2. 21
Journal I
Judul Isolasi Dan Pemisahan Senyawa Alkaloid Dari
Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Boerl)
Dengan Metode Kromatografi Cair.
Peneliti Sari Defi Okzelia, Diana Hendrati, dan Nurdjanah
Iljas
Tahun Terbit Journal 2017
Jenis Journal Journal of Nursing and Health Vol 1 No 2
3. 22
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara dengan kekayaan alam yang melimpah,
hampir segalah jenis tumbuhan dapat tumbuh di Negara ini. Sebagian besar sudah
di manfaatkan oleh nenek moyang kita untuk mengobati berbagai penyakit
(Rahmawan, 2008). Wilayah hutan tropika Indonesia memiliki keanekaragaman
hayati tertinggi ke dua di dunia setelah Brazilia. Indonesia dikenal lebih dari
20.000 jenis tumbuhan obat. Namun baru 1.000 jenis saja yang sudah di data,
sedangkan baru sekitar 300 jenis yang sudah dimanfaatkan untuk pengobatan
tradisional (Arief, 2008).
Hampir setiap daerah di Indonesia mengenal ramuan obat yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan yang digunakan untuk pengobatan tertentu secara tradisionil.
Penggunaan tumbuh-tumbuhan tetentu sebagai obat merupakan warisan turun
temurun dari nenek moyang kita sewjak dahulu hingga sekarang ini untuk
penyakit tertentu. Bahan obat yang digunakan dapat berasal dari daun, batang,
akar, bunga dan biji bijian. Sebagai langkah awal penelitian dilakukan skrining
fito kimia untuk memberikan gambaran dasar golongan senyawa yang terkandung
dalam tumbuhan tersebut.
Obat tradisional dalam kimia bahan alam mengandung senyawa-senyawa
yang dikenal dengan metabolit sekunder. Metabolit sekunder merupakan senyawa
kimia yang terbentuk dalam tanaman. Senyawa-senyawa yang tergolong ke dalam
kelompok metabolit sekunder ini antara lain: alkaloid, flavonoid, steroid,
terpenoid, saponin dan lain-lain. Senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa
kimia yang umumnya mempunyai kemampuan biokaktifitas dan berfungsi sebagai
pelindung tumbuhan (Aksara dkk, 2013).
Salah satu dari tumbuhan metobolit sekunder yang biasa digunakan sebagai
tumbuhan obat adalah mahkota dewa. Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa
Boerl.) merupakan tanaman tropis yang berasal dari Papua yang banyak
digunakan sebagai bahan obat. Sejak zaman dahulu, masyarakat Indonesia banyak
yang memanfaatkan tanaman mahkota dewa untuk mengobati berbagai macam
penyakit mulai dari penyakit ringan sampai penyakit berat. Akhir-akhir ini,
mahkota dewa telah menjadi populer dan banyak dijual secara komersial di toko
4. 23
obat, apotek dan rumah sakit. Mahkota dewa bahkan telah menjadi tanaman
primadona sebagai obat serbaguna (Harmanto, 2002).
Menurut Gotawa dkk. (1999) di dalam kulit buah mahkota dewa terkandung
senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, saponin dan flavonoid sementara
dalam daunnya terkandung alkaloid, saponin serta polifenol. Menurut Lisdawati
dkk. (2007) daging buah mahkota dewa mengandung senyawa lignan yang juga
termasuk ke dalam golongan senyawa polifenol. Selain itu menurut Simanjuntak
(2008) juga diperoleh senyawa golongan asam lemak, steroid, benzofenon
glikosida dan karbohidrat dalam buah mahkota dewa.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ramadani (2010), alkaloid
dalam buah mahkota dewa dapat dipisahkan dengan metode kromatografi kolom
dan kromatografi lapis tipis, serta didapatkan kadar alkaloid total yang ditetapkan
dengan metode spektroskopi UV-Vis dalam buah mahkota dewa adalah sekitar
0,0037%. Daun dan buah mahkota dewa diketahui mengandung alkaloid, saponin,
flavonoid, dan polifenol yang memiliki efek farmakologi yaitu antihistamin,
antioksidan, efek sitotoksik, dan antiradang. Daging dan kulit buah bisa
digunakan sebagai obat rematik, asam urat, kanker, diabetes, dan tekanan darah
tinggi (Harmanto, 2002).
1.2 Rumusan Penelitian
Adapun rumusan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana proses isolasi alkaloid dalam buah mahkota dewa dengan
metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) ?
2. Berapa jumlah komponen senyawa alkaloid yang dapat dipisahkan dari
sampel buah mahkota dewa ?
3. Senyawa alkaloid jenis apa yang terkandung dalam buah mahkota dewa ?
5. 24
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui proses isolasi alkaloid dalam buah mahkota dewa dengan
metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).
2. Mendapatkan data dan informasi jumlah komponen senyawa alkaloid yang
dapat dipisahkan dari sampel buah mahkota dewa.
3. Mendapatkan informasi senyawa alkaloid yang terkandung dalam buah
mahkota dewa.
1.4 Manfaat Penelitan
Manfaat dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui efektivitas metode KCKT dalam proses pemisahan senyawa
alkaloid.
2. Sebagai informasi tambahan dalam pemanfaat tumbuhan alam mahkota
dewa sebagai bahan obat.
6. 25
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Boerl)
Mahkota dewa adalah suatu tanaman perdu yang bila dibudidayakan
tingginya mencapai 1,5 – 2,5 meter tetapi dapat mencapai tinggi 6 meter bila
tumbuh secara liar, dimana buah Mahkota dewa merupakan ciri khas tanaman ini.
Buah Mahkota dewa berbentuk bulat seperti telur, tunggal dengan panjang 4-6 cm
dan lebar 3-5 cm terdiri dari kulit, daging, cangkang dan biji (Haryono 2003).
2.2 Taksonomi Mahkota Dewa
Tanaman mahkota dewa merupakan tanaman yang memiliki nama latin
Phaleria macrocarpa. Berikut adalah klasifikasi dari tanaman mahkota dewa:
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Family : Thymelaeaceae
Genus : Phaleria
Spesies : Phaleria macrocarpa
2.3 Senyawa Yang Terkandung Dalam Buah Mahkota Dewa
Menurut Harmanto (2001) buah mahkota dewa mengandung alkaloid,
saponin, flavonoid, dan polifenol dan ekstrak daunnya dapat memberikan efek
antihistamin (Siswono, 2001). Daging buah mahkota dewa mempunyai efek
hipoglikemik (dapat menurunkan kadar gula dalam darah). Berdasarkan hasil
penelitian dapat ditunjukkan bahwa daging buah mahkota dewa menghasilkan
efek antihipoglikemik dengan dosis 241,35 mg/kg berat badan (Primsa, 2002).
Daun serta buah mahkota dewa mengandung saponin dan flavonoid yang
mempunyai efek antihistamin. Secara invitro dan metode Magnus yang
dimodifikasi pada berbagai ekstrak daun buah muda, buah tua mahkota dewa
mampu menurunkan kontraksi histamin murni pada ileum marmot terisolasi.
7. 26
Mahkota dewa juga memberikan efek terhadap uterus, efek sitosik pada sel kanker
rahim, efek hipoglikemik, hepatoprotektor, antiinflamasi, histopatologik pada hati,
ginjal, lambung, ovarium, uterus, pankreas, serta antibakteri.
Secara in vitro dan in vivo juga dapat memberikan efek hipoglikemik
sebagai inhibitor α-Glucosidase, terutamaa pada ekstrak n-butanol buah muda dan
yang sudah masak, ekstrak etil asetat, dan metanol (Sugiwati, 2006). Ekstrak
kloroform, petroleum eter, etanol, dan air memberikan efek toksisitas akut pada
Larva Artemia salina Leach yang diduga kuat merupakan senyawa terpenoid,
saponin, dan flavonoid (Puspaningsih, 2003).
Lisdawati (2007) juga telah melakukan pengujian terhadap kadar toksisitas
ekstrak daging buah dan kulit biji dengan melihat tingkat kematian terhadap larva
Artemia salina Leach setelah diinkubasi selama 24 jam. Hasil menunjukan bahwa
toksisitas yang sangat tinggi yang menyebabkan kematian 50% larva udang
(LC50) berkisar antara 0,1615 – 11,8351 μg/mL. Ekstrak mahkota dewa juga
mampu menghambat pertumbuhan sel Leukimia L1210 sebesar 50 % setelah
masa inkubasi 48 jam (IC50) sangat rendah, yaitu <10 μg/mL (4,99 – 7,71
μb/mL).
2.4 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Salah satu kontrol kualitas dalam menjamin mutu ekstrak tanaman adalah
kandungan zat berkhasiat. Penetapan kadar zat dalam matriks yang
kompleksseperti dalam ekstrak daun yakon diperlukan metode yang selektif
dengan ketelitian dan ketepatan yangmemenuhi persyaratanuntuk metode yang
valid. Salah satu metode tersebut adalah kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT).
KCKT telah digunakan untuk identifikasi dan menetapkan kadar senyawa –
senyawa aktif dalam suatu tanaman (Aziz dkk, 2020).
8. 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan juni sampai september 2017 di
Laboratorium Kimia Analitik Jurusan Kimia FMIPA Unpad untuk isolasi alkaloid
metode maserasi, ekstraksi dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Pemisahan
Alakaloid dengan KCKT dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Kimia
FMIPA Unpad.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini Yaitu :
a. Isolasi Alkaloid
- KLT
- Kromatografi Kolom
b. Pemisahan Alkaloid
- KCKT
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah 153,7 gram sampel
buah mahkota dewa, metanol, pereaksi Dragendorff, pereaksi Wagner, amonium
hidroksida, Silika gel GF254 dan ODS, Silika gel G60 dan ODS, asetonitril, Kalium
dihidrogen fosfat (KH2PO4) 0,05 M, asam posfat 10%.
3.3 Rancangan Penelitian
Penelitian ini terdiri dari 4 tahap yaitu uji pendahuluan berupa uji positif
dengan pereaksi Dragendorff dan pereaksi Wagner ditandai dengan terbentuknya
endapan coklat hingga kuning. Isolasi Alkaloid dilakukan dengan cara maserasi
menggunakan pelarut metanol. Identifikasi Alkaloid menggunakan KLT dan
Kromatografi Kolom. Pemisahan Alkaloid dilakukan dengan menggunakan
KCKT menggunakan kolom fase terbalik yaitu C18 (RP-18e), fase gerak 10%
asetonitril dan 90% kalium dihidrogen fosfat0,05 M dalam air (pH 3), laju alir 1,0
9. 28
mL/menit, suhu kolom 27,5°C (ambien), detektor UV pada panjang gelombang
210 nm dan volume injeksi 20 μL.
3.4 Bagan Alir Penelitian
Dimaserisasi dengan metanol
Dipekatkan dengan Rotary Evaporator pada suhu 40o
C
Ditambahkan asam klorida 1% sampai pH 2-3
Diekstraksi dengan diclorometana-air (1:3)
Ditambah NH4OH sampai pH 9-10
Diekstraksi dengan Cl2CH4-H2O
(1:3)
Dipekatkan
Dilarutkan dengan metanol
Gambar 1. Bagan Alir Prosedur Isolasi dan Pemisahan Alkaloid
Serbuk kering buah mahkota dewa
Ekstrak Metanol Pekat
Fraksi
Diklorometana asam
Fraksi air asam
Fraksi
Diklorometana basa
Fraksi air basa
Fraksi Diklorometana basa pekat
KCKT
Kromatografi Kolom
KCKT
10. 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Uji Kualitatif Alkaloid
Pereaksi Hasil
Dragendorff + (endapan coklat tua)
Wagner + (endapan kuning muda)
Keterangan : (+) mengandung alkaloid
(-) tidak mengandung alkaloid
Tabel 1. Hasil Uji Kualitatif Alkaloid Pada Buah Mahkota Dewa
Uji positif dengan pereaksi Dragendorff dan pereaksi Wagner ditandai
dengan terbentuknya endapan coklat hingga kuning. Hal ini disebabkan terjadinya
reaksi antara atom nitrogen pada senyawa alkaloid dengan logam yang terkandung
dalam pereaksi-pereaksi tersebut membentuk senyawa kompleks. Reaksi alkaloid
dengan pereaksi Dragendorff terlihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Reaksi Alkaloid dengan Pereaksi Dragendorff
4.2 Isolasi Alkaloid
Sebanyak 153,7 gram sampel buah mahkota dewa yang telah kering dan
dihaluskan diekstraksi dengan cara maserasi dengan menggunakan pelarut
metanol. Ekstrak metanol dipekatkan dengan alat rotary evaporatorR-200 Buchi
pada suhu 40°C. Pemanasan dilakukan pada suhu 40°C untuk menghindari
degradasi senyawa karena suhu tinggi. Ekstrak pekat hasil maserasi didapatkan
sebanyak 32,30 gram.
Ekstrak pekat ini diuji kembali keberadaanalkaloidnya dengan pereaksi
Dragendorff. Hasil uji menyatakan ekstrak pekat mengandung alkaoid
sebagaimana dijelaskan pada Tabel 1. Selanjutnya ke dalam ekstrak pekat
11. 30
ditambahkan larutan asam klorida 1% sampai pH 2,68. Ekstrak dipartisi dengan
diklorometana air. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan asam-asam organik
yang lepas serta senyawa organik lain yang tidak larut dalam air, yang akan
terdistribusi ke dalam fase organik (diklorometana) asam.
Garam alkaloid sendiri akan terdistribusi dalam fase air asam. Fase
diklorometana asam akan berada di bagian bawah karena diklorometana
mempunyai berat jenis yang lebih besar daripada air yaitu 1,318 g/mL (25 °C).
Fraksi air asam dan fraksi diklorometana asam diuji kembali keberadaan
alkaloidnya dengan pereaksi Dragendorff. Dari hasil uji dapat diketahui bahwa
fraksi air asam mengandung alkaloid, sedangkanfraksi diklorometana
asam tidak mengandung alkaloid.
Fraksi air asam kemudian dibasakan dengan penambahan amonium
hidroksida pekat sampai pH 9,88.Fraksi air basa lalu dipartisi dengan
diklorometana agar alkaloid bebas terekstraksi ke dalam fase diklorometana basa,
sedangkan garam amonium klorida yang terbentuk akan terekstraksi ke dalam fase
air. Fraksi diklorometana basa dan fraksi air basa diuji keberadaan alkaloidnya
dengan pereaksi Dragendorrf.
4.3 Identifikasi Alkaloid dengan KLT
Gambar 3. KLT Ekstrak diklorometana basa pekat
Gambar diatas kromatogram KLT ekstrak diklorometana basa pekat
dengan fase diam silika gel G60, fase gerak kloroform dan metanol (9,5:0,5).Dari
hasil uji berdasarkan Gambar 3 dapat diketahui bahwa di dalam fraksi
diklorometana basa mengandung alkaloid, sedangkan di dalam fraksi air basa
12. 31
tidak mengandung alkaloid. Fraksi diklorometana basa dipekatkan sehingga
diperoleh ekstrak pekat diklorometana basa sebanyak 77,3 mg.
Gambar 4. KCKT Fraksi 3
Gambar diatas kromatogram KCKT fraksi 3 hasil kromatografi kolom
pertama dengan fase gerak 10% asetonitril dan 90% KH2PO4 0,05 M dalam air
(pH 3), elusi isokratis, kolom RP-18e, volume injeksi 20 μL, laju alir 1,0
mL/menit, detektor UV pada panjang gelombang 210 nm.
Gambar 5. KCKT Fraksi 2
Kromatogram KCKT fraksi 2 hasil kromatografi kolom kedua dengan fase
gerak 10% asetonitril dan 90% KH2PO4 0,05 M dalam air (pH 3), elusi isokratis,
kolom RP-18e, volume injeksi 20 μL, laju alir 1,0 mL/menit, detektor UV pada
panjang gelombang 210 nm. Berdasarkan kromatogram pada Gambar 2,
pemisahan terhadap fraksi diklorometana basa pekat dengan metode KCKT
menghasilkan 6 komponen senyawa alkaloid. Setelah dilakukan fraksinasi dengan
kromatografi kolom klasik, senyawa alkaloid tersebut menjadi lebih murni yaitu
menghasilkan 4 komponen pada fraksi 3 sesuai Gambar 3. Fraksinasi dengan
kromatografi kolom yang dilakukan kembali terhadap fraksi 3 dan menghasilkan
2 komponen senyawa alkaloid sesuai Gambar 4.
13. 32
BAB V KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut :
1. Senyawa alkaloid dalam buah mahkota dewa dapat dipisahkan dengan
metode KCKT, dengan kondisi pemisahan:
Fase gerak : 10% asetonitril dan 90% larutan KH2PO4 0,05 M dalam air
(pH 3) Kolom : C18 (RP-18e) Laju alir : 1,0 mL/menit Detektor : UV
210 nm Volume injeksi: 20 μL.
2. Jumlah komponen senyawa alkaloid yang dapat dipisahkan adalah enam
komponen pada ekstrak pekat. Dilakukan fraksinasi dengan kromatografi
kolom sehingga diperoleh senyawa alkaloid yang lebih murni yaitu empat
komponen pada fraksi setelah kromatografi kolom pertama dan dua
komponen pada fraksi setelah kromatografi kolom kedua.
3. Salah satu senyawa alkaloid yang terkandung dalam buah mahkota dewa
bukan merupakan senyawa alkaloid (atropin) yang digunakan sebagai
standar.
14. 33
DAFTAR PUSTAKA
Aksara dkk., (2013), Identifikasi Senyawa Alkaloid Dari Ekstrak Metanol Kulit
Batang Mangga (Mangifera indica L), Jurnal Entropi, Volume (8) No 1.
Hariana, Arief. 2008. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Aziz dkk., (2020), Optimasi dan Validasi Metode Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi Untuk Menetapkan Kadar Asam Klorogenat dalam Ekstrak Etanol
Daun Yakon (Smallanthus sonchifolius (Poepp. &Endl) H. Robinson),
Jurnal Penelitian Kimia, Vol (16) No 1.
Gotawa, I.B.I., S. Sugiarto, M. Nurhadi, Y. Widiyastuti, S. Wahyono & I.J.
Prapti., (1999), Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jilid V. Jakarta,
Departemen Kes. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
hal: 147-148.
Harmanto, N., (2002), Mahkota Dewa : Obat Pusaka Para Dewa, Jakarta: Agro
Media Pustaka.
Lisdawati, V., S. Wiryowidagdo & L.B.S. Kardono., (2007), Isolasi dan Elusidasi
Struktur Senyawa lignan dan Asam Lemak dari Ekstrak Daging Buah
Phaleria macrocarpa, Buletin penelitian Kesehatan. 35, 115-124.
Primsa, E. , (2002), Efek Hipoglikemik Influsia Simpliasia Daging Mahkota
Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl) pada Tikus Jantan Putih, Skripsi,
Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada, Jogjakarta
Ramadani, N., (2010) Analisis dan Identifikasi Senyawa Alkaloid dalam Buah
Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl) dengan Menggunakan
Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Kolom, FMIPA, Universitas
Padjadjaran.
Simanjuntak, P., (2008), Identifikasi Senyawa Kimia dalam Buah Mahkota Dewa
(Phaleria macrocarpa), Thymelaceae, Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia,
Vol (6), 23-28.
Siswono., (2001), Mahkota Dewa ‘Racun” Irian yang Berkhasiat, Gizi, net 4
Oktober 2001.