SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
PEMBELAJARAN EFEKTIF 
(PEMBELAJARAN KONTEKTUAL DAN BERFIKIR KRITIS) 
1 
A. Pendahuluan 
1. Latar Belakang 
Adanya kebijakan peningkatan jaminan kualitas lulusan SLTP membawa 
konsekuensi di bidang pendidikan, antara lain perubahan dari model pembelajaran yang 
mengajarkan mata-mata pelajaran (subject matter based program) ke model 
pembelajaran berbasis kompetensi (competencies based program). Model pembelajaran 
berbasis kompetensi bermaksud menuntun proses pembelajaran secara langsung 
berorientasi pada kompetensi atau satuan-satuan kemampuan. Pengajaran berbasis 
kompetensi menuntut perubahan kemasan kurikulum, dari model lama berbentuk 
silabus yang berisi uraian mata pelajaran yang harus diajar ke dalam kemasan yang 
berbentuk paket-paket kompetensi. Hal ini membawa konsekuensi bahwa proses 
pembelajaran harus berorientasi pada pembentukan seperangkat kompetensi sesuai 
dengan tujuan yang diharapkan. Hal demikian menuntut kemampuan guru dalam 
merancang model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik bidang kajian dan 
karakteristik siswa agar mencapai hasil yang maksimal. Oleh kerana itu peran guru 
dalam konteks pembelajaran menuntut perubahan, antara lain : (a) peranan guru 
sebagai penyebar informasi semakin kecil, tetapi lebih banyak berfungsi sebagai 
pembimbing, penasehat, dan pendorong, (b) peserta didik adalah individu-individu yang 
kompleks, yang berarti bahwa mereka mempunyai perbedaan cara belajar sesuatu yang 
berbeda pula, (c) proses belajar mengajar llebih ditekankan pada belajar daripada 
mengajar (Laster, 1985). 
Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam mengimplementasikan pergeseran 
peran guru dalam pembelajaran, yaitu : 
a. Cara pandang guru terhadap siswa perlu diubah. Siswa bukan lagi sebagai 
obyek pengajaran, tetapi siswa sebagai pelaku aktif dalam proses pembelajaran. 
Dalam diri siswa terdapai berbagai potensi yang siap dikembangkan. Oleh 
katena itu dalam konteks pembelajaran guru diharapkan mampu memberikan 
dorongan kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang 
dimilikinya. 
b. Guru diharapkan mampu mengajarkan bagaimana siswa bisa berhubungan 
dengan masalah yang dihadapi dan mengatasi persoalan yang muncul di 
masyarakat. Antara lain dengan cara memberikan tantangan yang berupa 
kasus-kasus yang sering terjadi di masyarakat yang terkait bidang studi. Melalui 
kegiatan tersebut diharapkan siswa dapat mengembangkan potensi yang
dimilikinya, yang pada akhirnya dapat digunakan sebagai bekal kemandirian 
dalam menghadapi berbagai tantangan di masyarakat. Bahkan lebih jauh lagi 
diharapkan bisa ikut ambil bagian dalam mengembangkan potensi 
masyarakatnya. 
2 
1. Prinsip pembelajaran KBK 
Prinsip pembelajaran yang dikembangkan untuk mencapai kefektifan dan 
efisiensi pengelolaan KBK di SLTP, antara lain : 
a. Pembelajaran berfokus pada siswa (student cenrtered), artinya orientasi 
pembelajaran terfokus kepada siswa. Siswa menjadi subyek pembelajaran dan 
kecepatan belajar siswa yang tidak sama perlu diperhatikan. 
b. Pembelajaran terpadu (integrated learning), maksudnya pengelolaan 
pembelajaran/KBM dilakukan secara integratif. Semua tujuan pembelajaran yang 
berupa kemampuan dasar yang ingin dicapai bermuara pada satu tujuan akhir, 
yaitu mencapai kemampuan dasar lulusan. 
a. Pembelajaran individu (individual learning), artinya siswa memiliki peluang untuk 
melakukan pembelajaran secara individual. 
b. Belajar tuntas (mastery learning), maksudnya pembelajaran mengacu pada 
ketuntasan belajar kemampuan dasar melalui pemecahan masalah. Setiap 
individu dan kelompok harus menuntaskan pembelajaran satu kemampuan 
dasar baru belajar ke kemampuan dasar berikutnya. 
c. Pemecahan masalah (problem solving), artinya proses dan hasil pembelajaran 
mengacu pada aktifitas pemecahan masalah yang ada di masyarakat, yaitu 
dengan menggunakan pendekatan belajar kontekstual. 
d. Experience-based learning, yakni pembelajaran dilaksanakan melalui 
pengalaman-pengalaman belajar tertentu dalam mencapai kemampuan belajar 
tertentu. 
e. Selain pemanfaatan prinsi-prinsip tersebut, guru dimungkinkan menerapkan 
prinsip-prinsip pembelajaran lain yang sesuai dengan tuntutan perkembangan. 
B. BELAJAR DAN PEMBELAJARAN 
1. Belajar Aktif 
Winkel (1996) mendefinisikan belajar sebagai suatu aktivitas mental/psikis, yang 
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan 
dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, dan sikap. Perubahan 
itu bersifat tetap dan berbekas. Belajar dapat dipandang sebagai usaha untuk 
melakukan proses perubahan tingkah laku kearah menetap sebagai pengalaman 
berinteraksi dengan lingkungannya.
Belajar merupakan usaha seseorang untuk membangun pengetahuan dalam 
dirinya. Dalam proses belajar terjadi perubahan dan peningkatan mutu kemampuan, 
pengetahuan, dan keterampilan siswa, baik dari segi kognitif, psikomotor maupun 
afektif. 
Belajar aktif (sering dikenal sebagai “cara belajar siswa aktif”) merupakan suatu 
pendekatan dalam pengelolaan sistem pembelajaran melalui cara-cara belajar yang aktif 
menuju belajar yang mandiri. Kemampuan belajar mandiri merupakan tujuan akhir dari 
belajar aktif. Untuk dapat mencapai hal tersebut, kegiatan pembelajaran dirancang 
sedemikian rupa agar bermakna bagi siswa. Belajar yang bermakna terjadi bila siswa 
berperan secara aktif dalam proses belajar dan akhirnya mampu memutuskan apa yang 
akan dipelajarinya. 
Belajar aktif merupakan perkembangan dari teori Dewey learning by doing (1859- 
1952). Dewey sangat tidak setuju pada rote learning “belajar dengan menghafal”. Dewey 
merupakan pendiri sekolah Dewey School yang menerapkan prinsip-prinsip learning by 
doing, yaitu bahwa siswa perlu terlibat dalam proses belajar secara spontan. 
Keingintahuan siswa akan hal-hal yang belum diketahuinya mendorong keterlibatannya 
secara aktif dalam suatu proses belajar. Menurut Dewey, guru berperan untuk 
menyediakan sarana bagi siswa untuk dapat belajar. Dengan peran serta siswa dan 
guru dalam belajar aktif, akan tercipta suatu pengalaman belajar yang bermakna. 
Belajar aktif mengandung berbagai kiat yang berguna untuk menumbuhkan 
kemampuan belajar aktif pada diri siswa dan menggali potensi siswa dan guru untuk 
sama-sama berkembang dan berbagi pengetahuan, keterampilan, serta pengalaman. 
Melalui pendekatan belajar aktif, siswa diharapkan akan lebih mampu mengenal 
dan mengembangkan kapasitas belajar dan potensi yang dimilikinya. Di samping itu 
siswa secara penuh dan sadar dapat menggunakan potensi sumber belajar yang 
terdapat di sekitarnya, lebih terlatih untuk berprakarsa, berpikir secara sistematis, kritis, 
tanggap, sehingga dapat menyelesaikan masalah sehari-hari melalui penelusuran 
informasi yang bermakna baginya. 
Selanjutnya, belajar aktif menuntut guru bekerja secara profesional, mengajar 
secara sistematis, dan berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran yang efektif dan 
efisien. Artinya, guru dapat merekayasa model pembelajaran yang dilaksanakan secara 
sistematis dan menjadikan proses pembelajaran sebagai pengalaman yang bermakna 
bagi siswa. Untuk itu guru diharapkan memiliki kemampuan : 
a. Memanfaatkan sumber belajar di lingkungannya secara optimal dalam proses 
3 
pembelajaran. 
b. Berkreasi dan mengembangkan gagasan baru 
c. Mengurangi kesenjangan pengetahuan yang diperoleh siswa dari sekolah dengan 
pengetahuan yang diperoleh di masyarakat
d. Memperjelas relevansi dan keterkaitan mata pelajaran bidang ilmu dengan 
kebutuhan sehari-hari dalam masyarakat 
e. Mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku siswa secara bertahap 
4 
dan utuh 
f. Memberi kesempatan kepada siswa untuk dapat berkembang secara optimal 
sesuai dengan kemampuannya 
g. Menerapkan prinsip-prinsip belajar aktif. 
Dengan demikian, belajar aktif diasumsikan sebagai pendekatan belajar yang 
efektif untuk dapat membentuk siswa sebagai manusia seutuhnya yang mempunyai 
kemampuan untuk belajar mandiri sepanjang hayatnya, dan untuk membina 
profesionalisme guru. 
2. Pembelajaran 
Mengajar atau “teaching” adalah membantu siswa memperoleh informas i, ide, 
keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekpresikan dirinya, dan cara-cara 
belajar bagaimana belajar (Joyce dan Well, 1996). Pembelajaran adalah upaya untuk 
membelajarkan siswa. Secara implisit dalam pengertian ini terdapat kegiatan memilih, 
menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang 
diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode ini didasarkan pada 
kondisi pembelajaran yang ada. Kegiatan-kegiatan ini pada dasarnya merupakan inti 
dari perencanaan pembelajaran. Dalam hal ini istilah pembelajaran memiliki hakekat 
perencanaan atau perancangan (disain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. 
Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak berinteraksi dengan guru sebagai salah satu 
sumber belajar, tetapi berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang mungkin 
dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu pembelajaran menaruh 
perhatian pada “bagaimana membelajarkan siswa”, dan bukan pada “äpa yang dipelajari 
siswa”. Dengan demikian perlu diperhatikan adalah bagaimana cara mengorganisasi 
pembelajaran, bagiaman cara menyampaikan isi pembelajaran, dan bagaimana menata 
interaksi antara sumber-sumber belajar yang ada agar dapat berfungsi secara optimal. 
Pembelajaran perlu direncanakan dan dirancang secara optimal agar dapat memenuhi 
harapan dan tujuan. 
Rancangan Pembelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 
a. Pembelajaran diselenggarakan dengan pengalaman nyata dan lingkungan otentik, 
karena hal ini diperlukan untuk memungkinkan seseorang berproses dalam 
belajar (belajar untuk memahami, belajar untuk berkarya, dan melakukan kegiatan 
nyata) secara maksimal.
b. Isi pembelajaran harus didesain agar relevan dengan karakteristik siswa karena 
pembelajaran difungsikan sebagai mekanisme adaptif dalam proses konstruksi, 
dekonstruksi dan rekonstruksi pengetahuan, sikap, dan kemampuan. 
c. Menyediakan media dan sumber belajar yang dibutuhkan. Ketersediaan media 
dan sumber belajar yang memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar 
secara konkrit, luas, dan mendalam, adalah hal yang perlu diupayakan oleh guru 
yang profesional dan peduli terhadap keberhasilan belajar siswanya. 
d. Penilaian hasil belajar terhadap siswa dilakukan secara formatif sebagai diagnosis 
untuk menyediakan pengalaman belajar secara berkesinambungan dan dalam 
bingkai belajar sepanjang hayat (life long contiuning education). 
5 
3. Pembelajaran Efektif 
Pembelajaran efektif adalah pembelajaran dimana siswa memperoleh 
keterampilan-keterampilan yang spesifik, pengetahuan dan sikap serta merupakan 
pembelajaran yang disenangi siswa. Intinya bahwa pembelajaran dikatakan efektif 
apabila terjadi perubahan-perubahan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor 
(Reiser Robert, 1996). 
a. Ciri-ciri pembelajaran efektif : 
o Aktif bukan pasif 
o Kovert bukan overt 
o Kompleks bukan sederhana 
o Dipengaruhi perbedaan individual siswa 
o Dipengaruhi oleh berbagai konteks belajar 
b. Kriteria : 
o Kecermatan penguasaan 
o Kecepatan unjuk kerja 
o Tingkat alih belajar 
o Tingkat retensi (Reigeluth & Merril, 1989) 
4. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) 
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang 
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata 
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya 
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan 
masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi 
siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja 
dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran 
lebih dipentingkan daripada hasil.
Landasan filosofi pembelajaran dengan pendekatan kontekstual adalah 
konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya 
sekedar menghapal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak siswa 
sendiri. Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proporsi 
yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan. 
Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, 
dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Siswa perlu menyadari bahwa 
yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Dengan demikian siswa 
memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti. 
Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya menggapainya. 
Dalam upaya ini, siswa memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing. 
Dalam pembelajaran kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai 
tujuan belajar. Oleh karena itu guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada 
memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja 
bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu 
yang baru (pengetahuan, keterampilan) datang dari menemukan sendiri, bukan dari apa 
kata guru. 
Pembelajaran kontektual merupakan salah satu dari sekian banyak model 
pembelajaran, pembelajaran kontekstual dikembangkan dengan tujuan membekali 
siswa dengan pengetahuan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari satu 
permasalahan ke permasalahan lain dan dari satu konteks ke konteks lainnya. 
a. Perbedaan pembelajaran kontektual dan konvensional 
Pola pembelajaran kontekstual berbeda dengan pembelajaran konvensional 
yang selama ini dikenal. Perbedaan tersebut tergambar dalam tabel berikut. 
Pembelajaran Konvensional Pembelajaran Kontektual 
 Menyandarkan pada hafalan  Menyandarkan pada memori 
spasial 
6 
 Pemilihan informasi ditentukan 
oleh guru 
 Pemilihan informasi berdasarkan 
kebutuhan individu siswa 
 Cenderung terfokus pada satu 
bidang tertentu 
 Cenderung mengintegrasikan 
beberapa bidang 
 Memberikan tumpukan 
informasi kepada siswa 
sampai pada saatnya 
diperlukan 
 Selalu mengkaitkan informasi 
dengan pengetahuan awal yang 
telah dimiliki siswa 
 Penilaian hasil belajar hanya 
melalui kegiatan akademik 
berupa ujian ulangan 
 Menerapkan penilaian auntentik 
melalui penerapan praktis dalam 
pemecahan masalah
b. Komponen Utama Pembelajaran Kontekstual. 
Pendekatan kontekstual memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme 
(contructivism), menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar 
(learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang 
sebenarnya (authentic assessment). Sebuah kelas dikatakan menggunakan 
pendekatan kontekstual jika menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam 
pembelajarannya. Model pembelajaran kontektual dapat diterapkan dalam kurikulum 
apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. 
c. Langkah-langkah Pembelajaran Kontekstual 
Penerapan model pembelajaran kontekstual dalam kelas secara garis besar 
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut : 
1). Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara 
bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan 
dan keterampilan barunya 
2). Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik 
3). Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya 
4). Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok) 
5). Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran 
6). Lakukan refleksi di akhir pertemuan 
7). Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara 
d. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual 
Pembelajaran kontekstual menempatkan siswa dalam konteks bermakna yang 
menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang dipelajari dan 
sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan individual siswa dan peran guru. Untuk itu 
guru dalam menggunakan pendekatan pengajaran konekstual memperhatikan hal-hal 
sebagai berikut. 
1). merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran perkembangan mental 
siswa (developmentally appropriate) 
2). membentuk group belajar yang saling ketergantungan (interdependent learning 
7 
group) 
3). Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri (self 
regulated learning) yang mempunyai karakteristik : kesadaran berfikir, 
penggunaan strategi, dan motivasi berkelanjutan. 
4). Mempertimbangkan keragaman siswa (disversity of student)
5). Memperhatikan multi-intelegensi siswa (mltiple intelligences), spasial-verbal, 
linguistic-verbal, interpersonal, musikal ritmik, naturalis, badan-kinestetika, 
intrapersonal, dan logismatematis. (Gardner, 1993) 
6). Menggunakan teknik-teknik bertanya yang meningkatkan pembelajaran siswa, 
perkembangan pemecahan masalah dan keterampilan berfikir tingkat tinggi. 
7). Menerapkan penilaian autentik (authentic assessment). 
e. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual 
1). Adanya kerjasama 
2). Saling menunjang 
3). Menyenangkan, tidak membosankan 
4). Belajar dengan bergairah 
5). Pembelajaran terintegrasi 
6). Menggunakan bebagai sumber 
7). Siswa aktif 
8). Sharing dengan teman 
9). Siswa kritis, guru kreatif 
10). Laporan kepada orang tua berujud, rapor, hasil karya siswa, laporan 
praktikum, dan karangan siswa, dll. 
8 
f. Penilaian 
Penilaian dilakukan dengan menggunakan penilaian authentik, yang mempunyai 
karakteristik sebagai berikut : 
1). Penilaian dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung 
2). Menggunakan penilaian formatif maupun sumatif 
3). Mengukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta 
4). Berkesinambungan 
5). Terintegrasi 
6). Digunakan sebagai umpan balik. 
Hal-hal yang digunakan sebagai dasar penilaian prestasi siswa meliputi : 
1). Penilaian kinerja (performance assessment) 
2). Observasi Sistematik (Systematic observation) 
3). Portofolio (portofolio) 
4). Jurnal Sain (Journal) 
5). Penilaian mencakup umpan balik dan berbagai bentuk refleksi
4. Mengembangkan sikap kritis dan kreatif siswa 
Sebagai salah satu ciri pembelajaran kontekstual adalah sikap kritis siswa dan 
kreatif guru dalam proses pembelajaran. Berfikir kritis dan kreatif merupakan komponen 
utama berfikir tingkat tinggi (higher order thinking). Proses berfikir tingkat tinggi harus 
dikembangkan pada setiap diri siswa. Hal ini merupakan tugas guru, karena guru harus 
megembangkan potensi siswa semaksimal mungkin hingga mencapai kemampuan yang 
tinggi pada setiap diri siswa. Oleh karena itu pembelajaran dituntut dapat 
mengembangkan siap kritis dan kreativitas siswa. Sikap kritis dan kreatifitas siswa dapat 
dikembangkan melalui pembelajaran yang berpusat pada otak kanan. Otak kanan 
mempunyai kemampuan berfikir kreatif, holistik, spasial. sedangkan otak kiri 
mengembangkan kemampuan berfikir rasional, analitis, linier. Otak kiri mengendalikan 
wicara dan otak kanan mengendalikan tindakan. Tabel berikut ditunjukkan perbedaan 
proses berfikir otak kiri dan kanan. 
9 
Berfikir Konvergen 
(Proses di belahan otak Kiri) 
Berfikir Divergen 
(Proses di belahan otak kanan) 
1. tertarik pada proses penemuan yang 
bersifat bagian-bagian dari suatu 
komponen. 
2. proses berfikir analisis 
3. proses berfikir yang mementingkan 
tata urutan secara sekuensial dan 
serial 
4. proses berfikir temporal, terikat pada 
waktu kini 
5. proses berfikir verbal, matematis, 
notasi musikal. 
1. tertarik pada proses 
pengintegrasian dari bagian-bagian 
suatu komponen menjadi 
satu kesatuan yang bersifat utuh 
dan menyeluruh 
2. proses berfikir yang bersifat 
relasional, konstruksional, dan 
membangun suatu pola. 
3. proses berfikir simultan, dan 
paralel 
4. proses berfikir lintas ruang, tidak 
terikat pada waktu kini 
5. proses berfikir yang bersifat visual, 
lintas ruang dan musikal.
Berikut disajikan berbagai perilaku dan kaitannya dengan berfikir kreatif dan kritis 
10 
pada diri siswa. 
PERILAKU TERKAIT DENGAN 
 Bosan dengan tugas rutin; menolak 
membuat pekerjaan rumah 
 Tidak berminat terhadap detail dan 
pekerjaan kotor 
 Membuat lelucon atau komentar 
pada saat tidak tepat 
 Menolak otoritas, tidak konformistis, 
keras kepala 
 Sukar beralih pada topik lain 
 Emosional sensitif, overacting, cepat 
marah atau menangis kalau ada 
yang salah 
 Kecenderungan dominasi 
 Sering tak setuju ide orang lain atau 
tak setuju ide gurunya 
 Kritis terhadap diri, tak sabar 
menghadapi kegagalan 
 Kritis terhadap guru dan orang lain. 
Kreativitas 
 Toleransi tinggi untuk makna 
ganda, 
 Berfikir bebas, divergen 
 Berani ambil resiko 
 Imaginatif, sensitif 
Motivasi 
 Tekun dalam bidang yang 
diminatinya 
 Intens dalam menghayati 
perasaan dan nilai 
 Bebas 
Berfikir kritis 
 Dapat melihat kesenjangan antara 
kenyataan dan kebenaran 
 Mengacu pada hal-hal yang ideal 
 Mampu menganalisis dan 
evaluasi. 
KEPUSTAKAAN 
Johnson, Elaine B. (2002). Contextual Teaching and Learning. California : A Sage 
Publications Company. 
Laster, Lan. (1985). The school of the future : some teachers view on education in the 
year 2000. UK. 
Reigeluth, C.M. (1983). Instruction design theories and models, an overview of their 
current status. London: Lawrence Erlbaum Associates Publishers.
CONTOH 1 
RENCANA PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL 
Mata Pelajaran : IPA 
Kelas : 
Semester : 
Waktu : 2 x 40 menit ( 1 kali pertemuan) 
11 
A. Tujuan 
Siswa dapat membedakan antara tumbuhan berbiji tunggal dengan tumbuhan 
berbiji banyak 
B. Media 
1. lima kantung plastik ukuran 30 x 20 mc 
2. biji-bijian masing-masing 20 butir 
biji kacang tanah biji aren biji kenari 
biji rambutan biji salak 
biji jambe biji kedelai 
3. lima pasang gambar, yang masing-masing menunjukkan jenis akar tumbuhan 
berbiji tunggaldan berbiji jamak. 
Catatan : setiap kantung plastik diisi dengan lima butir biji-bijian dari masing-masing 
jenis. 
C. Skenario Pembelajaran 
1. sebagai kegiatan pembuka, guru menanyakan kepada siswa tentang : 
a. buah-buahan yang setiap hari dikonsumsinya 
b. biji-bijian bahan pembuat makanan 
2. siswa dibagi dalam lima kelompok, per kelompok menyebar mencari tempat, 
boleh di lantai, boleh menghadap meja (dan atau tiga meja disatukan). 
3. siswa menerima satu kantung plastik biji-bijian dsn dua lembar gambar 
(gambar akar yang di sampingnya berupa kolom yang bisa diisi biji-bijian) 
4. siswa membuka kantung plastik, kemudian mengamati secara teliti biji-bijian 
yang ada 
5. berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya, siswa mengelompokkan biji-bijian 
berdasarkan bentuk akar yang ditunjukkan dalam gambar 
6. siswa menempatkan biji-bijian yang telah dipisahkannya ke dalam kotak/kolom 
yang ada di samping gambar
7. siswa membuat catatan tentang pengelompokan jenis biji-bijian dengan istilah 
12 
yang ditemukannya sendiri. 
8. setelah tiga puluh menit bekerja, siswa menyampaikan secara lisan temuannya 
9. guru memberi komentar temuan siswa dengan menyesuaikan istilah yang 
digunakan siswa dengan istilah dalam IPA 
10. selanjutnya, dengan cara “sharing”, siswa menyebutkan sebanyak mungkin 
contoh tumbuh-tumbuhan untuk masing-masing jenis 
11. sebagai kegiatan akhir, siswa diminta mengungkapkan sejumlah komoditas biji-bijian 
unggulan di Indonesia 
D. Penilaian 
Penilaian untuk kegiatan ini didasarkan pada : 
1. kerja sama dalam kelompok 
2. format lembar kerja yang telah diisi siswa 
3. catatan yang dibuat siswa
CONTOH 2 
RENCANA PEMBELAJARAN BERBASIS CTL 
Topik/Kegiatan : Mendeskripsikan Benda Misteri 
Kompetensi Dasar : Menulis Paragraf Deskripsi 
Bidang Studi : Bahasa Indonesia 
Kelas/Caturwulan : 2/2 
Waktu : 90 menit 
13 
A. Tujuan 
Melatih siswa mendeskripskan ciri dan menemukan karakteristik benda-benda, 
kemudian mengungkapkannya dalam sebuah paragraf deskriptif. 
B. Media 
Untuk melaksanakan kegiatan ini diperlukan media: 
1. 4 buah benda misteri yang dibungkus rapi (korek api, kotak sabun, akar pohon, 
dll). 
2. 1 lembar pengamatan. 
C. Skenario Pembelajaran 
1. Guru menjelaskan rencana kegiatan saat itu, yaitu mendeskripsikan benda 
misteri. Kemampuan yang dilatihkan adalah cara mendeskripsikan atau 
menemukan ciri benda-benda. 
2. Siswa dibagi dalam empat kelompok, dengan cara guru menghitung siswa satu, 
dua, tiga, dan empat. Yang nomor satu, masuk kelompok satu, yang nomor dua 
masuk kelompok dua, dan seterusnya. 
3. Guru membagi benda yang telah disiapkan. Jangan sampai kelompok lain 
‘mengintip’. Kemudian dibagikan juga blanko. 
4. Siswa mendeskripsikan benda misteri dengan mengisi blangko yang ada. 
Pertama menjelaskan ciri benda dengan dua kata, kemudian dalam kalimat. 
Usahakan deskripsinya lengkap, tetapi tidak merujuk pada benda api itu. 
5. Setelah 15 menit, secara bergantian masing-masing kelompok mendeskripsikan 
secara lisan benda itu. Setelah itu, kelompok lain menebaknya. Sebelum 
menebak, kelompok lain boleh bertanya. 
6. Siswa menyusun sebuah paragraf deskripsi berdasarkan data yang diperolehnya 
secara kelompok.
14 
D. Penilaian 
Data kemajuan belajar diperoleh dari: 
1. Partisipasi setiap siswa dalam kerja kelompok. 
2. Lembar pengumpulan data deskriptif. 
3. Cara siswa menyampaikan ulasan deskriptif secara lisan. 
4. Paragraf deskripsi yang ditulis siswa. 
CATATAN: 
Setelah berakhir, lakukan refleksi atas pembelajaran itu! 
1. Tanyakan kepada siswa, “Apakah kalian senang dengan kegiatan tadi?” Dengan 
cara itu, kalian lebih mudah menyusun paragraf deskripsi. 
2. Refleksi CTL 
 Proses inquiry muncul pada cara dan kiat mendeskripsikan yang ditempuh 
siswa. 
 Questioning muncul ketika siswa (peserta) mengamati benda, bertanya, 
mengajukan usul, dan menebak. 
 Learning community muncul pada kerja kelompok dan saling menebak 
dengan kelompok lain.
CONTOH 3 
RENCANA PEMBELAJARAN BERBASIS CTL 
Topik : Mendeskripsikan Ikan dan Perilakunya 
Bidang Studi : Integrasi antara IPA, Matematika, dan Bahasa Indonesia 
Waktu : 90 menit 
15 
A. Tujuan 
Melatih siswa menemukan, menganalisis, mengamati, menggambarkan, 
menyajikan secara visual, dan menyajikan di hadapan orang banyak ikan dan 
perilakunya. 
B. Media 
Untuk melaksanakan kegiatan ini diperlukan media: 
1. Lima topless atau gelas, yang masing-masing sudah diisi seekor ikan (besarnya 
disesuaikan dengan gelas). 
2. Lima lembar kertas karton (manila) untuk membuat gambar. 
3. 5 termometer pengukur suhu air. 
4. 5 penggaris. 
5. 5 spidol warna (atau lebih). 
6. 10 lembar kertas kwarto. 
C. Skenario pembelajaran 
1. Kelas dibagi lima kelompok. 
2. Masing-masing kelompok menghadap meja yang di atasnya telah tersedia 1 
toples berisi air dan ikan, penggaris, termometer, dan kertas manila, masing-masing 
satu buah. Juga dua lembar kertas kwarto. 
3. Selama empat puluh menit, siswa mengamati ikan yang ada di toples. Siswa 
diminta mengamati ikan itu, mencatat semua yang mereka amati: ukuran warna, 
kira-kira beratnya, dll., dan perilakunya. 
4. Siswa menyajikan hasil pengamatan di kertas karton. Kreativitas dalam 
menyajikan ide hasil pengamatan sangat dihargai: boleh dengan gambar, bagan, 
atau verbal. Juga, apakah siswa mampu membedakan antara data kuantitatif 
dan data kualitatif yang mereka temukan. 
5. Diwakili oleh salah seorang anggota, setiap kelompok menyajikan hasilnya. 
6. Sharing dalam kelas mengenai apa-apa yang bisa diamati dari kehidupan seekor 
ikan: warna, ukuran, tebal, berapa kali bernapas setiap menit, dsb. 
7. Berikan ‘bonus’ untuk penampil terbaik! (gambar bintang, permen, bolepen, dsb.)
16 
D. Authentic Assessment 
1. Partisipasi siswa dalam kerja kelompok. 
2. Kualitas display hasil pengamatan. 
C. Catatan dari RP itu 
 Ilmu dan pengalaman diperoleh siswa dari menemukan sendiri. Itu berarti 
konstruktivisme. 
 Proses inquiry muncul pada cara dan kiat mendeskripsikan yang ditempuh 
siswa. 
 Questioning muncul ketika siswa (peserta) mengamati benda, bertanya, 
mengajukan usul, dan menebak. 
 Learning community muncul pada kerja kelompok dan saling menebak dengan 
kelompok lain. 
 Authentic assessment: yang dinilai dari kegiatan itu adalah kerja sama dalam 
kelompok dan hasil presentasi siswa.

More Related Content

What's hot

pentingnya interaksi dalam pendidikan
pentingnya interaksi dalam pendidikanpentingnya interaksi dalam pendidikan
pentingnya interaksi dalam pendidikanMohammad Nawawi
 
Pengertian Kurikulum
Pengertian KurikulumPengertian Kurikulum
Pengertian Kurikulumtbpck
 
Pembelajaran kontekstual (CTL)
Pembelajaran kontekstual (CTL)Pembelajaran kontekstual (CTL)
Pembelajaran kontekstual (CTL)Dessy Maria
 
Strategi Belajar Mengajar
Strategi Belajar MengajarStrategi Belajar Mengajar
Strategi Belajar MengajarRizal M Suhardi
 
Model pengajaran personal
Model pengajaran personalModel pengajaran personal
Model pengajaran personalNoviana Ulfa
 
model belajar dan prosedur pembelajaran modul 3 dan 4
model belajar dan prosedur pembelajaran modul 3 dan 4model belajar dan prosedur pembelajaran modul 3 dan 4
model belajar dan prosedur pembelajaran modul 3 dan 4vietry NIC
 
Strategi Belajar Mengajar - Sri Anitah
Strategi Belajar Mengajar - Sri AnitahStrategi Belajar Mengajar - Sri Anitah
Strategi Belajar Mengajar - Sri AnitahHariyatunnisa Ahmad
 
Strategi Pembelajaran Kontextual
Strategi Pembelajaran KontextualStrategi Pembelajaran Kontextual
Strategi Pembelajaran KontextualPratiwiKartikaSari
 
16 pengembangan model pembelajaran ctl smp--2006
16 pengembangan model pembelajaran ctl smp--200616 pengembangan model pembelajaran ctl smp--2006
16 pengembangan model pembelajaran ctl smp--2006syifaul123
 
Pendekatan pembelajaran dan model pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dan model pembelajaranPendekatan pembelajaran dan model pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dan model pembelajaranNuruddin Nzankie
 
Kurikulum dan pembelajaran
Kurikulum dan pembelajaranKurikulum dan pembelajaran
Kurikulum dan pembelajaranNURHAENI
 
Student centered learning scl
Student centered learning sclStudent centered learning scl
Student centered learning sclnoviyanty
 
Pembelajaran aktif dalam pendidikan moral
Pembelajaran aktif dalam pendidikan moralPembelajaran aktif dalam pendidikan moral
Pembelajaran aktif dalam pendidikan moralNormarini Norzan
 

What's hot (18)

pentingnya interaksi dalam pendidikan
pentingnya interaksi dalam pendidikanpentingnya interaksi dalam pendidikan
pentingnya interaksi dalam pendidikan
 
Pengertian Kurikulum
Pengertian KurikulumPengertian Kurikulum
Pengertian Kurikulum
 
Pembelajaran kontekstual (CTL)
Pembelajaran kontekstual (CTL)Pembelajaran kontekstual (CTL)
Pembelajaran kontekstual (CTL)
 
Strategi Belajar Mengajar
Strategi Belajar MengajarStrategi Belajar Mengajar
Strategi Belajar Mengajar
 
Model pengajaran personal
Model pengajaran personalModel pengajaran personal
Model pengajaran personal
 
Metode ctl
Metode ctlMetode ctl
Metode ctl
 
model belajar dan prosedur pembelajaran modul 3 dan 4
model belajar dan prosedur pembelajaran modul 3 dan 4model belajar dan prosedur pembelajaran modul 3 dan 4
model belajar dan prosedur pembelajaran modul 3 dan 4
 
Strategi Belajar Mengajar - Sri Anitah
Strategi Belajar Mengajar - Sri AnitahStrategi Belajar Mengajar - Sri Anitah
Strategi Belajar Mengajar - Sri Anitah
 
Tajuk 5 done
Tajuk 5 doneTajuk 5 done
Tajuk 5 done
 
Strategi Pembelajaran Kontextual
Strategi Pembelajaran KontextualStrategi Pembelajaran Kontextual
Strategi Pembelajaran Kontextual
 
16 pengembangan model pembelajaran ctl smp--2006
16 pengembangan model pembelajaran ctl smp--200616 pengembangan model pembelajaran ctl smp--2006
16 pengembangan model pembelajaran ctl smp--2006
 
Pendekatan pembelajaran dan model pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dan model pembelajaranPendekatan pembelajaran dan model pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dan model pembelajaran
 
Kurikulum dan pembelajaran
Kurikulum dan pembelajaranKurikulum dan pembelajaran
Kurikulum dan pembelajaran
 
Ppt pkn
Ppt pknPpt pkn
Ppt pkn
 
Interaksi dalam pendidikan
Interaksi dalam pendidikanInteraksi dalam pendidikan
Interaksi dalam pendidikan
 
Student centered learning scl
Student centered learning sclStudent centered learning scl
Student centered learning scl
 
Pembelajaran aktif dalam pendidikan moral
Pembelajaran aktif dalam pendidikan moralPembelajaran aktif dalam pendidikan moral
Pembelajaran aktif dalam pendidikan moral
 
Cara Belajar Siswa Aktif
Cara Belajar Siswa AktifCara Belajar Siswa Aktif
Cara Belajar Siswa Aktif
 

Similar to PEMBELAJARAN EFEKTIF

Konsep Dasar Pengajaran Individual (KELOMPOK 1)
Konsep Dasar Pengajaran Individual (KELOMPOK 1)Konsep Dasar Pengajaran Individual (KELOMPOK 1)
Konsep Dasar Pengajaran Individual (KELOMPOK 1)Nastiti Rahajeng
 
Metode Pembelajaran Tematik.docx
Metode Pembelajaran Tematik.docxMetode Pembelajaran Tematik.docx
Metode Pembelajaran Tematik.docxZukét Printing
 
Metode Pembelajaran Tematik.pdf
Metode Pembelajaran Tematik.pdfMetode Pembelajaran Tematik.pdf
Metode Pembelajaran Tematik.pdfZukét Printing
 
ARTIKEL UNTUK DIANALISIS.pdf
ARTIKEL  UNTUK DIANALISIS.pdfARTIKEL  UNTUK DIANALISIS.pdf
ARTIKEL UNTUK DIANALISIS.pdfJamaalChannel
 
jurnal 1 modul 3.pdf
jurnal 1 modul 3.pdfjurnal 1 modul 3.pdf
jurnal 1 modul 3.pdfZakiCell1
 
Teknik2 mengajar
Teknik2 mengajarTeknik2 mengajar
Teknik2 mengajarbaharnizam
 
Teknik-teknik mengajar
Teknik-teknik mengajarTeknik-teknik mengajar
Teknik-teknik mengajarcikgufoo
 
Pengembangan Pembelajaran Berbasis Siswa (CBSA)
Pengembangan Pembelajaran Berbasis Siswa (CBSA)Pengembangan Pembelajaran Berbasis Siswa (CBSA)
Pengembangan Pembelajaran Berbasis Siswa (CBSA)Hariyatunnisa Ahmad
 
Kaedah mengajar nismaliza
Kaedah mengajar nismalizaKaedah mengajar nismaliza
Kaedah mengajar nismalizacikgunis
 
Teknologi pendidikan
Teknologi pendidikanTeknologi pendidikan
Teknologi pendidikansuryo1
 
Pembelajaran kontekstual
Pembelajaran kontekstualPembelajaran kontekstual
Pembelajaran kontekstualSyam Sheya
 
Buku 3 (Wariki)
Buku 3 (Wariki)Buku 3 (Wariki)
Buku 3 (Wariki)WARIKI
 
REVITALISASI_PENGEMBANGAN_KURIKULUM.doc
REVITALISASI_PENGEMBANGAN_KURIKULUM.docREVITALISASI_PENGEMBANGAN_KURIKULUM.doc
REVITALISASI_PENGEMBANGAN_KURIKULUM.docDelianaDeliana6
 
Pendekatan kontekstual
Pendekatan kontekstualPendekatan kontekstual
Pendekatan kontekstualRomi Afrizal
 

Similar to PEMBELAJARAN EFEKTIF (20)

2.docx
2.docx2.docx
2.docx
 
Makalah pendekatan sbm
Makalah pendekatan sbmMakalah pendekatan sbm
Makalah pendekatan sbm
 
Konsep Dasar Pengajaran Individual (KELOMPOK 1)
Konsep Dasar Pengajaran Individual (KELOMPOK 1)Konsep Dasar Pengajaran Individual (KELOMPOK 1)
Konsep Dasar Pengajaran Individual (KELOMPOK 1)
 
Metode Pembelajaran Tematik.docx
Metode Pembelajaran Tematik.docxMetode Pembelajaran Tematik.docx
Metode Pembelajaran Tematik.docx
 
Metode Pembelajaran Tematik.pdf
Metode Pembelajaran Tematik.pdfMetode Pembelajaran Tematik.pdf
Metode Pembelajaran Tematik.pdf
 
ARTIKEL UNTUK DIANALISIS.pdf
ARTIKEL  UNTUK DIANALISIS.pdfARTIKEL  UNTUK DIANALISIS.pdf
ARTIKEL UNTUK DIANALISIS.pdf
 
jurnal 1 modul 3.pdf
jurnal 1 modul 3.pdfjurnal 1 modul 3.pdf
jurnal 1 modul 3.pdf
 
Teknik2 mengajar
Teknik2 mengajarTeknik2 mengajar
Teknik2 mengajar
 
Teknik-teknik mengajar
Teknik-teknik mengajarTeknik-teknik mengajar
Teknik-teknik mengajar
 
Pengembangan Pembelajaran Berbasis Siswa (CBSA)
Pengembangan Pembelajaran Berbasis Siswa (CBSA)Pengembangan Pembelajaran Berbasis Siswa (CBSA)
Pengembangan Pembelajaran Berbasis Siswa (CBSA)
 
Kaedah mengajar nismaliza
Kaedah mengajar nismalizaKaedah mengajar nismaliza
Kaedah mengajar nismaliza
 
Teknologi pendidikan
Teknologi pendidikanTeknologi pendidikan
Teknologi pendidikan
 
Model model pembelajaran
Model model pembelajaranModel model pembelajaran
Model model pembelajaran
 
Ppt ctl dan paikem
Ppt ctl dan paikemPpt ctl dan paikem
Ppt ctl dan paikem
 
Pembelajaran kontekstual
Pembelajaran kontekstualPembelajaran kontekstual
Pembelajaran kontekstual
 
Resum sbm i
Resum sbm iResum sbm i
Resum sbm i
 
Resum sbm i
Resum sbm iResum sbm i
Resum sbm i
 
Buku 3 (Wariki)
Buku 3 (Wariki)Buku 3 (Wariki)
Buku 3 (Wariki)
 
REVITALISASI_PENGEMBANGAN_KURIKULUM.doc
REVITALISASI_PENGEMBANGAN_KURIKULUM.docREVITALISASI_PENGEMBANGAN_KURIKULUM.doc
REVITALISASI_PENGEMBANGAN_KURIKULUM.doc
 
Pendekatan kontekstual
Pendekatan kontekstualPendekatan kontekstual
Pendekatan kontekstual
 

Recently uploaded

Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 

Recently uploaded (20)

Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 

PEMBELAJARAN EFEKTIF

  • 1. PEMBELAJARAN EFEKTIF (PEMBELAJARAN KONTEKTUAL DAN BERFIKIR KRITIS) 1 A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Adanya kebijakan peningkatan jaminan kualitas lulusan SLTP membawa konsekuensi di bidang pendidikan, antara lain perubahan dari model pembelajaran yang mengajarkan mata-mata pelajaran (subject matter based program) ke model pembelajaran berbasis kompetensi (competencies based program). Model pembelajaran berbasis kompetensi bermaksud menuntun proses pembelajaran secara langsung berorientasi pada kompetensi atau satuan-satuan kemampuan. Pengajaran berbasis kompetensi menuntut perubahan kemasan kurikulum, dari model lama berbentuk silabus yang berisi uraian mata pelajaran yang harus diajar ke dalam kemasan yang berbentuk paket-paket kompetensi. Hal ini membawa konsekuensi bahwa proses pembelajaran harus berorientasi pada pembentukan seperangkat kompetensi sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Hal demikian menuntut kemampuan guru dalam merancang model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik bidang kajian dan karakteristik siswa agar mencapai hasil yang maksimal. Oleh kerana itu peran guru dalam konteks pembelajaran menuntut perubahan, antara lain : (a) peranan guru sebagai penyebar informasi semakin kecil, tetapi lebih banyak berfungsi sebagai pembimbing, penasehat, dan pendorong, (b) peserta didik adalah individu-individu yang kompleks, yang berarti bahwa mereka mempunyai perbedaan cara belajar sesuatu yang berbeda pula, (c) proses belajar mengajar llebih ditekankan pada belajar daripada mengajar (Laster, 1985). Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam mengimplementasikan pergeseran peran guru dalam pembelajaran, yaitu : a. Cara pandang guru terhadap siswa perlu diubah. Siswa bukan lagi sebagai obyek pengajaran, tetapi siswa sebagai pelaku aktif dalam proses pembelajaran. Dalam diri siswa terdapai berbagai potensi yang siap dikembangkan. Oleh katena itu dalam konteks pembelajaran guru diharapkan mampu memberikan dorongan kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang dimilikinya. b. Guru diharapkan mampu mengajarkan bagaimana siswa bisa berhubungan dengan masalah yang dihadapi dan mengatasi persoalan yang muncul di masyarakat. Antara lain dengan cara memberikan tantangan yang berupa kasus-kasus yang sering terjadi di masyarakat yang terkait bidang studi. Melalui kegiatan tersebut diharapkan siswa dapat mengembangkan potensi yang
  • 2. dimilikinya, yang pada akhirnya dapat digunakan sebagai bekal kemandirian dalam menghadapi berbagai tantangan di masyarakat. Bahkan lebih jauh lagi diharapkan bisa ikut ambil bagian dalam mengembangkan potensi masyarakatnya. 2 1. Prinsip pembelajaran KBK Prinsip pembelajaran yang dikembangkan untuk mencapai kefektifan dan efisiensi pengelolaan KBK di SLTP, antara lain : a. Pembelajaran berfokus pada siswa (student cenrtered), artinya orientasi pembelajaran terfokus kepada siswa. Siswa menjadi subyek pembelajaran dan kecepatan belajar siswa yang tidak sama perlu diperhatikan. b. Pembelajaran terpadu (integrated learning), maksudnya pengelolaan pembelajaran/KBM dilakukan secara integratif. Semua tujuan pembelajaran yang berupa kemampuan dasar yang ingin dicapai bermuara pada satu tujuan akhir, yaitu mencapai kemampuan dasar lulusan. a. Pembelajaran individu (individual learning), artinya siswa memiliki peluang untuk melakukan pembelajaran secara individual. b. Belajar tuntas (mastery learning), maksudnya pembelajaran mengacu pada ketuntasan belajar kemampuan dasar melalui pemecahan masalah. Setiap individu dan kelompok harus menuntaskan pembelajaran satu kemampuan dasar baru belajar ke kemampuan dasar berikutnya. c. Pemecahan masalah (problem solving), artinya proses dan hasil pembelajaran mengacu pada aktifitas pemecahan masalah yang ada di masyarakat, yaitu dengan menggunakan pendekatan belajar kontekstual. d. Experience-based learning, yakni pembelajaran dilaksanakan melalui pengalaman-pengalaman belajar tertentu dalam mencapai kemampuan belajar tertentu. e. Selain pemanfaatan prinsi-prinsip tersebut, guru dimungkinkan menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran lain yang sesuai dengan tuntutan perkembangan. B. BELAJAR DAN PEMBELAJARAN 1. Belajar Aktif Winkel (1996) mendefinisikan belajar sebagai suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, dan sikap. Perubahan itu bersifat tetap dan berbekas. Belajar dapat dipandang sebagai usaha untuk melakukan proses perubahan tingkah laku kearah menetap sebagai pengalaman berinteraksi dengan lingkungannya.
  • 3. Belajar merupakan usaha seseorang untuk membangun pengetahuan dalam dirinya. Dalam proses belajar terjadi perubahan dan peningkatan mutu kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan siswa, baik dari segi kognitif, psikomotor maupun afektif. Belajar aktif (sering dikenal sebagai “cara belajar siswa aktif”) merupakan suatu pendekatan dalam pengelolaan sistem pembelajaran melalui cara-cara belajar yang aktif menuju belajar yang mandiri. Kemampuan belajar mandiri merupakan tujuan akhir dari belajar aktif. Untuk dapat mencapai hal tersebut, kegiatan pembelajaran dirancang sedemikian rupa agar bermakna bagi siswa. Belajar yang bermakna terjadi bila siswa berperan secara aktif dalam proses belajar dan akhirnya mampu memutuskan apa yang akan dipelajarinya. Belajar aktif merupakan perkembangan dari teori Dewey learning by doing (1859- 1952). Dewey sangat tidak setuju pada rote learning “belajar dengan menghafal”. Dewey merupakan pendiri sekolah Dewey School yang menerapkan prinsip-prinsip learning by doing, yaitu bahwa siswa perlu terlibat dalam proses belajar secara spontan. Keingintahuan siswa akan hal-hal yang belum diketahuinya mendorong keterlibatannya secara aktif dalam suatu proses belajar. Menurut Dewey, guru berperan untuk menyediakan sarana bagi siswa untuk dapat belajar. Dengan peran serta siswa dan guru dalam belajar aktif, akan tercipta suatu pengalaman belajar yang bermakna. Belajar aktif mengandung berbagai kiat yang berguna untuk menumbuhkan kemampuan belajar aktif pada diri siswa dan menggali potensi siswa dan guru untuk sama-sama berkembang dan berbagi pengetahuan, keterampilan, serta pengalaman. Melalui pendekatan belajar aktif, siswa diharapkan akan lebih mampu mengenal dan mengembangkan kapasitas belajar dan potensi yang dimilikinya. Di samping itu siswa secara penuh dan sadar dapat menggunakan potensi sumber belajar yang terdapat di sekitarnya, lebih terlatih untuk berprakarsa, berpikir secara sistematis, kritis, tanggap, sehingga dapat menyelesaikan masalah sehari-hari melalui penelusuran informasi yang bermakna baginya. Selanjutnya, belajar aktif menuntut guru bekerja secara profesional, mengajar secara sistematis, dan berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran yang efektif dan efisien. Artinya, guru dapat merekayasa model pembelajaran yang dilaksanakan secara sistematis dan menjadikan proses pembelajaran sebagai pengalaman yang bermakna bagi siswa. Untuk itu guru diharapkan memiliki kemampuan : a. Memanfaatkan sumber belajar di lingkungannya secara optimal dalam proses 3 pembelajaran. b. Berkreasi dan mengembangkan gagasan baru c. Mengurangi kesenjangan pengetahuan yang diperoleh siswa dari sekolah dengan pengetahuan yang diperoleh di masyarakat
  • 4. d. Memperjelas relevansi dan keterkaitan mata pelajaran bidang ilmu dengan kebutuhan sehari-hari dalam masyarakat e. Mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku siswa secara bertahap 4 dan utuh f. Memberi kesempatan kepada siswa untuk dapat berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuannya g. Menerapkan prinsip-prinsip belajar aktif. Dengan demikian, belajar aktif diasumsikan sebagai pendekatan belajar yang efektif untuk dapat membentuk siswa sebagai manusia seutuhnya yang mempunyai kemampuan untuk belajar mandiri sepanjang hayatnya, dan untuk membina profesionalisme guru. 2. Pembelajaran Mengajar atau “teaching” adalah membantu siswa memperoleh informas i, ide, keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekpresikan dirinya, dan cara-cara belajar bagaimana belajar (Joyce dan Well, 1996). Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Secara implisit dalam pengertian ini terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada. Kegiatan-kegiatan ini pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran. Dalam hal ini istilah pembelajaran memiliki hakekat perencanaan atau perancangan (disain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang mungkin dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu pembelajaran menaruh perhatian pada “bagaimana membelajarkan siswa”, dan bukan pada “äpa yang dipelajari siswa”. Dengan demikian perlu diperhatikan adalah bagaimana cara mengorganisasi pembelajaran, bagiaman cara menyampaikan isi pembelajaran, dan bagaimana menata interaksi antara sumber-sumber belajar yang ada agar dapat berfungsi secara optimal. Pembelajaran perlu direncanakan dan dirancang secara optimal agar dapat memenuhi harapan dan tujuan. Rancangan Pembelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Pembelajaran diselenggarakan dengan pengalaman nyata dan lingkungan otentik, karena hal ini diperlukan untuk memungkinkan seseorang berproses dalam belajar (belajar untuk memahami, belajar untuk berkarya, dan melakukan kegiatan nyata) secara maksimal.
  • 5. b. Isi pembelajaran harus didesain agar relevan dengan karakteristik siswa karena pembelajaran difungsikan sebagai mekanisme adaptif dalam proses konstruksi, dekonstruksi dan rekonstruksi pengetahuan, sikap, dan kemampuan. c. Menyediakan media dan sumber belajar yang dibutuhkan. Ketersediaan media dan sumber belajar yang memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar secara konkrit, luas, dan mendalam, adalah hal yang perlu diupayakan oleh guru yang profesional dan peduli terhadap keberhasilan belajar siswanya. d. Penilaian hasil belajar terhadap siswa dilakukan secara formatif sebagai diagnosis untuk menyediakan pengalaman belajar secara berkesinambungan dan dalam bingkai belajar sepanjang hayat (life long contiuning education). 5 3. Pembelajaran Efektif Pembelajaran efektif adalah pembelajaran dimana siswa memperoleh keterampilan-keterampilan yang spesifik, pengetahuan dan sikap serta merupakan pembelajaran yang disenangi siswa. Intinya bahwa pembelajaran dikatakan efektif apabila terjadi perubahan-perubahan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor (Reiser Robert, 1996). a. Ciri-ciri pembelajaran efektif : o Aktif bukan pasif o Kovert bukan overt o Kompleks bukan sederhana o Dipengaruhi perbedaan individual siswa o Dipengaruhi oleh berbagai konteks belajar b. Kriteria : o Kecermatan penguasaan o Kecepatan unjuk kerja o Tingkat alih belajar o Tingkat retensi (Reigeluth & Merril, 1989) 4. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
  • 6. Landasan filosofi pembelajaran dengan pendekatan kontekstual adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghapal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak siswa sendiri. Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proporsi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan. Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Siswa perlu menyadari bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Dengan demikian siswa memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya menggapainya. Dalam upaya ini, siswa memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing. Dalam pembelajaran kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuan belajar. Oleh karena itu guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru (pengetahuan, keterampilan) datang dari menemukan sendiri, bukan dari apa kata guru. Pembelajaran kontektual merupakan salah satu dari sekian banyak model pembelajaran, pembelajaran kontekstual dikembangkan dengan tujuan membekali siswa dengan pengetahuan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari satu permasalahan ke permasalahan lain dan dari satu konteks ke konteks lainnya. a. Perbedaan pembelajaran kontektual dan konvensional Pola pembelajaran kontekstual berbeda dengan pembelajaran konvensional yang selama ini dikenal. Perbedaan tersebut tergambar dalam tabel berikut. Pembelajaran Konvensional Pembelajaran Kontektual  Menyandarkan pada hafalan  Menyandarkan pada memori spasial 6  Pemilihan informasi ditentukan oleh guru  Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan individu siswa  Cenderung terfokus pada satu bidang tertentu  Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang  Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai pada saatnya diperlukan  Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa  Penilaian hasil belajar hanya melalui kegiatan akademik berupa ujian ulangan  Menerapkan penilaian auntentik melalui penerapan praktis dalam pemecahan masalah
  • 7. b. Komponen Utama Pembelajaran Kontekstual. Pendekatan kontekstual memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme (contructivism), menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (authentic assessment). Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual jika menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam pembelajarannya. Model pembelajaran kontektual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. c. Langkah-langkah Pembelajaran Kontekstual Penerapan model pembelajaran kontekstual dalam kelas secara garis besar mengikuti langkah-langkah sebagai berikut : 1). Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya 2). Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik 3). Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya 4). Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok) 5). Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran 6). Lakukan refleksi di akhir pertemuan 7). Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara d. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran kontekstual menempatkan siswa dalam konteks bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang dipelajari dan sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan individual siswa dan peran guru. Untuk itu guru dalam menggunakan pendekatan pengajaran konekstual memperhatikan hal-hal sebagai berikut. 1). merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran perkembangan mental siswa (developmentally appropriate) 2). membentuk group belajar yang saling ketergantungan (interdependent learning 7 group) 3). Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri (self regulated learning) yang mempunyai karakteristik : kesadaran berfikir, penggunaan strategi, dan motivasi berkelanjutan. 4). Mempertimbangkan keragaman siswa (disversity of student)
  • 8. 5). Memperhatikan multi-intelegensi siswa (mltiple intelligences), spasial-verbal, linguistic-verbal, interpersonal, musikal ritmik, naturalis, badan-kinestetika, intrapersonal, dan logismatematis. (Gardner, 1993) 6). Menggunakan teknik-teknik bertanya yang meningkatkan pembelajaran siswa, perkembangan pemecahan masalah dan keterampilan berfikir tingkat tinggi. 7). Menerapkan penilaian autentik (authentic assessment). e. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual 1). Adanya kerjasama 2). Saling menunjang 3). Menyenangkan, tidak membosankan 4). Belajar dengan bergairah 5). Pembelajaran terintegrasi 6). Menggunakan bebagai sumber 7). Siswa aktif 8). Sharing dengan teman 9). Siswa kritis, guru kreatif 10). Laporan kepada orang tua berujud, rapor, hasil karya siswa, laporan praktikum, dan karangan siswa, dll. 8 f. Penilaian Penilaian dilakukan dengan menggunakan penilaian authentik, yang mempunyai karakteristik sebagai berikut : 1). Penilaian dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung 2). Menggunakan penilaian formatif maupun sumatif 3). Mengukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta 4). Berkesinambungan 5). Terintegrasi 6). Digunakan sebagai umpan balik. Hal-hal yang digunakan sebagai dasar penilaian prestasi siswa meliputi : 1). Penilaian kinerja (performance assessment) 2). Observasi Sistematik (Systematic observation) 3). Portofolio (portofolio) 4). Jurnal Sain (Journal) 5). Penilaian mencakup umpan balik dan berbagai bentuk refleksi
  • 9. 4. Mengembangkan sikap kritis dan kreatif siswa Sebagai salah satu ciri pembelajaran kontekstual adalah sikap kritis siswa dan kreatif guru dalam proses pembelajaran. Berfikir kritis dan kreatif merupakan komponen utama berfikir tingkat tinggi (higher order thinking). Proses berfikir tingkat tinggi harus dikembangkan pada setiap diri siswa. Hal ini merupakan tugas guru, karena guru harus megembangkan potensi siswa semaksimal mungkin hingga mencapai kemampuan yang tinggi pada setiap diri siswa. Oleh karena itu pembelajaran dituntut dapat mengembangkan siap kritis dan kreativitas siswa. Sikap kritis dan kreatifitas siswa dapat dikembangkan melalui pembelajaran yang berpusat pada otak kanan. Otak kanan mempunyai kemampuan berfikir kreatif, holistik, spasial. sedangkan otak kiri mengembangkan kemampuan berfikir rasional, analitis, linier. Otak kiri mengendalikan wicara dan otak kanan mengendalikan tindakan. Tabel berikut ditunjukkan perbedaan proses berfikir otak kiri dan kanan. 9 Berfikir Konvergen (Proses di belahan otak Kiri) Berfikir Divergen (Proses di belahan otak kanan) 1. tertarik pada proses penemuan yang bersifat bagian-bagian dari suatu komponen. 2. proses berfikir analisis 3. proses berfikir yang mementingkan tata urutan secara sekuensial dan serial 4. proses berfikir temporal, terikat pada waktu kini 5. proses berfikir verbal, matematis, notasi musikal. 1. tertarik pada proses pengintegrasian dari bagian-bagian suatu komponen menjadi satu kesatuan yang bersifat utuh dan menyeluruh 2. proses berfikir yang bersifat relasional, konstruksional, dan membangun suatu pola. 3. proses berfikir simultan, dan paralel 4. proses berfikir lintas ruang, tidak terikat pada waktu kini 5. proses berfikir yang bersifat visual, lintas ruang dan musikal.
  • 10. Berikut disajikan berbagai perilaku dan kaitannya dengan berfikir kreatif dan kritis 10 pada diri siswa. PERILAKU TERKAIT DENGAN  Bosan dengan tugas rutin; menolak membuat pekerjaan rumah  Tidak berminat terhadap detail dan pekerjaan kotor  Membuat lelucon atau komentar pada saat tidak tepat  Menolak otoritas, tidak konformistis, keras kepala  Sukar beralih pada topik lain  Emosional sensitif, overacting, cepat marah atau menangis kalau ada yang salah  Kecenderungan dominasi  Sering tak setuju ide orang lain atau tak setuju ide gurunya  Kritis terhadap diri, tak sabar menghadapi kegagalan  Kritis terhadap guru dan orang lain. Kreativitas  Toleransi tinggi untuk makna ganda,  Berfikir bebas, divergen  Berani ambil resiko  Imaginatif, sensitif Motivasi  Tekun dalam bidang yang diminatinya  Intens dalam menghayati perasaan dan nilai  Bebas Berfikir kritis  Dapat melihat kesenjangan antara kenyataan dan kebenaran  Mengacu pada hal-hal yang ideal  Mampu menganalisis dan evaluasi. KEPUSTAKAAN Johnson, Elaine B. (2002). Contextual Teaching and Learning. California : A Sage Publications Company. Laster, Lan. (1985). The school of the future : some teachers view on education in the year 2000. UK. Reigeluth, C.M. (1983). Instruction design theories and models, an overview of their current status. London: Lawrence Erlbaum Associates Publishers.
  • 11. CONTOH 1 RENCANA PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL Mata Pelajaran : IPA Kelas : Semester : Waktu : 2 x 40 menit ( 1 kali pertemuan) 11 A. Tujuan Siswa dapat membedakan antara tumbuhan berbiji tunggal dengan tumbuhan berbiji banyak B. Media 1. lima kantung plastik ukuran 30 x 20 mc 2. biji-bijian masing-masing 20 butir biji kacang tanah biji aren biji kenari biji rambutan biji salak biji jambe biji kedelai 3. lima pasang gambar, yang masing-masing menunjukkan jenis akar tumbuhan berbiji tunggaldan berbiji jamak. Catatan : setiap kantung plastik diisi dengan lima butir biji-bijian dari masing-masing jenis. C. Skenario Pembelajaran 1. sebagai kegiatan pembuka, guru menanyakan kepada siswa tentang : a. buah-buahan yang setiap hari dikonsumsinya b. biji-bijian bahan pembuat makanan 2. siswa dibagi dalam lima kelompok, per kelompok menyebar mencari tempat, boleh di lantai, boleh menghadap meja (dan atau tiga meja disatukan). 3. siswa menerima satu kantung plastik biji-bijian dsn dua lembar gambar (gambar akar yang di sampingnya berupa kolom yang bisa diisi biji-bijian) 4. siswa membuka kantung plastik, kemudian mengamati secara teliti biji-bijian yang ada 5. berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya, siswa mengelompokkan biji-bijian berdasarkan bentuk akar yang ditunjukkan dalam gambar 6. siswa menempatkan biji-bijian yang telah dipisahkannya ke dalam kotak/kolom yang ada di samping gambar
  • 12. 7. siswa membuat catatan tentang pengelompokan jenis biji-bijian dengan istilah 12 yang ditemukannya sendiri. 8. setelah tiga puluh menit bekerja, siswa menyampaikan secara lisan temuannya 9. guru memberi komentar temuan siswa dengan menyesuaikan istilah yang digunakan siswa dengan istilah dalam IPA 10. selanjutnya, dengan cara “sharing”, siswa menyebutkan sebanyak mungkin contoh tumbuh-tumbuhan untuk masing-masing jenis 11. sebagai kegiatan akhir, siswa diminta mengungkapkan sejumlah komoditas biji-bijian unggulan di Indonesia D. Penilaian Penilaian untuk kegiatan ini didasarkan pada : 1. kerja sama dalam kelompok 2. format lembar kerja yang telah diisi siswa 3. catatan yang dibuat siswa
  • 13. CONTOH 2 RENCANA PEMBELAJARAN BERBASIS CTL Topik/Kegiatan : Mendeskripsikan Benda Misteri Kompetensi Dasar : Menulis Paragraf Deskripsi Bidang Studi : Bahasa Indonesia Kelas/Caturwulan : 2/2 Waktu : 90 menit 13 A. Tujuan Melatih siswa mendeskripskan ciri dan menemukan karakteristik benda-benda, kemudian mengungkapkannya dalam sebuah paragraf deskriptif. B. Media Untuk melaksanakan kegiatan ini diperlukan media: 1. 4 buah benda misteri yang dibungkus rapi (korek api, kotak sabun, akar pohon, dll). 2. 1 lembar pengamatan. C. Skenario Pembelajaran 1. Guru menjelaskan rencana kegiatan saat itu, yaitu mendeskripsikan benda misteri. Kemampuan yang dilatihkan adalah cara mendeskripsikan atau menemukan ciri benda-benda. 2. Siswa dibagi dalam empat kelompok, dengan cara guru menghitung siswa satu, dua, tiga, dan empat. Yang nomor satu, masuk kelompok satu, yang nomor dua masuk kelompok dua, dan seterusnya. 3. Guru membagi benda yang telah disiapkan. Jangan sampai kelompok lain ‘mengintip’. Kemudian dibagikan juga blanko. 4. Siswa mendeskripsikan benda misteri dengan mengisi blangko yang ada. Pertama menjelaskan ciri benda dengan dua kata, kemudian dalam kalimat. Usahakan deskripsinya lengkap, tetapi tidak merujuk pada benda api itu. 5. Setelah 15 menit, secara bergantian masing-masing kelompok mendeskripsikan secara lisan benda itu. Setelah itu, kelompok lain menebaknya. Sebelum menebak, kelompok lain boleh bertanya. 6. Siswa menyusun sebuah paragraf deskripsi berdasarkan data yang diperolehnya secara kelompok.
  • 14. 14 D. Penilaian Data kemajuan belajar diperoleh dari: 1. Partisipasi setiap siswa dalam kerja kelompok. 2. Lembar pengumpulan data deskriptif. 3. Cara siswa menyampaikan ulasan deskriptif secara lisan. 4. Paragraf deskripsi yang ditulis siswa. CATATAN: Setelah berakhir, lakukan refleksi atas pembelajaran itu! 1. Tanyakan kepada siswa, “Apakah kalian senang dengan kegiatan tadi?” Dengan cara itu, kalian lebih mudah menyusun paragraf deskripsi. 2. Refleksi CTL  Proses inquiry muncul pada cara dan kiat mendeskripsikan yang ditempuh siswa.  Questioning muncul ketika siswa (peserta) mengamati benda, bertanya, mengajukan usul, dan menebak.  Learning community muncul pada kerja kelompok dan saling menebak dengan kelompok lain.
  • 15. CONTOH 3 RENCANA PEMBELAJARAN BERBASIS CTL Topik : Mendeskripsikan Ikan dan Perilakunya Bidang Studi : Integrasi antara IPA, Matematika, dan Bahasa Indonesia Waktu : 90 menit 15 A. Tujuan Melatih siswa menemukan, menganalisis, mengamati, menggambarkan, menyajikan secara visual, dan menyajikan di hadapan orang banyak ikan dan perilakunya. B. Media Untuk melaksanakan kegiatan ini diperlukan media: 1. Lima topless atau gelas, yang masing-masing sudah diisi seekor ikan (besarnya disesuaikan dengan gelas). 2. Lima lembar kertas karton (manila) untuk membuat gambar. 3. 5 termometer pengukur suhu air. 4. 5 penggaris. 5. 5 spidol warna (atau lebih). 6. 10 lembar kertas kwarto. C. Skenario pembelajaran 1. Kelas dibagi lima kelompok. 2. Masing-masing kelompok menghadap meja yang di atasnya telah tersedia 1 toples berisi air dan ikan, penggaris, termometer, dan kertas manila, masing-masing satu buah. Juga dua lembar kertas kwarto. 3. Selama empat puluh menit, siswa mengamati ikan yang ada di toples. Siswa diminta mengamati ikan itu, mencatat semua yang mereka amati: ukuran warna, kira-kira beratnya, dll., dan perilakunya. 4. Siswa menyajikan hasil pengamatan di kertas karton. Kreativitas dalam menyajikan ide hasil pengamatan sangat dihargai: boleh dengan gambar, bagan, atau verbal. Juga, apakah siswa mampu membedakan antara data kuantitatif dan data kualitatif yang mereka temukan. 5. Diwakili oleh salah seorang anggota, setiap kelompok menyajikan hasilnya. 6. Sharing dalam kelas mengenai apa-apa yang bisa diamati dari kehidupan seekor ikan: warna, ukuran, tebal, berapa kali bernapas setiap menit, dsb. 7. Berikan ‘bonus’ untuk penampil terbaik! (gambar bintang, permen, bolepen, dsb.)
  • 16. 16 D. Authentic Assessment 1. Partisipasi siswa dalam kerja kelompok. 2. Kualitas display hasil pengamatan. C. Catatan dari RP itu  Ilmu dan pengalaman diperoleh siswa dari menemukan sendiri. Itu berarti konstruktivisme.  Proses inquiry muncul pada cara dan kiat mendeskripsikan yang ditempuh siswa.  Questioning muncul ketika siswa (peserta) mengamati benda, bertanya, mengajukan usul, dan menebak.  Learning community muncul pada kerja kelompok dan saling menebak dengan kelompok lain.  Authentic assessment: yang dinilai dari kegiatan itu adalah kerja sama dalam kelompok dan hasil presentasi siswa.