SlideShare a Scribd company logo
1 of 251
MODE L ,
TE KNIK DA N KE TE RA MPIL A N
        KONSE L ING
Teknik Konseling…
Apa itu Teknik…?
Mengapa konseling menggunakan teknik..?
Dalam bagian konseling mana teknik itu
 digunakan?
Bagaimana teknik itu digunakan dalam
 konseling?

                                      2
Teknik konseling
             Model   Teknik konseling
                     Teknik konseling
                      Teknik konseling
                      Teknik konseling
                       Teknik konseling

Teori/                 Teknik konseling
pendekatan   Model     Teknik konseling

                        Teknik konseling
                       Teknik konseling
                                            Proses
Teori/       Model   Teknik konseling      Konseling
pendekatan
                        Teknik konseling
                      Teknik konseling
             Model    Teknik konseling
Teori/                Teknik konseling
pendekatan            Teknik konseling
             Model    Teknik konseling
                      Teknik konseling
                     Teknik konseling
                     Teknik konseling
                                                 3
KONSELOR
     K
    O
    N
    S        TEORI;
    E        TEKNIK
    L
    I      KONSELING
    N
    G


 KONSELI

KASUS/MASALAH
KONSELOR
       K
      O
      N                     Setidaknya ada
      S           TEORI;
                                 11teori
      E           TEKNIK
      L                       Dan ratusan
                KONSELING
      I
      N
                            teknik konseling
      G                        …..???????
                               Pakai yang
   KONSELI                    mana,,,,,,,,
                                ……..???
KASUS/MASALAH
STRATEGI IMPLEMENTASI TEORI
        KONSELING DALAM PROSES
               KONSELING
                        HARAPAN
                                              SESUAI = OK ----KES


KEBERADAA
N MANUSIA
                      KENYATAAN
                                             GAP/T.SESUAI= T.OK-----
                                                     KES-T
  KES= Kehidupan efektif sehari hari, yang memungkinkan
     berkembangnya segala potensi yang dimiliki manusia

  KES-T = Kehidupan efektif sehari-hari yang terganggu, yang menghambat
      berkembangnya potensi yang dimiliki.
UPAYA MENYIKAPI KES-T

        L. BELAKANG (PENYEBAB)



KES-T   GAP /MASALAH


       KONSEKUENSI
(AKIBAT)
UPAYA MENYIKAPI KES-T
                    L. BELAKANG (PENYEBAB)
 (Perlu dipahami, sudah terjadi, tidak bisa dirubah, berkontribusi besar
 terhadap timbulnya masalah)


KES-T               GAP /MASALAH
 ( Bentuk keberadaan/ketidaksesuaian harapan dan kenyataan yang
 menciptakan kondisi KES-T



                    KONSEKUENSI (AKIBAT)
                    (BENTUK KES-T Yang terjadi)
UPAYA Membina KES-T menjadi KES
                         L. BELAKANG (PENYEBAB)
 DIPAHAMI UNTUK MENENTUKAN ARAH UPAYA PEMECAHAN, Konsep Teori, Prosedur Konseling
 yang sesuai)


KES-T                     GAP /MASALAH
  JARAK ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN DIMINIMALISASI (GAP DIKURANGI) dengan
 intervensi upaya pembinaan yang relevan dengan L belakang dan arah KES yang ingin
 dituju)



                   KONSEKUENSI (AKIBAT)

                (KES-T di ubah Menjadi KES)
STRATEGI IMPLEMENTASI TEORI KONSELING
                                                          •   Apakah masa lalu
                                                              memicu masalah?
                                                          •   Apakah masalah timbul     Teori
                                                              dari kurangnya            Konseling
                                                              kesadaran diri?           yang
                L. BELAKANG (PENYEBAB)                    •   Apakah masalah masalah
                        (Perlu dipahami, sudah terjadi,                                 Relevan
                                                              timbul karena interaksi
 tidak bisa dirubah, berkontribusi besar terhadap             yang salah dgn
 timbulnya masalah)
                                                              lingkungan
KES-T     GAP                                             •   Dsb…?
                                                                                        Teori
 /MASALAH                                                 •   Seperti Apa keberadaan
                                                              Konseli:                  dan
 ( Bentuk keberadaan/ketidaksesuaian harapan              •   Apakah konseli merasa     teknik
 dan kenyataan yang menciptakan kondisi KES-T                 Cemas?                    yang
                                                          •   Apakah konseli merasa     Relevan
                                                              rendah diri?
                                                          •   dsb


                              KES yang ingin dicapai
PETA PIKIR (Mind Map)

                 URAIAN KASUS
            ……………………………………………..
                 ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
            …………………………………………….
  Latar                 MASALAH                  KES-T
Belakangn               ……………                  ……………
    ya                  ……………                  ……………
……………                   ……………                   …………
……………                   ……………                  ARAH KES
……………                   ……………                  ……………
……………                   ……………                  ……………
……………                   ……………                  ……………
…………… TEORI KONSELING, PROSEDUR/TEKNIK KONSELING ….
                          …….
……………
PROSES KONSELING




                   12

Konselor
                 
            Proses

           Konseling

                       Klien

                               13
TA HA P KE E FE K TIFA N
L A YA NA N K ONSE L ING
      • Pasca-KP             5
                   4
                           • Proses-KP
              3
     2
1
                       • Pra-KP


                                    14
L ima Tahap
1   Klien menyadari bahwa dirinya bermasalah
    Klien menyadari bahwa dirinya memerlukan
2
    bantuan untuk mengentaskan masalahnya

3
    Klien mencari sumber (dalam hal ini Konselor)
    yang dapat memberikan bantuan
    Klien terlibat secara aktif dalam proses
4
    perbantuan (dalam hal ini proses layanan
    Konseling)
5   Klien menerapkan hasil upaya bantuan
                                               15
ETIKA DASAR
 PELAYANAN KONSELING
1. Kerahasiaan
2. Kesukarelaan dan
   Keterbukaan
3. Keputusan diambil oleh
   klien sendiri

                            16
ASAS KERAHASIAAN
Saya, ……………….
Dengan ini menyatakan bahwa saya
sanggup dan bersedia menerima,
menyimpan, memelihara, menjaga,
dan merahasiakan semua data dan
keterangan baik dari klien saya atau
dari siapapun juga, yaitu data atau
keterangan yang tidak boleh atau tidak
layak diketahui orang lain.

                                   17
KONSELOR
SEBAGAI KACA




 Konselor   Klien
                    18
PROSES
   LAYANAN KONSELING
     (Konseling Perorangan)
 Penerimaan thd. Klien
  - KTPS (Klien “tidak pernah
  salah”)
  - Lingkungan fisik
  - Suasana sosio-emosional
                                19
Permulaan wawancara merupakan kesan pertama dalam keseluruhan
wawancara. Kesan pertama yang baik dapat menimbulkan kesan yang
mendalam. Untuk itu, pada pengawalan wawancara konseling, konselor
harus mengupayakan suasana penuh kehangatan, dan menanamkan
kepercayaan pada konseli. Oleh karena itu sikap dan tampang
(appearence) konselor dalam permulaan wawancara itu perlu
diusahakan sepositif mungkin. Tindakan-tindakan yang perlu
diperhatikan oleh konselor dalam membuka wawancara konseling dapat
diuraikan sebagai berikut:
Menyambut kehadiran konseli, memberi salam, pandangan penuh
perhatian, dalam suasana yang tetap santai dan kondusif. Selanjutnya
mempersilakan duduk, pada posisi yang tepat.

    Posisi dan Jarak Duduk
     - Posisi standar: berhadap-hadapan dg. jarak + 100
        cm.
     - Posisi modifikasi: posisi yang diubah
                                                                   20
Sebelum pembicaraan memasuki pada kawaan
permasalahan konseli, hendaknya konselor terlebih dahulu
membicarakan topik-topik netral. Topik-topik yang bisa
dibicarakan dapat berupa pembicaraan ringan seperti,
membicarakan asal atau alamat konseli, jumlah saudara,
hoby, dan pembicaraan ringan lainnya yang dapat
menumbuhkan keakraban. Setelah terjalin keakraban
antara konselor dan konseli, konselor dapat memulai
pembicaraan dengan menyampaikan pertanyaan-
pertanyaan sebagai berikut,
”Baiklah...saudara (bisa menyebut nama)..kedatangan
anda kesini tentu ada tujuan yang penting untuk anda
bicarakan dengan saya...bisakah anda meceritakan tujuan
anda tersebut kepada saya...”atau dengan susunan
kalimat berbeda yang dapat mengantarkan konseli ke
dalam kegiatan wawancara konseling
                                                     21
 Perstrukturan
 - membawa klien memasuki
 arena proses konseling
 - perstrukturan penuh
 - perstrukturan sebagian
 - isi penstrukturan
 - waktu penstrukturan
                       22
Isi penstrukturan:
2. Apa konseling
3. Bagaimana konseling
4. Ke mana konseling
5. Asas-asas pokok konseling
6. Peran konselor dan klien

                         23
TEKNIK KONSELING
 Teknik Umum: untuk
 mengembangkan proses
 konseling pada umumnya.
 Teknik Khusus:untuk
 mengubah tingkah laku
 klien.
                           24
TEKNIK UMUM
1. Kontak mata
2. Kontak psikologis
3. Ajakan untuk berbicara
4. Tiga M (mendengar, memahami,
   dan merespon)
5. Keruntutan
6. Pertanyaan terbuka
7. Dorongan minimal
                            25
TEKNIK UMUM
         (Lanjutan)
Refleksi (isi dan perasaan)
Penyimpulan
Penafsiran
Konfrontasi
Ajakan untuk memikirkan sesuatu yg
lain
Peneguhan hasrat
“Penfrustrasian” klien
Strategi “tidak memaafkan klien”
                              26
TEKNIK UMUM
             (Lanjutan)
1   Suasana diam
2   Interprestasi pengalaman masa
    lampau
3   Sentuhan jasmaniah
4   Penilaian
5   Pelaporan



                                    27
TEKNIK KHUSUS
 Pengubahan kondisi
 Pelatihan untuk pengubahan
  tingkah laku
 Penguasaan kompetensi



                          28
TEKNIK KHUSUS
1. Pemberian informasi (8)
2. Latihan penenangan: sederhana dan
   penuh (9)
3. Sesitisasi (10)




                                29
TEKNIK KHUSUS
                (Lanjutan)
1.   Kursi kosong (1)
2.   Permainan peran dan permainan
     dialog (2)
3.   Latihan keluguan/ asertif (3)
4.   Analisis transaksional (4)
5.   Kontrak (5)
6.   Desensitisasi sistematis (6)
7.   Asosiasi bebas (7)
                                 30
PENTAHAPAN
    DALAM PROSES KONSELING




1
         2      3
                       4
                             5
                                 31
PENTAHAPAN
      (Lanjutan)
1. Tahap pengantaran
2. Tahap penjajakan
3. Tahap penafsiran
4. Tahap pembinaan
5. Tahapan penilaian
                       32
33
3M
Mendengar dengan
penuh perhatian
Memahami dengan
cermat dan penuh makna
Merespon dengan tepat
dan positif
                     34
MENDENGAR: apa yang
 Disampaikan dengan kata-kata
 Diperlihatkan melalui raut muka
 Ditunjukkan melalui gerak gerik
 Terkandung dalam perasaan dan
  pikiran
 Ada di dalam situasi yang
  berkembang

                                    35
MENDENGAR: dengan
 Penuh konsentrasi
 Terarah langsung kepada klien
    dan penampilannya
   Kontak mata: daerah pas photo
   Kontak psikologis
   KTPS
   Dorongan minimal
                               36
Klien




   Kontak Mata   37
Kontak Psikologis




Konselor      Klien
                      38
KTPS
 Menjunjung kehormatan dan
    keunikan diri klien
   Menerima klien apa adanya
   Tangan terbuka, dada lapang
   Tidak berprasangka thd. klien
   Tidak menetapkan syarat
    kepada klien
                                    39
DORMIN
   Tanda bahwa konselor:
    - mengikuti pembicaraan klien
    - menahami pembicaraan klien
   Mendorong klien untuk terus
    membuka diri
   Dengan kata atau isyarat yang tepat
   Dengan intonasi yang tepat
   Dalam waktu yang tepat
                                  40
MEMAHAMI: terhadap
 Isi:
  - pikiran
  - perasaan
 Kecenderungan pribadi
 Kondisi diri dan lingkungan
 Masalah yang dialami
 Situasi yang berkembang
                                41
MEMAHAMI: untuk
 Mendiskripsikan kondisi klien
 Mengambil kesimpulan
 Merumuskan kata kunci
 Mengembangkan konsep
 Mempersiapkan respon (yang
 runtut)
                                  42
MERESPON:
dengan tepat, sesuai dengan
materi yang dikemukakan klien
secara positif, mengarahkan
kepada hal-hal yang baik, bagi
diri klien dan pengembangan
proses konseling; segi
kebahasaan dan cara
penyampaiannya yang baik
                             43
Tepat:
 materinya berdasarkan inti
  yang dikemukakan klien
 materinya dalam ruang
  waktu yang sesuai
 disampaikan dengan
  bahasa yang tepat
                           44
Positif:
 isi respon bermakna positif
 penyampaiannya dapat
  diterima dengan baik
 mengarah kepada
  pendalaman permasalahan

                                45
KERUNTUTAN


•    •    •    •    •
Ki   Ko   Ki   Ko   Ki


                    46
Keseluruhan Proses

3M               Keruntutan


Seluruh tahap proses layanan
•      •     •       •        •
 1      2     3       4        5  47
Keseluruhan Teknik

    3M             Keruntutan

         Seluruh Teknik yang
                 digunakan
•        •     •     •     •
1         2          Dst
                                48
PERSPEKTIF DAN MAKNA
  PENDEKATAN KONSELING

Esensi Konseling
 Suatu proses hubungan untuk membantu
orang lain, yang terbangun dalam suatu
hubungan tatap muka antara dua orang
individu (klien yang menghadapi masalah
dengan konselor yang memiliki kualifikasi
tertentu).
Bantuan diarahkan agar klien mampu :
 - tumbuh kembang kearah yang dipilihnya
 - memecahkan masalah yang dihadapi
   dalam kehidupanhya.

Hubungan dalam proses konseling terjadi
dalam    suasana   profesional   dengan
menyediakan kondisi yang kondusif bagi
perubahan perilaku klien yang diperlukan
untuk memecahkan kesulitan pribadi yang
dihadapinya.
Konseling Profesional
 Layanan terhadap klien yang dapat dipertang-
 gungjawabkan dasar keilmuan dan teknologinya
 Bertitik tolak dari pendekatan-pendekatan yang
 dijadikan sebagai dasar acuannya


Pendekatan konseling :
  Sistem konseling yang dirancang dan didesain
berda-sarkan teori-teori dan terapan-terapannya
sehingga     muwujud-kan       suatu    struktur
performansi konseling
JENIS-JENIS
       PENDEKATAN KONSELING
   Psikoanalisis (PA)
   Eksistensial Humanistik (EH)
   Behaviorisitik (Bh)
   Gestalt (Gt)
   Client Centered (CC)
   Analisis Transaksional (AT)
   Rasional Emotif (RE)
   Realitas (Rt)
   Trait and Factor (TF)
KONSEP DASAR
Pandangan tentang manusia
•   Manusia cenderung pesimistik, deterministik, mekanistik
    dan reduksionistik

•   Manusia dideterminasi oleh kekuatan-kekuatn irasional,
    motivasi-motivasi tidak sadar, kebutuhan-kebutuhan dan
    dorongan-dorongan biologis dan naluriah oleh peristiwa-
    peristiwa psikoseksual yang terjadi pada masa lalu dari
    kehidupannya

•   Tingkah laku manusai : (1) ditujukan untuk memenuhi
     kebutuhan biologis dan insting-instingnya, (2) dikendalikan
     oleh pengalaman-pengalaman masa lampau dan ditentutkan
     oleh faktor-faltor interpersonal dan intrapsikis.
Pandangan tentang Kepribadian
Tingkatan Kesadaran
1. Kesadaran :
  - tingkatan yang memiliki fungsi mengingat,
    menyadari, dan merasakan sesuatu secara
    sadar

  - Kesadaran ini memiliki ruang yang terbatas
    dan tampak pada saat individu menyadari
    berbagai stumulus yang ada disekitarnya.
2. Ambang sadar
  - Tingkatan kesadaran yang menyimpoan ide, ingatan, dan
    perasaan yang berfungsi mengantarkan ke tingkat kesadaran.
  - Bukan merupakan bagian dari tingkat kesadaran, tetapi
    merupakan tingkatan lain yang biasanya membutuhkan waktu
    beberapa saat untuk menyedari sesuatu

3. Ketidaksadaran
  - Tingkatan dunia kesadaran yang terbesar dan sebagai
    bagian terpenting dari struktur psikis, karena segenap
    pikiran dan perasaan yang dialami sepanjang hidupnya
    yang tidak dapat disadari lagi akan tersimpan di dalam
    ketidaksadaran.
 - Tingkah laku manusia sebagian besar didorong oleh perasaan
  dan pikiran yang tersimpan di tingkat ketidaksadaran ini.
Struktur Kepribadian

 Kepribadian manusia terdiri atas tiga sub sistem, yaitu id,
ego dan super ego

 Id adalah sistem dasar kepribadian yang merupakan
sumber dari dari pada segala dorongan instinktif,
khususnya seks dan agresi

 Ego merupakan aspek psikologis yang timbul karena
kebutuhan individu untuk berhubungan dengan dunia
realita

 Super Ego merupakan sub sistem yang berfungsi sebagai
kontrol internal, yang terdiri dari kata hati (apa yang
seharusnya dilakukan dan tidak dilakukan) dan Ego-ideal
(apa yang seharusnya saya menjadi).
Dinamika Kepribadian

- Psikoanalisis memandang bahwa organisme
 manusia sebagai sistem energi yang kompleks.

- Energi beresal dari makanan (energi fisik) yang
  dapat berubah menjadi energi psikis

- Dinamika kepribadian terdiri dari cara bagaimana
  energi psikis itu didistribusikan dan digunakan
  oleh id, ego, dan super ego
Perkembangan Kepribadian

- Kepribadian individu mulai terbentuk pada tahuan-tahun
  pertama di masa kanak-kanak.

- Pada umur 5 tahun struktur dasar kepribadian individu
  telah terbentuk, pada tahun-tahun berikutnya hanya
  menghaluskan struktur dasar tersebut

- Perkembangan kepribadian berkenaan dengan
bagaimana
  individu belajar dengan cara-cara baru dalam mereduksi
  ketegangan atau kecemasan dialami dalam
kehidupannya.

- Ketegangan atau kecemasan tersebut bersumber pada
empat unsur, yaitu (1) proses pertumbuhan fisiologis, (2)
frustasi, (3) konflik, dan (4) ancaman.
Cara ego menghadari ancaman yang
menimbulkan ketegangan atau kecemasan
: mekanisme pertahanan ego.

Bentuk-bentuk mekanisme perthanan ego
antara lain :
 - Identifikasi
 - Represi
 - Proyeksi
 - Fiksasi
 - Regresi
 Perkembangan kepribadian individu dari
 sejak lahir hingga dewasa terjadi dalam fase-
 fase :
   1. Fase Oral
   2. Fase Anal
   3. Fase Phallis
   4. Fase Latent
   5. Fase Genital
 Tingkah laku bermasalah disebabkan oleh
 kekacauan dalam berfungsinya individu yang
 bersumber pada :

 - dinamika yang tidak efektif antara id, ego,
   dan super ego

 - proses belajar yang tidak benar pada masa
   kanak-kanak.
 Membantu klien untuk membentuk kembali struktur karakternya
  dengan mejadikan hal-hal yang tidak disadari menjadi disadari
  oleh klien.

 Secara spesifik :
  a. Membawa klien dari dorongan-dorongan yang ditekan
     (ketidaksadaran) yang mengakibatkan kecemasan
     kearah perkembangan kesadaran intelektual
  b. Menghidupkan kembali masa lalu klien dengan
     menembus konflik yang direpres
  c. Memberikan kesempatan kepada klien untuk
     menghadapi situasi yang selama ini ia gagal mengatasinya.
 Proses konseling difokuskan pada usaha menghayati kembali
  pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak.

 Pengalaman masa lampai ditata, dianalisis, dan ditafsirkan dengan
  tujuan untuk merekonstriksi kepribadian.

 Menekankan dimensi afektif dalam membuat pemahaman
  ketidakdasaran.

 Pemahaman intelektual penting, tetapi yang lebih penting
  mengasosiasikan antara perasaan dan ingatan dengan pemahaman
  diri.
 Dalam konseling psikoanalisis terdapat dua bagian hubungan
  konselor dengan klien, yaitu aliansi dan transferensi.

 Aliansi :
  sikap klien kepada konselor yang relatif rasional, realistik, dan
  tidak neurosis (merupakan prakondisi untuk terwujudnya
  keberhasilan konseling).

 Tranferensi :
 - pengalihan segenap pengalaman klien di masa lalunya
  terhadap orang-orang yang menguasainya yang ditujukan kpd
  konselor
 - merupakan bagian dari hubungan yang sangat penting untuk
  dianalisis
 - membantu klien untuk mencapai pemahaman tentang
  bagaimana dirinya telah salah dalam menerima,
  menginterpretasikan, dan merespon pengalamannya pada saat
  ini dalam kaitannya dengan masa lalunya.
 Peran utama konselor dalam konseling ini adalah
 membantu klien dalam mencapai kesadaran diri,
 ketulusan hati, dan hubungan pribadi yang lebih
 efektif dalam menghadapi kecemasan melalui cara-
 cara yang realistis.

 Konselor membangun hubungan kerja sama dengan
 klien dan kemudian melakukan serangkaian kegiatan
 mendengarkan dan menafsirkan.

 Konselor memberikan perhatian kepada resistensi
 klien

 Fungsinya adalah mempercepat proses penyadaran
 hal-hal yang tersimpan dalam ketidaksadaran.
 Teknik-teknik konseling psikoanalisis diarahkan untuk
 mengembangkan suasana bebas tekanan.

 Dalam suasana bebas itu klien menelusuri apa yang tepat
 dan tidak tepat pada tingkah lakunya dan mengarahkan
 diri untuk membangun tingkah laku baru.

 Ada lima teknik dasar dalam konseling psikoanalisis,
 yaitu :
 (1) asosiasi bebas, (2) interpretasi, (3) analisis mimpi, (4)
 analisis resistensi, dan (5) analisis transferensi.
1. Asosiasi Bebas
  Teknik pengungkapan pengalaman masa lampau
   dan penghentian emosi-emosi yang berkaitan
   dengan situasi traumatik di masa lampau : klien
   memperoleh pengetahuan dan evaluasi diri sendiri.

2. Interpretasi
   - Prosedur dasar yang digunakan dalam
    analisis mimpi, resistensi, dan transferensi
  - Penjelasan makna tingkah laku yang
    dimanifestasikan dalam mimpi, asosiasi
    bebas, resistensi, dan transferensi.
Rambu-rambu Interpretasi :

 Interpretasi disajikan pada saat gejala yg
 diinterpretasikan berhubungan erat dengan
 hal-hal yg disadari klien.

 Interpretasi dimulai dari permukaan menuju
 hal-hal yg dalam (dialami oleh situasi
 emosional klien).

 Menetapkan resistensi atau pertahan-an
 sebelum menginterpretasikan emo-si atau
 konflik.
3. Analisis Mimpi
 Teknik untuk membuka hal-hal yang tidak disadari
 dan membantu klien un-tuk memperoleh pemahaman
 terhadap masalah-masalah yg belum terpecahan.

4. Analisis Transferensi
 Teknik mendorong klien untuk menghi-dupkan
 kembali masa lampaunya dalam konseling

 Tujuan :
  a. Klien memperoleh pemahaman atas pengalaman
     pengalaman tak sadar dan pengaruh masa lampau
     terhadap kehidupan sekarang;
  b. Memungkinkan klien menembus konflik masa
     lampau yang diperta-hankan hingga sekarang &
     menghambat perkembangan emosinya.
 Analisis Resistensi
 Resistensi :
 - Perilaku utk mempertahankan kecemasan
 - Menghambat pengungkapan pengalaman tak
   disadari
 - Menghambat jalannya/proses konseling


 Analisis Resistensi
 teknik membantu klien agar menyadari alasan
 dibalik resistensinya : bisa menghilangkannya
1. Pandangan yang terlalu determistik dinilai terlalu
   merendahkan martabat kemanusiaan.

2. Terlalu banyak menekankan kepada masa kanak-kanak
   dan menganggap kehidupan seolah-olah ditentukan oleh
   masa lalu. Hal ini memberikan gambaran seolah-olah
   tanggung jawab individu berkurang.

3. Cenderung meminimalkan rasionalitas.

4. Data penelitian empiris kurang banyak mendukung sistem
   dan konsep psikoanalisis, seperti konsep tentang energi
   psikis yang menentukan tingkah laku manusia.
   Manusia : mahluk reaktif yang tingkah lakunya
          dikontrol/dipengaruhi oleh faktor-
          faktor dari luar

   Manusia memulai kehidupannya dengan mem-berikan
    reaksi terhadap lingkungannya dan interaksi ini
    menghasilkan pola-pola perilaku yang kemudian
    membentuk kepribadian
 Tingkah laku seseorang ditentukan oleh banyak dan
 macamnya penguatan yang diterima dalam situasi
 hidupnya

 Tingkah laku dipelajari ketika individu berinteraksi
 dengan lingkungan, melalui hukum-hukum belajar :
  • Pembiasaan klasik,
  • Pembiasaan operan
  • Peniruan.
 Manusia bukanlah hasil dari dorongan tidak
 sadar melainkan merupakan hasil belajar,
 sehingga ia dapat diubah dengan memanipulasi
 dan mengkreasi kondisi-kondisi pembentukan
 tingkah laku.

 Manusia cenderung akan mengambil sti-mulus
 yang menyenangkan dan menghin-darkan
 stimulus yang tidak menyenang-kan.
 Kepribadian    seseorang   merupakan
 cerminan dari pengalaman, yaitu situasi
 atau stimulus yang diteri-manya.

 Memahami   kepribadian manusia :
 mempelajari dan memahami bagai-
 mana terbentuknya suatu tingkah laku
KARAKTEISTIK KONSELING BEHAVIORAL :

 Berfokus pada tingkah laku yang tampak

 Cermat dan operasional dalam merumuskan
 tujuan konseling

 Mengembangkan prosedur perlakuan spesifik

 Penilaian obyektif terhadap tujuan konseling
 Tingkah laku bermasalah adalah tingkah laku
 atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau tingkah
 laku yang tidak tepat, yaitu tingkah laku yang
 tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan

 Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentu
 dari cara belajar atau lingkungan yang salah
 Manusia bermasalah mempunyai
 kecenderungan merespon tingkah laku negatif
 dari lingkungannya

 Tingkah laku maladaptif terjadi karena
 kesalapahaman dalam menanggapi lingkungan
 dengan tepat

 Seluruh tingkah laku manusia didapat dengan
 cara belajar dan juga dapat diubah dengan
 menggunakan prinsip-prinsip belajar
 Mengahapus/menghilangkan        tingkah     laku
 maldaptif (masalah) untuk di-gantikan dengan
 tingkah laku baru yaitu tingkah laku adaptif yang
 diinginkan klien.
 Tujuan yang sifatnya umum harus dijabarkan ke
 dalam perilaku yang spesifik
  o Diinginkan oleh klien
  o Konselor mampu dan bersedia membantu mencapai
    tujuan tersebut
  o Klien dapat mencapai tujuan tersebut
  o Dirumuskan secara spesifik


 Konselor dan klien bersama-sama (bekerja
 sama) menetapkan/merumuskan tujuan-tujuan
 khusus konseling.
 Proses konseling dibingkai oleh kerangka kerja
 untuk mengajar klien dalam mengubah tingkah
 lakunya

 Proses konseling adalah proses belajar, konselor
 membantu terjadinya proses belajar tersebut
 Konselor mendorong klien untuk mengemukakan
 keadaan yang benar-benar dialaminya pada waktu itu

 Assesment diperlukan untuk mengidentifikasi motode
 atau teknik mana yang akan dipilih sesuai dengan
 tingkah laku yang ingin diubah.
2. Goal setting
      Berdasarkan informasi yang diperoleh dari langkah
       assessment konselor dan klien menyusun dan
       merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam konseling

       Perumusan tujuan konseling dilakukan dengan tahapan
        sebagai berikut :
       a. Konselor dan klien mendifinisikan
          masalah yang dihadapi klien
       b. Klien mengkhususkan perubahan positif
          yang dikehendaki sbg hasil konseling
c. Konselor dan klien mendiskusikan
  tujuan yang telah ditetapkan klien :

 1) apakah merupakan tujuan yang
    benar-benar diinginkan klien
 2) apakah tujuan itu realistik
 3) kemungkinan manfaatnya
 4) kemungkinan kerugiannya.
d. Konselor dan klien membuat
  keputusan apakah :
  1) melanjutkan konseling dengan
     mentapkan teknik yang akan
     dilaksanakan
  2) mempertimbangkan kembali
     tujuan yang akan dicapai
  3) melakukan referal
3. Technique implementation
   menentukan dan melaksanakan teknik konseling yang
   digunakan untuk mencapai tingkah laku yang diinginkan
   yang menjadi tujuan konseling

4. Evaluation termination
   melakukan penilaian apakah kegiatan konseling yang
  telah dilaksanakan mengarah dan mencapai hasil sesuai
  dengan tujuan konseling

5. Feedback
   memberikan dan menganalisis umpan balik untuk
   memperbaiki dan meingkatkan proses konseling.
 Teknik konseling behavioral diarahkan pada
 penghapusan respon yang telah dipelajari (yang
 memben-tuk tingkah laku bermasalah) terhadap
 perangsang, dengan demikian respon-respon yang
 baru (sebagai tujuan konseling) akan dapat
 dibentuk
 Prinsip Kerja Teknik Konseling Behavioral


  o Memodifikasi tingkah laku melalui pemberian penguatan



    Agar klien terdorong untuk merubah tingkah lakunya
    penguatan tersebut hendaknya mempunyai daya yang
    cukup kuat dan dilaksanakan secara sistematis dan nyata-
    nyata ditampilkan melalui tingkah laku klien.
 Mengurangi frekuensi berlangsungnya tingkah laku
 yang tidak diinginkan

 Memberikan penguatan terhadap suatu respon yang
 akan mengakibatkan terham-batnya kemunculan
 tingkah laku yang tidak diinginkan

 Mengkondisikan pengubahan tingkah laku melalui
 pemberian contoh atau model (film, tape recorder,
 atau contoh nyata langsung)

 Merencanakan prosedur pemberian penguatan
 terhadap tingkah laku yang diinginkan dengan sistem
 kontrak
 Latihan Asertif
  o Digunakan untuk melatih klien yang mengalami
    kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya
    adalah layak atau benar

  o Terutama berguna di antaranya untuk membantu
    individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaan
    tersinggung, kesulitan menyatakan tidak,
    mengungkapkan afeksi dan respon posistif lainnya

  o Cara : permainan peran dengan bimbingan konselor,
    diskusi kelompok
 Desensitisasi Sistematis
  o Memfokuskan bantuan untuk menenangkan klien
    dari ketegangan yang dialami dengan cara
    mengajarkan klien untuk rileks

  o Esensi teknik ini adalah menghilangkan tingkah laku
    yang diperkuat secara negatif dan menyertakan respon
    yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan
    dihilangkan
o Dengan pengkondisian klasik respon-respon yang
 tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap

o Tingkah laku yang diperkuat secara negatif biasanya
 merupakan kecemasan, dan ia menyertakan respon
 yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan
 dihilangkan.
 Pengkondisian Aversi
  o Digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk
    dengan meningkatkan kepekaan klien agar
    mengamati respon pada stimulus yang disenanginya
    dengan kebalikan stimulus tersebut

  o Stimulus yang tidak menyenangkan yang disajikan
    tersebut diberikan secara bersamaan dengan
    munculnya tingkah laku yang tidak dikehendaki
    kemunculannya

  o Pengkondisian ini diharapkan terbentuk asosiasi
    antara tingkah laku yang tidak dikehendaki dengan
    stimulus yang tidak menyenangkan.
 Pembentukan Tingkah laku Model
  o Digunakan untuk membentuk tingkah laku baru pada
    klien, dan memperkuat tingkah laku yang sudah
    terbentuk

  o Konselor menunjukkan kepada klien tentang tingkah
   laku model, dapat menggunakan model audio, model
   fisik, model hidup atau lainnya yang teramati dan
   dipahami jenis tingkah laku yang hendak dicontoh

  o Tingkah laku yang berhasil dicontoh memperoleh
   ganjaran dari konselor : dapat berupa pujian sebagai
   ganjaran sosial.
1.   Bersifat dingin, kurang menyentuh aspek
     pribadi, bersifat manipulatif, dan
     mengabaikan hubungan antar pribadi

5.   Lebih terkonsentrasi kepada teknik

7.   Pemilihan tujuan sering ditentukan oleh
     konselor
1.    Konstruksi belajar yang dikembangkan
     dan digunakan oleh konselor behavioral
     tidak cukup komprehensif untuk menje-
     laskan belajar dan harus dipandang hanya
      sebagai suatu hipotesis
     yang harus diuji

5. Perubahan klien hanya berupa gejala yang
   dapat berpindah kepada bentuk tingkah laku
   yang lain.
KONSEP DASAR
 Manusia dalam kehidupannya selalu aktif
 sebagai suatu keseluruhan.

 Setiap individu bukan semata-mata merupakan
 penjumlahan dari bagian-bagian organ-organ
 seperti hati, jantung, otak, dan sebagainya,
 melainkan merupakan suatu koordinasi semua
 bagian tersebut.
 Manusia aktif terdorong kearah keseluruhan dan
 integrasi pemikiran, perasaan, dan tingkah
 lakunya

 Setiap individu memiliki kemampuan untuk
 menerima tanggung jawab pribadi, memiliki
 dorongan untuk mengembangkan kesadaran yang
 akan mengarahkan menuju terbentuknya
 integritas atau keutuhan pribadi.
 Hakikat manusia menurut Gestalt :
    Hanya dapat dipahami dalam keseluruhan
     konteksnya

   Merupakan bagian dari lingkungannya dan hanya
    dapat dipahami dalam kaitannya dengan
    lingkungannya itu

   Aktor bukan reaktor
 Berpotensi untuk menyadari sepenuhnya sensasi,
 emosi, persepsi, dan pemikirannya

 Dapat memilih secara sadar dan bertanggung
 jawab

 Mampu mengatur dan mengarahkan hidupnya
 secara efektif.
 Dalam hubungannya dengan perjalanan
 kehidupan manusia :

        tidak ada yang “ada”
        kecuali “sekarang”.

 Masa lalu telah pergi dan masa depan belum
 dijalani, oleh karena itu yang menentukan
 kehidupan manusia adalah masa sekarang.
 Kecemasan :

       “kesenjangan antara
        saat sekarang dan
        yang akan datang”

 Jika individu menyimpang dari saat sekarang
 dan menjadi terlalu terpu-kau pada masa depan,
 maka mereka mengalami kecemasan.
 Unfinished business
 (urusan yang tak selesai)

        perasaan-perasaan yang tidak
        tersalurkan/terungkapkan
        seperti : dendam, kemarahan,
        kebencian, sakit hati,
        kecemasan, kedudukan, rasa
        berdosa, rasa diabaikan
 Karena tidak terungkapkan di dalam kesadaran,
 perasaan-perasaan di ba-wa pada kehidupan
 sekarang dengan cara-cara yang menghambat
 hubung-an yang efektif dengan dirinya sendi-ri
 dan orang lain

 Urusan yang tak selesai itu akan bertahan sampai
 ia      berani       mengha-dapi             dan
 menangani/mengatasinya
ASUMSI TINGKAH LAKU
BERMASALAH
 Individu bermasalah karena terjadi pertentangan
 antara kekuatan “top dog” dan keberadaan “under
 dog”

  o Top dog adalah kekuatan yang mengharuskan, menuntut,
    mengancam

  o Under dog adalah keadaan defensif, membela diri, tidak
    berdaya, lemah, pasif, ingin dimaklumi.
 Perkembangan yang terganggu karena terjadi
 ketidakseimbangan antara apa-apa yang harus
 (self-image) dan apa-apa yang diinginkan (self)

 Terjadi pertentangan antara keberadaan sosial dan
 biologis

 Ketidakmampuan individu mengintegrasikan
 pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya
 Mengalami gap/kesenjangan sekarang dan yang akan
 datang

 Melarikan diri dari kenyataan yang harus dihadapi
 Spektrum tingkah laku bermasalah :
    Kepribadian kaku (rigid)
    Tidak mau bebas-bertanggung jawab, ingin tetap
     tergantung
    Menolak berhubungan dengan lingkungan
    Memeliharan unfinished bussiness
    Menolak kebutuhan diri sendiri
    Melihat diri sendiri dalam kontinum “hitam-putih” .
TUJUAN KONSELING
 Tujuan utama :

              Membantu klien berani
                  menghadapi tantangan dan
                  kenyataan yang harus dihadapi

 Klien dapat berubah dari ketergantungan terhadap
 lingkungan/orang lain menjadi percaya pada diri, dapat
 berbuat lebih banyak untuk meingkatkan kebermaknaan
 hidupnya.
 Individu yang bermasalah pada umumnya belum
 memanfaatkan potensinya secara penuh, ia baru
 memanfaatkan sebagaian dari potensinya yang
 dimilikinya

      Melalui konseling konselor
      membantu klien agar potensi
      yang baru dimanfaatkan
      sebagian ini dimanfaatkan dan
      dikembangkan secara optimal.
 Tujuan spesifik

  1. Membantu klien agar dapat memper-oleh
     kesadaran pribadi, memahami kenyataan atau
     realitas, serta menda-patkan insight secara
     penuh

  3. Membantu klien menuju pencapaian integritas
     kepribadiannya
3. Mengentaskan klien dari kondisinya yang
   tergantung pada pertimbangan orang lain ke
   mengatur diri sendiri (to be true to himself)

4. Meningkatkan kesadaran individual agar klien
   dapat beringkah laku menurut prinsip-prinsip
   Gestalt, semua situasi bermasalah (unfisihed
   bussines) yang muncul dan selalu akan muncul
   dapat diatasi dengan baik.
DESKRIPSI PROSES
KONSELING
 Fokus utama konseling : bagaimana keadaan klien
 sekarang serta hambatan-hambatan apa yang muncul
 dalam kesadarannya

         Tugas konselor : mendorong klien untuk
         dapat melihat kenyataan yang ada pada
         dirinya dan mau mencoba menghadapinya

 Klien bisa diajak untuk memilih dua alternatif, menolak
 kenyataan yang ada pada dirinya atau membuka diri
 untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya
 sekarang
 Konselor menghindarkan diri dari pikiran-pikiran
 yang abstrak, keinginan-keinginannya untuk
 melakukan diagnosis, interpretasi maupun memberi
 nasihat

 Konselor sejak awal konseling sudah mengarahkan
 tujuan agar klien menjadi matang dan mampu
 menyingkirkan hambatan-hambatn yang
 menyebabkan klien tidak dapat berdiri sendiri

 Konselor membantu klien menghadapi transisi dari
 ketergantungannya terhadap faktor luar menjadi
 percaya akan kekuatannya sendiri. Usaha ini
 dilakukan dengan menemukan dan membuka
 ketersesatan atau kebuntuan klien.
 Pada saat klien mengalami gejala kesesatan
 dan klien menyatakan kekalahannya
 terhadap lingkungan dengan cara
 mengungkapkan kelemahannya, dirinya tidak
 berdaya, bodoh, atau gila

 Konselor membantu membuat perasaan klien
 untuk bangkit dan mau menghadapi
 ketersesatannya sehingga potensinya dapat
 berkembang lebih optimal.
Deskripsi Fase-fase Proses Konseling      :
 Fase pertama
    konselor mengembangkan pertemuan konseling, agar
     tercapai situasi yang memungkinkan perubahan-
     perubahan yang diharapkan pada klien

   Pola hubungan yang diciptakan untuk setiap klien
    berbeda, karena masing-masing klien mempunyai
    keunikan sebagai individu serta memiliki kebutuhan
    yang bergantung kepada masalah yang harus
    dipecahkan.
 Fase kedua

   Konselor berusaha meyakinkan dan
   mengkondisikan klien untuk mengikuti prosedur
   yang telah ditetapkan sesuai dengan kondisi klien

   Ada dua hal yang dilakukan konselor dalam fase
   ini, yaitu :
1.   Membangkitkan motivasi klien :
      memberi kesempatan klien untuk menyadari
       ketidaksenangannya atau ketidakpuasannya
      Makin tinggi kesadaran klien terhadap
       ketidakpuasannya semakin besar motivasi untuk
       mencapai perubahan dirinya, sehingga makin
       tinggi pula keinginannya untuk bekerja sama
       dengan konselor.

3.   Mebangkitkan otonomi klien :
      menekankan kepada klien bahwa klien boleh
       menolak saran-saran konselor asal dapat
       mengemukakan alasan-alasannya secara
       bertanggung jawab.
 Fase ketiga

   Konselor mendorong klien untuk mengatakan
    perasaan-perasaannya pada saat ini

   Klien diberi kesempatan untuk mengalami kembali
    segala perasaan dan perbuatan pada masa lalu,
    dalam situasi di sini dan saat ini.
 Kadang-kadang klien diperbolahkan
 memproyeksikan dirinya kepada konselor

 Melalui fase ini, konselor berusaha
 menemukan celah-celah kepribadian atau
 aspek-aspek kepribadian yang hilang, dari
 sini dapat diidentifikasi apa yang harus
 dilakukan klien.
 Fase keempat

   Setelah klien memperoleh pemahaman dan
   penyadaran tentang pikiran, perasaan, dan tingkah
   lakunya, konselor mengantarkan klien memasuki
   fase akhir konseling

   Pada fase ini klien menunjukkan gejala-gejala yang
   mengindikasikan integritas kepribadiannya
   sebagai individu yang unik dan manusiawi.
 Klien telah memiliki kepercayaan pada
 potensinya, menyadari keadaan dirinya pada
 saat sekarang, sadar dan bertanggung jawab
 atas sifat otonominya, perasaan-
 perasaannya, pikiran-pikirannya dan tingkah
 lakunya.

 Dalam situasi ini klien secara sadar dan
 bertanggung jawab memutuskan untuk
 “melepaskan” diri dari konselor, dan siap
 untuk mengembangan potensi dirinya.
TEKNIK KONSELING
 Prinsip Kerja Teknik Konseling Gestal
    Penekanan Tanggung Jawab Klien, konselor
     menekankan bahwa konselor bersedia membantu
     klien tetapi tidak akan bisa mengubah klien, konselor
     menekankan agar klien mengambil tanggung jawab
     atas tingkah lakunya.
 Orientasi Sekarang dan Di Sini

   Konselor tidak merekonstruksi masa lalu atau
   motif-motif tidak sadar, tetapi memfokuskan
   keadaan sekarang

   Masa lalu hanya dalam kaitannya dengan keadaan
   sekarang

   Konselor tidak bertanya dengan pertanyaan
   “mengapa”.
 Orientasi Eksperiensial
   konselor meningkatkan kesadaran klien tentang
    diri sendiri dan masalah-masalahnya, sehingga
    klien mampu mengintegrasikan kembali dirinya:
       klien mempergunakan kata ganti personal
       klien mengubah kalimat pertanyaan
        menjadi pernyataan
       klien mengambil peran dan tanggung jawab
       klien menyadari bahwa ada hal-hal positif
        dan/atau negative pada diri atau tingkah
        lakunya
 Teknik-teknik Konseling Gestal

  Permainan Dialog
  Teknik ini dilakukan dengan cara klien
  dikondisikan untuk mendialogan dua
  kecenderungan yang saling bertentangan, yaitu
  kecenderungan top dog dan kecenderungan under
  dog, misalnya :

      kecenderungan orang tua lawan kecenderungan anak
Kecenderungan “anak baik” lawan
 kecenderungan “anak bodoh”

Kecenderungan bertanggung jawab lawan
 kecenderungan masa bodoh

Kecenderungan otonom lawan
 kecenderungan tergantung

Kecenderungan kuat atau tegar lawan
 kecenderungan lemah
 Melalui dialog yang kontradiktif ini, menurut
 pandangan Gestalt pada akhirnya klien akan
 mengarahkan dirinya pada suatu posisi di mana
 ia berani mengambil resiko

 Penerapan permainan dialog ini dapat
 dilaksanakan dengan menggunakan teknik
 “kursi kosong”.
 Latihan Saya Bertanggung Jawab

   Teknik untuk membantu klien agar mengakui dan
   menerima perasaan-perasaannya dari pada
   memproyek-sikan perasaannya itu kepada orang
   lain.

   Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk
   membuat suatu pernyataan dan kemudian klien
   menambahkan dalam pernyataan itu dengan
   kalimat : “...dan saya bertanggung jawab atas hal
   itu”.
 Misalnya :

   “Saya merasa jenuh, dan saya bertanggung jawab atas
    kejenuhan itu”

   “Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan sekarang,
    dan saya bertanggung jawab ketidaktahuan itu”.

   “Saya malas, dan saya bertanggung jawab atas kemalasan
    itu”.

 Meskipun tampaknya mekanis, tetapi menurut
 Gestalt akan membantu meningkatkan kesadaraan
 klien akan perasaan-perasaan yang mungkin selama
 ini diingkarinya.
 Bermain Proyeksi

   Proyeksi :
      Memantulkan kepada orang lain perasaan-perasaan
       yang dirinya sendiri tidak mau melihat atau
       menerimanya

      Mengingkari perasaan-perasaan sendiri dengan cara
       memantulkannya kepada orang lain
 Sering terjadi, perasaan-perasaan yang
 dipantulkan kepada orang lain merupakan atribut
 yang dimilikinya

 Dalam teknik bermain proyeksi konselor
 meminta kepada klien untuk mencobakan atau
 melakukan hal-hal yang diproyeksikan kepada
 orang lain.
 Teknik Pembalikan

   Gejala-gejala dan tingkah laku tertentu sering kali
   mempresentasikan pembalikan dari dorongan-
   dorongan yang mendasarinya

   Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk
   memainkan peran yang berkebalikan dengan
   perasaan-perasaan yang dikeluhkannya.
 Misalnya :


 Konselor memberi kesempatan kepada klien
 untuk memainkan peran “ekshibisionis” bagi
 klien pemalu yang berlebihan
 Tetap dengan Perasaan

   Teknik ini dapat digunakan untuk klien yang
   menunjukkan perasaan atau suasana hati yang
   tidak menyenangkan dan ia sangat ingin
   menghindarinya

   Konselor mendorong klien untuk tetap bertahan
   dengan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
 Kebanyakan klien ingin melarikan diri dari
 stimulus yang menakutkan dan menghindari
 perasaan-perasaan yang tidak
 menyenangkan

 Dalam hal ini konselor tetap mendorong klien
 untuk bertahan dengan ketakutan atau
 kesakitan perasaan yang dialaminya
 sekarang dan mendorong klien untuk
 menyelam lebih dalam ke dalam tingklah laku
 dan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
 Untuk membuka dan membuat jalan me-nuju
 perkembangan kesadaran perasaan yang
 lebih baru :

         tidak cukup hanya mengkonfron-
         tasi dan menghadapi perasaan-
         perasaan yang ingin dihindarinya

 membutuhkan keberanian dan pengalam-an
 untuk bertahan dalam kesakitan pera-saan
 yang ingin dihindarinya itu.
TEKNIK KURSI KOSONG
   Adalah teknik khusus yang digunakan dalam
 konseling, bertujuan mengubah tingkah laku klien
dengan cara berkomunikasi melalui alat bantu yaitu
                  “Kursi Kosong”

Teknik ini hampir sama dengan Pemberian Contoh,
di mana konselor memperlihatkan pola tingkah laku
              dan pola komunikasi
 1
TUJUAN
    Mengatasi masalah klien yang menyangkut
    hubungan antar orang

    Merubah tingkah laku klien dan cara komunikasi
    klien dengan menggunakan media “kursi
    kosong”

    Klien mampu berkomunikasi dengan baik
    sehingga masalahnya terentaskan


1
SYARAT PENGGUNAAN TEKNIK
            “KURSI KOSONG”
1. Masalah Hubungan Antar Orang (HAO)
2. Hubungan yang tidak harmonis dan komunikasi yang
   tidak lancar
3. Klien tidak megetahui untuk memulai pembicaraan
4. Klien menyadari perlunya latihan.
5. Konselor harus memiliki keterampilan berkomunikasi




   1
LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN
           TEKNIK KURSI KOSONG
Klien menyampaikan sesuatu/bicara pada yang
bersangkutan (melalui media Kursi Kosong) dengan
bahasa yang baik dan tepat.
Setelah klien menyampaikan sesuatu/bicara, lalu
KONSELOR MENGANALISIS pembicaraan itu BERSAMA
KLIEN.
Kemudian DIPERBAIKI, DICOBA LAGI, dan di
ANALISIS SAMPAI BENAR dan TEPAT.
Klien diminta memutar kursi menghadap konselor dan
menganalisis kembali hasil latihan yang telah
dilakukan.
1
PENEGUHAN HASRAT
       Adalah suatu teknik yang pada hematnya sangat
       berarti, dimana dapat membuat klien lebih punya
    keinginan, keyakinan dan prinsip yang kuat untuk mau
              melakukan pengubahan tingkah laku




Catatan:
Peneguhan hasrat adalah implikasi dari reinforcement/penguatan
  terhadap respon klien.
1
TUJUAN PENEGUHAN HASRAT
    Memantapkan apa yang menjadi
    pilihan/keputusan klien
    Memberikan perhatian sepenuhnya terhadap
    usaha meneguhkan janji klien
    Membuat klien mau bekerja keras untuk
    mencapai tujuan yang telah ditetapkannya
    Klien mau melakukan apa yang telah menjadi
    keputusannya




1
LANGKAH PENGGUNAAN
          PENEGUHAN HASRAT
    Konselor memberikan perhatian pada
    keputusan klien
    Konselor menyatakan ikut memberikan
    dukungan atas apa yang menjadi
    ketetapannya
    Konselor mengucapkan kata-kata yang
    meneguhkan keinginan klien
    Klien diminta membuat rencana kegiatan
    yang akan dilakukan
    Konselor meyakinkan klien bahwa dia
    sanggup dan bisa melaksanakan
    keputusannya (kalau perlu dalam hal ini
1   dilakukan konfrontasi)
KONTRAK
       Adalah kesepakatan klien dan
     konselor terhadap hal yang akan
    dilatih dan dilaksanakan oleh klien
          setelah proses konseling



1
TUJUAN KONTRAK
 Klien setuju melakukan rencana yang akan
  dilakukannya
 Klien punya rencana kegiatan pengubahan
  tingkah laku secara terstruktur
 Klien punya ikatan dengan konselor tentang
  pelaksanaan janji sekaligus untuk menganalisis
  kegiatan yang telah dilakukan

 1
ISI KONTRAK
    APA YANG AKAN DILAKUKAN KLIEN SETELAH
    KONSELING
    BERAPA KALI KLIEN HARUS MELAKUKANNYA
    KAPAN HASIL KEGIATAN KLIEN TERSEBUT
    DIBICARAKAN LAGI BERSAMA KONSELOR




1
SYARAT-SYARAT KONTRAK
    Jelas apa yang akan dilakukan
    Isinya sesuai dengan isi masalah klien
    Kontrak harus realistis dan sederhana
    Jelas peranan masing-masing
    Masalah waktu dan tempat




1
HASIL KONTRAK

Klien Sudah
Melakukan Kegiatan

               Klien Tidak
               Melakukan Kegiatan
                 Lakukan Teknik Konfrontasi
 1
KETERBATASAN PENDEKATAN
1. Pendekatan gestalt cenderung kurang
    memperhatikan faktor kognitif

3.    Pendekatan gestalt menekankan tanggung
      jawab atas diri sendiri,
     tetapi mengabaikan tanggung jawab pada
      orang lain
3. Menjadi tidak produktf bila penggunaan
   teknik-teknik gestalt dikembangkan
   secara mekanis

4. Dapat terjadi klien sering bereaksi
   negatif terhadap sejumlah teknik
   gestalt karena merasa dirinya
   dianggap anak kecil atau orang bodoh.
KONSEP DASAR
 Manusia padasarnya adalah unik memiliki
 kecenderungan untuk berpikir rasional dan irsional

                  Ketika berpikir dan bertingkah-
                  laku rasional manusia akan
                  efektif, bahagia, dan kompeten.

                  Ketika berpikir dan bertingkah-
                  laku irasional individu itu menjadi
                  tidak efektif.
   Reaksi emosional seseorang disebabkan oleh
    evaluasi, interpretasi, dan filosofi, baik yang
    disadari maupun tidak disadari.

   Hambatan psikologis atau emosional adalah akibat
    dari cara berpikir yang tidak logis dan irasional.

   Emosi menyertai individu yang berpikir dengan
    penuh prasangka, sangat personal, dan irrasional.
   Berpikir irrasional diawali dengan belajar secara tidak
    logis yang diperoleh dari orang tua dan budaya tempat
    dibesarkan.

   Berpikir secara irasional akan tercermin dari
    verbalisasi yang digunakan.

   Verbalisasi yang tidak logis menunjukkan cara berpikir
    yang salah dan verbalisasi yang tepat menunjukkan
    cara berpikir yang tepat.
   Perasaan dan pikiran negatief serta penolakan diri
    harus dilawan dengan cara berpikir yang rasional dan
    logis yang dapat diterima menurut akal sehat, serta
    menggunakan cara verbalisasi yang rasional.
 Teori ABC dari Albert Ellis :


  Tiga pilar yang membangun tingkah laku individu

               Antecedent event (A)
               Belief (B)
               Consequence (C)
Antecedent event (A)

• Segenap peristiwa luar yang dialami atau
  memapar individu
• Peristiwa pendahulu yang berupa fakta,
  kejadian, tingkah laku, atau sikap orang lain.

            Perceraian suatu keluarga
            Kelulusan bagi siswa
            Seleksi masuk bagi calon karyawan
Belief (B)

 Keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi individu
                 thp suatu peristiwa




Rational belief (rB)     Irrasional belief (iB)
Consequence (C)

•   Konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi
    individu dalam bentuk perasaan senang atau tidak
    senang dalam hubungannya dgn antecendent event
    (A).

•   Konsekuensi emosional ini bukan akibat langsung dari
    A tetapi disebabkan oleh B, baik yang rB maupun yang
    iB.
ASUMSI TINGKAH LAKU
           BERMASALAH
 Tingkah laku bermasalah : tingkah laku yang
  didasarkan dikendalikan oleh cara berpikir yang
  irrasional (iB)

 Ciri-ciri iB :
   - Tidak dapat dibuktikan
   - Menimbulkan perasaan tidak enak (kecemasan)
     yang sebenarnya tidak perlu
   - Menghalangi individu untuk berkembang
Sebab-sebab Individu Berpikir Irasional :

•   Individu tidak berpikir jelas tentang saat ini dan
    yang akan datang, antara kenyataan
    dan imajinasi

•   Individu tergantung pada perencanaan dan
    pemikiran orang lain

•   Orang tua atau masyarakat memiliki
    kecenderungan berpikir irrasional yang diajarkan
    kepada individu melalui berbagai media.
Indikator keyakinan irrasional :

• Bahwa manusia hidup dalam masyarakat
 adalah untuk diterima dan dicintai oleh orang
 lain dari segala sesuatu yang dikerjakan

 Bahwa banyak orang dalam kehidupan
 masyarakat yang tidak baik, merusak, jahat,
 dan kejam sehingga mereka patut dicurigai,
 disalahkan, dan dihukum
Bahwa     kehidupan    manusia    senantiasa
dihadapkan kepada berbagai malape-taka,
bencana     yang    dahsyat,    menge-rikan,
menakutkan yang mau tidak mau harus
dihadapi oleh manusia dalam hidupnya.

Bahwa lebih mudah untuk menjauhi kesulitan-
kesulitan hidup tertentu dari pada berusaha
untuk mengahadapi dan menanganinya
Bahwa penderitaan emosional dari seseorang
muncul dari tekanan eks-ternal dan individu
hanya mempunyai kemampuan sedikit sekali
untuk menghilangkan penderitaan emosional
tersebut.

Bahwa pengalaman masa lalu membe-rikan
pengaruh sangat kuat terhadap kehidupan
individu dan menentukan perasaan dan tingkah
laku individu pada saat sekarang
Bahwa untuk mencapai derajat yang tinggi
dalam hidupnya dan untuk me-rasakan sesuatu
yang menyenangkan memerlukan kekuatan
supranatural

Bahwa nilai diri sebagai manusia dan
penerimaan orang lain terhadap diri
tergantung dari kebaikan penampilan individu
dan tingkat penerimaan oleh orang lain
terhadap individu.
TUJUAN KONSELING
Memperbaiki dan merubah sikap,
persepsi, cara berpikir, keyakinan serta
pandangan-pandangan klien yang
irrasional dan tidak logis menjadi
pandangan yang rasional dan logis

Menghilangkan gangguan-gangguan
emosional yang merusak diri sendiri
seperti rasa takut, rasa bersalah, rasa
berdosa, rasa cemas, merasa was-was,
rasa marah.
Untuk mencapai tujuan-tujuan konseling itu
perlu pemahaman klien tentang sistem
keyakinan atau cara-cara berpikirnya sendiri

Tiga tingkatan insight /pemahaman :

 1. Klien klien memahami tingkah laku
    negatif/penolakan diri peristiwa yang
    disebabkan oleh sistem keyakinan yang
    irasional
2 Klien memahami bahwa yang menganggu
  klien pada saat ini adalah karena keyakinan
  irrasional terus dianutnya

3. Klien memahami bahwa tidak ada jalan lain
   untuk keluar dari hambatan emosional
   yang dialaminya kecuali dengan mendeteksi
   dan melawan keyakinan yang irrasional.
KLIEN YANG TELAH MEMILIKI rB TERJADI
PENINGKATAN DALAM HAL :

penerimaan diri
minat sosial
pengendalian diri
toleransi terhadap pihak lain
fleksibelitas
penerimaan ketidakpastian
komitmen terhadap sesuatu di luar dirinya
berpikir logis
keberanian mengambil risiko
menerima kenyataan.
DESKRIPSI PROSES KONSELING

 Konseling rasional emotif dilakukan dgn
 menggunakan prosedur yang bervariasi
 dan sistematis yang secara khusus
 dimak-sudkan untuk mengubah tingkah
 laku dalam batas-batas tujuan yang
 disusun secara bersama-sama oleh
 konselor dan klien.
Tugas konselor menunjukkan bahwa

    masalahnya disebabkan oleh persepsi yang
    terganggu dan pikiran-pikiran yang tidak
    rasional

    usaha untuk mengatasi masalah adalah
    harus kembali kepada sebab-sebab
    permulaan, yaitu menghilangkan pikiran-
    pikiran yang tidak rasional.
 Operasionalisasi tugas konselor :

  1. konselor lebih edukatif-direktif kepada klien, dengan
     cara banyak memberikan cerita dan penjelasan,
     khususnya pada tahap awal

  2. mengkonfrontasikan masalah klien secara langsung

  3. menggunakan pendekatan yang dapat memberi
     semangat dan memperbaiki cara berpikir klien,
     kemudian memperbaiki mereka untuk dapat mendidik
     dirinya sendiri
4. dengan gigih dan berulang-ulang menekankan
  bahwa ide irrasional itulah yang menyebabkan
  hambatan emosional pada klien

5. mendorong klien menggunakan kemampuan
  rasional dari pada emosinya

6. menggunakan pendekatan didaktif dan filosofis

7. menggunakan humor dan “menekan” sebagai jalan
  mengkonfrontasikan berpikir secara irrasional.
 Karakteristik Konseling RE


• Aktif-direktif :
  dalam hubungan konseling konselor lebih
 aktif membantu mengarahkan klien dalam
 menghadapi dan memecahkan masalahnya.

• Kognitif-eksperiensial
  proses konseling berfokus pada aspek
 kognitif dari klien dan berintikan pemecahan
 masalah yang rasional.
Emotif-ekspreriensial
 proses konseling memfokuskan pada aspek
emosi klien dengan mempelajari sumber-
sumber gangguan emosional, sekaligus
membongkar akar-akar keyakinan yang
keliru yang mendasari gangguan tersebut.

Behavioristik
 proses konseling yang dikembangkan
hendaknya menyentuh dan mendorong
terjadinya perubahan tingkah laku klien.
TEKNIK KONSELING
Teknik-teknik Emotif (Afektif)

  Assertive adaptive
  teknik untuk melatih, mendorong, dan
  membiasakan klien untuk secara terus-menerus
  menyesuaikan dirinya dengan tingkah laku yang
  diinginkan. Latihan-latihan yang diberikan lebih
  bersifat pendisiplinan diri klien.
-    Bermain peran
    teknik untuk mengekspresikan berbagai jenis
     perasaan yang menekan (perasaan-perasaan
     negatif) melalui suatu suasana yang dikondisikan
     sedemikian rupa sehingga klien dapat secara bebas
     mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran
     tertentu.

-    Imitasi
    teknik untuk menirukan secara terus menerus suatu
     model tingkah laku tertentu dengan maksud
     menghadapi dan menghilangkan tingkah lakunya
     sendiri yang negatif.
Teknik-teknik Behavioristik

  Reinforcement


    teknik untuk mendorong klien ke arah
    tingkah laku yang lebih rasional dan
    logis dengan jalan memberikan pujian
    verbal (reward) ataupun hukuman
    (punishment).
Teknik ini dimaksudkan untuk mem-
bongkar sistem nilai dan keyakinan yang
irrasional pada klien dan meng-gantinya
dengan sistem nilai yang positif.

Dengan memberikan reward ataupun
punishment, maka klien akan meng-
internalisasikan sistem nilai yang
diharapkan kepadanya.
Social modeling

•   Teknik untuk membentuk tingkah laku-tingkah laku
    baru pada klien

•   Teknik ini dilakukan agar klien dapat hidup dalam
    suatu model sosial yang diharapkan dengan cara
    imitasi (meniru), mengobser-vasi, dan menyesuaikan
    dirinya dan meng-internalisasikan norma-norma
    dalam sis-tem model sosial dengan masalah tertentu
    yang telah disiapkan oleh konselor.
Teknik-teknik Kognitif


  Home work assigments

    Teknik yang dilaksanakan dalam
    bentuk tugas-tugas rumah untuk
    melatih, membiasakan diri, dan
    menginternalisasikan sistem nilai
    tertentu yang menuntut pola tingkah
    laku yang diharapkan.
Klien ditugasi untuk mempelajari bahan-bahan
tertentu, melaksanakan latihan-latihan tertentu
yang signifikan untuk mengubah aspek-aspek
kognisinya yang keliru dan irasional

Tugas yang diberikan konselor dilaporkan oleh
klien dalam suatu pertemuan tatap muka dengan
konselor

Teknik juga bermaksud : mengembangkan p
tanggung jawab, kepercayaan diri, pengelolaan
diri klien dan mengurangi ketergantungannya
kepada konselor.
Latihan assertive

  Teknik untuk melatih keberanian klien dalam
  mengekspresikan tingkah laku-tingkah laku tertentu yang
  diharapkan melalui bermain peran, latihan, atau meniru
  model-model sosial.

  Maksud utama teknik latihan asertif
  1. mendorong kemampuan klien
     mengekspresikan berbagai
     hal yang berhubungan dengan emosinya
2. membangkitkan kemampuan klien dalam
   mengungkapkan hak asasinya sendiri tanpa
   menolak atau memusuhi hak asasi orang lain

3. mendorong klien untuk meningkatkan
   kepercayaan dan kemampuan diri

4. meningkatkan kemampuan untuk memilih
   tingkah laku-tingkah laku asertif yang cocok

  untuk diri sendiri.
KONSELING
   EGO




    190
Manusia
1. Manusia tidak sekedar terikat pada dorongan
   instinknya melainkan dipengaruhi oleh
   lingkungannya
2. Mengutamakan fungsi ego yg merupakan energi
   psikologikal individu, meskipun masih mengakui
   adanya id, dan superego




                                                    191
Perkembangan Kepribadian


1. Kepribadian merupakan produk dari berbagai faktor
   dalam waktu yg cukup lama
2. Perkembangan psikososial (Erikson)
   a. Trust
   b. Autonomy (usia 1 – 3 tahun)
   c. Initiative (usia 3 – 5 tahun)
   d. Industry
   e. Ego identity (usia remaja)
   f. Intimacy
   g. Generality
                                                       192
Perkembangan kepribadian
Ego berkembang atas kekuatannya sendiri, tidak
tergantung pada energi id
Pertumbuha ego yg normal merupakan
perkembangan perkembangan komunikasi pada
anak:
   differensiasi
    berkembang melalui hub. dg
  lingkungan
   Proses sosialisasi                            193
Coping ability (PA), melalui :
 Pola-pola baru tingkah laku
 Usaha sadar yg akan menjadi
 otomatis.
 - Pola dasar tingkah laku terbentuk
 pada masa enam tahu pertama
 (entama)
FUNGSI EGO
lebih positif, berhubungan dg lingkungan melalui cara-
cara rasional dan sadar, dg kategori fungsi ego sbb :
Impulse economic; kemampuan ego untuk tidak hanya
mengontrol dorongan-dorongan, ttp menyalurkannya ke
arah tingkah laku yg lebih dapat diterima dan berguna
Fungsi kognitif: kemamp. ego utk menganalisis dan
berpikir logis mengatasi perasaan--- ini merupakan
kemampuan ego yg bebas dari pengaruh id
Fungsi kontrol; kemampuan ego utk memusatkan usaha
penyelesaian tugas tanpa diganggu oleh perasaan

                                                     195
Kasus atau masalah
Apabila individu tertekan oleh
keadaan yg menimpanya dan ego
kehilangan kontrol, maka kontrol
thd tingkah laku beralih dari
kesadaran ke ketidaksadaran–
kontrol beralih dari ego ke id


                               196
1.   Ego yg kurang kuat dpt tumbuh dlm bentuk (Erikson):
       Mistrust
       Shame and doubt
       Guilt
       Inferiority
       Role confusion
       Isolation
       Stagnation
       Dispair
KASUS (MASALAH) DISEBABKAN OLEH

    1. Individu kurang mampu merespon dg cara yg layak
    2. Pola tingkah laku yg dimiliki tidak lagi cocok dg
       tuntutan lingkungan (situasi)
    3. Rusaknya fungsi ego, al : tdk tahu baik buruk



Individu abnormal adalah individu yg tingkah
lakunya tidak berubah dalam menghadapi tuntutan
diri sendiri ataupun lingkungan yg telah berubah

                                                           198
TUJUAN KONSELING
Keseluruhan pribadi harus diarahkan utk berubah, kalau
klien mau dibantu
Konselor membantu klien memperbaiki satu-dua fungsi
ego yg rusak yg menimbulkan kesulitan klien
Tujuan utama konseling membantu klien membangun
identitas ego, memperluas dan memperkuat berfungsinya
sistem ego pada diri klien.




                                                 199
PROSES KONSELING
   Lebih memusatkan pada ciri-ciri individu yg normal dan
   sadar, daripada mengungkapkan motif-motif tidak disadari
   yang melatarbelakangi tingkah laku klien.
   Lebih terpusat pada:
   a. ranah kognitif daripada konatif
   b. tingkah laku sekarang daripad yg sudah berlalu
   c. hubungan klien dg situasi nyata yg menyebabkan
   kesulitan
6. Membantu klien memahami bagaimana tingkah lakunya
   selama ini tidak fungsional dalam menghadapi situasi, dan
   bagaimana ia membangun tingkah laku baru untuk
   mengubah situasi yg dihadapinya
                                                          200
PROSES KONSELING (lanjutan)


4.   Konselor:

 a. hangat dan spontan
 b. profesional terlatih
  c. bekerja dg individu normal yg
 mengalami masalah         khusus,
 dalam waktu yg relatif singkat (sekitar
                                       201
TEKNIK KONSELING
(Teknik tidak kaku, melainkan luwes sesuai
   dengan hak klien untuk menjadi dirinya
   sendiri).
Pengawalan; membina hub. antara klien dan
   konselor
Pengontrolan proses;
   a. memusatkan kegiatan pada tugas
   membantu ego strength klien
   b. mengontrol keseimbangan antara ekspresi
                                                202
c. mengontrol ambiguitas dlm proses
konseling, untuk :
   - mengontraskan perasaan klien
   - menampilkan keunikan pribadi
klien
   - membangun transferensi melalui
proyeksi
TEKNIK KONSELING (lanjutan)
3. Transferensi: tidak spt pada
 psikoanalisis klasik, dalam ego konseling
 transferensi dimaksudkan sbg perasaan
 klien yg timbul thd konselor
4. Counter transference: upaya konselor
 utk mencegah perasaannya yg muncul
 thd klien dan mempengaruhi proses
 konseling
dan mendiagnosis masalah, serta memberikan
  kesempatan kpd klien utk memahami masalah-
  masalahnya Diagnosis dan interpretasi: konselor
  bertanggung jawab merumuskan itu
6. Apabila klien sudah menyadari masalahnya, proses
  konseling diarahkan ke pembentukan tingkah laku
  baru:
  * konselor mengajarkan cara-cara baru
  * klien dilatih
  * mempergunakan tugas rumah yg hrs dikerjakan
  Semuanya itu untuk memperkuat ego yg dpt
  berfungsi lebih tepat.
KONSELING SELF
  (KONSELF)


     C. ROGERS
ASUMSI TENTANG MANUSIA
1.   MANUSIA ADALAH RASIONAL,
     TERSOSIALISASIKAN, DAN DAPAT MENENTUKAN
     NASIBNYA SENDIRI

3.   DALAM KONDISI YANG MEMUNGKINKAN,
     MANUSIA MAMPU MENGARAHKAN DIRI, MAJU,
     MENJADI INDIVIDU YANG POSITIF DAN
     KONSTRUKTIF
STRUKTUR KEPRIBADIAN
ORGANISME                  SEFL




      LAPANGAN FENOMENAL
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
1.   ORGANISMIC VALUING PROCESS (OVP)
2.   POSITIVE REGARD FROM OTHERS (PRO)
3.   SELF REGARD (SRG)
4.   CONDITION OF WORTH (COW)
KONDISI YANG DIHARAPKAN
 MEMBERI PENILAIAN POSITIF YANG TERUS
 MENERUS
 INDIVIDU TERHINDAR DARI COW DAN
 MENGEMBANGKAN USR
 KEPRIBADIAN SEHAT :
 - COW TIDAK BERKEMBANG
- OVP, SRG DAN PRO SEJALAN
- TINGKAH LAKU MENYENANGKAN
TINGKAH LAKU SALAH SUAI
 ADA KETIDAKSEIMBANGAN ORGANISMIC DAN
 SELF
 KARAKTERISTIK PRIBADI TIDAK SEHAT :
 - ESTRANGEMENT
- INCONGRUITY IN BEHAVIOR
- KECEMASAN
- DEFENCE MECHANISM
GEJALA TLSS
1.   KECEMASAN ATAU KETEGANGAN TERUS
     MENERUS
2.   TINGKAH LAKU RIGID…… TIDAK LUWES
3.   MENOLAK SITUASI BARU
4.   SALAH DALAM MEMPERKIRAKAN
5.   MENOLAK MENYADARI PENGALAMAN SENDIRI
6.   TINGKAH LAKU TIDAK TERDUGA
7.   SERING TIDAK RASIONAL
8.   TIDAK MAMPU MENGONTROL DIRI
TUJUAN KONSELING
1.    PADA DASARNYA :
     a. KLIEN SENDIRI YANG
        MENENTUKAN TUJUAN KONSELING
     b. MEMBANTU KLIEN : SELF-
        ACTUALIZATION (SA)

2. SECARA KHUSUS : MEMBEBASKAN KLIEN DARI
   KUNGKUNGAN TINGKAH LAKU YANG
   MENGHAMBAT SA-NYA
TEKNIK KONSELING
1. KONDISI YANG DIPERLUKAN UNTUK PROSES
  KONSELING :
  a. PSYCHOLOGICAL CONTACT
  b. MINIMUM STATE OF ANXIETY
  c. CONSELOR GENUINESS
  d. UNCONDITIONED POSITIVE     REGARD
      AND RESPECT
  e. EMPHATIC UNDERSTANDING
  f. CLIENT PERCEPTION
  g. CONCRETNESS, IMMEDIACY, AND
      CONFRONTATION
2. PENDEKATAN : “JIKA-MAKA”
3. PROSES KONSELING :
  a. UNCONDITIONED POSITIVE     REGARD
  b. KLIEN MENGGUNAKAN KATA GANTI
       “SAYA”
  c. KLIEN MELIHAT PENGALAMAN :
     SECARA REALISTIK
  d. KLIEN MENGEKPRESIKAN
      PERASAAN
  e. KLIEN DIDORONG MENJADI DIRINYA
4. PENERAPAN :
  a. KO MENJADI “ALTER EGO” BAGI KLIEN
  b. TANGGUNG JAWAB HUBUNGAN
      KONSELING : KLIEN
  c. WAKTU DIBATASI
  d. FOKUS : INDIVIDU BUKAN MASALAH
  e. MENEKANKAN AZAS KEKINIAN
  f. DIAGNOSIS : KLIEN MENDIAGNOSIS
      DIRINYAS SENDIRI
  g. LEBIH MENEKANKAN ASPEK EMOSIONAL
      DARI PADA ASPEK INTELEKTUAL
KONSEP DASAR
Pandangan tentang Manusia
•   Manusia merupakan sistem sifat atau faktor yang saling
    berkaitan antara satu dengan lainnya, seperti kecakapan, minat,
    sikap, dan temperamen.

•   Perkembangan kemajuan individu mulai dari masa bayi sampai
    dewasa diperkuat oleh interaksi sifat dan faktor. Telah banyak
    dilakukan usaha untuk menyusun kategori individu atas dasar
    dimensi sifat dan faktor.

•   Studi ilmiah yang telah dilakukan adalah : (1) mengukur dan
    menilai ciri ciri-ciri seseorang dengan tes psikologis, (2)
    mendefinisikan atau menggambarkan keadaan individu,
    (3) membantu individu untuk memahami diri dan
    lingkungannya, (4) memprediksi keberhasilan yang mungkin
    dicapai pada masa mendatang.
Manusia berusaha untuk menggunakan pemahaman
diri dan pengetahuan kecakapan dirinya sebagai
dasar bagi pengembangan potensinya.

Manusia mempunyai potensi untuk berbuat baik
atau buruk.

Makna hidup adalah mencari kebenaran dan
berbuat baik serta menolak kejahatan.

Menjadi manusia seutuhnya tergantung pada
hubungannya dengan orang lain.
Asumsi pokok pendekatan konseling trait dan faktor.
•   Karena setiap individu sebagai suatu pola kecakapan dan
    kemampuan yang terorganisir secara unik, dan karena kemampuan
    kausalitasnya relatif stabil setelah remaja, maka tes obyektif dapat
    digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik-karatreistik individu.

•   Pola-pola kepribadian dan minat berkorelasi dengan tingkah laku
    kerja tertentu.

•   Kurikulum sekolah yang berbeda akan menuntut kapasitas dan minat
    yang berbeda dan hal ini dapat ditentukan. Individu akan belajar
    dengan lebih mudah dan efektif apabila potensi dan bakatnya sesuai
    dengan tuntutan kurikulum.

•   Baik klien maupun konselor hendaknya mendiagnosis potensi klien
    untuk mengawali penempatan dalam kurikulum atau pekerjaan.

•   Setiap individu mempunyai kecakapan dan keinginan untuk
    mengidentifikasi secara kognitif kemampuannya sendiri.
Pandangan tentang Kepribadian
•   Kepribadian : suatu sistem yang saling tergantung dengan sifat dan
    faktor, seperti kecakapan, minat, sikap, dan temperamen.

•   Perkembangan kepribadian manusia ditentutan oleh faktor
    pembawaan dan lingkungan.

•   Setiap individu ada sifat-sifat yang umum dan ada sifat-sifat yang
    khusus, yang merupakan sifat yang unik.

•   Unsur dasar dari struktur kepribadian disebut sifat dan merupakan
    kecenderungan luas untuk memberi reaksi dan membentuk tingkah
    laku yang relatif tetap.

    Sifat (trait) : struktur mental yang dapat diamati untuk menunjukkan
    keajegan dan ketepatan dalam tingkah laku.
TUJUAN KONSELING

Membantu individu mencapai perkembangan kesempurnaan
berbagai aspek kehidupan manusia.

Membantu individu dalam memperoleh kemajuan memahami
dan mengelola diri dengan cara membantunya menilai kekuatan
dan kelamahan diri dalam kegiatan dengan perubahan
kemajuan tujuan-tujuan hidup dan karir.

Membantu individu untuk memperbaiki kekurangan,
tidakmampuan, dan keterbatasan diri serta membantu
pertumbuhan dan integrasi kepribadian.

Mengubah sifat-sifat subyektif dan kesalahan dalam penilaian
diri dengan mengggunakan metode ilmiah.
DESKRIPSI PROSES KONSELING
Hubungan konselor dengan klien merupakan
hubungan yang sangat akrab, sangat bersifat
pribadi dalam hubungan tatap muka.

Konselor bukan hanya membantu individu atas
apa saja yang sesuai dengan potensinya, tetapi
konselor juga mempengaruhi klien berkembang
ke satu arah yang terbaik baginya.

Konselor memang tidak menetapkan tetapi
memberikan pengaruh untuk mendapatkan cara
yang baik dalam membuat keputusan.
 Tahapan proses konseling :
 1. Analisis
    - Merupakan tahapan kegiatan : pengumpulan informasi dan data
      mengenai klien.

    - Konselor dan klien memiliki informasi yang dpat dipercaya,
      tepat, dan relevan untuk mendiagnosis pembawaan, minat,
      motif, keseimbangan emosional dan sifat-sifat lain yang
      memudahkan penyesuaian diri

   - Analisis dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat, spt :
     cacatan kumulatif, wawancara, catatan anekdot, tes psikologis,
     dan studi kasus.

   - Selain mengumpulkan data obyektif, konselor harus
     memperhatikan pula cita-cita dan sikap klien dan cara
     memandang permasalahannya.
2. Sintesis
  Merangkum dan mengatur data hasil analisis yang
  sedemikian rupa sehingga menunjukkan bakat klien,
  kelamahan dan kekuatan, serta kemampuan penyesuaian
  diri.

3. Diagnosis
  Merupakan tahapan untuk menemukan ketetapan dan pola
  yang dapat mengarahkan kepada permasalahan, sebab-
  sebabnya, serta sifat-sifat klien yang relevan dan
  berpengaruh terhadap proses penyesuaian diri.
  Langkah Diagnosis :
  a. Identifikasi Masalah
  b. Menentukan sebab-sebab
  c. Prognosis
4. Konseling

  - Merupakan hubungan membantu klien untuk
    menemukan sumber diri sendiri maupun sumber di luar
    dirinya dalam upaya mencapai perkembangan dan
    penyesuaian optimal sesuai dengan kemampuannya.

  - Dalam kaitan ini ada lima sifat konseling, yaitu :
    1. Belajar terpimpin menuju pengertian diri
    2. Mendidik/mengajar kembali untuk mencapai tujuan
       kepribadiannya dan penyesuaian hidupnya.
    3. Bantuan pribadi agar klien mengerti dan terampil
       dalam menerapkan prinsip dan teknik yang
       diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
    4. Konseling yang mencakup hubungan dan teknik
       yang bersifat menyembuhkan
    5. Mendidik kembali yang sifatnya sebagai katarsis
       atau penyaluran
5. Tindak Lanjut
   - Memberikan bantuan kepada klien
     dalam menghadapi masalah baru
     dengan mengingatkannya kepada
     masalah sumbernya sehingga
     menjamin keberhasilan konseling.

  - Teknik yang digunakan konselor harus
    disesuaikan dengan individualitas klien,
    mengingat bahwa individu itu sifatnya unik,
    sehingga tidak ada teknik yang baku yang
    berlaku untuk semua klien.
TEKNIK KONSELING
Atending
•   Dalam formulasi yang singkat Atending dapat dipahami
    sebagai usaha pembinaan untuk menghadirkan klien
    dalam proses konseling

    Penciptaan dan pengembangan Atending dimulai dari
    upaya konselor menunjukkan sikap empati, menghargai,
    wajar, dan mampu mengetahui atau paling tidak
    mengantisipasi kebutuhan yang dirasakan oleh klien.
PENSTRUKTURAN



                SRUCTURING



                                  MENGATUR,
                                   MENATA,
                                  MENYUSUN




  MERUPAKAN SALAH SATU TEKNIK DALAM KONSELING YANG BERFUNGSI
  UNTUK MEMBENTUK, MENGATUR, MENATA, DAN MENYUSUN PEMIKIRAN
         KLIEN TENTANG KONSELING, SEHINGGA KLIEN DAPAT
       MASUK KE DALAM PROSES KONSELING DENGAN SUKARELA
TUJUAN PENSTRUKTUTAN

 MEMBERIKAN PENJELASAN KEPADA KLIEN
   TENTANG PENGERTIAN KONSELING,
  BENTUK KEGIATAN KONSELING, TUJUAN
  DIADAKAN KONSELING, DAN TEKNIK
  PENYELENGGARAAN KONSELING
 MENATA SECARA BAIK PIKIRAN KLIEN
  SEHINGGA KONSELING BISA DILAKUKAN
  DENGAN SUKARELA
ISI PENSTRUKTUTRAN
   1   PENGERTIAN KONSELING



• DENGAN BAHASA YANG MUDAH DIMENGERTI
• TIDAK MENGGUNAKAN BAHASA BUKU
• BERSIFAT KOMUNIKATIF
• DISERTAI DENGAN CONTOH
2      TUJUAN KONSELING




     MEMBANTU KLIEN DALAM MENGENTASKAN
 PERMASALAHANNYA BAIK MASALAH PRIBADI, SOSIAL,
   BELAJAR, KARIR, KEHIDUPAN BERKELUARGA, DAN
    KEBERAGAMAAN, YANG PADA AKHIRNYA KLIEN
      MANDIRI DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN
UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH YANG DIHADAPINYA
3            BENTUK KONSELING


    “bentuk dari konseling yang dimaksud adalah konseling seperti sekarang ini,
              berdialog, tatap muka, dan dalam bentuk wawancara”




4             TEKNIK PENYELENGGARAAN KONSELING



         DALAM PROSES KONSELING ADAKALANYA SAYA YANG
           BERTANYA KEPADA SAUDARA ATAU SEBALIKNYA”
5   ASAS



      KERAHASIAAN
     KESUKARELAAN
     KETERBUKAAN
        KEGIATAN
JENIS-JENIS PENSTRUKTURAN
 PENSTRUKTURAN PENUH

              J
              I
              K
              A


1. KLIEN TIDAK MENYADARI DIRINYA BERMASALAH
2. KLIEN YANG MEMILIKI PERSEPSI NEGATIF
   TERHADAP KONSELOR
3. KLIEN YANG BENAR-BENAR TIDAK TAHU APA-APA
   TENTANG KONSELING
PENSTRUKTURAN SEBAGIAN

            J
            I
            K
            A




1. KLIEN DATANG DENGAN SUKARELA
2. KLIEN YANG SUDAH BANYAK TAHU
   TENTANG KONSELING
• Dalam tataran yang lebih operasional, melakukan refleksi
 melalui pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.

  - Bagaimana saudara mengenal dan mengantisipasi bila
    seseorang sangat tertarik pada Anda?

  - Bagaimana saudara mengenal bila seseorang
    memberikan perhatian terhadap Anda?

  - Bagaimana saudara mengenal atau mengetahui bila
    seseorang mendengarkan, memeperhatiakan dan
    menghayati Anda ?

• Melalui jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di atas,
 konselor dapat memulai melakukan pembinaan untuk
 mengajak klien mamasuki proses konseling.
Aspek-aspek Atending meliputi :

1) Posisi badan (termasuk gerak isyarat dan ekspresi muka).

  a) Duduk dengan badan menghadap kepada klien
  b) Tangan di atas pangkuan atau berpegangan bebas atau
      kadang-kadang digunakan untuk menunjukkan gerak isyarat
      yang sedang dikomunikasikan secara verbal
  c) Respondif dengan menggunakan bagian wajah,
      umpamanya senyum spontan atau anggukan kepala sebagai
      persetujuan atau pemahaman dan krutan dahi tanda tidak
      mengerti
  d) Badan tegak lurus tetapi tidak kaku, manakala diperlukan
     bisa condong ke arah klien untuk menunjukan kebersamaan
2) Kontak Mata
   a) Melihat klien terutama pada waktu bicara
   b) Menggunakan pandangan spontan yang
      menunjukkan ekspresi minat dan keinginan untuk
      mendengarkan dan merespon

3) Mendengarkan
   a) Memelihara pehatian penuh, terpusat pada klien
   b) Mendengarkan apapun yang dikatakan klien,
      mendengarkan keseluruhan pribadi klien (kata-
      katanya, perasaannya, dan perilakunya)
   c) Memahami keseluruhan pesannya
2. Mengundang Pembicaraan Terbuka
Ajakan terbuka untuk berbicara memberi
kesempatan klien agar mengeksplorasi dirinya
sendiri dengan dukungan pewawancara.

Pertanyaan terbuka memberi peluang klien untuk
mengemukakan ide perasaan dan arahnya dalam
wawancara.

Responnya terhadap pertanyaan terbuka ialah
untuk menunjukkan kesadarannya bahwa dia
diminta untuk menceritakan sejarahnya atau lebih
menjabarkan apa yang telah dikatakan.
Contoh pertanyaan terbuka :
1. untuk membantu memulai wawancara :
  “Apa yang Anda akan bicarakan hari ini?”
   “Bagaimana keadaan Anda sejak pertemuan terakhir
    kita?”

2. Membantu klien menguraikan masalahnya :
   “Cobalah Anda menceritakan lebih banyak lagi
    tentang hal itu!“
   “Bagaimana perasaan Anda pada saat kejadian itu?”

3. Membantu memunculkan contoh-contoh perilaku
   khusus :
  “Apa yang Anda sedang rasakan pada saat Anda
   menceritakan hal ini kepada saya?”
   “Bagaimana perasaan Anda selanjutnya pada waktu
    itu?”
Pertanyaan yang tidak disarankan antara lain
:
•   Pemakaian pertanyaan tertutup yang terlalu sering

•   Pengajuan pertanyaan lebih dari satu pada waktu yang
    sama
    ”Dapatkah anda menceritakan lebih banyak lagi tentang
    hal itu?”

•   Pengajuan pertanyaan “Mengapa”, umpamanya :
      “Mengapa anda tidak bergaul dengan baik?”

•   Memasukkan jawaban dalam pertanyaa,umpamanya :
    “Anda sebenarnya belum mengerti hal itu pada saat anda
    mengatakan tentang ayahnya, bukan?”
Paraprase
•   Esensinya : pengulangan kata-kata atau pemikiran-pemikiran kunci
    dari klien dalam rumusan-rumusan yang menggunakan kata-kata
    konselor sendiri.

•   Memberi tahu klien bahwa ia sedang mendengarkan apan yang
    dikatakan dan konselor ingin mendengarkan leih banyak lagi.

•   Klien akan merasa dimengerti dan dipersiapkan untuk mengolah
    lebih dalam lagi masalah-masalah yang diajukannya.

•   Maksud dari kegiatan paraprase adalah :
     - menyampaikan kepada klien bahwa konselor bersama klien,
       dan konselor berupaya memahami apa yang dinayatkan klien
     - mengkritalisasi komentar klien dengan lebih
       memendekannya sehingga membantu mengarahkan
       wawancara
     - memberi peluang untuk memeriksa kecermatan persepsi
       konselor.
      Cara Memparaprase :
     1) Dengarkan pesan utama klien
     2) Nyatakan kembali kepada klien
         ringkasan pesan utamanya secara
         sederhana dan singkat
    3) Amati pertanda atau minta respons
        dari klien akan bantuan paraprase.

    Hindari
    - analisis, interpretasi, atau pertimbangan nilai tentang
      pesan klien
    - respon konselor hanya tertuju kepada bagian kecil dari
      pesan klien klien, bukan kepada tema utamanya
    - pemakaian kata-kata teknis yang tidak dimengerti klien
Refeksi perasaan
•   Refleksi perasaan merupakan keterampilan konselor untuk
    merespons keadaan perasaan klien terhadap situasi yang
    sedang dihadapi.

•   Tindakan tersebut akan mendorong dan merangsang klien
    untuk mengemukakan segala sesuatu yang berhubungan
    dengan masalah yang sedang dihadapinya.

•   Jadi, esensi keterampilan ini adalah untuk mendorong dan
    merangsang klien agar dapat mengekspresikan bagaimana
    perasaan tentang situasi yang sedang dialami.
Aspek-aspek refleksi perasaan :
1) Mengamati perilaku klien
2) Mendengarkan dengan baik
3) Menghayati pesan yang dikomunikasikan
   klien.
4) Mengenali perasaan-perasaan yang
   dikomunikasikan klien.
5) Menyimpulkan perasaan yang sedang
   dialami.
6) Menyeleksi kata-kata yang tepat untuk
   melukiskan perasaan klien.
Meringkas
•   Meringkas adalah suatu proses untuk memadu berbagai
    ide dan perasaan dalam satu pernyataan pada akhir suatu
    unit wawancara konseling.

•   Meringkas : rupaya merekapituasi, memadatkan, dan
    mengkristalisasi esensi apa yang telah dikatakan klien.

•   Dengan menggunakan ringkasan secarea perioodik,
    konselor dapat memeriksa kecermatannya dalam
    mendengarkan.

•   Ringkasan juga membantu untuk mengakiri wawancara
    dengan suatu cartatan yang wajar, dan dapat menjadi
    panduan wawancara.
Panduan Umum Meringkas
1) Adakan refleksi atau atending terhadap
   berbagai variasi tema dan nada
   emosional pada saat klien berbicara

2) Gabungkan perasaan dan ide kunci ke dalam
   pernyataan-pernyataan yang pengertian
   dasarnya luas.

3) Jangan tambahkan ide-ide baru dalam
   ringkasan

4) Pertimbangkan kalau sekiranya dapat
   membantu kalau menyatakan rinkasan atau
   mengajak klien untuk membuat ringkasan
KETERBATASAN PENDEKATAN
  Pandangannya dikembangkan dalam situasi pendidikan
  dan kliennya dibatasi terutama kepada siswa-siswa
  yang memiliki keragaman derajat kemantapan dan
  tanggung jawab sendiri.

  Pandangannya terlalu menekankan kepada
  pengendalian konselor dan hasil yang dicapai pada diri
  klien lebih banyak tergantung kepada keunggulan
  konselor dalam mengarahkan dan membatasi klien.
Banyak meminimalkan atau mengabaikan aspek afektif
klien yang justru seharusnya menjadi kepedulian
konselor.

Terlalu banyak pertimbangan yang ditekankan pada
data obyektif. Penggunaan dan keyakinan yang
berlebihan terhdap data ini kurang tepat karena
keterbatasan reliabilitas, validitas, dan kelengkapan alat
dan datanya.

Suatu dilema bagi konselor karena ia harus mendorong
dan meyakinkan klien mewujudkan kemampuannya,
tetapi ia harus melakukannya tanpa persuasi.
Model konseling

More Related Content

What's hot

Pendekatan konseling individual Alfred Adler
Pendekatan konseling individual Alfred AdlerPendekatan konseling individual Alfred Adler
Pendekatan konseling individual Alfred AdlerIis Nurul Fitriyani
 
Pendekatan konseling psikoanalisis
Pendekatan konseling psikoanalisisPendekatan konseling psikoanalisis
Pendekatan konseling psikoanalisissafutri nurhidayah
 
keterampilan konseling
keterampilan konselingketerampilan konseling
keterampilan konselingJoni Iswanto
 
Ppt pendekatan psikologi behavior
Ppt pendekatan psikologi behaviorPpt pendekatan psikologi behavior
Ppt pendekatan psikologi behavioradepeniiafiifah
 
Rational Emotive Behavior Therapy
Rational Emotive Behavior TherapyRational Emotive Behavior Therapy
Rational Emotive Behavior Therapymncgita
 
Materi training motivasi menggapai mimpi meraih prestasi untuk pelajar
Materi training motivasi menggapai mimpi meraih prestasi untuk pelajarMateri training motivasi menggapai mimpi meraih prestasi untuk pelajar
Materi training motivasi menggapai mimpi meraih prestasi untuk pelajarNamin AB Ibnu Solihin
 
Verbatim terapi client centered CC (REFRENSI)
Verbatim terapi client centered CC (REFRENSI)Verbatim terapi client centered CC (REFRENSI)
Verbatim terapi client centered CC (REFRENSI)Nur Arifaizal Basri
 
Contoh verbatim behavior
Contoh verbatim behaviorContoh verbatim behavior
Contoh verbatim behaviorMACHMUDDI
 
Bimbingan dan konseling kelompok (pembelajaran)
Bimbingan dan konseling kelompok (pembelajaran)Bimbingan dan konseling kelompok (pembelajaran)
Bimbingan dan konseling kelompok (pembelajaran)Donny kurnianto
 
Pendekatan konseling adlerian
Pendekatan konseling adlerianPendekatan konseling adlerian
Pendekatan konseling adlerianvarizalamir
 

What's hot (20)

PETA KONSEP TEKNIK KONSELING
PETA KONSEP TEKNIK KONSELINGPETA KONSEP TEKNIK KONSELING
PETA KONSEP TEKNIK KONSELING
 
Pendekatan client centered
Pendekatan client centeredPendekatan client centered
Pendekatan client centered
 
Pendekatan konseling individual Alfred Adler
Pendekatan konseling individual Alfred AdlerPendekatan konseling individual Alfred Adler
Pendekatan konseling individual Alfred Adler
 
Pendekatan konseling psikoanalisis
Pendekatan konseling psikoanalisisPendekatan konseling psikoanalisis
Pendekatan konseling psikoanalisis
 
Penstrukturan
PenstrukturanPenstrukturan
Penstrukturan
 
Kekuatan dan kelemahan konselor sbg personal dan profesional
Kekuatan dan kelemahan konselor sbg personal dan profesionalKekuatan dan kelemahan konselor sbg personal dan profesional
Kekuatan dan kelemahan konselor sbg personal dan profesional
 
keterampilan konseling
keterampilan konselingketerampilan konseling
keterampilan konseling
 
Ppt pendekatan psikologi behavior
Ppt pendekatan psikologi behaviorPpt pendekatan psikologi behavior
Ppt pendekatan psikologi behavior
 
Rational Emotive Behavior Therapy
Rational Emotive Behavior TherapyRational Emotive Behavior Therapy
Rational Emotive Behavior Therapy
 
Materi training motivasi menggapai mimpi meraih prestasi untuk pelajar
Materi training motivasi menggapai mimpi meraih prestasi untuk pelajarMateri training motivasi menggapai mimpi meraih prestasi untuk pelajar
Materi training motivasi menggapai mimpi meraih prestasi untuk pelajar
 
Verbatim terapi client centered CC (REFRENSI)
Verbatim terapi client centered CC (REFRENSI)Verbatim terapi client centered CC (REFRENSI)
Verbatim terapi client centered CC (REFRENSI)
 
RPL BIMBINGAN KELOMPOK (POP)
RPL BIMBINGAN KELOMPOK (POP)RPL BIMBINGAN KELOMPOK (POP)
RPL BIMBINGAN KELOMPOK (POP)
 
Contoh verbatim behavior
Contoh verbatim behaviorContoh verbatim behavior
Contoh verbatim behavior
 
Konseling individual
Konseling individualKonseling individual
Konseling individual
 
Teori pendekatan gestalt
Teori pendekatan gestaltTeori pendekatan gestalt
Teori pendekatan gestalt
 
Bimbingan dan konseling kelompok (pembelajaran)
Bimbingan dan konseling kelompok (pembelajaran)Bimbingan dan konseling kelompok (pembelajaran)
Bimbingan dan konseling kelompok (pembelajaran)
 
Pendekatan konseling adlerian
Pendekatan konseling adlerianPendekatan konseling adlerian
Pendekatan konseling adlerian
 
KONSELING LINTAS BUDAYA
KONSELING LINTAS BUDAYAKONSELING LINTAS BUDAYA
KONSELING LINTAS BUDAYA
 
Peta kognitif
Peta kognitifPeta kognitif
Peta kognitif
 
PENDEKATAN TEORI REALITA
PENDEKATAN TEORI REALITAPENDEKATAN TEORI REALITA
PENDEKATAN TEORI REALITA
 

Viewers also liked

Model-Model BK, Bimibngan , Pendekatan dan Pola 17 Plus
Model-Model BK, Bimibngan , Pendekatan dan Pola 17 Plus Model-Model BK, Bimibngan , Pendekatan dan Pola 17 Plus
Model-Model BK, Bimibngan , Pendekatan dan Pola 17 Plus Avidia Sarasvati
 
Teknik teknik konseling
Teknik teknik konselingTeknik teknik konseling
Teknik teknik konselingugiadb
 
Pendalaman Materi PLPG Bimbingan Konseling ( BK )
Pendalaman Materi PLPG Bimbingan Konseling ( BK )Pendalaman Materi PLPG Bimbingan Konseling ( BK )
Pendalaman Materi PLPG Bimbingan Konseling ( BK )Richard Anderson
 
Makalah model model konseling 1 eksistensial humanistik
Makalah model model konseling 1 eksistensial humanistikMakalah model model konseling 1 eksistensial humanistik
Makalah model model konseling 1 eksistensial humanistikDevi novianti
 
Pendekatan konseling behavioral
Pendekatan konseling behavioralPendekatan konseling behavioral
Pendekatan konseling behavioralvarizalamir
 
Model Konseling Behavioral teknik Dezensitisasi Sistematis
Model Konseling Behavioral teknik Dezensitisasi SistematisModel Konseling Behavioral teknik Dezensitisasi Sistematis
Model Konseling Behavioral teknik Dezensitisasi SistematisUniversitas Pendidikan Ganesha
 
TUJUAN DAN KAITANYA DENGAN ASPEK KONSELING AGAMA
TUJUAN DAN KAITANYA DENGAN ASPEK KONSELING AGAMATUJUAN DAN KAITANYA DENGAN ASPEK KONSELING AGAMA
TUJUAN DAN KAITANYA DENGAN ASPEK KONSELING AGAMArina_nurjanah96
 
Jdp Kursus Konseling 2
Jdp Kursus  Konseling 2Jdp Kursus  Konseling 2
Jdp Kursus Konseling 2robby chandra
 
Tugas resume teori dan teknik konseling
Tugas resume teori dan teknik konselingTugas resume teori dan teknik konseling
Tugas resume teori dan teknik konselingNur Arifaizal Basri
 
resume teori dan teknik konseling
resume teori dan teknik konselingresume teori dan teknik konseling
resume teori dan teknik konselingNur Arifaizal Basri
 
Kelompok 6 konsep dasar evaluasi belajar dan pembelajaran
Kelompok 6   konsep dasar evaluasi belajar dan pembelajaranKelompok 6   konsep dasar evaluasi belajar dan pembelajaran
Kelompok 6 konsep dasar evaluasi belajar dan pembelajaranArif Wicaksono
 
Pendekatan konseling
Pendekatan konselingPendekatan konseling
Pendekatan konseling1114500103
 
Mengatasi Kesulitan Belajar
Mengatasi Kesulitan BelajarMengatasi Kesulitan Belajar
Mengatasi Kesulitan Belajarbelliza21
 
Kesulitan belajar
Kesulitan belajarKesulitan belajar
Kesulitan belajardwi9092
 

Viewers also liked (20)

Model-Model BK, Bimibngan , Pendekatan dan Pola 17 Plus
Model-Model BK, Bimibngan , Pendekatan dan Pola 17 Plus Model-Model BK, Bimibngan , Pendekatan dan Pola 17 Plus
Model-Model BK, Bimibngan , Pendekatan dan Pola 17 Plus
 
Teknik teknik konseling
Teknik teknik konselingTeknik teknik konseling
Teknik teknik konseling
 
Pendalaman Materi PLPG Bimbingan Konseling ( BK )
Pendalaman Materi PLPG Bimbingan Konseling ( BK )Pendalaman Materi PLPG Bimbingan Konseling ( BK )
Pendalaman Materi PLPG Bimbingan Konseling ( BK )
 
Makalah model model konseling 1 eksistensial humanistik
Makalah model model konseling 1 eksistensial humanistikMakalah model model konseling 1 eksistensial humanistik
Makalah model model konseling 1 eksistensial humanistik
 
Pendekatan konseling behavioral
Pendekatan konseling behavioralPendekatan konseling behavioral
Pendekatan konseling behavioral
 
Pola kerja TIM TUTOR BK Sebaya Undiksha
Pola kerja TIM TUTOR BK Sebaya UndikshaPola kerja TIM TUTOR BK Sebaya Undiksha
Pola kerja TIM TUTOR BK Sebaya Undiksha
 
Model Konseling Behavioral teknik Dezensitisasi Sistematis
Model Konseling Behavioral teknik Dezensitisasi SistematisModel Konseling Behavioral teknik Dezensitisasi Sistematis
Model Konseling Behavioral teknik Dezensitisasi Sistematis
 
TUJUAN DAN KAITANYA DENGAN ASPEK KONSELING AGAMA
TUJUAN DAN KAITANYA DENGAN ASPEK KONSELING AGAMATUJUAN DAN KAITANYA DENGAN ASPEK KONSELING AGAMA
TUJUAN DAN KAITANYA DENGAN ASPEK KONSELING AGAMA
 
Jdp Kursus Konseling 2
Jdp Kursus  Konseling 2Jdp Kursus  Konseling 2
Jdp Kursus Konseling 2
 
Pendekatan Konseling Gestalt
Pendekatan Konseling GestaltPendekatan Konseling Gestalt
Pendekatan Konseling Gestalt
 
tugas model-model konseling 1
tugas model-model konseling 1tugas model-model konseling 1
tugas model-model konseling 1
 
Kesulitan Belajar
Kesulitan BelajarKesulitan Belajar
Kesulitan Belajar
 
Tugas resume teori dan teknik konseling
Tugas resume teori dan teknik konselingTugas resume teori dan teknik konseling
Tugas resume teori dan teknik konseling
 
resume teori dan teknik konseling
resume teori dan teknik konselingresume teori dan teknik konseling
resume teori dan teknik konseling
 
Carl Rogers Persentasi
Carl Rogers PersentasiCarl Rogers Persentasi
Carl Rogers Persentasi
 
Kelompok 6 konsep dasar evaluasi belajar dan pembelajaran
Kelompok 6   konsep dasar evaluasi belajar dan pembelajaranKelompok 6   konsep dasar evaluasi belajar dan pembelajaran
Kelompok 6 konsep dasar evaluasi belajar dan pembelajaran
 
Pendekatan konseling
Pendekatan konselingPendekatan konseling
Pendekatan konseling
 
Mengatasi Kesulitan Belajar
Mengatasi Kesulitan BelajarMengatasi Kesulitan Belajar
Mengatasi Kesulitan Belajar
 
Kesulitan belajar
Kesulitan belajarKesulitan belajar
Kesulitan belajar
 
Teknik bimbingan
Teknik bimbinganTeknik bimbingan
Teknik bimbingan
 

Similar to Model konseling

Presentation1 modelkonseling
Presentation1 modelkonselingPresentation1 modelkonseling
Presentation1 modelkonselinglutfifauzan
 
Silabus Training "Effective Mastering PROBLEM & Analysis"
Silabus Training "Effective  Mastering  PROBLEM & Analysis"Silabus Training "Effective  Mastering  PROBLEM & Analysis"
Silabus Training "Effective Mastering PROBLEM & Analysis"Kanaidi ken
 
Silabus Pelatihan "Accurate PROBLEM SOLVING & DECISION MAKING"
Silabus Pelatihan "Accurate PROBLEM SOLVING & DECISION MAKING"Silabus Pelatihan "Accurate PROBLEM SOLVING & DECISION MAKING"
Silabus Pelatihan "Accurate PROBLEM SOLVING & DECISION MAKING"Kanaidi ken
 
APAKAH ITU PROFESI KONSULTAN?
APAKAH ITU PROFESI KONSULTAN?APAKAH ITU PROFESI KONSULTAN?
APAKAH ITU PROFESI KONSULTAN?Riri Satria
 
UPSHIFT Phase 2 - Social Venture_ID Final.pdf
UPSHIFT Phase 2 - Social Venture_ID Final.pdfUPSHIFT Phase 2 - Social Venture_ID Final.pdf
UPSHIFT Phase 2 - Social Venture_ID Final.pdfFajar Baskoro
 
Modul3 kb3 penerapan komunikasi terapeutik dalam konseling keperawatan
Modul3 kb3 penerapan komunikasi terapeutik dalam konseling keperawatanModul3 kb3 penerapan komunikasi terapeutik dalam konseling keperawatan
Modul3 kb3 penerapan komunikasi terapeutik dalam konseling keperawatanpjj_kemenkes
 
Pemecahan Masalah & Pengambilan Keputusan
Pemecahan Masalah & Pengambilan KeputusanPemecahan Masalah & Pengambilan Keputusan
Pemecahan Masalah & Pengambilan KeputusanTri Widodo W. UTOMO
 
Soal manajemen kinerja
Soal manajemen kinerjaSoal manajemen kinerja
Soal manajemen kinerjasmk saraswati
 
(2021). Silabus_ Training "CREATIVE THINKING and DECISION MAKING"
(2021). Silabus_ Training "CREATIVE THINKING and DECISION MAKING"(2021). Silabus_ Training "CREATIVE THINKING and DECISION MAKING"
(2021). Silabus_ Training "CREATIVE THINKING and DECISION MAKING"Kanaidi ken
 
Design Thinking presentation2018
Design Thinking presentation2018Design Thinking presentation2018
Design Thinking presentation2018Rakyan Tantular
 
Decision making models, decision support, and problem solving
Decision making models, decision support, and problem solvingDecision making models, decision support, and problem solving
Decision making models, decision support, and problem solvingHnAlfiany
 
Jdp Kursus Konseling 2rujukan
Jdp Kursus  Konseling 2rujukanJdp Kursus  Konseling 2rujukan
Jdp Kursus Konseling 2rujukanrobby chandra
 
Materi Bimtek Problem Solving 30112021.pdf
Materi Bimtek Problem Solving 30112021.pdfMateri Bimtek Problem Solving 30112021.pdf
Materi Bimtek Problem Solving 30112021.pdfluqmanazkamulia
 
Berpikir kreatif dan inovasi diklatpim iv indra ridwadinata
Berpikir kreatif dan inovasi diklatpim iv indra ridwadinataBerpikir kreatif dan inovasi diklatpim iv indra ridwadinata
Berpikir kreatif dan inovasi diklatpim iv indra ridwadinataIndra Riswadinata
 
Kaitan Kaunseling Dgn Komunikasi
Kaitan Kaunseling Dgn KomunikasiKaitan Kaunseling Dgn Komunikasi
Kaitan Kaunseling Dgn Komunikasimandalina landy
 
Problem solving
Problem solvingProblem solving
Problem solvingelmakrufi
 
Penyelesaian masalah
Penyelesaian masalahPenyelesaian masalah
Penyelesaian masalahPendidikan
 
01 pengenalan kaunseling
01 pengenalan kaunseling01 pengenalan kaunseling
01 pengenalan kaunselingridzuangrik
 

Similar to Model konseling (20)

Presentation1 modelkonseling
Presentation1 modelkonselingPresentation1 modelkonseling
Presentation1 modelkonseling
 
Silabus Training "Effective Mastering PROBLEM & Analysis"
Silabus Training "Effective  Mastering  PROBLEM & Analysis"Silabus Training "Effective  Mastering  PROBLEM & Analysis"
Silabus Training "Effective Mastering PROBLEM & Analysis"
 
Silabus Pelatihan "Accurate PROBLEM SOLVING & DECISION MAKING"
Silabus Pelatihan "Accurate PROBLEM SOLVING & DECISION MAKING"Silabus Pelatihan "Accurate PROBLEM SOLVING & DECISION MAKING"
Silabus Pelatihan "Accurate PROBLEM SOLVING & DECISION MAKING"
 
APAKAH ITU PROFESI KONSULTAN?
APAKAH ITU PROFESI KONSULTAN?APAKAH ITU PROFESI KONSULTAN?
APAKAH ITU PROFESI KONSULTAN?
 
UPSHIFT Phase 2 - Social Venture_ID Final.pdf
UPSHIFT Phase 2 - Social Venture_ID Final.pdfUPSHIFT Phase 2 - Social Venture_ID Final.pdf
UPSHIFT Phase 2 - Social Venture_ID Final.pdf
 
Modul3 kb3 penerapan komunikasi terapeutik dalam konseling keperawatan
Modul3 kb3 penerapan komunikasi terapeutik dalam konseling keperawatanModul3 kb3 penerapan komunikasi terapeutik dalam konseling keperawatan
Modul3 kb3 penerapan komunikasi terapeutik dalam konseling keperawatan
 
Pemecahan Masalah & Pengambilan Keputusan
Pemecahan Masalah & Pengambilan KeputusanPemecahan Masalah & Pengambilan Keputusan
Pemecahan Masalah & Pengambilan Keputusan
 
2. pendahuluan hakaket teori konsleing new
2. pendahuluan hakaket teori konsleing new2. pendahuluan hakaket teori konsleing new
2. pendahuluan hakaket teori konsleing new
 
Soal manajemen kinerja
Soal manajemen kinerjaSoal manajemen kinerja
Soal manajemen kinerja
 
(2021). Silabus_ Training "CREATIVE THINKING and DECISION MAKING"
(2021). Silabus_ Training "CREATIVE THINKING and DECISION MAKING"(2021). Silabus_ Training "CREATIVE THINKING and DECISION MAKING"
(2021). Silabus_ Training "CREATIVE THINKING and DECISION MAKING"
 
1. Modul 1 Pengenalan Kumpulan Inovatif & Kreatif KIK
1. Modul 1 Pengenalan Kumpulan Inovatif & Kreatif KIK1. Modul 1 Pengenalan Kumpulan Inovatif & Kreatif KIK
1. Modul 1 Pengenalan Kumpulan Inovatif & Kreatif KIK
 
Design Thinking presentation2018
Design Thinking presentation2018Design Thinking presentation2018
Design Thinking presentation2018
 
Decision making models, decision support, and problem solving
Decision making models, decision support, and problem solvingDecision making models, decision support, and problem solving
Decision making models, decision support, and problem solving
 
Jdp Kursus Konseling 2rujukan
Jdp Kursus  Konseling 2rujukanJdp Kursus  Konseling 2rujukan
Jdp Kursus Konseling 2rujukan
 
Materi Bimtek Problem Solving 30112021.pdf
Materi Bimtek Problem Solving 30112021.pdfMateri Bimtek Problem Solving 30112021.pdf
Materi Bimtek Problem Solving 30112021.pdf
 
Berpikir kreatif dan inovasi diklatpim iv indra ridwadinata
Berpikir kreatif dan inovasi diklatpim iv indra ridwadinataBerpikir kreatif dan inovasi diklatpim iv indra ridwadinata
Berpikir kreatif dan inovasi diklatpim iv indra ridwadinata
 
Kaitan Kaunseling Dgn Komunikasi
Kaitan Kaunseling Dgn KomunikasiKaitan Kaunseling Dgn Komunikasi
Kaitan Kaunseling Dgn Komunikasi
 
Problem solving
Problem solvingProblem solving
Problem solving
 
Penyelesaian masalah
Penyelesaian masalahPenyelesaian masalah
Penyelesaian masalah
 
01 pengenalan kaunseling
01 pengenalan kaunseling01 pengenalan kaunseling
01 pengenalan kaunseling
 

Recently uploaded

Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxPPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxSaefAhmad
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxMateri IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxmuhammadkausar1201
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptxHR MUSLIM
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaafarmasipejatentimur
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 

Recently uploaded (20)

Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxPPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxMateri IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 

Model konseling

  • 1. MODE L , TE KNIK DA N KE TE RA MPIL A N KONSE L ING
  • 2. Teknik Konseling… Apa itu Teknik…? Mengapa konseling menggunakan teknik..? Dalam bagian konseling mana teknik itu digunakan? Bagaimana teknik itu digunakan dalam konseling? 2
  • 3. Teknik konseling Model Teknik konseling Teknik konseling Teknik konseling Teknik konseling Teknik konseling Teori/ Teknik konseling pendekatan Model Teknik konseling Teknik konseling Teknik konseling Proses Teori/ Model Teknik konseling Konseling pendekatan Teknik konseling Teknik konseling Model Teknik konseling Teori/ Teknik konseling pendekatan Teknik konseling Model Teknik konseling Teknik konseling Teknik konseling Teknik konseling 3
  • 4. KONSELOR K O N S TEORI; E TEKNIK L I KONSELING N G KONSELI KASUS/MASALAH
  • 5. KONSELOR K O N Setidaknya ada S TEORI; 11teori E TEKNIK L Dan ratusan KONSELING I N teknik konseling G …..??????? Pakai yang KONSELI mana,,,,,,,, ……..??? KASUS/MASALAH
  • 6. STRATEGI IMPLEMENTASI TEORI KONSELING DALAM PROSES KONSELING HARAPAN SESUAI = OK ----KES KEBERADAA N MANUSIA KENYATAAN GAP/T.SESUAI= T.OK----- KES-T KES= Kehidupan efektif sehari hari, yang memungkinkan berkembangnya segala potensi yang dimiliki manusia KES-T = Kehidupan efektif sehari-hari yang terganggu, yang menghambat berkembangnya potensi yang dimiliki.
  • 7. UPAYA MENYIKAPI KES-T L. BELAKANG (PENYEBAB) KES-T GAP /MASALAH KONSEKUENSI (AKIBAT)
  • 8. UPAYA MENYIKAPI KES-T L. BELAKANG (PENYEBAB) (Perlu dipahami, sudah terjadi, tidak bisa dirubah, berkontribusi besar terhadap timbulnya masalah) KES-T GAP /MASALAH ( Bentuk keberadaan/ketidaksesuaian harapan dan kenyataan yang menciptakan kondisi KES-T KONSEKUENSI (AKIBAT) (BENTUK KES-T Yang terjadi)
  • 9. UPAYA Membina KES-T menjadi KES L. BELAKANG (PENYEBAB) DIPAHAMI UNTUK MENENTUKAN ARAH UPAYA PEMECAHAN, Konsep Teori, Prosedur Konseling yang sesuai) KES-T GAP /MASALAH JARAK ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN DIMINIMALISASI (GAP DIKURANGI) dengan intervensi upaya pembinaan yang relevan dengan L belakang dan arah KES yang ingin dituju) KONSEKUENSI (AKIBAT) (KES-T di ubah Menjadi KES)
  • 10. STRATEGI IMPLEMENTASI TEORI KONSELING • Apakah masa lalu memicu masalah? • Apakah masalah timbul Teori dari kurangnya Konseling kesadaran diri? yang L. BELAKANG (PENYEBAB) • Apakah masalah masalah (Perlu dipahami, sudah terjadi, Relevan timbul karena interaksi tidak bisa dirubah, berkontribusi besar terhadap yang salah dgn timbulnya masalah) lingkungan KES-T GAP • Dsb…? Teori /MASALAH • Seperti Apa keberadaan Konseli: dan ( Bentuk keberadaan/ketidaksesuaian harapan • Apakah konseli merasa teknik dan kenyataan yang menciptakan kondisi KES-T Cemas? yang • Apakah konseli merasa Relevan rendah diri? • dsb KES yang ingin dicapai
  • 11. PETA PIKIR (Mind Map) URAIAN KASUS …………………………………………….. ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, ……………………………………………. Latar MASALAH KES-T Belakangn …………… …………… ya …………… …………… …………… …………… ………… …………… …………… ARAH KES …………… …………… …………… …………… …………… …………… …………… …………… …………… …………… TEORI KONSELING, PROSEDUR/TEKNIK KONSELING …. ……. ……………
  • 13.  Konselor  Proses Konseling Klien 13
  • 14. TA HA P KE E FE K TIFA N L A YA NA N K ONSE L ING • Pasca-KP 5 4 • Proses-KP 3 2 1 • Pra-KP 14
  • 15. L ima Tahap 1 Klien menyadari bahwa dirinya bermasalah Klien menyadari bahwa dirinya memerlukan 2 bantuan untuk mengentaskan masalahnya 3 Klien mencari sumber (dalam hal ini Konselor) yang dapat memberikan bantuan Klien terlibat secara aktif dalam proses 4 perbantuan (dalam hal ini proses layanan Konseling) 5 Klien menerapkan hasil upaya bantuan 15
  • 16. ETIKA DASAR PELAYANAN KONSELING 1. Kerahasiaan 2. Kesukarelaan dan Keterbukaan 3. Keputusan diambil oleh klien sendiri 16
  • 17. ASAS KERAHASIAAN Saya, ………………. Dengan ini menyatakan bahwa saya sanggup dan bersedia menerima, menyimpan, memelihara, menjaga, dan merahasiakan semua data dan keterangan baik dari klien saya atau dari siapapun juga, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh atau tidak layak diketahui orang lain. 17
  • 19. PROSES LAYANAN KONSELING (Konseling Perorangan)  Penerimaan thd. Klien - KTPS (Klien “tidak pernah salah”) - Lingkungan fisik - Suasana sosio-emosional 19
  • 20. Permulaan wawancara merupakan kesan pertama dalam keseluruhan wawancara. Kesan pertama yang baik dapat menimbulkan kesan yang mendalam. Untuk itu, pada pengawalan wawancara konseling, konselor harus mengupayakan suasana penuh kehangatan, dan menanamkan kepercayaan pada konseli. Oleh karena itu sikap dan tampang (appearence) konselor dalam permulaan wawancara itu perlu diusahakan sepositif mungkin. Tindakan-tindakan yang perlu diperhatikan oleh konselor dalam membuka wawancara konseling dapat diuraikan sebagai berikut: Menyambut kehadiran konseli, memberi salam, pandangan penuh perhatian, dalam suasana yang tetap santai dan kondusif. Selanjutnya mempersilakan duduk, pada posisi yang tepat.  Posisi dan Jarak Duduk - Posisi standar: berhadap-hadapan dg. jarak + 100 cm. - Posisi modifikasi: posisi yang diubah 20
  • 21. Sebelum pembicaraan memasuki pada kawaan permasalahan konseli, hendaknya konselor terlebih dahulu membicarakan topik-topik netral. Topik-topik yang bisa dibicarakan dapat berupa pembicaraan ringan seperti, membicarakan asal atau alamat konseli, jumlah saudara, hoby, dan pembicaraan ringan lainnya yang dapat menumbuhkan keakraban. Setelah terjalin keakraban antara konselor dan konseli, konselor dapat memulai pembicaraan dengan menyampaikan pertanyaan- pertanyaan sebagai berikut, ”Baiklah...saudara (bisa menyebut nama)..kedatangan anda kesini tentu ada tujuan yang penting untuk anda bicarakan dengan saya...bisakah anda meceritakan tujuan anda tersebut kepada saya...”atau dengan susunan kalimat berbeda yang dapat mengantarkan konseli ke dalam kegiatan wawancara konseling 21
  • 22.  Perstrukturan - membawa klien memasuki arena proses konseling - perstrukturan penuh - perstrukturan sebagian - isi penstrukturan - waktu penstrukturan 22
  • 23. Isi penstrukturan: 2. Apa konseling 3. Bagaimana konseling 4. Ke mana konseling 5. Asas-asas pokok konseling 6. Peran konselor dan klien 23
  • 24. TEKNIK KONSELING Teknik Umum: untuk mengembangkan proses konseling pada umumnya. Teknik Khusus:untuk mengubah tingkah laku klien. 24
  • 25. TEKNIK UMUM 1. Kontak mata 2. Kontak psikologis 3. Ajakan untuk berbicara 4. Tiga M (mendengar, memahami, dan merespon) 5. Keruntutan 6. Pertanyaan terbuka 7. Dorongan minimal 25
  • 26. TEKNIK UMUM (Lanjutan) Refleksi (isi dan perasaan) Penyimpulan Penafsiran Konfrontasi Ajakan untuk memikirkan sesuatu yg lain Peneguhan hasrat “Penfrustrasian” klien Strategi “tidak memaafkan klien” 26
  • 27. TEKNIK UMUM (Lanjutan) 1 Suasana diam 2 Interprestasi pengalaman masa lampau 3 Sentuhan jasmaniah 4 Penilaian 5 Pelaporan 27
  • 28. TEKNIK KHUSUS  Pengubahan kondisi  Pelatihan untuk pengubahan tingkah laku  Penguasaan kompetensi 28
  • 29. TEKNIK KHUSUS 1. Pemberian informasi (8) 2. Latihan penenangan: sederhana dan penuh (9) 3. Sesitisasi (10) 29
  • 30. TEKNIK KHUSUS (Lanjutan) 1. Kursi kosong (1) 2. Permainan peran dan permainan dialog (2) 3. Latihan keluguan/ asertif (3) 4. Analisis transaksional (4) 5. Kontrak (5) 6. Desensitisasi sistematis (6) 7. Asosiasi bebas (7) 30
  • 31. PENTAHAPAN DALAM PROSES KONSELING 1 2 3 4 5 31
  • 32. PENTAHAPAN (Lanjutan) 1. Tahap pengantaran 2. Tahap penjajakan 3. Tahap penafsiran 4. Tahap pembinaan 5. Tahapan penilaian 32
  • 33. 33
  • 34. 3M Mendengar dengan penuh perhatian Memahami dengan cermat dan penuh makna Merespon dengan tepat dan positif 34
  • 35. MENDENGAR: apa yang  Disampaikan dengan kata-kata  Diperlihatkan melalui raut muka  Ditunjukkan melalui gerak gerik  Terkandung dalam perasaan dan pikiran  Ada di dalam situasi yang berkembang 35
  • 36. MENDENGAR: dengan  Penuh konsentrasi  Terarah langsung kepada klien dan penampilannya  Kontak mata: daerah pas photo  Kontak psikologis  KTPS  Dorongan minimal 36
  • 37. Klien Kontak Mata 37
  • 39. KTPS  Menjunjung kehormatan dan keunikan diri klien  Menerima klien apa adanya  Tangan terbuka, dada lapang  Tidak berprasangka thd. klien  Tidak menetapkan syarat kepada klien 39
  • 40. DORMIN  Tanda bahwa konselor: - mengikuti pembicaraan klien - menahami pembicaraan klien  Mendorong klien untuk terus membuka diri  Dengan kata atau isyarat yang tepat  Dengan intonasi yang tepat  Dalam waktu yang tepat 40
  • 41. MEMAHAMI: terhadap  Isi: - pikiran - perasaan  Kecenderungan pribadi  Kondisi diri dan lingkungan  Masalah yang dialami  Situasi yang berkembang 41
  • 42. MEMAHAMI: untuk  Mendiskripsikan kondisi klien  Mengambil kesimpulan  Merumuskan kata kunci  Mengembangkan konsep  Mempersiapkan respon (yang runtut) 42
  • 43. MERESPON: dengan tepat, sesuai dengan materi yang dikemukakan klien secara positif, mengarahkan kepada hal-hal yang baik, bagi diri klien dan pengembangan proses konseling; segi kebahasaan dan cara penyampaiannya yang baik 43
  • 44. Tepat:  materinya berdasarkan inti yang dikemukakan klien  materinya dalam ruang waktu yang sesuai  disampaikan dengan bahasa yang tepat 44
  • 45. Positif:  isi respon bermakna positif  penyampaiannya dapat diterima dengan baik  mengarah kepada pendalaman permasalahan 45
  • 46. KERUNTUTAN • • • • • Ki Ko Ki Ko Ki 46
  • 47. Keseluruhan Proses 3M Keruntutan Seluruh tahap proses layanan • • • • • 1 2 3 4 5 47
  • 48. Keseluruhan Teknik 3M Keruntutan Seluruh Teknik yang digunakan • • • • • 1 2 Dst 48
  • 49.
  • 50. PERSPEKTIF DAN MAKNA PENDEKATAN KONSELING Esensi Konseling Suatu proses hubungan untuk membantu orang lain, yang terbangun dalam suatu hubungan tatap muka antara dua orang individu (klien yang menghadapi masalah dengan konselor yang memiliki kualifikasi tertentu).
  • 51. Bantuan diarahkan agar klien mampu : - tumbuh kembang kearah yang dipilihnya - memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupanhya. Hubungan dalam proses konseling terjadi dalam suasana profesional dengan menyediakan kondisi yang kondusif bagi perubahan perilaku klien yang diperlukan untuk memecahkan kesulitan pribadi yang dihadapinya.
  • 52. Konseling Profesional Layanan terhadap klien yang dapat dipertang- gungjawabkan dasar keilmuan dan teknologinya Bertitik tolak dari pendekatan-pendekatan yang dijadikan sebagai dasar acuannya Pendekatan konseling : Sistem konseling yang dirancang dan didesain berda-sarkan teori-teori dan terapan-terapannya sehingga muwujud-kan suatu struktur performansi konseling
  • 53. JENIS-JENIS PENDEKATAN KONSELING  Psikoanalisis (PA)  Eksistensial Humanistik (EH)  Behaviorisitik (Bh)  Gestalt (Gt)  Client Centered (CC)  Analisis Transaksional (AT)  Rasional Emotif (RE)  Realitas (Rt)  Trait and Factor (TF)
  • 54.
  • 55. KONSEP DASAR Pandangan tentang manusia • Manusia cenderung pesimistik, deterministik, mekanistik dan reduksionistik • Manusia dideterminasi oleh kekuatan-kekuatn irasional, motivasi-motivasi tidak sadar, kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan biologis dan naluriah oleh peristiwa- peristiwa psikoseksual yang terjadi pada masa lalu dari kehidupannya • Tingkah laku manusai : (1) ditujukan untuk memenuhi kebutuhan biologis dan insting-instingnya, (2) dikendalikan oleh pengalaman-pengalaman masa lampau dan ditentutkan oleh faktor-faltor interpersonal dan intrapsikis.
  • 56. Pandangan tentang Kepribadian Tingkatan Kesadaran 1. Kesadaran : - tingkatan yang memiliki fungsi mengingat, menyadari, dan merasakan sesuatu secara sadar - Kesadaran ini memiliki ruang yang terbatas dan tampak pada saat individu menyadari berbagai stumulus yang ada disekitarnya.
  • 57. 2. Ambang sadar - Tingkatan kesadaran yang menyimpoan ide, ingatan, dan perasaan yang berfungsi mengantarkan ke tingkat kesadaran. - Bukan merupakan bagian dari tingkat kesadaran, tetapi merupakan tingkatan lain yang biasanya membutuhkan waktu beberapa saat untuk menyedari sesuatu 3. Ketidaksadaran - Tingkatan dunia kesadaran yang terbesar dan sebagai bagian terpenting dari struktur psikis, karena segenap pikiran dan perasaan yang dialami sepanjang hidupnya yang tidak dapat disadari lagi akan tersimpan di dalam ketidaksadaran. - Tingkah laku manusia sebagian besar didorong oleh perasaan dan pikiran yang tersimpan di tingkat ketidaksadaran ini.
  • 58. Struktur Kepribadian Kepribadian manusia terdiri atas tiga sub sistem, yaitu id, ego dan super ego Id adalah sistem dasar kepribadian yang merupakan sumber dari dari pada segala dorongan instinktif, khususnya seks dan agresi Ego merupakan aspek psikologis yang timbul karena kebutuhan individu untuk berhubungan dengan dunia realita Super Ego merupakan sub sistem yang berfungsi sebagai kontrol internal, yang terdiri dari kata hati (apa yang seharusnya dilakukan dan tidak dilakukan) dan Ego-ideal (apa yang seharusnya saya menjadi).
  • 59. Dinamika Kepribadian - Psikoanalisis memandang bahwa organisme manusia sebagai sistem energi yang kompleks. - Energi beresal dari makanan (energi fisik) yang dapat berubah menjadi energi psikis - Dinamika kepribadian terdiri dari cara bagaimana energi psikis itu didistribusikan dan digunakan oleh id, ego, dan super ego
  • 60. Perkembangan Kepribadian - Kepribadian individu mulai terbentuk pada tahuan-tahun pertama di masa kanak-kanak. - Pada umur 5 tahun struktur dasar kepribadian individu telah terbentuk, pada tahun-tahun berikutnya hanya menghaluskan struktur dasar tersebut - Perkembangan kepribadian berkenaan dengan bagaimana individu belajar dengan cara-cara baru dalam mereduksi ketegangan atau kecemasan dialami dalam kehidupannya. - Ketegangan atau kecemasan tersebut bersumber pada empat unsur, yaitu (1) proses pertumbuhan fisiologis, (2) frustasi, (3) konflik, dan (4) ancaman.
  • 61. Cara ego menghadari ancaman yang menimbulkan ketegangan atau kecemasan : mekanisme pertahanan ego. Bentuk-bentuk mekanisme perthanan ego antara lain : - Identifikasi - Represi - Proyeksi - Fiksasi - Regresi
  • 62.  Perkembangan kepribadian individu dari sejak lahir hingga dewasa terjadi dalam fase- fase : 1. Fase Oral 2. Fase Anal 3. Fase Phallis 4. Fase Latent 5. Fase Genital
  • 63.  Tingkah laku bermasalah disebabkan oleh kekacauan dalam berfungsinya individu yang bersumber pada : - dinamika yang tidak efektif antara id, ego, dan super ego - proses belajar yang tidak benar pada masa kanak-kanak.
  • 64.  Membantu klien untuk membentuk kembali struktur karakternya dengan mejadikan hal-hal yang tidak disadari menjadi disadari oleh klien.  Secara spesifik : a. Membawa klien dari dorongan-dorongan yang ditekan (ketidaksadaran) yang mengakibatkan kecemasan kearah perkembangan kesadaran intelektual b. Menghidupkan kembali masa lalu klien dengan menembus konflik yang direpres c. Memberikan kesempatan kepada klien untuk menghadapi situasi yang selama ini ia gagal mengatasinya.
  • 65.  Proses konseling difokuskan pada usaha menghayati kembali pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak.  Pengalaman masa lampai ditata, dianalisis, dan ditafsirkan dengan tujuan untuk merekonstriksi kepribadian.  Menekankan dimensi afektif dalam membuat pemahaman ketidakdasaran.  Pemahaman intelektual penting, tetapi yang lebih penting mengasosiasikan antara perasaan dan ingatan dengan pemahaman diri.
  • 66.  Dalam konseling psikoanalisis terdapat dua bagian hubungan konselor dengan klien, yaitu aliansi dan transferensi.  Aliansi : sikap klien kepada konselor yang relatif rasional, realistik, dan tidak neurosis (merupakan prakondisi untuk terwujudnya keberhasilan konseling).  Tranferensi : - pengalihan segenap pengalaman klien di masa lalunya terhadap orang-orang yang menguasainya yang ditujukan kpd konselor - merupakan bagian dari hubungan yang sangat penting untuk dianalisis - membantu klien untuk mencapai pemahaman tentang bagaimana dirinya telah salah dalam menerima, menginterpretasikan, dan merespon pengalamannya pada saat ini dalam kaitannya dengan masa lalunya.
  • 67.  Peran utama konselor dalam konseling ini adalah membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, ketulusan hati, dan hubungan pribadi yang lebih efektif dalam menghadapi kecemasan melalui cara- cara yang realistis.  Konselor membangun hubungan kerja sama dengan klien dan kemudian melakukan serangkaian kegiatan mendengarkan dan menafsirkan.  Konselor memberikan perhatian kepada resistensi klien  Fungsinya adalah mempercepat proses penyadaran hal-hal yang tersimpan dalam ketidaksadaran.
  • 68.  Teknik-teknik konseling psikoanalisis diarahkan untuk mengembangkan suasana bebas tekanan.  Dalam suasana bebas itu klien menelusuri apa yang tepat dan tidak tepat pada tingkah lakunya dan mengarahkan diri untuk membangun tingkah laku baru.  Ada lima teknik dasar dalam konseling psikoanalisis, yaitu : (1) asosiasi bebas, (2) interpretasi, (3) analisis mimpi, (4) analisis resistensi, dan (5) analisis transferensi.
  • 69. 1. Asosiasi Bebas Teknik pengungkapan pengalaman masa lampau dan penghentian emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatik di masa lampau : klien memperoleh pengetahuan dan evaluasi diri sendiri. 2. Interpretasi - Prosedur dasar yang digunakan dalam analisis mimpi, resistensi, dan transferensi - Penjelasan makna tingkah laku yang dimanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas, resistensi, dan transferensi.
  • 70. Rambu-rambu Interpretasi :  Interpretasi disajikan pada saat gejala yg diinterpretasikan berhubungan erat dengan hal-hal yg disadari klien.  Interpretasi dimulai dari permukaan menuju hal-hal yg dalam (dialami oleh situasi emosional klien).  Menetapkan resistensi atau pertahan-an sebelum menginterpretasikan emo-si atau konflik.
  • 71. 3. Analisis Mimpi Teknik untuk membuka hal-hal yang tidak disadari dan membantu klien un-tuk memperoleh pemahaman terhadap masalah-masalah yg belum terpecahan. 4. Analisis Transferensi Teknik mendorong klien untuk menghi-dupkan kembali masa lampaunya dalam konseling Tujuan : a. Klien memperoleh pemahaman atas pengalaman pengalaman tak sadar dan pengaruh masa lampau terhadap kehidupan sekarang; b. Memungkinkan klien menembus konflik masa lampau yang diperta-hankan hingga sekarang & menghambat perkembangan emosinya.
  • 72.  Analisis Resistensi Resistensi : - Perilaku utk mempertahankan kecemasan - Menghambat pengungkapan pengalaman tak disadari - Menghambat jalannya/proses konseling Analisis Resistensi teknik membantu klien agar menyadari alasan dibalik resistensinya : bisa menghilangkannya
  • 73. 1. Pandangan yang terlalu determistik dinilai terlalu merendahkan martabat kemanusiaan. 2. Terlalu banyak menekankan kepada masa kanak-kanak dan menganggap kehidupan seolah-olah ditentukan oleh masa lalu. Hal ini memberikan gambaran seolah-olah tanggung jawab individu berkurang. 3. Cenderung meminimalkan rasionalitas. 4. Data penelitian empiris kurang banyak mendukung sistem dan konsep psikoanalisis, seperti konsep tentang energi psikis yang menentukan tingkah laku manusia.
  • 74.
  • 75. Manusia : mahluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol/dipengaruhi oleh faktor- faktor dari luar  Manusia memulai kehidupannya dengan mem-berikan reaksi terhadap lingkungannya dan interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian
  • 76.  Tingkah laku seseorang ditentukan oleh banyak dan macamnya penguatan yang diterima dalam situasi hidupnya  Tingkah laku dipelajari ketika individu berinteraksi dengan lingkungan, melalui hukum-hukum belajar : • Pembiasaan klasik, • Pembiasaan operan • Peniruan.
  • 77.  Manusia bukanlah hasil dari dorongan tidak sadar melainkan merupakan hasil belajar, sehingga ia dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi pembentukan tingkah laku.  Manusia cenderung akan mengambil sti-mulus yang menyenangkan dan menghin-darkan stimulus yang tidak menyenang-kan.
  • 78.  Kepribadian seseorang merupakan cerminan dari pengalaman, yaitu situasi atau stimulus yang diteri-manya.  Memahami kepribadian manusia : mempelajari dan memahami bagai- mana terbentuknya suatu tingkah laku
  • 79. KARAKTEISTIK KONSELING BEHAVIORAL :  Berfokus pada tingkah laku yang tampak  Cermat dan operasional dalam merumuskan tujuan konseling  Mengembangkan prosedur perlakuan spesifik  Penilaian obyektif terhadap tujuan konseling
  • 80.  Tingkah laku bermasalah adalah tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau tingkah laku yang tidak tepat, yaitu tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan  Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentu dari cara belajar atau lingkungan yang salah
  • 81.  Manusia bermasalah mempunyai kecenderungan merespon tingkah laku negatif dari lingkungannya  Tingkah laku maladaptif terjadi karena kesalapahaman dalam menanggapi lingkungan dengan tepat  Seluruh tingkah laku manusia didapat dengan cara belajar dan juga dapat diubah dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar
  • 82.  Mengahapus/menghilangkan tingkah laku maldaptif (masalah) untuk di-gantikan dengan tingkah laku baru yaitu tingkah laku adaptif yang diinginkan klien.
  • 83.  Tujuan yang sifatnya umum harus dijabarkan ke dalam perilaku yang spesifik o Diinginkan oleh klien o Konselor mampu dan bersedia membantu mencapai tujuan tersebut o Klien dapat mencapai tujuan tersebut o Dirumuskan secara spesifik  Konselor dan klien bersama-sama (bekerja sama) menetapkan/merumuskan tujuan-tujuan khusus konseling.
  • 84.  Proses konseling dibingkai oleh kerangka kerja untuk mengajar klien dalam mengubah tingkah lakunya  Proses konseling adalah proses belajar, konselor membantu terjadinya proses belajar tersebut
  • 85.  Konselor mendorong klien untuk mengemukakan keadaan yang benar-benar dialaminya pada waktu itu  Assesment diperlukan untuk mengidentifikasi motode atau teknik mana yang akan dipilih sesuai dengan tingkah laku yang ingin diubah.
  • 86. 2. Goal setting  Berdasarkan informasi yang diperoleh dari langkah assessment konselor dan klien menyusun dan merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam konseling  Perumusan tujuan konseling dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : a. Konselor dan klien mendifinisikan masalah yang dihadapi klien b. Klien mengkhususkan perubahan positif yang dikehendaki sbg hasil konseling
  • 87. c. Konselor dan klien mendiskusikan tujuan yang telah ditetapkan klien : 1) apakah merupakan tujuan yang benar-benar diinginkan klien 2) apakah tujuan itu realistik 3) kemungkinan manfaatnya 4) kemungkinan kerugiannya.
  • 88. d. Konselor dan klien membuat keputusan apakah : 1) melanjutkan konseling dengan mentapkan teknik yang akan dilaksanakan 2) mempertimbangkan kembali tujuan yang akan dicapai 3) melakukan referal
  • 89. 3. Technique implementation menentukan dan melaksanakan teknik konseling yang digunakan untuk mencapai tingkah laku yang diinginkan yang menjadi tujuan konseling 4. Evaluation termination melakukan penilaian apakah kegiatan konseling yang telah dilaksanakan mengarah dan mencapai hasil sesuai dengan tujuan konseling 5. Feedback memberikan dan menganalisis umpan balik untuk memperbaiki dan meingkatkan proses konseling.
  • 90.  Teknik konseling behavioral diarahkan pada penghapusan respon yang telah dipelajari (yang memben-tuk tingkah laku bermasalah) terhadap perangsang, dengan demikian respon-respon yang baru (sebagai tujuan konseling) akan dapat dibentuk
  • 91.  Prinsip Kerja Teknik Konseling Behavioral o Memodifikasi tingkah laku melalui pemberian penguatan Agar klien terdorong untuk merubah tingkah lakunya penguatan tersebut hendaknya mempunyai daya yang cukup kuat dan dilaksanakan secara sistematis dan nyata- nyata ditampilkan melalui tingkah laku klien.
  • 92.  Mengurangi frekuensi berlangsungnya tingkah laku yang tidak diinginkan  Memberikan penguatan terhadap suatu respon yang akan mengakibatkan terham-batnya kemunculan tingkah laku yang tidak diinginkan  Mengkondisikan pengubahan tingkah laku melalui pemberian contoh atau model (film, tape recorder, atau contoh nyata langsung)  Merencanakan prosedur pemberian penguatan terhadap tingkah laku yang diinginkan dengan sistem kontrak
  • 93.  Latihan Asertif o Digunakan untuk melatih klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak atau benar o Terutama berguna di antaranya untuk membantu individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaan tersinggung, kesulitan menyatakan tidak, mengungkapkan afeksi dan respon posistif lainnya o Cara : permainan peran dengan bimbingan konselor, diskusi kelompok
  • 94.  Desensitisasi Sistematis o Memfokuskan bantuan untuk menenangkan klien dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan klien untuk rileks o Esensi teknik ini adalah menghilangkan tingkah laku yang diperkuat secara negatif dan menyertakan respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan dihilangkan
  • 95. o Dengan pengkondisian klasik respon-respon yang tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap o Tingkah laku yang diperkuat secara negatif biasanya merupakan kecemasan, dan ia menyertakan respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan dihilangkan.
  • 96.  Pengkondisian Aversi o Digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk dengan meningkatkan kepekaan klien agar mengamati respon pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut o Stimulus yang tidak menyenangkan yang disajikan tersebut diberikan secara bersamaan dengan munculnya tingkah laku yang tidak dikehendaki kemunculannya o Pengkondisian ini diharapkan terbentuk asosiasi antara tingkah laku yang tidak dikehendaki dengan stimulus yang tidak menyenangkan.
  • 97.  Pembentukan Tingkah laku Model o Digunakan untuk membentuk tingkah laku baru pada klien, dan memperkuat tingkah laku yang sudah terbentuk o Konselor menunjukkan kepada klien tentang tingkah laku model, dapat menggunakan model audio, model fisik, model hidup atau lainnya yang teramati dan dipahami jenis tingkah laku yang hendak dicontoh o Tingkah laku yang berhasil dicontoh memperoleh ganjaran dari konselor : dapat berupa pujian sebagai ganjaran sosial.
  • 98. 1. Bersifat dingin, kurang menyentuh aspek pribadi, bersifat manipulatif, dan mengabaikan hubungan antar pribadi 5. Lebih terkonsentrasi kepada teknik 7. Pemilihan tujuan sering ditentukan oleh konselor
  • 99. 1. Konstruksi belajar yang dikembangkan dan digunakan oleh konselor behavioral tidak cukup komprehensif untuk menje- laskan belajar dan harus dipandang hanya sebagai suatu hipotesis yang harus diuji 5. Perubahan klien hanya berupa gejala yang dapat berpindah kepada bentuk tingkah laku yang lain.
  • 100.
  • 101. KONSEP DASAR  Manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan.  Setiap individu bukan semata-mata merupakan penjumlahan dari bagian-bagian organ-organ seperti hati, jantung, otak, dan sebagainya, melainkan merupakan suatu koordinasi semua bagian tersebut.
  • 102.  Manusia aktif terdorong kearah keseluruhan dan integrasi pemikiran, perasaan, dan tingkah lakunya  Setiap individu memiliki kemampuan untuk menerima tanggung jawab pribadi, memiliki dorongan untuk mengembangkan kesadaran yang akan mengarahkan menuju terbentuknya integritas atau keutuhan pribadi.
  • 103.  Hakikat manusia menurut Gestalt :  Hanya dapat dipahami dalam keseluruhan konteksnya  Merupakan bagian dari lingkungannya dan hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan lingkungannya itu  Aktor bukan reaktor
  • 104.  Berpotensi untuk menyadari sepenuhnya sensasi, emosi, persepsi, dan pemikirannya  Dapat memilih secara sadar dan bertanggung jawab  Mampu mengatur dan mengarahkan hidupnya secara efektif.
  • 105.  Dalam hubungannya dengan perjalanan kehidupan manusia : tidak ada yang “ada” kecuali “sekarang”. Masa lalu telah pergi dan masa depan belum dijalani, oleh karena itu yang menentukan kehidupan manusia adalah masa sekarang.
  • 106.  Kecemasan : “kesenjangan antara saat sekarang dan yang akan datang”  Jika individu menyimpang dari saat sekarang dan menjadi terlalu terpu-kau pada masa depan, maka mereka mengalami kecemasan.
  • 107.  Unfinished business (urusan yang tak selesai) perasaan-perasaan yang tidak tersalurkan/terungkapkan seperti : dendam, kemarahan, kebencian, sakit hati, kecemasan, kedudukan, rasa berdosa, rasa diabaikan
  • 108.  Karena tidak terungkapkan di dalam kesadaran, perasaan-perasaan di ba-wa pada kehidupan sekarang dengan cara-cara yang menghambat hubung-an yang efektif dengan dirinya sendi-ri dan orang lain  Urusan yang tak selesai itu akan bertahan sampai ia berani mengha-dapi dan menangani/mengatasinya
  • 109. ASUMSI TINGKAH LAKU BERMASALAH  Individu bermasalah karena terjadi pertentangan antara kekuatan “top dog” dan keberadaan “under dog” o Top dog adalah kekuatan yang mengharuskan, menuntut, mengancam o Under dog adalah keadaan defensif, membela diri, tidak berdaya, lemah, pasif, ingin dimaklumi.
  • 110.  Perkembangan yang terganggu karena terjadi ketidakseimbangan antara apa-apa yang harus (self-image) dan apa-apa yang diinginkan (self)  Terjadi pertentangan antara keberadaan sosial dan biologis  Ketidakmampuan individu mengintegrasikan pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya
  • 111.  Mengalami gap/kesenjangan sekarang dan yang akan datang  Melarikan diri dari kenyataan yang harus dihadapi
  • 112.  Spektrum tingkah laku bermasalah :  Kepribadian kaku (rigid)  Tidak mau bebas-bertanggung jawab, ingin tetap tergantung  Menolak berhubungan dengan lingkungan  Memeliharan unfinished bussiness  Menolak kebutuhan diri sendiri  Melihat diri sendiri dalam kontinum “hitam-putih” .
  • 113. TUJUAN KONSELING  Tujuan utama : Membantu klien berani menghadapi tantangan dan kenyataan yang harus dihadapi  Klien dapat berubah dari ketergantungan terhadap lingkungan/orang lain menjadi percaya pada diri, dapat berbuat lebih banyak untuk meingkatkan kebermaknaan hidupnya.
  • 114.  Individu yang bermasalah pada umumnya belum memanfaatkan potensinya secara penuh, ia baru memanfaatkan sebagaian dari potensinya yang dimilikinya Melalui konseling konselor membantu klien agar potensi yang baru dimanfaatkan sebagian ini dimanfaatkan dan dikembangkan secara optimal.
  • 115.  Tujuan spesifik 1. Membantu klien agar dapat memper-oleh kesadaran pribadi, memahami kenyataan atau realitas, serta menda-patkan insight secara penuh 3. Membantu klien menuju pencapaian integritas kepribadiannya
  • 116. 3. Mengentaskan klien dari kondisinya yang tergantung pada pertimbangan orang lain ke mengatur diri sendiri (to be true to himself) 4. Meningkatkan kesadaran individual agar klien dapat beringkah laku menurut prinsip-prinsip Gestalt, semua situasi bermasalah (unfisihed bussines) yang muncul dan selalu akan muncul dapat diatasi dengan baik.
  • 117. DESKRIPSI PROSES KONSELING  Fokus utama konseling : bagaimana keadaan klien sekarang serta hambatan-hambatan apa yang muncul dalam kesadarannya Tugas konselor : mendorong klien untuk dapat melihat kenyataan yang ada pada dirinya dan mau mencoba menghadapinya  Klien bisa diajak untuk memilih dua alternatif, menolak kenyataan yang ada pada dirinya atau membuka diri untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya sekarang
  • 118.  Konselor menghindarkan diri dari pikiran-pikiran yang abstrak, keinginan-keinginannya untuk melakukan diagnosis, interpretasi maupun memberi nasihat  Konselor sejak awal konseling sudah mengarahkan tujuan agar klien menjadi matang dan mampu menyingkirkan hambatan-hambatn yang menyebabkan klien tidak dapat berdiri sendiri  Konselor membantu klien menghadapi transisi dari ketergantungannya terhadap faktor luar menjadi percaya akan kekuatannya sendiri. Usaha ini dilakukan dengan menemukan dan membuka ketersesatan atau kebuntuan klien.
  • 119.  Pada saat klien mengalami gejala kesesatan dan klien menyatakan kekalahannya terhadap lingkungan dengan cara mengungkapkan kelemahannya, dirinya tidak berdaya, bodoh, atau gila  Konselor membantu membuat perasaan klien untuk bangkit dan mau menghadapi ketersesatannya sehingga potensinya dapat berkembang lebih optimal.
  • 120. Deskripsi Fase-fase Proses Konseling :  Fase pertama  konselor mengembangkan pertemuan konseling, agar tercapai situasi yang memungkinkan perubahan- perubahan yang diharapkan pada klien  Pola hubungan yang diciptakan untuk setiap klien berbeda, karena masing-masing klien mempunyai keunikan sebagai individu serta memiliki kebutuhan yang bergantung kepada masalah yang harus dipecahkan.
  • 121.  Fase kedua  Konselor berusaha meyakinkan dan mengkondisikan klien untuk mengikuti prosedur yang telah ditetapkan sesuai dengan kondisi klien  Ada dua hal yang dilakukan konselor dalam fase ini, yaitu :
  • 122. 1. Membangkitkan motivasi klien :  memberi kesempatan klien untuk menyadari ketidaksenangannya atau ketidakpuasannya  Makin tinggi kesadaran klien terhadap ketidakpuasannya semakin besar motivasi untuk mencapai perubahan dirinya, sehingga makin tinggi pula keinginannya untuk bekerja sama dengan konselor. 3. Mebangkitkan otonomi klien :  menekankan kepada klien bahwa klien boleh menolak saran-saran konselor asal dapat mengemukakan alasan-alasannya secara bertanggung jawab.
  • 123.  Fase ketiga  Konselor mendorong klien untuk mengatakan perasaan-perasaannya pada saat ini  Klien diberi kesempatan untuk mengalami kembali segala perasaan dan perbuatan pada masa lalu, dalam situasi di sini dan saat ini.
  • 124.  Kadang-kadang klien diperbolahkan memproyeksikan dirinya kepada konselor  Melalui fase ini, konselor berusaha menemukan celah-celah kepribadian atau aspek-aspek kepribadian yang hilang, dari sini dapat diidentifikasi apa yang harus dilakukan klien.
  • 125.  Fase keempat  Setelah klien memperoleh pemahaman dan penyadaran tentang pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya, konselor mengantarkan klien memasuki fase akhir konseling  Pada fase ini klien menunjukkan gejala-gejala yang mengindikasikan integritas kepribadiannya sebagai individu yang unik dan manusiawi.
  • 126.  Klien telah memiliki kepercayaan pada potensinya, menyadari keadaan dirinya pada saat sekarang, sadar dan bertanggung jawab atas sifat otonominya, perasaan- perasaannya, pikiran-pikirannya dan tingkah lakunya.  Dalam situasi ini klien secara sadar dan bertanggung jawab memutuskan untuk “melepaskan” diri dari konselor, dan siap untuk mengembangan potensi dirinya.
  • 127. TEKNIK KONSELING  Prinsip Kerja Teknik Konseling Gestal  Penekanan Tanggung Jawab Klien, konselor menekankan bahwa konselor bersedia membantu klien tetapi tidak akan bisa mengubah klien, konselor menekankan agar klien mengambil tanggung jawab atas tingkah lakunya.
  • 128.  Orientasi Sekarang dan Di Sini  Konselor tidak merekonstruksi masa lalu atau motif-motif tidak sadar, tetapi memfokuskan keadaan sekarang  Masa lalu hanya dalam kaitannya dengan keadaan sekarang  Konselor tidak bertanya dengan pertanyaan “mengapa”.
  • 129.  Orientasi Eksperiensial  konselor meningkatkan kesadaran klien tentang diri sendiri dan masalah-masalahnya, sehingga klien mampu mengintegrasikan kembali dirinya:  klien mempergunakan kata ganti personal  klien mengubah kalimat pertanyaan menjadi pernyataan  klien mengambil peran dan tanggung jawab  klien menyadari bahwa ada hal-hal positif dan/atau negative pada diri atau tingkah lakunya
  • 130.  Teknik-teknik Konseling Gestal  Permainan Dialog Teknik ini dilakukan dengan cara klien dikondisikan untuk mendialogan dua kecenderungan yang saling bertentangan, yaitu kecenderungan top dog dan kecenderungan under dog, misalnya :  kecenderungan orang tua lawan kecenderungan anak
  • 131. Kecenderungan “anak baik” lawan kecenderungan “anak bodoh” Kecenderungan bertanggung jawab lawan kecenderungan masa bodoh Kecenderungan otonom lawan kecenderungan tergantung Kecenderungan kuat atau tegar lawan kecenderungan lemah
  • 132.  Melalui dialog yang kontradiktif ini, menurut pandangan Gestalt pada akhirnya klien akan mengarahkan dirinya pada suatu posisi di mana ia berani mengambil resiko  Penerapan permainan dialog ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan teknik “kursi kosong”.
  • 133.  Latihan Saya Bertanggung Jawab  Teknik untuk membantu klien agar mengakui dan menerima perasaan-perasaannya dari pada memproyek-sikan perasaannya itu kepada orang lain.  Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk membuat suatu pernyataan dan kemudian klien menambahkan dalam pernyataan itu dengan kalimat : “...dan saya bertanggung jawab atas hal itu”.
  • 134.  Misalnya :  “Saya merasa jenuh, dan saya bertanggung jawab atas kejenuhan itu”  “Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan sekarang, dan saya bertanggung jawab ketidaktahuan itu”.  “Saya malas, dan saya bertanggung jawab atas kemalasan itu”.  Meskipun tampaknya mekanis, tetapi menurut Gestalt akan membantu meningkatkan kesadaraan klien akan perasaan-perasaan yang mungkin selama ini diingkarinya.
  • 135.  Bermain Proyeksi  Proyeksi :  Memantulkan kepada orang lain perasaan-perasaan yang dirinya sendiri tidak mau melihat atau menerimanya  Mengingkari perasaan-perasaan sendiri dengan cara memantulkannya kepada orang lain
  • 136.  Sering terjadi, perasaan-perasaan yang dipantulkan kepada orang lain merupakan atribut yang dimilikinya  Dalam teknik bermain proyeksi konselor meminta kepada klien untuk mencobakan atau melakukan hal-hal yang diproyeksikan kepada orang lain.
  • 137.  Teknik Pembalikan  Gejala-gejala dan tingkah laku tertentu sering kali mempresentasikan pembalikan dari dorongan- dorongan yang mendasarinya  Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk memainkan peran yang berkebalikan dengan perasaan-perasaan yang dikeluhkannya.
  • 138.  Misalnya : Konselor memberi kesempatan kepada klien untuk memainkan peran “ekshibisionis” bagi klien pemalu yang berlebihan
  • 139.  Tetap dengan Perasaan  Teknik ini dapat digunakan untuk klien yang menunjukkan perasaan atau suasana hati yang tidak menyenangkan dan ia sangat ingin menghindarinya  Konselor mendorong klien untuk tetap bertahan dengan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
  • 140.  Kebanyakan klien ingin melarikan diri dari stimulus yang menakutkan dan menghindari perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan  Dalam hal ini konselor tetap mendorong klien untuk bertahan dengan ketakutan atau kesakitan perasaan yang dialaminya sekarang dan mendorong klien untuk menyelam lebih dalam ke dalam tingklah laku dan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
  • 141.  Untuk membuka dan membuat jalan me-nuju perkembangan kesadaran perasaan yang lebih baru : tidak cukup hanya mengkonfron- tasi dan menghadapi perasaan- perasaan yang ingin dihindarinya  membutuhkan keberanian dan pengalam-an untuk bertahan dalam kesakitan pera-saan yang ingin dihindarinya itu.
  • 142. TEKNIK KURSI KOSONG Adalah teknik khusus yang digunakan dalam konseling, bertujuan mengubah tingkah laku klien dengan cara berkomunikasi melalui alat bantu yaitu “Kursi Kosong” Teknik ini hampir sama dengan Pemberian Contoh, di mana konselor memperlihatkan pola tingkah laku dan pola komunikasi 1
  • 143. TUJUAN Mengatasi masalah klien yang menyangkut hubungan antar orang Merubah tingkah laku klien dan cara komunikasi klien dengan menggunakan media “kursi kosong” Klien mampu berkomunikasi dengan baik sehingga masalahnya terentaskan 1
  • 144. SYARAT PENGGUNAAN TEKNIK “KURSI KOSONG” 1. Masalah Hubungan Antar Orang (HAO) 2. Hubungan yang tidak harmonis dan komunikasi yang tidak lancar 3. Klien tidak megetahui untuk memulai pembicaraan 4. Klien menyadari perlunya latihan. 5. Konselor harus memiliki keterampilan berkomunikasi 1
  • 145. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN TEKNIK KURSI KOSONG Klien menyampaikan sesuatu/bicara pada yang bersangkutan (melalui media Kursi Kosong) dengan bahasa yang baik dan tepat. Setelah klien menyampaikan sesuatu/bicara, lalu KONSELOR MENGANALISIS pembicaraan itu BERSAMA KLIEN. Kemudian DIPERBAIKI, DICOBA LAGI, dan di ANALISIS SAMPAI BENAR dan TEPAT. Klien diminta memutar kursi menghadap konselor dan menganalisis kembali hasil latihan yang telah dilakukan. 1
  • 146. PENEGUHAN HASRAT Adalah suatu teknik yang pada hematnya sangat berarti, dimana dapat membuat klien lebih punya keinginan, keyakinan dan prinsip yang kuat untuk mau melakukan pengubahan tingkah laku Catatan: Peneguhan hasrat adalah implikasi dari reinforcement/penguatan terhadap respon klien. 1
  • 147. TUJUAN PENEGUHAN HASRAT Memantapkan apa yang menjadi pilihan/keputusan klien Memberikan perhatian sepenuhnya terhadap usaha meneguhkan janji klien Membuat klien mau bekerja keras untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkannya Klien mau melakukan apa yang telah menjadi keputusannya 1
  • 148. LANGKAH PENGGUNAAN PENEGUHAN HASRAT Konselor memberikan perhatian pada keputusan klien Konselor menyatakan ikut memberikan dukungan atas apa yang menjadi ketetapannya Konselor mengucapkan kata-kata yang meneguhkan keinginan klien Klien diminta membuat rencana kegiatan yang akan dilakukan Konselor meyakinkan klien bahwa dia sanggup dan bisa melaksanakan keputusannya (kalau perlu dalam hal ini 1 dilakukan konfrontasi)
  • 149. KONTRAK Adalah kesepakatan klien dan konselor terhadap hal yang akan dilatih dan dilaksanakan oleh klien setelah proses konseling 1
  • 150. TUJUAN KONTRAK  Klien setuju melakukan rencana yang akan dilakukannya  Klien punya rencana kegiatan pengubahan tingkah laku secara terstruktur  Klien punya ikatan dengan konselor tentang pelaksanaan janji sekaligus untuk menganalisis kegiatan yang telah dilakukan 1
  • 151. ISI KONTRAK APA YANG AKAN DILAKUKAN KLIEN SETELAH KONSELING BERAPA KALI KLIEN HARUS MELAKUKANNYA KAPAN HASIL KEGIATAN KLIEN TERSEBUT DIBICARAKAN LAGI BERSAMA KONSELOR 1
  • 152. SYARAT-SYARAT KONTRAK Jelas apa yang akan dilakukan Isinya sesuai dengan isi masalah klien Kontrak harus realistis dan sederhana Jelas peranan masing-masing Masalah waktu dan tempat 1
  • 153. HASIL KONTRAK Klien Sudah Melakukan Kegiatan Klien Tidak Melakukan Kegiatan Lakukan Teknik Konfrontasi 1
  • 154. KETERBATASAN PENDEKATAN 1. Pendekatan gestalt cenderung kurang memperhatikan faktor kognitif 3. Pendekatan gestalt menekankan tanggung jawab atas diri sendiri, tetapi mengabaikan tanggung jawab pada orang lain
  • 155. 3. Menjadi tidak produktf bila penggunaan teknik-teknik gestalt dikembangkan secara mekanis 4. Dapat terjadi klien sering bereaksi negatif terhadap sejumlah teknik gestalt karena merasa dirinya dianggap anak kecil atau orang bodoh.
  • 156.
  • 157. KONSEP DASAR  Manusia padasarnya adalah unik memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irsional Ketika berpikir dan bertingkah- laku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika berpikir dan bertingkah- laku irasional individu itu menjadi tidak efektif.
  • 158. Reaksi emosional seseorang disebabkan oleh evaluasi, interpretasi, dan filosofi, baik yang disadari maupun tidak disadari.  Hambatan psikologis atau emosional adalah akibat dari cara berpikir yang tidak logis dan irasional.  Emosi menyertai individu yang berpikir dengan penuh prasangka, sangat personal, dan irrasional.
  • 159. Berpikir irrasional diawali dengan belajar secara tidak logis yang diperoleh dari orang tua dan budaya tempat dibesarkan.  Berpikir secara irasional akan tercermin dari verbalisasi yang digunakan.  Verbalisasi yang tidak logis menunjukkan cara berpikir yang salah dan verbalisasi yang tepat menunjukkan cara berpikir yang tepat.
  • 160. Perasaan dan pikiran negatief serta penolakan diri harus dilawan dengan cara berpikir yang rasional dan logis yang dapat diterima menurut akal sehat, serta menggunakan cara verbalisasi yang rasional.
  • 161.  Teori ABC dari Albert Ellis : Tiga pilar yang membangun tingkah laku individu Antecedent event (A) Belief (B) Consequence (C)
  • 162. Antecedent event (A) • Segenap peristiwa luar yang dialami atau memapar individu • Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku, atau sikap orang lain. Perceraian suatu keluarga Kelulusan bagi siswa Seleksi masuk bagi calon karyawan
  • 163. Belief (B) Keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi individu thp suatu peristiwa Rational belief (rB) Irrasional belief (iB)
  • 164. Consequence (C) • Konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau tidak senang dalam hubungannya dgn antecendent event (A). • Konsekuensi emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh B, baik yang rB maupun yang iB.
  • 165. ASUMSI TINGKAH LAKU BERMASALAH  Tingkah laku bermasalah : tingkah laku yang didasarkan dikendalikan oleh cara berpikir yang irrasional (iB)  Ciri-ciri iB : - Tidak dapat dibuktikan - Menimbulkan perasaan tidak enak (kecemasan) yang sebenarnya tidak perlu - Menghalangi individu untuk berkembang
  • 166. Sebab-sebab Individu Berpikir Irasional : • Individu tidak berpikir jelas tentang saat ini dan yang akan datang, antara kenyataan dan imajinasi • Individu tergantung pada perencanaan dan pemikiran orang lain • Orang tua atau masyarakat memiliki kecenderungan berpikir irrasional yang diajarkan kepada individu melalui berbagai media.
  • 167. Indikator keyakinan irrasional : • Bahwa manusia hidup dalam masyarakat adalah untuk diterima dan dicintai oleh orang lain dari segala sesuatu yang dikerjakan Bahwa banyak orang dalam kehidupan masyarakat yang tidak baik, merusak, jahat, dan kejam sehingga mereka patut dicurigai, disalahkan, dan dihukum
  • 168. Bahwa kehidupan manusia senantiasa dihadapkan kepada berbagai malape-taka, bencana yang dahsyat, menge-rikan, menakutkan yang mau tidak mau harus dihadapi oleh manusia dalam hidupnya. Bahwa lebih mudah untuk menjauhi kesulitan- kesulitan hidup tertentu dari pada berusaha untuk mengahadapi dan menanganinya
  • 169. Bahwa penderitaan emosional dari seseorang muncul dari tekanan eks-ternal dan individu hanya mempunyai kemampuan sedikit sekali untuk menghilangkan penderitaan emosional tersebut. Bahwa pengalaman masa lalu membe-rikan pengaruh sangat kuat terhadap kehidupan individu dan menentukan perasaan dan tingkah laku individu pada saat sekarang
  • 170. Bahwa untuk mencapai derajat yang tinggi dalam hidupnya dan untuk me-rasakan sesuatu yang menyenangkan memerlukan kekuatan supranatural Bahwa nilai diri sebagai manusia dan penerimaan orang lain terhadap diri tergantung dari kebaikan penampilan individu dan tingkat penerimaan oleh orang lain terhadap individu.
  • 171. TUJUAN KONSELING Memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan-pandangan klien yang irrasional dan tidak logis menjadi pandangan yang rasional dan logis Menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri sendiri seperti rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas, merasa was-was, rasa marah.
  • 172. Untuk mencapai tujuan-tujuan konseling itu perlu pemahaman klien tentang sistem keyakinan atau cara-cara berpikirnya sendiri Tiga tingkatan insight /pemahaman : 1. Klien klien memahami tingkah laku negatif/penolakan diri peristiwa yang disebabkan oleh sistem keyakinan yang irasional
  • 173. 2 Klien memahami bahwa yang menganggu klien pada saat ini adalah karena keyakinan irrasional terus dianutnya 3. Klien memahami bahwa tidak ada jalan lain untuk keluar dari hambatan emosional yang dialaminya kecuali dengan mendeteksi dan melawan keyakinan yang irrasional.
  • 174. KLIEN YANG TELAH MEMILIKI rB TERJADI PENINGKATAN DALAM HAL : penerimaan diri minat sosial pengendalian diri toleransi terhadap pihak lain fleksibelitas penerimaan ketidakpastian komitmen terhadap sesuatu di luar dirinya berpikir logis keberanian mengambil risiko menerima kenyataan.
  • 175. DESKRIPSI PROSES KONSELING Konseling rasional emotif dilakukan dgn menggunakan prosedur yang bervariasi dan sistematis yang secara khusus dimak-sudkan untuk mengubah tingkah laku dalam batas-batas tujuan yang disusun secara bersama-sama oleh konselor dan klien.
  • 176. Tugas konselor menunjukkan bahwa masalahnya disebabkan oleh persepsi yang terganggu dan pikiran-pikiran yang tidak rasional usaha untuk mengatasi masalah adalah harus kembali kepada sebab-sebab permulaan, yaitu menghilangkan pikiran- pikiran yang tidak rasional.
  • 177.  Operasionalisasi tugas konselor : 1. konselor lebih edukatif-direktif kepada klien, dengan cara banyak memberikan cerita dan penjelasan, khususnya pada tahap awal 2. mengkonfrontasikan masalah klien secara langsung 3. menggunakan pendekatan yang dapat memberi semangat dan memperbaiki cara berpikir klien, kemudian memperbaiki mereka untuk dapat mendidik dirinya sendiri
  • 178. 4. dengan gigih dan berulang-ulang menekankan bahwa ide irrasional itulah yang menyebabkan hambatan emosional pada klien 5. mendorong klien menggunakan kemampuan rasional dari pada emosinya 6. menggunakan pendekatan didaktif dan filosofis 7. menggunakan humor dan “menekan” sebagai jalan mengkonfrontasikan berpikir secara irrasional.
  • 179.  Karakteristik Konseling RE • Aktif-direktif : dalam hubungan konseling konselor lebih aktif membantu mengarahkan klien dalam menghadapi dan memecahkan masalahnya. • Kognitif-eksperiensial proses konseling berfokus pada aspek kognitif dari klien dan berintikan pemecahan masalah yang rasional.
  • 180. Emotif-ekspreriensial proses konseling memfokuskan pada aspek emosi klien dengan mempelajari sumber- sumber gangguan emosional, sekaligus membongkar akar-akar keyakinan yang keliru yang mendasari gangguan tersebut. Behavioristik proses konseling yang dikembangkan hendaknya menyentuh dan mendorong terjadinya perubahan tingkah laku klien.
  • 181. TEKNIK KONSELING Teknik-teknik Emotif (Afektif) Assertive adaptive teknik untuk melatih, mendorong, dan membiasakan klien untuk secara terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan tingkah laku yang diinginkan. Latihan-latihan yang diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri klien.
  • 182. - Bermain peran teknik untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan-perasaan negatif) melalui suatu suasana yang dikondisikan sedemikian rupa sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran tertentu. - Imitasi teknik untuk menirukan secara terus menerus suatu model tingkah laku tertentu dengan maksud menghadapi dan menghilangkan tingkah lakunya sendiri yang negatif.
  • 183. Teknik-teknik Behavioristik Reinforcement teknik untuk mendorong klien ke arah tingkah laku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal (reward) ataupun hukuman (punishment).
  • 184. Teknik ini dimaksudkan untuk mem- bongkar sistem nilai dan keyakinan yang irrasional pada klien dan meng-gantinya dengan sistem nilai yang positif. Dengan memberikan reward ataupun punishment, maka klien akan meng- internalisasikan sistem nilai yang diharapkan kepadanya.
  • 185. Social modeling • Teknik untuk membentuk tingkah laku-tingkah laku baru pada klien • Teknik ini dilakukan agar klien dapat hidup dalam suatu model sosial yang diharapkan dengan cara imitasi (meniru), mengobser-vasi, dan menyesuaikan dirinya dan meng-internalisasikan norma-norma dalam sis-tem model sosial dengan masalah tertentu yang telah disiapkan oleh konselor.
  • 186. Teknik-teknik Kognitif Home work assigments Teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk melatih, membiasakan diri, dan menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut pola tingkah laku yang diharapkan.
  • 187. Klien ditugasi untuk mempelajari bahan-bahan tertentu, melaksanakan latihan-latihan tertentu yang signifikan untuk mengubah aspek-aspek kognisinya yang keliru dan irasional Tugas yang diberikan konselor dilaporkan oleh klien dalam suatu pertemuan tatap muka dengan konselor Teknik juga bermaksud : mengembangkan p tanggung jawab, kepercayaan diri, pengelolaan diri klien dan mengurangi ketergantungannya kepada konselor.
  • 188. Latihan assertive Teknik untuk melatih keberanian klien dalam mengekspresikan tingkah laku-tingkah laku tertentu yang diharapkan melalui bermain peran, latihan, atau meniru model-model sosial. Maksud utama teknik latihan asertif 1. mendorong kemampuan klien mengekspresikan berbagai hal yang berhubungan dengan emosinya
  • 189. 2. membangkitkan kemampuan klien dalam mengungkapkan hak asasinya sendiri tanpa menolak atau memusuhi hak asasi orang lain 3. mendorong klien untuk meningkatkan kepercayaan dan kemampuan diri 4. meningkatkan kemampuan untuk memilih tingkah laku-tingkah laku asertif yang cocok untuk diri sendiri.
  • 190. KONSELING EGO 190
  • 191. Manusia 1. Manusia tidak sekedar terikat pada dorongan instinknya melainkan dipengaruhi oleh lingkungannya 2. Mengutamakan fungsi ego yg merupakan energi psikologikal individu, meskipun masih mengakui adanya id, dan superego 191
  • 192. Perkembangan Kepribadian 1. Kepribadian merupakan produk dari berbagai faktor dalam waktu yg cukup lama 2. Perkembangan psikososial (Erikson) a. Trust b. Autonomy (usia 1 – 3 tahun) c. Initiative (usia 3 – 5 tahun) d. Industry e. Ego identity (usia remaja) f. Intimacy g. Generality 192
  • 193. Perkembangan kepribadian Ego berkembang atas kekuatannya sendiri, tidak tergantung pada energi id Pertumbuha ego yg normal merupakan perkembangan perkembangan komunikasi pada anak: differensiasi berkembang melalui hub. dg lingkungan Proses sosialisasi 193
  • 194. Coping ability (PA), melalui : Pola-pola baru tingkah laku Usaha sadar yg akan menjadi otomatis. - Pola dasar tingkah laku terbentuk pada masa enam tahu pertama (entama)
  • 195. FUNGSI EGO lebih positif, berhubungan dg lingkungan melalui cara- cara rasional dan sadar, dg kategori fungsi ego sbb : Impulse economic; kemampuan ego untuk tidak hanya mengontrol dorongan-dorongan, ttp menyalurkannya ke arah tingkah laku yg lebih dapat diterima dan berguna Fungsi kognitif: kemamp. ego utk menganalisis dan berpikir logis mengatasi perasaan--- ini merupakan kemampuan ego yg bebas dari pengaruh id Fungsi kontrol; kemampuan ego utk memusatkan usaha penyelesaian tugas tanpa diganggu oleh perasaan 195
  • 196. Kasus atau masalah Apabila individu tertekan oleh keadaan yg menimpanya dan ego kehilangan kontrol, maka kontrol thd tingkah laku beralih dari kesadaran ke ketidaksadaran– kontrol beralih dari ego ke id 196
  • 197. 1. Ego yg kurang kuat dpt tumbuh dlm bentuk (Erikson): Mistrust Shame and doubt Guilt Inferiority Role confusion Isolation Stagnation Dispair
  • 198. KASUS (MASALAH) DISEBABKAN OLEH 1. Individu kurang mampu merespon dg cara yg layak 2. Pola tingkah laku yg dimiliki tidak lagi cocok dg tuntutan lingkungan (situasi) 3. Rusaknya fungsi ego, al : tdk tahu baik buruk Individu abnormal adalah individu yg tingkah lakunya tidak berubah dalam menghadapi tuntutan diri sendiri ataupun lingkungan yg telah berubah 198
  • 199. TUJUAN KONSELING Keseluruhan pribadi harus diarahkan utk berubah, kalau klien mau dibantu Konselor membantu klien memperbaiki satu-dua fungsi ego yg rusak yg menimbulkan kesulitan klien Tujuan utama konseling membantu klien membangun identitas ego, memperluas dan memperkuat berfungsinya sistem ego pada diri klien. 199
  • 200. PROSES KONSELING Lebih memusatkan pada ciri-ciri individu yg normal dan sadar, daripada mengungkapkan motif-motif tidak disadari yang melatarbelakangi tingkah laku klien. Lebih terpusat pada: a. ranah kognitif daripada konatif b. tingkah laku sekarang daripad yg sudah berlalu c. hubungan klien dg situasi nyata yg menyebabkan kesulitan 6. Membantu klien memahami bagaimana tingkah lakunya selama ini tidak fungsional dalam menghadapi situasi, dan bagaimana ia membangun tingkah laku baru untuk mengubah situasi yg dihadapinya 200
  • 201. PROSES KONSELING (lanjutan) 4. Konselor: a. hangat dan spontan b. profesional terlatih c. bekerja dg individu normal yg mengalami masalah khusus, dalam waktu yg relatif singkat (sekitar 201
  • 202. TEKNIK KONSELING (Teknik tidak kaku, melainkan luwes sesuai dengan hak klien untuk menjadi dirinya sendiri). Pengawalan; membina hub. antara klien dan konselor Pengontrolan proses; a. memusatkan kegiatan pada tugas membantu ego strength klien b. mengontrol keseimbangan antara ekspresi 202
  • 203. c. mengontrol ambiguitas dlm proses konseling, untuk : - mengontraskan perasaan klien - menampilkan keunikan pribadi klien - membangun transferensi melalui proyeksi
  • 204. TEKNIK KONSELING (lanjutan) 3. Transferensi: tidak spt pada psikoanalisis klasik, dalam ego konseling transferensi dimaksudkan sbg perasaan klien yg timbul thd konselor 4. Counter transference: upaya konselor utk mencegah perasaannya yg muncul thd klien dan mempengaruhi proses konseling
  • 205. dan mendiagnosis masalah, serta memberikan kesempatan kpd klien utk memahami masalah- masalahnya Diagnosis dan interpretasi: konselor bertanggung jawab merumuskan itu 6. Apabila klien sudah menyadari masalahnya, proses konseling diarahkan ke pembentukan tingkah laku baru: * konselor mengajarkan cara-cara baru * klien dilatih * mempergunakan tugas rumah yg hrs dikerjakan Semuanya itu untuk memperkuat ego yg dpt berfungsi lebih tepat.
  • 206. KONSELING SELF (KONSELF) C. ROGERS
  • 207. ASUMSI TENTANG MANUSIA 1. MANUSIA ADALAH RASIONAL, TERSOSIALISASIKAN, DAN DAPAT MENENTUKAN NASIBNYA SENDIRI 3. DALAM KONDISI YANG MEMUNGKINKAN, MANUSIA MAMPU MENGARAHKAN DIRI, MAJU, MENJADI INDIVIDU YANG POSITIF DAN KONSTRUKTIF
  • 208. STRUKTUR KEPRIBADIAN ORGANISME SEFL LAPANGAN FENOMENAL
  • 209. PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN 1. ORGANISMIC VALUING PROCESS (OVP) 2. POSITIVE REGARD FROM OTHERS (PRO) 3. SELF REGARD (SRG) 4. CONDITION OF WORTH (COW)
  • 210. KONDISI YANG DIHARAPKAN MEMBERI PENILAIAN POSITIF YANG TERUS MENERUS INDIVIDU TERHINDAR DARI COW DAN MENGEMBANGKAN USR KEPRIBADIAN SEHAT : - COW TIDAK BERKEMBANG - OVP, SRG DAN PRO SEJALAN - TINGKAH LAKU MENYENANGKAN
  • 211. TINGKAH LAKU SALAH SUAI ADA KETIDAKSEIMBANGAN ORGANISMIC DAN SELF KARAKTERISTIK PRIBADI TIDAK SEHAT : - ESTRANGEMENT - INCONGRUITY IN BEHAVIOR - KECEMASAN - DEFENCE MECHANISM
  • 212. GEJALA TLSS 1. KECEMASAN ATAU KETEGANGAN TERUS MENERUS 2. TINGKAH LAKU RIGID…… TIDAK LUWES 3. MENOLAK SITUASI BARU 4. SALAH DALAM MEMPERKIRAKAN 5. MENOLAK MENYADARI PENGALAMAN SENDIRI 6. TINGKAH LAKU TIDAK TERDUGA 7. SERING TIDAK RASIONAL 8. TIDAK MAMPU MENGONTROL DIRI
  • 213. TUJUAN KONSELING 1. PADA DASARNYA : a. KLIEN SENDIRI YANG MENENTUKAN TUJUAN KONSELING b. MEMBANTU KLIEN : SELF- ACTUALIZATION (SA) 2. SECARA KHUSUS : MEMBEBASKAN KLIEN DARI KUNGKUNGAN TINGKAH LAKU YANG MENGHAMBAT SA-NYA
  • 214. TEKNIK KONSELING 1. KONDISI YANG DIPERLUKAN UNTUK PROSES KONSELING : a. PSYCHOLOGICAL CONTACT b. MINIMUM STATE OF ANXIETY c. CONSELOR GENUINESS d. UNCONDITIONED POSITIVE REGARD AND RESPECT e. EMPHATIC UNDERSTANDING f. CLIENT PERCEPTION g. CONCRETNESS, IMMEDIACY, AND CONFRONTATION
  • 215. 2. PENDEKATAN : “JIKA-MAKA” 3. PROSES KONSELING : a. UNCONDITIONED POSITIVE REGARD b. KLIEN MENGGUNAKAN KATA GANTI “SAYA” c. KLIEN MELIHAT PENGALAMAN : SECARA REALISTIK d. KLIEN MENGEKPRESIKAN PERASAAN e. KLIEN DIDORONG MENJADI DIRINYA
  • 216. 4. PENERAPAN : a. KO MENJADI “ALTER EGO” BAGI KLIEN b. TANGGUNG JAWAB HUBUNGAN KONSELING : KLIEN c. WAKTU DIBATASI d. FOKUS : INDIVIDU BUKAN MASALAH e. MENEKANKAN AZAS KEKINIAN f. DIAGNOSIS : KLIEN MENDIAGNOSIS DIRINYAS SENDIRI g. LEBIH MENEKANKAN ASPEK EMOSIONAL DARI PADA ASPEK INTELEKTUAL
  • 217.
  • 218. KONSEP DASAR Pandangan tentang Manusia • Manusia merupakan sistem sifat atau faktor yang saling berkaitan antara satu dengan lainnya, seperti kecakapan, minat, sikap, dan temperamen. • Perkembangan kemajuan individu mulai dari masa bayi sampai dewasa diperkuat oleh interaksi sifat dan faktor. Telah banyak dilakukan usaha untuk menyusun kategori individu atas dasar dimensi sifat dan faktor. • Studi ilmiah yang telah dilakukan adalah : (1) mengukur dan menilai ciri ciri-ciri seseorang dengan tes psikologis, (2) mendefinisikan atau menggambarkan keadaan individu, (3) membantu individu untuk memahami diri dan lingkungannya, (4) memprediksi keberhasilan yang mungkin dicapai pada masa mendatang.
  • 219. Manusia berusaha untuk menggunakan pemahaman diri dan pengetahuan kecakapan dirinya sebagai dasar bagi pengembangan potensinya. Manusia mempunyai potensi untuk berbuat baik atau buruk. Makna hidup adalah mencari kebenaran dan berbuat baik serta menolak kejahatan. Menjadi manusia seutuhnya tergantung pada hubungannya dengan orang lain.
  • 220. Asumsi pokok pendekatan konseling trait dan faktor. • Karena setiap individu sebagai suatu pola kecakapan dan kemampuan yang terorganisir secara unik, dan karena kemampuan kausalitasnya relatif stabil setelah remaja, maka tes obyektif dapat digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik-karatreistik individu. • Pola-pola kepribadian dan minat berkorelasi dengan tingkah laku kerja tertentu. • Kurikulum sekolah yang berbeda akan menuntut kapasitas dan minat yang berbeda dan hal ini dapat ditentukan. Individu akan belajar dengan lebih mudah dan efektif apabila potensi dan bakatnya sesuai dengan tuntutan kurikulum. • Baik klien maupun konselor hendaknya mendiagnosis potensi klien untuk mengawali penempatan dalam kurikulum atau pekerjaan. • Setiap individu mempunyai kecakapan dan keinginan untuk mengidentifikasi secara kognitif kemampuannya sendiri.
  • 221. Pandangan tentang Kepribadian • Kepribadian : suatu sistem yang saling tergantung dengan sifat dan faktor, seperti kecakapan, minat, sikap, dan temperamen. • Perkembangan kepribadian manusia ditentutan oleh faktor pembawaan dan lingkungan. • Setiap individu ada sifat-sifat yang umum dan ada sifat-sifat yang khusus, yang merupakan sifat yang unik. • Unsur dasar dari struktur kepribadian disebut sifat dan merupakan kecenderungan luas untuk memberi reaksi dan membentuk tingkah laku yang relatif tetap. Sifat (trait) : struktur mental yang dapat diamati untuk menunjukkan keajegan dan ketepatan dalam tingkah laku.
  • 222. TUJUAN KONSELING Membantu individu mencapai perkembangan kesempurnaan berbagai aspek kehidupan manusia. Membantu individu dalam memperoleh kemajuan memahami dan mengelola diri dengan cara membantunya menilai kekuatan dan kelamahan diri dalam kegiatan dengan perubahan kemajuan tujuan-tujuan hidup dan karir. Membantu individu untuk memperbaiki kekurangan, tidakmampuan, dan keterbatasan diri serta membantu pertumbuhan dan integrasi kepribadian. Mengubah sifat-sifat subyektif dan kesalahan dalam penilaian diri dengan mengggunakan metode ilmiah.
  • 223. DESKRIPSI PROSES KONSELING Hubungan konselor dengan klien merupakan hubungan yang sangat akrab, sangat bersifat pribadi dalam hubungan tatap muka. Konselor bukan hanya membantu individu atas apa saja yang sesuai dengan potensinya, tetapi konselor juga mempengaruhi klien berkembang ke satu arah yang terbaik baginya. Konselor memang tidak menetapkan tetapi memberikan pengaruh untuk mendapatkan cara yang baik dalam membuat keputusan.
  • 224.  Tahapan proses konseling : 1. Analisis - Merupakan tahapan kegiatan : pengumpulan informasi dan data mengenai klien. - Konselor dan klien memiliki informasi yang dpat dipercaya, tepat, dan relevan untuk mendiagnosis pembawaan, minat, motif, keseimbangan emosional dan sifat-sifat lain yang memudahkan penyesuaian diri - Analisis dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat, spt : cacatan kumulatif, wawancara, catatan anekdot, tes psikologis, dan studi kasus. - Selain mengumpulkan data obyektif, konselor harus memperhatikan pula cita-cita dan sikap klien dan cara memandang permasalahannya.
  • 225. 2. Sintesis Merangkum dan mengatur data hasil analisis yang sedemikian rupa sehingga menunjukkan bakat klien, kelamahan dan kekuatan, serta kemampuan penyesuaian diri. 3. Diagnosis Merupakan tahapan untuk menemukan ketetapan dan pola yang dapat mengarahkan kepada permasalahan, sebab- sebabnya, serta sifat-sifat klien yang relevan dan berpengaruh terhadap proses penyesuaian diri. Langkah Diagnosis : a. Identifikasi Masalah b. Menentukan sebab-sebab c. Prognosis
  • 226. 4. Konseling - Merupakan hubungan membantu klien untuk menemukan sumber diri sendiri maupun sumber di luar dirinya dalam upaya mencapai perkembangan dan penyesuaian optimal sesuai dengan kemampuannya. - Dalam kaitan ini ada lima sifat konseling, yaitu : 1. Belajar terpimpin menuju pengertian diri 2. Mendidik/mengajar kembali untuk mencapai tujuan kepribadiannya dan penyesuaian hidupnya. 3. Bantuan pribadi agar klien mengerti dan terampil dalam menerapkan prinsip dan teknik yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. 4. Konseling yang mencakup hubungan dan teknik yang bersifat menyembuhkan 5. Mendidik kembali yang sifatnya sebagai katarsis atau penyaluran
  • 227. 5. Tindak Lanjut - Memberikan bantuan kepada klien dalam menghadapi masalah baru dengan mengingatkannya kepada masalah sumbernya sehingga menjamin keberhasilan konseling. - Teknik yang digunakan konselor harus disesuaikan dengan individualitas klien, mengingat bahwa individu itu sifatnya unik, sehingga tidak ada teknik yang baku yang berlaku untuk semua klien.
  • 228. TEKNIK KONSELING Atending • Dalam formulasi yang singkat Atending dapat dipahami sebagai usaha pembinaan untuk menghadirkan klien dalam proses konseling Penciptaan dan pengembangan Atending dimulai dari upaya konselor menunjukkan sikap empati, menghargai, wajar, dan mampu mengetahui atau paling tidak mengantisipasi kebutuhan yang dirasakan oleh klien.
  • 229. PENSTRUKTURAN SRUCTURING MENGATUR, MENATA, MENYUSUN MERUPAKAN SALAH SATU TEKNIK DALAM KONSELING YANG BERFUNGSI UNTUK MEMBENTUK, MENGATUR, MENATA, DAN MENYUSUN PEMIKIRAN KLIEN TENTANG KONSELING, SEHINGGA KLIEN DAPAT MASUK KE DALAM PROSES KONSELING DENGAN SUKARELA
  • 230. TUJUAN PENSTRUKTUTAN  MEMBERIKAN PENJELASAN KEPADA KLIEN TENTANG PENGERTIAN KONSELING, BENTUK KEGIATAN KONSELING, TUJUAN DIADAKAN KONSELING, DAN TEKNIK PENYELENGGARAAN KONSELING  MENATA SECARA BAIK PIKIRAN KLIEN SEHINGGA KONSELING BISA DILAKUKAN DENGAN SUKARELA
  • 231. ISI PENSTRUKTUTRAN 1 PENGERTIAN KONSELING • DENGAN BAHASA YANG MUDAH DIMENGERTI • TIDAK MENGGUNAKAN BAHASA BUKU • BERSIFAT KOMUNIKATIF • DISERTAI DENGAN CONTOH
  • 232. 2 TUJUAN KONSELING MEMBANTU KLIEN DALAM MENGENTASKAN PERMASALAHANNYA BAIK MASALAH PRIBADI, SOSIAL, BELAJAR, KARIR, KEHIDUPAN BERKELUARGA, DAN KEBERAGAMAAN, YANG PADA AKHIRNYA KLIEN MANDIRI DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH YANG DIHADAPINYA
  • 233. 3 BENTUK KONSELING “bentuk dari konseling yang dimaksud adalah konseling seperti sekarang ini, berdialog, tatap muka, dan dalam bentuk wawancara” 4 TEKNIK PENYELENGGARAAN KONSELING DALAM PROSES KONSELING ADAKALANYA SAYA YANG BERTANYA KEPADA SAUDARA ATAU SEBALIKNYA”
  • 234. 5 ASAS KERAHASIAAN KESUKARELAAN KETERBUKAAN KEGIATAN
  • 235. JENIS-JENIS PENSTRUKTURAN PENSTRUKTURAN PENUH J I K A 1. KLIEN TIDAK MENYADARI DIRINYA BERMASALAH 2. KLIEN YANG MEMILIKI PERSEPSI NEGATIF TERHADAP KONSELOR 3. KLIEN YANG BENAR-BENAR TIDAK TAHU APA-APA TENTANG KONSELING
  • 236. PENSTRUKTURAN SEBAGIAN J I K A 1. KLIEN DATANG DENGAN SUKARELA 2. KLIEN YANG SUDAH BANYAK TAHU TENTANG KONSELING
  • 237. • Dalam tataran yang lebih operasional, melakukan refleksi melalui pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut. - Bagaimana saudara mengenal dan mengantisipasi bila seseorang sangat tertarik pada Anda? - Bagaimana saudara mengenal bila seseorang memberikan perhatian terhadap Anda? - Bagaimana saudara mengenal atau mengetahui bila seseorang mendengarkan, memeperhatiakan dan menghayati Anda ? • Melalui jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di atas, konselor dapat memulai melakukan pembinaan untuk mengajak klien mamasuki proses konseling.
  • 238. Aspek-aspek Atending meliputi : 1) Posisi badan (termasuk gerak isyarat dan ekspresi muka). a) Duduk dengan badan menghadap kepada klien b) Tangan di atas pangkuan atau berpegangan bebas atau kadang-kadang digunakan untuk menunjukkan gerak isyarat yang sedang dikomunikasikan secara verbal c) Respondif dengan menggunakan bagian wajah, umpamanya senyum spontan atau anggukan kepala sebagai persetujuan atau pemahaman dan krutan dahi tanda tidak mengerti d) Badan tegak lurus tetapi tidak kaku, manakala diperlukan bisa condong ke arah klien untuk menunjukan kebersamaan
  • 239. 2) Kontak Mata a) Melihat klien terutama pada waktu bicara b) Menggunakan pandangan spontan yang menunjukkan ekspresi minat dan keinginan untuk mendengarkan dan merespon 3) Mendengarkan a) Memelihara pehatian penuh, terpusat pada klien b) Mendengarkan apapun yang dikatakan klien, mendengarkan keseluruhan pribadi klien (kata- katanya, perasaannya, dan perilakunya) c) Memahami keseluruhan pesannya
  • 240. 2. Mengundang Pembicaraan Terbuka Ajakan terbuka untuk berbicara memberi kesempatan klien agar mengeksplorasi dirinya sendiri dengan dukungan pewawancara. Pertanyaan terbuka memberi peluang klien untuk mengemukakan ide perasaan dan arahnya dalam wawancara. Responnya terhadap pertanyaan terbuka ialah untuk menunjukkan kesadarannya bahwa dia diminta untuk menceritakan sejarahnya atau lebih menjabarkan apa yang telah dikatakan.
  • 241. Contoh pertanyaan terbuka : 1. untuk membantu memulai wawancara : “Apa yang Anda akan bicarakan hari ini?” “Bagaimana keadaan Anda sejak pertemuan terakhir kita?” 2. Membantu klien menguraikan masalahnya : “Cobalah Anda menceritakan lebih banyak lagi tentang hal itu!“ “Bagaimana perasaan Anda pada saat kejadian itu?” 3. Membantu memunculkan contoh-contoh perilaku khusus : “Apa yang Anda sedang rasakan pada saat Anda menceritakan hal ini kepada saya?” “Bagaimana perasaan Anda selanjutnya pada waktu itu?”
  • 242. Pertanyaan yang tidak disarankan antara lain : • Pemakaian pertanyaan tertutup yang terlalu sering • Pengajuan pertanyaan lebih dari satu pada waktu yang sama ”Dapatkah anda menceritakan lebih banyak lagi tentang hal itu?” • Pengajuan pertanyaan “Mengapa”, umpamanya : “Mengapa anda tidak bergaul dengan baik?” • Memasukkan jawaban dalam pertanyaa,umpamanya : “Anda sebenarnya belum mengerti hal itu pada saat anda mengatakan tentang ayahnya, bukan?”
  • 243. Paraprase • Esensinya : pengulangan kata-kata atau pemikiran-pemikiran kunci dari klien dalam rumusan-rumusan yang menggunakan kata-kata konselor sendiri. • Memberi tahu klien bahwa ia sedang mendengarkan apan yang dikatakan dan konselor ingin mendengarkan leih banyak lagi. • Klien akan merasa dimengerti dan dipersiapkan untuk mengolah lebih dalam lagi masalah-masalah yang diajukannya. • Maksud dari kegiatan paraprase adalah : - menyampaikan kepada klien bahwa konselor bersama klien, dan konselor berupaya memahami apa yang dinayatkan klien - mengkritalisasi komentar klien dengan lebih memendekannya sehingga membantu mengarahkan wawancara - memberi peluang untuk memeriksa kecermatan persepsi konselor.
  • 244. Cara Memparaprase : 1) Dengarkan pesan utama klien 2) Nyatakan kembali kepada klien ringkasan pesan utamanya secara sederhana dan singkat 3) Amati pertanda atau minta respons dari klien akan bantuan paraprase. Hindari - analisis, interpretasi, atau pertimbangan nilai tentang pesan klien - respon konselor hanya tertuju kepada bagian kecil dari pesan klien klien, bukan kepada tema utamanya - pemakaian kata-kata teknis yang tidak dimengerti klien
  • 245. Refeksi perasaan • Refleksi perasaan merupakan keterampilan konselor untuk merespons keadaan perasaan klien terhadap situasi yang sedang dihadapi. • Tindakan tersebut akan mendorong dan merangsang klien untuk mengemukakan segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapinya. • Jadi, esensi keterampilan ini adalah untuk mendorong dan merangsang klien agar dapat mengekspresikan bagaimana perasaan tentang situasi yang sedang dialami.
  • 246. Aspek-aspek refleksi perasaan : 1) Mengamati perilaku klien 2) Mendengarkan dengan baik 3) Menghayati pesan yang dikomunikasikan klien. 4) Mengenali perasaan-perasaan yang dikomunikasikan klien. 5) Menyimpulkan perasaan yang sedang dialami. 6) Menyeleksi kata-kata yang tepat untuk melukiskan perasaan klien.
  • 247. Meringkas • Meringkas adalah suatu proses untuk memadu berbagai ide dan perasaan dalam satu pernyataan pada akhir suatu unit wawancara konseling. • Meringkas : rupaya merekapituasi, memadatkan, dan mengkristalisasi esensi apa yang telah dikatakan klien. • Dengan menggunakan ringkasan secarea perioodik, konselor dapat memeriksa kecermatannya dalam mendengarkan. • Ringkasan juga membantu untuk mengakiri wawancara dengan suatu cartatan yang wajar, dan dapat menjadi panduan wawancara.
  • 248. Panduan Umum Meringkas 1) Adakan refleksi atau atending terhadap berbagai variasi tema dan nada emosional pada saat klien berbicara 2) Gabungkan perasaan dan ide kunci ke dalam pernyataan-pernyataan yang pengertian dasarnya luas. 3) Jangan tambahkan ide-ide baru dalam ringkasan 4) Pertimbangkan kalau sekiranya dapat membantu kalau menyatakan rinkasan atau mengajak klien untuk membuat ringkasan
  • 249. KETERBATASAN PENDEKATAN Pandangannya dikembangkan dalam situasi pendidikan dan kliennya dibatasi terutama kepada siswa-siswa yang memiliki keragaman derajat kemantapan dan tanggung jawab sendiri. Pandangannya terlalu menekankan kepada pengendalian konselor dan hasil yang dicapai pada diri klien lebih banyak tergantung kepada keunggulan konselor dalam mengarahkan dan membatasi klien.
  • 250. Banyak meminimalkan atau mengabaikan aspek afektif klien yang justru seharusnya menjadi kepedulian konselor. Terlalu banyak pertimbangan yang ditekankan pada data obyektif. Penggunaan dan keyakinan yang berlebihan terhdap data ini kurang tepat karena keterbatasan reliabilitas, validitas, dan kelengkapan alat dan datanya. Suatu dilema bagi konselor karena ia harus mendorong dan meyakinkan klien mewujudkan kemampuannya, tetapi ia harus melakukannya tanpa persuasi.