2. Skenario 2
Seorang laki-laki umur 50 tahun datang ke rumah sakit dengan
keluhan sesak napas terutama saat bergiat, tetapi berkurang
apabila pasien istirahat. Pergelangan kaki membengkak pada
siang hari dan berkurang pada malam hari. Pasien mengeluh
kadang terbangun tengah malam karena merasa sesak. Pada
pemeriksaan, ditemukan adanya pernapasan cepat, pada
pemeriksaan auskultasi didengar adanya bunyi krepitasi pada
bagian basal paru. Nadi regular dan tekanan darah dalam batas
normal, tetapi terdapat bendungan vena leher +8 cmH2O pada
posisi 45o . Ictus cordis teraba di linea axillaris anterior kiri/ruang
intercostal V. Gambaran Rontgen dada menunjukkan CTR 0,69,
dan terlihat adanya bendungan pembuluh darah paru.
Sebelumnya pasien sering kontrol di Poliklinik dengan tekanan
darah tinggi tetapi pasien tidak minum obat teratur.
3. Kata Sulit
1. CTR (Cardio Thoracis Ratio) adalah cara
pengukuran jantung dengan membandingkan
lebar jantung dan lebar dada pada foto toraks
PA.
2. Ictus cordis adalah denyut jantung yang terlihat
pada apex.
3. Krepitasi adalah bunyi yang dihasilkan apabila
terdapat dua benda yang saling menggesek,
bunyi yang timbul berupa seperti gesekan
rambut atau remasan kertas.
4. Kata Kunci
1. Laki-laki, 50 tahun
2. Sesak napas terutama saat bergiat & berkurang saat istirahat
3. Pergelangan kaki membengkak pada siang hari & berkurang pada
malam hari
4. Kadang terbangun tengah malam karena merasa sesak
5. Pada pemeriksaan:
- Takikardia
- Auskultasi didengar bunyi krepitasi pada bagian basal paru
- Nadi regular & tekanan darah dalam batas normal
- Terdapat bendungan vena leher +8 cmH2O pada posisi 45o
- Ictus cordis teraba di linea axillaris anterior kiri/ruang intercostal V
- Gambaran Rontgen dada menunjukkan CTR 0,69
- Terlihat adanya bendungan pembuluh darah paru
- Riwayat hipertensi dan minum obat tidak teratur
5. Pertanyaan
1. Jelaskan patomekanisme:
a. Sesak saat bergiat &
berkurang saat istirahat
b. Apa yg menyebabkan sesak
pd tengah malam sehingga
terbangun
c. Kaki bengkak pd siang hari
berkurang malam hari
d. Hipertensi
2. Apakah trdapat hubungan
kelainan jantung trhadap
kelainan paru ataupun
sebaliknya?
3. Apa hubungan riwayat
hipertensi dengan skenario
diatas?
4. Jelaskan tentang langkah-
langkah diagnosis pada
skenario tersebut!
5. Jelaskan hubungan gejala yang
dialami pasien dengan hukum
Starling ?
6. Apakah jenis penyakit yang
kira-kira biasa ditemukan pada
pemeriksaan yang telah
dilakukan?
7. Sebutkan dan jelaskan tentang
diferential diagnosis dari
skenario tersebut!
9. 1. Patomekanisme dari :
a. Sesak napas saat bergiat
Tubuh aktif
bergiat
Metabolisme
sel-sel tubuh
Kebutuhan
ATP
Kebutuhan
O2
Ventilasi
paru
Gangguan jantung kiri
bendungan vaskularisasi
paru-paru
tekanan vaskuler pulmonal
tekanan hidrostatik kapiler
paru
cairan intravaskular ke
intertitial alveoli
penimbunan cairan di
intertitial alveoli
Compliance paru terganggu
Sesak Napas
10. b. Terbangun malam hari karena sesak (PND)
transudasi cairan, akumulasi di intertitial yang lama kelamaan
menyebabkan alveoli edema
Gagal Jantung kiri
Cardiac output , tekanan vena
pulmonalis
tekanan kapiler
Pada saat Tidur stimulasi
adrenergik oleh
saraf simpatis
redistribusi darah dan cairan
ekstravaskular masuk kembali
ke kompartemen cairan
intravaskular
Beban
Sirkulasi
Bendungan
Paru
Sesak Napas
11. c. Bengkak pada Siang hari dan Berkurang pada
Malam hari
Gagal jantung
pengaktifan sistem renin
angiotensin-aldosteron
(RAA)
menaikkan tahanan
vaskuler sistemik tetapi
menurunkan curah jantung
Bengkak bertambah pada
siang hari karena aktivitas
yang menggunakan kaki
lebih banyak pada siang
hari
12. d. Hipertensi
Klasifikasi tekanan darah berdasarkan JNC VII:
Kategori Tekanan darah
sistol
Tekanan darah
diastol
Normal <120 <80
Prehypertension 120-139 80-89
Hypertension stage 1 140-159 90-99
Hypertension stage 2 ≥ 160 ≥100
13. Normalnya pada keadaan homeostatis jika tekanan darah
naik, tubuh akan melakukan usaha kompensasi yaitu
berupa menurunkan kontraktilitas jantung dan
melebarkan pembuluh darah agar kecepatan aliran darah
dapat menurun. Tetapi hal tersebut tidak terjadi, maka
tekanan darah akan tetap dalam keadaan melebihi batas
normal. Jadi hipertensi dapat disimpulkan sebagai
keadaan sistem pengawasan tubuh yang gagal
mengembalikan tekanan darah ke keadaan normal.
Hal tersebut disebabkan oleh penambahan rangsang
adregenik ke jantung, pembuluh kapasitans dan arteriol.
Kelainan denyut jantung disebabkan oleh kenaikan
aktivitas beta-adrenergik dan berkurangnya hambatan
parasimpatis.
14. 2. Apakah terdapat hubungan kelainan jantung
terhadap kelainan paru ataupun sebaliknya?
15. 3. Langkah-Langkah Diagnosis
1. Gambaran Umum
2. Keluhan Utama
3. Riwayat penyakit saat ini
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Obat-obatan
6. Riwayat keluarga, pekerjaan, dan sosial
ANAMNESIS
1. Wajah dan Leher
2. Dada
3. Ekstremitas PEMFIS
1. Radiologi
2. EKG
3. Echo PEMERIKSAAN
PENUNJANG
16. 4. Riwayat hipertensi lama dengan
penyakit pada skenario
HIPERTENSI KEKAKUAN PEMBULUH
DARAH
ALIRAN MAJU BALIK
PADA DIASTOLIK P
TURUN
P AORTA DAN P
VENTRIKEL SISTOLIK ↑
P NADI MENINGKAT DAN
PENGISIAN A. KORONER ↓
GANGGUAN KONTRAKSI
DAN RELAKSASI
17. Hipertensi lama
Hipertensi
Aktivasi RAA system +
rangsangan saraf simpatis
adrenergik
Tahanan vaskuler perifer
dan vasokonstriksi
Peningkatan kontraktilitas
jantung
LVH
Afterload
Gagal jantung kiri
18. Forward failureBackward failure
Mekanisme
Frank Starling
Preload
Regangan serat
mifobril agar
curah jantung
Tekanan darah
mendekati
normal
Perfusi ke jaringan
turun
Tanda-tanda
bendungan
pulmo dan gagal
jantung kanan
congestive heart
failure
Gagal jantung kiri
19. 5. Hubungan Hukum Frank-Starling
Mekanisme
Frank Starling
Preload
Regangan serat
mifobril agar
curah jantung
Tekanan darah
meningkat
Kompensasi
awal gagal
jantung
20. 6. Penyakit dari interpretasi hasil
pemeriksaan
• Krepitasi pada basal paru
1. Edema paru
2. Koch pulmonum
3. Tumor paru
4. Pada awal dan ahir pneumonia lobaris
• Bendungan vena leher +8 cm posisi 45 derajat
kelainan pada faal jantung kanan
1. Right ventrikel hypertrophy (RVH)
2. Obstruksi vena cava superior
3. Stenosis atau regurgitasi trikuspidalis
4. Efusi perikardial
5. Pericarditis konstriktif.
21. LANJUTAN...
• Ictus cordis teraba di linea axillaris anterior kiri/
interkostal V pembesaran jantung sebelah kiri:
1. cardiomegaly
2. hipertropi atau dilatasi ventrikel kiri
• Rontgen didapatkan CTR 0,69 adanya
cardiomegaly. Normal tidak melebihi 0,5.
• Rontgen: bendungan pembuluh darah paru:
1. penyakit gagal jantung kongesti
2. edema paru
3. gagal jantung kiri.
22. 7. Differential Diagnosis
1. Congestive heart failure et causa hipertensi
2. Kardiomiopati
3. Infark myokard akut
4. Cor pulmonale
23. Congestive Heart Failure
Definisi : Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologi
dimana jantung gagal mempertahankan sirkulasi adekuat
untuk kebutuhan tubuh meskipun tekanan pengisian cukup
Etiologi : Hipertensi (10-15%), Kardiomiopati (dilatasi, hipertropi, restriktif), Penyakit
katup jantung (mitral dan aorta), Congenital (defek septum atrium, defek septum
ventral), aritmia (persisten), Alkohol, Obat-obatan, Kondisi curah jantung tinggi,
Perikard (konstriksi atau efusi), Gagal jantung kanan (hipertensi paru)
Gejala Klinis : Kerusakan jantung, Kelebihan beban
hemodinamik , Mekanisme kompensasi yang sekunder yang
timbul saat gagal jantung terjadi.
25. Kardiomiopati Dilatasi
Definisi : Kardiomiopati yang ditandai dengan dilatasi ventrikel
dan gejala dan tanda gagal
Etiologi : bersifat idiopatik. Progresi dari miokarditis viral
menjadi kardiopati dilatasi. Biasanya menyerang pengguna
alkohol atau pada perempuan post partum.
Gejala Klinis : Lelah, letargi, dispnu umum dan kadang pasien
datang dengan edema pari yang jelas
27. Kardiomiopati Hipertropik
Definisi : Terjadi pada hipertrofi ventrikel kiri dan ventrikel
kanan.
Etiologi : Hipertensi dan genetik
Gejala Klinis : Dispnu, nyeri dada, palpitasi, rasa pusing,
sinkop. Kadang-kadang disertai ematian mendadak.
29. Infark Myocardium
Definisi : Infark miokard akut (IMA) adalah nekrosis miokard
akibat aliran darah ke otot jatung terganggu.
Etiologi : adanya aterosklerosis pembuluh darah koroner
Gejala Klinis : nyeri dada retrosternal dapat menjalar ke lengan bahu, leher, rahang bahkan ke
punggung dan epigastrium. Nyeri dapat disertai perasaan mual, muntah, sesak, pusing, keringat
dingin, berdebar-debar atau sinkope. Pada pemeriksaan fisis dapat ditemui bunyi jantung kedua
yang pecah paradorsal, irama gallop, krepitasi, takikardi, kulit yang pucat, dingin dan hipotensi
31. Hipertensi Paru
Definisi : Peninggian tekanan darah arteri pulmonalis melebihi
25mmHg pada waktu istirahat atau melebihi 30 mmHg pada waktu
olahraga. Terbagi atas dua : hipertensi primer dan hipertensi
sekunder.
Gejala Klinis : Peningkatan tekanan vena jugularis, Takikardi sinus atau AF,
Tekanan darah sistemik normal atau rendah, Sirkulasi perifer buruk, Sianosis
sentra dan perifer, Bunyi jantung ketiga/ keempat RV (S3/S4), Komponen paru
bunyi jantung kedua terdengar keras, Regurgitasi tricuspid, Edema,
Pembesaran hati dan asites
33. Kardiomiopati
Dilatasi
Kardiomiopati
Hipertropik
Infark Myokardium
Akut
CHF Hipertensi Paru
Laki-laki, 50 th
√ √
Sesak napas saat
bergiat
√ √ √ √
Edema tungkai pada
siang hari
√ √ √
PND
√
Takikardia
Krepitasi pada basal
paru
√ √ √
Bendungan vena
leher +8 cmH2O
pada 45o
√ √
Ictus cordis teraba di
linea axillaris anterior
kiri/ ruang intercostal
V
√ √
Ro: CTR 0,69 &
terlihat bendungan
pemb. Darah paru
√ √
Riwayat hipertensi dg
pengobatan tidak
teratur
√ √
34. Daftar Pustaka
1. Rasad, Sjahrar. 2005. Radiologi Diagnostik. Jakarta: FK UI. Halaman 166-167
2. Dorland, William Alexander Newman. 2012. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC. Halaman
1434, 1909
3. Aaronson, Philip I., Jeremy P.T. Ward. 2010. At a Glance Sistem Kardiovaskular. Jakarta: Erlangga
Medical Series. Halaman 100-101
4. Noer, Sjaifoellah. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid I. Jakarta: FK UI. Halaman 1098-1103
5. Harli, Isman. 2004. A Compilation of Pathogenesis & Pathophysiology. Malaysia: Hospital
Universiti Sains Malaysia. Halaman 47-55
6. Siregar, Tagor Gumanti Muda. 1998. Buku Ajar Kardiologi, Hipertensi Esensial. Jakarta: FK UI.
Halaman 198
7. Huon, H Gray, dkk. 2003. Lecture Note Cardiology edisi 4. Jakarta: Erlangga Medical Series.
Halaman 75-77, 242-245
8. Kabo, Peter. 2011. Bagaimana Menggunakan Obat-Obat Kardiovaskular Secara Rasional.
Jakarta: FK UI. Halaman 63-66, 206-207
9. Gleadle, Jonathan. 2007. At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Erlangga
Medical Series. Halaman 112-137
10. Sanusi, Harsinen. 2007. Ilmu Diagnostik Fisik Interna. Makassar: Aesculapius. Halaman 49-50
11. Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC. Halaman 352-357
12. Davey, Patrick. 2003. At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga Medical Series. Halaman 12-13, 20-
21