Dokumen tersebut membahas tentang antropologi dan paradigma positivisme. Ia menjelaskan bahwa positivisme berpandangan bahwa ilmu sosial harus menganalisis kausalitas untuk menjelaskan hubungan antar fenomena sosial, sementara non-positivisme lebih menekankan pemahaman makna. Dokumen ini juga membahas perspektif antropologi seperti analisis masyarakat dan kebudayaan, serta waktu (diakronik, sink
1. TEORI ANTROPOLOGI
POSITIVISTIK
Pertemuan II
Tema : Antropologi dan Positivisme
Literatur :
Ahmad Fedyani. Antropologi Kontemporer,
Bab II: Antropologi, Kajian Masyarakat dan
Kebudayaan.
2. Gagasan Mengenai Ilmu Sosial
• Seringkali dikatakan bahwa ilmu sosial adalah
ilmu-ilmu lunak yang berbeda secara jauh dengan
ilmu alam, kurang ilmiah, tidak dapat melakukan
eksperimen dengan mengendalikan semua variabel,
karena itu ilmu sosial tidak bisa memprediksi
kejadian sosial dengan akurasi muthlak.
• Dalam perjalanannya, ilmu sosial memang jelas
berbeda jauh dengan ilmu alam. Metode dalam
ilmu alam tidak bisa diterapkan dalam ilmu sosial
karena ilmu sosial mempelajari manusia yang
menyertakan persoalan makna di dalamnya.
3. Rasionalis Vs Relativis
• Ada dua pandangan dalam ilmu sosial yakni :
2. Rasionalis, berkeyakinan bahwa standart-standart
universal dari pikiran manusia adalah bebas
konteks dan benar adanya sehingga terjemahan,
interpretasi dan eksplanasi adalah benar adanya.
3. Relativis, berpandangan bahwa semua standart
pikiran bergantung pada konteks sosial yang
menyertainya sehingga terjemahan, interpretasi
dan eksplanasi adalah bersifat parsial dan
problematik.
4. Paradigma Positivistik
• Rasionalis Vs Relativis adalah perbedaan pemikiran
yang didasarkan atas perbedaan paradigma dalam
ilmu sosial.
• Paradigma adalah suatu perspektif atau cara
berpikir yang di dalamnya terdapat banyak teori-
teori kecil.
• Positivistik berpendapat bahwa ilmu sosial serupa
dengan ilmu alam sehingga tujuan dari ilmu sosial
adalah membuat analisis kausalitas untuk
memperlihatkan hubungan atau sebab akibat
diantara berbagai unsur kebudayaan atau fenomena
sosial budaya.
5. Paradigma Non Positivistik
• Paradigma ini berargumen bahwa tujuan ilmu sosial
bukanlah mencari hukum-hukum umum seperti
halnya ilmu alam namun mencari pemahaman atas
suatu fenomena sosial yang terjadi
• Non positivistik menekankan pentingnya “makna”
dalam memahami fenomena sosial budaya
• Paradigma ini berkeyakinan bahwa ilmu alam
berbeda jauh dengan ilmu sosial sehingga metode
dan teknik analisis datanya juga berbeda
6. Antropologi Sebagai Ilmu Sosial
• Tujuan dari disiplin Antro adalah :
2. Menjelaskan perbedaan dan persamaan antara kebudayaan
manusia yang tersebar di segala penjuru dunia
3. Mencari jawaban atas perubahan kebudayaan manusia
4. Menjelaskan fenomena sosial budaya yang terjadi dalam
kehidupan manusia
5. Menjelaskan perilaku manusia
Semuanya adalah pertanyaan dasar dari Antropologi yang
harus dicari jawabannya melalui penelitian ilmiah.
7. Penelitian Ilmiah
• Penelitian ilmiah adalah usaha untuk mencari
jawaban atas sebuah pertanyaan yang didasarkan
pada data-data empiris, melalui metode tertentu
dan terjamin validitasnya.
• Di sinilah pentingnya sebuah teori untuk
membangun argumentasi atas jawaban yang
diperoleh dalam penelitian ilmiah.
• Dalam antropologi, maka argumen dan penelitian
tersebut kemudian tertuang dalam bentuk
“etnografi”.
8. Antropologi di Eropa Abad ke-18
• Antropologi yang berkembang saat itu lebih merupakan
antropologi biologi yang banyak mempersoalkan spesies
manusia, apa yang membedakan manusia dari binatang dan
apa kondisi alamiah dari manusia itu.
• Riset yang dilakukan oleh orang-orang eropa ke daerah di
luar Eropa menghasilkan pemikiran bahwa orang-orang di
luar Eropa adalah mereka yang ‘primitif’, tidak beradab dan
karenanya dianggap sebagai spesies yang berbeda.
• Mereka dianggap tidak mampu mencapai tingkat
kebudayaan orang Eropa.
• Teori yang kemudian berkembang adalah evolusionisme.
• Menjelang abad ke 19 dan 20 maka antropologi mulai
berkembang seiring dengan perkembangan teori yang ada.
9. Perspektif Antropologi
• Perspektif antropologi adalah cara pandang Antropologi
terhadap gejala sosial budaya.
• Dalam Antropologi ada tiga macam perspektif besar di
dalam melihat gejala sosial budaya yakni :
3. Perspektif yang menekankan pada analisis masyarakat dan
kebudayaan
4. Perspektif yang menekankan faktor waktu, yang terdiri
dari proses historis dari masa lampau sampai masa kini
(diakronik), masa kini (sinkronik), dan interaksi masa
lampau dan masa kini (interaksionis)
5. Perspektif konstelasi teori-teori, yakni penggabungan
kedua perspektif di atas.
10. Masyarakat dan Kebudayaan
• Minat luas para ahli antropologi adalah mengenai masyarakat
(sebagai satuan sosial) dan kebudayaan (sebagai perangkat
gagasan, aturan, norma, keyakinan yang dimiliki bersama).
• Perhatian awal dari antropologi adalah mengenai ciri dan sifat
masyarakat
• Dengan demikian pertanyaannya adalah bagaimana manusia
berhubungan satu sama lain, mengapa masyarakat brubah
sepanjang waktu, dll.
• Perspektif ini melihat keterkaitan antara analisis kebudayaan
dan analisis masyarakat dalam menjelaskan suatu fenomena
sosbud.
• Contoh : bagaimana masyarakat diorganisir? Bagaimana
elemen/unsur kebudayaan bisa berfungsi?
11. Perspektif Waktu
• Pendekatan waktu memandang penting sejarah dan
rangkaian kejadian yang bermakna bagi antropologi.
• Diakronik adalah perspektif yang menggambarkan
hubungan unsur-unsur kebudayaan sepanjang waktu.
• Contoh : evolusi (perspektif yang menekankan peningkatan
kompelksitas kebudayaan sepanjang masa); difusi (perspektif
yang menekankan transmisi gagasan dari satu tempat ke
tempat lain).
• Sinkronik adalah perspektif yan menggambarkan hubungan
unsur kebudayaan hanya di masa kini saja.
• Contoh : fungsionalisme, strukturalisme, interpretif yang
menjelaskan kebudayaan tanpa acuan waktu.
• Interaktif adalah perspektif yang menekankan aspek
diakronik dan sinkronik
• Contoh : teori-teori posmodernis
12. Konstelasi Teori
• Perspektif ini tidak akan dibicarakan dahulu karena
bersangkutan dengan disiplin lain seperti sosiologi
dimana saling mengaitkan teori adalah hal yang
umum dalam perspektif ini.
• Kita akan membahasnya dalam kelas teori Non
Positivistik semester depan.
13. Etnografi dan Teori
• Etnografi dan teori menjadi satu kesatuan yang
tidak terpisahkan.
• Banyak teori yang muncul setelah adanya
penelitian etnografi. Namun sebuah penelitian
etnografi juga mustahil tanpa adanya teori.
• Secara ideal, etnografi berlaku untuk
mempermudah pemahaman kita akan kebudayaan.
• Di sisi lain, pemahaman kita akan kebudayaan
merupakan tujuan dari terbentuknya suatu teori
sehingga etnografi dan teori seolah menjadi dua sisi
sekeping mata uang.
14. 4 Unsur Dasar Teori
1. Pertanyaan, misal bagaimana terjadi persamaan dan
perbedaan antar kebudayaan di dunia
2. Asumsi, meliputi konsep-konsep kemanusiaan bersama
mengenai nilai dalam kebudayaan atau mengenai
perbedaan dalam nilai budaya. Misal evolusi adalah
tahapan bertingkat dari kebudayaan manusia.
3. Metode, cara untuk mendapatkan jawaban atas
pertanyaan yang diajukan
4. Bukti, bagaimana argumentasi sebuah teori dalam
menjelaskan pertanyaan yang diajukan.