SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Download to read offline
Complicated urinary tract infection : Diagnosis and treatment
                                         Maimun Syukri

  Subdivisi Ginjal-Hipertensi Bagian Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Syiah
                        Kuala-RSUD Dr. Zainoel Abidin, Banda Aceh

Abstrak

Complicated infeksi saluran kemih (CISK) salah satu dari penyebab utama penderita masuk
rumahsakit yang menyebabkan angka kesakitan dan biaya pengobatan meningkat. Penderita
yang diduga ISK harus dicari complicating-complicating faktor seperti kelainan anatomi dan
kelainan fungsi dari kelainan saluran genito-urinarius. Mutlak diperlukan biakan kuman dan tes
kepekaan antibiotik. Peningkatan angka resistensi kuman dan kurangnya penelitian menjadikan
tantangan dalam pengobatan cISK. Kelainan urologi sangat berhubungan dengan cISK, kuman
yang menyebabkan ISKpun sangat beragam sehingga peluang terjadi resitensi antibiotik sangat
besar. Penanganan cISK tergantung pada faktor variabel penderita dan penyebab infeksi.
Morbiditas dan kesembuhan penderita cISK lebih ditentukan oleh underlying abnormality dari
pada faktor infeksinya sendiri. Pemberian antibiotik ditentukan oleh manifestasi klinik, toleransi
terhadap pengobatan, fungsi ginjal dan jenis kuman. Jika underlying abnormality yang
menyebabkan ISK sulit dikoreksi maka perlu antisipasi terjadinya infeksi berulang. Diperlukan
konsultasi dengan ahli urologi untuk menghilangkan obstruksi. Konsultasi dengan ahli penyakit
infeksi diperlukan bila didapatkan kuman yang tidak biasa ditemukan atau penderita tidak
memberikan respon terhadap terapi. Untuk mencegah resisten terhadap antibiotik, tidak
dianjurkan pemberian profilaksis antibiotik terhadap cISK kecuali pada penderita transplantasi
ginjal pada periode paska operasi. Para ahli yang menangani cISK diharapkan lebih memahami
tentang prinsip-prinsip pemakaian antibiotik dan penanganan yang berkaitan dengan co-
morbiditas urologi dan medik.

Kata Kunci : complicated infeksi saluran kemih; resistensi kuman; kelainan saluran genito-
             urinarius

Pendahuluan

        Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan penyakit yang sering dijumpai di masyarakat
dan di tempat pelayanan kesehatan.) Di Amerika Serikat dilaporkan, tiap tahun sekitar 6–8 juta
wanita muda mengalami ISK sederhana (sistitis akut). Lebih kurang 15 % dari resep antibiotik
pertahun diperuntukkan untuk pengobatan ISK yang menghabiskan dana $ 1 billion. Bila
dihitung efek langsung maupun tidak langsung akibat ISK di masyarakat menghabiskan $1.6
billion tiap tahun1.

       ISK sederhana sering terjadi pada wanita dewasa yang tidak hamil, sedangkan
complicated ISK (cISK) dapat terjadi pada pria dan wanita, dan semua umur dimana didapatkan
kelainan anatomi dan fungsi dari saluran kemih2. CISK adalah sangat heterogen, dengan
beberapa complicating factor seperti kelainan struktur, anatomi dan fungsi dari saluran kemih
(stent, gangguan aliran kemih, instrument, batu, tumor, dan gangguan neurologis), gangguan
fungsi ginjal (kelainan parenkhim ginjal, atau pre-, intra-, atau post- renal nefropati, dan penyakit
yang menyertai (diabetes mellitus, keganasan, penyakit hati, imunosupresif, AIDS, hipotermia)1.

        Kelainan urologi sangat berhubungan dengan cISK, kuman yang menyebabkan ISKpun
sangat beragam sehingga peluang terjadi resitensi antibiotik sangat besar. Penanganan cISK
tergantung pada faktor variabel penderita dan penyebab infeksi. Morbiditas dan kesembuhan
penderita cISK lebih ditentukan oleh underlying abnormality dari pada faktor infeksinya sendiri.
Pemberian antibiotik ditentukan oleh manifestasi klinik, toleransi terhadap pengobatan, fungsi
ginjal dan jenis kuman. Jika underlying abnormality yang menyebabkan ISK sulit dikoreksi
maka perlu antisipasi terjadinya infeksi berulang3 .

Batasan

        Complicated infeksi saluran kemih adalah ISK yang terjadi pada penderita dengan
abnormalitas dari anatomi atau fungsi dari saluran kemih yang menghalangi aliran urin.
Pengertian ini juga mencakup ISK pada manula terutama yang menderita diabetes mellitus dan
gangguan fungsi ginjal, dan penderita dengan compromised host seperti penderita dengan
netropenia yang menetap, penderita transplant, penderita yang memakai prednisone untuk terapi
penyakit autoimun. ISK pada wanita hamil tidak termasuk cISK. Asimtomatik ISK pada wanita
dimana didapatkan kuman yang sama dari dua kali pemeriksaan berturut-turut digolongkan
dalam cISK. Re-infeksi adalah infeksi berulang dengan kuman yang berbeda dengan infeksi
sebelumnya. Relaps adalah infeksi berulang oleh kuman yang sama dengan kuman sebelum
diobati 3,4,5.

Karakteristik ISK
Kelainan saluran genito-urinarius
Kelainan saluran genito-urinaria yang menyebabkan cISK sangat bervariasi. Ini bisa dilihat pada
tabel1 .

Tabel 1. Structural and functional abnormalities of the genitourinary tract associated with
         complicated urinary infection 3,6 .

Obstruction                                        Ureteric or urethral strictures
                                                   Tumours of the urinary tract
                                                   Urolithiasis
                                                   Prostatic hypertrophy
                                                   Diverticulae
                                                   Pelvicalyceal obstruction
                                                   Renal cysts
                                                   Congenital abnormalities
Instrumentation                                    Indwelling urethral catheter
                                                   Intermittent catheterization
                                                   Ureteric stent
Nephrostomy tube
                                                     Urological procedures
Impaired voiding                                    Neurogenic bladder
                                                    Cystocele
                                                    Vesicoureteral reflux
                                                    Ileal conduit
Metabolic abnormalities                             Nephrocalcinosis
                                                    Medullary sponge kidney
                                                    Renal failure
Immunocompromised                                   Renal transplant

        Mekanisme infeksi pada saluran genito-urinarius adalah dengan gangguan aliran kemih
parsial, persisten bakteri dalam biofilm, adanya batu di saluran kemih atau memakai instrument,
atau banyaknya kuman yang masuk melalui instrument3.

CISK karena pemakaian kateter (catheter associated urinary tract infection = CAUTI)

        ISK karena pemakaian kateter adalah penyebab utama infeksi nosokomial dan
bakterimia Gram negative di rumah sakit. Di Amerika Serikat, insiden ISK karena pemakaian
kateter baik yang masuk rumah sakit maupun yang dirawat di rumah lebih dari 1 juta kasus dari
1-1.5 juta pemakaian kateter. Tiap episode infeksi harus menambah biaya pengobatan $ 4007.
        Cara efektik untuk pencegahan ISK karena pemakaian kateter dengan mengevaluasi
indikasi pemakaian yang tepat dan waktu pemakaian yang singkat. Secara umum indikasi
pemakaian kateter dan managemennya dapat dilihat pada table 2 dan table 3.

Tabel 2. Indication for urinary catheterization 3

Long-term catheterization :
Urinary obstruction not amenable to medical or surgical treatment
Neurogenic bladder with urinary retention
Incontinent patient with intractable skin breakdown
Palliative care in terminally ill patient to avoid bed changes
Preference of a patient who has not responded to specific incontinence treatments

Short-term catheterization :
Surgery of the urinary tract or contiguous structures
Acute urinary retention
Critically ill patient when strict urinary output measurement is needed

Adapted from Cravens DD, Zweig S. Urinary catheter management Am Fam Physician
2000;61:369-76.
Managemen CAUTI

Tabel 3. CDC Guidelines for Prevention of CAUTI : Summary of major recommendation3

Category I—strongly recommended:

Catheterize only when necessary
Educate personnel in correct techniques of catheter insertion and care
Emphasize handwashing
Insert catheter using aseptic technique and sterile equipment
Secure catheter properly
Maintain closed sterile drainage
Obtain urine samples aseptically
Maintain unobstructed urine flow

Category II—moderately recommended :

Periodically re-educate personnel in catheter care
Use the smallest suitable bore catheter
Avoid irrigation unless needed to prevent or relieve obstruction
Refrain from daily meatal care
Do not change catheters at arbitrarily fixed intervals

Category III - weakly recommended:
Consider alternative techniques of urinary drainage
Replace collecting system when sterile closed drainage has been violated
Spatially separate infected and uninfected patients with indwelling catheters
Avoid routine bacteriologic monitoring


Adapted from Wong ES. Guideline for prevention of catheter-associated urinary tract infections.
Available at www.cdc.gov/ncidodlhip/ GUIDE/uritracthtm. Accessed 2 Jun 2004.
CDC = Centers for Disease Control and Prevention; UTI = urinary tract infection.

         Pada penderita yang memakai kateter, risiko bakteriuria dari hari ke hari meningkat 3 –
10%. Komplikasi yang berhubungan langsung dengan infeksi dari pemakaian kateter adalah
bakteriuria kronik, sistitis, prostatitis, epididimitis, pielonefritis, lithiasis, sepsis, dan kematian.
Usaha untuk mengurangi morbiditas, mortalitas, dan biaya yang tinggi akibat pemakaian kateter
adalah mencegah bakteriuria atau meminimalkan bakteriuria. Strategi dari pencegahan ISK
karena pemakaian kateter dapat dilihat pada table 37. Disamping faktor kateter, faktor individu
juga berperan dalam terjadinya ISK karena pemakaian kateter. Selengkapnya dapat dilihat pada
table 4.
Tabel 4. Risk and contributing factors for developing Catheter-Associated Urinary Tract
Infections 8

 Catheter Factors                                        Individual Factors

 The catheter is :                                         The peson :
      - Left in place for more than 6 days                 - is female
      - Inserted in place other than an                    - is pregnant
          operating room                                   - is malnourished, frail, or
      - used to measure urinary output                        has chronic illness
      - not positioned correctly and the level             - has diabetes mellitus
          of the drainage tubing is above the              - has azotemia (creatinine
          bladder oe below the level of the                  > 2.0 mg/dl)
          drainage bag                                     - has a ureteral stent
      - not maintained as a closed system (eg              - has other sites of infection
          switching between gravity and leg                - is immunosupressed
          bag drainage system)                             - has a catheter in place
                                                             postfractured hip and resides in
                                                             a nursing home

Gejala Klinis

        Complicated ISK dapat terjadi pada saluran kemih bagian bawah dan saluran kemih
bagian bagian atas yang mengalami kelainan anatomi, gangguan fungsi atau karena memakai
kateter. Faktor risiko cISK adalah kelainan anatomi; seperti pembesaran prostat, batu, obstruksi,
kateter atau stent, neurogenik bladder. Gangguan metabolik/hormone seperti diabetes dan
kehamilan, dan kelainan imunologi seperti transplanttasi ginjal, neutropenia, HIV. CISK karena
kelainan metabolik dan imunologi biasanya mudah diobati dan tidak relaps. CISK oleh karena
kelainan anatomi sering susah diobati, sering relaps dan memerlukan intervensi ahli urologi4,9.
        Gejala klinis sangat bervariasi. Infeksi bagian bawah akan memberi gejala klasik seperti
nyeri supra pubik, sering berkemih, nyeri saat berkemih (dysuria) dan urin berbau busuk . Infeksi
bagian atas memberikan gejala berupa nyeri panggul, demam dan menggigil. Manifestasi dari
gejala klinis tergantung pada faktor-faktor penjamu (host). Pada manula hanya bisa didapatkan
perubahan mental, pada yang memakai kateter kadang hanya muncul demam sedangkan pada
penderita paraplegi bisa kita dapatkan demam dan spastic atau disrefleksia autonom 4,9.
Diagnosis
        Dengan pemeriksaan urinalisis akan didapatkan lekosit esterase, nitrit, lekosit uria >
10/lp, dan kultur urin dengan kuman >105/ml urin. Biakan urin dan tes kepekaan antibiotik
mutlak diperlukan untuk mengoptimalkan terapi. Pengecatan gram akan membantu dalam terapi
empirik antibiotik. Pada penderita dengan sakit yang berat atau pada penderita yang tidak ada
perbaikan dengan pemberian terapi, dimana penyebab obstruksi telah disingkirkan maka perlu
dilakukan ultrasonografi ginjal atau CT abdomen/pelvic9.
Penanganan

        Tidak dianjurkan evaluasi dan pengobatan terhadap asimtomatik bakteriuria. Tidak
diindikasikan pemberian antibiotik terhadap penderita dengan pyuria dari specimen urin yang
tidak memberikan keluhan. Jika didapatkan clinically feasible pemberian antibiotik dapat
ditunda sampai dengan hasil kultur urin diperoleh. Terapi empirik dimulai pada penderita dengan
gejala klinis yang berat. Pilihan antibiotik pada terapi empirik perlu memperhatikan faktor
individu, toleransi terhadap antibiotik, presentasi gejala klinis, penggunaan antibiotik
sebelumnya, hasil kultur urin sebelumnya, serta mengetahui pola kuman dan uji kepekaan
didaerah penderita berada3.
        Terapi oral diberikan pada penderita ISK simtomatik yang sering kambuh, sedangkan
terapi parenteral diberikan untuk penderita yang tidak tolerable terhadap terapi oral, penderita
dengan gannguan absorbs gastro-intestinal, penderita dengan hemodinamik yang tidak stabil atau
penderita yang sudah diketahui kuman penyebab infeksi. Terapi dianjurkan selama 7 hari untuk
penderita ISK bawah simtomatik dan 7 – 10 hari untuk penderita ISK atas simtomatik atau
penderita dalam keadaan sepsis3.

Pemilihan Antibiotik

        Tujuan utama penanganan cISK adalah mengoptimalkan pemberian antibiotik yang
merupakan prinsip utama dari penanganan cSIK dan mengoreksi abnormalitas saluran genito-
urinaria. Lamanya pemberian antibiotik, pemilihan antibiotik, dan serta menentukan dosis akan
sangat berpengaruh terhadap kepekaan kuman. Pemberian antibiotik yang optimal adalah prinsip
utma dalam pengobatan cISK (table 5 dan table 6). Keterlambatan pemberian antibiotik pada
infeksi yang berat dapat meningkatkan angka kematian. Tujuan lain dari pengobatan adalah
menurunkan suhu badan sampai normal secepatnya, mengurangi angka infeksi ulang, dan
mencegah peningkatan kejadian resisten kuman4,11.


Tabel 5. Treatment Options for Complicated Acute Cystitis4
            Antibiotic                Dose (Oral Formulation)             Frequency
TMP-SMX                                     160/800 mg                   Twice daily
TMP                                           200 mg                     Twice daily
Norfloxacin                                   400 mg                     Twice daily
Ciprofloxacin                               250–500 mg                   Twice daily
Levofloxacin                                250–750 mg                    Once daily
Nitrofurantoin                                100 mg                     Twice daily
Amoxicillin                                 250–500 mg                    Three daily
Amoxicillin/Clavulanate                     500–875 mg                   Twice daily
Cephalexin                                  250–500 mg                   4 times daily
Cefuroxime                                  250–500 mg                   Twice daily
Abbreviation: TMP, trimethoprim; TMP-SMX, trimethoprim/sulfamethoxazole.
Tabel 6. Empiric Antimicrobial Therapy for Complicated Acute Pyelonephritis 4
Severity of
                     Empiric Antibiotic                           Treatment
 Infection

Mild          Oral fluoroquinolones            Avoid in patients with risk factors for
              (ciprofloxacin IR, ER or         resistance, such as recent exposure to
              levofloxacin)                    fluoroquinolone class; Avoid when local
                                               resistance patterns indicate high level
                                               resistance; Do not administer with
                                               divalent/trivalent cations, as efficacy will be
                                               reduced; Dose adjustment required in renal
                                               dysfunction
Moderate Oral fluoroquinolones                 Avoid in patients with risk factors for
            (ciprofloxacin IR, ER or           resistance, such as recent exposure to
            levofloxacin)                      fluoroquinolone class; Avoid when local
                                               resistance patterns indicate high level
                                               resistance; Dose adjustment required in renal
                                               dysfunction
            Cefazolin, ceftriaxone, cefotaxime Dose adjustment required in renal
                                               dysfunction for cefazolin and cefotaxime
                                               only
            Ampicillin + gentamicin            Avoid use of combination in renal
                                               dysfunction or elderly; Dose adjustment
                                               required in renal dysfunction
Severe      Intravenous fluoroquinolones       Use when expected resistance to
            (ciprofloxacin or levofloxacin)    fluoroquinolones is very low, otherwise do
                                               not use as empiric monotherapy; Dose
                                               adjustment required in renal dysfunction
            Ceftriaxone or ceftazidime ±       Dose adjustment required in renal
            intravenous fluoroquinolones       dysfunction for ceftazidime and
                                               fluoroquinolones only
            Ampicillin + gentamicin            Avoid use of combination in renal
                                               dysfunction or elderly; Dose adjustment
                                               required in renal dysfunction
            Piperacillin-tazobactam            Dose adjustment required in renal
                                               dysfunction
            ImipenemMeropenemDoripenem         Use with risk factors for resistant organisms
                                               such as AmpC β-lactamases and ESBL-
                                               producing organisms; Consider de-
                                               escalation when culture and sensitivity
                                               results available; Dose adjustment required
                                               in renal dysfunction
Abbreviation: ER, extended release; ESBL, extended-spectrum β-lactamases; IR, immediate
release.
Dalam pemilihan terapi empirik, para ahli berpedoman pada pola kuman dan tes
kepekaan dari institusi di daerah mana penderita berada. Disamping itu para ahli juga harus
memperhatikan faktor-faktor spesifik dari penjamu (host), termasuk antibiotik yang sudah
pernah digunakan, beratnya gejala dan tanda yang ada pada penderita, riwayat alergi, dan
disfungsi organ. Sifat-sifat farmakokinetik dan farmako dinamik akan berubah pada penderita
sepsis, dengan peningkatan klearens dari obat, distribusi volume meningkat, dan penurunan
exposure at site of action. Sebaiknya diberikan antibiotik yang ekskresinya melalui ginjal,
diharapkan kadar di urin meningkat 100 – 1000 kali dari kadar di dalam serum, dan tentunya
lebih kuat untuk melawan kuman patogen dalam saluran kemih 4.
        Terapi empirik harus diberikan secara intra vena pada penderita cISK yang berat, Pada
penderita dengan penurunan fungsi saluran cerna seperti muntah, atau diare, akan mengurangi
absorbsi bila diberikan secara oral. Ketika didapatkan hasil biakan kuman dan tes kepekaan,
maka terapi harus sesuai dengan hasil yang didapat. Pada keadaan dimana penderita sudah dapat
intake per oral maka dokter yang merawat segera memformulasikan untuk terapi oral. Pada ISK
bawah dan mild-moderat ISK atas dapat dimulai dengan terapi oral 4.
        Carbapenem dapat diberikan untuk infeksi campuran antara kuman Gram negatif dan
Gram positif, diberikan secara intra vena. Ertapenem diberikan untuk kuman kelompok β –
lactamase. Doripenem diberikan untuk kuman-kuman yang resisten terhadap β-lactamase.
Fluoroquinolon diberikan untuk kuman yang menghambat girase DNA dan ekskresi lewat ginjal
yang bervariasi. Levofloxacin dieksresi dengan baik melalui urin, lebih kurang 87 %,
ciprofloxacin diekskresi melalui urin 30 – 50 %.. aminoglycoside baik sendiri ataupun kombinasi
dengan β-lactam dapat dipakai sebagai pilihan utama untuk terapi cISK.Aminoglycoside
diekskresi melaui filtrasi glomerulus, tidak berubah dalam urin, dan sering direkomendasi untuk
terapi pilihan. Perlu waspada terhadap efek samping dari aminoglycoside berupa nefrotoksik dan
ototoksik 4,11,12.

Referal sistem

        Konsultasi dengan urolog diperlukan bila obstruksi tidak bisa diatasi atau bila ada
abnormalitas anatomi saluran genito-urinaria. Konsultasi dengan ahli penyakit infeksi
diperlukan bila didapatkan kuman yang tidak biasa ditemukan atau penderita tidak memberikan
respon terhadap terapi. Untuk mencegah resisten terhadap antibiotik, tidak dianjurkan pemberian
profilaksis antibiotik terhadap penderita yang mempunyai risiko ISKB dan cISK kecuali pada
penderita transplantasi ginjal pada periode paska operasi 9.

Preventif

       Salah satu usaha untuk mencegah cISK adalah dengan mengoreksi abnormalitas dari
saluran genitor-urinaria. Apabila koreksi tidak mungkin dilakukan dan tetap dalam keadaan
abnormalitas maka akan berisiko terjadi infeksi berulang. Beberapa hasil penelitian dilaporkan
pemberian antibiotik profilaksis gagal mencegah infeksi berulang bahkan menyebabkan resisten
terhadap antibiotic. Penelitian Randomised Control Trial (RCT) dengan tablet cranberry 3 kali
sehari untuk mencegah infeksi pada penderita spinalcord dilaporekan tidak ada pengaruh
pemberian cranberry terhadap pertumbuhan kuman atau pyuria. Namun ada laporan RCT lain
dengan melakukan program edukasi selama 6 bulan pada penderita spinalcord justru dapat
menurunkan bakteriuria dan menurunkan episode simtomatik infeksi yang bermakna. Elemen
edukasi yang dilakukan berupa mencatat material, melakukan managemen tes buli-buli sendiri,
tehnik memasang kateter dibawah bimbingan perawat, dan mendiskusikan dengan dokter tentang
perawatan ISK. Semua program tersebut di follow-up dengan berkomunikasi lewat telepon3,9.
        Canadian Guidelines untuk pengelolaan cISK pada orang dewasa menganjurkan bahwa
pemberian antibiotik jangka panjang sangat bergantung pada situasi seperti infeksi berulang
karena pembesaran prostat dapat diberikan 6 -12 minggu. Terapi profilaksis jangka lama tidak
dianjurkan untuk pencegahan infeksi, seperti penderita spinal cord yang akan memakai kateter
dapat diberikan antibiotik profilaksis untuk mencegah resistensi kuman terhadap antibiotik. Pada
wanita yang aktif berhubungan seks dengan ISK berulang (ISKB) dianjurkan untuk minum
antibiotik profilaksis pada saat berhubungan dan jangan memakai kontrasepsi spermicide 2 .

Kesimpulan

        CISK sangat berbeda dengan ISK sederhana. Perbedaan antara keduanya sangat
berpengaruh dalam menentukan evaluasi klinik, memilih antibiotik, memutuskan untuk
intervensi ahli bedah, dan lamanya pemberian antibiotik. Para ahli yang menangani cISK
diharapkan lebih memahami tentang prinsip-prinsip pemakaian antibiotic dan penanganan yang
berkaitan dengan co-morbiditas urologi dan medik. Para ahli juga diharapkan mengetahui
tentang pola kuman dan tes kepekaan lokal dan institusi dimana penderita berada serta
memahami tentang antibiotik yang aman untuk pengobatan cISK4.
Daftar Pustaka

1. Wagenllehner FME and Nabber KG. Current challenges in treatment of complicated
   urinary tract infections and prostatitis. Clin Microbiol Infect 2006; 12 (Suppl.3):67-80

2. Pallett A and Hand K. Complicated urinary tract infections : practical solutions for the
   treatment of multiresistant gram-negative bacteria. J Antimicrob Chemother 2010; 65 (Suppl
   3): iii25-33.

3. Nicolle LE. Complicated urinary tract infection in adults. Can J Infect Dis Med Microbiol
   2005; 16 (6): 350-60

4. Bader MS, Hawboldt J and Brooks Annie. Management of Complicated Urinary Tract
   Infections in the Era of Antimicrobial Resistance. Postgraduate Medicine 2010; 122 (6):7-
   15.

5. Charbel. Complicated urinary Tract Infections. Manual of Clin Problems in Infect Dis Peb
   2011. http://www.drugswell.com/wow/index.php.

6. Brown PD and Sabel JD. Advances in the Understanding and Treatment of Complicated
   Urinary Tract Infections. Eur Genito-urinary (Touch Briefing) 2007: 51-3

7. Alcaide ML and Lichstein DM. Management of Urinary Tract Infections in patients with
   Urinary Catheter. Hospital Physician Agt 2004: 29-33

8. Parker D, Callan L, Harwood J et al. WOCN FACT SHEET : Catheter-Associated Urinary
   Tract Infections : Fact Sheet. J WOCN 2009; 36 (2): 156-9

9. DeMaio J. Urinary Tract Infection, Complicated (UTI). John Hopkins POC-IT Centre 07-
   27- 2010.

10. Orenstein R and Wong ES. Urinary tract Infections in Adults. AAFP March 1999: 1237-54.

11. Naber KG, Bergman B, Bishop MC, Johansen TEB, Botto H, Lobel B, Cruz FJ, and
    Selvaggi FP. Guidelines on urinary and male genetal tract infections. Europian Association
    of Urology (EAU), 2008. http://. www.uroweb.org.

12. Mahesh E, Ramesh D, Indumathi VA et al. Complicated Urinary Tract Infection in a
    Tertiary Care Center in South India. Al amen J Med Sci 2010; 3 (2): 120-7

More Related Content

What's hot (15)

Tuberculosis Pada Ginjal
Tuberculosis Pada GinjalTuberculosis Pada Ginjal
Tuberculosis Pada Ginjal
 
Askep isk kelompok 4 b11 a
Askep isk kelompok 4 b11 aAskep isk kelompok 4 b11 a
Askep isk kelompok 4 b11 a
 
Isk
IskIsk
Isk
 
Askep isk
Askep iskAskep isk
Askep isk
 
Pielonefritis
PielonefritisPielonefritis
Pielonefritis
 
Sistitis
SistitisSistitis
Sistitis
 
7. peritonitis
7. peritonitis7. peritonitis
7. peritonitis
 
Presentasi cysdtitis
Presentasi cysdtitisPresentasi cysdtitis
Presentasi cysdtitis
 
Patofisiologi isk
Patofisiologi iskPatofisiologi isk
Patofisiologi isk
 
Isk
IskIsk
Isk
 
Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemihInfeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih
 
PILONEFRITIS
PILONEFRITISPILONEFRITIS
PILONEFRITIS
 
TUBERKULOSIS GINJAL
TUBERKULOSIS GINJALTUBERKULOSIS GINJAL
TUBERKULOSIS GINJAL
 
Askep kista coledocal
Askep kista coledocalAskep kista coledocal
Askep kista coledocal
 
Penatalaksanaan medis hidronefrosis
Penatalaksanaan medis hidronefrosisPenatalaksanaan medis hidronefrosis
Penatalaksanaan medis hidronefrosis
 

Similar to Isk komplikasi (20)

Askep isk
Askep iskAskep isk
Askep isk
 
Askep isk
Askep iskAskep isk
Askep isk
 
Patofisiologi isk AKPER PEMKAB MUNA
Patofisiologi isk AKPER PEMKAB MUNA Patofisiologi isk AKPER PEMKAB MUNA
Patofisiologi isk AKPER PEMKAB MUNA
 
Etiologi isk AKPER PEMKAB MUNA
Etiologi isk AKPER PEMKAB MUNA Etiologi isk AKPER PEMKAB MUNA
Etiologi isk AKPER PEMKAB MUNA
 
Etiologi isk
Etiologi iskEtiologi isk
Etiologi isk
 
Bab i1
Bab i1Bab i1
Bab i1
 
Patofisiologi isk AKPER PEMKAB MUNA
Patofisiologi isk AKPER PEMKAB MUNA Patofisiologi isk AKPER PEMKAB MUNA
Patofisiologi isk AKPER PEMKAB MUNA
 
Patofisiologi isk
Patofisiologi iskPatofisiologi isk
Patofisiologi isk
 
Advances in The Study of Acute Acalculous Cholecystitis.pptx
Advances in The Study of Acute Acalculous Cholecystitis.pptxAdvances in The Study of Acute Acalculous Cholecystitis.pptx
Advances in The Study of Acute Acalculous Cholecystitis.pptx
 
Asuhan keperawatan dengan sistitis
Asuhan keperawatan dengan sistitisAsuhan keperawatan dengan sistitis
Asuhan keperawatan dengan sistitis
 
BOOKREADING - ISK.pptx
BOOKREADING - ISK.pptxBOOKREADING - ISK.pptx
BOOKREADING - ISK.pptx
 
Isk harnavi
Isk harnaviIsk harnavi
Isk harnavi
 
Askep isk
Askep iskAskep isk
Askep isk
 
kelompok199
kelompok199kelompok199
kelompok199
 
Etiologi isk
Etiologi iskEtiologi isk
Etiologi isk
 
Etiologi isk AKPER PEMKAB MUNA
Etiologi isk AKPER PEMKAB MUNA Etiologi isk AKPER PEMKAB MUNA
Etiologi isk AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep ISK.ppt
Askep ISK.pptAskep ISK.ppt
Askep ISK.ppt
 
Askep retensi urine (3)
Askep retensi urine (3)Askep retensi urine (3)
Askep retensi urine (3)
 
12047606asdasd5-Infeksi-Saluran-Kemih.ppt
12047606asdasd5-Infeksi-Saluran-Kemih.ppt12047606asdasd5-Infeksi-Saluran-Kemih.ppt
12047606asdasd5-Infeksi-Saluran-Kemih.ppt
 
Digestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptx
Digestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptxDigestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptx
Digestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptx
 

More from Mulkan Fadhli

Tajul Muluk pada sistem pertanian
Tajul Muluk pada sistem pertanianTajul Muluk pada sistem pertanian
Tajul Muluk pada sistem pertanianMulkan Fadhli
 
Pengumuman Pemenang RG FK Unsyiah 2012
Pengumuman Pemenang RG FK Unsyiah 2012Pengumuman Pemenang RG FK Unsyiah 2012
Pengumuman Pemenang RG FK Unsyiah 2012Mulkan Fadhli
 
Pengumuman Pemenangan RG
Pengumuman Pemenangan RGPengumuman Pemenangan RG
Pengumuman Pemenangan RGMulkan Fadhli
 
Pengumumanan Pemenangan TG
Pengumumanan Pemenangan TGPengumumanan Pemenangan TG
Pengumumanan Pemenangan TGMulkan Fadhli
 
Radioterapi of lung cancer
Radioterapi of lung cancerRadioterapi of lung cancer
Radioterapi of lung cancerMulkan Fadhli
 
Proses menua dan implikasinya
Proses menua dan implikasinyaProses menua dan implikasinya
Proses menua dan implikasinyaMulkan Fadhli
 
Pre ecclampsia in nefrology
Pre ecclampsia in nefrologyPre ecclampsia in nefrology
Pre ecclampsia in nefrologyMulkan Fadhli
 
Contrast nephropathy
Contrast nephropathyContrast nephropathy
Contrast nephropathyMulkan Fadhli
 
Management hiperkalemia
Management hiperkalemiaManagement hiperkalemia
Management hiperkalemiaMulkan Fadhli
 
Acei sebagai reno protektor
Acei sebagai reno protektorAcei sebagai reno protektor
Acei sebagai reno protektorMulkan Fadhli
 
DEMAM BERDARAH DENGUE Diagnosa dan Penatalaksanaan
DEMAM BERDARAH DENGUE Diagnosa dan PenatalaksanaanDEMAM BERDARAH DENGUE Diagnosa dan Penatalaksanaan
DEMAM BERDARAH DENGUE Diagnosa dan PenatalaksanaanMulkan Fadhli
 
Pelatihan pcr 1 eijkman
Pelatihan pcr 1 eijkmanPelatihan pcr 1 eijkman
Pelatihan pcr 1 eijkmanMulkan Fadhli
 
Enterobius vermicularis
Enterobius vermicularisEnterobius vermicularis
Enterobius vermicularisMulkan Fadhli
 
Ascaris lumbricoides
Ascaris lumbricoidesAscaris lumbricoides
Ascaris lumbricoidesMulkan Fadhli
 

More from Mulkan Fadhli (20)

Tajul Muluk pada sistem pertanian
Tajul Muluk pada sistem pertanianTajul Muluk pada sistem pertanian
Tajul Muluk pada sistem pertanian
 
Pengumuman Pemenang RG FK Unsyiah 2012
Pengumuman Pemenang RG FK Unsyiah 2012Pengumuman Pemenang RG FK Unsyiah 2012
Pengumuman Pemenang RG FK Unsyiah 2012
 
Pengumuman TG
Pengumuman TGPengumuman TG
Pengumuman TG
 
Pengumuman Pemenangan RG
Pengumuman Pemenangan RGPengumuman Pemenangan RG
Pengumuman Pemenangan RG
 
Pengumumanan Pemenangan TG
Pengumumanan Pemenangan TGPengumumanan Pemenangan TG
Pengumumanan Pemenangan TG
 
Pad slide
Pad slidePad slide
Pad slide
 
Radioterapi of lung cancer
Radioterapi of lung cancerRadioterapi of lung cancer
Radioterapi of lung cancer
 
Lung cancer, 3rd ed
Lung cancer, 3rd edLung cancer, 3rd ed
Lung cancer, 3rd ed
 
Proses menua dan implikasinya
Proses menua dan implikasinyaProses menua dan implikasinya
Proses menua dan implikasinya
 
Pre ecclampsia in nefrology
Pre ecclampsia in nefrologyPre ecclampsia in nefrology
Pre ecclampsia in nefrology
 
Contrast nephropathy
Contrast nephropathyContrast nephropathy
Contrast nephropathy
 
Management hiperkalemia
Management hiperkalemiaManagement hiperkalemia
Management hiperkalemia
 
Acei sebagai reno protektor
Acei sebagai reno protektorAcei sebagai reno protektor
Acei sebagai reno protektor
 
DEMAM BERDARAH DENGUE Diagnosa dan Penatalaksanaan
DEMAM BERDARAH DENGUE Diagnosa dan PenatalaksanaanDEMAM BERDARAH DENGUE Diagnosa dan Penatalaksanaan
DEMAM BERDARAH DENGUE Diagnosa dan Penatalaksanaan
 
Pelatihan pcr 1 eijkman
Pelatihan pcr 1 eijkmanPelatihan pcr 1 eijkman
Pelatihan pcr 1 eijkman
 
Modulasi digital
Modulasi digitalModulasi digital
Modulasi digital
 
Imunoparasitologi
ImunoparasitologiImunoparasitologi
Imunoparasitologi
 
Filariasis limfatik
Filariasis limfatikFilariasis limfatik
Filariasis limfatik
 
Enterobius vermicularis
Enterobius vermicularisEnterobius vermicularis
Enterobius vermicularis
 
Ascaris lumbricoides
Ascaris lumbricoidesAscaris lumbricoides
Ascaris lumbricoides
 

Recently uploaded

414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien DewasaUpdate 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien DewasaErdinataKusuma1
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 

Recently uploaded (20)

414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien DewasaUpdate 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 

Isk komplikasi

  • 1. Complicated urinary tract infection : Diagnosis and treatment Maimun Syukri Subdivisi Ginjal-Hipertensi Bagian Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala-RSUD Dr. Zainoel Abidin, Banda Aceh Abstrak Complicated infeksi saluran kemih (CISK) salah satu dari penyebab utama penderita masuk rumahsakit yang menyebabkan angka kesakitan dan biaya pengobatan meningkat. Penderita yang diduga ISK harus dicari complicating-complicating faktor seperti kelainan anatomi dan kelainan fungsi dari kelainan saluran genito-urinarius. Mutlak diperlukan biakan kuman dan tes kepekaan antibiotik. Peningkatan angka resistensi kuman dan kurangnya penelitian menjadikan tantangan dalam pengobatan cISK. Kelainan urologi sangat berhubungan dengan cISK, kuman yang menyebabkan ISKpun sangat beragam sehingga peluang terjadi resitensi antibiotik sangat besar. Penanganan cISK tergantung pada faktor variabel penderita dan penyebab infeksi. Morbiditas dan kesembuhan penderita cISK lebih ditentukan oleh underlying abnormality dari pada faktor infeksinya sendiri. Pemberian antibiotik ditentukan oleh manifestasi klinik, toleransi terhadap pengobatan, fungsi ginjal dan jenis kuman. Jika underlying abnormality yang menyebabkan ISK sulit dikoreksi maka perlu antisipasi terjadinya infeksi berulang. Diperlukan konsultasi dengan ahli urologi untuk menghilangkan obstruksi. Konsultasi dengan ahli penyakit infeksi diperlukan bila didapatkan kuman yang tidak biasa ditemukan atau penderita tidak memberikan respon terhadap terapi. Untuk mencegah resisten terhadap antibiotik, tidak dianjurkan pemberian profilaksis antibiotik terhadap cISK kecuali pada penderita transplantasi ginjal pada periode paska operasi. Para ahli yang menangani cISK diharapkan lebih memahami tentang prinsip-prinsip pemakaian antibiotik dan penanganan yang berkaitan dengan co- morbiditas urologi dan medik. Kata Kunci : complicated infeksi saluran kemih; resistensi kuman; kelainan saluran genito- urinarius Pendahuluan Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan penyakit yang sering dijumpai di masyarakat dan di tempat pelayanan kesehatan.) Di Amerika Serikat dilaporkan, tiap tahun sekitar 6–8 juta wanita muda mengalami ISK sederhana (sistitis akut). Lebih kurang 15 % dari resep antibiotik pertahun diperuntukkan untuk pengobatan ISK yang menghabiskan dana $ 1 billion. Bila dihitung efek langsung maupun tidak langsung akibat ISK di masyarakat menghabiskan $1.6 billion tiap tahun1. ISK sederhana sering terjadi pada wanita dewasa yang tidak hamil, sedangkan complicated ISK (cISK) dapat terjadi pada pria dan wanita, dan semua umur dimana didapatkan kelainan anatomi dan fungsi dari saluran kemih2. CISK adalah sangat heterogen, dengan beberapa complicating factor seperti kelainan struktur, anatomi dan fungsi dari saluran kemih
  • 2. (stent, gangguan aliran kemih, instrument, batu, tumor, dan gangguan neurologis), gangguan fungsi ginjal (kelainan parenkhim ginjal, atau pre-, intra-, atau post- renal nefropati, dan penyakit yang menyertai (diabetes mellitus, keganasan, penyakit hati, imunosupresif, AIDS, hipotermia)1. Kelainan urologi sangat berhubungan dengan cISK, kuman yang menyebabkan ISKpun sangat beragam sehingga peluang terjadi resitensi antibiotik sangat besar. Penanganan cISK tergantung pada faktor variabel penderita dan penyebab infeksi. Morbiditas dan kesembuhan penderita cISK lebih ditentukan oleh underlying abnormality dari pada faktor infeksinya sendiri. Pemberian antibiotik ditentukan oleh manifestasi klinik, toleransi terhadap pengobatan, fungsi ginjal dan jenis kuman. Jika underlying abnormality yang menyebabkan ISK sulit dikoreksi maka perlu antisipasi terjadinya infeksi berulang3 . Batasan Complicated infeksi saluran kemih adalah ISK yang terjadi pada penderita dengan abnormalitas dari anatomi atau fungsi dari saluran kemih yang menghalangi aliran urin. Pengertian ini juga mencakup ISK pada manula terutama yang menderita diabetes mellitus dan gangguan fungsi ginjal, dan penderita dengan compromised host seperti penderita dengan netropenia yang menetap, penderita transplant, penderita yang memakai prednisone untuk terapi penyakit autoimun. ISK pada wanita hamil tidak termasuk cISK. Asimtomatik ISK pada wanita dimana didapatkan kuman yang sama dari dua kali pemeriksaan berturut-turut digolongkan dalam cISK. Re-infeksi adalah infeksi berulang dengan kuman yang berbeda dengan infeksi sebelumnya. Relaps adalah infeksi berulang oleh kuman yang sama dengan kuman sebelum diobati 3,4,5. Karakteristik ISK Kelainan saluran genito-urinarius Kelainan saluran genito-urinaria yang menyebabkan cISK sangat bervariasi. Ini bisa dilihat pada tabel1 . Tabel 1. Structural and functional abnormalities of the genitourinary tract associated with complicated urinary infection 3,6 . Obstruction Ureteric or urethral strictures Tumours of the urinary tract Urolithiasis Prostatic hypertrophy Diverticulae Pelvicalyceal obstruction Renal cysts Congenital abnormalities Instrumentation Indwelling urethral catheter Intermittent catheterization Ureteric stent
  • 3. Nephrostomy tube Urological procedures Impaired voiding Neurogenic bladder Cystocele Vesicoureteral reflux Ileal conduit Metabolic abnormalities Nephrocalcinosis Medullary sponge kidney Renal failure Immunocompromised Renal transplant Mekanisme infeksi pada saluran genito-urinarius adalah dengan gangguan aliran kemih parsial, persisten bakteri dalam biofilm, adanya batu di saluran kemih atau memakai instrument, atau banyaknya kuman yang masuk melalui instrument3. CISK karena pemakaian kateter (catheter associated urinary tract infection = CAUTI) ISK karena pemakaian kateter adalah penyebab utama infeksi nosokomial dan bakterimia Gram negative di rumah sakit. Di Amerika Serikat, insiden ISK karena pemakaian kateter baik yang masuk rumah sakit maupun yang dirawat di rumah lebih dari 1 juta kasus dari 1-1.5 juta pemakaian kateter. Tiap episode infeksi harus menambah biaya pengobatan $ 4007. Cara efektik untuk pencegahan ISK karena pemakaian kateter dengan mengevaluasi indikasi pemakaian yang tepat dan waktu pemakaian yang singkat. Secara umum indikasi pemakaian kateter dan managemennya dapat dilihat pada table 2 dan table 3. Tabel 2. Indication for urinary catheterization 3 Long-term catheterization : Urinary obstruction not amenable to medical or surgical treatment Neurogenic bladder with urinary retention Incontinent patient with intractable skin breakdown Palliative care in terminally ill patient to avoid bed changes Preference of a patient who has not responded to specific incontinence treatments Short-term catheterization : Surgery of the urinary tract or contiguous structures Acute urinary retention Critically ill patient when strict urinary output measurement is needed Adapted from Cravens DD, Zweig S. Urinary catheter management Am Fam Physician 2000;61:369-76.
  • 4. Managemen CAUTI Tabel 3. CDC Guidelines for Prevention of CAUTI : Summary of major recommendation3 Category I—strongly recommended: Catheterize only when necessary Educate personnel in correct techniques of catheter insertion and care Emphasize handwashing Insert catheter using aseptic technique and sterile equipment Secure catheter properly Maintain closed sterile drainage Obtain urine samples aseptically Maintain unobstructed urine flow Category II—moderately recommended : Periodically re-educate personnel in catheter care Use the smallest suitable bore catheter Avoid irrigation unless needed to prevent or relieve obstruction Refrain from daily meatal care Do not change catheters at arbitrarily fixed intervals Category III - weakly recommended: Consider alternative techniques of urinary drainage Replace collecting system when sterile closed drainage has been violated Spatially separate infected and uninfected patients with indwelling catheters Avoid routine bacteriologic monitoring Adapted from Wong ES. Guideline for prevention of catheter-associated urinary tract infections. Available at www.cdc.gov/ncidodlhip/ GUIDE/uritracthtm. Accessed 2 Jun 2004. CDC = Centers for Disease Control and Prevention; UTI = urinary tract infection. Pada penderita yang memakai kateter, risiko bakteriuria dari hari ke hari meningkat 3 – 10%. Komplikasi yang berhubungan langsung dengan infeksi dari pemakaian kateter adalah bakteriuria kronik, sistitis, prostatitis, epididimitis, pielonefritis, lithiasis, sepsis, dan kematian. Usaha untuk mengurangi morbiditas, mortalitas, dan biaya yang tinggi akibat pemakaian kateter adalah mencegah bakteriuria atau meminimalkan bakteriuria. Strategi dari pencegahan ISK karena pemakaian kateter dapat dilihat pada table 37. Disamping faktor kateter, faktor individu juga berperan dalam terjadinya ISK karena pemakaian kateter. Selengkapnya dapat dilihat pada table 4.
  • 5. Tabel 4. Risk and contributing factors for developing Catheter-Associated Urinary Tract Infections 8 Catheter Factors Individual Factors The catheter is : The peson : - Left in place for more than 6 days - is female - Inserted in place other than an - is pregnant operating room - is malnourished, frail, or - used to measure urinary output has chronic illness - not positioned correctly and the level - has diabetes mellitus of the drainage tubing is above the - has azotemia (creatinine bladder oe below the level of the > 2.0 mg/dl) drainage bag - has a ureteral stent - not maintained as a closed system (eg - has other sites of infection switching between gravity and leg - is immunosupressed bag drainage system) - has a catheter in place postfractured hip and resides in a nursing home Gejala Klinis Complicated ISK dapat terjadi pada saluran kemih bagian bawah dan saluran kemih bagian bagian atas yang mengalami kelainan anatomi, gangguan fungsi atau karena memakai kateter. Faktor risiko cISK adalah kelainan anatomi; seperti pembesaran prostat, batu, obstruksi, kateter atau stent, neurogenik bladder. Gangguan metabolik/hormone seperti diabetes dan kehamilan, dan kelainan imunologi seperti transplanttasi ginjal, neutropenia, HIV. CISK karena kelainan metabolik dan imunologi biasanya mudah diobati dan tidak relaps. CISK oleh karena kelainan anatomi sering susah diobati, sering relaps dan memerlukan intervensi ahli urologi4,9. Gejala klinis sangat bervariasi. Infeksi bagian bawah akan memberi gejala klasik seperti nyeri supra pubik, sering berkemih, nyeri saat berkemih (dysuria) dan urin berbau busuk . Infeksi bagian atas memberikan gejala berupa nyeri panggul, demam dan menggigil. Manifestasi dari gejala klinis tergantung pada faktor-faktor penjamu (host). Pada manula hanya bisa didapatkan perubahan mental, pada yang memakai kateter kadang hanya muncul demam sedangkan pada penderita paraplegi bisa kita dapatkan demam dan spastic atau disrefleksia autonom 4,9. Diagnosis Dengan pemeriksaan urinalisis akan didapatkan lekosit esterase, nitrit, lekosit uria > 10/lp, dan kultur urin dengan kuman >105/ml urin. Biakan urin dan tes kepekaan antibiotik mutlak diperlukan untuk mengoptimalkan terapi. Pengecatan gram akan membantu dalam terapi empirik antibiotik. Pada penderita dengan sakit yang berat atau pada penderita yang tidak ada perbaikan dengan pemberian terapi, dimana penyebab obstruksi telah disingkirkan maka perlu dilakukan ultrasonografi ginjal atau CT abdomen/pelvic9.
  • 6. Penanganan Tidak dianjurkan evaluasi dan pengobatan terhadap asimtomatik bakteriuria. Tidak diindikasikan pemberian antibiotik terhadap penderita dengan pyuria dari specimen urin yang tidak memberikan keluhan. Jika didapatkan clinically feasible pemberian antibiotik dapat ditunda sampai dengan hasil kultur urin diperoleh. Terapi empirik dimulai pada penderita dengan gejala klinis yang berat. Pilihan antibiotik pada terapi empirik perlu memperhatikan faktor individu, toleransi terhadap antibiotik, presentasi gejala klinis, penggunaan antibiotik sebelumnya, hasil kultur urin sebelumnya, serta mengetahui pola kuman dan uji kepekaan didaerah penderita berada3. Terapi oral diberikan pada penderita ISK simtomatik yang sering kambuh, sedangkan terapi parenteral diberikan untuk penderita yang tidak tolerable terhadap terapi oral, penderita dengan gannguan absorbs gastro-intestinal, penderita dengan hemodinamik yang tidak stabil atau penderita yang sudah diketahui kuman penyebab infeksi. Terapi dianjurkan selama 7 hari untuk penderita ISK bawah simtomatik dan 7 – 10 hari untuk penderita ISK atas simtomatik atau penderita dalam keadaan sepsis3. Pemilihan Antibiotik Tujuan utama penanganan cISK adalah mengoptimalkan pemberian antibiotik yang merupakan prinsip utama dari penanganan cSIK dan mengoreksi abnormalitas saluran genito- urinaria. Lamanya pemberian antibiotik, pemilihan antibiotik, dan serta menentukan dosis akan sangat berpengaruh terhadap kepekaan kuman. Pemberian antibiotik yang optimal adalah prinsip utma dalam pengobatan cISK (table 5 dan table 6). Keterlambatan pemberian antibiotik pada infeksi yang berat dapat meningkatkan angka kematian. Tujuan lain dari pengobatan adalah menurunkan suhu badan sampai normal secepatnya, mengurangi angka infeksi ulang, dan mencegah peningkatan kejadian resisten kuman4,11. Tabel 5. Treatment Options for Complicated Acute Cystitis4 Antibiotic Dose (Oral Formulation) Frequency TMP-SMX 160/800 mg Twice daily TMP 200 mg Twice daily Norfloxacin 400 mg Twice daily Ciprofloxacin 250–500 mg Twice daily Levofloxacin 250–750 mg Once daily Nitrofurantoin 100 mg Twice daily Amoxicillin 250–500 mg Three daily Amoxicillin/Clavulanate 500–875 mg Twice daily Cephalexin 250–500 mg 4 times daily Cefuroxime 250–500 mg Twice daily Abbreviation: TMP, trimethoprim; TMP-SMX, trimethoprim/sulfamethoxazole.
  • 7. Tabel 6. Empiric Antimicrobial Therapy for Complicated Acute Pyelonephritis 4 Severity of Empiric Antibiotic Treatment Infection Mild Oral fluoroquinolones Avoid in patients with risk factors for (ciprofloxacin IR, ER or resistance, such as recent exposure to levofloxacin) fluoroquinolone class; Avoid when local resistance patterns indicate high level resistance; Do not administer with divalent/trivalent cations, as efficacy will be reduced; Dose adjustment required in renal dysfunction Moderate Oral fluoroquinolones Avoid in patients with risk factors for (ciprofloxacin IR, ER or resistance, such as recent exposure to levofloxacin) fluoroquinolone class; Avoid when local resistance patterns indicate high level resistance; Dose adjustment required in renal dysfunction Cefazolin, ceftriaxone, cefotaxime Dose adjustment required in renal dysfunction for cefazolin and cefotaxime only Ampicillin + gentamicin Avoid use of combination in renal dysfunction or elderly; Dose adjustment required in renal dysfunction Severe Intravenous fluoroquinolones Use when expected resistance to (ciprofloxacin or levofloxacin) fluoroquinolones is very low, otherwise do not use as empiric monotherapy; Dose adjustment required in renal dysfunction Ceftriaxone or ceftazidime ± Dose adjustment required in renal intravenous fluoroquinolones dysfunction for ceftazidime and fluoroquinolones only Ampicillin + gentamicin Avoid use of combination in renal dysfunction or elderly; Dose adjustment required in renal dysfunction Piperacillin-tazobactam Dose adjustment required in renal dysfunction ImipenemMeropenemDoripenem Use with risk factors for resistant organisms such as AmpC β-lactamases and ESBL- producing organisms; Consider de- escalation when culture and sensitivity results available; Dose adjustment required in renal dysfunction Abbreviation: ER, extended release; ESBL, extended-spectrum β-lactamases; IR, immediate release.
  • 8. Dalam pemilihan terapi empirik, para ahli berpedoman pada pola kuman dan tes kepekaan dari institusi di daerah mana penderita berada. Disamping itu para ahli juga harus memperhatikan faktor-faktor spesifik dari penjamu (host), termasuk antibiotik yang sudah pernah digunakan, beratnya gejala dan tanda yang ada pada penderita, riwayat alergi, dan disfungsi organ. Sifat-sifat farmakokinetik dan farmako dinamik akan berubah pada penderita sepsis, dengan peningkatan klearens dari obat, distribusi volume meningkat, dan penurunan exposure at site of action. Sebaiknya diberikan antibiotik yang ekskresinya melalui ginjal, diharapkan kadar di urin meningkat 100 – 1000 kali dari kadar di dalam serum, dan tentunya lebih kuat untuk melawan kuman patogen dalam saluran kemih 4. Terapi empirik harus diberikan secara intra vena pada penderita cISK yang berat, Pada penderita dengan penurunan fungsi saluran cerna seperti muntah, atau diare, akan mengurangi absorbsi bila diberikan secara oral. Ketika didapatkan hasil biakan kuman dan tes kepekaan, maka terapi harus sesuai dengan hasil yang didapat. Pada keadaan dimana penderita sudah dapat intake per oral maka dokter yang merawat segera memformulasikan untuk terapi oral. Pada ISK bawah dan mild-moderat ISK atas dapat dimulai dengan terapi oral 4. Carbapenem dapat diberikan untuk infeksi campuran antara kuman Gram negatif dan Gram positif, diberikan secara intra vena. Ertapenem diberikan untuk kuman kelompok β – lactamase. Doripenem diberikan untuk kuman-kuman yang resisten terhadap β-lactamase. Fluoroquinolon diberikan untuk kuman yang menghambat girase DNA dan ekskresi lewat ginjal yang bervariasi. Levofloxacin dieksresi dengan baik melalui urin, lebih kurang 87 %, ciprofloxacin diekskresi melalui urin 30 – 50 %.. aminoglycoside baik sendiri ataupun kombinasi dengan β-lactam dapat dipakai sebagai pilihan utama untuk terapi cISK.Aminoglycoside diekskresi melaui filtrasi glomerulus, tidak berubah dalam urin, dan sering direkomendasi untuk terapi pilihan. Perlu waspada terhadap efek samping dari aminoglycoside berupa nefrotoksik dan ototoksik 4,11,12. Referal sistem Konsultasi dengan urolog diperlukan bila obstruksi tidak bisa diatasi atau bila ada abnormalitas anatomi saluran genito-urinaria. Konsultasi dengan ahli penyakit infeksi diperlukan bila didapatkan kuman yang tidak biasa ditemukan atau penderita tidak memberikan respon terhadap terapi. Untuk mencegah resisten terhadap antibiotik, tidak dianjurkan pemberian profilaksis antibiotik terhadap penderita yang mempunyai risiko ISKB dan cISK kecuali pada penderita transplantasi ginjal pada periode paska operasi 9. Preventif Salah satu usaha untuk mencegah cISK adalah dengan mengoreksi abnormalitas dari saluran genitor-urinaria. Apabila koreksi tidak mungkin dilakukan dan tetap dalam keadaan abnormalitas maka akan berisiko terjadi infeksi berulang. Beberapa hasil penelitian dilaporkan pemberian antibiotik profilaksis gagal mencegah infeksi berulang bahkan menyebabkan resisten terhadap antibiotic. Penelitian Randomised Control Trial (RCT) dengan tablet cranberry 3 kali sehari untuk mencegah infeksi pada penderita spinalcord dilaporekan tidak ada pengaruh pemberian cranberry terhadap pertumbuhan kuman atau pyuria. Namun ada laporan RCT lain dengan melakukan program edukasi selama 6 bulan pada penderita spinalcord justru dapat menurunkan bakteriuria dan menurunkan episode simtomatik infeksi yang bermakna. Elemen
  • 9. edukasi yang dilakukan berupa mencatat material, melakukan managemen tes buli-buli sendiri, tehnik memasang kateter dibawah bimbingan perawat, dan mendiskusikan dengan dokter tentang perawatan ISK. Semua program tersebut di follow-up dengan berkomunikasi lewat telepon3,9. Canadian Guidelines untuk pengelolaan cISK pada orang dewasa menganjurkan bahwa pemberian antibiotik jangka panjang sangat bergantung pada situasi seperti infeksi berulang karena pembesaran prostat dapat diberikan 6 -12 minggu. Terapi profilaksis jangka lama tidak dianjurkan untuk pencegahan infeksi, seperti penderita spinal cord yang akan memakai kateter dapat diberikan antibiotik profilaksis untuk mencegah resistensi kuman terhadap antibiotik. Pada wanita yang aktif berhubungan seks dengan ISK berulang (ISKB) dianjurkan untuk minum antibiotik profilaksis pada saat berhubungan dan jangan memakai kontrasepsi spermicide 2 . Kesimpulan CISK sangat berbeda dengan ISK sederhana. Perbedaan antara keduanya sangat berpengaruh dalam menentukan evaluasi klinik, memilih antibiotik, memutuskan untuk intervensi ahli bedah, dan lamanya pemberian antibiotik. Para ahli yang menangani cISK diharapkan lebih memahami tentang prinsip-prinsip pemakaian antibiotic dan penanganan yang berkaitan dengan co-morbiditas urologi dan medik. Para ahli juga diharapkan mengetahui tentang pola kuman dan tes kepekaan lokal dan institusi dimana penderita berada serta memahami tentang antibiotik yang aman untuk pengobatan cISK4.
  • 10. Daftar Pustaka 1. Wagenllehner FME and Nabber KG. Current challenges in treatment of complicated urinary tract infections and prostatitis. Clin Microbiol Infect 2006; 12 (Suppl.3):67-80 2. Pallett A and Hand K. Complicated urinary tract infections : practical solutions for the treatment of multiresistant gram-negative bacteria. J Antimicrob Chemother 2010; 65 (Suppl 3): iii25-33. 3. Nicolle LE. Complicated urinary tract infection in adults. Can J Infect Dis Med Microbiol 2005; 16 (6): 350-60 4. Bader MS, Hawboldt J and Brooks Annie. Management of Complicated Urinary Tract Infections in the Era of Antimicrobial Resistance. Postgraduate Medicine 2010; 122 (6):7- 15. 5. Charbel. Complicated urinary Tract Infections. Manual of Clin Problems in Infect Dis Peb 2011. http://www.drugswell.com/wow/index.php. 6. Brown PD and Sabel JD. Advances in the Understanding and Treatment of Complicated Urinary Tract Infections. Eur Genito-urinary (Touch Briefing) 2007: 51-3 7. Alcaide ML and Lichstein DM. Management of Urinary Tract Infections in patients with Urinary Catheter. Hospital Physician Agt 2004: 29-33 8. Parker D, Callan L, Harwood J et al. WOCN FACT SHEET : Catheter-Associated Urinary Tract Infections : Fact Sheet. J WOCN 2009; 36 (2): 156-9 9. DeMaio J. Urinary Tract Infection, Complicated (UTI). John Hopkins POC-IT Centre 07- 27- 2010. 10. Orenstein R and Wong ES. Urinary tract Infections in Adults. AAFP March 1999: 1237-54. 11. Naber KG, Bergman B, Bishop MC, Johansen TEB, Botto H, Lobel B, Cruz FJ, and Selvaggi FP. Guidelines on urinary and male genetal tract infections. Europian Association of Urology (EAU), 2008. http://. www.uroweb.org. 12. Mahesh E, Ramesh D, Indumathi VA et al. Complicated Urinary Tract Infection in a Tertiary Care Center in South India. Al amen J Med Sci 2010; 3 (2): 120-7