1. Menutupkan kedua matanya dan mendo’akannya. Menyelimutinya. Segera menyiapkan pemakaman. Melunasi hutang-hutangnya (kalau ada). Menyebarluaskan berita meninggalnya. Bersabar dan ikhlas jika kematian anak.
3. ¨ Tidk melebihi 1/3 harta
¨ Ada saksi yg adil
¨ Tdk blh berwasiat harta kpd ahli waris
¨ Tdk blh berwasiat yg berdampak negatif
(batil, haram, kemungkaran)
4. 1. Menutupkan kedua matanya dan
mendo’akannya
2. Menyelimutinya
3. Segera menyiapkan pemakaman
4. Melunasi hutang-hutangnya (kalau ada).
5. Menyebarluaskan berita meninggalnya
6. Bersabar dan ikhlas jika kematian anak
5. TTtanda-tanda Hhusnul khatimah
1. Mengucapkan kalimat syahadat ketika wafat.
2. Ketika wafat dahinya berkeringat.
3. Wafat pada malam Jumat atau hari Jumat.
4. Mati syahid di medan perang.
5. Mati karena keracunan )sakit perut).
6. Mati karena tenggelam dan tertimpa tanah longsor.
7. Perempuan yang meninggal karena melahirkan.
8. Mati karena mempertahankan hartanya dari perampok.
9. Orang yang meninggal pada saat menjalankan amal
saleh.
6. CARA MEMANDIKAN JENAZAH
1. Tdk blh hadir kecuali yng berkepentingan (tdk blh mengabarkan aib
org yg mngl)
2. Melepaskan semua pakaian jenazah
3. Diletakkan di tpt yg lbh tinggi dan tertutup
4. Dimulai dari anggt wudhu sblh kanan
5. Dgn jumlah blgn ganjil sambil menggosok dan mengurut perutnya
pelan-2
6. Diwudhukan
7. Boleh mentayamumkannya jk tdk mkn dimandikan
8. Boleh mentayamumkannya jk tdk mungkin dimandikan
9. Yg memandikan ad. Ahli waris atau org yg sejenis dgn jenazah
10. Mengurai rambut bg jenazah wanita
11. Siraman terakhir dgn air daun bidara/kapur barus
12. Mengeringkan jenazah dgn anduk
13. Memberi wangi-2an /mengasapi jenazah dengan wangi-2an
7. Jika tidak ada air, Maka hendaklah mayit
ditayamumkan, berdasar pada ayat:: QS. Al-Nisa’ 4:43)
...فَيلَيمْدا تَيجِباداُوْاوْداا مَياءءً فَيتَييَيمَّممُوْاوْداا صَيعِبايْداداا طَييِباباا...
(“…Jika kamu tidak memperoleh air, Maka hendaklah
bertayamum …”)
8. 1. Air secukupnya
2. Gayung
3. Kain basahan
4. Sabun dan sampo
5. Sarung tangan
6. Kapas, katen bat (pembersih kuku)
7. Handuk (kain pengering)
8. Kayu cendana/dupa/ratus/kemenyan (dipakai
utk mengasapi setelah dimandikan)
9. 1. Dgn kain yg bagus, bersih dan dapat menutupi seluruh tubuh
jenazah
2. Dianjurkan berwarna putih dan boleh diambil dari pakaian
(harta) jenazah sendiri
3. Kain kafan untuk jenazah lk-2 berjumlah tiga lapis tanpa
kemeja dan sorban.
كُوْافِبانَي رَيسُوْاوْدا لُوْا اللهِبا رَيسُوْاوْدا لُوْا اللهِبا صَيلَّمى ا اللهُوْا عَيلَييْداهِبا وَيسَيلَّممَي فِبايْدا
ثَيلاثَيَيةِباس أَيثْداوَيا بٍ لس بِبايْداضٍ لس سُوْاسحُوْاوْدا لِبايَيةٍ لس جُوْاداَيدٍ ل لَييْداسَيس فِبايْداهَياء
قَيمٍ ليْداصٌ. وَيلاعَيَيمَياءمَيةٌ. . (روا ه ا لجماءعة
“Rasulullah saw. dikafani dengan tiga helai kain putih mulus yang baru tanpa
kemeja dan sorban”
10. Sedangkan kain kafan bagi jenazah wanita seluruhnya lima . 4
lapis yang terdiri dari kain basahan, baju kurung dan kerudung
serta kain
قَياءلَيتْدا ا َيلثَّمقِبافَييَّمةٌ. : كُوْانْداتُوْا فِبايْدامَينْدا غَيسَيلَي أُوْامُّ كَيلْداثُوْاوْدامِبا بِبانْداتِبا رَيسُوْاوْدا لِبا
اللهِبا رَيسُوْاوْدا لُوْا اللهِبا صَيلَّمى ا اللهُوْا عَيلَييْداهِبا وَيسَيلَّممَي ا َيلْداحِباقَياءثُوْامَّم ا لداِّرْداعَي
ث مَّم ا لْداخَيمَياءرَي ثُوْامَّم ا لْداخَيمَياءرَي ثُوْامَّم ا لمَيلْداحَيفَيةَي ثُوْامَّم أُوْادْدارِبا جَيتْدا بَيعْداداَي ذَي
لِبا كَي فِباي ا لثَّموْدابِبا ا ْدالخَيَيرِبا قَياءلَيتْدا : رَيسُوْاوْدا لُوْا اللهِبا رَيسُوْاوْدا لُوْا اللهِبا
صَيلَّمى ا اللهُوْا عَيلَييْداهِبا وَيسَيلَّممَي عِبانْداداَي ا لْداباَياءبِبا وَي مَيعَيهُوْا كَيفَينُوْاهَياء يَينَياءوِبالُوْاهَياء ثَيوْدا
بً اء. (روا ه أحمدا وأبودا ود
Aku turut memandikan Ummi Kaltsum binti Rasulullah saw.. waktu (
wafatnya, maka mula-mula barang yang diberikan kepadaku oleh Rasulullah
adalah kain, lalu baju kurung, lalu kerudung, lalu selubung, kemudian sesudah
itu dimasukkan ke dalam pakaian lain. Selama itu Rasulullah saw. di tengah
pintu membawa kafannya dan menerimakannya kepada kami satu -satu.”
((HR. Ahmad dan Abu Dawud
11. ¨ Kain putih + 12m utk jnzh wnt 4 10 m ut. Lk-2
¨ Kapas rol/lembaran
¨ Kapur barus
¨ Minyak wangi
¨ Teh dan atau plastik jika perlu
12. 1. Membuat tali 8 helai (5 cm x lbr.kain)
2. Membuat kafan 3 lb (lbr mayat + 50 cm)
3. Kain sarung + 150 cm x lbr kain
4. Membuat baju/jubah
5. Membuat kerudung/tutup kepala
6. Membuat cawat
13. a. Potong kain + 150 cm x lbr kain
b. Lipat jadi 2 ( 75 cm x lbr kain)
c. Lipat lagi (75 cm x ½ lbr kain)
d. Ambil ujung lipatan kain dan potong
e. Buka kain dan belah salah satu bagian
tengah kain
14. ¨Ambil kain + 60 cm x lbr kain
¨Lipat dg 3 bagian (20 cm x lbr kain)
¨Ukur + 10 cm dari atas dan lipat
¨Gunting (buat 2 lubang pada lipatan)
¨Masukkan tali/kolor pd lubang kain tsb
15. Ta’ziyah dilakukan terhadap seluruh kerabat si mayat baik laki-laki
maupun perempuan, kecil atau dewasa, baik jenazah tersebut
sebelum dikuburkan atau sesudah dikuburkan dengan ungkapan-ungkapan
atau kalimat-kalimat yang dapat menghibur keluarga si
mayat agar mereka tidak larut dalam kesedihan, dan menyadari
bahwa kita semua milik Allah dan pasti akan kembali kepada-Nay
hukumnya sunnah
Hendaknya para penta’ziyah baik itu dari golongan kerabat ataupun
tetangga membuatkan makanan dan mencukupi kebutuhan keluarga
orang yang berduka cita pada hari itu
إِلُصْغِنَمعُ. وْغِا للَمِلُ جَمعْغِفَمرَم طَمعَماهمًااه فَمإِلُنَّههُ. قَمدْغِ أَمتَماههُ. مْغِ اَممْغِرٌ ي يُ. شْغِغِلُلُ. هُ. .
(رواه ابو داود, ابن محه والتر مذ ي
Buatlah makanan untuk keluarga Ja’far, karena sesungguhnya perkara yang
menyusahkan telah menimpa mereka
16. ¨ Menghibur keluarga yg kematian
¨ Tdk membicarakan aib jenazah
¨ Mensholatkan jenazah
¨ Mendoakan jenazah dan kerabat yg
ditinggalkannya
¨ Mengantarkan jenazah sampai kubur
19. ¨ Upacara pemberangkatan
dilarang: meratapi, sedih yng berlebihan dll.
Para pentakziyah hendaknya menghiburnya, memasak untknya
¨ Mengiring jenazah di dpn/spg, birder jk tdk ikut
عَعنْيُ عَعبْيُدِيَ اللهِيَ بْيُنِيَ جَععْيُفَعرَع رَعضِيَيَع اللهُ ج عَعنْيُهُ ج قَعاجَلَع : لَعمَّااجَجَعآءءَع نَععْيُيُ ج
جَععْيُفَعرِيَ حِيَيْيُنَع قُ جتِيَلَع قَعاجَلَع رَعسُ جوْيُ لُ ج اللهِيَ صَعلَّاى ا اللهُ ج عَعلَعيْيُهِيَ
وَعسَعلَّامَع إِيَصْيُنَععُ جوْيُا للَعِيَ جَععْيُفَعرٍ ط طَععَعاجَمًااجَ فَعقَعدْيُ اَعتَعاجَهُ جمْيُ
مَعاجَيُ جشْيُغِيَلُ جهُ جمْيُ . (أخرجه الخمسة إل النساجَئ)
“Dari Abdullah bin Ja’far r.a berkata: Tatkala datang berita kematian Ja’far
karena terbunuh, Rasulullah saw. bersabda: “Hendaklah kalian membuat
makanan buat keluarga Ja’far, karena mereka telah ditimpa sesuatu yang
menyusahkan mereka. (Dikeluarkan oleh Imam yang lima kecuali Nasa’i).
20. : إِيَذَعا وُ جضِيَعَعتِيَ الْيُجَعنَعاجَزَعةَع فَعحْيُتَعملَعهَعاجَ الرَّاجُ جلُ ج عَعلى اَع أَععْيُنَعاجَقِيَهِيَمْيُ فَعإِيَنْيُ كَعاجَنَعتْيُ
صَعاجَلِيَحَعةًا قَعاجَلَعتْيُ قَعدَّامُ جوْيُا نِيَي وَعإِيَنْيُ كَعاجَنَعتْيُ غَعيْيُرَع صَعاجَلِيَحَعةٍ ط قَعاجَلَعتْيُ لهَعْيُلِيَهَعاجَ
أَعيْيُنَع تَعذْيُ هَعبُ جوْيُنَع بِيَهَعاجَيَعسْيُمَععَع صَعوْيُ تَعهَعاجَكُ جلُّ شَعيْيُئٍ ط إِيَل اْيُلِيَنْيُسَعاجَنَع وَعلَعوْيُ سَعمِيَعَع
اْيُلِيَنْيُساجََعنُ ج لَعصَععِيَقَع. (رواه البخاجَري)
“ Abi Said al Khudry r.a berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Jika jenazah telah diangkat ke atas
bahu mereka, maka jika si jenazah itu orang shalih, maka ia berkata: “segerakanlah saya”.
Dan jika si mayat itu tidak shalih, maka ia berkata pada keluarganya: “Alangkah celakanya
saya, kemanakah aku akan kau bawa?” suara itu dapat didengar oleh segala sesuatu kecuali
manusia dan andai kata didengar oleh manusia ia pasti pingsan” (HR Bukhari).
ا رَعأَعيْيُتُ جمُ ج الْيُجَعنَعاجَزَعةَع فَعقُ جوْيُمُ جوْيُا فَعمَعنْيُ تَعبِيَعَعهَعاجَ فَعلا يَعجْيُلِيَسْيُ حَعتَّا تُ جوْيُ
(ضَععًا. (متفق عليه
Dari Abi Said bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Apabila kamu melihat
jenazah, hendaklah kamu berdiri, tetapi bagi siapa yang mengirinya hendaknya
janganlah duduk hingga si mayat diletakkan.” (Muttafaq alaihi)
21. ¨ Memasukkannya dari arah kaki
(kepala masuk dahulu) Sambil
berdo’a, dan menghadapkan
jenazah ke kiblat
عَعنِيَ ابْيُنِيَ عُ جمَعرَع عَعنِيَ النَّابِيَيِّ صَعلَّاى ا اللهُ ج
عَعلَعيْيُهِيَ وَعسَعلَّامَع قَعاجَلَع : إِيَذَعا وَعضَععْيُتُ جمْيُ مَعوْيُ
تَعاجَكُ جمْيُ فِيَيْيُ
القْيَُعْيُبرِيَ فُ جقُ جوْيُلُ جوْيُا : بِيَسْيُمِيَ اللهِيَ عَعلَعى ا مِيَلَّاةِيَ
رَعسُ جوْيُ لِيَ اللهِيَ
( أخرجه أحمد و ابو داود و النساجَءى
وصححه ابن حباجَن)
“Dari Ibnu Umar dari Nabi saw. bersabda:
“Apabila kamu meletakkan mayit-mayit
kamu di kubur, sebutlah bismillah ‘ala
millati rasulillah”. (Dikeluarkan oleh
Ahmad, Abu Dawud, dan an Nas’i dan
dishahihkan oleh Ibnu Hibban).
22. Masuk kubur
Perbuatan mulia, dulu dilarang tp kini dianjurkan
كُ جنْيُتُ ج نَعهَعيْيُتُ جكُ جمْيُ عَعنْيُ زِيَيَعاجَرَعةِيَ الْيُقُ جبُ جوْيُرِيَ فُ جزُ جوْيُ رُ جهَعاجَ فَعإِيَنَّاهَعاجَ تُ جزَعهِّ دُ ج
(الدُّ نْيُيَعاجَوَعتُ جذَعكِّ رُ ج اْيُلخَعِيَرَعةَع (رواه ابن ماجَجه
Dahulu saya sudah melarang kalian berziarah kubur, maka (sekarang)
berziarahlah kalian, karena ziarah kubur itu bisa (menyebabkan) berzuhud
terhadap dunia serta bisa mengingatkan (kehidupan) di alam akhirat
(kematian).” (HR. Ibnu Majah)
Mengucapkan salam, Dilarang jika menyebabkan kemusyrikan:
memohon kepada orng yng mati, mengkultuskan, mengharap barakahnya
dll.
اَعلسَّالا مُ ج عَعلَعيْيُكُ جمْيُ يَعاجَ أَعهْيُلَع الدِّ يَعاجَرِيَ مِيَنَع الْيُمُ جؤْيُ مُ جنُ جيْيُنَع وَع
الْيُمُ جسْيُلِيَمِيَيْيُنَع وَعاِيَنَّاآء اِيَنْيُ شَعآءءَع اللهُ ج بِيَكُ جمْيُ لحَعِيَقُ جوْيُ نَع نَعسْيُأَعلُ ج اللهَع
لَعنَعاجَ وَعلَعكُ جمُ ج الْيُعَعاجَفِيَيَعةَع (رواه مسلم واحمد واين ماجَجه)
“Semoga kesejahteraan senantiasa tetap atas kalian wahai para ahli kubur
dari orang-orang mukmin dan muslim, Insya Allah kami akan bertemu dengan
kalian. Kami mohon pengampunan kepada Allah swt. untuk kami dan untuk
kalian.” (HR. Muslim, Ahmad, dan Ibnu Majah).
23. بِيَسْيُمِيَ اللهِيَ الرَّاحْيُمنِيَ الرَّاحِيَيْيُمِيَ
اَعلْيُحَعمْيُدُ ج لِيَلّرهِيَرَعر ر بِّ الْيُعَعاجَلَعمِيَيْيُ نَع حَعمْيُدًاا يُ جوَعافِيَيْيُ
نِيَعَعمَعهُ ج وُ جيُ جكَعاجَفِيَي مَعزِيَيْيُدَعهُ ج يَعاجَرَعبَّانَعاجَ لَعكَع الْيُحَعمْيُدُ ج
كَع ر مَعاجَر يَعنْيُبَع ر غِيَير لِيَجَعلارَعلِيَ وَعررجْيُهِيَروَعكرَع ر عَعظِيَيْيُمِيَ
رل سُ جْيُرررطَعاجَنِيَكَع, اَعللّهُ جمَّا اغْيُفِيَرْيُ لَعهُ ج وَعارْيُحَعمْيُهُ ج
وَععَعاجَفِيَ هِيَ وَععْيُفُ ج عَعنْيُ هُ ج وَعاَعكْيُرِيَ مْيُ نُ ج ز ولَعهُ ج وَعوَع
رسِّ عْيُررر مَعدْيُخَعلَعرهُ جوَع رراغْيُرل سِيَْيُرررهُ ج بِيَاجَلْيُمَعآءرءوِيََع ررالثَّالْيُجِيَ
وَعالْيُبَعرَعدِيَ وَع نَعقِّ هِيَ مِيَنَع الْيُخَعطَعاجَ يَعاجَ كَع مَعاجَ يُ جنَعقَّاى ا
الثَعوْيُبُ ج ا لبَعْيُيَعضُ ج مِيَنَع الدَّانَعسِيَ وَعابْيُدِيَلْيُهُ ج دَعارًاا
خَعيْيُرًاا م نْيُ دَعارِيَ هِيَ وَعأَعهْيُلا خَعيْيُرًاا م نْيُ أَعهْيُلِيَهِيَ
وَع أَعدْيُ خِيَلْيُرهُ ج اررلْيُجَعنَّارةَع وَعررقِيَرهِيَفِيَ ررتْيُنَعةَع الْيُقَعبْيُرِيَ وَع
عَعذَعاار رر بَعرلنَّااجَرِيَ وَعرل صَّارَعررى ا عَعرررر الله رلى اَع مُ جحَعمَّادٍ ط
24. Perbuatan mulia, dulu dilarang tp kini dianjurkan
كُ جنْيُتُ ج نَعهَعيْيُتُ جكُ جمْيُ عَعنْيُ زِيَيَعاجَرَعةِيَ الْيُقُ جبُ جوْيُرِيَ فُ جزُ جوْيُ رُ جهَعاجَ فَعإِيَنَّاهَعاجَ
(تُ جزَعهِّ دُ ج الدُّ نْيُيَعاجَوَعتُ جذَعكِّ رُ ج اْيُلخَعِيَرَعةَع (رواه ابن ماجَجه
Dahulu saya sudah melarang kalian berziarah kubur, maka
(sekarang) berziarahlah kalian, karena ziarah kubur itu
bisa (menyebabkan) berzuhud terhadap dunia serta bisa
mengingatkan (kehidupan) di alam akhirat (kematian).”
(HR. Ibnu Majah)
Dilarang jika menyebabkan kemusyrikan:
memohon kepada orng yng mati, mengkultuskan,
mengharap barakahnya dll.