2. PENGERTIAN AGAROSA
Agarosa menurut Duckworth dan Yaphe (1970) dalam Renn
(1986) adalah suatu campuran molekul-molekul agar dengan
muatan yang paling rendah, sehingga memiliki kemampuan
membentuk gel yang kuat yang difraksionisasi dari seluruh
kompleks molekul agar dan dibedakan dengan adanya muatan
ion yang menutupinya. Agarosa merupakan salah satu bahan
kimia yangbanyak digunakan di berbagai bidang, termasuk
obat, kosmetik, tehnik jaringan, sel enkapsulasi, imunologi
dan kultur mikroorganisme Penggunaan agarosa di bidang
bioteknologi, berhubungan dengan kemampuan agarosa untuk
membentuk gel yang kuat dan muatan listrik mendekati netral
polisakarida yang dihasilkan dari ekstraksi rumput laut, dengan rantai panjang yang
disusun oleh molekul agarosa dan agaropektinAgar merupakan senyawa. Agarosa
merupakan komponen pembentuk gel yang netral dan tidak mengandung sulfat (Furia,
1975), sedangkan agaropektin adalah polisakarida sulfat yang tersusun dari agarosa
dengan variasi ester sulfat, D-glukoronat dan sejumlah kecil asam piruvat (Peterson,
1978).
3. STRUKTUR
A G A R O S A
Agarosa adalah polisakarida yang bersifat netral yang mengandung
pengulangan bentuk dari ikatan β-1,4-3,6-anhidro-L-galaktosa dan α-1,3-
Dgalaktosa. Residu Dgalaktosa dalam agarosa mungkin digantikan turunan
senyawa karboksil dan residu anhidro-L-galaktosanya digantikan oleh grup
sulfat-OSO3- (Glicksman,1983).
Jenis Rumput Laut Kandungan Agarosa ( % )
Gelidium amansii 61
Gelidium subcostatum 89
Gelidium japonicum 69
Pteroclodia tenuis 85
Acanthopeltis japonicum 28
Campylaephora hypnoides 55
Gracilaria verrucosa 61
Geranium bodydenii 82
4. Agarosa Agaropektin
Berat molekul diatas 100.000 Berat molekul dibawah 20.000
Kadar sulfat dibawah 0,15% Kadar sulfat tinggi sekitar 5-8%
Memiliki gel strength yang tinggi
dan Stabil.
Gel strength lebih rendah dari agarosa
Tidak bermuatan (galaktan
linearnetral), komponen
utamapenyusun agar.
Kurang stabil, bermuatan
Perbedaan Agarosa dengan Agaropektin
5. Penggu
naan
Agarosa
01
02
03
04
04
Untuk proses elektroforesis : karena
kandungan sulfatnya yang sangat rendah
Untuk imunologi : karena sifat relatif netral
dengan kemurnian yang tinggi dan
porositasnya besar
Untuk medium kultur : karena mempunyai
kemurnian yang lebih tinggi dibandingkan
dengan agar-agar.
Untuk kromatografi : untuk memisahkan antigen,
antibody, enzim,koenzim, atau substrat lain
Untuk mengimobilisasi insulin yang diproduksi
oleh kelenjar pancreas untuk kemudian
ditransplantasikan
6. Metode Pemisahan Agarosa
•Pemisahan agarosa oleh Guiseley (1990)
Menggunakan ammonium sulfat untuk mengendapkan agaropektin
atau pengendapan dengan polyetilenglykol.
•Metode Blethen (1966)
Menggunakan benzothonium klorida dan K-karrageenan sebagai
pengendap. Metode ini banyak digunakan industri di dunia untuk
pemisahan agarosa dari agar yang diektraksi dari Gracillaria sp.
•Metode Santos dan Doty (1983)
Isolasi langsung dari agarofit menggunakan pengendap
benzothoniumklorida dan K-karrageenan.
7. Portfolio Designed
You can simply impress your audience and add
a unique zing and appeal to your Presentations.
I hope and I believe that this Template will your
Time, Money and Reputation.
Get a modern PowerPoint Presentation that is
beautifully designed.
Z
A
T
P
E
W
A
R
N
A
A
G
A
R
O
S
A
Zat warna yang sudah sejak lama dikenal dan
digunakan,misalnya daun suji atau daun pandan untuk
warna hijau dan kunyit untuk warna kuning. Kini dangan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi telah
ditemukan zat warna sintetis, karena penggunaannya
lebih praktis dan harganya lebih murah.
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan suatu bahan
pangan berwarna, antara lain dengan penambahan zat
pewarna. Secara garis besar, berdasarkan sumbernya
dikenal dua jenis zat pewarna yang termasuk dalam
golongan bahan tambahan pangan, yaitu pewarna alami
dan pewarna sintetis. (Cahyadi,W.2008)
8. Zat Pewarna Alami dan Sintetik
Menurut International Food Information
Council Foundation (IFIC), pewarna
pangan adalah zat yang digunakan untuk
memberikan atau meningkatkan warna
suatu produk pangan, sehingga
menciptakan image tertentu dan
membuat produk lebih menarik. Definisi
yang diberikan oleh Depkes 1999 lebih
sederhana, yaitu Bahan Tambahan
Pangan (BTP) dapat memperbaiki atau
memberi warna pada pangan (Wijaya
dan Mulyono, 2009).
9. Menurut Elbe dkk., (1996), zat
pewarna merupakan suatu bahan
kimia baik alami maupun sintetik yang
memberikan warna. Berdasarkan
sumbernya, zat pewarna untuk
makanan dapat diklasifikasikan
menjadi pewarna alami dan sintetik
(Winarno, 1992).
Menurut Winarno (1992), zat pewarna sintetik
harus melalui berbagai prosedur pengujian
sebelum dapat digunakan sebagai pewarna
makanan. Zat pewarna yang diijinkan
penggunaannya dalam makanan dikenal
dengan certified color atau permitted color.
Untuk penggunaannya, zat warna tersebut
harus menjalani tes prosedur penggunaan
yang disebut proses sertifikasi.
10. Pemakaian bahan pewarna sintetik
dalam makanan walaupun
mempunyai dampak positif bagi
produsen dan konsumen,
diantaranya dapat membuat
makanan lebih menarik, meratakan
warna makanan, dan
mengembalikan warna dari bahan
dasar yang hilang atau berubah
selama pengolahan, ternyata dapat
pula menimbulkan hal-hal yang tidak
diinginkan dan bahkan mungkin
memberi dampak negatif terhadap
kesehatan konsumen seperti kanker
kulit, kanker mulut, kerusakan otak
(Winarno dan Sulistyowati, 1994).
11. Menurut (Henry 1996 dalam Lazuardi, 2010), pewarna ditambahkan ke dalam
makanan karena beberapa hal, seperti yang dijelaskan berikut ini :
Untuk menyeragamkan
warna dalam produksi
makanan dari setiap
proses
pengolahan.
Memperkuat warna
penampilan warna dari suatu
makanan agar konsumen
lebih tertarik.
Untuk memberi warna
yang menarik pada
produk makanan
contohnya dalam
produk yang berbahan
dasar gula, es krim
dan minuman, yang
jika tidak diberiwarna
tidak akan menarik
untuk mengetahui
perbedaan antara zat
pewarna alami dan
pewarna sintetik.
12. Tabel 5. Perbedaan antara zat pewarna sintetik dan alami
Pembeda Zat Pewarna Sintetis Zat Pewarna Alami
Warna yang hasil Lebih cerah Lebih pudar
Homogenitas Lebih homogen Tidak homogen
Variasi warna Banyak Sedikit
Harga Lebih murah Lebih mahal
Ketersediaan Tidak terbatas Terbatas
Kestabilan Stabil Kurang stabil
13. Teknik Pemisahan Senyawa Dengan Elektroforesis
Elektroforesis adalah teknik yang digunakan
untuk memisahkan dan memurnikan suatu
makromolekul khususnya protein dan asam
nukleat berdasarkan perbedaan
ukuran. Elektroforesis merupakan metode yang
paling banyak dipakai saat ini dalam percobaan
biokimia dan biologi molekuler (Magdeldin,
2012).
Elektroforesis gel agarosa adalah teknik
paling baik yang pernah dibuat dan secara
rutin digunakan di laboratorium klinis untuk
analisis protein dan DNA pada berbagai
cairan biologis (serum, urin, CSF). Teknik ini
merupakan teknik yang menggunakan prinsip
elektroforesis zona.
14. Prinsip kerja elektroforesis gel dimulai saat makromolekul yang
bermuatan listrik ditempatkan pada medium berisi tenaga
listrik. Molekul-molekul tersebut akan bermigrasi menuju kutub positif
atau kutub negatif berdasarkan muatan yang terkandung di dalamnya
(Magdeldin, 2012). Molekul-molekul yang bermuatan negatif (anion)
akan bergerak menuju kutub positif (anoda), sedangkan molekul-
molekul yang bermuatan positif (kation) akan bergerak menuju kutub
negatif (katoda) (Klug and Cummings, 1994).
15. Elektroforesis gel memiliki beberapa
komponen yang terdiri dari:
1. Comb: digunakan untuk membentuk well
pada gel agarose.
2. Tray: digunakan untuk sebagai cetakan gel
agarose.
3. Chamber: digunakan sebagai wadah gel
agarose.
4. Sumber listrik: digunakan untuk memberi
arus saat proses elektroforesis (Birren
and Lai, 1993).
Dalam proses elektoforesis terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi laju
pergerakan dari molekul DNA, yaitu:
1. Ukuran molekul DNA
2. Konsentrasigel
3. Bentuk molekul
4. Densitas muatan
5. Pori-pori gel
6. Larutan buffer elekroforesis
16. Berdasarkan jenisnya ada dua macam elektroforesis yaitu:
Elektroforesis bebas (free electrophoresis): molekul atau partikel yang
akan dipisahkan tersebar di seluruh larutan. Pemberian arus listrik
pada larutan yang mengandung partikel tersebut akan menyebabkan
terbentuknya batas di antara dua larutan.
Elektroforesis zona: merupakan jenis elektroforesis yang
paling banyak digunakan, mempergunakan media
penunjang, seperti kertas, selulosa asetat, agarose atau
poliakrilamid (Biosciences, 1999).