Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Pembelajaran IPA SD
1. JAWABAN TUGAS TUTORIAL 3
PEMBELAJARAN IPA DI SD
Nama : Ayu Imtyas Rusdiansyah
NIM : 858745338
Kelas : 2B
1. Pembelajaran sains terintegrasi adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang
menghubungkan konsep-konsep dalam ilmu pengetahuan untuk memberikan pengalaman
belajar yang bermakna kepada anak didik. Pembelajaran terintegrasi efektif ketika
berfokus pada tema atau topik yang relevan dengan kehidupan sehari-hari anak didik.
Pembelajaran sains terintegrasi juga menekankan keterlibatan aktif anak didik dalam
proses pembelajaran, menempatkannya pada posisi sentral. Anak didik secara aktif terlibat
dalam proses belajar dan sesuai dengan tahap perkembangan mereka.
Dalam pembelajaran sains terintegrasi, guru berperan sebagai fasilitator yang membantu
anak didik membuat koneksi antara konsep-konsep sains, memberikan bimbingan dalam
penggunaan alat dan teknik ilmiah, dan mendorong refleksi dan diskusi kritis.
Pembelajaran sains terintegrasi menciptakan pengalaman belajar yang holistik, menarik,
dan relevan bagi anak didik.
2. Ciri-ciri karakteristik pembelajaran terpadu, yakni.
a. Bersifat holistik: Pembelajaran terpadu melibatkan pengintegrasian berbagai topik
materi atau bidang studi dalam pembelajaran.
b. Berpusat pada anak didik: Dalam pembelajaran terpadu, siswa ditempatkan sebagai
pusat dari proses pembelajaran. Guru berperan sebagai fasilitator yang membantu
siswa dalam memperoleh pengalaman langsung dan membangun pemahaman mereka
sendiri.
c. Tidak jelasnya pemisahan topik materi atau bidang studi: Dalam pembelajaran
terpadu, batasan antara topik materi atau bidang studi menjadi kurang jelas.
Pembelajaran terpadu menyajikan konsep-konsep dari berbagai topik materi atau
bidang studi dalam konteks yang lebih luas dan terintegrasi.
d. Mendorong perkembangan anak sesuai minat dan kebutuhan: Pembelajaran terpadu
tidak hanya berfokus pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan akademik,
tetapi juga memperhatikan perkembangan keseluruhan anak, termasuk minat dan
kebutuhan mereka.
3. Kelebihan pembelajaran terpadu :
a. Relevansi dan kebermaknaan: Pembelajaran terpadu memastikan bahwa pengalaman
dan kegiatan belajar siswa selalu relevan dengan tingkat perkembangan mereka.
b. Pengembangan keterampilan sosial: Melalui pembelajaran terpadu, siswa dapat
mengembangkan keterampilan sosial mereka.
Kelemahan pembelajaran terpadu :
a. Kesulitan dalam evaluasi: Salah satu kelemahan pembelajaran terpadu adalah
kesulitan dalam melaksanakan evaluasi materi yang disampaikan. Karena materi
pembelajaran terintegrasi dari berbagai bidang studi, mengukur pemahaman dan
kemampuan siswa secara terpisah untuk setiap bidang studi menjadi lebih rumit.
2. b. Kurang efektif dalam pengembangan kemampuan dan keterampilan: Meskipun
pembelajaran terpadu dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna,
terkadang mungkin kurang efektif dalam mengembangkan kemampuan dan
keterampilan tertentu secara mendalam.
c. Tuntutan pada guru: Pembelajaran terpadu menuntut guru untuk memiliki pemahaman
yang mendalam tentang berbagai bidang studi dan kemampuan untuk
mengintegrasikan materi dengan baik.
4. Proses pembelajaran yang berpusat pada siswa memiliki beberapa kelebihan. Berikut
adalah beberapa di antaranya.
a. Motivasi yang lebih tinggi: Pembelajaran yang berpusat pada siswa dapat
meningkatkan motivasi siswa karena mereka aktif terlibat dalam proses pembelajaran.
Mereka memiliki kebebasan untuk mengambil inisiatif, mengeksplorasi minat mereka
sendiri, dan terlibat dalam pembelajaran yang relevan dengan kehidupan mereka. Hal
ini dapat membangkitkan minat mereka dan memotivasi mereka untuk belajar dengan
lebih baik.
b. Pengalaman belajar yang lebih menyenangkan: Dalam pembelajaran berpusat pada
siswa, siswa lebih banyak terlibat dalam kegiatan kolaboratif, eksplorasi, dan proyek
yang menarik. Mereka dapat belajar melalui pengalaman langsung dan interaksi
dengan teman sekelas mereka. Hal ini menciptakan suasana pembelajaran yang lebih
menyenangkan dan menarik bagi siswa.
c. Pengembangan keterampilan abad ke-21: Dalam pendekatan berpusat pada siswa,
siswa diajak untuk mengembangkan keterampilan abad ke-21 seperti pemecahan
masalah, kreativitas, kerja tim, komunikasi, dan pemikiran kritis. Mereka dilatih untuk
menjadi pemikir mandiri yang mampu menghadapi tantangan dunia nyata.
Namun, ada juga beberapa kelemahan dalam proses pembelajaran yang berpusat pada
siswa. Berikut adalah beberapa contoh.
a. Waktu yang diperlukan: Pembelajaran yang berpusat pada siswa membutuhkan waktu
yang lebih lama dibandingkan dengan metode pengajaran yang tradisional, seperti
ceramah. Proses ini melibatkan penyelidikan, eksplorasi, dan pemecahan masalah,
yang memerlukan waktu tambahan. Hal ini dapat menjadi tantangan bagi guru yang
memiliki jadwal pembelajaran yang ketat.
b. Penyediaan sumber daya yang memadai: Pembelajaran yang berpusat pada siswa
membutuhkan akses yang memadai terhadap berbagai sumber daya, seperti buku teks,
perangkat teknologi, bahan pembelajaran, dan fasilitas yang sesuai. Tidak semua
sekolah atau lembaga pendidikan mungkin memiliki sumber daya yang cukup untuk
mendukung pendekatan ini. Keterbatasan ini dapat menjadi hambatan dalam
menerapkan pembelajaran berpusat pada siswa.
Untuk mengatasi kelemahan tersebut, berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil.
a. Perencanaan yang matang: Guru perlu melakukan perencanaan yang lebih matang
dengan mengalokasikan waktu dengan bijaksana. Mereka harus merencanakan
kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan memperkirakan waktu yang
diperlukan untuk setiap kegiatan. Dengan perencanaan yang matang, waktu yang
diperlukan dapat dioptimalkan.
3. b. Mengintegrasikan teknologi: Guru dapat memanfaatkan teknologi pendidikan untuk
mendukung pembelajaran berpusat pada siswa. Teknologi dapat memberikan akses ke
berbagai sumber daya dan alat pembelajaran interakt
c. Pembagian waktu dengan efektif: Guru dapat mengatur dan membagi waktu secara
efektif selama proses pembelajaran. Mereka harus memberikan arahan yang jelas dan
memastikan bahwa setiap kegiatan memiliki batasan waktu yang realistis. Dengan
mengatur waktu dengan baik, siswa dapat tetap terlibat dalam proses pembelajaran
tanpa membuang-buang waktu yang berlebihan.
d. Keterlibatan aktif siswa: Untuk mengurangi waktu yang diperlukan dalam
pembelajaran berpusat pada siswa, penting untuk mendorong keterlibatan aktif siswa
sepanjang proses pembelajaran. Guru dapat memberikan panduan yang jelas dan
efektif untuk setiap tugas atau kegiatan, sehingga siswa dapat langsung terlibat tanpa
banyak petunjuk tambahan.
e. Kolaborasi dan pembelajaran berbasis kelompok: Mengorganisir siswa dalam
kelompok-kelompok kecil untuk bekerja bersama dapat membantu mengatasi waktu
yang diperlukan dalam pembelajaran berpusat pada siswa. Dalam kelompok, siswa
dapat saling membantu, berdiskusi, dan bekerja sama untuk menyelesaikan tugas. Ini
dapat mempercepat proses pembelajaran dan mengurangi waktu yang dihabiskan
untuk tugas individu.
f. Evaluasi formatif: Melakukan evaluasi secara formatif selama proses pembelajaran
dapat membantu mengidentifikasi kebutuhan siswa dengan cepat. Dengan
pemantauan dan umpan balik yang terus-menerus, guru dapat mengarahkan siswa ke
arah yang tepat dan membantu mereka mempercepat pemahaman. Ini membantu
mengoptimalkan waktu pembelajaran dan mengurangi kelemahan yang terkait dengan
kebutuhan waktu yang lebih lama.
g. Pelatihan dan dukungan bagi guru: Guru perlu mendapatkan pelatihan dan dukungan
yang cukup dalam menerapkan pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa.
Pelatihan ini dapat membantu mereka mengembangkan keterampilan dan strategi
yang diperlukan untuk mengatasi kelemahan yang mungkin muncul. Dukungan dari
rekan guru dan kepala sekolah juga penting untuk memastikan keberhasilan
implementasi pembelajaran berpusat pada siswa.
5. Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa pendidikan adalah peningkatan kemampuan yang
diperoleh oleh peserta didik tidak hanya dari guru selama proses belajar, tetapi juga dari
apa dan siapa saja di sekitarnya selama peserta didik dalam keadaan sadar (tidak tidur).
Dalam konsep ini, pendidikan tidak terbatas pada interaksi dengan guru saja, tetapi
melibatkan pengalaman dan pembelajaran dari lingkungan sekitar peserta didik, termasuk
orang tua, guru mengaji, teman bermain, media seperti televisi, radio, komputer, dan lain
sebagainya. Ki Hajar Dewantara juga menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk
mengembangkan cipta, rasa, dan karsa peserta didik.
6. Tujuan pendidikan yang tercantum dalam UU No. 22 Tahun 2006 mencakup:
a. Menyediakan pendidikan yang bermutu dan relevan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
4. b. Menyediakan pendidikan yang merata dan terjangkau bagi seluruh masyarakat, tanpa
diskriminasi dan kekerasan, serta memperhatikan kebutuhan khusus peserta didik.
c. Menyediakan kesempatan yang setara bagi peserta didik untuk mendapatkan
pendidikan berkualitas tanpa memandang jenis kelamin, suku, agama, ras, kelas
sosial, dan kondisi fisik serta mental.
d. Mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi atau memasuki dunia kerja dengan memiliki keterampilan, pengetahuan, dan
kompetensi yang relevan.
e. Membentuk karakter peserta didik yang memiliki kesadaran dan tanggung jawab
terhadap hak dan kewajiban asasi manusia, nilai-nilai budaya, norma agama, etika,
serta hak dan kewajiban sebagai warga negara yang baik.
f. Membangun kesadaran dan pemahaman peserta didik terhadap pentingnya pelestarian
lingkungan hidup, keanekaragaman hayati, serta membangun sikap peduli terhadap
lingkungan.
g. Menyediakan dukungan dan kesempatan bagi peserta didik dengan kebutuhan khusus,
baik dalam pendidikan inklusif maupun pendidikan khusus.
h. Mendorong partisipasi aktif seluruh pemangku kepentingan pendidikan, termasuk
guru, orang tua, masyarakat, dan pemerintah dalam mendukung penyelenggaraan
pendidikan yang berkualitas.
7. Alat evaluasi proses pembelajaran IPA di SD adalah sebagai berikut.
a. Alat evaluasi untuk mengukur kognitif
Evaluasi proses pembelajaran dilakukan melalui pertanyaan (tes) yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran. Bentuk tes yang digunakan dapat berupa objektif (multiple
choice) atau uraian (esai), tergantung pada berbagai faktor seperti waktu yang tersedia,
sifat materi yang akan ditanyakan, dan jumlah peserta didik dalam kelas. Waktu
khusus untuk evaluasi proses pembelajaran tidak disediakan oleh sekolah, sehingga
penilaian dilakukan oleh guru secara mandiri selama proses pembelajaran
berlangsung.
Contoh : Seorang guru IPA kelas IV mengalokasikan 10 menit terakhir dari jatah
waktu mengajar untuk mengerjakan tes evaluasi proses pembelajaran. Tes tersebut
berbentuk objektif dengan 8 butir pertanyaan.
b. Alat evaluasi untuk menentukan kualitas hati nurani
Alat evaluasi ini dirancang untuk mengamati dan mengevaluasi sikap hidup peserta
didik terkait kualitas hati nurani, seperti disiplin, tanggung jawab, kerjasama,
menghargai pendapat orang lain, dan perilaku positif lainnya. Evaluasi ini dilakukan
secara terus-menerus selama proses pembelajaran untuk memantau perkembangan
dan kemajuan peserta didik dalam ranah afektif. Guru perlu mengembangkan alat
evaluasi untuk mengamati sikap hidup peserta didik selama proses pembelajaran
berlangsung.
Contoh alat evaluasi bisa berupa pengamatan terhadap perilaku peserta didik terkait
disiplin, seperti kehadiran tepat waktu, pembayaran SPP, mengikuti upacara sekolah,
mengerjakan pekerjaan rumah, menjalankan tugas praktikum, menjaga kebun
sekolah, melaksanakan sholat pada waktu yang tepat, menepati janji, mengembalikan
pinjaman sesuai waktu yang dijanjikan, dan sebagainya.
5. c. Alat evaluasi yang akan mengukur keterampilan
Alat evaluasi ini digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam
menggunakan tangan dengan tepat dan hati-hati saat menggunakan alat-alat dalam
pembelajaran IPA. Evaluasi ini memastikan bahwa peserta didik mengembangkan
keterampilan yang diperlukan dalam menggunakan pancaindera mereka untuk
memahami dan menjalankan percobaan, demonstrasi, atau aktivitas lapangan dalam
konteks pembelajaran IPA di SD.
Pembelajaran keterampilan dalam IPA melibatkan penggunaan pancaindera peserta
didik, seperti tangan, penglihatan, pendengaran, pengecap, pencium, dan peraba. Guru
melatih peserta didik menggunakan tangan dengan menggunakan berbagai alat dalam
pembelajaran IPA. Alat evaluasi dirancang untuk memantau dan mengukur
kemampuan peserta didik dalam menggunakan tangan dengan tepat dan hati-hati saat
memegang alat-alat dalam pembelajaran IPA.
8. Indikator tanggung jawab dalam pendidikan di SD dapat mencakup hal-hal berikut.
a. Melaksanakan tugas dengan konsisten: Peserta didik menunjukkan keterampilan
dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dengan tepat waktu dan konsisten.
b. Menghormati aturan dan kewajiban: Peserta didik menunjukkan sikap patuh terhadap
aturan-aturan yang berlaku di kelas dan sekolah, serta memenuhi kewajiban-
kewajiban mereka sebagai siswa.
c. Mengelola waktu dengan baik: Peserta didik menunjukkan kemampuan untuk
mengatur dan memanfaatkan waktu secara efektif, termasuk dalam menyelesaikan
tugas-tugas dan aktivitas pembelajaran.
d. Menjaga kebersihan dan kerapihan: Peserta didik menunjukkan tanggung jawab
terhadap kebersihan dan kerapihan lingkungan belajar, termasuk meja, kursi, dan area
sekitarnya.
e. Berpartisipasi aktif: Peserta didik secara aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran,
seperti bertanya, menjawab pertanyaan, berdiskusi, dan berkolaborasi dengan teman
sekelas.
f. Menghargai milik bersama: Peserta didik menunjukkan sikap bertanggung jawab
terhadap fasilitas dan barang-barang milik bersama di sekolah, seperti buku, peralatan,
atau perangkat pembelajaran.
g. Menunjukkan inisiatif: Peserta didik mengambil inisiatif dalam pembelajaran, seperti
mencari sumber informasi tambahan, menyelesaikan tugas dengan kreativitas, atau
memberikan kontribusi positif dalam kegiatan kelompok.
DAFTAR REFERENSI
Amelia, Sapriati, dkk. 2021. Pembelajaran IPA di SD (Edisi 2). Tangerang Selatan :
Universitas Terbuka