SlideShare a Scribd company logo
1 of 28
LAPORAN PRAKTIKUM
PENILAIAN SENSORI PANGAN
Uji Skoring
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Penilaian Sensori Pangan
dengan dosen pengampu Dewi Cakrawati, S.TP., M.Si
Oleh :
Juliana M Nur (1306948)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI
FAKULTAS PENDIDIKAN DAN TEKNOLOGI KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2014
I. TEORI
A. TINJAUAN BAHAN
Wafer adalah makanan cemilan/snack yang biasa dikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia. Wafer mengandung energi sebesar 53 kilokalori, protein
2,7 gram, karbohidrat 66,7 gram, lemak 28,7 gram, kalsium 182 miligram, fosfor
0 miligram, dan zat besi 2,8 miligram. Selain itu di dalam Wafer juga terkandung
vitamin A sebanyak 0 IU, vitamin B1 0 miligram dan vitamin C 0
miligram. Hasil tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram
Wafer, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 100 %.
B. TINJAUAN TEORI
Uji skoring merupakan uji yang menggunakan panelis terlatih dan benar-
benar tahu mengenai atribut yang dinilai. Tipe pengujian skoring sering
digunakan untuk menilai mutu bahan dan intensitas sifat tertentu misalnya
kemanisan, kekerasan, dan warna. Selain itu, digunakan untuk mencari korelasi
pengukuran subyektif dengan obyektif dalam rangka pengukuran obyektif (presisi
alat). (Kartika dkk., 1988).
Menurut Anonim (2006), uji skoring dilakukan dengan menggunakan
pendekatan skala atau skor yang dihubungkan dengan deskripsi tertentu dari
atribut mutu produk. Pada sistem skoring, angka digunakan untuk menilai
intensitas produk dengan susunan meningkat atau menurun.
Secara garis besar, pekerjaan analisis data meliputi tiga langkah yaitu
persiapan, tabulasi, dan penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian.
Kegiatan dalam langkah-langkah persiapan antara lain, mengecek nama dan
kelengkapan identitas pengisi, mengecek kelengkapan data, artinya memeriksa isi
instrumen pengumpulan data (termasuk pula kelengkapan lembaran instrumen
barangkali ada yang terlepas atau sobek), mengecek macam isian data.
(Arikunto,1993)
Proses perhitungan frekuensi yang terbilang di dalam masing-masing
kategori disebut tabulasi. Oleh karena itu hasil perhitungan demikian hampir
selalu disajikan dalam bentuk tabel, maka istilah tabulasi sering diartikan sebagai
proses penyusunan data ke dalam bentuk tabel. Tabulasi (dalam arti menyusun
data ke dalam bentuk tabel) merupakan tahap lanjutan dalam rangkaian proses
analisa data. Dengan tabulasi data lapangan akan segera tampak ringkas dan
tersusun ke dalam suatu tabel yang baik, data dapat dibaca degan mudah dan
maknanya akan mudah dipahami. (Sumarsono, 2004)
Evaluasi sensori merupakan analisis yang menggunakan manusia sebagai
instrument. Salah satu uji sensori yang digunakan meluas adalah uji afektif secara
kuantitatif. Uji afektif bertujuan untuk menilai respon pribadi (kesukaan atau
penerimaan) dari produk tertentu, atau karakteristik produk spesifik tertentu. Uji
afektif kuantitatif dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu uji pemilihan/preferensi
(preference) dan uji penerimaan (acceptance) berarti mengukur tingkat kesukaan
terhadap suatu produk semetara uji preferensi menunjukan ekspresi dipilihnya
satu produk yang menonjol dibandingkna dengan produk lain. (Silvana, 2010)
Uji duncan atau juga dikenal sengan istilah Duncan Multipel Range Test
(DMRT) memiliki nilai kritis yang tidak tunggal tetapi mengikutri urutan rata-rata
yang dibandingkan. Nilai kritis uji duncan dinyatakan dalam nilai least significant
range. Uji duncan digunakan untuk menguji perbedaan di antara semua pasangan
perlakuan yang ada dari percobaan tersebut, serta masih dapat mempertahankan
tingkat signifikasi yang ditetapkan. (Santoso, 2005)
II. TUJUAN PRAKTIKUM
Mampu memberikan nilai/skor terhadap setiap contoh berdasarkan kesan
yang didapat.
III. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan:
1. Nampan atau wadah
2. Borang
3. Alat tulis
4. Tissue
Bahan yang digunakan:
1. Wafer dengan kode 471
2. Wafer dengan kode 586
3. Wafer dengan kode 336
4. Wafer dengan kode 247
5. Air mineral
IV. PROSEDUR KERJA
Panelis diberikan 4 sampel wafer dengan kode yang berbeda, yang
disajikan seperti dibawah ini:
Kemudian panelis diharuskan memberi skor pada setiap kode sampel
berdasarkan kesan yang didapat pada setiap atribut dengan skala 1-4, semakin
tinggi skor maka semakin baik mutunya.
Atribut yang ditentukan adalah sebagai berikut:
471 247336586
1. Warna
2. Rasa
3. Keseragaman pori
4. Kerenyahan
V. HASIL PENGAMATAN
1. Atribut Warna
Pan 471 586 336 247
1 3 1 4 2
2 2 4 1 1
3 1 3 2 2
4 2 1 4 3
5 2 4 3 3
6 3 4 2 1
7 2 3 4 3
8 3 3 3 3
9 3 4 2 2
10 3 2 4 4
βˆ‘ 24 29 29 24
π‘₯Μ… 2,4 2,9 2,9 2,4
Data yang akan diuji harus ditransformasikan terlebih dahulu. Dengan
rumus:
Data transformasi
Pan 471 586 336 247 βˆ‘X (βˆ‘X)2 βˆ‘(X2)
1 1,870829 1,224745 2,12132 1,581139 6,798033 46,213249 12
βˆšπ‘‹ + 0,5
2 1,581139 2,12132 1,224745 1,224745 6,151949 37,846475 10
3 1,224745 1,870829 1,581139 1,581139 6,257851 39,160702 10
4 1,581139 1,224745 2,12132 1,870829 6,798033 46,213249 12
5 1,581139 2,12132 1,870829 1,870829 7,444117 55,414871 14
6 1,870829 2,12132 1,581139 1,224745 6,798033 46,213249 12
7 1,581139 1,870829 2,12132 1,870829 7,444117 55,414871 14
8 1,870829 1,870829 1,870829 1,870829 7,483315 56 14
9 1,870829 2,12132 1,581139 1,581139 7,154427 51,185821 13
10 1,870829 1,581139 2,12132 2,12132 7,694608 59,206996 15
βˆ‘Y 16,90344 18,1284 18,1951 16,79754 70,02448 492,86948 126
𝑋̅ 1,690344 1,81284 1,81951 1,679754
βˆ‘Y2 285,7264 328,6387 331,0617 282,1574 1227,584
Jumlah (βˆ‘X) 70,02448
Jumlah ((βˆ‘X)2) 492,86948
Jumlah (βˆ‘(X2)) 126
Jumlah (βˆ‘Y2) 1227,584
Setelah diketahui data transformasi, dilakukan uji sidik ragam (Anova)
𝐹𝐾 =
(jumlah (βˆ‘X))2
βˆ‘π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘™ π‘₯ βˆ‘π‘π‘Žπ‘›π‘’π‘™π‘–π‘ 
=
70,024482
4 π‘₯10
= 122,5857
JK Panelis =
βˆ‘ 2
βˆ‘
=
28,4 4
4
0,
= 1,138024
JK Panelis =
π‘—π‘’π‘šπ‘™π‘Ž ((βˆ‘ )2)
βˆ‘ π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘™
𝐹𝐾
=
492,8 948
4
122,5857
= 0,631672
JK Sampel =
π‘—π‘’π‘šπ‘™π‘Ž (βˆ‘Y2)
βˆ‘ π‘π‘Žπ‘›π‘’π‘™π‘–π‘ 
𝐹𝐾
=
1227,548
10
122,5857
= 0,172722
JK Total = Jumlah (βˆ‘(X2
)) – FK
=126 – 122,5857
= 3,414301
JK Galat = JK Total – (JK Panelis + JK Sampel)
= 3,414301 – (0,631672 + 0,172722)
= 2,609907
JK Panelis 0,631672
Jk Sampel 0,172722
JK Total 3,414301
JK Galat 2,609907
db panelis 9
db sampel 3
db total 39
db galat 27
KT panelis 0,070186
KT sampel 0,057574
db panelis = βˆ‘panelis – 1
= 10 – 1
= 9
db sampel= βˆ‘sampel – 1
= 4 – 1
= 3
db total = (βˆ‘panelis x βˆ‘sampel) – 1
= (10 x 4) – 1
= 39
db galat = db total – (db panelis + db sampel)
= 39 – (9 + 3)
= 27
KT panelis =
𝐽𝐾 π‘π‘Žπ‘›π‘’π‘™π‘–π‘ 
𝑑𝑏 π‘π‘Žπ‘›π‘’π‘™π‘–π‘ 
=
0,6316 2
9
= 0,070186
KT sampel =
𝐽𝐾 π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘™
𝑑𝑏 π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘™
=
0,1 2 22
= 0,057574
KT total =
𝐽𝐾 π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™
𝑑𝑏 π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™
=
3,414301
9
= 0,087546
KT galat =
𝐽𝐾 π‘”π‘Žπ‘™π‘Žπ‘‘
𝑑𝑏 π‘”π‘Žπ‘™π‘Žπ‘‘
=
2,60 0
27
= 0,096663
KT total 0,087546
KT galat 0,096663
Setelah itu didapat tabel sidik ragam (Anova)
db JK KT F hitung F tabel taraf 5%
Panelis 9 0,631672 0,070186
Sampel 3 0,172722 0,057574 0,595616 2,96
Total 39 3,414301 0,087546
Galat 27 2,609907 0,096663
Bandingkan F hitung dengan F tabel taraf 5% = 2,96. Jika F hitung > F
tabel maka dilanjutkan dengan uji lanjutan yaitu Uji Duncan. Jika F hitung < F
tabel artinya data tidak signifikan sehingga tidak perlu dilanjutkan ke uji lanjutan
(Uji Duncan).
2. Atribut Rasa
Pan 471 586 336 247
1 4 1 2 3
2 2 4 2 3
3 1 2 2 3
4 4 1 2 3
5 2 4 2 3
6 2 4 3 1
7 2 3 4 4
8 3 3 4 4
F hitung =
𝐾𝑇 π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘™
𝐾𝑇 π‘”π‘Žπ‘™π‘Žπ‘‘
=
0,05 5 4
0,0 6663
= 0,595616
9 2 4 4 3
10 2 2 4 3
βˆ‘ 24 28 29 30
π‘₯Μ… 2,4 2,8 2,9 3
Data yang akan diuji harus ditransformasikan terlebih dahulu. Dengan
rumus:
Data transformasi
Pan 471 586 336 247 βˆ‘X (βˆ‘X)2 βˆ‘(X2)
1 2,12132 1,224745 1,581139 1,870829 6,798033 46,213249 12
2 1,581139 2,12132 1,581139 1,870829 7,154427 51,185821 13
3 1,224745 1,581139 1,581139 1,870829 6,257851 39,160702 10
4 2,12132 1,224745 1,581139 1,870829 6,798033 46,213249 12
5 1,581139 2,12132 1,581139 1,870829 7,154427 51,185821 13
6 1,581139 2,12132 1,870829 1,224745 6,798033 46,213249 12
7 1,581139 1,870829 2,12132 2,12132 7,694608 59,206996 15
8 1,870829 1,870829 2,12132 2,12132 7,984298 63,749016 16
9 1,581139 2,12132 2,12132 1,870829 7,694608 59,206996 15
10 1,581139 1,581139 2,12132 1,870829 7,154427 51,185821 13
βˆ‘Y 16,82505 17,83871 18,2618 18,56319 71,48874 513,52092 131
𝑋̅ 1,682505 1,783871 1,82618 1,856319
βˆ‘Y2 283,0822 318,2194 333,4935 344,5919 1279,387
Jumlah (βˆ‘X) 71,48874
Jumlah ((βˆ‘X)2) 513,52092
βˆšπ‘‹ + 0,5
Jumlah (βˆ‘(X2)) 131
Jumlah (βˆ‘Y2) 1279,387
3. Atribut Keseragaman Pori
Pan 471 586 336 247
1 3 1 4 2
2 2 4 1 1
3 2 3 1 2
4 3 1 4 2
5 2 4 3 4
6 3 4 2 1
7 3 4 3 3
8 3 4 2 3
9 3 4 1 2
10 3 3 3 3
βˆ‘ 27 32 24 23
π‘₯Μ… 2,7 3,2 2,4 2,3
Data yang akan diuji harus ditransformasikan terlebih dahulu. Dengan
rumus:
Data transformasi
Pan 471 586 336 247 βˆ‘X (βˆ‘X)2 βˆ‘(X2)
1 1,870829 1,224745 2,12132 1,581139 6,798033 46,21325 12
2 1,581139 2,12132 1,224745 1,224745 6,151949 37,84648 10
3 1,581139 1,870829 1,224745 1,581139 6,257851 39,1607 10
βˆšπ‘‹ + 0,5
4 1,870829 1,224745 2,12132 1,581139 6,798033 46,21325 12
5 1,581139 2,12132 1,870829 2,12132 7,694608 59,207 15
6 1,870829 2,12132 1,581139 1,224745 6,798033 46,21325 12
7 1,870829 2,12132 1,870829 1,870829 7,733806 59,81176 15
8 1,870829 2,12132 1,581139 1,870829 7,444117 55,41487 14
9 1,870829 2,12132 1,224745 1,581139 6,798033 46,21325 12
10 1,870829 1,870829 1,870829 1,870829 7,483315 56 14
βˆ‘Y 17,83922 18,91907 16,69164 16,50785 69,95778 492,2938 126
𝑋̅ 1,783922 1,891907 1,669164 1,650785
βˆ‘Y2 318,2377 357,9312 278,6108 272,5092 1227,289
Jumlah (βˆ‘X) 69,95778
Jumlah ((βˆ‘X)2) 492,2938
Jumlah (βˆ‘(X2)) 126
Jumlah (βˆ‘Y2) 1227,289
4. Atribut Kerenyahan
Pan 471 586 336 247
1 1 2 4 3
2 3 3 3 4
3 1 2 3 3
4 1 4 3 2
5 2 4 4 3
6 1 4 3 2
7 2 3 3 4
8 3 3 3 4
9 3 4 1 2
10 3 3 4 4
βˆ‘ 20 32 31 31
π‘₯Μ… 2 3,2 3,1 3,1
Data yang akan diuji harus ditransformasikan terlebih dahulu. Dengan
rumus:
Data transformasi
Pan 471 586 336 247 βˆ‘X (βˆ‘X)2 βˆ‘(X2)
1 1,224745 1,581139 2,12132 1,870829 6,798033 46,21325 12
2 1,870829 1,870829 1,870829 2,12132 7,733806 59,81176 15
3 1,224745 1,581139 1,870829 1,870829 6,547541 42,87029 11
4 1,224745 2,12132 1,870829 1,581139 6,798033 46,21325 12
5 1,581139 2,12132 2,12132 1,870829 7,694608 59,207 15
6 1,224745 2,12132 1,870829 1,581139 6,798033 46,21325 12
7 1,581139 1,870829 1,870829 2,12132 7,444117 55,41487 14
8 1,870829 1,870829 1,870829 2,12132 7,733806 59,81176 15
9 1,870829 2,12132 1,224745 1,581139 6,798033 46,21325 12
10 1,870829 1,870829 2,12132 2,12132 7,984298 63,74902 16
βˆ‘Y 15,54457 19,13087 18,81368 18,84118 72,33031 525,7177 134
𝑋̅ 1,554457 1,913087 1,881368 1,884118
βˆ‘Y2 241,6337 365,9903 353,9545 354,9902 1316,569
Jumlah (βˆ‘X) 72,33031
Jumlah ((βˆ‘X)2) 525,7177
Jumlah (βˆ‘(X2)) 134
Jumlah (βˆ‘Y2) 1316,569
βˆšπ‘‹ + 0,5
VI. PEMBAHASAN
Uji skoring merupakan uji yang menggunakan panelis terlatih dan benar-benar tahu
mengenai atribut yang dinilai. Tipe pengujian skoring sering digunakan untuk menilai mutu
bahan dan intensitas sifat tertentu misalnya kemanisan, kekerasan, dan warna. Selain
itu,digunakan untuk mencari korelasi pengukuran subyektif dengan obyektif dalam rangka
pengukuran obyektif (presisi alat). (Kartika dkk.,1988).
Menurut Anonim (2006), Uji skoring dilakukan dengan menggunakan
pendekatan skala atau skor yang dihubungkan dengandeskripsi tertentu dari
atribut mutu produk. Pada sistem skoring, angka digunakan untuk menilai
intensitas produk dengan susunan meningkat atau menurun.
1. Atribut Warna
Data transformasi
Panelis 336 247 471 586 βˆ‘ βˆ‘2
1 2,12132 1,581139 2,12132 1,870829 7,694608 59,207
2 2,12132 1,224745 1,870829 1,870829 7,087723 50,23581
3 2,12132 2,12132 2,12132 2,12132 8,485281 72
4 2,12132 1,870829 1,870829 1,870829 7,733806 59,81176
5 2,12132 1,581139 1,870829 1,870829 7,444117 55,41487
6 2,12132 1,224745 1,870829 1,581139 6,798033 46,21325
7 2,12132 1,581139 1,870829 1,870829 7,444117 55,41487
8 2,12132 1,870829 2,12132 1,870829 7,984298 63,74902
βˆ‘ 16,97056 13,05588 15,7181 14,92743 60,67198 462,0466
𝑋̅ 2,12132 1,631985 1,964763 1,865929
βˆ‘2 288 170,4561 247,0588 222,8282 928,3431
Setelah diketahui transformasi data, dilakukan analisi sidik ragam (Anova)
𝐹𝐾 =
𝐹2
π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘™ π‘₯ π‘π‘Žπ‘›π‘’π‘™π‘–π‘ 
FK =
0 , 71982
4 π‘₯ 8
FK = 115,034
JK Panelis 0,477598
Jk Sampel 1,008844
JK Total 1,965954
JK Galat 0,479512
Tabel sidik ragam (Anova)
db JK KT F hitung F tabel taraf 5%
Panelis 7 0,477598 0,068228 2,988031 2,495
Sampel 3 1,008844 0,336281 14,7273 3,07
Total 31 1,965954 0,063418
Galat 21 0,479512 0,022834
Nilai F hitung yang didapat dari analisis sidik ragam (anova) dibandingkan
dengan nilai F yang terdapat di Tabel menunjukan nilai yang lebih besar sehingga
dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan nyata antar perlakuan. Dengan kata
lain panelis tidak mampu membedakan warna pada sampel yang diujikan. Oleh
karena itu dilakukan analisis lebih lanjut untuk dengan menggunakan uji Duncan.
a. Uji Duncan Sampel
Perhitungan pertama dalam uji Duncan yaitu menghitung sebuah
parameter standar eror rata-rata yaitu :
SX=√
𝐾𝑑 πΊπ‘Žπ‘™π‘Žπ‘‘
𝑑𝑏 π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘™
= √
0,0228 4
= 0,087243
Jumlah Galat
Jumlah sampel
2 3 4
SSR
20 2,95 3,1 3,18
21 2,94 3,09 3,175
22 2,93 3,08 3,17
LSR 0,256494 0,26958 0,276996
Nilai rata-rata dari setiap kode roti diurutkan dari yang terkecil ke yang
terbesar, namun rata-rata sampel yang digunakan bukan menggunakan data dari
transformasi namun dari data yang asli. Kemudian nilai rata-rata yang paling
besar dikurangi oleh nilai LSR yang paling tinggi juga.
Nilai rata-rata yang telah diurutkan:
Kode 247 586 471 336
Rata-rata 2,25 3 3,375 4
Nilai rata-rata yang paling besar dikurangi dengan nilai LSR yang paling
besar juga yaitu 4-0,276996= 3,723004
Dari nilai rata-rata yang terlah diurutkan maka ditarik garis dari yang lebih
besar dari nilai rata-rata yang telah dikurangi oleh nilai LSR yaitu 3,723004 dan
didapat hasil sebagai berikut :
247 586 471 336
2,25 3 3,375 4
Dari penarikan garis dapat disimpulkan bahwa berdasarkan uji duncan dari
ketiga sampel yaitu sampel dengan kode 336 terdapat beda nyata dari
keseragaman pada sampel yang diujikan.
Perbandingan antara sampel 247 dengan sampel berkode 586 yaitu
berselisih 0,75 yang jika dibandingkan dengan rata-rata LSR yang kedua yaitu
0,256494 maka selisih antara kedua sampel lebih besar dari pada rata-rata LSR.
Dengan begitu sampel dengan kode 247 dan sampel dengan kode 586 berbeda
nyata dari segi warna.
Perbandingan antara sampel 247 dengan sampel berkode 471 yaitu
berselisih 1,125 yang jika dibandingkan dengan rata-rata LSR yang ketiga yaitu
0,26958 maka selisih antara kedua sampel lebih besar dari pada rata-rata LSR.
Dengan begitu sampel dengan kode 247 dan sampel dengan kode 471 berbeda
nyata dari segi warna.
Perbandingan antara sampel 586 dengan sampel berkode 471 yaitu
berselisih 0,375 yang jika dibandingkan dengan rata-rata LSR yang keempat yaitu
0,276996 maka selisih antara kedua sampel lebih besar dari pada rata-rata LSR.
Dengan begitu sampel dengan kode 586 dan sampel dengan kode 471 berbeda
nyata dari segi warna.
Sehingga dapat disimpulkan semua sampel atribut warna keempat sampel
memiliki mutu warna yang berbeda-beda.
b. Uji Duncan Panelis
Perhitungan pertama dalam uji Duncan yaitu menghitung sebuah
parameter standar eror rata-rata yaitu :
Jumlah Galat
Jumlah sampel
2 3 4
SSR
20 2,95 3,1 3,18
21 2,94 3,09 3,175
SX=√
𝐾𝑑 πΊπ‘Žπ‘™π‘Žπ‘‘
𝑑𝑏 π‘ƒπ‘Žπ‘›π‘’π‘™π‘–π‘ 
= √
0,0228 4
7
= 0,057114
22 2,93 3,08 3,17
LSR 0,167914 0,176482 0,181336
Nilai rata-rata dari setiap kode roti diurutkan dari yang terkecil ke yang
terbesar, namun rata-rata sampel yang digunakan bukan menggunakan data dari
transformasi namun dari data yang asli. Kemudian nilai rata-rata yang paling
besar dikurangi oleh nilai LSR yang paling tinggi juga.
Nilai rata-rata yang telah diurutkan:
Kode 247 586 471 336
Rata-rata 2,25 3 3,375 4
Nilai rata-rata yang paling besar dikurangi dengan nilai LSR yang paling
besar juga yaitu 4-0,181336 = 3,818664
Dari nilai rata-rata yang terlah diurutkan maka ditarik garis dari yang lebih
besar dari nilai rata-rata yang telah dikurangi oleh nilai LSR yaitu 3,818664 dan
didapat hasil sebagai berikut :
247 586 471 336
2,25 3 3,375 4
Dari penarikan garis dapat disimpulkan bahwa berdasarkan uji duncan dari
ketiga sampel yaitu sampel dengan kode 336 terdapat beda nyata dari
keseragaman pada sampel yang diujikan.
Perbandingan antara sampel 247 dengan sampel berkode 586 yaitu
berselisih 0,75 yang jika dibandingkan dengan rata-rata LSR yang kedua yaitu
0,167914 maka selisih antara kedua sampel lebih besar dari pada rata-rata LSR.
Dengan begitu penilaian panelis terhadap mutu sampel dengan kode 247 dan
sampel dengan kode 586 berbeda nyata dari segi warna.
Perbandingan antara sampel 247 dengan sampel berkode 471 yaitu
berselisih 1,125 yang jika dibandingkan dengan rata-rata LSR yang ketiga yaitu
0,176482 maka selisih antara kedua sampel lebih besar dari pada rata-rata LSR.
Dengan begitu penilaian panelis terhadap mutu sampel dengan kode 247 dan
sampel dengan kode 471 berbeda nyata dari segi warna.
Perbandingan antara sampel 586 dengan sampel berkode 471 yaitu
berselisih 0,375 yang jika dibandingkan dengan rata-rata LSR yang keempat yaitu
0,181336 maka selisih antara kedua sampel lebih besar dari pada rata-rata LSR.
Dengan begitu penilaian panelis terhadap mutu sampel dengan kode 586 dan
sampel dengan kode 471 berbeda nyata dari segi warna.
Sehingga dapat disimpulkan penilaian panelis terhadap atribut warna
keempat sampel memiliki mutu warna yang berbeda-beda.
2. Atribut Rasa
Data Transformasi
Panelis 336 247 471 586 βˆ‘ βˆ‘2
1 2,12132 1,224745 2,12132 1,581139 7,048524 49,6817
2 2,12132 1,224745 1,870829 1,870829 7,087723 50,23581
3 1,224745 1,581139 1,870829 1,870829 6,547541 42,87029
4 2,12132 1,224745 1,870829 1,581139 6,798033 46,21325
5 1,870829 1,581139 1,870829 1,581139 6,903935 47,66432
6 1,581139 1,224745 2,12132 1,870829 6,798033 46,21325
7 1,870829 1,224745 2,12132 1,870829 7,087723 50,23581
8 1,870829 1,224745 2,12132 1,581139 6,798033 46,21325
βˆ‘ 14,78233 10,51075 15,9686 13,80787 55,06954 379,3277
𝑋̅ 1,847791 1,313843 1,996075 1,725984
βˆ‘2 218,5173 110,4758 254,9961 190,6573 774,6464
Setelah diketahui data transformasi, dilakukan uji sidik ragam (Anova)
Jk Panelis 0,061462
Jk Sampel 2,060347
Jk Total 3,229542
Jk Galat 1,107733
Tabel sidik ragam (Anova)
db JK KT F hitung F tabel taraf 5%
Panelis 7 0,061462 0,00878 0,166452 2,495
Sampel 3 2,060347 0,686782 13,01977 3,07
Total 31 3,229542 0,104179
Galat 21 1,107733 0,052749
Nilai F hitung panelis yang didapat dari analisis sidik ragam (anova)
dibandingkan dengan nilai F yang terdapat di Tabel menunjukan nilai yang lebih
kecil sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan nyata antar perlakuan.
Dengan kata lain panelis tidak mampu membedakan rasa pada sampel yang
diujikan. Oleh karena itu tidak perlu dilakukan analisis lebih lanjut uji Duncan.
Sedangkan pada f hitung sampel f dari tabel sidik ragam (Anova)
menunjukan bahwa dari tabel sidik ragam (anova) F hitung lebih besar daripada f
tabel, sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan nyata antar perlakuan.
Namun panelis tidak mampu membedakan rasa pada sampel yang diujikan. Oleh
karena itu perlu dilakukan analisis lebih lanjut uji Duncan.
𝐹𝐾 =
𝐹2
π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘™ π‘₯ π‘π‘Žπ‘›π‘’π‘™π‘–π‘ 
FK =
55,0 9542
4 π‘₯ 8
FK = 94,77046
Perhitungan pertama dalam uji Duncan yaitu menghitung sebuah
parameter standar eror rata-rata yaitu :
Jumlah Galat
Jumlah sampel
2 3 4
SSR
20 2,95 3,1 3,18
21 2,94 3,09 3,175
22 2,93 3,08 3,17
LSR 0,389847 0,409738 0,421009
Nilai rata-rata dari setiap kode roti diurutkan dari yang terkecil ke yang
terbesar, namun rata-rata sampel yang digunakan bukan menggunakan data dari
transformasi namun dari data yang asli. Kemudian nilai rata-rata yang paling
besar dikurangi oleh nilai LSR yang paling tinggi juga.
Nilai rata-rata yang telah diurutkan:
Kode 247 586 471 336
Rata-rata 2,25 3 3,375 4
Nilai rata-rata yang paling besar dikurangi dengan nilai LSR yang paling
besar juga yaitu 4-0,421009 = 3,578991
Dari nilai rata-rata yang terlah diurutkan maka ditarik garis dari yang lebih
besar dari nilai rata-rata yang telah dikurangi oleh nilai LSR yaitu 3,578991 dan
didapat hasil sebagai berikut :
247 586 471 336
2,25 3 3,375 4
SX=√
𝐾𝑑 πΊπ‘Žπ‘™π‘Žπ‘‘
𝑑𝑏 π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘™
= √
0,052749
= 0,132601
Dari penarikan garis dapat disimpulkan bahwa berdasarkan uji duncan dari
ketiga sampel yaitu sampel dengan kode 336 terdapat beda nyata dari
keseragaman pada sampel yang diujikan.
Perbandingan antara sampel 247 dengan sampel berkode 586 yaitu
berselisih 0,75 yang jika dibandingkan dengan rata-rata LSR yang kedua yaitu
0,389847 maka selisih antara kedua sampel lebih besar dari pada rata-rata LSR.
Dengan begitu penilaian panelis terhadap mutu sampel dengan kode 247 dan
sampel dengan kode 586 berbeda nyata dari segi rasa.
Perbandingan antara sampel 247 dengan sampel berkode 471 yaitu
berselisih 1,125 yang jika dibandingkan dengan rata-rata LSR yang ketiga yaitu
0,409738 maka selisih antara kedua sampel lebih besar dari pada rata-rata LSR.
Dengan begitu penilaian panelis terhadap mutu sampel dengan kode 247 dan
sampel dengan kode 471 berbeda nyata dari segi rasa.
Perbandingan antara sampel 586 dengan sampel berkode 471 yaitu
berselisih 0,375 yang jika dibandingkan dengan rata-rata LSR yang keempat yaitu
0,421009 maka selisih antara kedua sampel lebih kecil dari pada rata-rata LSR.
Dengan begitu penilaian panelis terhadap mutu sampel dengan kode 586 dan
sampel dengan kode 471 tidak berbeda nyata dari segi rasa.
247 586 471 336
2,25 3 3,375 4
Sehingga dapat disimpulkan penilaian panelis menyatakan bahwa sampel
dengan kode 586 dengan 471 tidak memiliki perbedaan mutu yang signifikan, dan
keduanya berbeda nyata mutunya dengan sampel dengan kode 247 juga berbeda
nyata dengan sampel berkode 336 dari segi rasa.
3. Atribut Keseragaman Pori
Data Transformasi
Panelis 336 247 471 586 βˆ‘ βˆ‘2
1 2,12132 1,581139 2,12132 1,870829 7,694608 59,207
2 2,12132 1,224745 2,12132 1,870829 7,338214 53,84939
3 1,224745 1,581139 2,12132 1,870829 6,798033 46,21325
4 2,12132 1,224745 1,870829 1,870829 7,087723 50,23581
5 2,12132 1,224745 2,12132 1,581139 7,048524 49,6817
6 2,12132 1,224745 1,870829 1,581139 6,798033 46,21325
7 1,870829 1,581139 2,12132 1,870829 7,444117 55,41487
8 2,12132 1,224745 1,870829 1,581139 6,798033 46,21325
βˆ‘ 15,8235 10,86714 16,21909 14,09756 57,00728 407,0285
𝑋̅ 1,977937 1,358393 2,027386 1,762195
βˆ‘2 250,383 118,0948 263,0588 198,7412 830,2778
Setelah diketahui data transformasi, dilakukan uji sidik ragam (Anova)
Jk Panelis 0,199926
Jk Sampel 2,227519
Jk Total 3,442798
Jk Galat 1,015353
Tabel sidik ragam (Anova)
𝐹𝐾 =
𝐹2
π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘™ π‘₯ π‘π‘Žπ‘›π‘’π‘™π‘–π‘ 
FK =
57 ,007282
4 π‘₯ 8
FK = 101,5572
db JK KT F hitung F tabel taraf 5%
Panelis 7 0,199926 0,028561 0,590709 2,495
Sampel 3 2,227519 0,742506 15,35686 3,07
Galat 21 1,015353 0,04835
Total 31 3,442798 0,111058
Nilai F hitung panelis yang didapat dari analisis sidik ragam (anova)
dibandingkan dengan nilai F yang terdapat di Tabel menunjukan nilai yang lebih
kecil sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan nyata antar perlakuan.
Dengan kata lain panelis tidak mampu membedakan mutu keseragaman pori pada
sampel yang diujikan. Oleh karena itu tidak perlu dilakukan analisis lebih lanjut
uji Duncan.
Sedangkan pada f hitung sampel f dari tabel sidik ragam (Anova)
menunjukan bahwa dari tabel sidik ragam (anova) F hitung lebih besar daripada f
tabel, sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan nyata antar perlakuan.
Namun panelis tidak mampu membedakan mutu keseragaman pori pada sampel
yang diujikan. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis lebih lanjut uji Duncan.
Perhitungan pertama dalam uji Duncan yaitu menghitung sebuah
parameter standar eror rata-rata yaitu :
Jumlah Galat
Jumlah sampel
2 3 4
SSR
20 2,95 3,1 3,18
21 2,94 3,09 3,175
22 2,93 3,08 3,17
LSR 0,373238 0,39228 0,403071
SX=√
𝐾𝑑 πΊπ‘Žπ‘™π‘Žπ‘‘
𝑑𝑏 π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘™
= √
0,048 5
= 0,126952
Nilai rata-rata dari setiap kode roti diurutkan dari yang terkecil ke yang
terbesar, namun rata-rata sampel yang digunakan bukan menggunakan data dari
transformasi namun dari data yang asli. Kemudian nilai rata-rata yang paling
besar dikurangi oleh nilai LSR yang paling tinggi juga.
Nilai rata-rata yang telah diurutkan:
Kode 247 586 471 336
Rata-rata 2,25 3 3,375 4
Nilai rata-rata yang paling besar dikurangi dengan nilai LSR yang paling
besar juga yaitu 4-0,403071 = 3,596929
Dari nilai rata-rata yang terlah diurutkan maka ditarik garis dari yang lebih
besar dari nilai rata-rata yang telah dikurangi oleh nilai LSR yaitu 3,596929 dan
didapat hasil sebagai berikut :
247 586 471 336
2,25 3 3,375 4
Dari penarikan garis dapat disimpulkan bahwa berdasarkan uji duncan dari
ketiga sampel yaitu sampel dengan kode 336 terdapat beda nyata dari
keseragaman pada sampel yang diujikan.
Perbandingan antara sampel 247 dengan sampel berkode 586 yaitu
berselisih 0,75 yang jika dibandingkan dengan rata-rata LSR yang kedua yaitu
0,373238 maka selisih antara kedua sampel lebih besar dari pada rata-rata LSR.
Dengan begitu penilaian panelis terhadap mutu sampel dengan kode 247 dan
sampel dengan kode 586 berbeda nyata dari segi keseragaman pori.
Perbandingan antara sampel 247 dengan sampel berkode 471 yaitu
berselisih 1,125 yang jika dibandingkan dengan rata-rata LSR yang ketiga yaitu
0,39228 maka selisih antara kedua sampel lebih besar dari pada rata-rata LSR.
Dengan begitu penilaian panelis terhadap mutu sampel dengan kode 247 dan
sampel dengan kode 471 berbeda nyata dari segi keseragaman pori.
Perbandingan antara sampel 586 dengan sampel berkode 471 yaitu
berselisih 0,375 yang jika dibandingkan dengan rata-rata LSR yang keempat yaitu
0,403071 maka selisih antara kedua sampel lebih besar dari pada rata-rata LSR.
Dengan begitu penilaian panelis terhadap mutu sampel dengan kode 586 dan
sampel dengan kode 471 tidak berbeda nyata dari segi keseragaman pori.
247 586 471 336
2,25 3 3,375 4
Sehingga dapat disimpulkan penilaian panelis menyatakan bahwa sampel
dengan kode 586 dengan 471 tidak memiliki perbedaan mutu yang signifikan, dan
keduanya berbeda nyata mutunya dengan sampel dengan kode 247 juga berbeda
nyata dengan sampel berkode 336 dari segi keseragaman pori.
VII. KESIMPULAN
1. Uji skoring dilakukan dengan menggunakan pendekatan skala atau skor
yang dihubungkan dengandeskripsi tertentu dari atribut mutu produk. Pada
sistem skoring, angka digunakan untuk menilai intensitas produk dengan
susunan meningkat atau menurun.
2. Pada pengujian atribut warna panelis tdak dapat membedakan mutu dari
sampel terhadap atribut warna secra signifikan sehingga harus dilakuka
Uji dauncen, dan dari hasil perhitungan yang didapat dapat disimpulkan
penilaian panelis terhadap atribut warna keempat sampel memiliki mutu
warna yang berbeda-beda pada semua kode.
3. Pada pengujian atribut rasa panelis dapat membedakan mutu dari rasa
secara signifikan sehingga tidak perlu dilakukan uji duncen. Namun
sampel roti sendiri belum dapat dibedakan mutunya karena ada mutu roti
yang panelis bisa nilai tidak berbeda nyata. Dan hasil yang didapatkan
penilaian panelis menyatakan bahwa sampel dengan kode 586 dengan 471
tidak memiliki perbedaan mutu yang signifikan, dan keduanya berbeda
nyata mutunya dengan sampel dengan kode 247 juga berbeda nyata
dengan sampel berkode 336.
4. Pada pengujian atribut keseragaman pori juga panelis dapat membedakan
mutu dari rasa secara signifikan sehingga tidak perlu dilakukan uji duncen.
Namun sampel roti sendiri belum dapat dibedakan mutunya karena ada
mutu roti yang panelis bisa nilai tidak berbeda nyata. Dan hasil yang
didapatkan penilaian panelis menyatakan bahwa sampel dengan kode 586
dengan 471 tidak memiliki perbedaan mutu yang signifikan, dan keduanya
berbeda nyata mutunya dengan sampel dengan kode 247 juga berbeda
nyata dengan sampel berkode 336.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2006). Pengujian Organoleptik (evaluasi Sensori) dalam industry
Pangan. EbookPangan.
Alfia, Hanifah. (2013). Acara V Uji kesukaan-Rangking (analisis Sensori).
[online]. Tersedia: http://hanifahalfiah.blogspot.com/2013/10/acara-v-uji-
kesukaan-ranking-analisis.html yang direkam pada 25 Oktober 2013
21:17. [17 November 2014]
Digo. (2012). Laporan orkep uji skor. [online]. Tersedia: http://black-
boulevard.blogspot.com/2012/05/laporan-orlep
ujiskor.htmlhttp://blackboulevard.blogspot.com/2012/05/laporan-orlep-uji-
skor.html [17 November 2014]
Kartika, B., B. Hastuti., W. Supartono. 1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan
Pangan. PAU Pangan dan Gizi UGM.Yogyakarta.
S Susiwi. (2009). Penilaian Organoleptik. Handout Jurusan Pendidikan Kimia
Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. [pdf]
Setyaningsih, dkk. (2010). Analisis Sensori untuk Industri Pangan dan Agro.
Bogor : IPB Press
Zetiara, Alzara. (2012). Uji Skoring Pengawasan Mutu. [online]. Tersedia:
http://zaratiara.blogspot.com/2012/11/uji-skoring-pengawasan-mutu.html
yang direkam pada 4 November 2012 17:46. [17 November 2014]
LAMPIRAN

More Related Content

What's hot

Laporan Praktikum Roti Tawar dan Roti Manis
Laporan Praktikum Roti Tawar dan Roti Manis Laporan Praktikum Roti Tawar dan Roti Manis
Laporan Praktikum Roti Tawar dan Roti Manis Ernalia Rosita
Β 
Laporan Praktikum Selai
Laporan Praktikum SelaiLaporan Praktikum Selai
Laporan Praktikum SelaiErnalia Rosita
Β 
laporan pengetahuan bahan pangan Umbi umbian
laporan pengetahuan bahan pangan Umbi umbianlaporan pengetahuan bahan pangan Umbi umbian
laporan pengetahuan bahan pangan Umbi umbianSuryani Lubisch
Β 
Formulasi produk pangan darurat
Formulasi produk pangan daruratFormulasi produk pangan darurat
Formulasi produk pangan daruratDidik Dzikrul Hakim
Β 
Standar susu segar
Standar susu segarStandar susu segar
Standar susu segarmtienz
Β 
Laporan Praktikum TPP Dendeng - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Dendeng - UNPASLaporan Praktikum TPP Dendeng - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Dendeng - UNPASRahma Sagistiva Sari
Β 
Kerusakan mikrobiologis pada makanan
Kerusakan mikrobiologis pada makananKerusakan mikrobiologis pada makanan
Kerusakan mikrobiologis pada makananAgnescia Sera
Β 
Laporan Praktikum Ice Cream
Laporan Praktikum Ice CreamLaporan Praktikum Ice Cream
Laporan Praktikum Ice CreamErnalia Rosita
Β 
Satop acara 2 penentuan panas spesifik bahan
Satop acara 2 penentuan panas spesifik bahanSatop acara 2 penentuan panas spesifik bahan
Satop acara 2 penentuan panas spesifik bahanAgataMelati
Β 
Laporan Praktikum Kadar Abu
Laporan Praktikum Kadar AbuLaporan Praktikum Kadar Abu
Laporan Praktikum Kadar Abuuniversitas jember
Β 
Pengetahuan Bahan Pangan Buah dan sayur
Pengetahuan Bahan Pangan Buah dan sayurPengetahuan Bahan Pangan Buah dan sayur
Pengetahuan Bahan Pangan Buah dan sayurHappinessa Brilliant
Β 
Laporan Praktikum Bakso
Laporan Praktikum BaksoLaporan Praktikum Bakso
Laporan Praktikum BaksoErnalia Rosita
Β 
Laporan tetap pengetahuan bahan tepung
Laporan tetap pengetahuan bahan tepungLaporan tetap pengetahuan bahan tepung
Laporan tetap pengetahuan bahan tepungReza Fahlevi
Β 
Penilaian mutu makanan
Penilaian mutu makananPenilaian mutu makanan
Penilaian mutu makananAgnescia Sera
Β 

What's hot (20)

Pengasapan
PengasapanPengasapan
Pengasapan
Β 
Laporan Praktikum Roti Tawar dan Roti Manis
Laporan Praktikum Roti Tawar dan Roti Manis Laporan Praktikum Roti Tawar dan Roti Manis
Laporan Praktikum Roti Tawar dan Roti Manis
Β 
Laporan Praktikum Selai
Laporan Praktikum SelaiLaporan Praktikum Selai
Laporan Praktikum Selai
Β 
Fermentasi
FermentasiFermentasi
Fermentasi
Β 
laporan pengetahuan bahan pangan Umbi umbian
laporan pengetahuan bahan pangan Umbi umbianlaporan pengetahuan bahan pangan Umbi umbian
laporan pengetahuan bahan pangan Umbi umbian
Β 
Formulasi produk pangan darurat
Formulasi produk pangan daruratFormulasi produk pangan darurat
Formulasi produk pangan darurat
Β 
Standar susu segar
Standar susu segarStandar susu segar
Standar susu segar
Β 
Laporan Praktikum TPP Dendeng - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Dendeng - UNPASLaporan Praktikum TPP Dendeng - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Dendeng - UNPAS
Β 
Kerusakan mikrobiologis pada makanan
Kerusakan mikrobiologis pada makananKerusakan mikrobiologis pada makanan
Kerusakan mikrobiologis pada makanan
Β 
Laporan Praktikum Ice Cream
Laporan Praktikum Ice CreamLaporan Praktikum Ice Cream
Laporan Praktikum Ice Cream
Β 
Satop acara 2 penentuan panas spesifik bahan
Satop acara 2 penentuan panas spesifik bahanSatop acara 2 penentuan panas spesifik bahan
Satop acara 2 penentuan panas spesifik bahan
Β 
Laporan Praktikum Kadar Abu
Laporan Praktikum Kadar AbuLaporan Praktikum Kadar Abu
Laporan Praktikum Kadar Abu
Β 
Pengetahuan Bahan Pangan Buah dan sayur
Pengetahuan Bahan Pangan Buah dan sayurPengetahuan Bahan Pangan Buah dan sayur
Pengetahuan Bahan Pangan Buah dan sayur
Β 
Laporan Praktikum Bakso
Laporan Praktikum BaksoLaporan Praktikum Bakso
Laporan Praktikum Bakso
Β 
SNI dan UKM
SNI dan UKMSNI dan UKM
SNI dan UKM
Β 
Laporan tetap pengetahuan bahan tepung
Laporan tetap pengetahuan bahan tepungLaporan tetap pengetahuan bahan tepung
Laporan tetap pengetahuan bahan tepung
Β 
Senyawa bioaktif
Senyawa bioaktifSenyawa bioaktif
Senyawa bioaktif
Β 
Penilaian mutu makanan
Penilaian mutu makananPenilaian mutu makanan
Penilaian mutu makanan
Β 
5. proses thermal
5. proses thermal5. proses thermal
5. proses thermal
Β 
mutu protein
mutu proteinmutu protein
mutu protein
Β 

Similar to UJI RASA

Uji Normalitas dan Homogenitas ppt-
Uji Normalitas dan Homogenitas ppt-Uji Normalitas dan Homogenitas ppt-
Uji Normalitas dan Homogenitas ppt-Aisyah Turidho
Β 
Mei puspita-wati-1101125049 math4b-regresi-linear-sederhana-dan-berganda
Mei puspita-wati-1101125049 math4b-regresi-linear-sederhana-dan-bergandaMei puspita-wati-1101125049 math4b-regresi-linear-sederhana-dan-berganda
Mei puspita-wati-1101125049 math4b-regresi-linear-sederhana-dan-bergandaSyahar Legenda Markus Lionel
Β 
Mei puspita-wati-1101125049 math4b-regresi-linear-sederhana-dan-berganda
Mei puspita-wati-1101125049 math4b-regresi-linear-sederhana-dan-bergandaMei puspita-wati-1101125049 math4b-regresi-linear-sederhana-dan-berganda
Mei puspita-wati-1101125049 math4b-regresi-linear-sederhana-dan-bergandaRizkisetiawan13
Β 
Statistik Inferensial dan Analisis Kualitatif
Statistik Inferensial dan Analisis Kualitatif Statistik Inferensial dan Analisis Kualitatif
Statistik Inferensial dan Analisis Kualitatif Angga Debby Frayudha
Β 
PPT Statistik Pendidikan
PPT Statistik PendidikanPPT Statistik Pendidikan
PPT Statistik PendidikanDewi_Sejarah
Β 
PROBABILITAS DAN STATISTIK materi 2.ppt
PROBABILITAS DAN STATISTIK materi 2.pptPROBABILITAS DAN STATISTIK materi 2.ppt
PROBABILITAS DAN STATISTIK materi 2.pptSollyLubis
Β 
Statistika 2014 Tendensi Sentral
Statistika 2014 Tendensi SentralStatistika 2014 Tendensi Sentral
Statistika 2014 Tendensi SentralTri Asih Krisna
Β 
Statistik pengukuran instrumen validitas
Statistik  pengukuran instrumen validitasStatistik  pengukuran instrumen validitas
Statistik pengukuran instrumen validitasHafiza .h
Β 
Pertemuan 11 (uji normalitas dan homogenitas)
Pertemuan 11 (uji normalitas dan homogenitas)Pertemuan 11 (uji normalitas dan homogenitas)
Pertemuan 11 (uji normalitas dan homogenitas)reno sutriono
Β 
4_Aminullah Assagaf_IMPLEMENTASI SOFTWARE STATISTIK & ANALISIS_27 Juni 2020.pptx
4_Aminullah Assagaf_IMPLEMENTASI SOFTWARE STATISTIK & ANALISIS_27 Juni 2020.pptx4_Aminullah Assagaf_IMPLEMENTASI SOFTWARE STATISTIK & ANALISIS_27 Juni 2020.pptx
4_Aminullah Assagaf_IMPLEMENTASI SOFTWARE STATISTIK & ANALISIS_27 Juni 2020.pptxAminullah Assagaf
Β 
Aminullah assagaf revisi implementasi software statistik &amp; analisis 27 ju...
Aminullah assagaf revisi implementasi software statistik &amp; analisis 27 ju...Aminullah assagaf revisi implementasi software statistik &amp; analisis 27 ju...
Aminullah assagaf revisi implementasi software statistik &amp; analisis 27 ju...Aminullah Assagaf
Β 
Ppt anova k elompok 6
Ppt anova k elompok 6Ppt anova k elompok 6
Ppt anova k elompok 6Torang Aritonang
Β 
Makalah uji normalitas dan homogenitas
Makalah uji normalitas dan homogenitasMakalah uji normalitas dan homogenitas
Makalah uji normalitas dan homogenitasAisyah Turidho
Β 
Aminullah Assagaf_MODEL REGRESI LENGKAP 18_8 Nop 2023_(Data Panel & EVIEWS).pptx
Aminullah Assagaf_MODEL REGRESI LENGKAP 18_8 Nop 2023_(Data Panel & EVIEWS).pptxAminullah Assagaf_MODEL REGRESI LENGKAP 18_8 Nop 2023_(Data Panel & EVIEWS).pptx
Aminullah Assagaf_MODEL REGRESI LENGKAP 18_8 Nop 2023_(Data Panel & EVIEWS).pptxAminullah Assagaf
Β 

Similar to UJI RASA (20)

Uji Normalitas dan Homogenitas ppt-
Uji Normalitas dan Homogenitas ppt-Uji Normalitas dan Homogenitas ppt-
Uji Normalitas dan Homogenitas ppt-
Β 
tugas7b.pdf
tugas7b.pdftugas7b.pdf
tugas7b.pdf
Β 
Mei puspita-wati-1101125049 math4b-regresi-linear-sederhana-dan-berganda
Mei puspita-wati-1101125049 math4b-regresi-linear-sederhana-dan-bergandaMei puspita-wati-1101125049 math4b-regresi-linear-sederhana-dan-berganda
Mei puspita-wati-1101125049 math4b-regresi-linear-sederhana-dan-berganda
Β 
Mei puspita-wati-1101125049 math4b-regresi-linear-sederhana-dan-berganda
Mei puspita-wati-1101125049 math4b-regresi-linear-sederhana-dan-bergandaMei puspita-wati-1101125049 math4b-regresi-linear-sederhana-dan-berganda
Mei puspita-wati-1101125049 math4b-regresi-linear-sederhana-dan-berganda
Β 
Statistik Inferensial dan Analisis Kualitatif
Statistik Inferensial dan Analisis Kualitatif Statistik Inferensial dan Analisis Kualitatif
Statistik Inferensial dan Analisis Kualitatif
Β 
P12_Uji Persyaratan Instrumen.pdf
P12_Uji Persyaratan Instrumen.pdfP12_Uji Persyaratan Instrumen.pdf
P12_Uji Persyaratan Instrumen.pdf
Β 
PPT Statistik Pendidikan
PPT Statistik PendidikanPPT Statistik Pendidikan
PPT Statistik Pendidikan
Β 
PROBABILITAS DAN STATISTIK materi 2.ppt
PROBABILITAS DAN STATISTIK materi 2.pptPROBABILITAS DAN STATISTIK materi 2.ppt
PROBABILITAS DAN STATISTIK materi 2.ppt
Β 
Statistika 2014 Tendensi Sentral
Statistika 2014 Tendensi SentralStatistika 2014 Tendensi Sentral
Statistika 2014 Tendensi Sentral
Β 
Uji tukey & Uji scheffe
Uji tukey & Uji scheffeUji tukey & Uji scheffe
Uji tukey & Uji scheffe
Β 
P12 uji persyaratan instrumen
P12 uji persyaratan instrumenP12 uji persyaratan instrumen
P12 uji persyaratan instrumen
Β 
Reliabilitas
Reliabilitas Reliabilitas
Reliabilitas
Β 
Power point statistik anava
Power point statistik anavaPower point statistik anava
Power point statistik anava
Β 
Statistik pengukuran instrumen validitas
Statistik  pengukuran instrumen validitasStatistik  pengukuran instrumen validitas
Statistik pengukuran instrumen validitas
Β 
Pertemuan 11 (uji normalitas dan homogenitas)
Pertemuan 11 (uji normalitas dan homogenitas)Pertemuan 11 (uji normalitas dan homogenitas)
Pertemuan 11 (uji normalitas dan homogenitas)
Β 
4_Aminullah Assagaf_IMPLEMENTASI SOFTWARE STATISTIK & ANALISIS_27 Juni 2020.pptx
4_Aminullah Assagaf_IMPLEMENTASI SOFTWARE STATISTIK & ANALISIS_27 Juni 2020.pptx4_Aminullah Assagaf_IMPLEMENTASI SOFTWARE STATISTIK & ANALISIS_27 Juni 2020.pptx
4_Aminullah Assagaf_IMPLEMENTASI SOFTWARE STATISTIK & ANALISIS_27 Juni 2020.pptx
Β 
Aminullah assagaf revisi implementasi software statistik &amp; analisis 27 ju...
Aminullah assagaf revisi implementasi software statistik &amp; analisis 27 ju...Aminullah assagaf revisi implementasi software statistik &amp; analisis 27 ju...
Aminullah assagaf revisi implementasi software statistik &amp; analisis 27 ju...
Β 
Ppt anova k elompok 6
Ppt anova k elompok 6Ppt anova k elompok 6
Ppt anova k elompok 6
Β 
Makalah uji normalitas dan homogenitas
Makalah uji normalitas dan homogenitasMakalah uji normalitas dan homogenitas
Makalah uji normalitas dan homogenitas
Β 
Aminullah Assagaf_MODEL REGRESI LENGKAP 18_8 Nop 2023_(Data Panel & EVIEWS).pptx
Aminullah Assagaf_MODEL REGRESI LENGKAP 18_8 Nop 2023_(Data Panel & EVIEWS).pptxAminullah Assagaf_MODEL REGRESI LENGKAP 18_8 Nop 2023_(Data Panel & EVIEWS).pptx
Aminullah Assagaf_MODEL REGRESI LENGKAP 18_8 Nop 2023_(Data Panel & EVIEWS).pptx
Β 

UJI RASA

  • 1. LAPORAN PRAKTIKUM PENILAIAN SENSORI PANGAN Uji Skoring Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Penilaian Sensori Pangan dengan dosen pengampu Dewi Cakrawati, S.TP., M.Si Oleh : Juliana M Nur (1306948) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI FAKULTAS PENDIDIKAN DAN TEKNOLOGI KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014
  • 2. I. TEORI A. TINJAUAN BAHAN Wafer adalah makanan cemilan/snack yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Wafer mengandung energi sebesar 53 kilokalori, protein 2,7 gram, karbohidrat 66,7 gram, lemak 28,7 gram, kalsium 182 miligram, fosfor 0 miligram, dan zat besi 2,8 miligram. Selain itu di dalam Wafer juga terkandung vitamin A sebanyak 0 IU, vitamin B1 0 miligram dan vitamin C 0 miligram. Hasil tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram Wafer, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 100 %. B. TINJAUAN TEORI Uji skoring merupakan uji yang menggunakan panelis terlatih dan benar- benar tahu mengenai atribut yang dinilai. Tipe pengujian skoring sering digunakan untuk menilai mutu bahan dan intensitas sifat tertentu misalnya kemanisan, kekerasan, dan warna. Selain itu, digunakan untuk mencari korelasi pengukuran subyektif dengan obyektif dalam rangka pengukuran obyektif (presisi alat). (Kartika dkk., 1988). Menurut Anonim (2006), uji skoring dilakukan dengan menggunakan pendekatan skala atau skor yang dihubungkan dengan deskripsi tertentu dari atribut mutu produk. Pada sistem skoring, angka digunakan untuk menilai intensitas produk dengan susunan meningkat atau menurun. Secara garis besar, pekerjaan analisis data meliputi tiga langkah yaitu persiapan, tabulasi, dan penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian. Kegiatan dalam langkah-langkah persiapan antara lain, mengecek nama dan kelengkapan identitas pengisi, mengecek kelengkapan data, artinya memeriksa isi instrumen pengumpulan data (termasuk pula kelengkapan lembaran instrumen barangkali ada yang terlepas atau sobek), mengecek macam isian data. (Arikunto,1993)
  • 3. Proses perhitungan frekuensi yang terbilang di dalam masing-masing kategori disebut tabulasi. Oleh karena itu hasil perhitungan demikian hampir selalu disajikan dalam bentuk tabel, maka istilah tabulasi sering diartikan sebagai proses penyusunan data ke dalam bentuk tabel. Tabulasi (dalam arti menyusun data ke dalam bentuk tabel) merupakan tahap lanjutan dalam rangkaian proses analisa data. Dengan tabulasi data lapangan akan segera tampak ringkas dan tersusun ke dalam suatu tabel yang baik, data dapat dibaca degan mudah dan maknanya akan mudah dipahami. (Sumarsono, 2004) Evaluasi sensori merupakan analisis yang menggunakan manusia sebagai instrument. Salah satu uji sensori yang digunakan meluas adalah uji afektif secara kuantitatif. Uji afektif bertujuan untuk menilai respon pribadi (kesukaan atau penerimaan) dari produk tertentu, atau karakteristik produk spesifik tertentu. Uji afektif kuantitatif dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu uji pemilihan/preferensi (preference) dan uji penerimaan (acceptance) berarti mengukur tingkat kesukaan terhadap suatu produk semetara uji preferensi menunjukan ekspresi dipilihnya satu produk yang menonjol dibandingkna dengan produk lain. (Silvana, 2010) Uji duncan atau juga dikenal sengan istilah Duncan Multipel Range Test (DMRT) memiliki nilai kritis yang tidak tunggal tetapi mengikutri urutan rata-rata yang dibandingkan. Nilai kritis uji duncan dinyatakan dalam nilai least significant range. Uji duncan digunakan untuk menguji perbedaan di antara semua pasangan perlakuan yang ada dari percobaan tersebut, serta masih dapat mempertahankan tingkat signifikasi yang ditetapkan. (Santoso, 2005) II. TUJUAN PRAKTIKUM Mampu memberikan nilai/skor terhadap setiap contoh berdasarkan kesan yang didapat.
  • 4. III. ALAT DAN BAHAN Alat yang digunakan: 1. Nampan atau wadah 2. Borang 3. Alat tulis 4. Tissue Bahan yang digunakan: 1. Wafer dengan kode 471 2. Wafer dengan kode 586 3. Wafer dengan kode 336 4. Wafer dengan kode 247 5. Air mineral IV. PROSEDUR KERJA Panelis diberikan 4 sampel wafer dengan kode yang berbeda, yang disajikan seperti dibawah ini: Kemudian panelis diharuskan memberi skor pada setiap kode sampel berdasarkan kesan yang didapat pada setiap atribut dengan skala 1-4, semakin tinggi skor maka semakin baik mutunya. Atribut yang ditentukan adalah sebagai berikut: 471 247336586
  • 5. 1. Warna 2. Rasa 3. Keseragaman pori 4. Kerenyahan V. HASIL PENGAMATAN 1. Atribut Warna Pan 471 586 336 247 1 3 1 4 2 2 2 4 1 1 3 1 3 2 2 4 2 1 4 3 5 2 4 3 3 6 3 4 2 1 7 2 3 4 3 8 3 3 3 3 9 3 4 2 2 10 3 2 4 4 βˆ‘ 24 29 29 24 π‘₯Μ… 2,4 2,9 2,9 2,4 Data yang akan diuji harus ditransformasikan terlebih dahulu. Dengan rumus: Data transformasi Pan 471 586 336 247 βˆ‘X (βˆ‘X)2 βˆ‘(X2) 1 1,870829 1,224745 2,12132 1,581139 6,798033 46,213249 12 βˆšπ‘‹ + 0,5
  • 6. 2 1,581139 2,12132 1,224745 1,224745 6,151949 37,846475 10 3 1,224745 1,870829 1,581139 1,581139 6,257851 39,160702 10 4 1,581139 1,224745 2,12132 1,870829 6,798033 46,213249 12 5 1,581139 2,12132 1,870829 1,870829 7,444117 55,414871 14 6 1,870829 2,12132 1,581139 1,224745 6,798033 46,213249 12 7 1,581139 1,870829 2,12132 1,870829 7,444117 55,414871 14 8 1,870829 1,870829 1,870829 1,870829 7,483315 56 14 9 1,870829 2,12132 1,581139 1,581139 7,154427 51,185821 13 10 1,870829 1,581139 2,12132 2,12132 7,694608 59,206996 15 βˆ‘Y 16,90344 18,1284 18,1951 16,79754 70,02448 492,86948 126 𝑋̅ 1,690344 1,81284 1,81951 1,679754 βˆ‘Y2 285,7264 328,6387 331,0617 282,1574 1227,584 Jumlah (βˆ‘X) 70,02448 Jumlah ((βˆ‘X)2) 492,86948 Jumlah (βˆ‘(X2)) 126 Jumlah (βˆ‘Y2) 1227,584 Setelah diketahui data transformasi, dilakukan uji sidik ragam (Anova) 𝐹𝐾 = (jumlah (βˆ‘X))2 βˆ‘π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘™ π‘₯ βˆ‘π‘π‘Žπ‘›π‘’π‘™π‘–π‘  = 70,024482 4 π‘₯10 = 122,5857 JK Panelis = βˆ‘ 2 βˆ‘ = 28,4 4 4 0, = 1,138024 JK Panelis = π‘—π‘’π‘šπ‘™π‘Ž ((βˆ‘ )2) βˆ‘ π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘™ 𝐹𝐾 = 492,8 948 4 122,5857 = 0,631672 JK Sampel = π‘—π‘’π‘šπ‘™π‘Ž (βˆ‘Y2) βˆ‘ π‘π‘Žπ‘›π‘’π‘™π‘–π‘  𝐹𝐾 = 1227,548 10 122,5857 = 0,172722 JK Total = Jumlah (βˆ‘(X2 )) – FK =126 – 122,5857 = 3,414301 JK Galat = JK Total – (JK Panelis + JK Sampel) = 3,414301 – (0,631672 + 0,172722) = 2,609907
  • 7. JK Panelis 0,631672 Jk Sampel 0,172722 JK Total 3,414301 JK Galat 2,609907 db panelis 9 db sampel 3 db total 39 db galat 27 KT panelis 0,070186 KT sampel 0,057574 db panelis = βˆ‘panelis – 1 = 10 – 1 = 9 db sampel= βˆ‘sampel – 1 = 4 – 1 = 3 db total = (βˆ‘panelis x βˆ‘sampel) – 1 = (10 x 4) – 1 = 39 db galat = db total – (db panelis + db sampel) = 39 – (9 + 3) = 27 KT panelis = 𝐽𝐾 π‘π‘Žπ‘›π‘’π‘™π‘–π‘  𝑑𝑏 π‘π‘Žπ‘›π‘’π‘™π‘–π‘  = 0,6316 2 9 = 0,070186 KT sampel = 𝐽𝐾 π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘™ 𝑑𝑏 π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘™ = 0,1 2 22 = 0,057574 KT total = 𝐽𝐾 π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ 𝑑𝑏 π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ = 3,414301 9 = 0,087546 KT galat = 𝐽𝐾 π‘”π‘Žπ‘™π‘Žπ‘‘ 𝑑𝑏 π‘”π‘Žπ‘™π‘Žπ‘‘ = 2,60 0 27 = 0,096663
  • 8. KT total 0,087546 KT galat 0,096663 Setelah itu didapat tabel sidik ragam (Anova) db JK KT F hitung F tabel taraf 5% Panelis 9 0,631672 0,070186 Sampel 3 0,172722 0,057574 0,595616 2,96 Total 39 3,414301 0,087546 Galat 27 2,609907 0,096663 Bandingkan F hitung dengan F tabel taraf 5% = 2,96. Jika F hitung > F tabel maka dilanjutkan dengan uji lanjutan yaitu Uji Duncan. Jika F hitung < F tabel artinya data tidak signifikan sehingga tidak perlu dilanjutkan ke uji lanjutan (Uji Duncan). 2. Atribut Rasa Pan 471 586 336 247 1 4 1 2 3 2 2 4 2 3 3 1 2 2 3 4 4 1 2 3 5 2 4 2 3 6 2 4 3 1 7 2 3 4 4 8 3 3 4 4 F hitung = 𝐾𝑇 π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘™ 𝐾𝑇 π‘”π‘Žπ‘™π‘Žπ‘‘ = 0,05 5 4 0,0 6663 = 0,595616
  • 9. 9 2 4 4 3 10 2 2 4 3 βˆ‘ 24 28 29 30 π‘₯Μ… 2,4 2,8 2,9 3 Data yang akan diuji harus ditransformasikan terlebih dahulu. Dengan rumus: Data transformasi Pan 471 586 336 247 βˆ‘X (βˆ‘X)2 βˆ‘(X2) 1 2,12132 1,224745 1,581139 1,870829 6,798033 46,213249 12 2 1,581139 2,12132 1,581139 1,870829 7,154427 51,185821 13 3 1,224745 1,581139 1,581139 1,870829 6,257851 39,160702 10 4 2,12132 1,224745 1,581139 1,870829 6,798033 46,213249 12 5 1,581139 2,12132 1,581139 1,870829 7,154427 51,185821 13 6 1,581139 2,12132 1,870829 1,224745 6,798033 46,213249 12 7 1,581139 1,870829 2,12132 2,12132 7,694608 59,206996 15 8 1,870829 1,870829 2,12132 2,12132 7,984298 63,749016 16 9 1,581139 2,12132 2,12132 1,870829 7,694608 59,206996 15 10 1,581139 1,581139 2,12132 1,870829 7,154427 51,185821 13 βˆ‘Y 16,82505 17,83871 18,2618 18,56319 71,48874 513,52092 131 𝑋̅ 1,682505 1,783871 1,82618 1,856319 βˆ‘Y2 283,0822 318,2194 333,4935 344,5919 1279,387 Jumlah (βˆ‘X) 71,48874 Jumlah ((βˆ‘X)2) 513,52092 βˆšπ‘‹ + 0,5
  • 10. Jumlah (βˆ‘(X2)) 131 Jumlah (βˆ‘Y2) 1279,387 3. Atribut Keseragaman Pori Pan 471 586 336 247 1 3 1 4 2 2 2 4 1 1 3 2 3 1 2 4 3 1 4 2 5 2 4 3 4 6 3 4 2 1 7 3 4 3 3 8 3 4 2 3 9 3 4 1 2 10 3 3 3 3 βˆ‘ 27 32 24 23 π‘₯Μ… 2,7 3,2 2,4 2,3 Data yang akan diuji harus ditransformasikan terlebih dahulu. Dengan rumus: Data transformasi Pan 471 586 336 247 βˆ‘X (βˆ‘X)2 βˆ‘(X2) 1 1,870829 1,224745 2,12132 1,581139 6,798033 46,21325 12 2 1,581139 2,12132 1,224745 1,224745 6,151949 37,84648 10 3 1,581139 1,870829 1,224745 1,581139 6,257851 39,1607 10 βˆšπ‘‹ + 0,5
  • 11. 4 1,870829 1,224745 2,12132 1,581139 6,798033 46,21325 12 5 1,581139 2,12132 1,870829 2,12132 7,694608 59,207 15 6 1,870829 2,12132 1,581139 1,224745 6,798033 46,21325 12 7 1,870829 2,12132 1,870829 1,870829 7,733806 59,81176 15 8 1,870829 2,12132 1,581139 1,870829 7,444117 55,41487 14 9 1,870829 2,12132 1,224745 1,581139 6,798033 46,21325 12 10 1,870829 1,870829 1,870829 1,870829 7,483315 56 14 βˆ‘Y 17,83922 18,91907 16,69164 16,50785 69,95778 492,2938 126 𝑋̅ 1,783922 1,891907 1,669164 1,650785 βˆ‘Y2 318,2377 357,9312 278,6108 272,5092 1227,289 Jumlah (βˆ‘X) 69,95778 Jumlah ((βˆ‘X)2) 492,2938 Jumlah (βˆ‘(X2)) 126 Jumlah (βˆ‘Y2) 1227,289 4. Atribut Kerenyahan Pan 471 586 336 247 1 1 2 4 3 2 3 3 3 4 3 1 2 3 3 4 1 4 3 2 5 2 4 4 3 6 1 4 3 2 7 2 3 3 4 8 3 3 3 4 9 3 4 1 2 10 3 3 4 4
  • 12. βˆ‘ 20 32 31 31 π‘₯Μ… 2 3,2 3,1 3,1 Data yang akan diuji harus ditransformasikan terlebih dahulu. Dengan rumus: Data transformasi Pan 471 586 336 247 βˆ‘X (βˆ‘X)2 βˆ‘(X2) 1 1,224745 1,581139 2,12132 1,870829 6,798033 46,21325 12 2 1,870829 1,870829 1,870829 2,12132 7,733806 59,81176 15 3 1,224745 1,581139 1,870829 1,870829 6,547541 42,87029 11 4 1,224745 2,12132 1,870829 1,581139 6,798033 46,21325 12 5 1,581139 2,12132 2,12132 1,870829 7,694608 59,207 15 6 1,224745 2,12132 1,870829 1,581139 6,798033 46,21325 12 7 1,581139 1,870829 1,870829 2,12132 7,444117 55,41487 14 8 1,870829 1,870829 1,870829 2,12132 7,733806 59,81176 15 9 1,870829 2,12132 1,224745 1,581139 6,798033 46,21325 12 10 1,870829 1,870829 2,12132 2,12132 7,984298 63,74902 16 βˆ‘Y 15,54457 19,13087 18,81368 18,84118 72,33031 525,7177 134 𝑋̅ 1,554457 1,913087 1,881368 1,884118 βˆ‘Y2 241,6337 365,9903 353,9545 354,9902 1316,569 Jumlah (βˆ‘X) 72,33031 Jumlah ((βˆ‘X)2) 525,7177 Jumlah (βˆ‘(X2)) 134 Jumlah (βˆ‘Y2) 1316,569 βˆšπ‘‹ + 0,5
  • 13. VI. PEMBAHASAN Uji skoring merupakan uji yang menggunakan panelis terlatih dan benar-benar tahu mengenai atribut yang dinilai. Tipe pengujian skoring sering digunakan untuk menilai mutu bahan dan intensitas sifat tertentu misalnya kemanisan, kekerasan, dan warna. Selain itu,digunakan untuk mencari korelasi pengukuran subyektif dengan obyektif dalam rangka pengukuran obyektif (presisi alat). (Kartika dkk.,1988). Menurut Anonim (2006), Uji skoring dilakukan dengan menggunakan pendekatan skala atau skor yang dihubungkan dengandeskripsi tertentu dari atribut mutu produk. Pada sistem skoring, angka digunakan untuk menilai intensitas produk dengan susunan meningkat atau menurun. 1. Atribut Warna Data transformasi Panelis 336 247 471 586 βˆ‘ βˆ‘2 1 2,12132 1,581139 2,12132 1,870829 7,694608 59,207 2 2,12132 1,224745 1,870829 1,870829 7,087723 50,23581 3 2,12132 2,12132 2,12132 2,12132 8,485281 72 4 2,12132 1,870829 1,870829 1,870829 7,733806 59,81176 5 2,12132 1,581139 1,870829 1,870829 7,444117 55,41487 6 2,12132 1,224745 1,870829 1,581139 6,798033 46,21325 7 2,12132 1,581139 1,870829 1,870829 7,444117 55,41487 8 2,12132 1,870829 2,12132 1,870829 7,984298 63,74902 βˆ‘ 16,97056 13,05588 15,7181 14,92743 60,67198 462,0466 𝑋̅ 2,12132 1,631985 1,964763 1,865929 βˆ‘2 288 170,4561 247,0588 222,8282 928,3431 Setelah diketahui transformasi data, dilakukan analisi sidik ragam (Anova) 𝐹𝐾 = 𝐹2 π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘™ π‘₯ π‘π‘Žπ‘›π‘’π‘™π‘–π‘  FK = 0 , 71982 4 π‘₯ 8 FK = 115,034
  • 14. JK Panelis 0,477598 Jk Sampel 1,008844 JK Total 1,965954 JK Galat 0,479512 Tabel sidik ragam (Anova) db JK KT F hitung F tabel taraf 5% Panelis 7 0,477598 0,068228 2,988031 2,495 Sampel 3 1,008844 0,336281 14,7273 3,07 Total 31 1,965954 0,063418 Galat 21 0,479512 0,022834 Nilai F hitung yang didapat dari analisis sidik ragam (anova) dibandingkan dengan nilai F yang terdapat di Tabel menunjukan nilai yang lebih besar sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan nyata antar perlakuan. Dengan kata lain panelis tidak mampu membedakan warna pada sampel yang diujikan. Oleh karena itu dilakukan analisis lebih lanjut untuk dengan menggunakan uji Duncan. a. Uji Duncan Sampel Perhitungan pertama dalam uji Duncan yaitu menghitung sebuah parameter standar eror rata-rata yaitu : SX=√ 𝐾𝑑 πΊπ‘Žπ‘™π‘Žπ‘‘ 𝑑𝑏 π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘™ = √ 0,0228 4 = 0,087243
  • 15. Jumlah Galat Jumlah sampel 2 3 4 SSR 20 2,95 3,1 3,18 21 2,94 3,09 3,175 22 2,93 3,08 3,17 LSR 0,256494 0,26958 0,276996 Nilai rata-rata dari setiap kode roti diurutkan dari yang terkecil ke yang terbesar, namun rata-rata sampel yang digunakan bukan menggunakan data dari transformasi namun dari data yang asli. Kemudian nilai rata-rata yang paling besar dikurangi oleh nilai LSR yang paling tinggi juga. Nilai rata-rata yang telah diurutkan: Kode 247 586 471 336 Rata-rata 2,25 3 3,375 4 Nilai rata-rata yang paling besar dikurangi dengan nilai LSR yang paling besar juga yaitu 4-0,276996= 3,723004 Dari nilai rata-rata yang terlah diurutkan maka ditarik garis dari yang lebih besar dari nilai rata-rata yang telah dikurangi oleh nilai LSR yaitu 3,723004 dan didapat hasil sebagai berikut : 247 586 471 336 2,25 3 3,375 4 Dari penarikan garis dapat disimpulkan bahwa berdasarkan uji duncan dari ketiga sampel yaitu sampel dengan kode 336 terdapat beda nyata dari keseragaman pada sampel yang diujikan.
  • 16. Perbandingan antara sampel 247 dengan sampel berkode 586 yaitu berselisih 0,75 yang jika dibandingkan dengan rata-rata LSR yang kedua yaitu 0,256494 maka selisih antara kedua sampel lebih besar dari pada rata-rata LSR. Dengan begitu sampel dengan kode 247 dan sampel dengan kode 586 berbeda nyata dari segi warna. Perbandingan antara sampel 247 dengan sampel berkode 471 yaitu berselisih 1,125 yang jika dibandingkan dengan rata-rata LSR yang ketiga yaitu 0,26958 maka selisih antara kedua sampel lebih besar dari pada rata-rata LSR. Dengan begitu sampel dengan kode 247 dan sampel dengan kode 471 berbeda nyata dari segi warna. Perbandingan antara sampel 586 dengan sampel berkode 471 yaitu berselisih 0,375 yang jika dibandingkan dengan rata-rata LSR yang keempat yaitu 0,276996 maka selisih antara kedua sampel lebih besar dari pada rata-rata LSR. Dengan begitu sampel dengan kode 586 dan sampel dengan kode 471 berbeda nyata dari segi warna. Sehingga dapat disimpulkan semua sampel atribut warna keempat sampel memiliki mutu warna yang berbeda-beda. b. Uji Duncan Panelis Perhitungan pertama dalam uji Duncan yaitu menghitung sebuah parameter standar eror rata-rata yaitu : Jumlah Galat Jumlah sampel 2 3 4 SSR 20 2,95 3,1 3,18 21 2,94 3,09 3,175 SX=√ 𝐾𝑑 πΊπ‘Žπ‘™π‘Žπ‘‘ 𝑑𝑏 π‘ƒπ‘Žπ‘›π‘’π‘™π‘–π‘  = √ 0,0228 4 7 = 0,057114
  • 17. 22 2,93 3,08 3,17 LSR 0,167914 0,176482 0,181336 Nilai rata-rata dari setiap kode roti diurutkan dari yang terkecil ke yang terbesar, namun rata-rata sampel yang digunakan bukan menggunakan data dari transformasi namun dari data yang asli. Kemudian nilai rata-rata yang paling besar dikurangi oleh nilai LSR yang paling tinggi juga. Nilai rata-rata yang telah diurutkan: Kode 247 586 471 336 Rata-rata 2,25 3 3,375 4 Nilai rata-rata yang paling besar dikurangi dengan nilai LSR yang paling besar juga yaitu 4-0,181336 = 3,818664 Dari nilai rata-rata yang terlah diurutkan maka ditarik garis dari yang lebih besar dari nilai rata-rata yang telah dikurangi oleh nilai LSR yaitu 3,818664 dan didapat hasil sebagai berikut : 247 586 471 336 2,25 3 3,375 4 Dari penarikan garis dapat disimpulkan bahwa berdasarkan uji duncan dari ketiga sampel yaitu sampel dengan kode 336 terdapat beda nyata dari keseragaman pada sampel yang diujikan. Perbandingan antara sampel 247 dengan sampel berkode 586 yaitu berselisih 0,75 yang jika dibandingkan dengan rata-rata LSR yang kedua yaitu 0,167914 maka selisih antara kedua sampel lebih besar dari pada rata-rata LSR. Dengan begitu penilaian panelis terhadap mutu sampel dengan kode 247 dan sampel dengan kode 586 berbeda nyata dari segi warna.
  • 18. Perbandingan antara sampel 247 dengan sampel berkode 471 yaitu berselisih 1,125 yang jika dibandingkan dengan rata-rata LSR yang ketiga yaitu 0,176482 maka selisih antara kedua sampel lebih besar dari pada rata-rata LSR. Dengan begitu penilaian panelis terhadap mutu sampel dengan kode 247 dan sampel dengan kode 471 berbeda nyata dari segi warna. Perbandingan antara sampel 586 dengan sampel berkode 471 yaitu berselisih 0,375 yang jika dibandingkan dengan rata-rata LSR yang keempat yaitu 0,181336 maka selisih antara kedua sampel lebih besar dari pada rata-rata LSR. Dengan begitu penilaian panelis terhadap mutu sampel dengan kode 586 dan sampel dengan kode 471 berbeda nyata dari segi warna. Sehingga dapat disimpulkan penilaian panelis terhadap atribut warna keempat sampel memiliki mutu warna yang berbeda-beda. 2. Atribut Rasa Data Transformasi Panelis 336 247 471 586 βˆ‘ βˆ‘2 1 2,12132 1,224745 2,12132 1,581139 7,048524 49,6817 2 2,12132 1,224745 1,870829 1,870829 7,087723 50,23581 3 1,224745 1,581139 1,870829 1,870829 6,547541 42,87029 4 2,12132 1,224745 1,870829 1,581139 6,798033 46,21325 5 1,870829 1,581139 1,870829 1,581139 6,903935 47,66432 6 1,581139 1,224745 2,12132 1,870829 6,798033 46,21325 7 1,870829 1,224745 2,12132 1,870829 7,087723 50,23581 8 1,870829 1,224745 2,12132 1,581139 6,798033 46,21325 βˆ‘ 14,78233 10,51075 15,9686 13,80787 55,06954 379,3277 𝑋̅ 1,847791 1,313843 1,996075 1,725984 βˆ‘2 218,5173 110,4758 254,9961 190,6573 774,6464 Setelah diketahui data transformasi, dilakukan uji sidik ragam (Anova)
  • 19. Jk Panelis 0,061462 Jk Sampel 2,060347 Jk Total 3,229542 Jk Galat 1,107733 Tabel sidik ragam (Anova) db JK KT F hitung F tabel taraf 5% Panelis 7 0,061462 0,00878 0,166452 2,495 Sampel 3 2,060347 0,686782 13,01977 3,07 Total 31 3,229542 0,104179 Galat 21 1,107733 0,052749 Nilai F hitung panelis yang didapat dari analisis sidik ragam (anova) dibandingkan dengan nilai F yang terdapat di Tabel menunjukan nilai yang lebih kecil sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan nyata antar perlakuan. Dengan kata lain panelis tidak mampu membedakan rasa pada sampel yang diujikan. Oleh karena itu tidak perlu dilakukan analisis lebih lanjut uji Duncan. Sedangkan pada f hitung sampel f dari tabel sidik ragam (Anova) menunjukan bahwa dari tabel sidik ragam (anova) F hitung lebih besar daripada f tabel, sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan nyata antar perlakuan. Namun panelis tidak mampu membedakan rasa pada sampel yang diujikan. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis lebih lanjut uji Duncan. 𝐹𝐾 = 𝐹2 π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘™ π‘₯ π‘π‘Žπ‘›π‘’π‘™π‘–π‘  FK = 55,0 9542 4 π‘₯ 8 FK = 94,77046
  • 20. Perhitungan pertama dalam uji Duncan yaitu menghitung sebuah parameter standar eror rata-rata yaitu : Jumlah Galat Jumlah sampel 2 3 4 SSR 20 2,95 3,1 3,18 21 2,94 3,09 3,175 22 2,93 3,08 3,17 LSR 0,389847 0,409738 0,421009 Nilai rata-rata dari setiap kode roti diurutkan dari yang terkecil ke yang terbesar, namun rata-rata sampel yang digunakan bukan menggunakan data dari transformasi namun dari data yang asli. Kemudian nilai rata-rata yang paling besar dikurangi oleh nilai LSR yang paling tinggi juga. Nilai rata-rata yang telah diurutkan: Kode 247 586 471 336 Rata-rata 2,25 3 3,375 4 Nilai rata-rata yang paling besar dikurangi dengan nilai LSR yang paling besar juga yaitu 4-0,421009 = 3,578991 Dari nilai rata-rata yang terlah diurutkan maka ditarik garis dari yang lebih besar dari nilai rata-rata yang telah dikurangi oleh nilai LSR yaitu 3,578991 dan didapat hasil sebagai berikut : 247 586 471 336 2,25 3 3,375 4 SX=√ 𝐾𝑑 πΊπ‘Žπ‘™π‘Žπ‘‘ 𝑑𝑏 π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘™ = √ 0,052749 = 0,132601
  • 21. Dari penarikan garis dapat disimpulkan bahwa berdasarkan uji duncan dari ketiga sampel yaitu sampel dengan kode 336 terdapat beda nyata dari keseragaman pada sampel yang diujikan. Perbandingan antara sampel 247 dengan sampel berkode 586 yaitu berselisih 0,75 yang jika dibandingkan dengan rata-rata LSR yang kedua yaitu 0,389847 maka selisih antara kedua sampel lebih besar dari pada rata-rata LSR. Dengan begitu penilaian panelis terhadap mutu sampel dengan kode 247 dan sampel dengan kode 586 berbeda nyata dari segi rasa. Perbandingan antara sampel 247 dengan sampel berkode 471 yaitu berselisih 1,125 yang jika dibandingkan dengan rata-rata LSR yang ketiga yaitu 0,409738 maka selisih antara kedua sampel lebih besar dari pada rata-rata LSR. Dengan begitu penilaian panelis terhadap mutu sampel dengan kode 247 dan sampel dengan kode 471 berbeda nyata dari segi rasa. Perbandingan antara sampel 586 dengan sampel berkode 471 yaitu berselisih 0,375 yang jika dibandingkan dengan rata-rata LSR yang keempat yaitu 0,421009 maka selisih antara kedua sampel lebih kecil dari pada rata-rata LSR. Dengan begitu penilaian panelis terhadap mutu sampel dengan kode 586 dan sampel dengan kode 471 tidak berbeda nyata dari segi rasa. 247 586 471 336 2,25 3 3,375 4 Sehingga dapat disimpulkan penilaian panelis menyatakan bahwa sampel dengan kode 586 dengan 471 tidak memiliki perbedaan mutu yang signifikan, dan keduanya berbeda nyata mutunya dengan sampel dengan kode 247 juga berbeda nyata dengan sampel berkode 336 dari segi rasa. 3. Atribut Keseragaman Pori
  • 22. Data Transformasi Panelis 336 247 471 586 βˆ‘ βˆ‘2 1 2,12132 1,581139 2,12132 1,870829 7,694608 59,207 2 2,12132 1,224745 2,12132 1,870829 7,338214 53,84939 3 1,224745 1,581139 2,12132 1,870829 6,798033 46,21325 4 2,12132 1,224745 1,870829 1,870829 7,087723 50,23581 5 2,12132 1,224745 2,12132 1,581139 7,048524 49,6817 6 2,12132 1,224745 1,870829 1,581139 6,798033 46,21325 7 1,870829 1,581139 2,12132 1,870829 7,444117 55,41487 8 2,12132 1,224745 1,870829 1,581139 6,798033 46,21325 βˆ‘ 15,8235 10,86714 16,21909 14,09756 57,00728 407,0285 𝑋̅ 1,977937 1,358393 2,027386 1,762195 βˆ‘2 250,383 118,0948 263,0588 198,7412 830,2778 Setelah diketahui data transformasi, dilakukan uji sidik ragam (Anova) Jk Panelis 0,199926 Jk Sampel 2,227519 Jk Total 3,442798 Jk Galat 1,015353 Tabel sidik ragam (Anova) 𝐹𝐾 = 𝐹2 π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘™ π‘₯ π‘π‘Žπ‘›π‘’π‘™π‘–π‘  FK = 57 ,007282 4 π‘₯ 8 FK = 101,5572
  • 23. db JK KT F hitung F tabel taraf 5% Panelis 7 0,199926 0,028561 0,590709 2,495 Sampel 3 2,227519 0,742506 15,35686 3,07 Galat 21 1,015353 0,04835 Total 31 3,442798 0,111058 Nilai F hitung panelis yang didapat dari analisis sidik ragam (anova) dibandingkan dengan nilai F yang terdapat di Tabel menunjukan nilai yang lebih kecil sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan nyata antar perlakuan. Dengan kata lain panelis tidak mampu membedakan mutu keseragaman pori pada sampel yang diujikan. Oleh karena itu tidak perlu dilakukan analisis lebih lanjut uji Duncan. Sedangkan pada f hitung sampel f dari tabel sidik ragam (Anova) menunjukan bahwa dari tabel sidik ragam (anova) F hitung lebih besar daripada f tabel, sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan nyata antar perlakuan. Namun panelis tidak mampu membedakan mutu keseragaman pori pada sampel yang diujikan. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis lebih lanjut uji Duncan. Perhitungan pertama dalam uji Duncan yaitu menghitung sebuah parameter standar eror rata-rata yaitu : Jumlah Galat Jumlah sampel 2 3 4 SSR 20 2,95 3,1 3,18 21 2,94 3,09 3,175 22 2,93 3,08 3,17 LSR 0,373238 0,39228 0,403071 SX=√ 𝐾𝑑 πΊπ‘Žπ‘™π‘Žπ‘‘ 𝑑𝑏 π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘™ = √ 0,048 5 = 0,126952
  • 24. Nilai rata-rata dari setiap kode roti diurutkan dari yang terkecil ke yang terbesar, namun rata-rata sampel yang digunakan bukan menggunakan data dari transformasi namun dari data yang asli. Kemudian nilai rata-rata yang paling besar dikurangi oleh nilai LSR yang paling tinggi juga. Nilai rata-rata yang telah diurutkan: Kode 247 586 471 336 Rata-rata 2,25 3 3,375 4 Nilai rata-rata yang paling besar dikurangi dengan nilai LSR yang paling besar juga yaitu 4-0,403071 = 3,596929 Dari nilai rata-rata yang terlah diurutkan maka ditarik garis dari yang lebih besar dari nilai rata-rata yang telah dikurangi oleh nilai LSR yaitu 3,596929 dan didapat hasil sebagai berikut : 247 586 471 336 2,25 3 3,375 4 Dari penarikan garis dapat disimpulkan bahwa berdasarkan uji duncan dari ketiga sampel yaitu sampel dengan kode 336 terdapat beda nyata dari keseragaman pada sampel yang diujikan. Perbandingan antara sampel 247 dengan sampel berkode 586 yaitu berselisih 0,75 yang jika dibandingkan dengan rata-rata LSR yang kedua yaitu 0,373238 maka selisih antara kedua sampel lebih besar dari pada rata-rata LSR. Dengan begitu penilaian panelis terhadap mutu sampel dengan kode 247 dan sampel dengan kode 586 berbeda nyata dari segi keseragaman pori. Perbandingan antara sampel 247 dengan sampel berkode 471 yaitu berselisih 1,125 yang jika dibandingkan dengan rata-rata LSR yang ketiga yaitu 0,39228 maka selisih antara kedua sampel lebih besar dari pada rata-rata LSR.
  • 25. Dengan begitu penilaian panelis terhadap mutu sampel dengan kode 247 dan sampel dengan kode 471 berbeda nyata dari segi keseragaman pori. Perbandingan antara sampel 586 dengan sampel berkode 471 yaitu berselisih 0,375 yang jika dibandingkan dengan rata-rata LSR yang keempat yaitu 0,403071 maka selisih antara kedua sampel lebih besar dari pada rata-rata LSR. Dengan begitu penilaian panelis terhadap mutu sampel dengan kode 586 dan sampel dengan kode 471 tidak berbeda nyata dari segi keseragaman pori. 247 586 471 336 2,25 3 3,375 4 Sehingga dapat disimpulkan penilaian panelis menyatakan bahwa sampel dengan kode 586 dengan 471 tidak memiliki perbedaan mutu yang signifikan, dan keduanya berbeda nyata mutunya dengan sampel dengan kode 247 juga berbeda nyata dengan sampel berkode 336 dari segi keseragaman pori. VII. KESIMPULAN 1. Uji skoring dilakukan dengan menggunakan pendekatan skala atau skor yang dihubungkan dengandeskripsi tertentu dari atribut mutu produk. Pada sistem skoring, angka digunakan untuk menilai intensitas produk dengan susunan meningkat atau menurun. 2. Pada pengujian atribut warna panelis tdak dapat membedakan mutu dari sampel terhadap atribut warna secra signifikan sehingga harus dilakuka Uji dauncen, dan dari hasil perhitungan yang didapat dapat disimpulkan penilaian panelis terhadap atribut warna keempat sampel memiliki mutu warna yang berbeda-beda pada semua kode. 3. Pada pengujian atribut rasa panelis dapat membedakan mutu dari rasa secara signifikan sehingga tidak perlu dilakukan uji duncen. Namun sampel roti sendiri belum dapat dibedakan mutunya karena ada mutu roti yang panelis bisa nilai tidak berbeda nyata. Dan hasil yang didapatkan
  • 26. penilaian panelis menyatakan bahwa sampel dengan kode 586 dengan 471 tidak memiliki perbedaan mutu yang signifikan, dan keduanya berbeda nyata mutunya dengan sampel dengan kode 247 juga berbeda nyata dengan sampel berkode 336. 4. Pada pengujian atribut keseragaman pori juga panelis dapat membedakan mutu dari rasa secara signifikan sehingga tidak perlu dilakukan uji duncen. Namun sampel roti sendiri belum dapat dibedakan mutunya karena ada mutu roti yang panelis bisa nilai tidak berbeda nyata. Dan hasil yang didapatkan penilaian panelis menyatakan bahwa sampel dengan kode 586 dengan 471 tidak memiliki perbedaan mutu yang signifikan, dan keduanya berbeda nyata mutunya dengan sampel dengan kode 247 juga berbeda nyata dengan sampel berkode 336.
  • 27. DAFTAR PUSTAKA Anonim. (2006). Pengujian Organoleptik (evaluasi Sensori) dalam industry Pangan. EbookPangan. Alfia, Hanifah. (2013). Acara V Uji kesukaan-Rangking (analisis Sensori). [online]. Tersedia: http://hanifahalfiah.blogspot.com/2013/10/acara-v-uji- kesukaan-ranking-analisis.html yang direkam pada 25 Oktober 2013 21:17. [17 November 2014] Digo. (2012). Laporan orkep uji skor. [online]. Tersedia: http://black- boulevard.blogspot.com/2012/05/laporan-orlep ujiskor.htmlhttp://blackboulevard.blogspot.com/2012/05/laporan-orlep-uji- skor.html [17 November 2014] Kartika, B., B. Hastuti., W. Supartono. 1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. PAU Pangan dan Gizi UGM.Yogyakarta. S Susiwi. (2009). Penilaian Organoleptik. Handout Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. [pdf] Setyaningsih, dkk. (2010). Analisis Sensori untuk Industri Pangan dan Agro. Bogor : IPB Press Zetiara, Alzara. (2012). Uji Skoring Pengawasan Mutu. [online]. Tersedia: http://zaratiara.blogspot.com/2012/11/uji-skoring-pengawasan-mutu.html yang direkam pada 4 November 2012 17:46. [17 November 2014]