SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
Anggota kelompok 3:
Dias wandanu
Rya fatunnisa
Surya lukmana
Kepedulian Umat Islam Terhadap Jenazah
ُّ‫ل‬ُ‫ك‬ُّ‫س‬ْ‫ف‬َ‫ن‬ُُّ‫ة‬َ‫ق‬ِ‫ئ‬‫ا‬َ‫ذ‬ُِّ‫ت‬ ْ‫و‬َ‫م‬ْ‫ال‬‫ا‬َ‫م‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬ َ‫و‬َُّ‫ن‬ ْ‫و‬َّ‫ف‬ َ‫و‬ُ‫ت‬ُُّ‫ج‬ُ‫أ‬ُّْ‫م‬ُ‫ك‬ َ‫ور‬َُّ‫م‬ ْ‫و‬َ‫ي‬ُِّ‫ة‬َ‫م‬‫ا‬َ‫ي‬ِ‫ق‬ْ‫ال‬ُّْ‫ن‬َ‫م‬َ‫ف‬َُّ‫ح‬ ِ‫ز‬ْ‫ح‬ُ‫ز‬َُّ‫ع‬ُِّ‫ن‬ُِّ‫ار‬َّ‫ن‬‫ال‬
َُّ‫ل‬ ِ‫خ‬ْ‫د‬ُ‫أ‬ َ‫و‬َُّ‫ة‬َّ‫ن‬َ‫ج‬ْ‫ال‬ُّْ‫د‬َ‫ق‬َ‫ف‬َُّ‫از‬َ‫ف‬‫ا‬َ‫م‬ َ‫و‬ُُّ‫ة‬‫ا‬َ‫ي‬َ‫ح‬ْ‫ال‬‫ا‬َ‫ي‬ْ‫ن‬‫الد‬ُِّ‫إ‬َُّّ‫ّل‬ُُّ‫ع‬‫ا‬َ‫ت‬َ‫م‬ُِّ‫ور‬ُ‫ر‬ُ‫غ‬ْ‫ال‬
Artinya: Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan
sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu.
Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga,
maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain
hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (Q.S Ali Imran: 185)
A. Perawatan Jenazah
Apabila seseorang telah di nyatakan positif meninggal dunia, ada
beberapa hal yang harus di segerakan daam pengurusan jenazah
oleh keluarganya yaitu: memandikan, mengafani, menyalati dan
menguburnya. Sebelum mayat itu dimandikan, ada beberapa hal
yang harus diperhatikan terhadap kondisi jenazah, yaitu seperti
berikut.
1. Pejamkanlah matanya dan mohonkanlah ampun kepada Allah swt.
Atas segala dosanya.
2. Tutuplah seluruh badanya dengan kain sebagai penghormatan
dan agar tidak kelihatan auratnya.
3. Ditempatkan di tempat yang aman dari jangkaan binatang.
4. Bagi keluarga dan sahabat-sahabat dekatnya tidak dilarang
mencium si mayat.
B. Memandikan Jenazah
1. Syarat wajib memandikan jenazah
a. Jenazah itu orang islam.
b. Didapati tubuhnya walaupun sedikit.
c. Bukan mati syahid.
2. Yang berhak memandikan jenazah
a. Apabila Jenazah itu laki-laki, yang memandikannya hendaklah laki-laki pula.
Perempuan tidah boleh memandikan jenazah laki-laki, kecuali istri atau mahram-
nya.
b. Apabila Jenazah itu perempuan, yang memandikannya hendaklah perempuan
pula. laki-laki tidah boleh memandikan jenazah perempuan, kecuali suami atau
mahram-nya.
c. Apabila jenazah itu seorang istri, sementara suami dan mahram-nya ada
semua, suami lebih berhak untuk memandikan istrinya.
d. Apabila jenazah itu seorang suami, sementara istri dan mahram-nya ada
semua, istri lebih berhak untuk memandikan suaminya.
Berikut ini tata cara memandikan jenazah.
a. Di tempat tertutup agar yang melihat hanya orang-orang memandikan dan
yangmengurusnya saja.
b.Mayat diletakkan di tempat yang tinggi seperti dipan.
c. Dipakaikan kain basahan seperti sarung agar auratnya tidak terbuka.
Mayat didudukkan atau disandarkan pada sesuatu, lantas disapu perutnya
d. sambil ditekan pelan-pelan agar semua kotorannya keluar, lantas dibersihkan
dengan tangan kirinya, dianjurkan mengenakan sarung tangan. Dalam hal
ini boleh memakai wangi-wangian agar tidak terganggu bau kotoran si
mayat.
e. Setelah itu hendaklah mengganti sarung tangan untuk membersihkan mulut dan
gigi si mayat.
f. Membersihkan semua kotoran dan najis.
g. Mewudhukan, setelah itu membasuh seluruh badannya.
h. Disunahkan membasuh tiga sampai lima kali.
C. Mengafani Jenazah
Pembelian kain kafan diambilkan dari uang si mayat sendiri. Apabila tidak
ada, orang yang selama ini menghidupinya yang membelikan kain kafan. Jika ia
tidak mampu, boleh diambilkan dari uang kas masjid, atau kas RT/RW, atau yang
lainnya secara sah. Apabila tidak ada sama sekali, wajib atas orang muslim yang
mampu untuk membiayainya.
Kain kafan paling tidak satu lapis. Sebaiknya tiga lapis bagi mayat laki-laki
dan lima lapis bagi mayat perempuan. Setiap satu lapis di antaranya merupakan
kain basahan. Abu Salamah ra. menceritakan, bahwa ia pernah bertanya kepada
‘Aisyah ra. “Berapa lapiskah kain kafan rasulullah saw.?” “tiga lapis kain putih putih,”
jawab Aisyah. (HR. Muslim).
Cara mengafani jenazah
A. Untuk mayat laki-laki
1. Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih lebar dan luas
serta setiap lapisan diberi kapur barus.
2. Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan diatas kain
kafan memanjang lalu ditaburi wangi-wangian.
3. Tutuplah lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, kubul dan dubur) yang mungkin
masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.
4. Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung lembar
sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan seperti ini selembar demi selembar dengan cara
yang lembut.
5. Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kain kafan tiga
atau lima ikatan.
6. Jika kain kafan tidak cukup untuk menutupi seluruh badan mayat maka tutuplah
bagian kepalanya dan bagian kakinya yang terbuka boleh ditutup dengan daun kayu,
rumput atau kertas. Jika seandainya tidak ada kain kafan kecuali sekedar menutup
auratnya saja, maka tutuplah dengan apa saja yang ada.
B. Untuk mayat perempuan
1. Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-masing bagian
dengan tertib. Kemudian, angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan
letakkan diatas kain kafan sejajar, serta taburi dengan wangi-wangian atau dengan
kapur barus.
2. Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.
3. Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya.
4. Pakaikan sarung.
5. Pakaikan baju kurung.
6. Dandani rambutnya dengan tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang.
7. Pakaikan kerudung.
8. Membungkus dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan kedua ujung
kain kiri dan kanan lalu digulungkan kedalam.
9. Ikat dengan tali pengikat yang telah disiapkan.
D. Menyalati Jenazah
Menurut ijma ulama hukum penyelenggaraan shalat jenazah adalah fardhu
kifayah. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW, yang artinya: “Shalatilah orang
yang meninggal dunia diantara kamu”.
Orang paling utana untuk melaksanakan shalat jenazah yaitu:
1. Orang yang diwasiatkan si mayat dengan syarat tidak fasik atau tidak ahli bid’ah.
2. Ulama atau pemimpin terkemuka ditempat itu.
3. Orang tua si mayat dan seterusnya ke atas.
4. Anak-anak si mayat dan seterusnya ke bawah.
5. Keluarga terdekat.
6. Kaum muslimim seluruhnya.
Rukun shalat jenazah ialah:
1. Berniat menshalatkan jenazah.
2. Takbir empat kali.
3. Berdiri bagi yang kuasa.
Adapun tata cara melakukan shalat jenazah
1. niat :
a. Jenazah Laki-laki dewasa:
‫ى‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ع‬َ‫ت‬ُِّ ِّ ِ‫ُّلِل‬ِ‫ة‬َ‫ي‬‫ا‬َ‫ف‬ِ‫ك‬ْ‫ُّال‬ َ‫رض‬َ‫ف‬ُّ‫ات‬ َ‫ْر‬‫ي‬ِ‫ب‬ْ‫ك‬َ‫ت‬َُّ‫ع‬َ‫ب‬ ْ‫ر‬َ‫ُِّأ‬‫ت‬ِِّ‫ي‬َ‫م‬ْ‫اُّال‬َ‫ذ‬َ‫ه‬ُّ‫ىُّعلى‬ِِّ‫ل‬َ‫ص‬ُ‫أ‬
b. Jenazah anak Laki-laki:
‫ى‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ع‬َ‫ت‬ُِّ ِّ ِ‫ُّلِل‬ِ‫ة‬َ‫ي‬‫ا‬َ‫ف‬ِ‫ك‬ْ‫ُّال‬ َ‫رض‬َ‫ف‬ُّ‫ات‬ َ‫ْر‬‫ي‬ِ‫ب‬ْ‫ك‬َ‫ت‬َُّ‫ع‬َ‫ب‬ ْ‫ر‬َ‫ُّأ‬ِ‫ل‬‫ـ‬ْ‫ف‬ِ‫ُّط‬َ‫ِّت‬ِ‫ي‬َ‫م‬ْ‫اُّال‬َ‫ذ‬َ‫ه‬ُّ‫ىُّعلى‬ِِّ‫ل‬َ‫ص‬ُ‫أ‬
c. Jenazah Perempuan dewasa:
‫ى‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ع‬َ‫ت‬ُِّ ِّ ِ‫ُّلِل‬ِ‫ة‬َ‫ي‬‫ا‬َ‫ف‬ِ‫ك‬ْ‫ُّال‬ َ‫رض‬َ‫ف‬ُّ‫ات‬ َ‫ْر‬‫ي‬ِ‫ب‬ْ‫ك‬َ‫ت‬َُّ‫ع‬َ‫ب‬ ْ‫ر‬َ‫أ‬ُِّ‫ة‬‫ـ‬َ‫ت‬ِِّ‫ي‬َ‫م‬ْ‫ُّال‬ِ‫ه‬ِ‫ذ‬َ‫ه‬ُّ‫ىُّعلى‬ِِّ‫ل‬َ‫ص‬ُ‫أ‬
d. Jenazah anak perempuan
َُّ‫ل‬‫ا‬َ‫ع‬َ‫ت‬ُِّ ِّ ِ‫ُّلِل‬ِ‫ة‬َ‫ي‬‫ا‬َ‫ف‬ِ‫ك‬ْ‫ُّال‬ َ‫رض‬َ‫ف‬ُّ‫ات‬ َ‫ْر‬‫ي‬ِ‫ب‬ْ‫ك‬َ‫ت‬َُّ‫ع‬َ‫ب‬ ْ‫ر‬َ‫أ‬ُِّ‫ة‬َ‫ل‬ْ‫ف‬ِ‫ُّط‬َ‫ِّت‬ِ‫ي‬َ‫م‬ْ‫ُّال‬ِ‫ه‬ِ‫ذ‬َ‫ه‬ُّ‫ىُّعلى‬ِِّ‫ل‬َ‫ص‬ُ‫أ‬‫ى‬
2. Setelah Takbir pertama membaca Al-fatihah
3. Setelah Takbir kedua membaca Shalawat kepada Nabi Muhammad .S.A.W, yaitu :
َُّّ‫ن‬‫ُّإ‬َ‫ْم‬‫ي‬‫اه‬ َ‫ْر‬‫ب‬ِ‫إ‬ُِّ‫ل‬‫ُّوعليُّأ‬َ‫ْم‬‫ي‬‫اه‬ َ‫ْر‬‫ب‬‫ُّعليُّإ‬َ‫ْت‬‫ي‬َّ‫اُّصل‬َ‫م‬َ‫ك‬ُّ،‫د‬ِّ‫م‬َ‫ح‬‫ُّم‬ِ‫ل‬‫ليُّآ‬َ‫ع‬‫ُّو‬‫د‬َّ‫م‬َ‫ح‬‫يُّم‬َ‫ل‬‫ُّع‬ِِّ‫ل‬َ‫ص‬َُّّ‫م‬ُ‫ه‬ِّ‫الل‬‫ٌزُّأل‬‫د‬ْ‫ي‬‫ج‬َ‫م‬ٌُّ‫د‬‫ي‬ِ‫م‬َ‫ح‬َُّ‫ك‬ُّ‫لي‬َ‫ع‬‫ُّو‬‫د‬َّ‫م‬َ‫ح‬ُ‫م‬ُّ‫ُّعلي‬ ْ‫ك‬ ِ‫ُّبار‬َّ‫م‬‫ه‬ِّ‫ل‬
‫ٌز‬‫د‬‫ي‬َ‫ج‬‫ٌُّم‬‫د‬‫ي‬ِ‫م‬َ‫ح‬َُّ‫ك‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬َُّ‫اهيم‬ َ‫بر‬ِ‫إ‬ُِّ‫ل‬‫ُّوعليُّآ‬َ‫يم‬ِ‫ه‬‫ا‬ َ‫ْر‬‫ب‬ِ‫إ‬ُّ‫ُّعلي‬َ‫ت‬ْ‫ك‬ َ‫ار‬َ‫ب‬ُّ‫مـا‬َ‫ك‬ُّ،‫د‬َّ‫م‬َ‫ح‬‫ُّم‬ِ‫ل‬‫آ‬.
4. setelah takbir yang ketiga membaca :
a. Jenazah laki-laki:
ُّْ‫و‬َّ‫ىُّالث‬َّ‫ق‬َ‫ن‬ُ‫ي‬‫ا‬َ‫م‬َ‫ك‬ُّ‫ا‬َ‫ي‬‫ا‬َ‫ط‬َ‫خ‬‫ُّال‬َ‫ن‬ِ‫ُّم‬ِ‫ه‬ِِّ‫ق‬‫ن‬ َ‫ُ،ُّو‬‫ه‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ُّ ُ‫ْف‬‫ع‬‫ُّوا‬ِ‫ه‬ِ‫ف‬‫ا‬َ‫ع‬ َ‫ُُّو‬‫ه‬ْ‫م‬َ‫ح‬ ْ‫ار‬ َ‫ُُّو‬‫ه‬َ‫ل‬‫ر‬ِ‫ف‬ْ‫غ‬‫ُّا‬َّ‫م‬ُ‫ه‬ِّ‫الل‬َُّّ‫د‬‫ُّال‬َ‫ن‬ِ‫ُّم‬ ُ‫ض‬َ‫ي‬ْ‫ب‬َ‫أل‬‫ُّا‬ُ‫ب‬،ِ‫ه‬ ِ‫ُّدار‬ْ‫ن‬ِ‫اُّم‬ً‫ْر‬‫ي‬َ‫خ‬ُّ‫ا‬ً‫ار‬َ‫د‬ُُّ‫ه‬ْ‫ْدل‬‫ب‬َ‫أ‬ َ‫،ُّو‬ ِ‫س‬ْ‫ن‬
‫ق‬ْ‫ُّال‬ِ‫ب‬‫ُّعذا‬ْ‫ن‬ِ‫ُّم‬ُ‫ه‬‫د‬ِ‫ع‬َ‫أ‬ َ‫،ُّو‬َ‫ة‬َّ‫ن‬‫ج‬ْ‫ُُّال‬‫ه‬‫ل‬ ِ‫،ُّوأدخ‬ِ‫ه‬ ِ‫ج‬ ْ‫و‬ َ‫ُّز‬ْ‫ن‬ِ‫اُّم‬ً‫ْر‬‫ي‬َ‫خ‬ُّ‫ا‬ً‫ج‬ ْ‫و‬ َ‫ز‬ َ‫،ُّو‬ِ‫ه‬ِ‫ل‬ْ‫ه‬َ‫ُّأ‬ْ‫ن‬ِ‫اُّم‬ً‫ْر‬‫ي‬َ‫خ‬ُّ ً‫ًل‬ْ‫ه‬َ‫وأ‬ُِّ‫ب‬‫ا‬َ‫ذ‬‫ُّع‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ُّو‬ ِ‫ْر‬‫ب‬‫ارز‬َّ‫ن‬‫ال‬(‫رواهُّمسلم‬)
b. Jenazah wanita:
ُُّ‫ب‬ ْ‫و‬َّ‫ىُّالث‬َّ‫ق‬َ‫ن‬ُ‫ي‬‫ا‬َ‫م‬َ‫ك‬ُّ‫ا‬َ‫ي‬‫ا‬َ‫ط‬َ‫خ‬‫ُّال‬َ‫ن‬ِ‫هاُّم‬ِِّ‫ق‬‫ن‬ َ‫ها،ُّو‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ُّ ُ‫ْف‬‫ع‬‫هاُّوا‬ِ‫ف‬‫ا‬َ‫ع‬ َ‫هاُّو‬ْ‫م‬َ‫ح‬ ْ‫ار‬ َ‫هاُّو‬َ‫ل‬‫ر‬ِ‫ف‬ْ‫غ‬‫ُّا‬َّ‫م‬ُ‫ه‬ِّ‫الل‬َُّّ‫د‬‫ُّال‬َ‫ن‬ِ‫ُّم‬ ُ‫ض‬َ‫ي‬ْ‫ب‬َ‫أل‬‫ا‬ُّ،ِ‫ه‬ ِ‫ُّدار‬ْ‫ن‬ِ‫اُّم‬ً‫ْر‬‫ي‬َ‫خ‬ُّ‫ا‬ً‫ار‬َ‫د‬ُّ‫ها‬ْ‫ْدل‬‫ب‬َ‫أ‬ َ‫،ُّو‬ ِ‫س‬ْ‫ن‬
ُّْ‫ب‬‫ق‬ْ‫ُّال‬ِ‫ب‬‫ُّعذا‬ ْ‫ن‬ِ‫دهاُّم‬ِ‫ع‬َ‫أ‬ َ‫،ُّو‬َ‫ة‬َّ‫ن‬‫ج‬ْ‫لهاُّال‬ ِ‫ها،ُّوأدخ‬ ِ‫ج‬ ْ‫و‬ َ‫ُّز‬ ْ‫ن‬ِ‫اُّم‬ً‫ْر‬‫ي‬َ‫خ‬ُّ‫ا‬ً‫ج‬ ْ‫و‬ َ‫ز‬ َ‫ها،ُّو‬ِ‫ل‬ْ‫ه‬َ‫أ‬ُّْ‫ن‬ِ‫اُّم‬ً‫ْر‬‫ي‬َ‫خ‬ُّ ً‫ًل‬ْ‫ه‬َ‫أ‬‫و‬ُِّ‫ب‬‫ا‬َ‫ذ‬‫ُّع‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ُّو‬ ِ‫ر‬‫ارز‬َّ‫ن‬‫ال‬(‫رواهُّمسلم‬)
5. Setelah Takbir yang keempat:
ُُّ‫ه‬‫ـ‬ُ‫ت‬‫ا‬َ‫كـ‬ َ‫ر‬َ‫ب‬‫ُّو‬ِ ِّ‫ُّالِل‬ُ‫ة‬‫ـ‬َ‫م‬ْ‫ح‬َ‫ر‬ َ‫ُّو‬ْ‫م‬ُ‫ك‬‫ْـ‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ُُّ‫م‬ َ‫ًل‬َّ‫س‬‫ال‬.
E. Mengubur Jenazah
1. Rasulullah saw. menganjurkan agar jenazah segera dikuburkan, sesuai
sabdanya:
Artinya: “dari Abu Hurairah ra. Dari Nabi Muhammad saw. bersabda:
Segerakanlah menguburkan jenazah....” (H.R. Bukhari Muslim)
2. Sebaiknya menguburkan jenazah pada siang hari. Mengubur mayat pada
keadaan terpaksa seperti karena bau
malam hari diperbolehkan apabila dalam
yang sangat menyengat meskipun sudah diberi wangi-wangian, atau karena
sesuatu hal lain yang harus disegerakan untuk dikubur.
3. Anjuran meluaskan lubang kubur. Rasulullah saw. pernah mengantar jenazah
sampai di kuburnya. Lalu, beliau duduk di tepi lubang kubur, dan bersabda,
“Luaskanlah pada bagian kepala, dan luaskan juga pada bagian kakinya. Ada
beberapa kurma baginya di surga.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
4. Boleh menguburkan dua tiga jenazah dalam satu liang kubur. Hal itu dilakukan
sewaktu usai perang Uhud. Rasulullah saw. bersabda, “Galilah dan dalamkanlah.
Baguskanlah
dan masukkanlah dua atau tiga orang di dalam satu liang kubur. Dahulukanlah
(masukkan lebih dulu) orang lebih banyak menghafal al-Qur’an.” (HR. Nasai dan
Tirmidzi dari Hisyam bin Amir ra.)
5. . Apabila meletakkan mayat dalam Bacaan meletakkan mayat dalam kubur kubur,
Rasulullah saw. membaca:
Artinya: Dengan nama Allah dan nama agama Rasulullah.
Dalam riwayat lain, Rasulullah saw. membaca:
Artinya: Dengan nama Allah dan nama agama Rasulullah dan atas nama
sunnah Rasulullah.” (HR. Lima ahli hadis, kecuali Nasai dan Ibnu
Umar ra.)
6. Larangan memperindah kuburan. Jabir ra. menerangkan, “Rasulullah saw.
melarang mengecat kuburan, duduk, dan membuat bangunan di atasnya.”
(HR. Muslim)
7. keluarga hendaklah bersedia menjadi penjamin
Sebelum dikubur, ahli waris atau
atau menyelesaikan atas hutang-hutang si mayat jika ada, baik dari harta yang
ditinggalkannya atau dari sumbangan keluarganya. Nabi Muhammad saw.
bersabda: “Diri orang mu’min itu tergantung (tidak sampai ke hadirat Tuhan),
karena hutangnya, sampai dibayar dahulu utangnya itu (oleh keluarganya).”
(HR. Ahmad dan Tirmidzi dari Abu Hurairah ra.)
TERIMAKASIH

More Related Content

Similar to kepedulian umat islam terhadap jenajah

490597391-3-Slide-Pengurusan-Jenazah.pptx
490597391-3-Slide-Pengurusan-Jenazah.pptx490597391-3-Slide-Pengurusan-Jenazah.pptx
490597391-3-Slide-Pengurusan-Jenazah.pptx
HashemiKasim
 
modul praktek untuk pelatihan MEMANDIKAN JENAZAH.docx
modul praktek untuk pelatihan MEMANDIKAN JENAZAH.docxmodul praktek untuk pelatihan MEMANDIKAN JENAZAH.docx
modul praktek untuk pelatihan MEMANDIKAN JENAZAH.docx
NUDarussalam
 
Tata cara mengurus jenazah
Tata cara mengurus jenazahTata cara mengurus jenazah
Tata cara mengurus jenazah
Rizka Aprilia
 

Similar to kepedulian umat islam terhadap jenajah (20)

490597391-3-Slide-Pengurusan-Jenazah.pptx
490597391-3-Slide-Pengurusan-Jenazah.pptx490597391-3-Slide-Pengurusan-Jenazah.pptx
490597391-3-Slide-Pengurusan-Jenazah.pptx
 
Perawatan jenazah
Perawatan jenazahPerawatan jenazah
Perawatan jenazah
 
Tata cara mengkafani jenazah
Tata cara mengkafani jenazahTata cara mengkafani jenazah
Tata cara mengkafani jenazah
 
materi 5 (Pengurusan Jenazah).pdf
materi 5 (Pengurusan Jenazah).pdfmateri 5 (Pengurusan Jenazah).pdf
materi 5 (Pengurusan Jenazah).pdf
 
modul praktek untuk pelatihan MEMANDIKAN JENAZAH.docx
modul praktek untuk pelatihan MEMANDIKAN JENAZAH.docxmodul praktek untuk pelatihan MEMANDIKAN JENAZAH.docx
modul praktek untuk pelatihan MEMANDIKAN JENAZAH.docx
 
Tata cara mengurus jenazah
Tata cara mengurus jenazahTata cara mengurus jenazah
Tata cara mengurus jenazah
 
Kaifiah memandikan jenazah
Kaifiah memandikan jenazahKaifiah memandikan jenazah
Kaifiah memandikan jenazah
 
Kaifiah memandikan jenazah
Kaifiah memandikan jenazahKaifiah memandikan jenazah
Kaifiah memandikan jenazah
 
2324 mengkafani & mensholati jenazah muslimah
2324 mengkafani & mensholati jenazah muslimah2324 mengkafani & mensholati jenazah muslimah
2324 mengkafani & mensholati jenazah muslimah
 
Jenazah
JenazahJenazah
Jenazah
 
Jenazah (saniatun nimah)
Jenazah (saniatun nimah)Jenazah (saniatun nimah)
Jenazah (saniatun nimah)
 
Jenazah
JenazahJenazah
Jenazah
 
Jenazah (saniatun nimah)
Jenazah (saniatun nimah)Jenazah (saniatun nimah)
Jenazah (saniatun nimah)
 
PPT Jenazah
PPT Jenazah PPT Jenazah
PPT Jenazah
 
Pengurusan Jenazah
Pengurusan JenazahPengurusan Jenazah
Pengurusan Jenazah
 
Jenazah (saniatun nimah)
Jenazah (saniatun nimah)Jenazah (saniatun nimah)
Jenazah (saniatun nimah)
 
PPT Jenazah
PPT JenazahPPT Jenazah
PPT Jenazah
 
Jenazah.
Jenazah.Jenazah.
Jenazah.
 
Tata cara mengafani Jenazah XI IPA 1.pdf
Tata cara mengafani Jenazah XI IPA 1.pdfTata cara mengafani Jenazah XI IPA 1.pdf
Tata cara mengafani Jenazah XI IPA 1.pdf
 
Tata Cara Mengururus jenazah_Tugas Fiqih_1
Tata Cara Mengururus jenazah_Tugas Fiqih_1Tata Cara Mengururus jenazah_Tugas Fiqih_1
Tata Cara Mengururus jenazah_Tugas Fiqih_1
 

kepedulian umat islam terhadap jenajah

  • 1. Anggota kelompok 3: Dias wandanu Rya fatunnisa Surya lukmana Kepedulian Umat Islam Terhadap Jenazah
  • 2. ُّ‫ل‬ُ‫ك‬ُّ‫س‬ْ‫ف‬َ‫ن‬ُُّ‫ة‬َ‫ق‬ِ‫ئ‬‫ا‬َ‫ذ‬ُِّ‫ت‬ ْ‫و‬َ‫م‬ْ‫ال‬‫ا‬َ‫م‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬ َ‫و‬َُّ‫ن‬ ْ‫و‬َّ‫ف‬ َ‫و‬ُ‫ت‬ُُّ‫ج‬ُ‫أ‬ُّْ‫م‬ُ‫ك‬ َ‫ور‬َُّ‫م‬ ْ‫و‬َ‫ي‬ُِّ‫ة‬َ‫م‬‫ا‬َ‫ي‬ِ‫ق‬ْ‫ال‬ُّْ‫ن‬َ‫م‬َ‫ف‬َُّ‫ح‬ ِ‫ز‬ْ‫ح‬ُ‫ز‬َُّ‫ع‬ُِّ‫ن‬ُِّ‫ار‬َّ‫ن‬‫ال‬ َُّ‫ل‬ ِ‫خ‬ْ‫د‬ُ‫أ‬ َ‫و‬َُّ‫ة‬َّ‫ن‬َ‫ج‬ْ‫ال‬ُّْ‫د‬َ‫ق‬َ‫ف‬َُّ‫از‬َ‫ف‬‫ا‬َ‫م‬ َ‫و‬ُُّ‫ة‬‫ا‬َ‫ي‬َ‫ح‬ْ‫ال‬‫ا‬َ‫ي‬ْ‫ن‬‫الد‬ُِّ‫إ‬َُّّ‫ّل‬ُُّ‫ع‬‫ا‬َ‫ت‬َ‫م‬ُِّ‫ور‬ُ‫ر‬ُ‫غ‬ْ‫ال‬ Artinya: Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (Q.S Ali Imran: 185)
  • 3. A. Perawatan Jenazah Apabila seseorang telah di nyatakan positif meninggal dunia, ada beberapa hal yang harus di segerakan daam pengurusan jenazah oleh keluarganya yaitu: memandikan, mengafani, menyalati dan menguburnya. Sebelum mayat itu dimandikan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan terhadap kondisi jenazah, yaitu seperti berikut. 1. Pejamkanlah matanya dan mohonkanlah ampun kepada Allah swt. Atas segala dosanya. 2. Tutuplah seluruh badanya dengan kain sebagai penghormatan dan agar tidak kelihatan auratnya. 3. Ditempatkan di tempat yang aman dari jangkaan binatang. 4. Bagi keluarga dan sahabat-sahabat dekatnya tidak dilarang mencium si mayat.
  • 4. B. Memandikan Jenazah 1. Syarat wajib memandikan jenazah a. Jenazah itu orang islam. b. Didapati tubuhnya walaupun sedikit. c. Bukan mati syahid. 2. Yang berhak memandikan jenazah a. Apabila Jenazah itu laki-laki, yang memandikannya hendaklah laki-laki pula. Perempuan tidah boleh memandikan jenazah laki-laki, kecuali istri atau mahram- nya. b. Apabila Jenazah itu perempuan, yang memandikannya hendaklah perempuan pula. laki-laki tidah boleh memandikan jenazah perempuan, kecuali suami atau mahram-nya. c. Apabila jenazah itu seorang istri, sementara suami dan mahram-nya ada semua, suami lebih berhak untuk memandikan istrinya. d. Apabila jenazah itu seorang suami, sementara istri dan mahram-nya ada semua, istri lebih berhak untuk memandikan suaminya.
  • 5. Berikut ini tata cara memandikan jenazah. a. Di tempat tertutup agar yang melihat hanya orang-orang memandikan dan yangmengurusnya saja. b.Mayat diletakkan di tempat yang tinggi seperti dipan. c. Dipakaikan kain basahan seperti sarung agar auratnya tidak terbuka. Mayat didudukkan atau disandarkan pada sesuatu, lantas disapu perutnya d. sambil ditekan pelan-pelan agar semua kotorannya keluar, lantas dibersihkan dengan tangan kirinya, dianjurkan mengenakan sarung tangan. Dalam hal ini boleh memakai wangi-wangian agar tidak terganggu bau kotoran si mayat. e. Setelah itu hendaklah mengganti sarung tangan untuk membersihkan mulut dan gigi si mayat. f. Membersihkan semua kotoran dan najis. g. Mewudhukan, setelah itu membasuh seluruh badannya. h. Disunahkan membasuh tiga sampai lima kali.
  • 6.
  • 7. C. Mengafani Jenazah Pembelian kain kafan diambilkan dari uang si mayat sendiri. Apabila tidak ada, orang yang selama ini menghidupinya yang membelikan kain kafan. Jika ia tidak mampu, boleh diambilkan dari uang kas masjid, atau kas RT/RW, atau yang lainnya secara sah. Apabila tidak ada sama sekali, wajib atas orang muslim yang mampu untuk membiayainya. Kain kafan paling tidak satu lapis. Sebaiknya tiga lapis bagi mayat laki-laki dan lima lapis bagi mayat perempuan. Setiap satu lapis di antaranya merupakan kain basahan. Abu Salamah ra. menceritakan, bahwa ia pernah bertanya kepada ‘Aisyah ra. “Berapa lapiskah kain kafan rasulullah saw.?” “tiga lapis kain putih putih,” jawab Aisyah. (HR. Muslim).
  • 8. Cara mengafani jenazah A. Untuk mayat laki-laki 1. Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih lebar dan luas serta setiap lapisan diberi kapur barus. 2. Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan diatas kain kafan memanjang lalu ditaburi wangi-wangian. 3. Tutuplah lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, kubul dan dubur) yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas. 4. Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung lembar sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan seperti ini selembar demi selembar dengan cara yang lembut. 5. Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kain kafan tiga atau lima ikatan. 6. Jika kain kafan tidak cukup untuk menutupi seluruh badan mayat maka tutuplah bagian kepalanya dan bagian kakinya yang terbuka boleh ditutup dengan daun kayu, rumput atau kertas. Jika seandainya tidak ada kain kafan kecuali sekedar menutup auratnya saja, maka tutuplah dengan apa saja yang ada.
  • 9. B. Untuk mayat perempuan 1. Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-masing bagian dengan tertib. Kemudian, angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan diatas kain kafan sejajar, serta taburi dengan wangi-wangian atau dengan kapur barus. 2. Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas. 3. Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya. 4. Pakaikan sarung. 5. Pakaikan baju kurung. 6. Dandani rambutnya dengan tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang. 7. Pakaikan kerudung. 8. Membungkus dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan kedua ujung kain kiri dan kanan lalu digulungkan kedalam. 9. Ikat dengan tali pengikat yang telah disiapkan.
  • 10.
  • 11. D. Menyalati Jenazah Menurut ijma ulama hukum penyelenggaraan shalat jenazah adalah fardhu kifayah. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW, yang artinya: “Shalatilah orang yang meninggal dunia diantara kamu”. Orang paling utana untuk melaksanakan shalat jenazah yaitu: 1. Orang yang diwasiatkan si mayat dengan syarat tidak fasik atau tidak ahli bid’ah. 2. Ulama atau pemimpin terkemuka ditempat itu. 3. Orang tua si mayat dan seterusnya ke atas. 4. Anak-anak si mayat dan seterusnya ke bawah. 5. Keluarga terdekat. 6. Kaum muslimim seluruhnya. Rukun shalat jenazah ialah: 1. Berniat menshalatkan jenazah. 2. Takbir empat kali. 3. Berdiri bagi yang kuasa.
  • 12. Adapun tata cara melakukan shalat jenazah 1. niat : a. Jenazah Laki-laki dewasa: ‫ى‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ع‬َ‫ت‬ُِّ ِّ ِ‫ُّلِل‬ِ‫ة‬َ‫ي‬‫ا‬َ‫ف‬ِ‫ك‬ْ‫ُّال‬ َ‫رض‬َ‫ف‬ُّ‫ات‬ َ‫ْر‬‫ي‬ِ‫ب‬ْ‫ك‬َ‫ت‬َُّ‫ع‬َ‫ب‬ ْ‫ر‬َ‫ُِّأ‬‫ت‬ِِّ‫ي‬َ‫م‬ْ‫اُّال‬َ‫ذ‬َ‫ه‬ُّ‫ىُّعلى‬ِِّ‫ل‬َ‫ص‬ُ‫أ‬ b. Jenazah anak Laki-laki: ‫ى‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ع‬َ‫ت‬ُِّ ِّ ِ‫ُّلِل‬ِ‫ة‬َ‫ي‬‫ا‬َ‫ف‬ِ‫ك‬ْ‫ُّال‬ َ‫رض‬َ‫ف‬ُّ‫ات‬ َ‫ْر‬‫ي‬ِ‫ب‬ْ‫ك‬َ‫ت‬َُّ‫ع‬َ‫ب‬ ْ‫ر‬َ‫ُّأ‬ِ‫ل‬‫ـ‬ْ‫ف‬ِ‫ُّط‬َ‫ِّت‬ِ‫ي‬َ‫م‬ْ‫اُّال‬َ‫ذ‬َ‫ه‬ُّ‫ىُّعلى‬ِِّ‫ل‬َ‫ص‬ُ‫أ‬ c. Jenazah Perempuan dewasa: ‫ى‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ع‬َ‫ت‬ُِّ ِّ ِ‫ُّلِل‬ِ‫ة‬َ‫ي‬‫ا‬َ‫ف‬ِ‫ك‬ْ‫ُّال‬ َ‫رض‬َ‫ف‬ُّ‫ات‬ َ‫ْر‬‫ي‬ِ‫ب‬ْ‫ك‬َ‫ت‬َُّ‫ع‬َ‫ب‬ ْ‫ر‬َ‫أ‬ُِّ‫ة‬‫ـ‬َ‫ت‬ِِّ‫ي‬َ‫م‬ْ‫ُّال‬ِ‫ه‬ِ‫ذ‬َ‫ه‬ُّ‫ىُّعلى‬ِِّ‫ل‬َ‫ص‬ُ‫أ‬ d. Jenazah anak perempuan َُّ‫ل‬‫ا‬َ‫ع‬َ‫ت‬ُِّ ِّ ِ‫ُّلِل‬ِ‫ة‬َ‫ي‬‫ا‬َ‫ف‬ِ‫ك‬ْ‫ُّال‬ َ‫رض‬َ‫ف‬ُّ‫ات‬ َ‫ْر‬‫ي‬ِ‫ب‬ْ‫ك‬َ‫ت‬َُّ‫ع‬َ‫ب‬ ْ‫ر‬َ‫أ‬ُِّ‫ة‬َ‫ل‬ْ‫ف‬ِ‫ُّط‬َ‫ِّت‬ِ‫ي‬َ‫م‬ْ‫ُّال‬ِ‫ه‬ِ‫ذ‬َ‫ه‬ُّ‫ىُّعلى‬ِِّ‫ل‬َ‫ص‬ُ‫أ‬‫ى‬
  • 13. 2. Setelah Takbir pertama membaca Al-fatihah 3. Setelah Takbir kedua membaca Shalawat kepada Nabi Muhammad .S.A.W, yaitu : َُّّ‫ن‬‫ُّإ‬َ‫ْم‬‫ي‬‫اه‬ َ‫ْر‬‫ب‬ِ‫إ‬ُِّ‫ل‬‫ُّوعليُّأ‬َ‫ْم‬‫ي‬‫اه‬ َ‫ْر‬‫ب‬‫ُّعليُّإ‬َ‫ْت‬‫ي‬َّ‫اُّصل‬َ‫م‬َ‫ك‬ُّ،‫د‬ِّ‫م‬َ‫ح‬‫ُّم‬ِ‫ل‬‫ليُّآ‬َ‫ع‬‫ُّو‬‫د‬َّ‫م‬َ‫ح‬‫يُّم‬َ‫ل‬‫ُّع‬ِِّ‫ل‬َ‫ص‬َُّّ‫م‬ُ‫ه‬ِّ‫الل‬‫ٌزُّأل‬‫د‬ْ‫ي‬‫ج‬َ‫م‬ٌُّ‫د‬‫ي‬ِ‫م‬َ‫ح‬َُّ‫ك‬ُّ‫لي‬َ‫ع‬‫ُّو‬‫د‬َّ‫م‬َ‫ح‬ُ‫م‬ُّ‫ُّعلي‬ ْ‫ك‬ ِ‫ُّبار‬َّ‫م‬‫ه‬ِّ‫ل‬ ‫ٌز‬‫د‬‫ي‬َ‫ج‬‫ٌُّم‬‫د‬‫ي‬ِ‫م‬َ‫ح‬َُّ‫ك‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬َُّ‫اهيم‬ َ‫بر‬ِ‫إ‬ُِّ‫ل‬‫ُّوعليُّآ‬َ‫يم‬ِ‫ه‬‫ا‬ َ‫ْر‬‫ب‬ِ‫إ‬ُّ‫ُّعلي‬َ‫ت‬ْ‫ك‬ َ‫ار‬َ‫ب‬ُّ‫مـا‬َ‫ك‬ُّ،‫د‬َّ‫م‬َ‫ح‬‫ُّم‬ِ‫ل‬‫آ‬. 4. setelah takbir yang ketiga membaca : a. Jenazah laki-laki: ُّْ‫و‬َّ‫ىُّالث‬َّ‫ق‬َ‫ن‬ُ‫ي‬‫ا‬َ‫م‬َ‫ك‬ُّ‫ا‬َ‫ي‬‫ا‬َ‫ط‬َ‫خ‬‫ُّال‬َ‫ن‬ِ‫ُّم‬ِ‫ه‬ِِّ‫ق‬‫ن‬ َ‫ُ،ُّو‬‫ه‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ُّ ُ‫ْف‬‫ع‬‫ُّوا‬ِ‫ه‬ِ‫ف‬‫ا‬َ‫ع‬ َ‫ُُّو‬‫ه‬ْ‫م‬َ‫ح‬ ْ‫ار‬ َ‫ُُّو‬‫ه‬َ‫ل‬‫ر‬ِ‫ف‬ْ‫غ‬‫ُّا‬َّ‫م‬ُ‫ه‬ِّ‫الل‬َُّّ‫د‬‫ُّال‬َ‫ن‬ِ‫ُّم‬ ُ‫ض‬َ‫ي‬ْ‫ب‬َ‫أل‬‫ُّا‬ُ‫ب‬،ِ‫ه‬ ِ‫ُّدار‬ْ‫ن‬ِ‫اُّم‬ً‫ْر‬‫ي‬َ‫خ‬ُّ‫ا‬ً‫ار‬َ‫د‬ُُّ‫ه‬ْ‫ْدل‬‫ب‬َ‫أ‬ َ‫،ُّو‬ ِ‫س‬ْ‫ن‬ ‫ق‬ْ‫ُّال‬ِ‫ب‬‫ُّعذا‬ْ‫ن‬ِ‫ُّم‬ُ‫ه‬‫د‬ِ‫ع‬َ‫أ‬ َ‫،ُّو‬َ‫ة‬َّ‫ن‬‫ج‬ْ‫ُُّال‬‫ه‬‫ل‬ ِ‫،ُّوأدخ‬ِ‫ه‬ ِ‫ج‬ ْ‫و‬ َ‫ُّز‬ْ‫ن‬ِ‫اُّم‬ً‫ْر‬‫ي‬َ‫خ‬ُّ‫ا‬ً‫ج‬ ْ‫و‬ َ‫ز‬ َ‫،ُّو‬ِ‫ه‬ِ‫ل‬ْ‫ه‬َ‫ُّأ‬ْ‫ن‬ِ‫اُّم‬ً‫ْر‬‫ي‬َ‫خ‬ُّ ً‫ًل‬ْ‫ه‬َ‫وأ‬ُِّ‫ب‬‫ا‬َ‫ذ‬‫ُّع‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ُّو‬ ِ‫ْر‬‫ب‬‫ارز‬َّ‫ن‬‫ال‬(‫رواهُّمسلم‬) b. Jenazah wanita: ُُّ‫ب‬ ْ‫و‬َّ‫ىُّالث‬َّ‫ق‬َ‫ن‬ُ‫ي‬‫ا‬َ‫م‬َ‫ك‬ُّ‫ا‬َ‫ي‬‫ا‬َ‫ط‬َ‫خ‬‫ُّال‬َ‫ن‬ِ‫هاُّم‬ِِّ‫ق‬‫ن‬ َ‫ها،ُّو‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ُّ ُ‫ْف‬‫ع‬‫هاُّوا‬ِ‫ف‬‫ا‬َ‫ع‬ َ‫هاُّو‬ْ‫م‬َ‫ح‬ ْ‫ار‬ َ‫هاُّو‬َ‫ل‬‫ر‬ِ‫ف‬ْ‫غ‬‫ُّا‬َّ‫م‬ُ‫ه‬ِّ‫الل‬َُّّ‫د‬‫ُّال‬َ‫ن‬ِ‫ُّم‬ ُ‫ض‬َ‫ي‬ْ‫ب‬َ‫أل‬‫ا‬ُّ،ِ‫ه‬ ِ‫ُّدار‬ْ‫ن‬ِ‫اُّم‬ً‫ْر‬‫ي‬َ‫خ‬ُّ‫ا‬ً‫ار‬َ‫د‬ُّ‫ها‬ْ‫ْدل‬‫ب‬َ‫أ‬ َ‫،ُّو‬ ِ‫س‬ْ‫ن‬ ُّْ‫ب‬‫ق‬ْ‫ُّال‬ِ‫ب‬‫ُّعذا‬ ْ‫ن‬ِ‫دهاُّم‬ِ‫ع‬َ‫أ‬ َ‫،ُّو‬َ‫ة‬َّ‫ن‬‫ج‬ْ‫لهاُّال‬ ِ‫ها،ُّوأدخ‬ ِ‫ج‬ ْ‫و‬ َ‫ُّز‬ ْ‫ن‬ِ‫اُّم‬ً‫ْر‬‫ي‬َ‫خ‬ُّ‫ا‬ً‫ج‬ ْ‫و‬ َ‫ز‬ َ‫ها،ُّو‬ِ‫ل‬ْ‫ه‬َ‫أ‬ُّْ‫ن‬ِ‫اُّم‬ً‫ْر‬‫ي‬َ‫خ‬ُّ ً‫ًل‬ْ‫ه‬َ‫أ‬‫و‬ُِّ‫ب‬‫ا‬َ‫ذ‬‫ُّع‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ُّو‬ ِ‫ر‬‫ارز‬َّ‫ن‬‫ال‬(‫رواهُّمسلم‬) 5. Setelah Takbir yang keempat: ُُّ‫ه‬‫ـ‬ُ‫ت‬‫ا‬َ‫كـ‬ َ‫ر‬َ‫ب‬‫ُّو‬ِ ِّ‫ُّالِل‬ُ‫ة‬‫ـ‬َ‫م‬ْ‫ح‬َ‫ر‬ َ‫ُّو‬ْ‫م‬ُ‫ك‬‫ْـ‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ُُّ‫م‬ َ‫ًل‬َّ‫س‬‫ال‬.
  • 14.
  • 15. E. Mengubur Jenazah 1. Rasulullah saw. menganjurkan agar jenazah segera dikuburkan, sesuai sabdanya: Artinya: “dari Abu Hurairah ra. Dari Nabi Muhammad saw. bersabda: Segerakanlah menguburkan jenazah....” (H.R. Bukhari Muslim) 2. Sebaiknya menguburkan jenazah pada siang hari. Mengubur mayat pada keadaan terpaksa seperti karena bau malam hari diperbolehkan apabila dalam yang sangat menyengat meskipun sudah diberi wangi-wangian, atau karena sesuatu hal lain yang harus disegerakan untuk dikubur. 3. Anjuran meluaskan lubang kubur. Rasulullah saw. pernah mengantar jenazah sampai di kuburnya. Lalu, beliau duduk di tepi lubang kubur, dan bersabda, “Luaskanlah pada bagian kepala, dan luaskan juga pada bagian kakinya. Ada beberapa kurma baginya di surga.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
  • 16. 4. Boleh menguburkan dua tiga jenazah dalam satu liang kubur. Hal itu dilakukan sewaktu usai perang Uhud. Rasulullah saw. bersabda, “Galilah dan dalamkanlah. Baguskanlah dan masukkanlah dua atau tiga orang di dalam satu liang kubur. Dahulukanlah (masukkan lebih dulu) orang lebih banyak menghafal al-Qur’an.” (HR. Nasai dan Tirmidzi dari Hisyam bin Amir ra.) 5. . Apabila meletakkan mayat dalam Bacaan meletakkan mayat dalam kubur kubur, Rasulullah saw. membaca: Artinya: Dengan nama Allah dan nama agama Rasulullah. Dalam riwayat lain, Rasulullah saw. membaca: Artinya: Dengan nama Allah dan nama agama Rasulullah dan atas nama sunnah Rasulullah.” (HR. Lima ahli hadis, kecuali Nasai dan Ibnu Umar ra.) 6. Larangan memperindah kuburan. Jabir ra. menerangkan, “Rasulullah saw. melarang mengecat kuburan, duduk, dan membuat bangunan di atasnya.” (HR. Muslim) 7. keluarga hendaklah bersedia menjadi penjamin Sebelum dikubur, ahli waris atau atau menyelesaikan atas hutang-hutang si mayat jika ada, baik dari harta yang ditinggalkannya atau dari sumbangan keluarganya. Nabi Muhammad saw. bersabda: “Diri orang mu’min itu tergantung (tidak sampai ke hadirat Tuhan), karena hutangnya, sampai dibayar dahulu utangnya itu (oleh keluarganya).” (HR. Ahmad dan Tirmidzi dari Abu Hurairah ra.)
  • 17.