, nadi 90x, RR 20x.
•Pemeriksaan fisik tampak hematom di perineum. Meatal bleeding (+),
floating prostat (-)
92. Diskusi Kasus
a. Hubungan anamnesis dan pemeriksaan fisik thd kemungkinan kasus
pasien
b. Pemeriksaan Penunjang?
c. Diagnosis dan Diagnosis banding
d. Tatalaksana