SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
Download to read offline
PENCEGAHAN DAN PENATALAKSANAAN NEFROPATI
                                   RADIOKONTRAS

                                 Maimun Syukri, Cut Srijuita

PENDAHULUAN
       Penggunaan radiokontras menyebabkan meningkatnya kasus gangguan ginjal akut
(GgGA) nefrotoksik, diperkirakan 10 % kasus terjadi selama rawatan pasien.Variasi insiden
nefropati kontras yang dilaporkan dari beberapa penelitian dipengaruhi oleh perbedaan definisi,
periode observasi setelah pengunaaan kontras dan prevalensi faktor resiko dalam suatu populasi
penelitian.1 Mitchell dkk dalam penelitiannya menemukan nefropati radiokontras terjadi lebih
10 % pada pasien yang menjalani computed tomography scanning (CT Scan) dengan kontras di
bagian emergensi2.
       Nefropati radiokontras didefinisikan sebagai peningkatan serum kreatinin 0,5-1,0 mg/dl
atau 25% - 50% dari nilai awal yang terjadi 24 jam pertama setelah pemberian media kontras
dan mencapai puncak 5 hari kemudian. European Society of Urogenital Radiology
mendefinisikan nefropati radiokontras adalah gangguan pada fungsi ginjal (peningkatan serum
kreatinin > 0,5 mg/dl atau > 25 %) dalam waktu 3 hari setelah pajanan kontras, tanpa alternatif
etiologi yang lain. Menurut Acute Kidney Injuri Network (AKIN) nefropati radiokontras adalah
peningkatan serum kreatinin ≥ 0,3 mg/dl dengan oliguria.3 Peningkatan absolut serum kreatinin
≥ 0,3 mg/dl sama sensitifnya dan lebih spesifik untuk komplikasi gangguan ginjal berat dan
kematian.2

PATOGENESIS NEFROPATI RADIOKONTRAS
       Nefropati radiokontras pada awalnya diklasifikasikan sebagai nekrosis tubular akut dan
nefropati toksik. Vakuolisasi tubular kortek terjadi setelah pemberian radiokontras menunjukkan
pertanda adanya kerusakan yang ditimbulkan radiokontras dan sebagai tanda adanya kerusakan
tubulus.4
       Radiokontras difiltrasi melalui glomerulus, tidak diabsorpsi atau dimetabolisme oleh sel
tubulus. Pada nefropati radiokontras terjadi kombinasi yang unik dari berbagai proses patologi
yang melibatkan disfungsi endotel, hipoksia jaringan ginjal dan adanya oksigen radikal bebas
yang sitotoksik.4,5


                                              1
Hipoksia Medular
        Oksigen yang berlebihan pada kortek ginjal dan kekurangan oksigen pada medulla akan
memudahkan nefropati radiokontras. Dalam keadaan normal tekanan oksigen parsial medulla
(PO2) 30 mmHg dan dapat dideteksi dengan mikroelekrode oksigen pada kondisi fisiologi
normal yang menandakan aliran darah regional. Batasan pengiriman oksigen medulla adalah
8 ml/menit/100 gram jaringan akan cukup untuk metabolisme transport tubulus. Ginjal
mempunyai mekanisme regulasi untuk mempertahankan konsentrasi urine tanpa menyebabkan
hipoksia medulla. Konsentrasi urine yang optimal memerlukan suplai oksigen yang baik.
Reabsorpsi tubulus di pengaruhi oleh kontrol laju filtrasi glomerulus dan regulasinya pada
reabsorpsi tubulus distal.4,5,6
        Sangat penting diketahui bahwa pathogenesis nefropati radiokontras disebabkan iskemi
medulla. Pada kasus gangguan prerenal (dehidrasi) akan meningkatkan nefropati radiokontras.
Pada pasien multiple myeloma juga akan meningkatkan resiko nefropati radiokontras yang
mungkin sangat dipengaruhi dehidrasi. Faktor independent lain seperti usia, jenis kelamin,
penyakit aterosklerosis dan fraksi ejeksi yang rendah juga menpengaruhi kejadian nefropati
radiokontras. Pada penderita penyakit ginjal kronik (PGK) yang menjalani hemodialisis regular,
media kontras dapat segera dibersihkan karena tidak terikat protein 4,10




                                                 2
Gambar 1 . Patofisiologi hipoksia dan mekanisme toksik nefropati kontras4


GAMBARAN PATOLOGI NEFROPATI RADIOKONTRAS
       Karakteristik lesi pada ginjal adalah vakuolisasi sel tubular proksimal (nephrosis
osmosis). Heymen et al. melakukan 211 biopsi ginjal setelah hari ketujuh pada pasien yang
mendapatkan radiokontras urography atau arteriography ginjal akan mengalami nephrosis
osmosis pada 47 kasus. Bentuk nefrosis osmosis difus lebih banyak terjadi pada penyakit ginjal
berat, vakuola ditemukan pada sel tubular, menunjukan nefropati radiokontras dapat
menyebabkan vakuolisasi ini. Vakuola tidak dibentuk dari endositosis tetapi dari invaginasi
membran sel. Hal ini menunjukan radiokontras pada daerah paraselular dapat menyebabkan
kerusakan membrane.4,7 Struktur histokimia menunjukkan vakuola ini terdiri dari aktifitas asam


                                              3
pospat. Kidney injury molecule (KIM-1), sebuah petanda kerusakan tubular proksimal tidak
ditemukan pada urine pasien nefropati radiokontras mendukung konsep vakuola tubulus
proksimal tanpa kerusakan sel tubulus. Vakuola tubular proksimal merupakan petanda akibat
paparan radiokontras dan sebagai indikator nefropati radiokontras.4,6


MANIFESTASI KLINIS
       Manifestasi klinis yang sering tampak adalah gejala penurunan fungsi ginjal akut setelah
injeksi intravascular radiokontras iodine. Nefrropati radiokontras non oliguria lebih sering
terjadi dari pada oliguria. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal yang mendapatkan radiokontras
biasanya akan mengalami fase oliguria setelah hari kedua sampai ke lima pemberian
radiokontras dan terjadi perbaikan volume urin dan serum kreatinin pada hari ketujuh. Perbaikan
fungsi ginjal lebih lama bila terjadi gangguan fungsi ginjal yang lebih berat dan lebih dari 30 %
pasien akan berakhir dengan gagal ginjal derajat bervariasi. Gagal ginjal dapat bersifat
ireversibel dan memerlukan tindakan hemodialisis. Nefropati radiokontras sering menyebabkan
peningkatan angka hari rawat rumah sakit dan angka kematian4,5,7


PASIEN YANG BERESIKO(4,9)
       Penelitian yang besar menemukan adanya faktor resiko melibatkan usia, laki-laki,
preexisting disfungsi renal, diabetes mellitus, dehidrasi, gagal jantung kongestif, myeloma
multiple dan jumlah volume radiokontras yang diberikan.

   1. Pasien dengan penurunan fungsi ginjal
       Pasien prekaterisasi dengan kreatinin > 1,2 mg/dl menunjukan peningkatan insiden
nefropati radiokontras secara eksponensial setelah pemberian radiokontras. Pasien dengan
kreatinin > 1,5 mg/dl mempunyai resiko nefropati radiokontras 21 kali dibanding normal.

   2. Diabetes Melitus
       Insiden nefropati radiokontras terjadi 16 % pada pasien diabetes mellitus dengan fungsi
ginjal normal.




                                                4
3. Volume radiokontras
       Volume radiokontras berkorelasi langsung dengan resiko nefropati radiokontras. Pasien
dengan kreatinin awal > 1,8 mg/dl dibagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok tidak dibatasi
pemberian radiokontras dan kelompok lain dibatasi dengan formula. Didapatkan nefropati
radiokontras 2 % pada pasien yang mendapatkan radiokontras yang dibatasi dibandingkan 26 %
pada kelompok yang tidak dibatasi.

   4. Faktor resiko lain
                     Tabel 1 . Faktor resiko kontras induced nefropati.5
            Patient-Related Factors                            Prosedure Related Factors
Chronic kidney disease                             Large volume of Contrats Media (CM)
CHF (low cardiac output                            Intraarterial CM administration
Diabetes mellitus with CRF                         Multipel administration of CM within 72 jam
AGE                                                Osmolality and iconicity of CM
Intravascular volume depletion(dehydration)        Intraaortic balloon pump
Systemic hypotension                               Emergent/primary percutaneus coronary
Nephrotoxic drugs                                  intervension (PCI)
Anemia-PCI related blood loss
Renal transplant
Hypoalbuminemia (<3,5g/L)

Contrast Induced Nephropathy (CIN) working panel, mengeluarkan konsensus sebagai
berikut 3:
Tabel 2. Konsensus nefropati radiokontras.3
Consensus Statement 1
-Contrast induced AKI is a common and potensially serious complication after the administration
of contrast media in patient at risk for acute renal injury.
Consensus Statement 2
-The risk of contrast induced AKI is elevated and of clinical importance in patient with chronic
kidney disease(particularly when diabetes is also present),recognized by an eGFR < 60
ml/min/1,73m2.
Consesnsus Statement 3
-When serum creatinine or eGFR is unavailable,then a survey may be used to identify patients at
higher risk for contrast induced AKI than the general population.
Consensus Statement 4
-In the setting of emergency procedures,where the benefit of very early imaging outweigts the
risk of waiting the procedure can be performed without knowlegdge of serum creatinine or eGFR
Consensus Statement 5
-The presence of multiple contrast induced AKI risk factor in the same patient or high risk



                                               5
clinical scenarios can create a very high risk (~50%) for contrast induced AKI and (~15%) acute
renal failure requiring dialysis after contrast exposure.
Consensus Statement 6
-In patients at increase risk for contrast induced AKI undergoing intra arterial administration of
contrast,ionic high osmolality agents pose a greater risk for contrast induced AKI than low
osmolality agents. Current evidence suggests that for intra arterial administration in high risk
patients with chronic kidney disease, particularly those with diabetes mellitus, nonionic,
isoosmolar contrast is associated with the lowest risk of contrast induced AKI.
Consensus Statement 7
-Higher contrast volumes (>100 ml) are associated with higher rates of contrast induced AKI in
patients at risk. However, even small(~30ml) volumes of iodinated contrast in very high risk
patient can cause contrast induced AKI and acute renal failure requiring dialysis, suggesting the
absence of a threshold effect.
Consensus Statement 8
-Intra arterial administration of iodinated contrast appears to pose a greater risk of contrast
induced AKI above that with intravenous administration.
Consensus Statement 9
-Adequate intravenous volume expansion with isotonic cystalloid (1,0-1,5 ml/kg/h) for 3 -12 h
before the procedure and continued for 6 – 24 h afterwards can lessen the probability of contrast
induced AKI in patients at risk. The data on oral as opposed to intravenous volume expansion as
a contrast induced AKI prevention measure are insufficient.
Consensus Statement 10
-No adjunctive medical or mechanical treatment has been proven to be efficacius reducing the
risk of AKI after exposure to iodinated contrast. Prophylactic hemodialysis or hemofiltration has
not been validated as an effective strategy.



       Adapun Bartorelli et al5 menemukan beberapa faktor resiko dan mengabungkan dengan
beberapa penelitian besar lainnya sehingga didapatkan skema prediksi resiko kejadian nefropati
radiokontras sebagai berikut :




                                                6
Gambar 2 . Skema prediksi resiko nefropati radiokontras.5


DIAGNOSIS NEFROPATI RADIOKONTRAS
       Diagnosis dapat diperkirakan dengan adanya oliguria setelah 24 – 48 jam pemberian
radiokontras. Diagnosis prerenal dan post renal juga harus tetap dipertimbangkan, faktor
komorbid seperti sepsis, gagal hati, pemaparan nefrotoksin lainnya dan emboli kolesterol. Satu
gambaran yang sering ditemukan adalah konsentrasi natrium urine dan fraksi eksresi natrium
menjadi rendah. Urinalisis menunjukkan cast nekrosis tubular akut. Terdapat elemen seperti cast,
debris di urine pada pasien yang mendapat radiokontras, adanya kristal urat amorphic dan
menunjukkan eksresi kristal kalsium berat. Adanya nefrogram yang persisten setelah 24 – 48 jam
setelah pemberian radiokontras merupakan sebuah karakteristik. Nefrogram persisten merupakan
indikator yang sensitive untuk gagal ginjal akut (83 % pasien gagal ginjal akut dengan nefrogram
positif). Dengan spesifikasi tinggi ( 93% pasien tanpa gagal ginjal akut tidak dengan nefrogram
persisten).   Adanya    biomarker   urine   dikeluarkan   dari   sel   tubulus   seperti   gamma
glutamyltranspeptidase, alanin aminopeptidase, alkaline phospatase atau N asetil beta
glucosaminidase, protacted enzimuria, lima hari setelah radiokontras merupakan indikasi
kerusakan tubulus.4,9




                                               7
PENCEGAHAN TERHADAP NEFROPATI RADIOKONTRAS
       Pada individu sehat tanpa faktor resiko, insiden nefropati radiokontras sangat rendah
(kurang dari 1 %) dan jarang memerlukan renal replacement therapy. Pada pasien resiko tinggi
beberapa strategi dilakukan melibatkan seleksi pasien, radiokontras osmolaritas rendah atau
isoosmolar, pemberian dosis rendah dan protokol hidrasi.4


SELEKSI PASIEN
       Pendektesian faktor resiko dan pemeriksaan fisik untuk mengurangi insiden nefropati
radiokontras. Penggunaan obat anti imflamasi non steroid dan obat-obatan yang mempengaruhi
oksigenasi parenkim ginjal seperti cyclosporine dan amphoterisine . Pasien dengan resiko tinggi
tidak dianjurkan untuk perawatan lebih awal dan pemilihan prosedur imaging lain. Monitor
fungsi ginjal 48 – 72 jam sebaiknya dilakukan sebelum prosedur.7,11
Rekomendasi dan seleksi pasien untuk pencegahan nefropati kontras.11
1. Pasien yang mendapat angiografi terjadwal harus diperiksa serum kreatinin.
2. Pemeriksaan kliren kreatinin.
3. Pasien dengan resiko sedang sampai berat :
       a. Pemilihan pemeriksaan imaging ( gadolinium angiography)
       b. Penghentian NSAID, dipiridamol, metformin 48 jam sebelum prosedur
       c. Hentikan diuretik dan ACE inhibitor 24 jam sebelum prosedur
       d. Hidrasi
              Resiko sedang : 0,45% saline ( 1,0-1,5mL/kg/jam) 4 jam sebelum prosedur s/d 24
               jam setelah prosedur.
              Resiko berat : 0,45 % saline ( 1,0-1,5 ml/kg/jam) 12 jam sebelum prosedur s/d 24
               jam setelah prosedur
       e. Pengunaan radiokontras molekul rendah
       f. Volume radiokontras dibatasi
       g. Monitor produksi urine, pemeriksaan BUN dan SC 24 jam setelah prosedur.


Asosiasi radiologi Canada, merekomendasikan sebagai berikut 13:




                                                8
Adapun rekomendasi dari UK Health care guidelines adalah sebagai berikut12:




                 Gambar 3. Skema guideline preventif kontras induced nefropati.



                                              9
Bartoreli dkk menemukan pada beberapa penelitian hidrasi dengan saline isotonik lebih
superior dibandingkan ½ saline isotonik karena peningkatan kemampuan cairan isotonik meluas
ke volume intravascular.5




                            Gambar 4. Perbandingan protokol hidrasi5
Tabel 3. Strategi farmakologi preventif kontras induced nefropati 5
                    Positive results (potensially benecial)
                         Hydration
                         Theophylline/aminophylline
                         N-acetylcysteine
                         Ascorbid acid
                         Statins
                         Prostaglandin E1
                         Trimezatidine
                    Neutral result ( no consistent effect)
                        Fenoldopam
                        Dopamine
                        Chalcium chanel blockers
                                Amlodipine
                                Felodipine
                                Nifedipin
                                Nitrendipine
                        Atrial natriuretic peptide
                        L-Arginine
                    Negative results (potensially detrimental)
                        Furosemide
                        Mannitol
                        Endothelin receptor antagonist


                                               10
PROTOKOL HIDRASI
       Pemberian cairan bertujuan untuk mengurangi rangsangan vasokontriksi pada pasien
yang mengalami kekurangan cairan, mengkompensasi kehilangan cairan akibat pengunaan
diuresis osmosis, menurunkan konsentrasi radiokontras pada intralumen tubulus dan mengurangi
viskositas urine serta mengurangi toksisitas terhadap jaringan ginjal. Pemberian cairan pasien
rawat inap dilakukan dengan saline 0,45 % 1 mL/kg/jam selama 24 jam dan 6 – 12 jam sebelum
radiokontras. Pada pasien rawat jalan pemberian cairan dilakukan dengan jalan oral sebelum
tindakan diikuti saline 0,45 % enam jam setelah prosedur. Metode ini efektif untuk gangguan
fungsi ginjal derajat ringan-sedang. Pemilihan saline 0,45% saat ini sudah digantikan saline 0,9
%.4,5,11 Clavijo dkk melaporkan secara analisis retrospektif bahwa infuse cepat dextrose 5 %
intraarterial ( 1 L melalui arteri femoralis dibolus > 5 menit sebelum angiografi) efektif pada
pasien dengan CCT ≤ 60 mL/min.5
        Adapun rekomendasi dari UK Health care guidelines adalah sebagai berikut12:
                                 Hydration with Saline Guidelines
IVF = 1 mL/kg/hr ( max 100 ml/hr) 12 hours pre & 12 hours post contrast (24 hour total infusion
duration)
CHF or left ventricular ejection fraction (LVEF) < 40 % ?
0,5 ml/kg/hr (max 50 ml/hr) 12 hrs pre & post contrast ( 24 hour total infusion duration)
Emergent procedure ? (suggested regimen):
Fluid bolus of 500 – 1000 ml prior to procedure. Hydration during procedure and/or 12 hrs after
if possible ( dependent on clinical status)

PEMILIHAN RADIOKONTRAS
       Pengunaan radiokontras dengan osmolaritas rendah berguna untuk mengurangi insiden
nefropati . Penelitian metaanalisis membandingkan radiokontras osmolaritas tinggi dan rendah,
didapatkan    radiokontras   dengan   osmolaritas   rendah   sedikit   menyebabkan     nefropati
radiokontras4,7


Dosis radiokontras
       Gagal ginjal akut memerlukan dialysis tidak terjadi pada pasien yang diberikan 100 mL
kontras. Dosis kontrol radiokontras menggunakan formula khusus yang dapat mengurangi 90 %
insiden nefropati radiokontras.




                                              11
Dosis radiokontras (mL) = 5 ml x berat badan (kg)
                           Serum kreatinin ( mg/dL)
       Efek nefrotoksik radiokontras bersifat dose dependent, makin tinggi dosis makin tinggi
resiko nefropati. Terdapat korelasi dosis radiokontras dengan kadar kreatinin jika radiokontras
diberikan pada pasien dengan preexisting renal impairment. Penurunan fungsi ginjal akibat
radiokontras osmolaritas tinggi adalah dua kali dibandingkan osmolaritas rendah.3,4,7


VASODILATOR
       Pengunaan vasodilator bertujuan mencegah nefropati dengan meningkatkan laju filtrasi
glomerulus, menurunkan konsentrasi radiokontras intralumen dan memperpendek waktu transit.
Radiokontras menurunkan aliran darah kortek dan laju filtrasi glomerulus. Calcium channel
blocker telah digunakan untuk menurunkan insiden nefropati kontras, obat ini meningkatkan
aliran darah ginjal dan menurunkan reperfusi injuri setelah iskemia ginjal. Laju filtrasi ginjal dan
peningkatan aliran darah ke ginjal akan berkurang pada pasien yang mendapat radiokontras
osmolaritas tinggi dan tidak berubah pada radiokontras osmolaritas rendah.5,7


DOPAMIN DAN FENOLDOPAM
       Dopamin dosis rendah merupakan vasodilator ginjal dan memperbaiki laju filtrasi ginjal
pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal. Pada pasien diabetes dengan disfungsi endotel
terjadi perbaikan aliran darah kortek dan laju filtrasi glomerulus yang mempengaruhi oksigenasi
medulla. Fenoldopam merupakan agonis DA-1 selektif dapat menginduksi vasodilatasi ginjal,
meningkatkan laju filtrasi glomerulus, diuresis dan natriuresis. Studi prospektif membandingkan
110 pasien resiko tinggi (kreatinin>1,5 mg/dl) dengan kontrol, didapatkan insiden nefropati
radiokontras 4,5% dibandingkan kontrol 19%. Terdapat pasien resiko tinggi pada kliren kreatinin
< 60 L/min, insiden nefropati kelompok fenoldopam 34 % dibandingkan 30 % pada kelompok
kontrol, sehingga dengan hasil ini pemberian dopamine dan fenoldopam tidak direkomendasikan
pada pasien yang mempunyai resiko tinggi.5,6,7




                                                 12
Tabel 5.Perbandingan pengunaan vasodilator pada beberapa klinikal trial.7




                                           13
THEOPHYLIN
       Penelitian Katholi terhadap 93 pasien yang diobati dengan teophylin setelah randomisasi
radiokontras osmolaritas rendah dan tinggi. Ditemukan theophylin dapat mencegah nefropati dan
menurunkan kliren kreatinin. Kapoor meneliti 70 pasien diabetes yang mendapatkan
radiokontras molekul tinggi, ditemukan nefropati radiokontras terjadi 3 % pada pasien yang
diberikan teophylin di bandingkan 31 % pada kelompok kontrol.4,5


PEPTIDA NATRIURETIK
       Pada pasien diabetes, Atrial natriuretik peptide (ANP) menurunkan fungsi ginjal dengan
peningkatan kreatinin dua kali dibandingkan kelompok kontrol. Peningkatan laju filtrasi
glomerulus dan aliran darah ginjal setelah pemberian radiokontras akan merubah mikrosirkulasi
medulla dan menyebabkan hipoksia regional dan hipoksia medulla. Peptida natriuretik disertai
hidrasi tidak mencegah nefropati radiokontras pada pasien diabetes.4,5


DIURETIK
       Furosemid mengurangi oksigenasi medulla yang disebabkan radiokontras. Furosemide
dapat meningkatkan resiko nefropati radiokontras karena efeknya terhadap vasokontriksi
medulla.5


ANTI OKSIDAN N-ACETYLSISTEIN
       N-Asetylsistein memproteksi sel epitel tubulus, memperbaiki disfungsi endotel dan
mengurangi hipoksia medulla. N-acetylsistein mencegah sitotoksik dengan menetralisir radikal
bebas , vasodilatasi regional, memperbaiki mikrosirkulasi medulla ginjal karena injuri reperfusi
dan vasokontriksi yang disebabkan oleh radiokontras. Suatu metaanalisis dari 7 penelitian
menemukan pengunaan N-acetylcystein ditambah hydrasi mengurangi resiko nefropati
radiokontras 56 % pada pasien dengan insufisiensi renal.4,7 Meskipun N-acetylcystein aman,
mudah digunakan dan murah namun preventif nefropati radiokontras masih kontroversi.9




                                               14
Adapun rekomendasi dari UK Health care guidelines adalah sebagai berikut12:
                                 Acetylcysteine dosing guidelines
Tolerating PO intake ?
600 -1200 mg capsule PO Q12h x 4 doses
2 doses pre cantrast and 2 doses post contrast is optimal
Feeding tube or NGT access ?
Acetylcystein 600 -1200 mg ( 3 mL of 20 % soln) liquid PT/NG Q 12h x 4 doses total
Emergency procedure ?
1 dose before and 3 doses post cath or procedure is acceptable (Q12h x 4 doses total)
IV Acetylcysteine ?
600 -1200 mg IV x over15 minutes,then 600-1200 mg PO/PT q12h x 4 doses post procedure: for
high risk patient undergoing cardiac catheterization or PE protocol CT scan with no PO acsess
“Monitor patient for anaphylactoid infusion reaction.”
IV Alternative :
Ascorbid acid 3 gm IV x 1 dose 2 hours prior to procedure, then 2 gm IV BID x 2 doses post
procedur.
Aminophyline 300 mg IV x 1 (infused over 1 hour) prior to procedure.




           Gambar 5. N-acetylsistein sebagai renal protector pada radiokontras




                                             15
MANITOL
        Manitol merupakan salah satu obat untuk pencegahan nefropati radiokontras. Manitol
dapat menyebabkan osmosis diuresis yang mempunyai efek menguntungkan pada gagal ginjal
akut dengan jalan mengurangi obstruksi tubulus. Manitol sama seperti dopamine dan natriuretik
peptide mempunyai efek yang lebih superior dibandingkan saline untuk mencegah gagal ginjal
akut pada pasien non diabetes, sedangkan akan memperburuk fungsi ginjal akut pada pasien
diabetes.4,5
NATRIUM BIKARBONAT
        Pemberian natrium bikarbonat akan meningkatkan pH urine dan medulla ginjal yang
akan menurunkan produksi radikal bebas dan memproteksi ginjal dari injuri oksidasi pada
nefropati radiokontras. Ada suatu study ekperimental menunjukkan bahwa infus natrium
bikarbonat lebih efektif daripada hidrasi dengan natrium klorida. Kombinasi N-acetylsistein dan
natrium bikarbonat sebelum prosedur akan lebih protektif terhadap nefropati radiokontras
dibandingkan pemberian masing-masing.4,5,9


Adapun rekomendasi dari UK Health care guidelines adalah sebagai berikut12:
                                 Bicarbonate dosing guidelines
IVF = 150 meq of sodium bicarbonate in 1 liter of D5W
3 ml/kg bolus ( max 300 ml) 1 hour prior to procedure AND 1 ml/kg/hour (max 100 ml/hr)
during and for 6 hours post procedure.
Glycemic control issues (including patients with diabetes)?
Consider mixing bicarbonate in 1 liter of sterile water instead of D5W

HEMODIALISIS PROFILAKSIS
        Suatu penelitian   terhadap 31 pasien dengan klirens kreatinin > 1,4 mg/dl, diantara
kelompok pasien yang mendapat hemodialisis tunggal setelah pemberian radiokontras, tidak
ditemukan perbedaan insiden nefropati radiokontras dibandingkan kelompok yang tidak
dihemodialisis. Hemodialisis profilaksis sampai saat ini tidak direkomendasikan.5,7


HEMOFILTRASI
        Hemofiltrasi merupakan terapi penganti ginjal berkelanjutan dan memerlukan infus
cairan penganti isotonic (1.000 mL/h). Tehnik ini memberikan hidrasi volume yang besar tanpa



                                               16
menyebabkan kelebihan cairan dan terjadi hemostabilitas selama prosedur. Studi yang
melibatkan pasien dengan gagal ginjal (kliren kreatinin 26 mL/mnt) yang mendapatkan
angioplasty koroner dengan radiokontras          osmolaritas rendah (247 mL) dan dilakukan
hemofiltrasi selama 4 – 8 jam sebelum prosedur dan dilanjutkan 18 – 24 jam sesudah prosedur
menurunkan insiden nefropati radiokontras dari 50 % pada kelompok kontrol menjadi 5 % pada
kelompok yang dihemofiltrasi. Penderita PGK            yang mendapat radiokontras media dengan
volume besar dengan hemofiltrasi hemodinamik menjadi stabil, menghindari hipoperfusi renal
dan menurunkan pemaparan radiokontras pada ginjal. Hemofiltrasi efektif untuk menurunkan
kadar radiokontras dalam sirkulasi. Kekurangan tehnik ini adalah biaya yang mahal (cost
effective) dan memerlukan terapi yang intensif.5,7,1
       Adapun rekomendasi untuk mengurangi contrast induced nefropaty:

Tabel 7 . Ringkasan rekomendasi intervensi untuk mengurangi resiko kontras induced
nefropati (NEJM,2006)




                                                17
DAFTAR PUSTAKA
1. Coffman T, Kidney function impairment caused by therapeutic agents.In : Greenberg
   A.Editor.Primer on kidney disease,5th ed .Philadelphia,Elseveir.2009.P.288-289.
2. Mitchell AM, Jones AE. Incidence of contrast induced nephropaty after contrast
   enhanced computed tomography in the outpatient setting. Clin J Am Soc
   Nephrol.2010;5:4-9.
3. McCullough PA, Contrast induced acute kidney injury. J.Am.Coll.Cardiol.2008;51:1419-
   1428.
4. Heyman S, Mayer B, Robert EC. Radiocontrast media-induced acute renal failure.In :
   Robert WS, editor.Dissease of the kidney & urinary tractus.8th ed.Philadelphia: Churchill
   Livingstone; 2007.p.1099-120.
5. Bartorelli AL,Marenzi G. Contrast induced nephropathy. Journal of          intervensional
   cardiology.2008;21:74-85.
6. Bandara R. Gangguan ginjal akut akibat media kontras. Dalam : Roesli MA, Gangguan
   Ginjal Akut. cetakan I. RSHS. Jakarta. 2008. hal 188-194.
7. Ilan G, Shlomi M. Nephropathy induced by contrast media:pathogenesis, risk factors and
   preventive strategies.CMAJ.2005;172:10-1503.
8. Solomon R, Rudnick MR, Saini S. CIN strategies: anticipate,manage,prevent. Imaging
   economics medical imaging supplement. 2007.
9. Rudnick MR, Kesstlheim A, Goldfarbs. Contrast induced nepropathy: How it develops,
   how to prevent it.Cleveland clinic journal of medicine. 2006:73.
10. Kawashima A, LeRoy AS. Plain radiography, excretion radiography, and contrast
   radiography.In : Davison AM editor. Oxforord Text Book of Clinical Nephrology.3rd
   Ed.Oxford University Press.2005.
11. Barrett BJ, Partrey PS. Preventing nepropathy induced by contrast medium. NEJM. 2006.
   354: 379-386.
12. Dunn S.Guidelines for contrast induced nephropathy (CIN) prevention in adults. UK
   health care.2008.
13. Andrew B, Margaret FH, Peter M, et al. Guidelines for the prevention of contrast induced
   nephropathy. Canadian association of radiologist.



                                           18

More Related Content

What's hot

Immunoassay berlabel
Immunoassay berlabelImmunoassay berlabel
Immunoassay berlabelrastukaryana1
 
Morphin,taxol dan derivatnya
Morphin,taxol dan derivatnyaMorphin,taxol dan derivatnya
Morphin,taxol dan derivatnyaAsri HY
 
Penentuan kadar ca dan mg serta turbiditas
Penentuan kadar ca dan mg serta turbiditasPenentuan kadar ca dan mg serta turbiditas
Penentuan kadar ca dan mg serta turbiditasUIN Alauddin Makassar
 
Pemeriksaan jamur secara mikroskopik
Pemeriksaan jamur secara mikroskopikPemeriksaan jamur secara mikroskopik
Pemeriksaan jamur secara mikroskopikAnnisa Nurul Chaerani
 
Tibaru11
Tibaru11Tibaru11
Tibaru11andreei
 
Pewarnaan histokimia
Pewarnaan histokimiaPewarnaan histokimia
Pewarnaan histokimiaIrwin Septian
 
GAGAL GINJAL KRONIK TAHAP AKHIR STUDI KASUS APOTEKERPHARMACEUTICAL CARE
GAGAL GINJAL KRONIK TAHAP AKHIR STUDI KASUS APOTEKERPHARMACEUTICAL CARE GAGAL GINJAL KRONIK TAHAP AKHIR STUDI KASUS APOTEKERPHARMACEUTICAL CARE
GAGAL GINJAL KRONIK TAHAP AKHIR STUDI KASUS APOTEKERPHARMACEUTICAL CARE SofiaNofianti
 
Fisika Modern 12 nuclear physics
Fisika Modern 12 nuclear physicsFisika Modern 12 nuclear physics
Fisika Modern 12 nuclear physicsjayamartha
 
Regimen dosis pada gagal jantung (heart failure)
Regimen dosis pada gagal jantung (heart failure)Regimen dosis pada gagal jantung (heart failure)
Regimen dosis pada gagal jantung (heart failure)Taofik Rusdiana
 
Analisa kuantitatif gugus fungsi 2
Analisa kuantitatif gugus fungsi 2Analisa kuantitatif gugus fungsi 2
Analisa kuantitatif gugus fungsi 2Endang Lestari
 
Singkatan bahasa latin dalam kefarmasian ppt
Singkatan bahasa latin dalam kefarmasian pptSingkatan bahasa latin dalam kefarmasian ppt
Singkatan bahasa latin dalam kefarmasian pptnadhifah pratiwi
 
PowerPoint_A1314024(A)
PowerPoint_A1314024(A)PowerPoint_A1314024(A)
PowerPoint_A1314024(A)Chacha febrian
 
Kimia analisa instrument
Kimia analisa instrumentKimia analisa instrument
Kimia analisa instrumentFadilah Nur
 
Bab i & ii budaya K3 dan pembuatan larutan
Bab i & ii budaya K3 dan pembuatan larutanBab i & ii budaya K3 dan pembuatan larutan
Bab i & ii budaya K3 dan pembuatan larutanAndreas Cahyadi
 

What's hot (20)

Analisis resep
Analisis resepAnalisis resep
Analisis resep
 
Immunoassay berlabel
Immunoassay berlabelImmunoassay berlabel
Immunoassay berlabel
 
Morphin,taxol dan derivatnya
Morphin,taxol dan derivatnyaMorphin,taxol dan derivatnya
Morphin,taxol dan derivatnya
 
Anemia aplastik
Anemia aplastikAnemia aplastik
Anemia aplastik
 
Penentuan kadar ca dan mg serta turbiditas
Penentuan kadar ca dan mg serta turbiditasPenentuan kadar ca dan mg serta turbiditas
Penentuan kadar ca dan mg serta turbiditas
 
Tkk1
Tkk1Tkk1
Tkk1
 
Pemeriksaan jamur secara mikroskopik
Pemeriksaan jamur secara mikroskopikPemeriksaan jamur secara mikroskopik
Pemeriksaan jamur secara mikroskopik
 
Tibaru11
Tibaru11Tibaru11
Tibaru11
 
Hemostasis uii
Hemostasis uiiHemostasis uii
Hemostasis uii
 
Pewarnaan histokimia
Pewarnaan histokimiaPewarnaan histokimia
Pewarnaan histokimia
 
GAGAL GINJAL KRONIK TAHAP AKHIR STUDI KASUS APOTEKERPHARMACEUTICAL CARE
GAGAL GINJAL KRONIK TAHAP AKHIR STUDI KASUS APOTEKERPHARMACEUTICAL CARE GAGAL GINJAL KRONIK TAHAP AKHIR STUDI KASUS APOTEKERPHARMACEUTICAL CARE
GAGAL GINJAL KRONIK TAHAP AKHIR STUDI KASUS APOTEKERPHARMACEUTICAL CARE
 
Fisika Modern 12 nuclear physics
Fisika Modern 12 nuclear physicsFisika Modern 12 nuclear physics
Fisika Modern 12 nuclear physics
 
Stem Cell
Stem CellStem Cell
Stem Cell
 
Regimen dosis pada gagal jantung (heart failure)
Regimen dosis pada gagal jantung (heart failure)Regimen dosis pada gagal jantung (heart failure)
Regimen dosis pada gagal jantung (heart failure)
 
Analisa kuantitatif gugus fungsi 2
Analisa kuantitatif gugus fungsi 2Analisa kuantitatif gugus fungsi 2
Analisa kuantitatif gugus fungsi 2
 
Singkatan bahasa latin dalam kefarmasian ppt
Singkatan bahasa latin dalam kefarmasian pptSingkatan bahasa latin dalam kefarmasian ppt
Singkatan bahasa latin dalam kefarmasian ppt
 
PowerPoint_A1314024(A)
PowerPoint_A1314024(A)PowerPoint_A1314024(A)
PowerPoint_A1314024(A)
 
Kimia analisa instrument
Kimia analisa instrumentKimia analisa instrument
Kimia analisa instrument
 
Bab i & ii budaya K3 dan pembuatan larutan
Bab i & ii budaya K3 dan pembuatan larutanBab i & ii budaya K3 dan pembuatan larutan
Bab i & ii budaya K3 dan pembuatan larutan
 
Basic pharmacokinetics
Basic pharmacokineticsBasic pharmacokinetics
Basic pharmacokinetics
 

Similar to Contrast nephropathy

Penyakit ginjal polikistik dominan autosomal.docx
Penyakit ginjal polikistik dominan autosomal.docxPenyakit ginjal polikistik dominan autosomal.docx
Penyakit ginjal polikistik dominan autosomal.docxSitiAmaliaPratiwi1
 
OBAT YANG MENGINDUKSI NEFROTOKSISITAS
OBAT YANG MENGINDUKSI NEFROTOKSISITASOBAT YANG MENGINDUKSI NEFROTOKSISITAS
OBAT YANG MENGINDUKSI NEFROTOKSISITASAisyah Asmara
 
Makalah arf atau gga
Makalah arf atau ggaMakalah arf atau gga
Makalah arf atau ggaUmy Meimei
 
Contrast Induced Nephropathy CIN Angiography
Contrast Induced Nephropathy CIN AngiographyContrast Induced Nephropathy CIN Angiography
Contrast Induced Nephropathy CIN AngiographyMuhaiminMunizu
 
Gagal ginjal Kronis dan Akute
Gagal ginjal Kronis dan AkuteGagal ginjal Kronis dan Akute
Gagal ginjal Kronis dan AkuteAlfrida Zebua
 
147128076 case-ckd-docx
147128076 case-ckd-docx147128076 case-ckd-docx
147128076 case-ckd-docxhomeworkping3
 
Ringkasan gagal ginjal akut
Ringkasan gagal ginjal akutRingkasan gagal ginjal akut
Ringkasan gagal ginjal akutUlfa Purnamasari
 
215023071 case2-ckd2
215023071 case2-ckd2215023071 case2-ckd2
215023071 case2-ckd2homeworkping8
 
AKI A New term and Classification (Indonesia). diklat ppt.ppt
AKI A New term and Classification (Indonesia). diklat ppt.pptAKI A New term and Classification (Indonesia). diklat ppt.ppt
AKI A New term and Classification (Indonesia). diklat ppt.pptSonofZeus11
 
Asites pada ca colon
Asites pada ca colonAsites pada ca colon
Asites pada ca colonarie setyawan
 
Gagal ginjal kronis 2(1)
Gagal ginjal kronis 2(1)Gagal ginjal kronis 2(1)
Gagal ginjal kronis 2(1)Khusny Kamal
 
Pad jurnal reading pra
Pad jurnal reading pra Pad jurnal reading pra
Pad jurnal reading pra agussukarna2
 
Penyakit gagal ginjal kronis
Penyakit gagal ginjal kronisPenyakit gagal ginjal kronis
Penyakit gagal ginjal kronisasfar12
 
154424968 referat-aki
154424968 referat-aki154424968 referat-aki
154424968 referat-akiFELIXDEO
 
223739743 ckd-kelompok-2
223739743 ckd-kelompok-2223739743 ckd-kelompok-2
223739743 ckd-kelompok-2homeworkping10
 

Similar to Contrast nephropathy (20)

Penyakit ginjal polikistik dominan autosomal.docx
Penyakit ginjal polikistik dominan autosomal.docxPenyakit ginjal polikistik dominan autosomal.docx
Penyakit ginjal polikistik dominan autosomal.docx
 
OBAT YANG MENGINDUKSI NEFROTOKSISITAS
OBAT YANG MENGINDUKSI NEFROTOKSISITASOBAT YANG MENGINDUKSI NEFROTOKSISITAS
OBAT YANG MENGINDUKSI NEFROTOKSISITAS
 
Makalah arf atau gga
Makalah arf atau ggaMakalah arf atau gga
Makalah arf atau gga
 
Contrast Induced Nephropathy CIN Angiography
Contrast Induced Nephropathy CIN AngiographyContrast Induced Nephropathy CIN Angiography
Contrast Induced Nephropathy CIN Angiography
 
Gagal ginjal Kronis dan Akute
Gagal ginjal Kronis dan AkuteGagal ginjal Kronis dan Akute
Gagal ginjal Kronis dan Akute
 
Sindrom Hepatorenal
Sindrom HepatorenalSindrom Hepatorenal
Sindrom Hepatorenal
 
147128076 case-ckd-docx
147128076 case-ckd-docx147128076 case-ckd-docx
147128076 case-ckd-docx
 
Makalah gagal ginjal kronik
Makalah gagal ginjal kronikMakalah gagal ginjal kronik
Makalah gagal ginjal kronik
 
Ringkasan gagal ginjal akut
Ringkasan gagal ginjal akutRingkasan gagal ginjal akut
Ringkasan gagal ginjal akut
 
215023071 case2-ckd2
215023071 case2-ckd2215023071 case2-ckd2
215023071 case2-ckd2
 
Makalah gagal ginjal
Makalah gagal ginjalMakalah gagal ginjal
Makalah gagal ginjal
 
AKI A New term and Classification (Indonesia). diklat ppt.ppt
AKI A New term and Classification (Indonesia). diklat ppt.pptAKI A New term and Classification (Indonesia). diklat ppt.ppt
AKI A New term and Classification (Indonesia). diklat ppt.ppt
 
Asites pada ca colon
Asites pada ca colonAsites pada ca colon
Asites pada ca colon
 
Gagal ginjal kronis 2(1)
Gagal ginjal kronis 2(1)Gagal ginjal kronis 2(1)
Gagal ginjal kronis 2(1)
 
Pad jurnal reading pra
Pad jurnal reading pra Pad jurnal reading pra
Pad jurnal reading pra
 
Referat PNH
Referat PNHReferat PNH
Referat PNH
 
PPT LEUKEMIA.pptx
PPT LEUKEMIA.pptxPPT LEUKEMIA.pptx
PPT LEUKEMIA.pptx
 
Penyakit gagal ginjal kronis
Penyakit gagal ginjal kronisPenyakit gagal ginjal kronis
Penyakit gagal ginjal kronis
 
154424968 referat-aki
154424968 referat-aki154424968 referat-aki
154424968 referat-aki
 
223739743 ckd-kelompok-2
223739743 ckd-kelompok-2223739743 ckd-kelompok-2
223739743 ckd-kelompok-2
 

More from Mulkan Fadhli

Tajul Muluk pada sistem pertanian
Tajul Muluk pada sistem pertanianTajul Muluk pada sistem pertanian
Tajul Muluk pada sistem pertanianMulkan Fadhli
 
Pengumuman Pemenang RG FK Unsyiah 2012
Pengumuman Pemenang RG FK Unsyiah 2012Pengumuman Pemenang RG FK Unsyiah 2012
Pengumuman Pemenang RG FK Unsyiah 2012Mulkan Fadhli
 
Pengumuman Pemenangan RG
Pengumuman Pemenangan RGPengumuman Pemenangan RG
Pengumuman Pemenangan RGMulkan Fadhli
 
Pengumumanan Pemenangan TG
Pengumumanan Pemenangan TGPengumumanan Pemenangan TG
Pengumumanan Pemenangan TGMulkan Fadhli
 
Radioterapi of lung cancer
Radioterapi of lung cancerRadioterapi of lung cancer
Radioterapi of lung cancerMulkan Fadhli
 
Proses menua dan implikasinya
Proses menua dan implikasinyaProses menua dan implikasinya
Proses menua dan implikasinyaMulkan Fadhli
 
Pre ecclampsia in nefrology
Pre ecclampsia in nefrologyPre ecclampsia in nefrology
Pre ecclampsia in nefrologyMulkan Fadhli
 
Management hiperkalemia
Management hiperkalemiaManagement hiperkalemia
Management hiperkalemiaMulkan Fadhli
 
Acei sebagai reno protektor
Acei sebagai reno protektorAcei sebagai reno protektor
Acei sebagai reno protektorMulkan Fadhli
 
DEMAM BERDARAH DENGUE Diagnosa dan Penatalaksanaan
DEMAM BERDARAH DENGUE Diagnosa dan PenatalaksanaanDEMAM BERDARAH DENGUE Diagnosa dan Penatalaksanaan
DEMAM BERDARAH DENGUE Diagnosa dan PenatalaksanaanMulkan Fadhli
 
Pelatihan pcr 1 eijkman
Pelatihan pcr 1 eijkmanPelatihan pcr 1 eijkman
Pelatihan pcr 1 eijkmanMulkan Fadhli
 
Enterobius vermicularis
Enterobius vermicularisEnterobius vermicularis
Enterobius vermicularisMulkan Fadhli
 
Ascaris lumbricoides
Ascaris lumbricoidesAscaris lumbricoides
Ascaris lumbricoidesMulkan Fadhli
 

More from Mulkan Fadhli (20)

Tajul Muluk pada sistem pertanian
Tajul Muluk pada sistem pertanianTajul Muluk pada sistem pertanian
Tajul Muluk pada sistem pertanian
 
Pengumuman Pemenang RG FK Unsyiah 2012
Pengumuman Pemenang RG FK Unsyiah 2012Pengumuman Pemenang RG FK Unsyiah 2012
Pengumuman Pemenang RG FK Unsyiah 2012
 
Pengumuman TG
Pengumuman TGPengumuman TG
Pengumuman TG
 
Pengumuman Pemenangan RG
Pengumuman Pemenangan RGPengumuman Pemenangan RG
Pengumuman Pemenangan RG
 
Pengumumanan Pemenangan TG
Pengumumanan Pemenangan TGPengumumanan Pemenangan TG
Pengumumanan Pemenangan TG
 
Pad slide
Pad slidePad slide
Pad slide
 
Radioterapi of lung cancer
Radioterapi of lung cancerRadioterapi of lung cancer
Radioterapi of lung cancer
 
Lung cancer, 3rd ed
Lung cancer, 3rd edLung cancer, 3rd ed
Lung cancer, 3rd ed
 
Proses menua dan implikasinya
Proses menua dan implikasinyaProses menua dan implikasinya
Proses menua dan implikasinya
 
Pre ecclampsia in nefrology
Pre ecclampsia in nefrologyPre ecclampsia in nefrology
Pre ecclampsia in nefrology
 
Isk komplikasi
Isk komplikasiIsk komplikasi
Isk komplikasi
 
Management hiperkalemia
Management hiperkalemiaManagement hiperkalemia
Management hiperkalemia
 
Acei sebagai reno protektor
Acei sebagai reno protektorAcei sebagai reno protektor
Acei sebagai reno protektor
 
DEMAM BERDARAH DENGUE Diagnosa dan Penatalaksanaan
DEMAM BERDARAH DENGUE Diagnosa dan PenatalaksanaanDEMAM BERDARAH DENGUE Diagnosa dan Penatalaksanaan
DEMAM BERDARAH DENGUE Diagnosa dan Penatalaksanaan
 
Pelatihan pcr 1 eijkman
Pelatihan pcr 1 eijkmanPelatihan pcr 1 eijkman
Pelatihan pcr 1 eijkman
 
Modulasi digital
Modulasi digitalModulasi digital
Modulasi digital
 
Imunoparasitologi
ImunoparasitologiImunoparasitologi
Imunoparasitologi
 
Filariasis limfatik
Filariasis limfatikFilariasis limfatik
Filariasis limfatik
 
Enterobius vermicularis
Enterobius vermicularisEnterobius vermicularis
Enterobius vermicularis
 
Ascaris lumbricoides
Ascaris lumbricoidesAscaris lumbricoides
Ascaris lumbricoides
 

Recently uploaded

Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfAdistriSafiraRosman
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
SNI pelayanan kesehatan hewan, klinik hewan
SNI pelayanan  kesehatan hewan, klinik hewanSNI pelayanan  kesehatan hewan, klinik hewan
SNI pelayanan kesehatan hewan, klinik hewanintan588925
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxJasaketikku
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiAviyudaPrabowo1
 
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxRENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxrobert531746
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptGizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptAyuMustika17
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxLinaWinarti1
 
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESI
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESIHUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESI
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESINeliHusniawati2
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxgastroupdate
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionolivia371624
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilancahyadewi17
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxdrrheinz
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxnadiasariamd
 

Recently uploaded (20)

Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
SNI pelayanan kesehatan hewan, klinik hewan
SNI pelayanan  kesehatan hewan, klinik hewanSNI pelayanan  kesehatan hewan, klinik hewan
SNI pelayanan kesehatan hewan, klinik hewan
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
 
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxRENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptGizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
 
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESI
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESIHUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESI
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESI
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung function
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
 

Contrast nephropathy

  • 1. PENCEGAHAN DAN PENATALAKSANAAN NEFROPATI RADIOKONTRAS Maimun Syukri, Cut Srijuita PENDAHULUAN Penggunaan radiokontras menyebabkan meningkatnya kasus gangguan ginjal akut (GgGA) nefrotoksik, diperkirakan 10 % kasus terjadi selama rawatan pasien.Variasi insiden nefropati kontras yang dilaporkan dari beberapa penelitian dipengaruhi oleh perbedaan definisi, periode observasi setelah pengunaaan kontras dan prevalensi faktor resiko dalam suatu populasi penelitian.1 Mitchell dkk dalam penelitiannya menemukan nefropati radiokontras terjadi lebih 10 % pada pasien yang menjalani computed tomography scanning (CT Scan) dengan kontras di bagian emergensi2. Nefropati radiokontras didefinisikan sebagai peningkatan serum kreatinin 0,5-1,0 mg/dl atau 25% - 50% dari nilai awal yang terjadi 24 jam pertama setelah pemberian media kontras dan mencapai puncak 5 hari kemudian. European Society of Urogenital Radiology mendefinisikan nefropati radiokontras adalah gangguan pada fungsi ginjal (peningkatan serum kreatinin > 0,5 mg/dl atau > 25 %) dalam waktu 3 hari setelah pajanan kontras, tanpa alternatif etiologi yang lain. Menurut Acute Kidney Injuri Network (AKIN) nefropati radiokontras adalah peningkatan serum kreatinin ≥ 0,3 mg/dl dengan oliguria.3 Peningkatan absolut serum kreatinin ≥ 0,3 mg/dl sama sensitifnya dan lebih spesifik untuk komplikasi gangguan ginjal berat dan kematian.2 PATOGENESIS NEFROPATI RADIOKONTRAS Nefropati radiokontras pada awalnya diklasifikasikan sebagai nekrosis tubular akut dan nefropati toksik. Vakuolisasi tubular kortek terjadi setelah pemberian radiokontras menunjukkan pertanda adanya kerusakan yang ditimbulkan radiokontras dan sebagai tanda adanya kerusakan tubulus.4 Radiokontras difiltrasi melalui glomerulus, tidak diabsorpsi atau dimetabolisme oleh sel tubulus. Pada nefropati radiokontras terjadi kombinasi yang unik dari berbagai proses patologi yang melibatkan disfungsi endotel, hipoksia jaringan ginjal dan adanya oksigen radikal bebas yang sitotoksik.4,5 1
  • 2. Hipoksia Medular Oksigen yang berlebihan pada kortek ginjal dan kekurangan oksigen pada medulla akan memudahkan nefropati radiokontras. Dalam keadaan normal tekanan oksigen parsial medulla (PO2) 30 mmHg dan dapat dideteksi dengan mikroelekrode oksigen pada kondisi fisiologi normal yang menandakan aliran darah regional. Batasan pengiriman oksigen medulla adalah 8 ml/menit/100 gram jaringan akan cukup untuk metabolisme transport tubulus. Ginjal mempunyai mekanisme regulasi untuk mempertahankan konsentrasi urine tanpa menyebabkan hipoksia medulla. Konsentrasi urine yang optimal memerlukan suplai oksigen yang baik. Reabsorpsi tubulus di pengaruhi oleh kontrol laju filtrasi glomerulus dan regulasinya pada reabsorpsi tubulus distal.4,5,6 Sangat penting diketahui bahwa pathogenesis nefropati radiokontras disebabkan iskemi medulla. Pada kasus gangguan prerenal (dehidrasi) akan meningkatkan nefropati radiokontras. Pada pasien multiple myeloma juga akan meningkatkan resiko nefropati radiokontras yang mungkin sangat dipengaruhi dehidrasi. Faktor independent lain seperti usia, jenis kelamin, penyakit aterosklerosis dan fraksi ejeksi yang rendah juga menpengaruhi kejadian nefropati radiokontras. Pada penderita penyakit ginjal kronik (PGK) yang menjalani hemodialisis regular, media kontras dapat segera dibersihkan karena tidak terikat protein 4,10 2
  • 3. Gambar 1 . Patofisiologi hipoksia dan mekanisme toksik nefropati kontras4 GAMBARAN PATOLOGI NEFROPATI RADIOKONTRAS Karakteristik lesi pada ginjal adalah vakuolisasi sel tubular proksimal (nephrosis osmosis). Heymen et al. melakukan 211 biopsi ginjal setelah hari ketujuh pada pasien yang mendapatkan radiokontras urography atau arteriography ginjal akan mengalami nephrosis osmosis pada 47 kasus. Bentuk nefrosis osmosis difus lebih banyak terjadi pada penyakit ginjal berat, vakuola ditemukan pada sel tubular, menunjukan nefropati radiokontras dapat menyebabkan vakuolisasi ini. Vakuola tidak dibentuk dari endositosis tetapi dari invaginasi membran sel. Hal ini menunjukan radiokontras pada daerah paraselular dapat menyebabkan kerusakan membrane.4,7 Struktur histokimia menunjukkan vakuola ini terdiri dari aktifitas asam 3
  • 4. pospat. Kidney injury molecule (KIM-1), sebuah petanda kerusakan tubular proksimal tidak ditemukan pada urine pasien nefropati radiokontras mendukung konsep vakuola tubulus proksimal tanpa kerusakan sel tubulus. Vakuola tubular proksimal merupakan petanda akibat paparan radiokontras dan sebagai indikator nefropati radiokontras.4,6 MANIFESTASI KLINIS Manifestasi klinis yang sering tampak adalah gejala penurunan fungsi ginjal akut setelah injeksi intravascular radiokontras iodine. Nefrropati radiokontras non oliguria lebih sering terjadi dari pada oliguria. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal yang mendapatkan radiokontras biasanya akan mengalami fase oliguria setelah hari kedua sampai ke lima pemberian radiokontras dan terjadi perbaikan volume urin dan serum kreatinin pada hari ketujuh. Perbaikan fungsi ginjal lebih lama bila terjadi gangguan fungsi ginjal yang lebih berat dan lebih dari 30 % pasien akan berakhir dengan gagal ginjal derajat bervariasi. Gagal ginjal dapat bersifat ireversibel dan memerlukan tindakan hemodialisis. Nefropati radiokontras sering menyebabkan peningkatan angka hari rawat rumah sakit dan angka kematian4,5,7 PASIEN YANG BERESIKO(4,9) Penelitian yang besar menemukan adanya faktor resiko melibatkan usia, laki-laki, preexisting disfungsi renal, diabetes mellitus, dehidrasi, gagal jantung kongestif, myeloma multiple dan jumlah volume radiokontras yang diberikan. 1. Pasien dengan penurunan fungsi ginjal Pasien prekaterisasi dengan kreatinin > 1,2 mg/dl menunjukan peningkatan insiden nefropati radiokontras secara eksponensial setelah pemberian radiokontras. Pasien dengan kreatinin > 1,5 mg/dl mempunyai resiko nefropati radiokontras 21 kali dibanding normal. 2. Diabetes Melitus Insiden nefropati radiokontras terjadi 16 % pada pasien diabetes mellitus dengan fungsi ginjal normal. 4
  • 5. 3. Volume radiokontras Volume radiokontras berkorelasi langsung dengan resiko nefropati radiokontras. Pasien dengan kreatinin awal > 1,8 mg/dl dibagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok tidak dibatasi pemberian radiokontras dan kelompok lain dibatasi dengan formula. Didapatkan nefropati radiokontras 2 % pada pasien yang mendapatkan radiokontras yang dibatasi dibandingkan 26 % pada kelompok yang tidak dibatasi. 4. Faktor resiko lain Tabel 1 . Faktor resiko kontras induced nefropati.5 Patient-Related Factors Prosedure Related Factors Chronic kidney disease Large volume of Contrats Media (CM) CHF (low cardiac output Intraarterial CM administration Diabetes mellitus with CRF Multipel administration of CM within 72 jam AGE Osmolality and iconicity of CM Intravascular volume depletion(dehydration) Intraaortic balloon pump Systemic hypotension Emergent/primary percutaneus coronary Nephrotoxic drugs intervension (PCI) Anemia-PCI related blood loss Renal transplant Hypoalbuminemia (<3,5g/L) Contrast Induced Nephropathy (CIN) working panel, mengeluarkan konsensus sebagai berikut 3: Tabel 2. Konsensus nefropati radiokontras.3 Consensus Statement 1 -Contrast induced AKI is a common and potensially serious complication after the administration of contrast media in patient at risk for acute renal injury. Consensus Statement 2 -The risk of contrast induced AKI is elevated and of clinical importance in patient with chronic kidney disease(particularly when diabetes is also present),recognized by an eGFR < 60 ml/min/1,73m2. Consesnsus Statement 3 -When serum creatinine or eGFR is unavailable,then a survey may be used to identify patients at higher risk for contrast induced AKI than the general population. Consensus Statement 4 -In the setting of emergency procedures,where the benefit of very early imaging outweigts the risk of waiting the procedure can be performed without knowlegdge of serum creatinine or eGFR Consensus Statement 5 -The presence of multiple contrast induced AKI risk factor in the same patient or high risk 5
  • 6. clinical scenarios can create a very high risk (~50%) for contrast induced AKI and (~15%) acute renal failure requiring dialysis after contrast exposure. Consensus Statement 6 -In patients at increase risk for contrast induced AKI undergoing intra arterial administration of contrast,ionic high osmolality agents pose a greater risk for contrast induced AKI than low osmolality agents. Current evidence suggests that for intra arterial administration in high risk patients with chronic kidney disease, particularly those with diabetes mellitus, nonionic, isoosmolar contrast is associated with the lowest risk of contrast induced AKI. Consensus Statement 7 -Higher contrast volumes (>100 ml) are associated with higher rates of contrast induced AKI in patients at risk. However, even small(~30ml) volumes of iodinated contrast in very high risk patient can cause contrast induced AKI and acute renal failure requiring dialysis, suggesting the absence of a threshold effect. Consensus Statement 8 -Intra arterial administration of iodinated contrast appears to pose a greater risk of contrast induced AKI above that with intravenous administration. Consensus Statement 9 -Adequate intravenous volume expansion with isotonic cystalloid (1,0-1,5 ml/kg/h) for 3 -12 h before the procedure and continued for 6 – 24 h afterwards can lessen the probability of contrast induced AKI in patients at risk. The data on oral as opposed to intravenous volume expansion as a contrast induced AKI prevention measure are insufficient. Consensus Statement 10 -No adjunctive medical or mechanical treatment has been proven to be efficacius reducing the risk of AKI after exposure to iodinated contrast. Prophylactic hemodialysis or hemofiltration has not been validated as an effective strategy. Adapun Bartorelli et al5 menemukan beberapa faktor resiko dan mengabungkan dengan beberapa penelitian besar lainnya sehingga didapatkan skema prediksi resiko kejadian nefropati radiokontras sebagai berikut : 6
  • 7. Gambar 2 . Skema prediksi resiko nefropati radiokontras.5 DIAGNOSIS NEFROPATI RADIOKONTRAS Diagnosis dapat diperkirakan dengan adanya oliguria setelah 24 – 48 jam pemberian radiokontras. Diagnosis prerenal dan post renal juga harus tetap dipertimbangkan, faktor komorbid seperti sepsis, gagal hati, pemaparan nefrotoksin lainnya dan emboli kolesterol. Satu gambaran yang sering ditemukan adalah konsentrasi natrium urine dan fraksi eksresi natrium menjadi rendah. Urinalisis menunjukkan cast nekrosis tubular akut. Terdapat elemen seperti cast, debris di urine pada pasien yang mendapat radiokontras, adanya kristal urat amorphic dan menunjukkan eksresi kristal kalsium berat. Adanya nefrogram yang persisten setelah 24 – 48 jam setelah pemberian radiokontras merupakan sebuah karakteristik. Nefrogram persisten merupakan indikator yang sensitive untuk gagal ginjal akut (83 % pasien gagal ginjal akut dengan nefrogram positif). Dengan spesifikasi tinggi ( 93% pasien tanpa gagal ginjal akut tidak dengan nefrogram persisten). Adanya biomarker urine dikeluarkan dari sel tubulus seperti gamma glutamyltranspeptidase, alanin aminopeptidase, alkaline phospatase atau N asetil beta glucosaminidase, protacted enzimuria, lima hari setelah radiokontras merupakan indikasi kerusakan tubulus.4,9 7
  • 8. PENCEGAHAN TERHADAP NEFROPATI RADIOKONTRAS Pada individu sehat tanpa faktor resiko, insiden nefropati radiokontras sangat rendah (kurang dari 1 %) dan jarang memerlukan renal replacement therapy. Pada pasien resiko tinggi beberapa strategi dilakukan melibatkan seleksi pasien, radiokontras osmolaritas rendah atau isoosmolar, pemberian dosis rendah dan protokol hidrasi.4 SELEKSI PASIEN Pendektesian faktor resiko dan pemeriksaan fisik untuk mengurangi insiden nefropati radiokontras. Penggunaan obat anti imflamasi non steroid dan obat-obatan yang mempengaruhi oksigenasi parenkim ginjal seperti cyclosporine dan amphoterisine . Pasien dengan resiko tinggi tidak dianjurkan untuk perawatan lebih awal dan pemilihan prosedur imaging lain. Monitor fungsi ginjal 48 – 72 jam sebaiknya dilakukan sebelum prosedur.7,11 Rekomendasi dan seleksi pasien untuk pencegahan nefropati kontras.11 1. Pasien yang mendapat angiografi terjadwal harus diperiksa serum kreatinin. 2. Pemeriksaan kliren kreatinin. 3. Pasien dengan resiko sedang sampai berat : a. Pemilihan pemeriksaan imaging ( gadolinium angiography) b. Penghentian NSAID, dipiridamol, metformin 48 jam sebelum prosedur c. Hentikan diuretik dan ACE inhibitor 24 jam sebelum prosedur d. Hidrasi  Resiko sedang : 0,45% saline ( 1,0-1,5mL/kg/jam) 4 jam sebelum prosedur s/d 24 jam setelah prosedur.  Resiko berat : 0,45 % saline ( 1,0-1,5 ml/kg/jam) 12 jam sebelum prosedur s/d 24 jam setelah prosedur e. Pengunaan radiokontras molekul rendah f. Volume radiokontras dibatasi g. Monitor produksi urine, pemeriksaan BUN dan SC 24 jam setelah prosedur. Asosiasi radiologi Canada, merekomendasikan sebagai berikut 13: 8
  • 9. Adapun rekomendasi dari UK Health care guidelines adalah sebagai berikut12: Gambar 3. Skema guideline preventif kontras induced nefropati. 9
  • 10. Bartoreli dkk menemukan pada beberapa penelitian hidrasi dengan saline isotonik lebih superior dibandingkan ½ saline isotonik karena peningkatan kemampuan cairan isotonik meluas ke volume intravascular.5 Gambar 4. Perbandingan protokol hidrasi5 Tabel 3. Strategi farmakologi preventif kontras induced nefropati 5 Positive results (potensially benecial)  Hydration  Theophylline/aminophylline  N-acetylcysteine  Ascorbid acid  Statins  Prostaglandin E1  Trimezatidine Neutral result ( no consistent effect)  Fenoldopam  Dopamine  Chalcium chanel blockers Amlodipine Felodipine Nifedipin Nitrendipine  Atrial natriuretic peptide  L-Arginine Negative results (potensially detrimental)  Furosemide  Mannitol  Endothelin receptor antagonist 10
  • 11. PROTOKOL HIDRASI Pemberian cairan bertujuan untuk mengurangi rangsangan vasokontriksi pada pasien yang mengalami kekurangan cairan, mengkompensasi kehilangan cairan akibat pengunaan diuresis osmosis, menurunkan konsentrasi radiokontras pada intralumen tubulus dan mengurangi viskositas urine serta mengurangi toksisitas terhadap jaringan ginjal. Pemberian cairan pasien rawat inap dilakukan dengan saline 0,45 % 1 mL/kg/jam selama 24 jam dan 6 – 12 jam sebelum radiokontras. Pada pasien rawat jalan pemberian cairan dilakukan dengan jalan oral sebelum tindakan diikuti saline 0,45 % enam jam setelah prosedur. Metode ini efektif untuk gangguan fungsi ginjal derajat ringan-sedang. Pemilihan saline 0,45% saat ini sudah digantikan saline 0,9 %.4,5,11 Clavijo dkk melaporkan secara analisis retrospektif bahwa infuse cepat dextrose 5 % intraarterial ( 1 L melalui arteri femoralis dibolus > 5 menit sebelum angiografi) efektif pada pasien dengan CCT ≤ 60 mL/min.5 Adapun rekomendasi dari UK Health care guidelines adalah sebagai berikut12: Hydration with Saline Guidelines IVF = 1 mL/kg/hr ( max 100 ml/hr) 12 hours pre & 12 hours post contrast (24 hour total infusion duration) CHF or left ventricular ejection fraction (LVEF) < 40 % ? 0,5 ml/kg/hr (max 50 ml/hr) 12 hrs pre & post contrast ( 24 hour total infusion duration) Emergent procedure ? (suggested regimen): Fluid bolus of 500 – 1000 ml prior to procedure. Hydration during procedure and/or 12 hrs after if possible ( dependent on clinical status) PEMILIHAN RADIOKONTRAS Pengunaan radiokontras dengan osmolaritas rendah berguna untuk mengurangi insiden nefropati . Penelitian metaanalisis membandingkan radiokontras osmolaritas tinggi dan rendah, didapatkan radiokontras dengan osmolaritas rendah sedikit menyebabkan nefropati radiokontras4,7 Dosis radiokontras Gagal ginjal akut memerlukan dialysis tidak terjadi pada pasien yang diberikan 100 mL kontras. Dosis kontrol radiokontras menggunakan formula khusus yang dapat mengurangi 90 % insiden nefropati radiokontras. 11
  • 12. Dosis radiokontras (mL) = 5 ml x berat badan (kg) Serum kreatinin ( mg/dL) Efek nefrotoksik radiokontras bersifat dose dependent, makin tinggi dosis makin tinggi resiko nefropati. Terdapat korelasi dosis radiokontras dengan kadar kreatinin jika radiokontras diberikan pada pasien dengan preexisting renal impairment. Penurunan fungsi ginjal akibat radiokontras osmolaritas tinggi adalah dua kali dibandingkan osmolaritas rendah.3,4,7 VASODILATOR Pengunaan vasodilator bertujuan mencegah nefropati dengan meningkatkan laju filtrasi glomerulus, menurunkan konsentrasi radiokontras intralumen dan memperpendek waktu transit. Radiokontras menurunkan aliran darah kortek dan laju filtrasi glomerulus. Calcium channel blocker telah digunakan untuk menurunkan insiden nefropati kontras, obat ini meningkatkan aliran darah ginjal dan menurunkan reperfusi injuri setelah iskemia ginjal. Laju filtrasi ginjal dan peningkatan aliran darah ke ginjal akan berkurang pada pasien yang mendapat radiokontras osmolaritas tinggi dan tidak berubah pada radiokontras osmolaritas rendah.5,7 DOPAMIN DAN FENOLDOPAM Dopamin dosis rendah merupakan vasodilator ginjal dan memperbaiki laju filtrasi ginjal pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal. Pada pasien diabetes dengan disfungsi endotel terjadi perbaikan aliran darah kortek dan laju filtrasi glomerulus yang mempengaruhi oksigenasi medulla. Fenoldopam merupakan agonis DA-1 selektif dapat menginduksi vasodilatasi ginjal, meningkatkan laju filtrasi glomerulus, diuresis dan natriuresis. Studi prospektif membandingkan 110 pasien resiko tinggi (kreatinin>1,5 mg/dl) dengan kontrol, didapatkan insiden nefropati radiokontras 4,5% dibandingkan kontrol 19%. Terdapat pasien resiko tinggi pada kliren kreatinin < 60 L/min, insiden nefropati kelompok fenoldopam 34 % dibandingkan 30 % pada kelompok kontrol, sehingga dengan hasil ini pemberian dopamine dan fenoldopam tidak direkomendasikan pada pasien yang mempunyai resiko tinggi.5,6,7 12
  • 13. Tabel 5.Perbandingan pengunaan vasodilator pada beberapa klinikal trial.7 13
  • 14. THEOPHYLIN Penelitian Katholi terhadap 93 pasien yang diobati dengan teophylin setelah randomisasi radiokontras osmolaritas rendah dan tinggi. Ditemukan theophylin dapat mencegah nefropati dan menurunkan kliren kreatinin. Kapoor meneliti 70 pasien diabetes yang mendapatkan radiokontras molekul tinggi, ditemukan nefropati radiokontras terjadi 3 % pada pasien yang diberikan teophylin di bandingkan 31 % pada kelompok kontrol.4,5 PEPTIDA NATRIURETIK Pada pasien diabetes, Atrial natriuretik peptide (ANP) menurunkan fungsi ginjal dengan peningkatan kreatinin dua kali dibandingkan kelompok kontrol. Peningkatan laju filtrasi glomerulus dan aliran darah ginjal setelah pemberian radiokontras akan merubah mikrosirkulasi medulla dan menyebabkan hipoksia regional dan hipoksia medulla. Peptida natriuretik disertai hidrasi tidak mencegah nefropati radiokontras pada pasien diabetes.4,5 DIURETIK Furosemid mengurangi oksigenasi medulla yang disebabkan radiokontras. Furosemide dapat meningkatkan resiko nefropati radiokontras karena efeknya terhadap vasokontriksi medulla.5 ANTI OKSIDAN N-ACETYLSISTEIN N-Asetylsistein memproteksi sel epitel tubulus, memperbaiki disfungsi endotel dan mengurangi hipoksia medulla. N-acetylsistein mencegah sitotoksik dengan menetralisir radikal bebas , vasodilatasi regional, memperbaiki mikrosirkulasi medulla ginjal karena injuri reperfusi dan vasokontriksi yang disebabkan oleh radiokontras. Suatu metaanalisis dari 7 penelitian menemukan pengunaan N-acetylcystein ditambah hydrasi mengurangi resiko nefropati radiokontras 56 % pada pasien dengan insufisiensi renal.4,7 Meskipun N-acetylcystein aman, mudah digunakan dan murah namun preventif nefropati radiokontras masih kontroversi.9 14
  • 15. Adapun rekomendasi dari UK Health care guidelines adalah sebagai berikut12: Acetylcysteine dosing guidelines Tolerating PO intake ? 600 -1200 mg capsule PO Q12h x 4 doses 2 doses pre cantrast and 2 doses post contrast is optimal Feeding tube or NGT access ? Acetylcystein 600 -1200 mg ( 3 mL of 20 % soln) liquid PT/NG Q 12h x 4 doses total Emergency procedure ? 1 dose before and 3 doses post cath or procedure is acceptable (Q12h x 4 doses total) IV Acetylcysteine ? 600 -1200 mg IV x over15 minutes,then 600-1200 mg PO/PT q12h x 4 doses post procedure: for high risk patient undergoing cardiac catheterization or PE protocol CT scan with no PO acsess “Monitor patient for anaphylactoid infusion reaction.” IV Alternative : Ascorbid acid 3 gm IV x 1 dose 2 hours prior to procedure, then 2 gm IV BID x 2 doses post procedur. Aminophyline 300 mg IV x 1 (infused over 1 hour) prior to procedure. Gambar 5. N-acetylsistein sebagai renal protector pada radiokontras 15
  • 16. MANITOL Manitol merupakan salah satu obat untuk pencegahan nefropati radiokontras. Manitol dapat menyebabkan osmosis diuresis yang mempunyai efek menguntungkan pada gagal ginjal akut dengan jalan mengurangi obstruksi tubulus. Manitol sama seperti dopamine dan natriuretik peptide mempunyai efek yang lebih superior dibandingkan saline untuk mencegah gagal ginjal akut pada pasien non diabetes, sedangkan akan memperburuk fungsi ginjal akut pada pasien diabetes.4,5 NATRIUM BIKARBONAT Pemberian natrium bikarbonat akan meningkatkan pH urine dan medulla ginjal yang akan menurunkan produksi radikal bebas dan memproteksi ginjal dari injuri oksidasi pada nefropati radiokontras. Ada suatu study ekperimental menunjukkan bahwa infus natrium bikarbonat lebih efektif daripada hidrasi dengan natrium klorida. Kombinasi N-acetylsistein dan natrium bikarbonat sebelum prosedur akan lebih protektif terhadap nefropati radiokontras dibandingkan pemberian masing-masing.4,5,9 Adapun rekomendasi dari UK Health care guidelines adalah sebagai berikut12: Bicarbonate dosing guidelines IVF = 150 meq of sodium bicarbonate in 1 liter of D5W 3 ml/kg bolus ( max 300 ml) 1 hour prior to procedure AND 1 ml/kg/hour (max 100 ml/hr) during and for 6 hours post procedure. Glycemic control issues (including patients with diabetes)? Consider mixing bicarbonate in 1 liter of sterile water instead of D5W HEMODIALISIS PROFILAKSIS Suatu penelitian terhadap 31 pasien dengan klirens kreatinin > 1,4 mg/dl, diantara kelompok pasien yang mendapat hemodialisis tunggal setelah pemberian radiokontras, tidak ditemukan perbedaan insiden nefropati radiokontras dibandingkan kelompok yang tidak dihemodialisis. Hemodialisis profilaksis sampai saat ini tidak direkomendasikan.5,7 HEMOFILTRASI Hemofiltrasi merupakan terapi penganti ginjal berkelanjutan dan memerlukan infus cairan penganti isotonic (1.000 mL/h). Tehnik ini memberikan hidrasi volume yang besar tanpa 16
  • 17. menyebabkan kelebihan cairan dan terjadi hemostabilitas selama prosedur. Studi yang melibatkan pasien dengan gagal ginjal (kliren kreatinin 26 mL/mnt) yang mendapatkan angioplasty koroner dengan radiokontras osmolaritas rendah (247 mL) dan dilakukan hemofiltrasi selama 4 – 8 jam sebelum prosedur dan dilanjutkan 18 – 24 jam sesudah prosedur menurunkan insiden nefropati radiokontras dari 50 % pada kelompok kontrol menjadi 5 % pada kelompok yang dihemofiltrasi. Penderita PGK yang mendapat radiokontras media dengan volume besar dengan hemofiltrasi hemodinamik menjadi stabil, menghindari hipoperfusi renal dan menurunkan pemaparan radiokontras pada ginjal. Hemofiltrasi efektif untuk menurunkan kadar radiokontras dalam sirkulasi. Kekurangan tehnik ini adalah biaya yang mahal (cost effective) dan memerlukan terapi yang intensif.5,7,1 Adapun rekomendasi untuk mengurangi contrast induced nefropaty: Tabel 7 . Ringkasan rekomendasi intervensi untuk mengurangi resiko kontras induced nefropati (NEJM,2006) 17
  • 18. DAFTAR PUSTAKA 1. Coffman T, Kidney function impairment caused by therapeutic agents.In : Greenberg A.Editor.Primer on kidney disease,5th ed .Philadelphia,Elseveir.2009.P.288-289. 2. Mitchell AM, Jones AE. Incidence of contrast induced nephropaty after contrast enhanced computed tomography in the outpatient setting. Clin J Am Soc Nephrol.2010;5:4-9. 3. McCullough PA, Contrast induced acute kidney injury. J.Am.Coll.Cardiol.2008;51:1419- 1428. 4. Heyman S, Mayer B, Robert EC. Radiocontrast media-induced acute renal failure.In : Robert WS, editor.Dissease of the kidney & urinary tractus.8th ed.Philadelphia: Churchill Livingstone; 2007.p.1099-120. 5. Bartorelli AL,Marenzi G. Contrast induced nephropathy. Journal of intervensional cardiology.2008;21:74-85. 6. Bandara R. Gangguan ginjal akut akibat media kontras. Dalam : Roesli MA, Gangguan Ginjal Akut. cetakan I. RSHS. Jakarta. 2008. hal 188-194. 7. Ilan G, Shlomi M. Nephropathy induced by contrast media:pathogenesis, risk factors and preventive strategies.CMAJ.2005;172:10-1503. 8. Solomon R, Rudnick MR, Saini S. CIN strategies: anticipate,manage,prevent. Imaging economics medical imaging supplement. 2007. 9. Rudnick MR, Kesstlheim A, Goldfarbs. Contrast induced nepropathy: How it develops, how to prevent it.Cleveland clinic journal of medicine. 2006:73. 10. Kawashima A, LeRoy AS. Plain radiography, excretion radiography, and contrast radiography.In : Davison AM editor. Oxforord Text Book of Clinical Nephrology.3rd Ed.Oxford University Press.2005. 11. Barrett BJ, Partrey PS. Preventing nepropathy induced by contrast medium. NEJM. 2006. 354: 379-386. 12. Dunn S.Guidelines for contrast induced nephropathy (CIN) prevention in adults. UK health care.2008. 13. Andrew B, Margaret FH, Peter M, et al. Guidelines for the prevention of contrast induced nephropathy. Canadian association of radiologist. 18