Dokumen tersebut membahas tentang teknik dan keterampilan konseling. Dibahas mengenai pengertian teknik konseling, tujuan penggunaan teknik dalam konseling, bagian mana saja teknik itu digunakan, dan cara penggunaannya. Juga dibahas mengenai model dan teori konseling serta proses pelaksanaan konseling.
1. MODE L ,
TE KNIK DA N KE TE RA MPIL A N
KONSE L ING
2. Teknik Konseling…
Apa itu Teknik…?
Mengapa konseling menggunakan teknik..?
Dalam bagian konseling mana teknik itu
digunakan?
Bagaimana teknik itu digunakan dalam
konseling?
2
3. Teknik konseling
Model Teknik konseling
Teknik konseling
Teknik konseling
Teknik konseling
Teknik konseling
Teori/ Teknik konseling
pendekatan Model Teknik konseling
Teknik konseling
Teknik konseling
Proses
Teori/ Model Teknik konseling Konseling
pendekatan
Teknik konseling
Teknik konseling
Model Teknik konseling
Teori/ Teknik konseling
pendekatan Teknik konseling
Model Teknik konseling
Teknik konseling
Teknik konseling
Teknik konseling
3
4. KONSELOR
K
O
N
S TEORI;
E TEKNIK
L
I KONSELING
N
G
KONSELI
KASUS/MASALAH
5. KONSELOR
K
O
N Setidaknya ada
S TEORI;
11teori
E TEKNIK
L Dan ratusan
KONSELING
I
N
teknik konseling
G …..???????
Pakai yang
KONSELI mana,,,,,,,,
……..???
KASUS/MASALAH
6. STRATEGI IMPLEMENTASI TEORI
KONSELING DALAM PROSES
KONSELING
HARAPAN
SESUAI = OK ----KES
KEBERADAA
N MANUSIA
KENYATAAN
GAP/T.SESUAI= T.OK-----
KES-T
KES= Kehidupan efektif sehari hari, yang memungkinkan
berkembangnya segala potensi yang dimiliki manusia
KES-T = Kehidupan efektif sehari-hari yang terganggu, yang menghambat
berkembangnya potensi yang dimiliki.
8. UPAYA MENYIKAPI KES-T
L. BELAKANG (PENYEBAB)
(Perlu dipahami, sudah terjadi, tidak bisa dirubah, berkontribusi besar
terhadap timbulnya masalah)
KES-T GAP /MASALAH
( Bentuk keberadaan/ketidaksesuaian harapan dan kenyataan yang
menciptakan kondisi KES-T
KONSEKUENSI (AKIBAT)
(BENTUK KES-T Yang terjadi)
9. UPAYA Membina KES-T menjadi KES
L. BELAKANG (PENYEBAB)
DIPAHAMI UNTUK MENENTUKAN ARAH UPAYA PEMECAHAN, Konsep Teori, Prosedur Konseling
yang sesuai)
KES-T GAP /MASALAH
JARAK ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN DIMINIMALISASI (GAP DIKURANGI) dengan
intervensi upaya pembinaan yang relevan dengan L belakang dan arah KES yang ingin
dituju)
KONSEKUENSI (AKIBAT)
(KES-T di ubah Menjadi KES)
10. STRATEGI IMPLEMENTASI TEORI KONSELING
• Apakah masa lalu
memicu masalah?
• Apakah masalah timbul Teori
dari kurangnya Konseling
kesadaran diri? yang
L. BELAKANG (PENYEBAB) • Apakah masalah masalah
(Perlu dipahami, sudah terjadi, Relevan
timbul karena interaksi
tidak bisa dirubah, berkontribusi besar terhadap yang salah dgn
timbulnya masalah)
lingkungan
KES-T GAP • Dsb…?
Teori
/MASALAH • Seperti Apa keberadaan
Konseli: dan
( Bentuk keberadaan/ketidaksesuaian harapan • Apakah konseli merasa teknik
dan kenyataan yang menciptakan kondisi KES-T Cemas? yang
• Apakah konseli merasa Relevan
rendah diri?
• dsb
KES yang ingin dicapai
11. PETA PIKIR (Mind Map)
URAIAN KASUS
……………………………………………..
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
…………………………………………….
Latar MASALAH KES-T
Belakangn …………… ……………
ya …………… ……………
…………… …………… …………
…………… …………… ARAH KES
…………… …………… ……………
…………… …………… ……………
…………… …………… ……………
…………… TEORI KONSELING, PROSEDUR/TEKNIK KONSELING ….
…….
……………
14. TA HA P KE E FE K TIFA N
L A YA NA N K ONSE L ING
• Pasca-KP 5
4
• Proses-KP
3
2
1
• Pra-KP
14
15. L ima Tahap
1 Klien menyadari bahwa dirinya bermasalah
Klien menyadari bahwa dirinya memerlukan
2
bantuan untuk mengentaskan masalahnya
3
Klien mencari sumber (dalam hal ini Konselor)
yang dapat memberikan bantuan
Klien terlibat secara aktif dalam proses
4
perbantuan (dalam hal ini proses layanan
Konseling)
5 Klien menerapkan hasil upaya bantuan
15
16. ETIKA DASAR
PELAYANAN KONSELING
1. Kerahasiaan
2. Kesukarelaan dan
Keterbukaan
3. Keputusan diambil oleh
klien sendiri
16
17. ASAS KERAHASIAAN
Saya, ……………….
Dengan ini menyatakan bahwa saya
sanggup dan bersedia menerima,
menyimpan, memelihara, menjaga,
dan merahasiakan semua data dan
keterangan baik dari klien saya atau
dari siapapun juga, yaitu data atau
keterangan yang tidak boleh atau tidak
layak diketahui orang lain.
17
19. PROSES
LAYANAN KONSELING
(Konseling Perorangan)
Penerimaan thd. Klien
- KTPS (Klien “tidak pernah
salah”)
- Lingkungan fisik
- Suasana sosio-emosional
19
20. Permulaan wawancara merupakan kesan pertama dalam keseluruhan
wawancara. Kesan pertama yang baik dapat menimbulkan kesan yang
mendalam. Untuk itu, pada pengawalan wawancara konseling, konselor
harus mengupayakan suasana penuh kehangatan, dan menanamkan
kepercayaan pada konseli. Oleh karena itu sikap dan tampang
(appearence) konselor dalam permulaan wawancara itu perlu
diusahakan sepositif mungkin. Tindakan-tindakan yang perlu
diperhatikan oleh konselor dalam membuka wawancara konseling dapat
diuraikan sebagai berikut:
Menyambut kehadiran konseli, memberi salam, pandangan penuh
perhatian, dalam suasana yang tetap santai dan kondusif. Selanjutnya
mempersilakan duduk, pada posisi yang tepat.
Posisi dan Jarak Duduk
- Posisi standar: berhadap-hadapan dg. jarak + 100
cm.
- Posisi modifikasi: posisi yang diubah
20
21. Sebelum pembicaraan memasuki pada kawaan
permasalahan konseli, hendaknya konselor terlebih dahulu
membicarakan topik-topik netral. Topik-topik yang bisa
dibicarakan dapat berupa pembicaraan ringan seperti,
membicarakan asal atau alamat konseli, jumlah saudara,
hoby, dan pembicaraan ringan lainnya yang dapat
menumbuhkan keakraban. Setelah terjalin keakraban
antara konselor dan konseli, konselor dapat memulai
pembicaraan dengan menyampaikan pertanyaan-
pertanyaan sebagai berikut,
”Baiklah...saudara (bisa menyebut nama)..kedatangan
anda kesini tentu ada tujuan yang penting untuk anda
bicarakan dengan saya...bisakah anda meceritakan tujuan
anda tersebut kepada saya...”atau dengan susunan
kalimat berbeda yang dapat mengantarkan konseli ke
dalam kegiatan wawancara konseling
21
22. Perstrukturan
- membawa klien memasuki
arena proses konseling
- perstrukturan penuh
- perstrukturan sebagian
- isi penstrukturan
- waktu penstrukturan
22
23. Isi penstrukturan:
2. Apa konseling
3. Bagaimana konseling
4. Ke mana konseling
5. Asas-asas pokok konseling
6. Peran konselor dan klien
23
24. TEKNIK KONSELING
Teknik Umum: untuk
mengembangkan proses
konseling pada umumnya.
Teknik Khusus:untuk
mengubah tingkah laku
klien.
24
25. TEKNIK UMUM
1. Kontak mata
2. Kontak psikologis
3. Ajakan untuk berbicara
4. Tiga M (mendengar, memahami,
dan merespon)
5. Keruntutan
6. Pertanyaan terbuka
7. Dorongan minimal
25
26. TEKNIK UMUM
(Lanjutan)
Refleksi (isi dan perasaan)
Penyimpulan
Penafsiran
Konfrontasi
Ajakan untuk memikirkan sesuatu yg
lain
Peneguhan hasrat
“Penfrustrasian” klien
Strategi “tidak memaafkan klien”
26
27. TEKNIK UMUM
(Lanjutan)
1 Suasana diam
2 Interprestasi pengalaman masa
lampau
3 Sentuhan jasmaniah
4 Penilaian
5 Pelaporan
27
29. TEKNIK KHUSUS
1. Pemberian informasi (8)
2. Latihan penenangan: sederhana dan
penuh (9)
3. Sesitisasi (10)
29
30. TEKNIK KHUSUS
(Lanjutan)
1. Kursi kosong (1)
2. Permainan peran dan permainan
dialog (2)
3. Latihan keluguan/ asertif (3)
4. Analisis transaksional (4)
5. Kontrak (5)
6. Desensitisasi sistematis (6)
7. Asosiasi bebas (7)
30
31. PENTAHAPAN
DALAM PROSES KONSELING
1
2 3
4
5
31
32. PENTAHAPAN
(Lanjutan)
1. Tahap pengantaran
2. Tahap penjajakan
3. Tahap penafsiran
4. Tahap pembinaan
5. Tahapan penilaian
32
35. MENDENGAR: apa yang
Disampaikan dengan kata-kata
Diperlihatkan melalui raut muka
Ditunjukkan melalui gerak gerik
Terkandung dalam perasaan dan
pikiran
Ada di dalam situasi yang
berkembang
35
36. MENDENGAR: dengan
Penuh konsentrasi
Terarah langsung kepada klien
dan penampilannya
Kontak mata: daerah pas photo
Kontak psikologis
KTPS
Dorongan minimal
36
39. KTPS
Menjunjung kehormatan dan
keunikan diri klien
Menerima klien apa adanya
Tangan terbuka, dada lapang
Tidak berprasangka thd. klien
Tidak menetapkan syarat
kepada klien
39
40. DORMIN
Tanda bahwa konselor:
- mengikuti pembicaraan klien
- menahami pembicaraan klien
Mendorong klien untuk terus
membuka diri
Dengan kata atau isyarat yang tepat
Dengan intonasi yang tepat
Dalam waktu yang tepat
40
41. MEMAHAMI: terhadap
Isi:
- pikiran
- perasaan
Kecenderungan pribadi
Kondisi diri dan lingkungan
Masalah yang dialami
Situasi yang berkembang
41
42. MEMAHAMI: untuk
Mendiskripsikan kondisi klien
Mengambil kesimpulan
Merumuskan kata kunci
Mengembangkan konsep
Mempersiapkan respon (yang
runtut)
42
43. MERESPON:
dengan tepat, sesuai dengan
materi yang dikemukakan klien
secara positif, mengarahkan
kepada hal-hal yang baik, bagi
diri klien dan pengembangan
proses konseling; segi
kebahasaan dan cara
penyampaiannya yang baik
43
44. Tepat:
materinya berdasarkan inti
yang dikemukakan klien
materinya dalam ruang
waktu yang sesuai
disampaikan dengan
bahasa yang tepat
44
45. Positif:
isi respon bermakna positif
penyampaiannya dapat
diterima dengan baik
mengarah kepada
pendalaman permasalahan
45
47. Keseluruhan Proses
3M Keruntutan
Seluruh tahap proses layanan
• • • • •
1 2 3 4 5 47
48. Keseluruhan Teknik
3M Keruntutan
Seluruh Teknik yang
digunakan
• • • • •
1 2 Dst
48
49.
50. PERSPEKTIF DAN MAKNA
PENDEKATAN KONSELING
Esensi Konseling
Suatu proses hubungan untuk membantu
orang lain, yang terbangun dalam suatu
hubungan tatap muka antara dua orang
individu (klien yang menghadapi masalah
dengan konselor yang memiliki kualifikasi
tertentu).
51. Bantuan diarahkan agar klien mampu :
- tumbuh kembang kearah yang dipilihnya
- memecahkan masalah yang dihadapi
dalam kehidupanhya.
Hubungan dalam proses konseling terjadi
dalam suasana profesional dengan
menyediakan kondisi yang kondusif bagi
perubahan perilaku klien yang diperlukan
untuk memecahkan kesulitan pribadi yang
dihadapinya.
52. Konseling Profesional
Layanan terhadap klien yang dapat dipertang-
gungjawabkan dasar keilmuan dan teknologinya
Bertitik tolak dari pendekatan-pendekatan yang
dijadikan sebagai dasar acuannya
Pendekatan konseling :
Sistem konseling yang dirancang dan didesain
berda-sarkan teori-teori dan terapan-terapannya
sehingga muwujud-kan suatu struktur
performansi konseling
55. KONSEP DASAR
Pandangan tentang manusia
• Manusia cenderung pesimistik, deterministik, mekanistik
dan reduksionistik
• Manusia dideterminasi oleh kekuatan-kekuatn irasional,
motivasi-motivasi tidak sadar, kebutuhan-kebutuhan dan
dorongan-dorongan biologis dan naluriah oleh peristiwa-
peristiwa psikoseksual yang terjadi pada masa lalu dari
kehidupannya
• Tingkah laku manusai : (1) ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan biologis dan insting-instingnya, (2) dikendalikan
oleh pengalaman-pengalaman masa lampau dan ditentutkan
oleh faktor-faltor interpersonal dan intrapsikis.
56. Pandangan tentang Kepribadian
Tingkatan Kesadaran
1. Kesadaran :
- tingkatan yang memiliki fungsi mengingat,
menyadari, dan merasakan sesuatu secara
sadar
- Kesadaran ini memiliki ruang yang terbatas
dan tampak pada saat individu menyadari
berbagai stumulus yang ada disekitarnya.
57. 2. Ambang sadar
- Tingkatan kesadaran yang menyimpoan ide, ingatan, dan
perasaan yang berfungsi mengantarkan ke tingkat kesadaran.
- Bukan merupakan bagian dari tingkat kesadaran, tetapi
merupakan tingkatan lain yang biasanya membutuhkan waktu
beberapa saat untuk menyedari sesuatu
3. Ketidaksadaran
- Tingkatan dunia kesadaran yang terbesar dan sebagai
bagian terpenting dari struktur psikis, karena segenap
pikiran dan perasaan yang dialami sepanjang hidupnya
yang tidak dapat disadari lagi akan tersimpan di dalam
ketidaksadaran.
- Tingkah laku manusia sebagian besar didorong oleh perasaan
dan pikiran yang tersimpan di tingkat ketidaksadaran ini.
58. Struktur Kepribadian
Kepribadian manusia terdiri atas tiga sub sistem, yaitu id,
ego dan super ego
Id adalah sistem dasar kepribadian yang merupakan
sumber dari dari pada segala dorongan instinktif,
khususnya seks dan agresi
Ego merupakan aspek psikologis yang timbul karena
kebutuhan individu untuk berhubungan dengan dunia
realita
Super Ego merupakan sub sistem yang berfungsi sebagai
kontrol internal, yang terdiri dari kata hati (apa yang
seharusnya dilakukan dan tidak dilakukan) dan Ego-ideal
(apa yang seharusnya saya menjadi).
59. Dinamika Kepribadian
- Psikoanalisis memandang bahwa organisme
manusia sebagai sistem energi yang kompleks.
- Energi beresal dari makanan (energi fisik) yang
dapat berubah menjadi energi psikis
- Dinamika kepribadian terdiri dari cara bagaimana
energi psikis itu didistribusikan dan digunakan
oleh id, ego, dan super ego
60. Perkembangan Kepribadian
- Kepribadian individu mulai terbentuk pada tahuan-tahun
pertama di masa kanak-kanak.
- Pada umur 5 tahun struktur dasar kepribadian individu
telah terbentuk, pada tahun-tahun berikutnya hanya
menghaluskan struktur dasar tersebut
- Perkembangan kepribadian berkenaan dengan
bagaimana
individu belajar dengan cara-cara baru dalam mereduksi
ketegangan atau kecemasan dialami dalam
kehidupannya.
- Ketegangan atau kecemasan tersebut bersumber pada
empat unsur, yaitu (1) proses pertumbuhan fisiologis, (2)
frustasi, (3) konflik, dan (4) ancaman.
61. Cara ego menghadari ancaman yang
menimbulkan ketegangan atau kecemasan
: mekanisme pertahanan ego.
Bentuk-bentuk mekanisme perthanan ego
antara lain :
- Identifikasi
- Represi
- Proyeksi
- Fiksasi
- Regresi
62. Perkembangan kepribadian individu dari
sejak lahir hingga dewasa terjadi dalam fase-
fase :
1. Fase Oral
2. Fase Anal
3. Fase Phallis
4. Fase Latent
5. Fase Genital
63. Tingkah laku bermasalah disebabkan oleh
kekacauan dalam berfungsinya individu yang
bersumber pada :
- dinamika yang tidak efektif antara id, ego,
dan super ego
- proses belajar yang tidak benar pada masa
kanak-kanak.
64. Membantu klien untuk membentuk kembali struktur karakternya
dengan mejadikan hal-hal yang tidak disadari menjadi disadari
oleh klien.
Secara spesifik :
a. Membawa klien dari dorongan-dorongan yang ditekan
(ketidaksadaran) yang mengakibatkan kecemasan
kearah perkembangan kesadaran intelektual
b. Menghidupkan kembali masa lalu klien dengan
menembus konflik yang direpres
c. Memberikan kesempatan kepada klien untuk
menghadapi situasi yang selama ini ia gagal mengatasinya.
65. Proses konseling difokuskan pada usaha menghayati kembali
pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak.
Pengalaman masa lampai ditata, dianalisis, dan ditafsirkan dengan
tujuan untuk merekonstriksi kepribadian.
Menekankan dimensi afektif dalam membuat pemahaman
ketidakdasaran.
Pemahaman intelektual penting, tetapi yang lebih penting
mengasosiasikan antara perasaan dan ingatan dengan pemahaman
diri.
66. Dalam konseling psikoanalisis terdapat dua bagian hubungan
konselor dengan klien, yaitu aliansi dan transferensi.
Aliansi :
sikap klien kepada konselor yang relatif rasional, realistik, dan
tidak neurosis (merupakan prakondisi untuk terwujudnya
keberhasilan konseling).
Tranferensi :
- pengalihan segenap pengalaman klien di masa lalunya
terhadap orang-orang yang menguasainya yang ditujukan kpd
konselor
- merupakan bagian dari hubungan yang sangat penting untuk
dianalisis
- membantu klien untuk mencapai pemahaman tentang
bagaimana dirinya telah salah dalam menerima,
menginterpretasikan, dan merespon pengalamannya pada saat
ini dalam kaitannya dengan masa lalunya.
67. Peran utama konselor dalam konseling ini adalah
membantu klien dalam mencapai kesadaran diri,
ketulusan hati, dan hubungan pribadi yang lebih
efektif dalam menghadapi kecemasan melalui cara-
cara yang realistis.
Konselor membangun hubungan kerja sama dengan
klien dan kemudian melakukan serangkaian kegiatan
mendengarkan dan menafsirkan.
Konselor memberikan perhatian kepada resistensi
klien
Fungsinya adalah mempercepat proses penyadaran
hal-hal yang tersimpan dalam ketidaksadaran.
68. Teknik-teknik konseling psikoanalisis diarahkan untuk
mengembangkan suasana bebas tekanan.
Dalam suasana bebas itu klien menelusuri apa yang tepat
dan tidak tepat pada tingkah lakunya dan mengarahkan
diri untuk membangun tingkah laku baru.
Ada lima teknik dasar dalam konseling psikoanalisis,
yaitu :
(1) asosiasi bebas, (2) interpretasi, (3) analisis mimpi, (4)
analisis resistensi, dan (5) analisis transferensi.
69. 1. Asosiasi Bebas
Teknik pengungkapan pengalaman masa lampau
dan penghentian emosi-emosi yang berkaitan
dengan situasi traumatik di masa lampau : klien
memperoleh pengetahuan dan evaluasi diri sendiri.
2. Interpretasi
- Prosedur dasar yang digunakan dalam
analisis mimpi, resistensi, dan transferensi
- Penjelasan makna tingkah laku yang
dimanifestasikan dalam mimpi, asosiasi
bebas, resistensi, dan transferensi.
70. Rambu-rambu Interpretasi :
Interpretasi disajikan pada saat gejala yg
diinterpretasikan berhubungan erat dengan
hal-hal yg disadari klien.
Interpretasi dimulai dari permukaan menuju
hal-hal yg dalam (dialami oleh situasi
emosional klien).
Menetapkan resistensi atau pertahan-an
sebelum menginterpretasikan emo-si atau
konflik.
71. 3. Analisis Mimpi
Teknik untuk membuka hal-hal yang tidak disadari
dan membantu klien un-tuk memperoleh pemahaman
terhadap masalah-masalah yg belum terpecahan.
4. Analisis Transferensi
Teknik mendorong klien untuk menghi-dupkan
kembali masa lampaunya dalam konseling
Tujuan :
a. Klien memperoleh pemahaman atas pengalaman
pengalaman tak sadar dan pengaruh masa lampau
terhadap kehidupan sekarang;
b. Memungkinkan klien menembus konflik masa
lampau yang diperta-hankan hingga sekarang &
menghambat perkembangan emosinya.
72. Analisis Resistensi
Resistensi :
- Perilaku utk mempertahankan kecemasan
- Menghambat pengungkapan pengalaman tak
disadari
- Menghambat jalannya/proses konseling
Analisis Resistensi
teknik membantu klien agar menyadari alasan
dibalik resistensinya : bisa menghilangkannya
73. 1. Pandangan yang terlalu determistik dinilai terlalu
merendahkan martabat kemanusiaan.
2. Terlalu banyak menekankan kepada masa kanak-kanak
dan menganggap kehidupan seolah-olah ditentukan oleh
masa lalu. Hal ini memberikan gambaran seolah-olah
tanggung jawab individu berkurang.
3. Cenderung meminimalkan rasionalitas.
4. Data penelitian empiris kurang banyak mendukung sistem
dan konsep psikoanalisis, seperti konsep tentang energi
psikis yang menentukan tingkah laku manusia.
74.
75. Manusia : mahluk reaktif yang tingkah lakunya
dikontrol/dipengaruhi oleh faktor-
faktor dari luar
Manusia memulai kehidupannya dengan mem-berikan
reaksi terhadap lingkungannya dan interaksi ini
menghasilkan pola-pola perilaku yang kemudian
membentuk kepribadian
76. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh banyak dan
macamnya penguatan yang diterima dalam situasi
hidupnya
Tingkah laku dipelajari ketika individu berinteraksi
dengan lingkungan, melalui hukum-hukum belajar :
• Pembiasaan klasik,
• Pembiasaan operan
• Peniruan.
77. Manusia bukanlah hasil dari dorongan tidak
sadar melainkan merupakan hasil belajar,
sehingga ia dapat diubah dengan memanipulasi
dan mengkreasi kondisi-kondisi pembentukan
tingkah laku.
Manusia cenderung akan mengambil sti-mulus
yang menyenangkan dan menghin-darkan
stimulus yang tidak menyenang-kan.
78. Kepribadian seseorang merupakan
cerminan dari pengalaman, yaitu situasi
atau stimulus yang diteri-manya.
Memahami kepribadian manusia :
mempelajari dan memahami bagai-
mana terbentuknya suatu tingkah laku
79. KARAKTEISTIK KONSELING BEHAVIORAL :
Berfokus pada tingkah laku yang tampak
Cermat dan operasional dalam merumuskan
tujuan konseling
Mengembangkan prosedur perlakuan spesifik
Penilaian obyektif terhadap tujuan konseling
80. Tingkah laku bermasalah adalah tingkah laku
atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau tingkah
laku yang tidak tepat, yaitu tingkah laku yang
tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan
Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentu
dari cara belajar atau lingkungan yang salah
81. Manusia bermasalah mempunyai
kecenderungan merespon tingkah laku negatif
dari lingkungannya
Tingkah laku maladaptif terjadi karena
kesalapahaman dalam menanggapi lingkungan
dengan tepat
Seluruh tingkah laku manusia didapat dengan
cara belajar dan juga dapat diubah dengan
menggunakan prinsip-prinsip belajar
82. Mengahapus/menghilangkan tingkah laku
maldaptif (masalah) untuk di-gantikan dengan
tingkah laku baru yaitu tingkah laku adaptif yang
diinginkan klien.
83. Tujuan yang sifatnya umum harus dijabarkan ke
dalam perilaku yang spesifik
o Diinginkan oleh klien
o Konselor mampu dan bersedia membantu mencapai
tujuan tersebut
o Klien dapat mencapai tujuan tersebut
o Dirumuskan secara spesifik
Konselor dan klien bersama-sama (bekerja
sama) menetapkan/merumuskan tujuan-tujuan
khusus konseling.
84. Proses konseling dibingkai oleh kerangka kerja
untuk mengajar klien dalam mengubah tingkah
lakunya
Proses konseling adalah proses belajar, konselor
membantu terjadinya proses belajar tersebut
85. Konselor mendorong klien untuk mengemukakan
keadaan yang benar-benar dialaminya pada waktu itu
Assesment diperlukan untuk mengidentifikasi motode
atau teknik mana yang akan dipilih sesuai dengan
tingkah laku yang ingin diubah.
86. 2. Goal setting
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari langkah
assessment konselor dan klien menyusun dan
merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam konseling
Perumusan tujuan konseling dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut :
a. Konselor dan klien mendifinisikan
masalah yang dihadapi klien
b. Klien mengkhususkan perubahan positif
yang dikehendaki sbg hasil konseling
87. c. Konselor dan klien mendiskusikan
tujuan yang telah ditetapkan klien :
1) apakah merupakan tujuan yang
benar-benar diinginkan klien
2) apakah tujuan itu realistik
3) kemungkinan manfaatnya
4) kemungkinan kerugiannya.
88. d. Konselor dan klien membuat
keputusan apakah :
1) melanjutkan konseling dengan
mentapkan teknik yang akan
dilaksanakan
2) mempertimbangkan kembali
tujuan yang akan dicapai
3) melakukan referal
89. 3. Technique implementation
menentukan dan melaksanakan teknik konseling yang
digunakan untuk mencapai tingkah laku yang diinginkan
yang menjadi tujuan konseling
4. Evaluation termination
melakukan penilaian apakah kegiatan konseling yang
telah dilaksanakan mengarah dan mencapai hasil sesuai
dengan tujuan konseling
5. Feedback
memberikan dan menganalisis umpan balik untuk
memperbaiki dan meingkatkan proses konseling.
90. Teknik konseling behavioral diarahkan pada
penghapusan respon yang telah dipelajari (yang
memben-tuk tingkah laku bermasalah) terhadap
perangsang, dengan demikian respon-respon yang
baru (sebagai tujuan konseling) akan dapat
dibentuk
91. Prinsip Kerja Teknik Konseling Behavioral
o Memodifikasi tingkah laku melalui pemberian penguatan
Agar klien terdorong untuk merubah tingkah lakunya
penguatan tersebut hendaknya mempunyai daya yang
cukup kuat dan dilaksanakan secara sistematis dan nyata-
nyata ditampilkan melalui tingkah laku klien.
92. Mengurangi frekuensi berlangsungnya tingkah laku
yang tidak diinginkan
Memberikan penguatan terhadap suatu respon yang
akan mengakibatkan terham-batnya kemunculan
tingkah laku yang tidak diinginkan
Mengkondisikan pengubahan tingkah laku melalui
pemberian contoh atau model (film, tape recorder,
atau contoh nyata langsung)
Merencanakan prosedur pemberian penguatan
terhadap tingkah laku yang diinginkan dengan sistem
kontrak
93. Latihan Asertif
o Digunakan untuk melatih klien yang mengalami
kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya
adalah layak atau benar
o Terutama berguna di antaranya untuk membantu
individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaan
tersinggung, kesulitan menyatakan tidak,
mengungkapkan afeksi dan respon posistif lainnya
o Cara : permainan peran dengan bimbingan konselor,
diskusi kelompok
94. Desensitisasi Sistematis
o Memfokuskan bantuan untuk menenangkan klien
dari ketegangan yang dialami dengan cara
mengajarkan klien untuk rileks
o Esensi teknik ini adalah menghilangkan tingkah laku
yang diperkuat secara negatif dan menyertakan respon
yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan
dihilangkan
95. o Dengan pengkondisian klasik respon-respon yang
tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap
o Tingkah laku yang diperkuat secara negatif biasanya
merupakan kecemasan, dan ia menyertakan respon
yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan
dihilangkan.
96. Pengkondisian Aversi
o Digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk
dengan meningkatkan kepekaan klien agar
mengamati respon pada stimulus yang disenanginya
dengan kebalikan stimulus tersebut
o Stimulus yang tidak menyenangkan yang disajikan
tersebut diberikan secara bersamaan dengan
munculnya tingkah laku yang tidak dikehendaki
kemunculannya
o Pengkondisian ini diharapkan terbentuk asosiasi
antara tingkah laku yang tidak dikehendaki dengan
stimulus yang tidak menyenangkan.
97. Pembentukan Tingkah laku Model
o Digunakan untuk membentuk tingkah laku baru pada
klien, dan memperkuat tingkah laku yang sudah
terbentuk
o Konselor menunjukkan kepada klien tentang tingkah
laku model, dapat menggunakan model audio, model
fisik, model hidup atau lainnya yang teramati dan
dipahami jenis tingkah laku yang hendak dicontoh
o Tingkah laku yang berhasil dicontoh memperoleh
ganjaran dari konselor : dapat berupa pujian sebagai
ganjaran sosial.
98. 1. Bersifat dingin, kurang menyentuh aspek
pribadi, bersifat manipulatif, dan
mengabaikan hubungan antar pribadi
5. Lebih terkonsentrasi kepada teknik
7. Pemilihan tujuan sering ditentukan oleh
konselor
99. 1. Konstruksi belajar yang dikembangkan
dan digunakan oleh konselor behavioral
tidak cukup komprehensif untuk menje-
laskan belajar dan harus dipandang hanya
sebagai suatu hipotesis
yang harus diuji
5. Perubahan klien hanya berupa gejala yang
dapat berpindah kepada bentuk tingkah laku
yang lain.
100.
101. KONSEP DASAR
Manusia dalam kehidupannya selalu aktif
sebagai suatu keseluruhan.
Setiap individu bukan semata-mata merupakan
penjumlahan dari bagian-bagian organ-organ
seperti hati, jantung, otak, dan sebagainya,
melainkan merupakan suatu koordinasi semua
bagian tersebut.
102. Manusia aktif terdorong kearah keseluruhan dan
integrasi pemikiran, perasaan, dan tingkah
lakunya
Setiap individu memiliki kemampuan untuk
menerima tanggung jawab pribadi, memiliki
dorongan untuk mengembangkan kesadaran yang
akan mengarahkan menuju terbentuknya
integritas atau keutuhan pribadi.
103. Hakikat manusia menurut Gestalt :
Hanya dapat dipahami dalam keseluruhan
konteksnya
Merupakan bagian dari lingkungannya dan hanya
dapat dipahami dalam kaitannya dengan
lingkungannya itu
Aktor bukan reaktor
104. Berpotensi untuk menyadari sepenuhnya sensasi,
emosi, persepsi, dan pemikirannya
Dapat memilih secara sadar dan bertanggung
jawab
Mampu mengatur dan mengarahkan hidupnya
secara efektif.
105. Dalam hubungannya dengan perjalanan
kehidupan manusia :
tidak ada yang “ada”
kecuali “sekarang”.
Masa lalu telah pergi dan masa depan belum
dijalani, oleh karena itu yang menentukan
kehidupan manusia adalah masa sekarang.
106. Kecemasan :
“kesenjangan antara
saat sekarang dan
yang akan datang”
Jika individu menyimpang dari saat sekarang
dan menjadi terlalu terpu-kau pada masa depan,
maka mereka mengalami kecemasan.
107. Unfinished business
(urusan yang tak selesai)
perasaan-perasaan yang tidak
tersalurkan/terungkapkan
seperti : dendam, kemarahan,
kebencian, sakit hati,
kecemasan, kedudukan, rasa
berdosa, rasa diabaikan
108. Karena tidak terungkapkan di dalam kesadaran,
perasaan-perasaan di ba-wa pada kehidupan
sekarang dengan cara-cara yang menghambat
hubung-an yang efektif dengan dirinya sendi-ri
dan orang lain
Urusan yang tak selesai itu akan bertahan sampai
ia berani mengha-dapi dan
menangani/mengatasinya
109. ASUMSI TINGKAH LAKU
BERMASALAH
Individu bermasalah karena terjadi pertentangan
antara kekuatan “top dog” dan keberadaan “under
dog”
o Top dog adalah kekuatan yang mengharuskan, menuntut,
mengancam
o Under dog adalah keadaan defensif, membela diri, tidak
berdaya, lemah, pasif, ingin dimaklumi.
110. Perkembangan yang terganggu karena terjadi
ketidakseimbangan antara apa-apa yang harus
(self-image) dan apa-apa yang diinginkan (self)
Terjadi pertentangan antara keberadaan sosial dan
biologis
Ketidakmampuan individu mengintegrasikan
pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya
111. Mengalami gap/kesenjangan sekarang dan yang akan
datang
Melarikan diri dari kenyataan yang harus dihadapi
112. Spektrum tingkah laku bermasalah :
Kepribadian kaku (rigid)
Tidak mau bebas-bertanggung jawab, ingin tetap
tergantung
Menolak berhubungan dengan lingkungan
Memeliharan unfinished bussiness
Menolak kebutuhan diri sendiri
Melihat diri sendiri dalam kontinum “hitam-putih” .
113. TUJUAN KONSELING
Tujuan utama :
Membantu klien berani
menghadapi tantangan dan
kenyataan yang harus dihadapi
Klien dapat berubah dari ketergantungan terhadap
lingkungan/orang lain menjadi percaya pada diri, dapat
berbuat lebih banyak untuk meingkatkan kebermaknaan
hidupnya.
114. Individu yang bermasalah pada umumnya belum
memanfaatkan potensinya secara penuh, ia baru
memanfaatkan sebagaian dari potensinya yang
dimilikinya
Melalui konseling konselor
membantu klien agar potensi
yang baru dimanfaatkan
sebagian ini dimanfaatkan dan
dikembangkan secara optimal.
115. Tujuan spesifik
1. Membantu klien agar dapat memper-oleh
kesadaran pribadi, memahami kenyataan atau
realitas, serta menda-patkan insight secara
penuh
3. Membantu klien menuju pencapaian integritas
kepribadiannya
116. 3. Mengentaskan klien dari kondisinya yang
tergantung pada pertimbangan orang lain ke
mengatur diri sendiri (to be true to himself)
4. Meningkatkan kesadaran individual agar klien
dapat beringkah laku menurut prinsip-prinsip
Gestalt, semua situasi bermasalah (unfisihed
bussines) yang muncul dan selalu akan muncul
dapat diatasi dengan baik.
117. DESKRIPSI PROSES
KONSELING
Fokus utama konseling : bagaimana keadaan klien
sekarang serta hambatan-hambatan apa yang muncul
dalam kesadarannya
Tugas konselor : mendorong klien untuk
dapat melihat kenyataan yang ada pada
dirinya dan mau mencoba menghadapinya
Klien bisa diajak untuk memilih dua alternatif, menolak
kenyataan yang ada pada dirinya atau membuka diri
untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya
sekarang
118. Konselor menghindarkan diri dari pikiran-pikiran
yang abstrak, keinginan-keinginannya untuk
melakukan diagnosis, interpretasi maupun memberi
nasihat
Konselor sejak awal konseling sudah mengarahkan
tujuan agar klien menjadi matang dan mampu
menyingkirkan hambatan-hambatn yang
menyebabkan klien tidak dapat berdiri sendiri
Konselor membantu klien menghadapi transisi dari
ketergantungannya terhadap faktor luar menjadi
percaya akan kekuatannya sendiri. Usaha ini
dilakukan dengan menemukan dan membuka
ketersesatan atau kebuntuan klien.
119. Pada saat klien mengalami gejala kesesatan
dan klien menyatakan kekalahannya
terhadap lingkungan dengan cara
mengungkapkan kelemahannya, dirinya tidak
berdaya, bodoh, atau gila
Konselor membantu membuat perasaan klien
untuk bangkit dan mau menghadapi
ketersesatannya sehingga potensinya dapat
berkembang lebih optimal.
120. Deskripsi Fase-fase Proses Konseling :
Fase pertama
konselor mengembangkan pertemuan konseling, agar
tercapai situasi yang memungkinkan perubahan-
perubahan yang diharapkan pada klien
Pola hubungan yang diciptakan untuk setiap klien
berbeda, karena masing-masing klien mempunyai
keunikan sebagai individu serta memiliki kebutuhan
yang bergantung kepada masalah yang harus
dipecahkan.
121. Fase kedua
Konselor berusaha meyakinkan dan
mengkondisikan klien untuk mengikuti prosedur
yang telah ditetapkan sesuai dengan kondisi klien
Ada dua hal yang dilakukan konselor dalam fase
ini, yaitu :
122. 1. Membangkitkan motivasi klien :
memberi kesempatan klien untuk menyadari
ketidaksenangannya atau ketidakpuasannya
Makin tinggi kesadaran klien terhadap
ketidakpuasannya semakin besar motivasi untuk
mencapai perubahan dirinya, sehingga makin
tinggi pula keinginannya untuk bekerja sama
dengan konselor.
3. Mebangkitkan otonomi klien :
menekankan kepada klien bahwa klien boleh
menolak saran-saran konselor asal dapat
mengemukakan alasan-alasannya secara
bertanggung jawab.
123. Fase ketiga
Konselor mendorong klien untuk mengatakan
perasaan-perasaannya pada saat ini
Klien diberi kesempatan untuk mengalami kembali
segala perasaan dan perbuatan pada masa lalu,
dalam situasi di sini dan saat ini.
124. Kadang-kadang klien diperbolahkan
memproyeksikan dirinya kepada konselor
Melalui fase ini, konselor berusaha
menemukan celah-celah kepribadian atau
aspek-aspek kepribadian yang hilang, dari
sini dapat diidentifikasi apa yang harus
dilakukan klien.
125. Fase keempat
Setelah klien memperoleh pemahaman dan
penyadaran tentang pikiran, perasaan, dan tingkah
lakunya, konselor mengantarkan klien memasuki
fase akhir konseling
Pada fase ini klien menunjukkan gejala-gejala yang
mengindikasikan integritas kepribadiannya
sebagai individu yang unik dan manusiawi.
126. Klien telah memiliki kepercayaan pada
potensinya, menyadari keadaan dirinya pada
saat sekarang, sadar dan bertanggung jawab
atas sifat otonominya, perasaan-
perasaannya, pikiran-pikirannya dan tingkah
lakunya.
Dalam situasi ini klien secara sadar dan
bertanggung jawab memutuskan untuk
“melepaskan” diri dari konselor, dan siap
untuk mengembangan potensi dirinya.
127. TEKNIK KONSELING
Prinsip Kerja Teknik Konseling Gestal
Penekanan Tanggung Jawab Klien, konselor
menekankan bahwa konselor bersedia membantu
klien tetapi tidak akan bisa mengubah klien, konselor
menekankan agar klien mengambil tanggung jawab
atas tingkah lakunya.
128. Orientasi Sekarang dan Di Sini
Konselor tidak merekonstruksi masa lalu atau
motif-motif tidak sadar, tetapi memfokuskan
keadaan sekarang
Masa lalu hanya dalam kaitannya dengan keadaan
sekarang
Konselor tidak bertanya dengan pertanyaan
“mengapa”.
129. Orientasi Eksperiensial
konselor meningkatkan kesadaran klien tentang
diri sendiri dan masalah-masalahnya, sehingga
klien mampu mengintegrasikan kembali dirinya:
klien mempergunakan kata ganti personal
klien mengubah kalimat pertanyaan
menjadi pernyataan
klien mengambil peran dan tanggung jawab
klien menyadari bahwa ada hal-hal positif
dan/atau negative pada diri atau tingkah
lakunya
130. Teknik-teknik Konseling Gestal
Permainan Dialog
Teknik ini dilakukan dengan cara klien
dikondisikan untuk mendialogan dua
kecenderungan yang saling bertentangan, yaitu
kecenderungan top dog dan kecenderungan under
dog, misalnya :
kecenderungan orang tua lawan kecenderungan anak
131. Kecenderungan “anak baik” lawan
kecenderungan “anak bodoh”
Kecenderungan bertanggung jawab lawan
kecenderungan masa bodoh
Kecenderungan otonom lawan
kecenderungan tergantung
Kecenderungan kuat atau tegar lawan
kecenderungan lemah
132. Melalui dialog yang kontradiktif ini, menurut
pandangan Gestalt pada akhirnya klien akan
mengarahkan dirinya pada suatu posisi di mana
ia berani mengambil resiko
Penerapan permainan dialog ini dapat
dilaksanakan dengan menggunakan teknik
“kursi kosong”.
133. Latihan Saya Bertanggung Jawab
Teknik untuk membantu klien agar mengakui dan
menerima perasaan-perasaannya dari pada
memproyek-sikan perasaannya itu kepada orang
lain.
Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk
membuat suatu pernyataan dan kemudian klien
menambahkan dalam pernyataan itu dengan
kalimat : “...dan saya bertanggung jawab atas hal
itu”.
134. Misalnya :
“Saya merasa jenuh, dan saya bertanggung jawab atas
kejenuhan itu”
“Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan sekarang,
dan saya bertanggung jawab ketidaktahuan itu”.
“Saya malas, dan saya bertanggung jawab atas kemalasan
itu”.
Meskipun tampaknya mekanis, tetapi menurut
Gestalt akan membantu meningkatkan kesadaraan
klien akan perasaan-perasaan yang mungkin selama
ini diingkarinya.
135. Bermain Proyeksi
Proyeksi :
Memantulkan kepada orang lain perasaan-perasaan
yang dirinya sendiri tidak mau melihat atau
menerimanya
Mengingkari perasaan-perasaan sendiri dengan cara
memantulkannya kepada orang lain
136. Sering terjadi, perasaan-perasaan yang
dipantulkan kepada orang lain merupakan atribut
yang dimilikinya
Dalam teknik bermain proyeksi konselor
meminta kepada klien untuk mencobakan atau
melakukan hal-hal yang diproyeksikan kepada
orang lain.
137. Teknik Pembalikan
Gejala-gejala dan tingkah laku tertentu sering kali
mempresentasikan pembalikan dari dorongan-
dorongan yang mendasarinya
Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk
memainkan peran yang berkebalikan dengan
perasaan-perasaan yang dikeluhkannya.
138. Misalnya :
Konselor memberi kesempatan kepada klien
untuk memainkan peran “ekshibisionis” bagi
klien pemalu yang berlebihan
139. Tetap dengan Perasaan
Teknik ini dapat digunakan untuk klien yang
menunjukkan perasaan atau suasana hati yang
tidak menyenangkan dan ia sangat ingin
menghindarinya
Konselor mendorong klien untuk tetap bertahan
dengan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
140. Kebanyakan klien ingin melarikan diri dari
stimulus yang menakutkan dan menghindari
perasaan-perasaan yang tidak
menyenangkan
Dalam hal ini konselor tetap mendorong klien
untuk bertahan dengan ketakutan atau
kesakitan perasaan yang dialaminya
sekarang dan mendorong klien untuk
menyelam lebih dalam ke dalam tingklah laku
dan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
141. Untuk membuka dan membuat jalan me-nuju
perkembangan kesadaran perasaan yang
lebih baru :
tidak cukup hanya mengkonfron-
tasi dan menghadapi perasaan-
perasaan yang ingin dihindarinya
membutuhkan keberanian dan pengalam-an
untuk bertahan dalam kesakitan pera-saan
yang ingin dihindarinya itu.
142. TEKNIK KURSI KOSONG
Adalah teknik khusus yang digunakan dalam
konseling, bertujuan mengubah tingkah laku klien
dengan cara berkomunikasi melalui alat bantu yaitu
“Kursi Kosong”
Teknik ini hampir sama dengan Pemberian Contoh,
di mana konselor memperlihatkan pola tingkah laku
dan pola komunikasi
1
143. TUJUAN
Mengatasi masalah klien yang menyangkut
hubungan antar orang
Merubah tingkah laku klien dan cara komunikasi
klien dengan menggunakan media “kursi
kosong”
Klien mampu berkomunikasi dengan baik
sehingga masalahnya terentaskan
1
144. SYARAT PENGGUNAAN TEKNIK
“KURSI KOSONG”
1. Masalah Hubungan Antar Orang (HAO)
2. Hubungan yang tidak harmonis dan komunikasi yang
tidak lancar
3. Klien tidak megetahui untuk memulai pembicaraan
4. Klien menyadari perlunya latihan.
5. Konselor harus memiliki keterampilan berkomunikasi
1
145. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN
TEKNIK KURSI KOSONG
Klien menyampaikan sesuatu/bicara pada yang
bersangkutan (melalui media Kursi Kosong) dengan
bahasa yang baik dan tepat.
Setelah klien menyampaikan sesuatu/bicara, lalu
KONSELOR MENGANALISIS pembicaraan itu BERSAMA
KLIEN.
Kemudian DIPERBAIKI, DICOBA LAGI, dan di
ANALISIS SAMPAI BENAR dan TEPAT.
Klien diminta memutar kursi menghadap konselor dan
menganalisis kembali hasil latihan yang telah
dilakukan.
1
146. PENEGUHAN HASRAT
Adalah suatu teknik yang pada hematnya sangat
berarti, dimana dapat membuat klien lebih punya
keinginan, keyakinan dan prinsip yang kuat untuk mau
melakukan pengubahan tingkah laku
Catatan:
Peneguhan hasrat adalah implikasi dari reinforcement/penguatan
terhadap respon klien.
1
147. TUJUAN PENEGUHAN HASRAT
Memantapkan apa yang menjadi
pilihan/keputusan klien
Memberikan perhatian sepenuhnya terhadap
usaha meneguhkan janji klien
Membuat klien mau bekerja keras untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkannya
Klien mau melakukan apa yang telah menjadi
keputusannya
1
148. LANGKAH PENGGUNAAN
PENEGUHAN HASRAT
Konselor memberikan perhatian pada
keputusan klien
Konselor menyatakan ikut memberikan
dukungan atas apa yang menjadi
ketetapannya
Konselor mengucapkan kata-kata yang
meneguhkan keinginan klien
Klien diminta membuat rencana kegiatan
yang akan dilakukan
Konselor meyakinkan klien bahwa dia
sanggup dan bisa melaksanakan
keputusannya (kalau perlu dalam hal ini
1 dilakukan konfrontasi)
149. KONTRAK
Adalah kesepakatan klien dan
konselor terhadap hal yang akan
dilatih dan dilaksanakan oleh klien
setelah proses konseling
1
150. TUJUAN KONTRAK
Klien setuju melakukan rencana yang akan
dilakukannya
Klien punya rencana kegiatan pengubahan
tingkah laku secara terstruktur
Klien punya ikatan dengan konselor tentang
pelaksanaan janji sekaligus untuk menganalisis
kegiatan yang telah dilakukan
1
151. ISI KONTRAK
APA YANG AKAN DILAKUKAN KLIEN SETELAH
KONSELING
BERAPA KALI KLIEN HARUS MELAKUKANNYA
KAPAN HASIL KEGIATAN KLIEN TERSEBUT
DIBICARAKAN LAGI BERSAMA KONSELOR
1
152. SYARAT-SYARAT KONTRAK
Jelas apa yang akan dilakukan
Isinya sesuai dengan isi masalah klien
Kontrak harus realistis dan sederhana
Jelas peranan masing-masing
Masalah waktu dan tempat
1
154. KETERBATASAN PENDEKATAN
1. Pendekatan gestalt cenderung kurang
memperhatikan faktor kognitif
3. Pendekatan gestalt menekankan tanggung
jawab atas diri sendiri,
tetapi mengabaikan tanggung jawab pada
orang lain
155. 3. Menjadi tidak produktf bila penggunaan
teknik-teknik gestalt dikembangkan
secara mekanis
4. Dapat terjadi klien sering bereaksi
negatif terhadap sejumlah teknik
gestalt karena merasa dirinya
dianggap anak kecil atau orang bodoh.
156.
157. KONSEP DASAR
Manusia padasarnya adalah unik memiliki
kecenderungan untuk berpikir rasional dan irsional
Ketika berpikir dan bertingkah-
laku rasional manusia akan
efektif, bahagia, dan kompeten.
Ketika berpikir dan bertingkah-
laku irasional individu itu menjadi
tidak efektif.
158. Reaksi emosional seseorang disebabkan oleh
evaluasi, interpretasi, dan filosofi, baik yang
disadari maupun tidak disadari.
Hambatan psikologis atau emosional adalah akibat
dari cara berpikir yang tidak logis dan irasional.
Emosi menyertai individu yang berpikir dengan
penuh prasangka, sangat personal, dan irrasional.
159. Berpikir irrasional diawali dengan belajar secara tidak
logis yang diperoleh dari orang tua dan budaya tempat
dibesarkan.
Berpikir secara irasional akan tercermin dari
verbalisasi yang digunakan.
Verbalisasi yang tidak logis menunjukkan cara berpikir
yang salah dan verbalisasi yang tepat menunjukkan
cara berpikir yang tepat.
160. Perasaan dan pikiran negatief serta penolakan diri
harus dilawan dengan cara berpikir yang rasional dan
logis yang dapat diterima menurut akal sehat, serta
menggunakan cara verbalisasi yang rasional.
161. Teori ABC dari Albert Ellis :
Tiga pilar yang membangun tingkah laku individu
Antecedent event (A)
Belief (B)
Consequence (C)
162. Antecedent event (A)
• Segenap peristiwa luar yang dialami atau
memapar individu
• Peristiwa pendahulu yang berupa fakta,
kejadian, tingkah laku, atau sikap orang lain.
Perceraian suatu keluarga
Kelulusan bagi siswa
Seleksi masuk bagi calon karyawan
163. Belief (B)
Keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi individu
thp suatu peristiwa
Rational belief (rB) Irrasional belief (iB)
164. Consequence (C)
• Konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi
individu dalam bentuk perasaan senang atau tidak
senang dalam hubungannya dgn antecendent event
(A).
• Konsekuensi emosional ini bukan akibat langsung dari
A tetapi disebabkan oleh B, baik yang rB maupun yang
iB.
165. ASUMSI TINGKAH LAKU
BERMASALAH
Tingkah laku bermasalah : tingkah laku yang
didasarkan dikendalikan oleh cara berpikir yang
irrasional (iB)
Ciri-ciri iB :
- Tidak dapat dibuktikan
- Menimbulkan perasaan tidak enak (kecemasan)
yang sebenarnya tidak perlu
- Menghalangi individu untuk berkembang
166. Sebab-sebab Individu Berpikir Irasional :
• Individu tidak berpikir jelas tentang saat ini dan
yang akan datang, antara kenyataan
dan imajinasi
• Individu tergantung pada perencanaan dan
pemikiran orang lain
• Orang tua atau masyarakat memiliki
kecenderungan berpikir irrasional yang diajarkan
kepada individu melalui berbagai media.
167. Indikator keyakinan irrasional :
• Bahwa manusia hidup dalam masyarakat
adalah untuk diterima dan dicintai oleh orang
lain dari segala sesuatu yang dikerjakan
Bahwa banyak orang dalam kehidupan
masyarakat yang tidak baik, merusak, jahat,
dan kejam sehingga mereka patut dicurigai,
disalahkan, dan dihukum
168. Bahwa kehidupan manusia senantiasa
dihadapkan kepada berbagai malape-taka,
bencana yang dahsyat, menge-rikan,
menakutkan yang mau tidak mau harus
dihadapi oleh manusia dalam hidupnya.
Bahwa lebih mudah untuk menjauhi kesulitan-
kesulitan hidup tertentu dari pada berusaha
untuk mengahadapi dan menanganinya
169. Bahwa penderitaan emosional dari seseorang
muncul dari tekanan eks-ternal dan individu
hanya mempunyai kemampuan sedikit sekali
untuk menghilangkan penderitaan emosional
tersebut.
Bahwa pengalaman masa lalu membe-rikan
pengaruh sangat kuat terhadap kehidupan
individu dan menentukan perasaan dan tingkah
laku individu pada saat sekarang
170. Bahwa untuk mencapai derajat yang tinggi
dalam hidupnya dan untuk me-rasakan sesuatu
yang menyenangkan memerlukan kekuatan
supranatural
Bahwa nilai diri sebagai manusia dan
penerimaan orang lain terhadap diri
tergantung dari kebaikan penampilan individu
dan tingkat penerimaan oleh orang lain
terhadap individu.
171. TUJUAN KONSELING
Memperbaiki dan merubah sikap,
persepsi, cara berpikir, keyakinan serta
pandangan-pandangan klien yang
irrasional dan tidak logis menjadi
pandangan yang rasional dan logis
Menghilangkan gangguan-gangguan
emosional yang merusak diri sendiri
seperti rasa takut, rasa bersalah, rasa
berdosa, rasa cemas, merasa was-was,
rasa marah.
172. Untuk mencapai tujuan-tujuan konseling itu
perlu pemahaman klien tentang sistem
keyakinan atau cara-cara berpikirnya sendiri
Tiga tingkatan insight /pemahaman :
1. Klien klien memahami tingkah laku
negatif/penolakan diri peristiwa yang
disebabkan oleh sistem keyakinan yang
irasional
173. 2 Klien memahami bahwa yang menganggu
klien pada saat ini adalah karena keyakinan
irrasional terus dianutnya
3. Klien memahami bahwa tidak ada jalan lain
untuk keluar dari hambatan emosional
yang dialaminya kecuali dengan mendeteksi
dan melawan keyakinan yang irrasional.
174. KLIEN YANG TELAH MEMILIKI rB TERJADI
PENINGKATAN DALAM HAL :
penerimaan diri
minat sosial
pengendalian diri
toleransi terhadap pihak lain
fleksibelitas
penerimaan ketidakpastian
komitmen terhadap sesuatu di luar dirinya
berpikir logis
keberanian mengambil risiko
menerima kenyataan.
175. DESKRIPSI PROSES KONSELING
Konseling rasional emotif dilakukan dgn
menggunakan prosedur yang bervariasi
dan sistematis yang secara khusus
dimak-sudkan untuk mengubah tingkah
laku dalam batas-batas tujuan yang
disusun secara bersama-sama oleh
konselor dan klien.
176. Tugas konselor menunjukkan bahwa
masalahnya disebabkan oleh persepsi yang
terganggu dan pikiran-pikiran yang tidak
rasional
usaha untuk mengatasi masalah adalah
harus kembali kepada sebab-sebab
permulaan, yaitu menghilangkan pikiran-
pikiran yang tidak rasional.
177. Operasionalisasi tugas konselor :
1. konselor lebih edukatif-direktif kepada klien, dengan
cara banyak memberikan cerita dan penjelasan,
khususnya pada tahap awal
2. mengkonfrontasikan masalah klien secara langsung
3. menggunakan pendekatan yang dapat memberi
semangat dan memperbaiki cara berpikir klien,
kemudian memperbaiki mereka untuk dapat mendidik
dirinya sendiri
178. 4. dengan gigih dan berulang-ulang menekankan
bahwa ide irrasional itulah yang menyebabkan
hambatan emosional pada klien
5. mendorong klien menggunakan kemampuan
rasional dari pada emosinya
6. menggunakan pendekatan didaktif dan filosofis
7. menggunakan humor dan “menekan” sebagai jalan
mengkonfrontasikan berpikir secara irrasional.
179. Karakteristik Konseling RE
• Aktif-direktif :
dalam hubungan konseling konselor lebih
aktif membantu mengarahkan klien dalam
menghadapi dan memecahkan masalahnya.
• Kognitif-eksperiensial
proses konseling berfokus pada aspek
kognitif dari klien dan berintikan pemecahan
masalah yang rasional.
180. Emotif-ekspreriensial
proses konseling memfokuskan pada aspek
emosi klien dengan mempelajari sumber-
sumber gangguan emosional, sekaligus
membongkar akar-akar keyakinan yang
keliru yang mendasari gangguan tersebut.
Behavioristik
proses konseling yang dikembangkan
hendaknya menyentuh dan mendorong
terjadinya perubahan tingkah laku klien.
181. TEKNIK KONSELING
Teknik-teknik Emotif (Afektif)
Assertive adaptive
teknik untuk melatih, mendorong, dan
membiasakan klien untuk secara terus-menerus
menyesuaikan dirinya dengan tingkah laku yang
diinginkan. Latihan-latihan yang diberikan lebih
bersifat pendisiplinan diri klien.
182. - Bermain peran
teknik untuk mengekspresikan berbagai jenis
perasaan yang menekan (perasaan-perasaan
negatif) melalui suatu suasana yang dikondisikan
sedemikian rupa sehingga klien dapat secara bebas
mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran
tertentu.
- Imitasi
teknik untuk menirukan secara terus menerus suatu
model tingkah laku tertentu dengan maksud
menghadapi dan menghilangkan tingkah lakunya
sendiri yang negatif.
183. Teknik-teknik Behavioristik
Reinforcement
teknik untuk mendorong klien ke arah
tingkah laku yang lebih rasional dan
logis dengan jalan memberikan pujian
verbal (reward) ataupun hukuman
(punishment).
184. Teknik ini dimaksudkan untuk mem-
bongkar sistem nilai dan keyakinan yang
irrasional pada klien dan meng-gantinya
dengan sistem nilai yang positif.
Dengan memberikan reward ataupun
punishment, maka klien akan meng-
internalisasikan sistem nilai yang
diharapkan kepadanya.
185. Social modeling
• Teknik untuk membentuk tingkah laku-tingkah laku
baru pada klien
• Teknik ini dilakukan agar klien dapat hidup dalam
suatu model sosial yang diharapkan dengan cara
imitasi (meniru), mengobser-vasi, dan menyesuaikan
dirinya dan meng-internalisasikan norma-norma
dalam sis-tem model sosial dengan masalah tertentu
yang telah disiapkan oleh konselor.
186. Teknik-teknik Kognitif
Home work assigments
Teknik yang dilaksanakan dalam
bentuk tugas-tugas rumah untuk
melatih, membiasakan diri, dan
menginternalisasikan sistem nilai
tertentu yang menuntut pola tingkah
laku yang diharapkan.
187. Klien ditugasi untuk mempelajari bahan-bahan
tertentu, melaksanakan latihan-latihan tertentu
yang signifikan untuk mengubah aspek-aspek
kognisinya yang keliru dan irasional
Tugas yang diberikan konselor dilaporkan oleh
klien dalam suatu pertemuan tatap muka dengan
konselor
Teknik juga bermaksud : mengembangkan p
tanggung jawab, kepercayaan diri, pengelolaan
diri klien dan mengurangi ketergantungannya
kepada konselor.
188. Latihan assertive
Teknik untuk melatih keberanian klien dalam
mengekspresikan tingkah laku-tingkah laku tertentu yang
diharapkan melalui bermain peran, latihan, atau meniru
model-model sosial.
Maksud utama teknik latihan asertif
1. mendorong kemampuan klien
mengekspresikan berbagai
hal yang berhubungan dengan emosinya
189. 2. membangkitkan kemampuan klien dalam
mengungkapkan hak asasinya sendiri tanpa
menolak atau memusuhi hak asasi orang lain
3. mendorong klien untuk meningkatkan
kepercayaan dan kemampuan diri
4. meningkatkan kemampuan untuk memilih
tingkah laku-tingkah laku asertif yang cocok
untuk diri sendiri.
191. Manusia
1. Manusia tidak sekedar terikat pada dorongan
instinknya melainkan dipengaruhi oleh
lingkungannya
2. Mengutamakan fungsi ego yg merupakan energi
psikologikal individu, meskipun masih mengakui
adanya id, dan superego
191
192. Perkembangan Kepribadian
1. Kepribadian merupakan produk dari berbagai faktor
dalam waktu yg cukup lama
2. Perkembangan psikososial (Erikson)
a. Trust
b. Autonomy (usia 1 – 3 tahun)
c. Initiative (usia 3 – 5 tahun)
d. Industry
e. Ego identity (usia remaja)
f. Intimacy
g. Generality
192
193. Perkembangan kepribadian
Ego berkembang atas kekuatannya sendiri, tidak
tergantung pada energi id
Pertumbuha ego yg normal merupakan
perkembangan perkembangan komunikasi pada
anak:
differensiasi
berkembang melalui hub. dg
lingkungan
Proses sosialisasi 193
194. Coping ability (PA), melalui :
Pola-pola baru tingkah laku
Usaha sadar yg akan menjadi
otomatis.
- Pola dasar tingkah laku terbentuk
pada masa enam tahu pertama
(entama)
195. FUNGSI EGO
lebih positif, berhubungan dg lingkungan melalui cara-
cara rasional dan sadar, dg kategori fungsi ego sbb :
Impulse economic; kemampuan ego untuk tidak hanya
mengontrol dorongan-dorongan, ttp menyalurkannya ke
arah tingkah laku yg lebih dapat diterima dan berguna
Fungsi kognitif: kemamp. ego utk menganalisis dan
berpikir logis mengatasi perasaan--- ini merupakan
kemampuan ego yg bebas dari pengaruh id
Fungsi kontrol; kemampuan ego utk memusatkan usaha
penyelesaian tugas tanpa diganggu oleh perasaan
195
196. Kasus atau masalah
Apabila individu tertekan oleh
keadaan yg menimpanya dan ego
kehilangan kontrol, maka kontrol
thd tingkah laku beralih dari
kesadaran ke ketidaksadaran–
kontrol beralih dari ego ke id
196
197. 1. Ego yg kurang kuat dpt tumbuh dlm bentuk (Erikson):
Mistrust
Shame and doubt
Guilt
Inferiority
Role confusion
Isolation
Stagnation
Dispair
198. KASUS (MASALAH) DISEBABKAN OLEH
1. Individu kurang mampu merespon dg cara yg layak
2. Pola tingkah laku yg dimiliki tidak lagi cocok dg
tuntutan lingkungan (situasi)
3. Rusaknya fungsi ego, al : tdk tahu baik buruk
Individu abnormal adalah individu yg tingkah
lakunya tidak berubah dalam menghadapi tuntutan
diri sendiri ataupun lingkungan yg telah berubah
198
199. TUJUAN KONSELING
Keseluruhan pribadi harus diarahkan utk berubah, kalau
klien mau dibantu
Konselor membantu klien memperbaiki satu-dua fungsi
ego yg rusak yg menimbulkan kesulitan klien
Tujuan utama konseling membantu klien membangun
identitas ego, memperluas dan memperkuat berfungsinya
sistem ego pada diri klien.
199
200. PROSES KONSELING
Lebih memusatkan pada ciri-ciri individu yg normal dan
sadar, daripada mengungkapkan motif-motif tidak disadari
yang melatarbelakangi tingkah laku klien.
Lebih terpusat pada:
a. ranah kognitif daripada konatif
b. tingkah laku sekarang daripad yg sudah berlalu
c. hubungan klien dg situasi nyata yg menyebabkan
kesulitan
6. Membantu klien memahami bagaimana tingkah lakunya
selama ini tidak fungsional dalam menghadapi situasi, dan
bagaimana ia membangun tingkah laku baru untuk
mengubah situasi yg dihadapinya
200
201. PROSES KONSELING (lanjutan)
4. Konselor:
a. hangat dan spontan
b. profesional terlatih
c. bekerja dg individu normal yg
mengalami masalah khusus,
dalam waktu yg relatif singkat (sekitar
201
202. TEKNIK KONSELING
(Teknik tidak kaku, melainkan luwes sesuai
dengan hak klien untuk menjadi dirinya
sendiri).
Pengawalan; membina hub. antara klien dan
konselor
Pengontrolan proses;
a. memusatkan kegiatan pada tugas
membantu ego strength klien
b. mengontrol keseimbangan antara ekspresi
202
203. c. mengontrol ambiguitas dlm proses
konseling, untuk :
- mengontraskan perasaan klien
- menampilkan keunikan pribadi
klien
- membangun transferensi melalui
proyeksi
204. TEKNIK KONSELING (lanjutan)
3. Transferensi: tidak spt pada
psikoanalisis klasik, dalam ego konseling
transferensi dimaksudkan sbg perasaan
klien yg timbul thd konselor
4. Counter transference: upaya konselor
utk mencegah perasaannya yg muncul
thd klien dan mempengaruhi proses
konseling
205. dan mendiagnosis masalah, serta memberikan
kesempatan kpd klien utk memahami masalah-
masalahnya Diagnosis dan interpretasi: konselor
bertanggung jawab merumuskan itu
6. Apabila klien sudah menyadari masalahnya, proses
konseling diarahkan ke pembentukan tingkah laku
baru:
* konselor mengajarkan cara-cara baru
* klien dilatih
* mempergunakan tugas rumah yg hrs dikerjakan
Semuanya itu untuk memperkuat ego yg dpt
berfungsi lebih tepat.
207. ASUMSI TENTANG MANUSIA
1. MANUSIA ADALAH RASIONAL,
TERSOSIALISASIKAN, DAN DAPAT MENENTUKAN
NASIBNYA SENDIRI
3. DALAM KONDISI YANG MEMUNGKINKAN,
MANUSIA MAMPU MENGARAHKAN DIRI, MAJU,
MENJADI INDIVIDU YANG POSITIF DAN
KONSTRUKTIF
209. PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
1. ORGANISMIC VALUING PROCESS (OVP)
2. POSITIVE REGARD FROM OTHERS (PRO)
3. SELF REGARD (SRG)
4. CONDITION OF WORTH (COW)
210. KONDISI YANG DIHARAPKAN
MEMBERI PENILAIAN POSITIF YANG TERUS
MENERUS
INDIVIDU TERHINDAR DARI COW DAN
MENGEMBANGKAN USR
KEPRIBADIAN SEHAT :
- COW TIDAK BERKEMBANG
- OVP, SRG DAN PRO SEJALAN
- TINGKAH LAKU MENYENANGKAN
211. TINGKAH LAKU SALAH SUAI
ADA KETIDAKSEIMBANGAN ORGANISMIC DAN
SELF
KARAKTERISTIK PRIBADI TIDAK SEHAT :
- ESTRANGEMENT
- INCONGRUITY IN BEHAVIOR
- KECEMASAN
- DEFENCE MECHANISM
212. GEJALA TLSS
1. KECEMASAN ATAU KETEGANGAN TERUS
MENERUS
2. TINGKAH LAKU RIGID…… TIDAK LUWES
3. MENOLAK SITUASI BARU
4. SALAH DALAM MEMPERKIRAKAN
5. MENOLAK MENYADARI PENGALAMAN SENDIRI
6. TINGKAH LAKU TIDAK TERDUGA
7. SERING TIDAK RASIONAL
8. TIDAK MAMPU MENGONTROL DIRI
213. TUJUAN KONSELING
1. PADA DASARNYA :
a. KLIEN SENDIRI YANG
MENENTUKAN TUJUAN KONSELING
b. MEMBANTU KLIEN : SELF-
ACTUALIZATION (SA)
2. SECARA KHUSUS : MEMBEBASKAN KLIEN DARI
KUNGKUNGAN TINGKAH LAKU YANG
MENGHAMBAT SA-NYA
214. TEKNIK KONSELING
1. KONDISI YANG DIPERLUKAN UNTUK PROSES
KONSELING :
a. PSYCHOLOGICAL CONTACT
b. MINIMUM STATE OF ANXIETY
c. CONSELOR GENUINESS
d. UNCONDITIONED POSITIVE REGARD
AND RESPECT
e. EMPHATIC UNDERSTANDING
f. CLIENT PERCEPTION
g. CONCRETNESS, IMMEDIACY, AND
CONFRONTATION
215. 2. PENDEKATAN : “JIKA-MAKA”
3. PROSES KONSELING :
a. UNCONDITIONED POSITIVE REGARD
b. KLIEN MENGGUNAKAN KATA GANTI
“SAYA”
c. KLIEN MELIHAT PENGALAMAN :
SECARA REALISTIK
d. KLIEN MENGEKPRESIKAN
PERASAAN
e. KLIEN DIDORONG MENJADI DIRINYA
216. 4. PENERAPAN :
a. KO MENJADI “ALTER EGO” BAGI KLIEN
b. TANGGUNG JAWAB HUBUNGAN
KONSELING : KLIEN
c. WAKTU DIBATASI
d. FOKUS : INDIVIDU BUKAN MASALAH
e. MENEKANKAN AZAS KEKINIAN
f. DIAGNOSIS : KLIEN MENDIAGNOSIS
DIRINYAS SENDIRI
g. LEBIH MENEKANKAN ASPEK EMOSIONAL
DARI PADA ASPEK INTELEKTUAL
217.
218. KONSEP DASAR
Pandangan tentang Manusia
• Manusia merupakan sistem sifat atau faktor yang saling
berkaitan antara satu dengan lainnya, seperti kecakapan, minat,
sikap, dan temperamen.
• Perkembangan kemajuan individu mulai dari masa bayi sampai
dewasa diperkuat oleh interaksi sifat dan faktor. Telah banyak
dilakukan usaha untuk menyusun kategori individu atas dasar
dimensi sifat dan faktor.
• Studi ilmiah yang telah dilakukan adalah : (1) mengukur dan
menilai ciri ciri-ciri seseorang dengan tes psikologis, (2)
mendefinisikan atau menggambarkan keadaan individu,
(3) membantu individu untuk memahami diri dan
lingkungannya, (4) memprediksi keberhasilan yang mungkin
dicapai pada masa mendatang.
219. Manusia berusaha untuk menggunakan pemahaman
diri dan pengetahuan kecakapan dirinya sebagai
dasar bagi pengembangan potensinya.
Manusia mempunyai potensi untuk berbuat baik
atau buruk.
Makna hidup adalah mencari kebenaran dan
berbuat baik serta menolak kejahatan.
Menjadi manusia seutuhnya tergantung pada
hubungannya dengan orang lain.
220. Asumsi pokok pendekatan konseling trait dan faktor.
• Karena setiap individu sebagai suatu pola kecakapan dan
kemampuan yang terorganisir secara unik, dan karena kemampuan
kausalitasnya relatif stabil setelah remaja, maka tes obyektif dapat
digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik-karatreistik individu.
• Pola-pola kepribadian dan minat berkorelasi dengan tingkah laku
kerja tertentu.
• Kurikulum sekolah yang berbeda akan menuntut kapasitas dan minat
yang berbeda dan hal ini dapat ditentukan. Individu akan belajar
dengan lebih mudah dan efektif apabila potensi dan bakatnya sesuai
dengan tuntutan kurikulum.
• Baik klien maupun konselor hendaknya mendiagnosis potensi klien
untuk mengawali penempatan dalam kurikulum atau pekerjaan.
• Setiap individu mempunyai kecakapan dan keinginan untuk
mengidentifikasi secara kognitif kemampuannya sendiri.
221. Pandangan tentang Kepribadian
• Kepribadian : suatu sistem yang saling tergantung dengan sifat dan
faktor, seperti kecakapan, minat, sikap, dan temperamen.
• Perkembangan kepribadian manusia ditentutan oleh faktor
pembawaan dan lingkungan.
• Setiap individu ada sifat-sifat yang umum dan ada sifat-sifat yang
khusus, yang merupakan sifat yang unik.
• Unsur dasar dari struktur kepribadian disebut sifat dan merupakan
kecenderungan luas untuk memberi reaksi dan membentuk tingkah
laku yang relatif tetap.
Sifat (trait) : struktur mental yang dapat diamati untuk menunjukkan
keajegan dan ketepatan dalam tingkah laku.
222. TUJUAN KONSELING
Membantu individu mencapai perkembangan kesempurnaan
berbagai aspek kehidupan manusia.
Membantu individu dalam memperoleh kemajuan memahami
dan mengelola diri dengan cara membantunya menilai kekuatan
dan kelamahan diri dalam kegiatan dengan perubahan
kemajuan tujuan-tujuan hidup dan karir.
Membantu individu untuk memperbaiki kekurangan,
tidakmampuan, dan keterbatasan diri serta membantu
pertumbuhan dan integrasi kepribadian.
Mengubah sifat-sifat subyektif dan kesalahan dalam penilaian
diri dengan mengggunakan metode ilmiah.
223. DESKRIPSI PROSES KONSELING
Hubungan konselor dengan klien merupakan
hubungan yang sangat akrab, sangat bersifat
pribadi dalam hubungan tatap muka.
Konselor bukan hanya membantu individu atas
apa saja yang sesuai dengan potensinya, tetapi
konselor juga mempengaruhi klien berkembang
ke satu arah yang terbaik baginya.
Konselor memang tidak menetapkan tetapi
memberikan pengaruh untuk mendapatkan cara
yang baik dalam membuat keputusan.
224. Tahapan proses konseling :
1. Analisis
- Merupakan tahapan kegiatan : pengumpulan informasi dan data
mengenai klien.
- Konselor dan klien memiliki informasi yang dpat dipercaya,
tepat, dan relevan untuk mendiagnosis pembawaan, minat,
motif, keseimbangan emosional dan sifat-sifat lain yang
memudahkan penyesuaian diri
- Analisis dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat, spt :
cacatan kumulatif, wawancara, catatan anekdot, tes psikologis,
dan studi kasus.
- Selain mengumpulkan data obyektif, konselor harus
memperhatikan pula cita-cita dan sikap klien dan cara
memandang permasalahannya.
225. 2. Sintesis
Merangkum dan mengatur data hasil analisis yang
sedemikian rupa sehingga menunjukkan bakat klien,
kelamahan dan kekuatan, serta kemampuan penyesuaian
diri.
3. Diagnosis
Merupakan tahapan untuk menemukan ketetapan dan pola
yang dapat mengarahkan kepada permasalahan, sebab-
sebabnya, serta sifat-sifat klien yang relevan dan
berpengaruh terhadap proses penyesuaian diri.
Langkah Diagnosis :
a. Identifikasi Masalah
b. Menentukan sebab-sebab
c. Prognosis
226. 4. Konseling
- Merupakan hubungan membantu klien untuk
menemukan sumber diri sendiri maupun sumber di luar
dirinya dalam upaya mencapai perkembangan dan
penyesuaian optimal sesuai dengan kemampuannya.
- Dalam kaitan ini ada lima sifat konseling, yaitu :
1. Belajar terpimpin menuju pengertian diri
2. Mendidik/mengajar kembali untuk mencapai tujuan
kepribadiannya dan penyesuaian hidupnya.
3. Bantuan pribadi agar klien mengerti dan terampil
dalam menerapkan prinsip dan teknik yang
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Konseling yang mencakup hubungan dan teknik
yang bersifat menyembuhkan
5. Mendidik kembali yang sifatnya sebagai katarsis
atau penyaluran
227. 5. Tindak Lanjut
- Memberikan bantuan kepada klien
dalam menghadapi masalah baru
dengan mengingatkannya kepada
masalah sumbernya sehingga
menjamin keberhasilan konseling.
- Teknik yang digunakan konselor harus
disesuaikan dengan individualitas klien,
mengingat bahwa individu itu sifatnya unik,
sehingga tidak ada teknik yang baku yang
berlaku untuk semua klien.
228. TEKNIK KONSELING
Atending
• Dalam formulasi yang singkat Atending dapat dipahami
sebagai usaha pembinaan untuk menghadirkan klien
dalam proses konseling
Penciptaan dan pengembangan Atending dimulai dari
upaya konselor menunjukkan sikap empati, menghargai,
wajar, dan mampu mengetahui atau paling tidak
mengantisipasi kebutuhan yang dirasakan oleh klien.
229. PENSTRUKTURAN
SRUCTURING
MENGATUR,
MENATA,
MENYUSUN
MERUPAKAN SALAH SATU TEKNIK DALAM KONSELING YANG BERFUNGSI
UNTUK MEMBENTUK, MENGATUR, MENATA, DAN MENYUSUN PEMIKIRAN
KLIEN TENTANG KONSELING, SEHINGGA KLIEN DAPAT
MASUK KE DALAM PROSES KONSELING DENGAN SUKARELA
230. TUJUAN PENSTRUKTUTAN
MEMBERIKAN PENJELASAN KEPADA KLIEN
TENTANG PENGERTIAN KONSELING,
BENTUK KEGIATAN KONSELING, TUJUAN
DIADAKAN KONSELING, DAN TEKNIK
PENYELENGGARAAN KONSELING
MENATA SECARA BAIK PIKIRAN KLIEN
SEHINGGA KONSELING BISA DILAKUKAN
DENGAN SUKARELA
231. ISI PENSTRUKTUTRAN
1 PENGERTIAN KONSELING
• DENGAN BAHASA YANG MUDAH DIMENGERTI
• TIDAK MENGGUNAKAN BAHASA BUKU
• BERSIFAT KOMUNIKATIF
• DISERTAI DENGAN CONTOH
232. 2 TUJUAN KONSELING
MEMBANTU KLIEN DALAM MENGENTASKAN
PERMASALAHANNYA BAIK MASALAH PRIBADI, SOSIAL,
BELAJAR, KARIR, KEHIDUPAN BERKELUARGA, DAN
KEBERAGAMAAN, YANG PADA AKHIRNYA KLIEN
MANDIRI DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN
UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH YANG DIHADAPINYA
233. 3 BENTUK KONSELING
“bentuk dari konseling yang dimaksud adalah konseling seperti sekarang ini,
berdialog, tatap muka, dan dalam bentuk wawancara”
4 TEKNIK PENYELENGGARAAN KONSELING
DALAM PROSES KONSELING ADAKALANYA SAYA YANG
BERTANYA KEPADA SAUDARA ATAU SEBALIKNYA”
234. 5 ASAS
KERAHASIAAN
KESUKARELAAN
KETERBUKAAN
KEGIATAN
235. JENIS-JENIS PENSTRUKTURAN
PENSTRUKTURAN PENUH
J
I
K
A
1. KLIEN TIDAK MENYADARI DIRINYA BERMASALAH
2. KLIEN YANG MEMILIKI PERSEPSI NEGATIF
TERHADAP KONSELOR
3. KLIEN YANG BENAR-BENAR TIDAK TAHU APA-APA
TENTANG KONSELING
236. PENSTRUKTURAN SEBAGIAN
J
I
K
A
1. KLIEN DATANG DENGAN SUKARELA
2. KLIEN YANG SUDAH BANYAK TAHU
TENTANG KONSELING
237. • Dalam tataran yang lebih operasional, melakukan refleksi
melalui pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
- Bagaimana saudara mengenal dan mengantisipasi bila
seseorang sangat tertarik pada Anda?
- Bagaimana saudara mengenal bila seseorang
memberikan perhatian terhadap Anda?
- Bagaimana saudara mengenal atau mengetahui bila
seseorang mendengarkan, memeperhatiakan dan
menghayati Anda ?
• Melalui jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di atas,
konselor dapat memulai melakukan pembinaan untuk
mengajak klien mamasuki proses konseling.
238. Aspek-aspek Atending meliputi :
1) Posisi badan (termasuk gerak isyarat dan ekspresi muka).
a) Duduk dengan badan menghadap kepada klien
b) Tangan di atas pangkuan atau berpegangan bebas atau
kadang-kadang digunakan untuk menunjukkan gerak isyarat
yang sedang dikomunikasikan secara verbal
c) Respondif dengan menggunakan bagian wajah,
umpamanya senyum spontan atau anggukan kepala sebagai
persetujuan atau pemahaman dan krutan dahi tanda tidak
mengerti
d) Badan tegak lurus tetapi tidak kaku, manakala diperlukan
bisa condong ke arah klien untuk menunjukan kebersamaan
239. 2) Kontak Mata
a) Melihat klien terutama pada waktu bicara
b) Menggunakan pandangan spontan yang
menunjukkan ekspresi minat dan keinginan untuk
mendengarkan dan merespon
3) Mendengarkan
a) Memelihara pehatian penuh, terpusat pada klien
b) Mendengarkan apapun yang dikatakan klien,
mendengarkan keseluruhan pribadi klien (kata-
katanya, perasaannya, dan perilakunya)
c) Memahami keseluruhan pesannya
240. 2. Mengundang Pembicaraan Terbuka
Ajakan terbuka untuk berbicara memberi
kesempatan klien agar mengeksplorasi dirinya
sendiri dengan dukungan pewawancara.
Pertanyaan terbuka memberi peluang klien untuk
mengemukakan ide perasaan dan arahnya dalam
wawancara.
Responnya terhadap pertanyaan terbuka ialah
untuk menunjukkan kesadarannya bahwa dia
diminta untuk menceritakan sejarahnya atau lebih
menjabarkan apa yang telah dikatakan.
241. Contoh pertanyaan terbuka :
1. untuk membantu memulai wawancara :
“Apa yang Anda akan bicarakan hari ini?”
“Bagaimana keadaan Anda sejak pertemuan terakhir
kita?”
2. Membantu klien menguraikan masalahnya :
“Cobalah Anda menceritakan lebih banyak lagi
tentang hal itu!“
“Bagaimana perasaan Anda pada saat kejadian itu?”
3. Membantu memunculkan contoh-contoh perilaku
khusus :
“Apa yang Anda sedang rasakan pada saat Anda
menceritakan hal ini kepada saya?”
“Bagaimana perasaan Anda selanjutnya pada waktu
itu?”
242. Pertanyaan yang tidak disarankan antara lain
:
• Pemakaian pertanyaan tertutup yang terlalu sering
• Pengajuan pertanyaan lebih dari satu pada waktu yang
sama
”Dapatkah anda menceritakan lebih banyak lagi tentang
hal itu?”
• Pengajuan pertanyaan “Mengapa”, umpamanya :
“Mengapa anda tidak bergaul dengan baik?”
• Memasukkan jawaban dalam pertanyaa,umpamanya :
“Anda sebenarnya belum mengerti hal itu pada saat anda
mengatakan tentang ayahnya, bukan?”
243. Paraprase
• Esensinya : pengulangan kata-kata atau pemikiran-pemikiran kunci
dari klien dalam rumusan-rumusan yang menggunakan kata-kata
konselor sendiri.
• Memberi tahu klien bahwa ia sedang mendengarkan apan yang
dikatakan dan konselor ingin mendengarkan leih banyak lagi.
• Klien akan merasa dimengerti dan dipersiapkan untuk mengolah
lebih dalam lagi masalah-masalah yang diajukannya.
• Maksud dari kegiatan paraprase adalah :
- menyampaikan kepada klien bahwa konselor bersama klien,
dan konselor berupaya memahami apa yang dinayatkan klien
- mengkritalisasi komentar klien dengan lebih
memendekannya sehingga membantu mengarahkan
wawancara
- memberi peluang untuk memeriksa kecermatan persepsi
konselor.
244. Cara Memparaprase :
1) Dengarkan pesan utama klien
2) Nyatakan kembali kepada klien
ringkasan pesan utamanya secara
sederhana dan singkat
3) Amati pertanda atau minta respons
dari klien akan bantuan paraprase.
Hindari
- analisis, interpretasi, atau pertimbangan nilai tentang
pesan klien
- respon konselor hanya tertuju kepada bagian kecil dari
pesan klien klien, bukan kepada tema utamanya
- pemakaian kata-kata teknis yang tidak dimengerti klien
245. Refeksi perasaan
• Refleksi perasaan merupakan keterampilan konselor untuk
merespons keadaan perasaan klien terhadap situasi yang
sedang dihadapi.
• Tindakan tersebut akan mendorong dan merangsang klien
untuk mengemukakan segala sesuatu yang berhubungan
dengan masalah yang sedang dihadapinya.
• Jadi, esensi keterampilan ini adalah untuk mendorong dan
merangsang klien agar dapat mengekspresikan bagaimana
perasaan tentang situasi yang sedang dialami.
246. Aspek-aspek refleksi perasaan :
1) Mengamati perilaku klien
2) Mendengarkan dengan baik
3) Menghayati pesan yang dikomunikasikan
klien.
4) Mengenali perasaan-perasaan yang
dikomunikasikan klien.
5) Menyimpulkan perasaan yang sedang
dialami.
6) Menyeleksi kata-kata yang tepat untuk
melukiskan perasaan klien.
247. Meringkas
• Meringkas adalah suatu proses untuk memadu berbagai
ide dan perasaan dalam satu pernyataan pada akhir suatu
unit wawancara konseling.
• Meringkas : rupaya merekapituasi, memadatkan, dan
mengkristalisasi esensi apa yang telah dikatakan klien.
• Dengan menggunakan ringkasan secarea perioodik,
konselor dapat memeriksa kecermatannya dalam
mendengarkan.
• Ringkasan juga membantu untuk mengakiri wawancara
dengan suatu cartatan yang wajar, dan dapat menjadi
panduan wawancara.
248. Panduan Umum Meringkas
1) Adakan refleksi atau atending terhadap
berbagai variasi tema dan nada
emosional pada saat klien berbicara
2) Gabungkan perasaan dan ide kunci ke dalam
pernyataan-pernyataan yang pengertian
dasarnya luas.
3) Jangan tambahkan ide-ide baru dalam
ringkasan
4) Pertimbangkan kalau sekiranya dapat
membantu kalau menyatakan rinkasan atau
mengajak klien untuk membuat ringkasan
249. KETERBATASAN PENDEKATAN
Pandangannya dikembangkan dalam situasi pendidikan
dan kliennya dibatasi terutama kepada siswa-siswa
yang memiliki keragaman derajat kemantapan dan
tanggung jawab sendiri.
Pandangannya terlalu menekankan kepada
pengendalian konselor dan hasil yang dicapai pada diri
klien lebih banyak tergantung kepada keunggulan
konselor dalam mengarahkan dan membatasi klien.
250. Banyak meminimalkan atau mengabaikan aspek afektif
klien yang justru seharusnya menjadi kepedulian
konselor.
Terlalu banyak pertimbangan yang ditekankan pada
data obyektif. Penggunaan dan keyakinan yang
berlebihan terhdap data ini kurang tepat karena
keterbatasan reliabilitas, validitas, dan kelengkapan alat
dan datanya.
Suatu dilema bagi konselor karena ia harus mendorong
dan meyakinkan klien mewujudkan kemampuannya,
tetapi ia harus melakukannya tanpa persuasi.