SlideShare a Scribd company logo
1 of 4
LAPORAN 7 (Pengeringan)
V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Laporan ini akan membahas hasil praktikum pengeringan yang telah dilaksanakan pada tanggal 30 Maret 2011.
Pengeringan merupakan salah satu cara pengawetan pangan yang paling tua. Cara ini merupakan suatu proses
yang ditiru dari alam dengan memperbaiki pelaksanaannya pada bagian-bagian tertentu. Pengeringan
merupakan suatu metode pengawetan pangan yang paling luas digunakan (Desrosier, N. W, 1959).
Pengeringan pangan merupakan penerapan panas dalam kondisi terkendali untuk mengeluarkan sebagian besar
air dari dalam bahan pangan melalui proses evaporasi dan sublimasi. Tujuan dari pengeringan adalah untuk
menurunkan kadar air dari bahan pangan agar kerusakan oleh mikroorganisme dan enzim menurun sehingga
umur simpan dari bahan pangan tersebut menjadi lebih lama (Tjahjadi, C., dkk., 2011).
Pengawetan makanan dengan menurunkan kadar air (lebih penting lagi, aktivitas air atau aw) telah dilakukan
sejak beribu-ribu tahun yang lalu. Secara tradisional. Makanan dikeringkan dengan sinar matahari tetapi
sekarang beberapa makanan didehidrasi di bawah kondisi pengeringan yang terkendali dengan menggunakan
aneka ragam metoda pengeringan. Walaupun demikian pengeringan dengan sinar matahari tetap sebagai suatu
cara pengolahan yang sangat penting di negara-negara yang sedang berkembang (Buckle, K. A., 1985).
Bila kadar air dalam bahan hasil pertanian cukup rendah maka mikroorganisme tidak dapat tumbuh padanya dan
reaksi-reaksi kimia juga tidak dapat berlangsung di dalamnya.
Pengeringan pada bahan hasil pertanian bertujuan untuk :
1. Pengawetan makanan
2. Mengurangi berat dan volume.
3. Menekan biaya pengangkutan dan penyimpanan karena berat dan volume produk berkurang.
4. Menghasilkan produk yang siap saji atau cepat saji antara lain produk-produk instan.
Keuntungan utama dari pengeringan dibandingkan dengan metode lain adalah:
1. Bobot pangan menjadi ringan, kadar air dalam makanan umumny sekitar 60%-90%. Hampir semua air
dalam makanan dapat dike;uarkan dengan dehidrasi dan yang tersisa adalah padatan kering dengan kadar
air yang rendah.
2. Pemapatan volume.
3. Awet atau stabil pada penyimpanan pada suhu kamar, walaupun tetap ada batas umur simpan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pengeringan antara lain :
1. Sifat fisik dan sifat kimia dari produk (bentuk, ukuran, komposisi, dan kadar air).
2. Pengaturan geometris produk sehubungan dengan permukaan alat atau media perantara pemindah panas.
3. Sifat-sifat fisik dari lingkungan alat pengering.
4. Karakteristik alat pengering.
Praktikum kali ini akan dilakukan pengeringan terhadap cabe dan jahe. Setiap kelompok menimbang 50 g cabe.
Setelah itu cabe di sortasi, yang hujai dan busuk dipisahkan, kemudian buang tangkai cabe. Ada empat
perlakuan terhadap cabe sebelum pengeringan, yaitu tanpa perlakuan, blansing 1,5 menit dengan rebus dan
kukus, blansing 3 menit dengan rebus dan kukus, dan blansing 5 menit dengan rebus dan kukus. Setelah di
blansing timbang beratnya. Perlakukan pendahuluan ini diperlukan untuk mempertinggi kualitas hasil kering
dalam arti penampakan dan ketahanannya.
Cabe tanpa perlakuan diatur di atas tampah yang telah beri label. Jemur di tempat yang panas. Balikkan cabe
setiap hari 3-4 kali. Jemur sampai kering dan hitung rendemennya. Amati sifat inderawi cabe dan bandingkan
dengan cabe dengan perlakuan blansing.
Cabe perlakuan blansing, di blansing sesuai waktu yang telah di tentukan. Sebelum melakukan blansing, siapkan
air es di dalam baskom. Kemudian didihkan air di dalam pancistainless steel. Bungkus cabe dengan kain saring
dan masukkan kedalam panci. Lama blansing dihitung sejak air mendidih kembali. Angkat cabe dan rendam
cabe di dalam air es. Lama perendaman sama seperti lama blansing. Tiriskan cabe lalu timbang beratnya. Amati
sifat inderawi cabe meliputi warna, kilap, tekstur, bentuk dan lain-lain. Atur sebagian cabe pada tampah lalu
jemur di tempat yang panas sampai kering. Timbang setiap hari berat cabe tersebut. Hitung susut bobot dan
rendemennya. Hasil pengamatan pengeringan cabe dapat dilihat pada Tabel 1, Tabel 2, Tabel 3, Tabel 4.1 dan
Tabel 4.2.
Pengeringan jahe dilakukan tiga perlakuan, yaitu tanpa perlakuan sebagai control, ditusuk-tusuk dengan
kawat/garpu, dan dikupas. Jahe di sortasi terlebih dahulu dengan memisahkan jahe utuh dan rusak. Jahe
ditimbang sebanyak 200 g. cuci sampai bersih dan tiriskan, lalu timbang lagi. Lakukan pengirisan 1 cm. ambil
irisan dengan diameter yang seragam. Tempatkan bahan pada nampan dan timbang beratnya. Masukkan
kedalam oven dengan suhu 57
0
C selama 2 jam. Lakukan penimbangan setiap interval 30 menit. Penimbangan
dilakukan secepat mungkin. Lakukan pencatatan berat jahe untuk setiap perlakukan. Buat kurva pengeringan
dan lakukan pengamatan pada jahe dan setelah dikeringkan terhadap warna, aroma, tekstur dan sifat lainnya
dan hitung rendemen. Hasil pengamatan pengeringan jahe dapat dilihat pada Tabel 5, Tabel 6, dan Tabel 7.
Berdasarkan hasil pengamatan pengeringan cabe selama satu minggu, berat cabe menurun drastis. Cabe yang
di jemur dibawah sinar matahari mengalami desorpsi, yaitu kehilangan air karena pengeringan. Suhu di
lingkungan lebih tinggi daripada suhu pada cabe, sehingga cabe mengalami desorpsi.
Hasil terbaik yang didapatkan adalah sampel cabe yang sebelumnya dilakukan blansing selama 5 menit. Hal ini
disebabkan karena selama proses blansing enzim-enzim dinonaktifkan dan sebagian mikroorganisme telah mati.
Kendala yang dihadapi dalam proses pengeringan cabe menggunakan sinar matahari ini adalah cuaca yang
berubah-ubah. Karena pada saat penjemuran, cuaca mendung dapat mengganggu proses pengeringan,
sehingga kualitas cabe kering yang dihasilkan kurang baik. Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 3, susut
bobot dari hari ke hari juga berbeda-beda, karena suhu selalu berubah-ubah setiap harinya.
Rendemen untuk setiap cabe yang juga berbeda-beda. Pada Tabel 1 rendemennya sebesar 43,33%. Pada
Tabel 2 rendemennya sebesar 23,77%. Pada Tabel 3 rendemennya sebesar 41,3%. Pada Tabel 4.1
rendemennya sebesar 10,42%. Hal ini disebabkan penjemuran tidak dilakukan di tempat yang sama. Sehingga
rendemennya tidak sama untuk masing-masing perlakuan. Suhu suatu tempat berbeda dengan tempat yang lain.
Suhu yang tinggi pada suatu tempat dapat mempercepat proses pengeringan dan hasil yang diperoleh juga
semakin baik. Tetapi jika suhu pengeringan terlalu tinggi akan menyebabkan case hardening. Case-
hardening adalah gejala penciutan bahan pangan disertai pemampatan permukaan bahan yang menghambat
pergerakan air dari dalam ke permukaan bajan sehingga pengeringan tidak seimbang (Tjahjadi, C., 2011).
Pengeringan dengan penjemuran ini sangat tergantung dengan kondisi lingkungan seperti suhu, kelembaban,
dan kecepatan aliran udara. Penjemuran juga rentan kontaminasi seperti debu atau kotoran-kotoran yang tidak
terlihat. Selain itu penjemuran juga rentan serangan hama seperti burung. Contohnya pada saat menjemur cabe
perlakuan blansing 3 menit, terdapat satu buah cabe yang dimakan burung. Hal ini menunjukkan bahwa
pengeringan dengan sinar matahari kurang efektif.
Pengeringan cabe dengan menggunakan sinar matahari juga menyebabkan rusaknya pigmen cabe. Yang
semula berwarna oranye menjadi merah hitam. Hal ini disebabkan pigmen sangat mudah mengalami kerusakan
akibat oksidasi.
Pengeringan pangan di bawah sinar matahari juga menyebabkan sel mikroorganisme rusak. Karena
mikroorganisme memerlukan air untuk dapat tumbuh dan berkembang biak. Air yang terdapat dalam sel
mikroorganisme dikeluarkan melalui proses osmosis. Osmosis adalah suatu proses pergerakan air melalui
membran semi-permeabel, dari larutan berkonsentrasi tinggi ke larutan yang berkonsentrasi rendah. Saat air
dihilangkan dari bahan pangan melalui pengeringan, maka konsentrasi zat terlarut dalam bahan pangan menjadi
lebih pekat. Dengan demikian air yang terdapat dalam sel mikroorganisme (larutan berkonsentrasi rendah)
berdifusi kelarutan berkonsentrasi lebih tinggi disekitarnya dan akibatnya sel mikroorganisme itu rsak. Enzim
yang berasal dari bahan pangan dan mikroorganisme kontaminan juga tidak dapat aktif karena tidak tersedia
cukup air untuk melanjutkan substrat untuk reaksi-reaksi kimia dan biokimia (Tjahjadi, C., dkk., 2011).
Berdasarkan hasil pengamatan pengeringan jahe, didapatkan hasil bahwa setelah dilakukan pengeringan selam
2 jam dalam oven, jahe mengalami penurunan berat karena air yang terkandung dalam jahe mengalami
penguapan. Jahe yang sebelumnya tidak diberi perlakuan mengalami penurunan berat sebesar 5,93 gram. Jahe
yang sebelumnya dikupas mengalami penurunan berat sebesar 4,76 gram. Dan jahe yang ditusuk-tusuk dengan
garpu mengalami penurunan berat sebesar 4,55 gram.
Dapat disimpulkan bahwa kecepatan pengeringan jahe dipengaruhi oleh luas permukaan bahan. Jahe yang
dikupas lebih cepat mengalami proses pengeringan dibandingkan jahe yang tidak dikupas karena air pada jahe
yang dikupas akan lebih mudah menguap.
VI. KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum pengeringan kali ini adalah sebagai berikut:
Pengeringan adalah salah satu cara pengawetan bahan pangan melalui penguapan sebagian air sampai kadar
air mencapai kadar air tertentu dimana mikroorganisme tidak dapat tumbuh.
Pengeringan bahan hasil pertanian dapat dilakukan secara alamiah dengan jalan menjemur dan dengan jalan
dehidrasi yang menggunakan berbagai alat pengering.
Bila kadar air dalam bahan hasil pertanian cukup rendah maka mikroorganisme tidak dapat tumbuh padanya dan
reaksi-reaksi kimia juga tidak dapat berlangsung di dalamnya.
Setiap metode pengeringan memiliki keuntungan dan kerugian.
Pengeringan dengan penjemuran sangat tergantung dengan kondisi lingkungan seperti suhu atau cuaca,
kelembaban, dan kecepatan aliran udara.
Jahe yang dikupas lebih cepat mengalami proses pengeringan dibandingkan jahe yang tidak dikupas karena air
pada jahe yang dikupas akan lebih mudah menguap.

More Related Content

What's hot

Analisa kadar-air-dengan-metode-oven
Analisa kadar-air-dengan-metode-ovenAnalisa kadar-air-dengan-metode-oven
Analisa kadar-air-dengan-metode-ovenAgres Tarigan
 
Laprak analisis kadar air fix
Laprak analisis kadar air fixLaprak analisis kadar air fix
Laprak analisis kadar air fixbintangdamayanti
 
Laporan Praktikum Roti Tawar dan Roti Manis
Laporan Praktikum Roti Tawar dan Roti Manis Laporan Praktikum Roti Tawar dan Roti Manis
Laporan Praktikum Roti Tawar dan Roti Manis Ernalia Rosita
 
Laporan praktikum-sensori-6-uji-skoring
Laporan praktikum-sensori-6-uji-skoringLaporan praktikum-sensori-6-uji-skoring
Laporan praktikum-sensori-6-uji-skoringAurora Urbahillah
 
ITP UNS SEMESTER 2 Cairan newtonian dan non newtonian
ITP UNS SEMESTER 2 Cairan newtonian dan non newtonianITP UNS SEMESTER 2 Cairan newtonian dan non newtonian
ITP UNS SEMESTER 2 Cairan newtonian dan non newtonianFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: pencampuran
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: pencampuranITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: pencampuran
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: pencampuranFransiska Puteri
 
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Roti Manis dan Roti Tawar - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Roti Manis dan Roti Tawar - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 2 Roti Manis dan Roti Tawar - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Roti Manis dan Roti Tawar - UNPASRahma Sagistiva Sari
 
ITP UNS SEMESTER 2 Satop acara 3 Transfer Massa Uap Air Selama Pengeringan
ITP UNS SEMESTER 2 Satop acara 3 Transfer Massa Uap Air Selama PengeringanITP UNS SEMESTER 2 Satop acara 3 Transfer Massa Uap Air Selama Pengeringan
ITP UNS SEMESTER 2 Satop acara 3 Transfer Massa Uap Air Selama PengeringanFransiska Puteri
 
Pengeringan dan Pengolahan Nanas
Pengeringan dan Pengolahan NanasPengeringan dan Pengolahan Nanas
Pengeringan dan Pengolahan NanasErnalia Rosita
 
Laporan praktikum 5 andi pengecilan
Laporan praktikum 5 andi pengecilanLaporan praktikum 5 andi pengecilan
Laporan praktikum 5 andi pengecilandonnyerlangga
 
Air blast freezing (ABF)
Air blast freezing (ABF)Air blast freezing (ABF)
Air blast freezing (ABF)Adeyan Alfikri
 
1. bentuk dan ukuran revisi 2
1. bentuk dan ukuran   revisi 21. bentuk dan ukuran   revisi 2
1. bentuk dan ukuran revisi 2Noer Azza
 
Laporan Praktikum Penepungan
Laporan Praktikum PenepunganLaporan Praktikum Penepungan
Laporan Praktikum PenepunganErnalia Rosita
 
Analisis lemak dengan menggunakan metode goldfisch
Analisis lemak dengan menggunakan metode goldfischAnalisis lemak dengan menggunakan metode goldfisch
Analisis lemak dengan menggunakan metode goldfischjusaay
 
Satop acara 2 penentuan panas spesifik bahan
Satop acara 2 penentuan panas spesifik bahanSatop acara 2 penentuan panas spesifik bahan
Satop acara 2 penentuan panas spesifik bahanAgataMelati
 
Karamelisasi gelatinisasi
Karamelisasi   gelatinisasiKaramelisasi   gelatinisasi
Karamelisasi gelatinisasiIndah Nander
 

What's hot (20)

Analisa kadar-air-dengan-metode-oven
Analisa kadar-air-dengan-metode-ovenAnalisa kadar-air-dengan-metode-oven
Analisa kadar-air-dengan-metode-oven
 
5. proses thermal
5. proses thermal5. proses thermal
5. proses thermal
 
Laprak analisis kadar air fix
Laprak analisis kadar air fixLaprak analisis kadar air fix
Laprak analisis kadar air fix
 
3. BLANSING BAHAN PANGAN
3. BLANSING BAHAN PANGAN3. BLANSING BAHAN PANGAN
3. BLANSING BAHAN PANGAN
 
Laporan Praktikum Roti Tawar dan Roti Manis
Laporan Praktikum Roti Tawar dan Roti Manis Laporan Praktikum Roti Tawar dan Roti Manis
Laporan Praktikum Roti Tawar dan Roti Manis
 
Laporan praktikum-sensori-6-uji-skoring
Laporan praktikum-sensori-6-uji-skoringLaporan praktikum-sensori-6-uji-skoring
Laporan praktikum-sensori-6-uji-skoring
 
ITP UNS SEMESTER 2 Cairan newtonian dan non newtonian
ITP UNS SEMESTER 2 Cairan newtonian dan non newtonianITP UNS SEMESTER 2 Cairan newtonian dan non newtonian
ITP UNS SEMESTER 2 Cairan newtonian dan non newtonian
 
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: pencampuran
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: pencampuranITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: pencampuran
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: pencampuran
 
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Roti Manis dan Roti Tawar - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Roti Manis dan Roti Tawar - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 2 Roti Manis dan Roti Tawar - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Roti Manis dan Roti Tawar - UNPAS
 
ITP UNS SEMESTER 2 Satop acara 3 Transfer Massa Uap Air Selama Pengeringan
ITP UNS SEMESTER 2 Satop acara 3 Transfer Massa Uap Air Selama PengeringanITP UNS SEMESTER 2 Satop acara 3 Transfer Massa Uap Air Selama Pengeringan
ITP UNS SEMESTER 2 Satop acara 3 Transfer Massa Uap Air Selama Pengeringan
 
Laporan Praktikum Kadar Abu
Laporan Praktikum Kadar AbuLaporan Praktikum Kadar Abu
Laporan Praktikum Kadar Abu
 
Pengeringan dan Pengolahan Nanas
Pengeringan dan Pengolahan NanasPengeringan dan Pengolahan Nanas
Pengeringan dan Pengolahan Nanas
 
Laporan praktikum 5 andi pengecilan
Laporan praktikum 5 andi pengecilanLaporan praktikum 5 andi pengecilan
Laporan praktikum 5 andi pengecilan
 
Air blast freezing (ABF)
Air blast freezing (ABF)Air blast freezing (ABF)
Air blast freezing (ABF)
 
1. bentuk dan ukuran revisi 2
1. bentuk dan ukuran   revisi 21. bentuk dan ukuran   revisi 2
1. bentuk dan ukuran revisi 2
 
Laporan Praktikum Penepungan
Laporan Praktikum PenepunganLaporan Praktikum Penepungan
Laporan Praktikum Penepungan
 
Continuous Tunnel Dryer
Continuous Tunnel DryerContinuous Tunnel Dryer
Continuous Tunnel Dryer
 
Analisis lemak dengan menggunakan metode goldfisch
Analisis lemak dengan menggunakan metode goldfischAnalisis lemak dengan menggunakan metode goldfisch
Analisis lemak dengan menggunakan metode goldfisch
 
Satop acara 2 penentuan panas spesifik bahan
Satop acara 2 penentuan panas spesifik bahanSatop acara 2 penentuan panas spesifik bahan
Satop acara 2 penentuan panas spesifik bahan
 
Karamelisasi gelatinisasi
Karamelisasi   gelatinisasiKaramelisasi   gelatinisasi
Karamelisasi gelatinisasi
 

Viewers also liked

Parameter Nonspesifik Ekstrak (Fitokimia)
Parameter Nonspesifik Ekstrak (Fitokimia)Parameter Nonspesifik Ekstrak (Fitokimia)
Parameter Nonspesifik Ekstrak (Fitokimia)Filania Kanja
 
Pengendalian mutu-simplisia-dan-ekstrak
Pengendalian mutu-simplisia-dan-ekstrakPengendalian mutu-simplisia-dan-ekstrak
Pengendalian mutu-simplisia-dan-ekstrakCTie Lupy
 
Fluidized bed dryer
Fluidized bed dryerFluidized bed dryer
Fluidized bed dryerIffa M.Nisa
 
laporan anaisis spektroskopi percobaan 2
laporan anaisis spektroskopi percobaan 2  laporan anaisis spektroskopi percobaan 2
laporan anaisis spektroskopi percobaan 2 mila_indriani
 
04 spektroskopi uv vis-3
04 spektroskopi uv vis-304 spektroskopi uv vis-3
04 spektroskopi uv vis-3Dang Sony
 
spektrofotometri uv-vis
spektrofotometri uv-visspektrofotometri uv-vis
spektrofotometri uv-visHafifa Marza
 
Presentasi spektroskopi uv vis
Presentasi spektroskopi uv visPresentasi spektroskopi uv vis
Presentasi spektroskopi uv viskhairul anwar
 
Laporan Praktikum Pemurnian
Laporan Praktikum PemurnianLaporan Praktikum Pemurnian
Laporan Praktikum PemurnianErnalia Rosita
 
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRI
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRIMakalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRI
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRIElvarinna Permata
 
Laporan resmi tablet pct granulasi basah
Laporan resmi tablet pct   granulasi basahLaporan resmi tablet pct   granulasi basah
Laporan resmi tablet pct granulasi basahKezia Hani Novita
 
Analisis Spektrofotometri UV - Visible
Analisis Spektrofotometri UV - VisibleAnalisis Spektrofotometri UV - Visible
Analisis Spektrofotometri UV - Visiblenoerarifinyusuf
 
Pengawetan Makanan Teknik Pengeringan
Pengawetan Makanan Teknik PengeringanPengawetan Makanan Teknik Pengeringan
Pengawetan Makanan Teknik PengeringanRia Merlita
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 2
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 2LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 2
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 2Titin Indrawati
 

Viewers also liked (17)

Sintesis Asetanilida
Sintesis AsetanilidaSintesis Asetanilida
Sintesis Asetanilida
 
Parameter Nonspesifik Ekstrak (Fitokimia)
Parameter Nonspesifik Ekstrak (Fitokimia)Parameter Nonspesifik Ekstrak (Fitokimia)
Parameter Nonspesifik Ekstrak (Fitokimia)
 
Pp 4 percobaan pilot plant
Pp 4 percobaan pilot plantPp 4 percobaan pilot plant
Pp 4 percobaan pilot plant
 
Pengendalian mutu-simplisia-dan-ekstrak
Pengendalian mutu-simplisia-dan-ekstrakPengendalian mutu-simplisia-dan-ekstrak
Pengendalian mutu-simplisia-dan-ekstrak
 
LAPORAN ALSIN FIX
LAPORAN ALSIN FIXLAPORAN ALSIN FIX
LAPORAN ALSIN FIX
 
Fluidized bed dryer
Fluidized bed dryerFluidized bed dryer
Fluidized bed dryer
 
laporan anaisis spektroskopi percobaan 2
laporan anaisis spektroskopi percobaan 2  laporan anaisis spektroskopi percobaan 2
laporan anaisis spektroskopi percobaan 2
 
04 spektroskopi uv vis-3
04 spektroskopi uv vis-304 spektroskopi uv vis-3
04 spektroskopi uv vis-3
 
Uv vis
Uv visUv vis
Uv vis
 
spektrofotometri uv-vis
spektrofotometri uv-visspektrofotometri uv-vis
spektrofotometri uv-vis
 
Presentasi spektroskopi uv vis
Presentasi spektroskopi uv visPresentasi spektroskopi uv vis
Presentasi spektroskopi uv vis
 
Laporan Praktikum Pemurnian
Laporan Praktikum PemurnianLaporan Praktikum Pemurnian
Laporan Praktikum Pemurnian
 
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRI
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRIMakalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRI
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRI
 
Laporan resmi tablet pct granulasi basah
Laporan resmi tablet pct   granulasi basahLaporan resmi tablet pct   granulasi basah
Laporan resmi tablet pct granulasi basah
 
Analisis Spektrofotometri UV - Visible
Analisis Spektrofotometri UV - VisibleAnalisis Spektrofotometri UV - Visible
Analisis Spektrofotometri UV - Visible
 
Pengawetan Makanan Teknik Pengeringan
Pengawetan Makanan Teknik PengeringanPengawetan Makanan Teknik Pengeringan
Pengawetan Makanan Teknik Pengeringan
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 2
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 2LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 2
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 2
 

Similar to LAPORAN PENGERINGAN

Makalah pengawetan ikan dengan metode penggaraman
Makalah pengawetan ikan dengan metode penggaramanMakalah pengawetan ikan dengan metode penggaraman
Makalah pengawetan ikan dengan metode penggaramanAbd Taj Khalwatiyah
 
Budidaya pertanian terhadap susunan bahan pangan
 Budidaya pertanian terhadap susunan bahan pangan Budidaya pertanian terhadap susunan bahan pangan
Budidaya pertanian terhadap susunan bahan panganSyartiwidya Syariful
 
Penanganan pasca panen sayuran
Penanganan pasca panen sayuranPenanganan pasca panen sayuran
Penanganan pasca panen sayuranKartika Dhewii
 
Laporan pasca panen lab
Laporan pasca panen labLaporan pasca panen lab
Laporan pasca panen labagronomy
 
Kelompok 4(tekpan)
Kelompok 4(tekpan)Kelompok 4(tekpan)
Kelompok 4(tekpan)BLi' 'Abiee
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 1
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 1LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 1
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 1Titin Indrawati
 
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Penepungan - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Penepungan - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 1 Penepungan - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Penepungan - UNPASRahma Sagistiva Sari
 
Mata Kuliah Pengantar Teknolgi Pangan Pengeringan
Mata Kuliah Pengantar Teknolgi Pangan PengeringanMata Kuliah Pengantar Teknolgi Pangan Pengeringan
Mata Kuliah Pengantar Teknolgi Pangan PengeringanEzron Wenggo
 
Nota sains tahun 6 pengawetan makanan
Nota sains tahun 6 pengawetan makananNota sains tahun 6 pengawetan makanan
Nota sains tahun 6 pengawetan makanansaadiahbt3
 
Pendinginan pembekuan
Pendinginan pembekuanPendinginan pembekuan
Pendinginan pembekuanMela Fitriani
 
Pendinginan pembekuan
Pendinginan pembekuanPendinginan pembekuan
Pendinginan pembekuanMela Fitriani
 
PENGKAJIAN PENYIMPANAN JERUK BESAR (Citrus grandis L.) PENGOLAHAN MINIMAL DEN...
PENGKAJIAN PENYIMPANAN JERUK BESAR (Citrus grandis L.) PENGOLAHAN MINIMAL DEN...PENGKAJIAN PENYIMPANAN JERUK BESAR (Citrus grandis L.) PENGOLAHAN MINIMAL DEN...
PENGKAJIAN PENYIMPANAN JERUK BESAR (Citrus grandis L.) PENGOLAHAN MINIMAL DEN...Repository Ipb
 
7 proses pembuatan tempe
7 proses pembuatan tempe7 proses pembuatan tempe
7 proses pembuatan tempehafidzalisni
 
7 proses pembuatan tempe
7 proses pembuatan tempe7 proses pembuatan tempe
7 proses pembuatan tempehafidzalisni
 
Pengaruh Perubahan Suhu Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kacang Hijau
Pengaruh Perubahan Suhu Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kacang HijauPengaruh Perubahan Suhu Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kacang Hijau
Pengaruh Perubahan Suhu Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kacang HijauM Ikram
 
Materi 5 Metode Pengolahan dan Pengawetan Pangan
Materi 5 Metode Pengolahan dan Pengawetan PanganMateri 5 Metode Pengolahan dan Pengawetan Pangan
Materi 5 Metode Pengolahan dan Pengawetan PanganSutyawan
 
Laporan praktikum kadar air
Laporan praktikum kadar airLaporan praktikum kadar air
Laporan praktikum kadar airTidar University
 

Similar to LAPORAN PENGERINGAN (20)

Makalah ptp
Makalah ptpMakalah ptp
Makalah ptp
 
Makalah pengawetan ikan dengan metode penggaraman
Makalah pengawetan ikan dengan metode penggaramanMakalah pengawetan ikan dengan metode penggaraman
Makalah pengawetan ikan dengan metode penggaraman
 
Budidaya pertanian terhadap susunan bahan pangan
 Budidaya pertanian terhadap susunan bahan pangan Budidaya pertanian terhadap susunan bahan pangan
Budidaya pertanian terhadap susunan bahan pangan
 
Penanganan pasca panen sayuran
Penanganan pasca panen sayuranPenanganan pasca panen sayuran
Penanganan pasca panen sayuran
 
Laporan pasca panen lab
Laporan pasca panen labLaporan pasca panen lab
Laporan pasca panen lab
 
Kelompok 4(tekpan)
Kelompok 4(tekpan)Kelompok 4(tekpan)
Kelompok 4(tekpan)
 
Tpp 4
Tpp  4Tpp  4
Tpp 4
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 1
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 1LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 1
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 1
 
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Penepungan - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Penepungan - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 1 Penepungan - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Penepungan - UNPAS
 
Mata Kuliah Pengantar Teknolgi Pangan Pengeringan
Mata Kuliah Pengantar Teknolgi Pangan PengeringanMata Kuliah Pengantar Teknolgi Pangan Pengeringan
Mata Kuliah Pengantar Teknolgi Pangan Pengeringan
 
Nota sains tahun 6 pengawetan makanan
Nota sains tahun 6 pengawetan makananNota sains tahun 6 pengawetan makanan
Nota sains tahun 6 pengawetan makanan
 
Pendinginan pembekuan
Pendinginan pembekuanPendinginan pembekuan
Pendinginan pembekuan
 
Pendinginan pembekuan
Pendinginan pembekuanPendinginan pembekuan
Pendinginan pembekuan
 
PENGKAJIAN PENYIMPANAN JERUK BESAR (Citrus grandis L.) PENGOLAHAN MINIMAL DEN...
PENGKAJIAN PENYIMPANAN JERUK BESAR (Citrus grandis L.) PENGOLAHAN MINIMAL DEN...PENGKAJIAN PENYIMPANAN JERUK BESAR (Citrus grandis L.) PENGOLAHAN MINIMAL DEN...
PENGKAJIAN PENYIMPANAN JERUK BESAR (Citrus grandis L.) PENGOLAHAN MINIMAL DEN...
 
7 proses pembuatan tempe
7 proses pembuatan tempe7 proses pembuatan tempe
7 proses pembuatan tempe
 
7 proses pembuatan tempe
7 proses pembuatan tempe7 proses pembuatan tempe
7 proses pembuatan tempe
 
Pendinginan
PendinginanPendinginan
Pendinginan
 
Pengaruh Perubahan Suhu Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kacang Hijau
Pengaruh Perubahan Suhu Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kacang HijauPengaruh Perubahan Suhu Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kacang Hijau
Pengaruh Perubahan Suhu Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kacang Hijau
 
Materi 5 Metode Pengolahan dan Pengawetan Pangan
Materi 5 Metode Pengolahan dan Pengawetan PanganMateri 5 Metode Pengolahan dan Pengawetan Pangan
Materi 5 Metode Pengolahan dan Pengawetan Pangan
 
Laporan praktikum kadar air
Laporan praktikum kadar airLaporan praktikum kadar air
Laporan praktikum kadar air
 

LAPORAN PENGERINGAN

  • 1. LAPORAN 7 (Pengeringan) V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN Laporan ini akan membahas hasil praktikum pengeringan yang telah dilaksanakan pada tanggal 30 Maret 2011. Pengeringan merupakan salah satu cara pengawetan pangan yang paling tua. Cara ini merupakan suatu proses yang ditiru dari alam dengan memperbaiki pelaksanaannya pada bagian-bagian tertentu. Pengeringan merupakan suatu metode pengawetan pangan yang paling luas digunakan (Desrosier, N. W, 1959). Pengeringan pangan merupakan penerapan panas dalam kondisi terkendali untuk mengeluarkan sebagian besar air dari dalam bahan pangan melalui proses evaporasi dan sublimasi. Tujuan dari pengeringan adalah untuk menurunkan kadar air dari bahan pangan agar kerusakan oleh mikroorganisme dan enzim menurun sehingga umur simpan dari bahan pangan tersebut menjadi lebih lama (Tjahjadi, C., dkk., 2011). Pengawetan makanan dengan menurunkan kadar air (lebih penting lagi, aktivitas air atau aw) telah dilakukan sejak beribu-ribu tahun yang lalu. Secara tradisional. Makanan dikeringkan dengan sinar matahari tetapi sekarang beberapa makanan didehidrasi di bawah kondisi pengeringan yang terkendali dengan menggunakan aneka ragam metoda pengeringan. Walaupun demikian pengeringan dengan sinar matahari tetap sebagai suatu cara pengolahan yang sangat penting di negara-negara yang sedang berkembang (Buckle, K. A., 1985). Bila kadar air dalam bahan hasil pertanian cukup rendah maka mikroorganisme tidak dapat tumbuh padanya dan reaksi-reaksi kimia juga tidak dapat berlangsung di dalamnya. Pengeringan pada bahan hasil pertanian bertujuan untuk : 1. Pengawetan makanan 2. Mengurangi berat dan volume. 3. Menekan biaya pengangkutan dan penyimpanan karena berat dan volume produk berkurang. 4. Menghasilkan produk yang siap saji atau cepat saji antara lain produk-produk instan. Keuntungan utama dari pengeringan dibandingkan dengan metode lain adalah: 1. Bobot pangan menjadi ringan, kadar air dalam makanan umumny sekitar 60%-90%. Hampir semua air dalam makanan dapat dike;uarkan dengan dehidrasi dan yang tersisa adalah padatan kering dengan kadar air yang rendah. 2. Pemapatan volume. 3. Awet atau stabil pada penyimpanan pada suhu kamar, walaupun tetap ada batas umur simpan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pengeringan antara lain :
  • 2. 1. Sifat fisik dan sifat kimia dari produk (bentuk, ukuran, komposisi, dan kadar air). 2. Pengaturan geometris produk sehubungan dengan permukaan alat atau media perantara pemindah panas. 3. Sifat-sifat fisik dari lingkungan alat pengering. 4. Karakteristik alat pengering. Praktikum kali ini akan dilakukan pengeringan terhadap cabe dan jahe. Setiap kelompok menimbang 50 g cabe. Setelah itu cabe di sortasi, yang hujai dan busuk dipisahkan, kemudian buang tangkai cabe. Ada empat perlakuan terhadap cabe sebelum pengeringan, yaitu tanpa perlakuan, blansing 1,5 menit dengan rebus dan kukus, blansing 3 menit dengan rebus dan kukus, dan blansing 5 menit dengan rebus dan kukus. Setelah di blansing timbang beratnya. Perlakukan pendahuluan ini diperlukan untuk mempertinggi kualitas hasil kering dalam arti penampakan dan ketahanannya. Cabe tanpa perlakuan diatur di atas tampah yang telah beri label. Jemur di tempat yang panas. Balikkan cabe setiap hari 3-4 kali. Jemur sampai kering dan hitung rendemennya. Amati sifat inderawi cabe dan bandingkan dengan cabe dengan perlakuan blansing. Cabe perlakuan blansing, di blansing sesuai waktu yang telah di tentukan. Sebelum melakukan blansing, siapkan air es di dalam baskom. Kemudian didihkan air di dalam pancistainless steel. Bungkus cabe dengan kain saring dan masukkan kedalam panci. Lama blansing dihitung sejak air mendidih kembali. Angkat cabe dan rendam cabe di dalam air es. Lama perendaman sama seperti lama blansing. Tiriskan cabe lalu timbang beratnya. Amati sifat inderawi cabe meliputi warna, kilap, tekstur, bentuk dan lain-lain. Atur sebagian cabe pada tampah lalu jemur di tempat yang panas sampai kering. Timbang setiap hari berat cabe tersebut. Hitung susut bobot dan rendemennya. Hasil pengamatan pengeringan cabe dapat dilihat pada Tabel 1, Tabel 2, Tabel 3, Tabel 4.1 dan Tabel 4.2. Pengeringan jahe dilakukan tiga perlakuan, yaitu tanpa perlakuan sebagai control, ditusuk-tusuk dengan kawat/garpu, dan dikupas. Jahe di sortasi terlebih dahulu dengan memisahkan jahe utuh dan rusak. Jahe ditimbang sebanyak 200 g. cuci sampai bersih dan tiriskan, lalu timbang lagi. Lakukan pengirisan 1 cm. ambil irisan dengan diameter yang seragam. Tempatkan bahan pada nampan dan timbang beratnya. Masukkan kedalam oven dengan suhu 57 0 C selama 2 jam. Lakukan penimbangan setiap interval 30 menit. Penimbangan dilakukan secepat mungkin. Lakukan pencatatan berat jahe untuk setiap perlakukan. Buat kurva pengeringan dan lakukan pengamatan pada jahe dan setelah dikeringkan terhadap warna, aroma, tekstur dan sifat lainnya dan hitung rendemen. Hasil pengamatan pengeringan jahe dapat dilihat pada Tabel 5, Tabel 6, dan Tabel 7. Berdasarkan hasil pengamatan pengeringan cabe selama satu minggu, berat cabe menurun drastis. Cabe yang di jemur dibawah sinar matahari mengalami desorpsi, yaitu kehilangan air karena pengeringan. Suhu di lingkungan lebih tinggi daripada suhu pada cabe, sehingga cabe mengalami desorpsi.
  • 3. Hasil terbaik yang didapatkan adalah sampel cabe yang sebelumnya dilakukan blansing selama 5 menit. Hal ini disebabkan karena selama proses blansing enzim-enzim dinonaktifkan dan sebagian mikroorganisme telah mati. Kendala yang dihadapi dalam proses pengeringan cabe menggunakan sinar matahari ini adalah cuaca yang berubah-ubah. Karena pada saat penjemuran, cuaca mendung dapat mengganggu proses pengeringan, sehingga kualitas cabe kering yang dihasilkan kurang baik. Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 3, susut bobot dari hari ke hari juga berbeda-beda, karena suhu selalu berubah-ubah setiap harinya. Rendemen untuk setiap cabe yang juga berbeda-beda. Pada Tabel 1 rendemennya sebesar 43,33%. Pada Tabel 2 rendemennya sebesar 23,77%. Pada Tabel 3 rendemennya sebesar 41,3%. Pada Tabel 4.1 rendemennya sebesar 10,42%. Hal ini disebabkan penjemuran tidak dilakukan di tempat yang sama. Sehingga rendemennya tidak sama untuk masing-masing perlakuan. Suhu suatu tempat berbeda dengan tempat yang lain. Suhu yang tinggi pada suatu tempat dapat mempercepat proses pengeringan dan hasil yang diperoleh juga semakin baik. Tetapi jika suhu pengeringan terlalu tinggi akan menyebabkan case hardening. Case- hardening adalah gejala penciutan bahan pangan disertai pemampatan permukaan bahan yang menghambat pergerakan air dari dalam ke permukaan bajan sehingga pengeringan tidak seimbang (Tjahjadi, C., 2011). Pengeringan dengan penjemuran ini sangat tergantung dengan kondisi lingkungan seperti suhu, kelembaban, dan kecepatan aliran udara. Penjemuran juga rentan kontaminasi seperti debu atau kotoran-kotoran yang tidak terlihat. Selain itu penjemuran juga rentan serangan hama seperti burung. Contohnya pada saat menjemur cabe perlakuan blansing 3 menit, terdapat satu buah cabe yang dimakan burung. Hal ini menunjukkan bahwa pengeringan dengan sinar matahari kurang efektif. Pengeringan cabe dengan menggunakan sinar matahari juga menyebabkan rusaknya pigmen cabe. Yang semula berwarna oranye menjadi merah hitam. Hal ini disebabkan pigmen sangat mudah mengalami kerusakan akibat oksidasi. Pengeringan pangan di bawah sinar matahari juga menyebabkan sel mikroorganisme rusak. Karena mikroorganisme memerlukan air untuk dapat tumbuh dan berkembang biak. Air yang terdapat dalam sel mikroorganisme dikeluarkan melalui proses osmosis. Osmosis adalah suatu proses pergerakan air melalui membran semi-permeabel, dari larutan berkonsentrasi tinggi ke larutan yang berkonsentrasi rendah. Saat air dihilangkan dari bahan pangan melalui pengeringan, maka konsentrasi zat terlarut dalam bahan pangan menjadi lebih pekat. Dengan demikian air yang terdapat dalam sel mikroorganisme (larutan berkonsentrasi rendah) berdifusi kelarutan berkonsentrasi lebih tinggi disekitarnya dan akibatnya sel mikroorganisme itu rsak. Enzim yang berasal dari bahan pangan dan mikroorganisme kontaminan juga tidak dapat aktif karena tidak tersedia cukup air untuk melanjutkan substrat untuk reaksi-reaksi kimia dan biokimia (Tjahjadi, C., dkk., 2011). Berdasarkan hasil pengamatan pengeringan jahe, didapatkan hasil bahwa setelah dilakukan pengeringan selam 2 jam dalam oven, jahe mengalami penurunan berat karena air yang terkandung dalam jahe mengalami penguapan. Jahe yang sebelumnya tidak diberi perlakuan mengalami penurunan berat sebesar 5,93 gram. Jahe
  • 4. yang sebelumnya dikupas mengalami penurunan berat sebesar 4,76 gram. Dan jahe yang ditusuk-tusuk dengan garpu mengalami penurunan berat sebesar 4,55 gram. Dapat disimpulkan bahwa kecepatan pengeringan jahe dipengaruhi oleh luas permukaan bahan. Jahe yang dikupas lebih cepat mengalami proses pengeringan dibandingkan jahe yang tidak dikupas karena air pada jahe yang dikupas akan lebih mudah menguap. VI. KESIMPULAN Kesimpulan dari praktikum pengeringan kali ini adalah sebagai berikut: Pengeringan adalah salah satu cara pengawetan bahan pangan melalui penguapan sebagian air sampai kadar air mencapai kadar air tertentu dimana mikroorganisme tidak dapat tumbuh. Pengeringan bahan hasil pertanian dapat dilakukan secara alamiah dengan jalan menjemur dan dengan jalan dehidrasi yang menggunakan berbagai alat pengering. Bila kadar air dalam bahan hasil pertanian cukup rendah maka mikroorganisme tidak dapat tumbuh padanya dan reaksi-reaksi kimia juga tidak dapat berlangsung di dalamnya. Setiap metode pengeringan memiliki keuntungan dan kerugian. Pengeringan dengan penjemuran sangat tergantung dengan kondisi lingkungan seperti suhu atau cuaca, kelembaban, dan kecepatan aliran udara. Jahe yang dikupas lebih cepat mengalami proses pengeringan dibandingkan jahe yang tidak dikupas karena air pada jahe yang dikupas akan lebih mudah menguap.