SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
1 
Teori dan Praxis 
Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita mendengar ungkapan: 
“Ah, Teori….mana prakteknya?” Seringkali kali juga kita melihat, ada 
orang yang suka berteori namun minim dalam hal praktek (tindakan). 
Begitu pula sebaliknya, ada orang yang suka bertindak (aktifis) namun 
minim dalam hal teori/konsep-konsep. Lalu ada pula yang mengatakan: 
“Ah, teori-teori yang saya pelajari sewaktu kuliah tidak berguna sama 
sekali dalam dunia kerja saya sekarang”. Kalau memang benar demikian, 
maka tak perlu kuliah untuk bekerja, mengingat bahwa ada orang yang 
dapat sukses dalam perkerjaan tanpa merasakan bangku kuliah. 
Dari pernyataan-pernyataan di atas nampak adanya masalah antara 
teori dan praxis. Sekilas tampak bahwa ada jurang yang begitu mendalam 
antara teori dan praxis. Dengan kata lain, semacam ada jarak antara 
berpikir dan bertindak. Namun benarkah demikian? Melalui tulisan ini, 
penulis akan membawa pada perenungan akan masalah ini. 
Terkait dengan masalah ini, penulis terkesan ketika membaca buah 
pemikiran dari beberapa tokoh yang tergabung dalam sebuah Mazhab 
yang biasa dikenal dengan Mazhab Frankfurt. Pemikiran mereka disebut 
juga sebagai Teori Kritis. Pemikiran-pemikiran mereka sangatlah 
bernuansa filosofis dan berusaha mengaitkan antara teori dan praxis. Bagi 
para tokoh Mazhab Frankfurt, sebuah teori harus bersifat emansipatoris1 . 
Penulis merasa gembira dan kagum ketika membaca pemikiran 
mereka karena pemikiran mereka berusaha membahas kaitan antara teori 
dan praxis. Sejauh penulis belajar filsafat, para filsuf hanya berusaha 
menjelaskan realitas dalam konsep-konsep yang terlalu abstrak. Maka 
1 Teori harus bersifat emansipatoris menurut Teori Kritis Mazhab Frankfurt adalah 
pertama-tama sebuah teori harus bisa membuka kesadaran masyarakat akan adanya 
penindasan yang terselubung. Dengan munculnya kesadaran maka diharapkan terjadi 
praxis, perubahan-perubahan yang mampu menggerakkan masyarakat ke arah yang 
lebih baik.
wajar bila penulis merasa bahwa filsafat terlalu terlewat batas, dalam arti 
terlalu abstrak dan tidak menyentuh realitas konkrit kehidupan manusia. 
Inilah keprihatinan yang melatarbelakangi penulis untuk membahas 
kaitan antara teori dan praxis. 
Kendati penulis merasa menemukan kecocokan dengan pemikiran 
mereka, namun penulis juga tetap akan kritis terhadap pemikiran mereka. 
Dalam hal ini, penulis tidak berhenti pada pemikiran Mazhab Frankfurt 
melainkan penulis akan melontarkan kritik terhadap pemikiran-pemikiran 
mereka yang terkait antara teori dan praxis. Kritik yang penulis ajukan 
terhadap pemikiran Mazhab Frankfurt sehubungan dengan teori dan 
praxis, terkait dengan gagasan utama yang ingin penulis kemukakan 
dalam tulisan ini. Argumen utama penulis adalah antara teori dan praxis, 
keduanya merupakan dua hal yang tak terpisahkan. Para pemikir Mazhab 
Frankfurt, walaupun terkesan ingin mengaitkan antara teori dan praxis, 
namun dasarnya mereka masih memisahkan teori dan praxis. 
Sebelum penulis mulai memaparkan pemikiran-pemikiran para 
tokoh Mazhab Frankfurt, penulis pertama-tama akan memperkenalkan 
sedikit latar belakang Mazhab Frankfurt. Setelah itu, penulis akan mulai 
melontarkan kritik atas pemikiran-pemikiran mereka terkait masalah teori 
dan praxis. Tidak hanya sebatas melontarkan kritik, namun penulis juga 
akan membangun argumen penulis bahwa teori dan praxis keduanya 
merupakan dua hal yang tak terpisahkan satu sama lain. 
2 
Latar Belakang Sejarah Mazhab Frankfurt.
“Pemikiran-pemikiran kritis Mazhab Frankfurt disebut juga dengan 
nama ‘Teori Kritis’ atau ‘Kritische Theorie’.”2 Istilah Mazhab Frankfurt 
juga sering dikaitkan dengan suatu lembaga yang pernah menyokong 
aliran ini, yaitu: Institut fur Sozialforschung (Institut Penelitian Sosial) 
yang didirikan di Frankfurt am Main pada tahun 1923.3 Tokoh-tokoh 
perintisnya yang terkenal diantaranya adalah Max Horkheimer (filsuf, 
sosiolog, psikolog, dan direktur sejak 1930), Theodor Wiesendrund- 
Adorno (filsuf, sosiolog, musikolog), dan Herbert Marcuse (filsuf). Ketiga 
tokoh tersebut sering disebut sebagai Generasi Pertama4 Teori Kritis.5 
Tulisan ini akan banyak mengacu pada gagasan-gagasan yang 
dimunculkan oleh generasi pertama Mazhab Frankfurt ini. 
“Pemikiran-pemikiran Mazhab Frankfurt merupakan pemikiran-pemikiran 
yang sangat kritis terhadap pemikiran Karl Marx dan para 
penerusnya”.6 Bagi Mazhab Franfurt, Karl Marx telah membuat teori 
Hegel (filsuf Jerman) yang terlampau abstrak menjadi sangat konkrit.7 
“Dalam pandangan Marx, kritik di dalam kritik di dalam filsafat hegel 
masih kabur dan membingungkan karena ia memahami sejarah secara 
abstrak”.8 
Karl Marx, yang berusaha mengkonkritkan filsafat Hegel, 
menyatakan bahwa sejarah manusia bukanlah sejarah abstrak melainkan 
sejarah konkrit kehidupan manusia. Sejarah konkrit tersebut adalah 
sejarah dimana kaum proletar/buruh berusaha membebaskan diri dari 
penindasan kaum kapitalis. Pemikiran Karl Marx itulah yang kemudian 
2 Budi Hardiman, Francisco, Kritik Ideologi: Pertautan Pengetahuan dan Kepentingan, 
Kanisius, Yogyakarta, 1990, hal 40. 
3 Ibid. 
4 Disebut generasi pertama karena merupakan gerakan awal yang berusah a melihat 
dengan kritis ajaran Karl Marxi dalam kacamata baru. Pada akhirnya generasi pertama 
teori kritis mengalami jalan buntu karena sikap kritis akan dirinya sendiri. Di tengah 
kebuntuan tersebut muncullah Jurgen Habermas, salah seorang tokoh Mazhab 
Frankfurt, yang mampu memberikan solusi atas kebuntuan tersebut. Atas 
kepiawaiannya tersebut, maka Jurgen Hubermas disebut sebagai generasi kedua 
(pembaharu) teori kritis. 
5 Ibid., hal. 41. 
6 Ibid., hal. 35. 
7 Ibid., hal. 50. 
8 Ibid. 
3
menginspirasi Mazhab Frankfurt untuk merumuskan sebuah 
teori/pemikiran yang bertujuan emansipatoris. 
Teori Kritis disebut memiliki tujuan emansipatoris, lebih 
disebabkan karena pemikiran-pemikiran Teori Kritis diarahkan untuk 
membuka selubung-selubung ideologi yang selama ini menindas 
masyarakat. Penindasan dalam cara ini disebut sebagai penindasan yang 
terselubung karena seringkali masyarakat sendiri tidak sadar akan adanya 
penindasan yang bersifat ideologis. Dalam hal ini Teori Kritis disebut juga 
sebagai kritik ideologi. 
Sebagai kritik ideologi, Teori Kritis memiliki tujuan emansipatoris. 
Dimana mereka berusaha membuka kesadaran masyarakat akan 
penindasan yang membelenggunya. Dengan munculnya kesadaran atas 
penindasan tersebut diharapkan terwujud adanya praxis yang mendorong 
perubahan ke arah yang lebih baik. Inilah tujuan dasar Teori Kritis 
membangun pemikiran-pemikirannya. 
Pemikiran-pemikiran kritis Mazhab Frankfurt memang banyak 
diarahkan untuk mengkritik cara berpikir positivistis yang diterapkan 
untuk menganalisis fenomena-fenomena sosial. Kritik Mazhab Frankfurt 
tersebut berkaitan dengan topik tulisan ini, yang mana sebuah teori harus 
bertujuan praxis emansipatoris. Bagi Mazhab Frankfurt, pengintegrasian 
metode ilmu ke dalam ilmu sosial (yang kemudian disebut Mazhab 
Frankfurt sebagai Teori Tradisional), tidak memiliki tujuan praxis 
emansipatoris. Berikutnya penulis akan memaparkan pemikiran dari 
Mazhab Frankfurt terkait kritik mereka atas cara berpikir positivistis yang 
diterapkan untuk menganalisis fenomena-fenomena sosial. 
Kritik atas Metodologi: Membangu n ‘Teori dengan 
Maksu d Praktis’ 
Sebagaimana telah disinggung di atas, kritik yang dilakukan 
Mazhab Frankfurt mengarah pada kritik atas cara berpikir positivistis 
yang diterapkan untuk menganalisis berbagai masalah/fenomena sosial. 
Cara berpikir positivistis yang dimaksud terkait dengan metode 
4
sebagaimana diterapkan dalam ilmu alam. Metode tersebut menggunakan 
kalkulasi sedemikian rupa untuk mendapatkan hasil yang akurat dan 
“pasti”. 
Horkheimer, salah seorang tokoh Mazhab Frankfurt, menjatuhkan 
pengintegrasian cara berpikir positivistis ke dalam ilmu sosial sebagai 
‘Teori Tradisional’.9 Bagi Horkheimer, pengintegrasian teori-teori ilmu 
alam dalam ilmu-ilmu sosial telah menjadikan teori-teori ilmu alam 
tersebut bersifat ideologis dan cenderung menjaga status quo masyarakat 
yang pada dasarnya menindas.1 0 Berikut penulis akan memaparkan 
argumen-argumen Horkheimer yang ingin membuka selubung ideologis 
dari teori-teori positivistis yang digunakan dalam ilmu-ilmu sosial. 
Argumen pertama Horkheimer berangkat dari klaim Teori 
Tradisional yang menganggap dirinya sebagai teori yang asosial, mandiri, 
mencukupi dirinya dan terlepas dari konteks kegiatan masyarakat sehari-hari. 
Dengan kata lain, Teori Tradisional hendak memisahkan unsur-unsur 
subjektif dari teori. Pemisahan tersebut mengarah pada klaim 
bahwa Teori Tradisional merupakan bentuk pengetahuan yang bebas 
kepentingan (disinterested) sebagaimana teori ilmu alam.11 Maka dari itu, 
masyarakat yang ingin diterangkan dalam teori harus dipandang sebagai 
fakta yang netral yang dapat dipelajari secara obyektif.1 2 
Bagi Horkheimer, Teori Tradisional yang menganggap dirinya 
asosial telah mengabaikan proses-proses dinamika kehidupan konkrit di 
dalam masyarakat. Dalam hal ini, Teori Tradisional telah menganggap 
masyarakat sebagai obyek kajian yang sama dengan obyek kajian ilmu 
alam. Masyarakat yang pada hakekatnya memiliki sifat dinamis hanya 
dianggap sebagai benda mati sebagaimana benda-benda yang menjadi 
obyek kajian ilmu alam. Selain itu, klaim bahwa Teori Tradisional 
memiliki sifat universal, berlaku dimana saja, dan suprasosial dinilai tidak 
5 
9 Ibid., hal. 54. 
10 Ibid., hal. 56. 
11 Ibid. 
12 Ibid.
tepat. Adanya dinamika yang begitu kompleks dalam masyarakat 
mengandaikan bahwa teori ilmu alam tidak bisa diterapkan secara 
sembarangan pada realitas sosial. 
Argumen kedua Horkheimer diarahkan pada klaim Teori 
Tradisional bahwa pengetahuan yang didapatkan bersifat netral. Klaim 
tersebut didasarkan pada pandangan bahwa masyarakat merupakan fakta 
yang netral yang dapat dipelajari secara obyektif. Dengan demikian, Teori 
Tradisional mengklaim bahwa teori mereka adalah deskripsi murni 
tentang fakta yang obyektif. 
Klaim bahwa Teori Tradisonal merupakan deskripsi murni tentang 
fakta tidak dapat dibenarkan. Di sini Teori Tradisional telah mengabaikan 
adanya unsur dinamika manusiawi dalam masyarakat. Kelemahan Teori 
Tradisonal adalah membiarkan keadaan tanpa mempertanyakannya.1 3 
Teori Tradisional semacam telah mendirikan “tembok” bagi dirinya 
sendiri dengan mengambil jarak pada dinamika manusiawi yang ada 
dalam masyarakat. Padahal, unsur dinamika manusiawi tidak dapat 
dilepaskan dari proses pembentukan Teori Tradisional. 
Argumen ketiga dari Horkheimer diarahkan pada klaim Teori 
Tradisional bahwa teori dapat dipisahkan dari praxis.1 4 Dengan kata lain, 
Teori Tradisional mengejar pengetahuan demi pengetahuan itu sendiri. 
Teori Tradisional juga cenderung mengabaikan segi praxis guna 
mendorong suatu perubahan sosial. Dalam hal ini, Teori Tradisional tidak 
mendorong munculnya kesadaran kritis masyarakat untuk melakukan 
perubahan. “Dengan jalan ini pula, Teori Tradisional tidak bertujuan 
mengubah keadaan, malah melestarikan status quo masyarakat.”1 5 Dengan 
kritik-kritik ini, Horkheimer memandang Teori Tradisional sebagai 
ideologi yang melestarikan kesalahan berpikir tersebut. 
Kritik Horkheimer terhadap Teori Tradisional pada akhirnya 
mengarah pada ketiadaan dimensi praxis yang mengubah masyarakat. 
6 
13 Ibid., hal. 57 . 
14 Ibid., hal. 56. 
15 Ibid., hal. 57 .
Namun benarkah demikian? Pada bagian selanjutnya, penulis akan mulai 
memaparkan kritik terhadap Mazhab Frankfurt dan sekaligus pemikiran-pemikiran 
7 
Horkheimer terkait dengan dimensi teori dan praxis. 
Kritik atas Pemikiran Mazhab Frankfurt 
Pada bagian ini penulis akan mengajukan tiga kritik atas pemikiran 
Mazhab Frankfurt. Kritik pertama, adanya kontradiksi internal dalam 
paradigma Mazhab Frankfurt terkait teori dan praxis. Kritik kedua dan 
ketiga, penulis akan memberikan komentar berkaitan dengan kritik 
Horkheimer terhadap Teori Tradisional yang dikatakan tidak memiliki 
dimensi praxis. Berikut penulis akan mulai dengan kritik yang pertama. 
Pada kritik pertama, penulis mulai melihat suatu kontradiksi 
internal dalam argumen yang dikemukakan oleh Teori Kritis bahwa 
mereka berusaha mengaitkan antara teori dan praxis. Kontradiksi internal 
yang diajukan oleh penulis terkait dengan pengandaian dasar logika. 
Dimana jika ada dua hal yang ingin disatukan maka dua hal tersebut 
belum merupakan suatu kesatuan. Penulis menggunakan prinsip logika 
tersebut untuk menganalisis kontradiksi internal dalam Teori Kritis. 
Teori Kritis yang senantiasa ingin mewujudkan kesatuan antara 
teori dan praxis, pada dasarnya telah memisahkan secara tegas hubungan 
antara teori dan praxis. Semangat yang diusung Teori Kritis bahwa sebuah 
teori haruslah bertujuan emansipatoris pada dasarnya juga telah 
memisahkan dimensi teori dan praxis. Dengan ingin menyatukan 
keduanya, pada dasarnya mereka telah mengambil jarak di dalamnya. 
Kontradiksi internal tersebut nampaknya tidak disadari oleh para 
pemikir Teori Kritis. Di satu sisi ingin menyatukan keduanya, namun di 
sisi lain, ketika ingin menyatukannya, mereka telah membedakan secara 
tegas dimensi teori dan praxis. Adanya kontradiksi internal dalam 
paradigma Teori Kritis mengandaikan bahwa antara teori dan praxis 
merupakan dua hal yang terpisahkan. Inilah argumen utama penulis yang 
akan dikemukakan kemudian. Selanjutnya penulis akan memaparkan 
kritik kedua dan ketiga.
Kritik kedua yang diajukan oleh penulis didasarkan dari kritik 
Horkheimer terhadap Teori Tradisional yang dikatakan tidak memiliki 
dimensi praxis emansipatoris. Bahasa yang digunakan Horkheimer dalam 
hal ini adalah Teori Tradisional ingin mencapai ‘teori demi teori’ itu 
sendiri.1 6 Dengan kata lain, Teori Tradisional tidak memiliki tujuan 
emansipatoris yang membuka kesadaran masyarakat untuk mengadakan 
praxis. Hal ini dikarenakan sistem dalam Teori Tradisional yang bersifat 
tertutup.1 7 
Kritik yang diajukan oleh penulis dalam hal ini adalah Mazhab 
Frankfurt telah menyempitkan dimensi praxis emansipatoris manusia ke 
dalam “kerja” semata. Dimensi praxis kehidupan manusia tidaklah melulu 
soal “kerja”, melainkan lebih luas. Dimensi praxis melibatkan seluruh 
tindakan manusia dalam arti yang sungguh luas. Dalam hal inilah, Mazhab 
Frankfurt telah menyempitkan dimensi praxis manusia ke dalam “kerja”. 
Permasalahan tersebut merupakan permasalahan mendasar di 
dalam dunia filsafat. Sebuah permasalahan dimana antara pemikir satu 
dengan pemikir lain; antara kelompok satu dengan kelompok lain; antara 
aliran satu dengan aliran lain, memiliki persepsi yang berbeda dalam 
suatu konsep. Perspektif yang digunakan oleh tiap pemikir; kelompok; 
aliran dalam melihat suatu konsep cenderung bersifat partikular-partikular 
(perspektifal) dan mengabaikan dimensi holistik (menyeluruh). 
Hal ini sungguh sangat disayangkan, karena perdebatan besar yang terjadi 
hanyalah diakibatkan oleh adanya perbedaan dalam mempersepsi konsep 
sebagaimana dilakukan oleh para pemikir Teori Kritis. 
Adanya perbedaan dalam mempersepsi konsep tersebut kiranya 
juga menjadi akar masalah dalam sebuah dialog. Seringkali kita duduk 
bersama membahas soal keadilan dan mengandaikan begitu saja bahwa 
setiap orang yang hadir memiliki satu persepsi yang sama tentang 
keadilan. Padahal, konsep keadilan sangatlah relatif antara orang yang 
satu dengan yang lain. 
8 
16 Ibid. 
17 Ibid., hal. 55.
Maka dalam sebuah dialog, ada dua hal mendasar yang sangat 
penting. Pertama, memahami terlebih dahulu persepsi yang digunakan 
oleh orang lain dalam memahami sebuah konsep. Dengan memahami 
persepsi yang digunakan orang lain, maka lebih mudah untuk 
menciptakan suatu dialog yang efektif. Kedua, dengan menyamakan 
persepsi dasar dalam sebuah dialog. Dengan adanya persepsi dasar 
tersebut, maka dialog yang terjadi akan jauh lebih mudah dan efektif. 
Kesatuan persepsi tersebut terwujud juga dalam sebuah visi yang 
menyatukan suatu kelompok. Dengan adanya satu visi bersama akan 
memudahkan untuk berdialog dan menentukan langkah strategis dengan 
lebih efektif pula. 
Kritik ketiga yang diajukan oleh penulis juga berkaitan dengan 
kritik Horkheimer terhadap Teori Tradisional yang menyatakan bahwa 
Teori Tradisional tidak memiliki dimensi praxis. Sekali lagi bahwa, Teori 
Kritis hanya melihat dimensi praxis dalam hal “kerja” (praxis dalam arti 
sempit). Dimensi praxis yang dipahami oleh Teori Kritis pada dasarnya 
merupakan dimensi ‘praxis langsung’. Dimensi ‘praxis langsung’ adalah 
sebuah teori harus dapat secara langsung membuka kesadaran masyarakat 
dan mendorong perubahan. 
Jika dicermati lebih dalam Teori Tradisional pun sebenarnya dapat 
membuka kesadaran dan mendorong perubahan, hanya saja secara tidak 
langsung. Tidak langsung dalam arti bahwa Teori Tradisional, sejauh itu 
bersifat positif (tertulis), pada akhirnya dapat dibaca oleh orang lain. 
Dengan membaca, maka diharapkan juga muncul kesadaran dalam diri 
pembaca dan akhirnya dapat juga mendorong perubahan. Dalam hal 
inilah Teori Tradisional juga memiliki dimensi praxis. Pada bagian 
selanjutnya, penulis akan mulai memaparkan argumen utama penulis 
dimana antara teori dan praxis adalah dua hal yang terpisahkan satu sam 
lain. 
9 
Teori dan Praxis
Sebagaimana telah disinggung di atas, antara teori dan praxis 
keduanya merupakan dua hal yang terpisahkan. Ibarat uang logam, 
keduanya merupakan dua sisi uang logam yang memiliki perbedaan dalam 
hal gambar namun tetap satu kesatuan, yaitu uang logam itu sendiri. 
Sebelum memaparkan argumen utama, penulis akan terlebih dahulu 
mengklarifikasi konsep praxis yang digunakan dalam tulisan ini. 
Konsep praxis yang digunakan oleh penulis identik dengan 
tindakan. Tindakan di sini adalah tindakan dalam arti luas. Dimana 
menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia yang bertindak. Maka dari 
itu. dimensi praxis hidup manusia dalam arti luas adalah keseluruhan 
tindakan manusia yang mencerminkan dirinya sebagai makhluk hidup. 
Praxis dalam arti luas dapat diartikan bahwa berpikir juga 
merupakan salah satu aspek dari tindakan manusia. Dengan bahasa yang 
lebih lugas, berpikir juga merupakan bertindak. Sebab dengan berpikir, 
manusia telah menunjukkan bahwa manusia itu hidup (ada). Hidup (ada) 
sendiri mengandaikan bahwa adanya gerak (tindakan) yang mencirikan 
sifat dinamis dalam diri manusia. Setelah mengklarifikasi konsep praxis, 
selanjutnya penulis akan memaparkan argumen utama untuk 
menunjukkan kesatuan antara teori dan praxis. 
Penulis mengajukan dua argumen untuk memperlihatkan adanya 
kesatuan antara teori dan praxis. Pertama, berpikir adalah sekaligus 
bertindak. Dalam hal ini, berpikir selalu terkait dengan dua dimensi 
kehidupan manusia, yaitu dimensi personal dan sosial. Kedua, teori 
merupakan hasil abstraksi dari praxis hidup manusia sehari-hari. 
Berikutnya, penulis akan mulai masuk pada argumen yang pertama. 
‘Tindakan Berpikir’ sebagai Kesatuan antara Berteori 
dan Ber-praxis 
10
Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa praxis dalam arti luas 
terkait dengan keseluruhan tindakan manusia yang mencerminkan ada-nya. 
Terkait dengan masalah teori dan praxis, maka berpikir juga 
merupakan tindakan (praxis) manusia yang mencerminkan adanya. 
Dengan kata lain, berpikir=praxis (tindakan berpikir itu sendiri). Dalam 
hal ini penulis membagi tindakan berpikir dalam dua bagian. Pertama 
tindakan berpikir yang berdimensi personal (terkait dengan dirinya 
sendiri). Kedua, tindakan berpikir yang berdimensi sosial (terkait dengan 
orang lain). Berikut, penulis akan mulai dengan yang pertama. 
‘Tindakan berpikir’ pertama merupakan ‘tindakan berpikir’ yang 
terkait dengan diri sendiri (bersifat personal). Berefleksi masuk dalam 
ranah ini. Dalam berefleksi, manusia merenungkan makna yang terkait 
dengan pembentukan dirinya secara personal. Berteori juga masuk dalam 
ranah ini, sejauh berteori tersebut belum menjadi positif. Berteori juga 
merupakan sebuah tindakan berpikir manusia yang berdimensi personal. 
Di sinilah pada dasarnya, teori sudah memiliki sifat praxis di dalam 
dirinya sendiri. 
Berkaitan dengan kritik yang diajukan Teori Kritis terhadap Teori 
Tradisional bahwa Teori Tradisional tidak berdimensi praxis tidaklah 
tepat. Teori Tradisional pun sebenarnya telah melakukan berdimensi 
praxis, karena sebagai teori telah melibatkan ‘tindakan berpikir’ manusia 
dalam dimensi personalnya. Sekali lagi, berpikir adalah sama dengan 
bertindak. Namun dalam dimensi ini ‘tindakan berpikir’ masih dalam 
dimensi personal dan belum berdimensi sosial. Hal ini membawa kita 
pada jenis kedua dari ‘tindakan berpikir’. Dimana ‘tindakan berpikir’ telah 
berdimensi sosial. 
‘Tindakan berpikir’ yang kedua merupakan tindakan berpikir yang 
terkait dengan orang lain (berdimensi sosial). ‘Tindakan berpikir’ di sini 
memiliki sifat positif dan empiris. Positif dalam arti, ‘tindakan berpikir’ 
tersebut dituangkan dalam bentuk tulisan. Sedangkan empiris dalam arti 
bahwa ‘tindakan berpikir’ telah diwujudkan dalam tindakan konkrit. 
11
Ketika ‘tindakan berpikir’ telah bersifat positif dan empiris maka sudah 
selalu terkait dengan orang lain. Dengan bahasa yang lebih sederhana, 
pikiran yang dituangkan dalam tulisan dapat dibaca orang lain dan 
tindakan yang berbuah dari ‘tindakan berpikir’ dapat diamati orang lain. 
Di sinilah ‘tindakan berpikir’ telah berdimensi sosial. 
Dalam hal ini, Teori Tradisonal pun telah memiliki syarat yang 
kedua. Teori Tradisional, sejauh teori tersebut telah bersifat positif maka 
sudah memiliki dimensi sosial. Dengan demikian, tentu sudah selalu 
memiliki sifat praxis yang emansipatoris. Dengan bahasa yang lebih 
sederhana, ketika Teori Tradisional itu telah dituangkan dalam bentuk 
tulisan maka tulisan tersebut tentu dapat dibaca orang lain. Dengan 
membaca Teori Tradisional, niscaya dapat menumbuhkan kesadaran 
dalam diri pembacanya. Dan sangat memungkinkan pula untuk muncul 
sebuah dorongan perubahan. Dengan demikian, Teori Tradisional pun 
bersifat emansipatoris. Pada bagian selanjutnya penulis akan 
memapaparkan argumen kedua dimana teori merupakan hasil abstraksi 
dari praxis hidup manusia sehari-hari. Pemaparan ini juga merupakan 
usaha penulis untuk menunjukkan kesatuan antara dimensi teori dan 
praxis hidup manusia. 
Teori Merupakan Hasil Abstraksi dari Realitas 
(Praxis Hidup Manusia Sehari-hari) 
Ketika manusia mulai berteori, mau tidak mau ia akan berhadapan 
dengan konsep-konsep. Dalam berteori, konsep-konsep tersebut disusun 
secara sistematis untuk membentuk sebuah teori/hukum. Dari pola 
tersebut nampak bahwa sebuah teori tersusun dari adanya konsep. 
Pertanyaan selanjutnya, darimanakah datangnya konsep-konsep yang 
kemudian melahirkan suatu teori? 
Konsep merupakan buah dari proses abstraksi. Abstraksi 
merupakan sebuah proses dimana manusia menghasilkan konsep-konsep 
dalam pikirannya yang diperoleh dari realitas di luar dirinya. Realitas yang 
12
ada di luar diri manusia sangatlah luas dan beraneka ragam, misalnya: 
benda-benda material, berbagai bentuk interaksi sosial, bahkan hal-hal 
yang bersifat spiritual. Realitas-realitas tersebut masuk ke dalam pikiran 
manusia melalui panca indra. Setelah itu, realitas-realitas tersebut 
diabstraksi sedemikian rupa oleh intelek manusia dan menghasilkan 
konsep-konsep. Dengan demikian, proses abstraksi menghasilkan konsep 
yang diperoleh dari realitas di luar diri manusia. 
Dalam berteori, konsep-konsep yang diperoleh dari proses abstraksi 
disusun secara sistematis hingga menghasilkan sebuah teori/hukum. Dari 
pola tersebut mulai nampak adanya kaitan antara dimensi teori dan 
praxis. Teori sangat identik dengan konsep-konsep. Sedangkan konsep, 
identik dengan realitas hidup manusia yang begitu luas. Salah satu bagian 
dari realitas tersebut adalah berbagai bentuk interaksi sosial. Interaksi 
sosial tersebut merupakan tindakan-tindakan (praxis-praxis) yang 
dihasilkan akibat adanya kontak antara orang yang satu dengan yang lain. 
Dengan demikian, teori selalu bersumber dari realitas yang di dalamnya 
mencakup praxis-praxis hidup manusia. Inilah kemampuan khas 
manusia. Dimana ia mampu membuat abstraksi atas realitas. 
Agar argumen di atas menjadi lebih sederhana, penulis akan 
menjelaskan proses abstraksi dalam contoh konkrit. Namun dalam 
memahami arti sesungguhnya dari proses abstraksi, kita harus bertindak 
seolah-olah kita belum mengenal sebuah konsep sama sekali. Pikiran kita 
masih kosong dan belum terisi. Penulis memulai dengan suatu 
pertanyaan: “Darimanakah datangnya konsep ‘jatuh cinta’ dalam pikiran 
manusia? Berikut, penulis akan menjelaskan prosesnya. 
Pertama-tama ada seorang laki-laki yang melihat seorang gadis 
cantik. Ketika melihat gadis tersebut jantungnya terasa berdebar kencang 
dan tak mau berhenti. Lalu laki-laki tersebut memberanikan diri untuk 
mengajak berkenalan. Dan seiring berjalannya waktu, keduanya pun 
menjalin hubungan asmara hingga jenjang pernikahan. Konsep ‘jatuh 
cinta’ lahir sebagai sebuah penamaan atas runtutan kejadian tersebut. 
13
Dari sini penulis ingin menegaskan kembali bahwa antara teori dan 
praxis, keduanya merupakan dua hal yang tak terpisahkan. Dimensi teori 
merupakan hasil dari dimensi manusia yang berpikir. Dan teori selalu 
terkait dengan konsep-konsep yang disusun secara sistematis hingga 
menjadi sebuah hukum/teori itu sendiri. Konsep terbentuk dari proses 
abstraksi terhadap realitas. Dengan demikian, pikiran manusia 
merupakan cerminan atas realitas yang di dalamnya terkait juga dimensi 
praxis hidup manusia. 
14 
Relevansi 
Penulis mengambil sebuah fenomena yang terjadi dalam 
Simposium Nasional yang diadakan Fakultas Filsafat beberapa waktu lalu. 
Ketika itu ada seseorang yang mengungkapkan bahwa teori-teori yang 
dipelajarinya selama di bangku kuliah tidak ada manfaatnya dalam praxis 
hidupnya sehari-hari. Pribadi tersebut merupakan seorang aktivis yang 
bergerak dalam bidang kemanusiaan. Penulis tertarik untuk membahas 
fenomena ini karena terkait dengan tema utama tulisan ini, yaitu kaitan 
antara teori dan praxis. Berikut adalah analisis yang coba dibangun oleh 
penulis. 
Dari ungkapan yang diajukan oleh pemuda tersebut, menulis 
menyimpulkan bahwa ia menyempitkan makna praxis ke dalam kerja. 
Sebagaimana dilakukan oleh Teori Kritis dalam kritiknya terhadap Teori 
Tradisional. Padahal tindakan berteori pada dirinya sendiri sudah 
merupakan sebuah praxis. Praxis di sini memang masih bersifat personal 
dan belum berdimensi sosial (belum bersifat positif dan empiris). Dengan 
demikian, pribadi tersebut masih membedakan secara tegas antara 
dimensi teori dan praxis. 
Kesimpulan: 
Teori dan praxis sejatinya merupakan dua hal yang tak terpisahkan. 
Kegiatan berteori sudah selalu merupakan praxis dalam artinya yang
bersifat personal. Dengan kata lain, berteori sudah merupakan sebuah 
‘tindakan berpikir’ dalam dirinya sendiri. Memang dalam hal ini, praxis 
masih bersifat negatif. ‘Tindakan berpikir’ baru menjadi aktual ketika 
telah menjadi positif atau empiris (tertuang dalam tulisan dan tindakan 
konkrit). Dengan demikian ‘tindakan berpikir’ tersebut dapat memiliki 
tujuan emansipatoris. 
David Jones Simanungkalit 
15 
Acuan Sumber: 
 Budi Hardiman, Francisco, Kritik Ideologi: Pertautan 
Pengetahuan dan Kepentingan, Kanisius, Yogyakarta, 1990.

More Related Content

What's hot

Peta konsep pertumbuhan dan perkembangan
Peta konsep pertumbuhan dan perkembanganPeta konsep pertumbuhan dan perkembangan
Peta konsep pertumbuhan dan perkembanganDevia Titania
 
ilmu dan pengetahuan
ilmu dan pengetahuanilmu dan pengetahuan
ilmu dan pengetahuanalvinkasenda
 
Makalah manusia sebagai makhluk sosial dan individu
Makalah manusia sebagai makhluk sosial dan individuMakalah manusia sebagai makhluk sosial dan individu
Makalah manusia sebagai makhluk sosial dan individuFirman Putra Pratama
 
54. kedudukan akhlaq dalam islam
54. kedudukan akhlaq dalam islam54. kedudukan akhlaq dalam islam
54. kedudukan akhlaq dalam islamAhmad Harmoko
 
Hubungan ilmu, agama dn filsafat
Hubungan ilmu, agama dn filsafatHubungan ilmu, agama dn filsafat
Hubungan ilmu, agama dn filsafatSusi Yanti
 
Modul filsafat manusia
Modul filsafat manusiaModul filsafat manusia
Modul filsafat manusiasuher lambang
 
Masalah – masalah kontemporer dalam islam
Masalah – masalah kontemporer dalam islamMasalah – masalah kontemporer dalam islam
Masalah – masalah kontemporer dalam islamRatih Suprapti
 
Perkembangan biologis & perseptual anak sekolah dasar
Perkembangan biologis & perseptual anak sekolah dasarPerkembangan biologis & perseptual anak sekolah dasar
Perkembangan biologis & perseptual anak sekolah dasarM Hivzil Goro
 
PPT. Perkembangan masa dewasa dan lanjut usia
PPT. Perkembangan masa dewasa dan lanjut usiaPPT. Perkembangan masa dewasa dan lanjut usia
PPT. Perkembangan masa dewasa dan lanjut usiaROSIDAKUSFAJARINI
 
Perbandingan antara aliran perbuatan tuhan dan perbuatan manusia
Perbandingan antara aliran perbuatan tuhan dan perbuatan manusiaPerbandingan antara aliran perbuatan tuhan dan perbuatan manusia
Perbandingan antara aliran perbuatan tuhan dan perbuatan manusiaAnita Rahman
 
Filsafat eksistensialisme
Filsafat eksistensialismeFilsafat eksistensialisme
Filsafat eksistensialismeEko Expired
 
Teori Albert Bandura
Teori Albert BanduraTeori Albert Bandura
Teori Albert BanduraAlbert Aris
 
Pengaruh perhatian orang tua stain salatiga
Pengaruh perhatian orang tua   stain salatigaPengaruh perhatian orang tua   stain salatiga
Pengaruh perhatian orang tua stain salatigatia rosita
 
Kontribusi Islam dalam Pengembangan Peradaban Dunia (1).pdf
Kontribusi Islam dalam Pengembangan Peradaban Dunia (1).pdfKontribusi Islam dalam Pengembangan Peradaban Dunia (1).pdf
Kontribusi Islam dalam Pengembangan Peradaban Dunia (1).pdfSyahru2
 
PEND.Agama islam ijma' bab 11 ( kel 8)MAKALAH
PEND.Agama islam ijma' bab 11 ( kel 8)MAKALAHPEND.Agama islam ijma' bab 11 ( kel 8)MAKALAH
PEND.Agama islam ijma' bab 11 ( kel 8)MAKALAHAlfiseptina
 
Tahap dan tugas perkembangan
Tahap dan tugas perkembanganTahap dan tugas perkembangan
Tahap dan tugas perkembangandonawidiya
 
Islam, Perempuan, dan Feminisme
Islam, Perempuan, dan FeminismeIslam, Perempuan, dan Feminisme
Islam, Perempuan, dan FeminismeAdiba Qonita
 

What's hot (20)

Peta konsep pertumbuhan dan perkembangan
Peta konsep pertumbuhan dan perkembanganPeta konsep pertumbuhan dan perkembangan
Peta konsep pertumbuhan dan perkembangan
 
ilmu dan pengetahuan
ilmu dan pengetahuanilmu dan pengetahuan
ilmu dan pengetahuan
 
Makalah manusia sebagai makhluk sosial dan individu
Makalah manusia sebagai makhluk sosial dan individuMakalah manusia sebagai makhluk sosial dan individu
Makalah manusia sebagai makhluk sosial dan individu
 
54. kedudukan akhlaq dalam islam
54. kedudukan akhlaq dalam islam54. kedudukan akhlaq dalam islam
54. kedudukan akhlaq dalam islam
 
Liberalisme
LiberalismeLiberalisme
Liberalisme
 
Hubungan ilmu, agama dn filsafat
Hubungan ilmu, agama dn filsafatHubungan ilmu, agama dn filsafat
Hubungan ilmu, agama dn filsafat
 
Modul filsafat manusia
Modul filsafat manusiaModul filsafat manusia
Modul filsafat manusia
 
Masalah – masalah kontemporer dalam islam
Masalah – masalah kontemporer dalam islamMasalah – masalah kontemporer dalam islam
Masalah – masalah kontemporer dalam islam
 
Perkembangan biologis & perseptual anak sekolah dasar
Perkembangan biologis & perseptual anak sekolah dasarPerkembangan biologis & perseptual anak sekolah dasar
Perkembangan biologis & perseptual anak sekolah dasar
 
PPT. Perkembangan masa dewasa dan lanjut usia
PPT. Perkembangan masa dewasa dan lanjut usiaPPT. Perkembangan masa dewasa dan lanjut usia
PPT. Perkembangan masa dewasa dan lanjut usia
 
Perbandingan antara aliran perbuatan tuhan dan perbuatan manusia
Perbandingan antara aliran perbuatan tuhan dan perbuatan manusiaPerbandingan antara aliran perbuatan tuhan dan perbuatan manusia
Perbandingan antara aliran perbuatan tuhan dan perbuatan manusia
 
Filsafat eksistensialisme
Filsafat eksistensialismeFilsafat eksistensialisme
Filsafat eksistensialisme
 
Teori Albert Bandura
Teori Albert BanduraTeori Albert Bandura
Teori Albert Bandura
 
Makalah sosial budaya
Makalah sosial budayaMakalah sosial budaya
Makalah sosial budaya
 
Pengaruh perhatian orang tua stain salatiga
Pengaruh perhatian orang tua   stain salatigaPengaruh perhatian orang tua   stain salatiga
Pengaruh perhatian orang tua stain salatiga
 
Kontribusi Islam dalam Pengembangan Peradaban Dunia (1).pdf
Kontribusi Islam dalam Pengembangan Peradaban Dunia (1).pdfKontribusi Islam dalam Pengembangan Peradaban Dunia (1).pdf
Kontribusi Islam dalam Pengembangan Peradaban Dunia (1).pdf
 
PEND.Agama islam ijma' bab 11 ( kel 8)MAKALAH
PEND.Agama islam ijma' bab 11 ( kel 8)MAKALAHPEND.Agama islam ijma' bab 11 ( kel 8)MAKALAH
PEND.Agama islam ijma' bab 11 ( kel 8)MAKALAH
 
Tauhid ppt
Tauhid pptTauhid ppt
Tauhid ppt
 
Tahap dan tugas perkembangan
Tahap dan tugas perkembanganTahap dan tugas perkembangan
Tahap dan tugas perkembangan
 
Islam, Perempuan, dan Feminisme
Islam, Perempuan, dan FeminismeIslam, Perempuan, dan Feminisme
Islam, Perempuan, dan Feminisme
 

Similar to Teori dan praxis

22D_142_Farrel Thouriq A PPT Makalah Filsuf.pptx
22D_142_Farrel Thouriq A PPT Makalah Filsuf.pptx22D_142_Farrel Thouriq A PPT Makalah Filsuf.pptx
22D_142_Farrel Thouriq A PPT Makalah Filsuf.pptx22D142FarrelThouriqA
 
22D_152_Wildan Aqirta Pradana PPT Makalah Filsuf.pptx
22D_152_Wildan Aqirta Pradana PPT Makalah Filsuf.pptx22D_152_Wildan Aqirta Pradana PPT Makalah Filsuf.pptx
22D_152_Wildan Aqirta Pradana PPT Makalah Filsuf.pptxWildanAqier
 
1. teori kritis
1. teori kritis1. teori kritis
1. teori kritisevinurleni
 
Sikap ahlu sunnah terhadap logika aristoteles
Sikap ahlu sunnah terhadap logika aristotelesSikap ahlu sunnah terhadap logika aristoteles
Sikap ahlu sunnah terhadap logika aristotelesIdrus Abidin
 
PPT FILSAFAT ILMU (KAJIAN ONTOLOGIS ILMU PENGETAHUAN (RASIONALISME, EMPIRISME...
PPT FILSAFAT ILMU (KAJIAN ONTOLOGIS ILMU PENGETAHUAN (RASIONALISME, EMPIRISME...PPT FILSAFAT ILMU (KAJIAN ONTOLOGIS ILMU PENGETAHUAN (RASIONALISME, EMPIRISME...
PPT FILSAFAT ILMU (KAJIAN ONTOLOGIS ILMU PENGETAHUAN (RASIONALISME, EMPIRISME...agahirber
 
2 kebudayaan dlm-positivisme
2 kebudayaan dlm-positivisme2 kebudayaan dlm-positivisme
2 kebudayaan dlm-positivismegumaha
 
Kritik Ideologi dan Kritik Ilmu pengetahuan_Teori Kritis.pptx
Kritik Ideologi dan Kritik Ilmu pengetahuan_Teori Kritis.pptxKritik Ideologi dan Kritik Ilmu pengetahuan_Teori Kritis.pptx
Kritik Ideologi dan Kritik Ilmu pengetahuan_Teori Kritis.pptxSosiologiFISIPUWKS
 
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Filsafat
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai FilsafatMacam-macam Ideologi Dunia Sebagai Filsafat
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Filsafatnorma 28
 
Perspektif ilmu komunikasi
Perspektif ilmu komunikasiPerspektif ilmu komunikasi
Perspektif ilmu komunikasiera_nt
 
Fenomena pendidikan persekolahan
Fenomena pendidikan persekolahanFenomena pendidikan persekolahan
Fenomena pendidikan persekolahanbarokah hilmi
 
Philosophy and Busines
Philosophy and BusinesPhilosophy and Busines
Philosophy and BusinesEdiSuandi1
 
Fenomenologi
FenomenologiFenomenologi
Fenomenologippi51
 
Pengertian filsafat
Pengertian filsafatPengertian filsafat
Pengertian filsafatAdrian Hulu
 
Filsafat ppt resa sevia putri
Filsafat ppt resa sevia putriFilsafat ppt resa sevia putri
Filsafat ppt resa sevia putriResaSevia
 
Sejarah Filsafat Barat Modern
Sejarah Filsafat Barat ModernSejarah Filsafat Barat Modern
Sejarah Filsafat Barat ModernErni Setyaningsih
 
Analisis teori karl max dan max weber(2)
Analisis teori karl max dan max weber(2)Analisis teori karl max dan max weber(2)
Analisis teori karl max dan max weber(2)YusnitaSaragih1
 
Pertemuan 12- Pemikiran ekonomi ISlam Mazhab Kritis.pptx
Pertemuan 12- Pemikiran ekonomi ISlam Mazhab Kritis.pptxPertemuan 12- Pemikiran ekonomi ISlam Mazhab Kritis.pptx
Pertemuan 12- Pemikiran ekonomi ISlam Mazhab Kritis.pptxnairaazkia89
 

Similar to Teori dan praxis (20)

Teori kritis
Teori kritisTeori kritis
Teori kritis
 
22D_142_Farrel Thouriq A PPT Makalah Filsuf.pptx
22D_142_Farrel Thouriq A PPT Makalah Filsuf.pptx22D_142_Farrel Thouriq A PPT Makalah Filsuf.pptx
22D_142_Farrel Thouriq A PPT Makalah Filsuf.pptx
 
22D_152_Wildan Aqirta Pradana PPT Makalah Filsuf.pptx
22D_152_Wildan Aqirta Pradana PPT Makalah Filsuf.pptx22D_152_Wildan Aqirta Pradana PPT Makalah Filsuf.pptx
22D_152_Wildan Aqirta Pradana PPT Makalah Filsuf.pptx
 
1. teori kritis
1. teori kritis1. teori kritis
1. teori kritis
 
Tutorial marxisme
Tutorial marxismeTutorial marxisme
Tutorial marxisme
 
Sikap ahlu sunnah terhadap logika aristoteles
Sikap ahlu sunnah terhadap logika aristotelesSikap ahlu sunnah terhadap logika aristoteles
Sikap ahlu sunnah terhadap logika aristoteles
 
PPT FILSAFAT ILMU (KAJIAN ONTOLOGIS ILMU PENGETAHUAN (RASIONALISME, EMPIRISME...
PPT FILSAFAT ILMU (KAJIAN ONTOLOGIS ILMU PENGETAHUAN (RASIONALISME, EMPIRISME...PPT FILSAFAT ILMU (KAJIAN ONTOLOGIS ILMU PENGETAHUAN (RASIONALISME, EMPIRISME...
PPT FILSAFAT ILMU (KAJIAN ONTOLOGIS ILMU PENGETAHUAN (RASIONALISME, EMPIRISME...
 
2 kebudayaan dlm-positivisme
2 kebudayaan dlm-positivisme2 kebudayaan dlm-positivisme
2 kebudayaan dlm-positivisme
 
Kritik Ideologi dan Kritik Ilmu pengetahuan_Teori Kritis.pptx
Kritik Ideologi dan Kritik Ilmu pengetahuan_Teori Kritis.pptxKritik Ideologi dan Kritik Ilmu pengetahuan_Teori Kritis.pptx
Kritik Ideologi dan Kritik Ilmu pengetahuan_Teori Kritis.pptx
 
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Filsafat
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai FilsafatMacam-macam Ideologi Dunia Sebagai Filsafat
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Filsafat
 
Perspektif ilmu komunikasi
Perspektif ilmu komunikasiPerspektif ilmu komunikasi
Perspektif ilmu komunikasi
 
Fenomena pendidikan persekolahan
Fenomena pendidikan persekolahanFenomena pendidikan persekolahan
Fenomena pendidikan persekolahan
 
Philosophy and Busines
Philosophy and BusinesPhilosophy and Busines
Philosophy and Busines
 
Fenomenologi
FenomenologiFenomenologi
Fenomenologi
 
Pengertian filsafat
Pengertian filsafatPengertian filsafat
Pengertian filsafat
 
Ilmu, filsafat, dan agama
Ilmu, filsafat, dan agamaIlmu, filsafat, dan agama
Ilmu, filsafat, dan agama
 
Filsafat ppt resa sevia putri
Filsafat ppt resa sevia putriFilsafat ppt resa sevia putri
Filsafat ppt resa sevia putri
 
Sejarah Filsafat Barat Modern
Sejarah Filsafat Barat ModernSejarah Filsafat Barat Modern
Sejarah Filsafat Barat Modern
 
Analisis teori karl max dan max weber(2)
Analisis teori karl max dan max weber(2)Analisis teori karl max dan max weber(2)
Analisis teori karl max dan max weber(2)
 
Pertemuan 12- Pemikiran ekonomi ISlam Mazhab Kritis.pptx
Pertemuan 12- Pemikiran ekonomi ISlam Mazhab Kritis.pptxPertemuan 12- Pemikiran ekonomi ISlam Mazhab Kritis.pptx
Pertemuan 12- Pemikiran ekonomi ISlam Mazhab Kritis.pptx
 

More from David Jones

KAJIAN FILOSOFIS ATAS TEORI DISKURSUS JÜRGEN HABERMAS
KAJIAN FILOSOFIS ATAS TEORI DISKURSUS  JÜRGEN HABERMASKAJIAN FILOSOFIS ATAS TEORI DISKURSUS  JÜRGEN HABERMAS
KAJIAN FILOSOFIS ATAS TEORI DISKURSUS JÜRGEN HABERMASDavid Jones
 
Many Child Many Livelihood
Many Child Many LivelihoodMany Child Many Livelihood
Many Child Many LivelihoodDavid Jones
 
Kritisisme dan kehidupan bersama
Kritisisme dan kehidupan bersamaKritisisme dan kehidupan bersama
Kritisisme dan kehidupan bersamaDavid Jones
 
Demokrasi pancasila perpaduan antara liberal dan komunis
Demokrasi pancasila perpaduan antara liberal dan komunisDemokrasi pancasila perpaduan antara liberal dan komunis
Demokrasi pancasila perpaduan antara liberal dan komunisDavid Jones
 
Status ontologis (eksistensi) kejahatan on. word
Status ontologis (eksistensi) kejahatan on. wordStatus ontologis (eksistensi) kejahatan on. word
Status ontologis (eksistensi) kejahatan on. wordDavid Jones
 
Ontological status of evil
Ontological status of evilOntological status of evil
Ontological status of evilDavid Jones
 

More from David Jones (7)

KAJIAN FILOSOFIS ATAS TEORI DISKURSUS JÜRGEN HABERMAS
KAJIAN FILOSOFIS ATAS TEORI DISKURSUS  JÜRGEN HABERMASKAJIAN FILOSOFIS ATAS TEORI DISKURSUS  JÜRGEN HABERMAS
KAJIAN FILOSOFIS ATAS TEORI DISKURSUS JÜRGEN HABERMAS
 
Many Child Many Livelihood
Many Child Many LivelihoodMany Child Many Livelihood
Many Child Many Livelihood
 
Kritisisme dan kehidupan bersama
Kritisisme dan kehidupan bersamaKritisisme dan kehidupan bersama
Kritisisme dan kehidupan bersama
 
Demokrasi pancasila perpaduan antara liberal dan komunis
Demokrasi pancasila perpaduan antara liberal dan komunisDemokrasi pancasila perpaduan antara liberal dan komunis
Demokrasi pancasila perpaduan antara liberal dan komunis
 
Status ontologis (eksistensi) kejahatan on. word
Status ontologis (eksistensi) kejahatan on. wordStatus ontologis (eksistensi) kejahatan on. word
Status ontologis (eksistensi) kejahatan on. word
 
Ontological status of evil
Ontological status of evilOntological status of evil
Ontological status of evil
 
Pluralitas
PluralitasPluralitas
Pluralitas
 

Recently uploaded

PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxMateri IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxmuhammadkausar1201
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...Kanaidi ken
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfHendroGunawan8
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxPPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxSaefAhmad
 

Recently uploaded (20)

PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxMateri IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxPPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
 

Teori dan praxis

  • 1. 1 Teori dan Praxis Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita mendengar ungkapan: “Ah, Teori….mana prakteknya?” Seringkali kali juga kita melihat, ada orang yang suka berteori namun minim dalam hal praktek (tindakan). Begitu pula sebaliknya, ada orang yang suka bertindak (aktifis) namun minim dalam hal teori/konsep-konsep. Lalu ada pula yang mengatakan: “Ah, teori-teori yang saya pelajari sewaktu kuliah tidak berguna sama sekali dalam dunia kerja saya sekarang”. Kalau memang benar demikian, maka tak perlu kuliah untuk bekerja, mengingat bahwa ada orang yang dapat sukses dalam perkerjaan tanpa merasakan bangku kuliah. Dari pernyataan-pernyataan di atas nampak adanya masalah antara teori dan praxis. Sekilas tampak bahwa ada jurang yang begitu mendalam antara teori dan praxis. Dengan kata lain, semacam ada jarak antara berpikir dan bertindak. Namun benarkah demikian? Melalui tulisan ini, penulis akan membawa pada perenungan akan masalah ini. Terkait dengan masalah ini, penulis terkesan ketika membaca buah pemikiran dari beberapa tokoh yang tergabung dalam sebuah Mazhab yang biasa dikenal dengan Mazhab Frankfurt. Pemikiran mereka disebut juga sebagai Teori Kritis. Pemikiran-pemikiran mereka sangatlah bernuansa filosofis dan berusaha mengaitkan antara teori dan praxis. Bagi para tokoh Mazhab Frankfurt, sebuah teori harus bersifat emansipatoris1 . Penulis merasa gembira dan kagum ketika membaca pemikiran mereka karena pemikiran mereka berusaha membahas kaitan antara teori dan praxis. Sejauh penulis belajar filsafat, para filsuf hanya berusaha menjelaskan realitas dalam konsep-konsep yang terlalu abstrak. Maka 1 Teori harus bersifat emansipatoris menurut Teori Kritis Mazhab Frankfurt adalah pertama-tama sebuah teori harus bisa membuka kesadaran masyarakat akan adanya penindasan yang terselubung. Dengan munculnya kesadaran maka diharapkan terjadi praxis, perubahan-perubahan yang mampu menggerakkan masyarakat ke arah yang lebih baik.
  • 2. wajar bila penulis merasa bahwa filsafat terlalu terlewat batas, dalam arti terlalu abstrak dan tidak menyentuh realitas konkrit kehidupan manusia. Inilah keprihatinan yang melatarbelakangi penulis untuk membahas kaitan antara teori dan praxis. Kendati penulis merasa menemukan kecocokan dengan pemikiran mereka, namun penulis juga tetap akan kritis terhadap pemikiran mereka. Dalam hal ini, penulis tidak berhenti pada pemikiran Mazhab Frankfurt melainkan penulis akan melontarkan kritik terhadap pemikiran-pemikiran mereka yang terkait antara teori dan praxis. Kritik yang penulis ajukan terhadap pemikiran Mazhab Frankfurt sehubungan dengan teori dan praxis, terkait dengan gagasan utama yang ingin penulis kemukakan dalam tulisan ini. Argumen utama penulis adalah antara teori dan praxis, keduanya merupakan dua hal yang tak terpisahkan. Para pemikir Mazhab Frankfurt, walaupun terkesan ingin mengaitkan antara teori dan praxis, namun dasarnya mereka masih memisahkan teori dan praxis. Sebelum penulis mulai memaparkan pemikiran-pemikiran para tokoh Mazhab Frankfurt, penulis pertama-tama akan memperkenalkan sedikit latar belakang Mazhab Frankfurt. Setelah itu, penulis akan mulai melontarkan kritik atas pemikiran-pemikiran mereka terkait masalah teori dan praxis. Tidak hanya sebatas melontarkan kritik, namun penulis juga akan membangun argumen penulis bahwa teori dan praxis keduanya merupakan dua hal yang tak terpisahkan satu sama lain. 2 Latar Belakang Sejarah Mazhab Frankfurt.
  • 3. “Pemikiran-pemikiran kritis Mazhab Frankfurt disebut juga dengan nama ‘Teori Kritis’ atau ‘Kritische Theorie’.”2 Istilah Mazhab Frankfurt juga sering dikaitkan dengan suatu lembaga yang pernah menyokong aliran ini, yaitu: Institut fur Sozialforschung (Institut Penelitian Sosial) yang didirikan di Frankfurt am Main pada tahun 1923.3 Tokoh-tokoh perintisnya yang terkenal diantaranya adalah Max Horkheimer (filsuf, sosiolog, psikolog, dan direktur sejak 1930), Theodor Wiesendrund- Adorno (filsuf, sosiolog, musikolog), dan Herbert Marcuse (filsuf). Ketiga tokoh tersebut sering disebut sebagai Generasi Pertama4 Teori Kritis.5 Tulisan ini akan banyak mengacu pada gagasan-gagasan yang dimunculkan oleh generasi pertama Mazhab Frankfurt ini. “Pemikiran-pemikiran Mazhab Frankfurt merupakan pemikiran-pemikiran yang sangat kritis terhadap pemikiran Karl Marx dan para penerusnya”.6 Bagi Mazhab Franfurt, Karl Marx telah membuat teori Hegel (filsuf Jerman) yang terlampau abstrak menjadi sangat konkrit.7 “Dalam pandangan Marx, kritik di dalam kritik di dalam filsafat hegel masih kabur dan membingungkan karena ia memahami sejarah secara abstrak”.8 Karl Marx, yang berusaha mengkonkritkan filsafat Hegel, menyatakan bahwa sejarah manusia bukanlah sejarah abstrak melainkan sejarah konkrit kehidupan manusia. Sejarah konkrit tersebut adalah sejarah dimana kaum proletar/buruh berusaha membebaskan diri dari penindasan kaum kapitalis. Pemikiran Karl Marx itulah yang kemudian 2 Budi Hardiman, Francisco, Kritik Ideologi: Pertautan Pengetahuan dan Kepentingan, Kanisius, Yogyakarta, 1990, hal 40. 3 Ibid. 4 Disebut generasi pertama karena merupakan gerakan awal yang berusah a melihat dengan kritis ajaran Karl Marxi dalam kacamata baru. Pada akhirnya generasi pertama teori kritis mengalami jalan buntu karena sikap kritis akan dirinya sendiri. Di tengah kebuntuan tersebut muncullah Jurgen Habermas, salah seorang tokoh Mazhab Frankfurt, yang mampu memberikan solusi atas kebuntuan tersebut. Atas kepiawaiannya tersebut, maka Jurgen Hubermas disebut sebagai generasi kedua (pembaharu) teori kritis. 5 Ibid., hal. 41. 6 Ibid., hal. 35. 7 Ibid., hal. 50. 8 Ibid. 3
  • 4. menginspirasi Mazhab Frankfurt untuk merumuskan sebuah teori/pemikiran yang bertujuan emansipatoris. Teori Kritis disebut memiliki tujuan emansipatoris, lebih disebabkan karena pemikiran-pemikiran Teori Kritis diarahkan untuk membuka selubung-selubung ideologi yang selama ini menindas masyarakat. Penindasan dalam cara ini disebut sebagai penindasan yang terselubung karena seringkali masyarakat sendiri tidak sadar akan adanya penindasan yang bersifat ideologis. Dalam hal ini Teori Kritis disebut juga sebagai kritik ideologi. Sebagai kritik ideologi, Teori Kritis memiliki tujuan emansipatoris. Dimana mereka berusaha membuka kesadaran masyarakat akan penindasan yang membelenggunya. Dengan munculnya kesadaran atas penindasan tersebut diharapkan terwujud adanya praxis yang mendorong perubahan ke arah yang lebih baik. Inilah tujuan dasar Teori Kritis membangun pemikiran-pemikirannya. Pemikiran-pemikiran kritis Mazhab Frankfurt memang banyak diarahkan untuk mengkritik cara berpikir positivistis yang diterapkan untuk menganalisis fenomena-fenomena sosial. Kritik Mazhab Frankfurt tersebut berkaitan dengan topik tulisan ini, yang mana sebuah teori harus bertujuan praxis emansipatoris. Bagi Mazhab Frankfurt, pengintegrasian metode ilmu ke dalam ilmu sosial (yang kemudian disebut Mazhab Frankfurt sebagai Teori Tradisional), tidak memiliki tujuan praxis emansipatoris. Berikutnya penulis akan memaparkan pemikiran dari Mazhab Frankfurt terkait kritik mereka atas cara berpikir positivistis yang diterapkan untuk menganalisis fenomena-fenomena sosial. Kritik atas Metodologi: Membangu n ‘Teori dengan Maksu d Praktis’ Sebagaimana telah disinggung di atas, kritik yang dilakukan Mazhab Frankfurt mengarah pada kritik atas cara berpikir positivistis yang diterapkan untuk menganalisis berbagai masalah/fenomena sosial. Cara berpikir positivistis yang dimaksud terkait dengan metode 4
  • 5. sebagaimana diterapkan dalam ilmu alam. Metode tersebut menggunakan kalkulasi sedemikian rupa untuk mendapatkan hasil yang akurat dan “pasti”. Horkheimer, salah seorang tokoh Mazhab Frankfurt, menjatuhkan pengintegrasian cara berpikir positivistis ke dalam ilmu sosial sebagai ‘Teori Tradisional’.9 Bagi Horkheimer, pengintegrasian teori-teori ilmu alam dalam ilmu-ilmu sosial telah menjadikan teori-teori ilmu alam tersebut bersifat ideologis dan cenderung menjaga status quo masyarakat yang pada dasarnya menindas.1 0 Berikut penulis akan memaparkan argumen-argumen Horkheimer yang ingin membuka selubung ideologis dari teori-teori positivistis yang digunakan dalam ilmu-ilmu sosial. Argumen pertama Horkheimer berangkat dari klaim Teori Tradisional yang menganggap dirinya sebagai teori yang asosial, mandiri, mencukupi dirinya dan terlepas dari konteks kegiatan masyarakat sehari-hari. Dengan kata lain, Teori Tradisional hendak memisahkan unsur-unsur subjektif dari teori. Pemisahan tersebut mengarah pada klaim bahwa Teori Tradisional merupakan bentuk pengetahuan yang bebas kepentingan (disinterested) sebagaimana teori ilmu alam.11 Maka dari itu, masyarakat yang ingin diterangkan dalam teori harus dipandang sebagai fakta yang netral yang dapat dipelajari secara obyektif.1 2 Bagi Horkheimer, Teori Tradisional yang menganggap dirinya asosial telah mengabaikan proses-proses dinamika kehidupan konkrit di dalam masyarakat. Dalam hal ini, Teori Tradisional telah menganggap masyarakat sebagai obyek kajian yang sama dengan obyek kajian ilmu alam. Masyarakat yang pada hakekatnya memiliki sifat dinamis hanya dianggap sebagai benda mati sebagaimana benda-benda yang menjadi obyek kajian ilmu alam. Selain itu, klaim bahwa Teori Tradisional memiliki sifat universal, berlaku dimana saja, dan suprasosial dinilai tidak 5 9 Ibid., hal. 54. 10 Ibid., hal. 56. 11 Ibid. 12 Ibid.
  • 6. tepat. Adanya dinamika yang begitu kompleks dalam masyarakat mengandaikan bahwa teori ilmu alam tidak bisa diterapkan secara sembarangan pada realitas sosial. Argumen kedua Horkheimer diarahkan pada klaim Teori Tradisional bahwa pengetahuan yang didapatkan bersifat netral. Klaim tersebut didasarkan pada pandangan bahwa masyarakat merupakan fakta yang netral yang dapat dipelajari secara obyektif. Dengan demikian, Teori Tradisional mengklaim bahwa teori mereka adalah deskripsi murni tentang fakta yang obyektif. Klaim bahwa Teori Tradisonal merupakan deskripsi murni tentang fakta tidak dapat dibenarkan. Di sini Teori Tradisional telah mengabaikan adanya unsur dinamika manusiawi dalam masyarakat. Kelemahan Teori Tradisonal adalah membiarkan keadaan tanpa mempertanyakannya.1 3 Teori Tradisional semacam telah mendirikan “tembok” bagi dirinya sendiri dengan mengambil jarak pada dinamika manusiawi yang ada dalam masyarakat. Padahal, unsur dinamika manusiawi tidak dapat dilepaskan dari proses pembentukan Teori Tradisional. Argumen ketiga dari Horkheimer diarahkan pada klaim Teori Tradisional bahwa teori dapat dipisahkan dari praxis.1 4 Dengan kata lain, Teori Tradisional mengejar pengetahuan demi pengetahuan itu sendiri. Teori Tradisional juga cenderung mengabaikan segi praxis guna mendorong suatu perubahan sosial. Dalam hal ini, Teori Tradisional tidak mendorong munculnya kesadaran kritis masyarakat untuk melakukan perubahan. “Dengan jalan ini pula, Teori Tradisional tidak bertujuan mengubah keadaan, malah melestarikan status quo masyarakat.”1 5 Dengan kritik-kritik ini, Horkheimer memandang Teori Tradisional sebagai ideologi yang melestarikan kesalahan berpikir tersebut. Kritik Horkheimer terhadap Teori Tradisional pada akhirnya mengarah pada ketiadaan dimensi praxis yang mengubah masyarakat. 6 13 Ibid., hal. 57 . 14 Ibid., hal. 56. 15 Ibid., hal. 57 .
  • 7. Namun benarkah demikian? Pada bagian selanjutnya, penulis akan mulai memaparkan kritik terhadap Mazhab Frankfurt dan sekaligus pemikiran-pemikiran 7 Horkheimer terkait dengan dimensi teori dan praxis. Kritik atas Pemikiran Mazhab Frankfurt Pada bagian ini penulis akan mengajukan tiga kritik atas pemikiran Mazhab Frankfurt. Kritik pertama, adanya kontradiksi internal dalam paradigma Mazhab Frankfurt terkait teori dan praxis. Kritik kedua dan ketiga, penulis akan memberikan komentar berkaitan dengan kritik Horkheimer terhadap Teori Tradisional yang dikatakan tidak memiliki dimensi praxis. Berikut penulis akan mulai dengan kritik yang pertama. Pada kritik pertama, penulis mulai melihat suatu kontradiksi internal dalam argumen yang dikemukakan oleh Teori Kritis bahwa mereka berusaha mengaitkan antara teori dan praxis. Kontradiksi internal yang diajukan oleh penulis terkait dengan pengandaian dasar logika. Dimana jika ada dua hal yang ingin disatukan maka dua hal tersebut belum merupakan suatu kesatuan. Penulis menggunakan prinsip logika tersebut untuk menganalisis kontradiksi internal dalam Teori Kritis. Teori Kritis yang senantiasa ingin mewujudkan kesatuan antara teori dan praxis, pada dasarnya telah memisahkan secara tegas hubungan antara teori dan praxis. Semangat yang diusung Teori Kritis bahwa sebuah teori haruslah bertujuan emansipatoris pada dasarnya juga telah memisahkan dimensi teori dan praxis. Dengan ingin menyatukan keduanya, pada dasarnya mereka telah mengambil jarak di dalamnya. Kontradiksi internal tersebut nampaknya tidak disadari oleh para pemikir Teori Kritis. Di satu sisi ingin menyatukan keduanya, namun di sisi lain, ketika ingin menyatukannya, mereka telah membedakan secara tegas dimensi teori dan praxis. Adanya kontradiksi internal dalam paradigma Teori Kritis mengandaikan bahwa antara teori dan praxis merupakan dua hal yang terpisahkan. Inilah argumen utama penulis yang akan dikemukakan kemudian. Selanjutnya penulis akan memaparkan kritik kedua dan ketiga.
  • 8. Kritik kedua yang diajukan oleh penulis didasarkan dari kritik Horkheimer terhadap Teori Tradisional yang dikatakan tidak memiliki dimensi praxis emansipatoris. Bahasa yang digunakan Horkheimer dalam hal ini adalah Teori Tradisional ingin mencapai ‘teori demi teori’ itu sendiri.1 6 Dengan kata lain, Teori Tradisional tidak memiliki tujuan emansipatoris yang membuka kesadaran masyarakat untuk mengadakan praxis. Hal ini dikarenakan sistem dalam Teori Tradisional yang bersifat tertutup.1 7 Kritik yang diajukan oleh penulis dalam hal ini adalah Mazhab Frankfurt telah menyempitkan dimensi praxis emansipatoris manusia ke dalam “kerja” semata. Dimensi praxis kehidupan manusia tidaklah melulu soal “kerja”, melainkan lebih luas. Dimensi praxis melibatkan seluruh tindakan manusia dalam arti yang sungguh luas. Dalam hal inilah, Mazhab Frankfurt telah menyempitkan dimensi praxis manusia ke dalam “kerja”. Permasalahan tersebut merupakan permasalahan mendasar di dalam dunia filsafat. Sebuah permasalahan dimana antara pemikir satu dengan pemikir lain; antara kelompok satu dengan kelompok lain; antara aliran satu dengan aliran lain, memiliki persepsi yang berbeda dalam suatu konsep. Perspektif yang digunakan oleh tiap pemikir; kelompok; aliran dalam melihat suatu konsep cenderung bersifat partikular-partikular (perspektifal) dan mengabaikan dimensi holistik (menyeluruh). Hal ini sungguh sangat disayangkan, karena perdebatan besar yang terjadi hanyalah diakibatkan oleh adanya perbedaan dalam mempersepsi konsep sebagaimana dilakukan oleh para pemikir Teori Kritis. Adanya perbedaan dalam mempersepsi konsep tersebut kiranya juga menjadi akar masalah dalam sebuah dialog. Seringkali kita duduk bersama membahas soal keadilan dan mengandaikan begitu saja bahwa setiap orang yang hadir memiliki satu persepsi yang sama tentang keadilan. Padahal, konsep keadilan sangatlah relatif antara orang yang satu dengan yang lain. 8 16 Ibid. 17 Ibid., hal. 55.
  • 9. Maka dalam sebuah dialog, ada dua hal mendasar yang sangat penting. Pertama, memahami terlebih dahulu persepsi yang digunakan oleh orang lain dalam memahami sebuah konsep. Dengan memahami persepsi yang digunakan orang lain, maka lebih mudah untuk menciptakan suatu dialog yang efektif. Kedua, dengan menyamakan persepsi dasar dalam sebuah dialog. Dengan adanya persepsi dasar tersebut, maka dialog yang terjadi akan jauh lebih mudah dan efektif. Kesatuan persepsi tersebut terwujud juga dalam sebuah visi yang menyatukan suatu kelompok. Dengan adanya satu visi bersama akan memudahkan untuk berdialog dan menentukan langkah strategis dengan lebih efektif pula. Kritik ketiga yang diajukan oleh penulis juga berkaitan dengan kritik Horkheimer terhadap Teori Tradisional yang menyatakan bahwa Teori Tradisional tidak memiliki dimensi praxis. Sekali lagi bahwa, Teori Kritis hanya melihat dimensi praxis dalam hal “kerja” (praxis dalam arti sempit). Dimensi praxis yang dipahami oleh Teori Kritis pada dasarnya merupakan dimensi ‘praxis langsung’. Dimensi ‘praxis langsung’ adalah sebuah teori harus dapat secara langsung membuka kesadaran masyarakat dan mendorong perubahan. Jika dicermati lebih dalam Teori Tradisional pun sebenarnya dapat membuka kesadaran dan mendorong perubahan, hanya saja secara tidak langsung. Tidak langsung dalam arti bahwa Teori Tradisional, sejauh itu bersifat positif (tertulis), pada akhirnya dapat dibaca oleh orang lain. Dengan membaca, maka diharapkan juga muncul kesadaran dalam diri pembaca dan akhirnya dapat juga mendorong perubahan. Dalam hal inilah Teori Tradisional juga memiliki dimensi praxis. Pada bagian selanjutnya, penulis akan mulai memaparkan argumen utama penulis dimana antara teori dan praxis adalah dua hal yang terpisahkan satu sam lain. 9 Teori dan Praxis
  • 10. Sebagaimana telah disinggung di atas, antara teori dan praxis keduanya merupakan dua hal yang terpisahkan. Ibarat uang logam, keduanya merupakan dua sisi uang logam yang memiliki perbedaan dalam hal gambar namun tetap satu kesatuan, yaitu uang logam itu sendiri. Sebelum memaparkan argumen utama, penulis akan terlebih dahulu mengklarifikasi konsep praxis yang digunakan dalam tulisan ini. Konsep praxis yang digunakan oleh penulis identik dengan tindakan. Tindakan di sini adalah tindakan dalam arti luas. Dimana menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia yang bertindak. Maka dari itu. dimensi praxis hidup manusia dalam arti luas adalah keseluruhan tindakan manusia yang mencerminkan dirinya sebagai makhluk hidup. Praxis dalam arti luas dapat diartikan bahwa berpikir juga merupakan salah satu aspek dari tindakan manusia. Dengan bahasa yang lebih lugas, berpikir juga merupakan bertindak. Sebab dengan berpikir, manusia telah menunjukkan bahwa manusia itu hidup (ada). Hidup (ada) sendiri mengandaikan bahwa adanya gerak (tindakan) yang mencirikan sifat dinamis dalam diri manusia. Setelah mengklarifikasi konsep praxis, selanjutnya penulis akan memaparkan argumen utama untuk menunjukkan kesatuan antara teori dan praxis. Penulis mengajukan dua argumen untuk memperlihatkan adanya kesatuan antara teori dan praxis. Pertama, berpikir adalah sekaligus bertindak. Dalam hal ini, berpikir selalu terkait dengan dua dimensi kehidupan manusia, yaitu dimensi personal dan sosial. Kedua, teori merupakan hasil abstraksi dari praxis hidup manusia sehari-hari. Berikutnya, penulis akan mulai masuk pada argumen yang pertama. ‘Tindakan Berpikir’ sebagai Kesatuan antara Berteori dan Ber-praxis 10
  • 11. Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa praxis dalam arti luas terkait dengan keseluruhan tindakan manusia yang mencerminkan ada-nya. Terkait dengan masalah teori dan praxis, maka berpikir juga merupakan tindakan (praxis) manusia yang mencerminkan adanya. Dengan kata lain, berpikir=praxis (tindakan berpikir itu sendiri). Dalam hal ini penulis membagi tindakan berpikir dalam dua bagian. Pertama tindakan berpikir yang berdimensi personal (terkait dengan dirinya sendiri). Kedua, tindakan berpikir yang berdimensi sosial (terkait dengan orang lain). Berikut, penulis akan mulai dengan yang pertama. ‘Tindakan berpikir’ pertama merupakan ‘tindakan berpikir’ yang terkait dengan diri sendiri (bersifat personal). Berefleksi masuk dalam ranah ini. Dalam berefleksi, manusia merenungkan makna yang terkait dengan pembentukan dirinya secara personal. Berteori juga masuk dalam ranah ini, sejauh berteori tersebut belum menjadi positif. Berteori juga merupakan sebuah tindakan berpikir manusia yang berdimensi personal. Di sinilah pada dasarnya, teori sudah memiliki sifat praxis di dalam dirinya sendiri. Berkaitan dengan kritik yang diajukan Teori Kritis terhadap Teori Tradisional bahwa Teori Tradisional tidak berdimensi praxis tidaklah tepat. Teori Tradisional pun sebenarnya telah melakukan berdimensi praxis, karena sebagai teori telah melibatkan ‘tindakan berpikir’ manusia dalam dimensi personalnya. Sekali lagi, berpikir adalah sama dengan bertindak. Namun dalam dimensi ini ‘tindakan berpikir’ masih dalam dimensi personal dan belum berdimensi sosial. Hal ini membawa kita pada jenis kedua dari ‘tindakan berpikir’. Dimana ‘tindakan berpikir’ telah berdimensi sosial. ‘Tindakan berpikir’ yang kedua merupakan tindakan berpikir yang terkait dengan orang lain (berdimensi sosial). ‘Tindakan berpikir’ di sini memiliki sifat positif dan empiris. Positif dalam arti, ‘tindakan berpikir’ tersebut dituangkan dalam bentuk tulisan. Sedangkan empiris dalam arti bahwa ‘tindakan berpikir’ telah diwujudkan dalam tindakan konkrit. 11
  • 12. Ketika ‘tindakan berpikir’ telah bersifat positif dan empiris maka sudah selalu terkait dengan orang lain. Dengan bahasa yang lebih sederhana, pikiran yang dituangkan dalam tulisan dapat dibaca orang lain dan tindakan yang berbuah dari ‘tindakan berpikir’ dapat diamati orang lain. Di sinilah ‘tindakan berpikir’ telah berdimensi sosial. Dalam hal ini, Teori Tradisonal pun telah memiliki syarat yang kedua. Teori Tradisional, sejauh teori tersebut telah bersifat positif maka sudah memiliki dimensi sosial. Dengan demikian, tentu sudah selalu memiliki sifat praxis yang emansipatoris. Dengan bahasa yang lebih sederhana, ketika Teori Tradisional itu telah dituangkan dalam bentuk tulisan maka tulisan tersebut tentu dapat dibaca orang lain. Dengan membaca Teori Tradisional, niscaya dapat menumbuhkan kesadaran dalam diri pembacanya. Dan sangat memungkinkan pula untuk muncul sebuah dorongan perubahan. Dengan demikian, Teori Tradisional pun bersifat emansipatoris. Pada bagian selanjutnya penulis akan memapaparkan argumen kedua dimana teori merupakan hasil abstraksi dari praxis hidup manusia sehari-hari. Pemaparan ini juga merupakan usaha penulis untuk menunjukkan kesatuan antara dimensi teori dan praxis hidup manusia. Teori Merupakan Hasil Abstraksi dari Realitas (Praxis Hidup Manusia Sehari-hari) Ketika manusia mulai berteori, mau tidak mau ia akan berhadapan dengan konsep-konsep. Dalam berteori, konsep-konsep tersebut disusun secara sistematis untuk membentuk sebuah teori/hukum. Dari pola tersebut nampak bahwa sebuah teori tersusun dari adanya konsep. Pertanyaan selanjutnya, darimanakah datangnya konsep-konsep yang kemudian melahirkan suatu teori? Konsep merupakan buah dari proses abstraksi. Abstraksi merupakan sebuah proses dimana manusia menghasilkan konsep-konsep dalam pikirannya yang diperoleh dari realitas di luar dirinya. Realitas yang 12
  • 13. ada di luar diri manusia sangatlah luas dan beraneka ragam, misalnya: benda-benda material, berbagai bentuk interaksi sosial, bahkan hal-hal yang bersifat spiritual. Realitas-realitas tersebut masuk ke dalam pikiran manusia melalui panca indra. Setelah itu, realitas-realitas tersebut diabstraksi sedemikian rupa oleh intelek manusia dan menghasilkan konsep-konsep. Dengan demikian, proses abstraksi menghasilkan konsep yang diperoleh dari realitas di luar diri manusia. Dalam berteori, konsep-konsep yang diperoleh dari proses abstraksi disusun secara sistematis hingga menghasilkan sebuah teori/hukum. Dari pola tersebut mulai nampak adanya kaitan antara dimensi teori dan praxis. Teori sangat identik dengan konsep-konsep. Sedangkan konsep, identik dengan realitas hidup manusia yang begitu luas. Salah satu bagian dari realitas tersebut adalah berbagai bentuk interaksi sosial. Interaksi sosial tersebut merupakan tindakan-tindakan (praxis-praxis) yang dihasilkan akibat adanya kontak antara orang yang satu dengan yang lain. Dengan demikian, teori selalu bersumber dari realitas yang di dalamnya mencakup praxis-praxis hidup manusia. Inilah kemampuan khas manusia. Dimana ia mampu membuat abstraksi atas realitas. Agar argumen di atas menjadi lebih sederhana, penulis akan menjelaskan proses abstraksi dalam contoh konkrit. Namun dalam memahami arti sesungguhnya dari proses abstraksi, kita harus bertindak seolah-olah kita belum mengenal sebuah konsep sama sekali. Pikiran kita masih kosong dan belum terisi. Penulis memulai dengan suatu pertanyaan: “Darimanakah datangnya konsep ‘jatuh cinta’ dalam pikiran manusia? Berikut, penulis akan menjelaskan prosesnya. Pertama-tama ada seorang laki-laki yang melihat seorang gadis cantik. Ketika melihat gadis tersebut jantungnya terasa berdebar kencang dan tak mau berhenti. Lalu laki-laki tersebut memberanikan diri untuk mengajak berkenalan. Dan seiring berjalannya waktu, keduanya pun menjalin hubungan asmara hingga jenjang pernikahan. Konsep ‘jatuh cinta’ lahir sebagai sebuah penamaan atas runtutan kejadian tersebut. 13
  • 14. Dari sini penulis ingin menegaskan kembali bahwa antara teori dan praxis, keduanya merupakan dua hal yang tak terpisahkan. Dimensi teori merupakan hasil dari dimensi manusia yang berpikir. Dan teori selalu terkait dengan konsep-konsep yang disusun secara sistematis hingga menjadi sebuah hukum/teori itu sendiri. Konsep terbentuk dari proses abstraksi terhadap realitas. Dengan demikian, pikiran manusia merupakan cerminan atas realitas yang di dalamnya terkait juga dimensi praxis hidup manusia. 14 Relevansi Penulis mengambil sebuah fenomena yang terjadi dalam Simposium Nasional yang diadakan Fakultas Filsafat beberapa waktu lalu. Ketika itu ada seseorang yang mengungkapkan bahwa teori-teori yang dipelajarinya selama di bangku kuliah tidak ada manfaatnya dalam praxis hidupnya sehari-hari. Pribadi tersebut merupakan seorang aktivis yang bergerak dalam bidang kemanusiaan. Penulis tertarik untuk membahas fenomena ini karena terkait dengan tema utama tulisan ini, yaitu kaitan antara teori dan praxis. Berikut adalah analisis yang coba dibangun oleh penulis. Dari ungkapan yang diajukan oleh pemuda tersebut, menulis menyimpulkan bahwa ia menyempitkan makna praxis ke dalam kerja. Sebagaimana dilakukan oleh Teori Kritis dalam kritiknya terhadap Teori Tradisional. Padahal tindakan berteori pada dirinya sendiri sudah merupakan sebuah praxis. Praxis di sini memang masih bersifat personal dan belum berdimensi sosial (belum bersifat positif dan empiris). Dengan demikian, pribadi tersebut masih membedakan secara tegas antara dimensi teori dan praxis. Kesimpulan: Teori dan praxis sejatinya merupakan dua hal yang tak terpisahkan. Kegiatan berteori sudah selalu merupakan praxis dalam artinya yang
  • 15. bersifat personal. Dengan kata lain, berteori sudah merupakan sebuah ‘tindakan berpikir’ dalam dirinya sendiri. Memang dalam hal ini, praxis masih bersifat negatif. ‘Tindakan berpikir’ baru menjadi aktual ketika telah menjadi positif atau empiris (tertuang dalam tulisan dan tindakan konkrit). Dengan demikian ‘tindakan berpikir’ tersebut dapat memiliki tujuan emansipatoris. David Jones Simanungkalit 15 Acuan Sumber:  Budi Hardiman, Francisco, Kritik Ideologi: Pertautan Pengetahuan dan Kepentingan, Kanisius, Yogyakarta, 1990.