SlideShare a Scribd company logo
1 of 42
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan 
sumber daya alam nabati, salah satunya adalah sayuran. Telah banyak kita 
temui berbagai macam jenis sayuran salah satunya adalah sawi. Selain 
digunakan sebagai sayuran yang dikonsumsi biasa sebagai pendamping nasi. 
Sawi bisa dijadikan sebagai produk fermentasi yaitu sauerkraut yang nilai 
gizinya tidak kalah dengan produk fermentasi lainnya. Sayuran memiliki sifat 
cepat layu dan busuk akibat kurang cermatnya penanganan lepas panen. 
Untuk memperpanjang masa simpannya dapat dilakukan dengan berbagai 
pengolahan, misalnya acar, sauerkraut, sayuran asin, kerupuk, dan lain-lain. 
Tujuan pengolahan ini selain mengawetkan sayuran juga dapat 
meningkatkan rasa sayuran itu. Sawi hijau dalam bentuk segar merupakan 
bahan pangan yang mudah rusak. Oleh sebab itu untuk mengawetkan 
sekaligus meningkatkan nilai tambah sawi, seringkali dibuat sawi asin 
dengan fermentasi. Sauerkraut diolah dengan cara peragian dan 
menggunakan garam sebagi zat pengawetnya. Proses pembuatan 
sauerkraut sebenarnya tidak begitu jauh berbeda dengan sayur asin, hanya 
saja sayurannya setelah layu diiris tipis-tipis. Terjadi proses fermentasi 
spontan dalam pengolahan sauerkraut ini, dan banyak faktor yang dapat 
mempengaruhi gagal atau berhasilnya pembuatan sauerkraut. Oleh sebab 
itu, praktikum ini dilaksanakan untuk mengetahui cara pembuatan 
sauerkraut yang baik dan benar serta mengetahui pengaruh penambahan 
garam pada sauerkraut. B. Tujuan Praktikum Tujuan yang ingin dicapai pada 
praktikum ini adalah : 1. Untuk mengetahui cara pembuatan sauerkraut 
sebagai salah satu metode memperpanjang masa simpan sayuran. 2. Untuk 
mengetahui pengaruh penambahan garam pada pembuatan sauerkraut. 
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sawi hijau (Brassica rapa) Sawi hi jau (Brassica 
rapa) convar. parachinensis; suku sawi-sawian atau Brassicaceae, 
merupakan jenis sayuran yang cukup populer. Dikenal pula sebagai caisim, 
caisin, atau sawi bakso, sayuran ini mudah dibudidayakan dan dapat 
dimakan segar (biasanya dilayukan dengan air panas) atau diolah menjadi 
asinan (kurang umum). Jenis sayuran ini mudah tumbuh di dataran rendah 
maupun dataran tinggi. Bila ditanam pada suhu sejuk tumbuhan ini akan 
cepat berbunga. Karena biasanya dipanen seluruh bagian tubuhnya (kecuali 
akarnya), sifat ini kurang disukai. Pemuliaan sawi ditujukan salah satunya 
untuk mengurangi kepekaan akan suhu ini (Anonim, 2009a). Klasifikasi 
ilmiah dari sawi hijau berdasarkan Anonim (2011), yaitu : Kingdom : Plantae 
(Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super 
Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta 
(Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub 
Kelas : Dilleniidae Ordo : Capparales Famili : Brassicaceae (suku sawi -sawian) 
Genus : Brassica Spesies : Brassica rapa var. parachinensis L. B. Sauerkraut 
Sauerkraut merupakan produk hasil fermentasi sayur sawi yang memiliki 
karakteristik warna, tekstur, dan aroma khas yang diperoleh dari proses
fermentasi dengan cara mengiris - iris sawi dan dicampur dengan larutan 
garam. Sama dengan produk sayur asin lainnya, sauerkraut merupakan 
sayuran yang telah diberi asam, akan tetapi asamnya diperoleh dari proses 
fermentasi sakarida (gula) yang terdapat dalam bahan baku oleh bakteri 
asam laktat. Asam yang dihasilkan berkisar pada rentang 1,5 ± 2,0 % pada 
akhir fermentasi dan di identifikasi berupa asam laktat. Pelunakan pada 
sauerkraut berawal dari kerusakan flavour karena penyebab kerusakan yaitu 
khamir dan kapang masuk ke dalam seluruh bagian sauerkraut sehingga 
menjadi lunak. Di Jerman, sauerkraut dengan rasanya yang asam-asam segar 
disajikan dengan hidangan utama berupa sosis bratwurst atau roti. Gula 
yang terkandung dalam sayur sawi terdiri dari 85% glukosa dan15% 
fruktosa. Komposisi zat gizi termasuk gula dalam sawi / kol bervariasi 
tergantung pada varietas dan kondisi lokasi penanaman (Frazier dan 
Westhoff. 1988). Kandungan gula dalam pembuatan sauerkraut, memainkan 
peranan yang penting karena pengaruhnya terhadap keasaman maksimal 
yang dihasilkan saat fermentasi. Perbedaan kandungan gula dengan kisaran 
2,9 % - 6,4% pada kebanyakan jenis sawi, menunjukkan bahwa semakin 
tinggi kandungan gula maka produk yang dihasilkan juga akan mengandung 
kadar asam yang tinggi, jika tidak dilakukan proses penghentian fermentasi 
yakni dengan cara pendinginan atau pengalengan. sayuran yang digunakan 
berfungsi sebagai bahan utama yang digunakan untuk pembuatan 
sauerkraut, selain itu sayuran juga mengandung zat-zat gizi untuk 
pertumbuhan mikroba dan mengandung bakteri asam laktat secara alami, 
sehingga dalam pembuatan sauerkraut tidak di tambahkan inokulum atau 
ragi. Kadar garam yang ditambahkan dalam pembuatan sauerkraut berkisar 
antara 2,25 -2,5 % berat sawi untuk menghasilkan kraut dengan kualitas 
yang baik dan garam harus terdistribusi secara merata. Kadar garam untuk 
pembuatan produk asinan juga dapat berkisar antara 5-15%. Garam yang 
ditambahkan akan menarik keluar cairan dari jaringan sayur yang 
mengandung gula dan nutrisi lain, yang mengontrol mikroflora yang 
tumbuh. Garam juga akan merangsang pertumbuhan bakteri asam laktat 
dan mencegah pertumbuhan bakteri pembusuk (Tjahjadi, 2011). C. Faktor- 
Faktor Pengolahan Sauerkraut Faktor-faktor yang utama dalam fermentasi 
sayuran adalah konsentrasi garam yang cukup, distribusi garam yang 
merata, terciptanya keadaan mikroaerofilik, suhu yang sesuai, dan 
tersedianya bakteri asam laktat. Selanjutnya disebutkan bahwa kebersihan 
bahan baku juga merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan 
dalam fermentasi sayuran. Mikroorganisme membutuhkan nutrien untuk 
kehidupan dan pertumbuhannya yang terdiri dari sumber karbon, sumber 
nitrogen, sumber energi dan faktor pertumbuhan yaitu vitamin dan mineral. 
Nutrien tersebut dibutuhkan untuk menghasilkan energi kimia dan untuk 
menyusun komponen-komponen sel (Buckle, et.all. 1987) Menurut Marta 
(2011), bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengolahan sauerkraut
adalah: 1. Garam Garam menarik air dan zat-zat gizi dari jaringan sayuran. 
Zat-zat gizi tersebut melengkapi substrat untuk pertumbuhan bakteri asam 
laktat. Garam bersama dengan asam yang dihasilkan oleh fermentasi 
menghambat pertumbuhan dari organisme yang tidak diinginkan dan 
menunda pelunakan jaringan sawi yang disebabkan oleh kerja enzim oleh 
bakteri pektinolitik. Selain itu, garam juga memberikan cita rasa pada 
produk. Garam, dapat membantu memecahkan karbohidrat dan asam-asam 
amino secara anaerobik oleh mikroorganisme dalam proses fermentasi. 
Garam dan asam laktat inilah yang akan menghambat pertumbuhan 
organisme lain yang tidak diinginkan selama proses berlangsung. Selain itu 
juga dapat menghambat kerja enzim dalam hal pelunakan jaringan sawi. 
Jumlah garam yang ditambahkan harus memiliki perbandingan yang tepat 
yaitu berkisar antara 2,25-2,5% berat sawi untuk menghasilkan suerkraut 
yang berkualitas baik karena jika terlalu tinggi akan menunda fermentasi 
ilmiah sehingga menyebabkan warna menjadi gelap. 2. Suhu Pengaturan 
suhu yang sesuai untuk fermentasi agar fermentasi berlangsung dengan 
baik, suhu ruang harus berkisar 300 C. Bila suhunya rendah maka 
pertumbuhan bakteri asam laktat berlangsung lambat, sehingga tidak cukup 
banyak asam dihasilkan sehingga produk menjadi busuk. Suhu selama 
proses fermentasi sangat menentukan jenis mikroorganisme dominan 
yangakan tumbuh. 3. Oksigen Ketersediaaan oksigen harus diatur selama 
proses fermentasi. Hal ini berhubungan dengan sifat mikroorganisme yang 
digunakan. Contoh khamir dalam pembuatan anggur dan roti biasanya 
membutuhkan oksigen selama proses fermentasi berlangsung, sedangkan 
untuk bakteri-bakteri penghasil asam tidak membutuhkan oksigen selama 
proses fermentasi berlangsung. D. Proses Pengolahan Sauerkraut adalah 
fermentasi sawi menggunakan bakteri asam laktat sehingga beras masam. 
Sawi dibersihkan dari bagian yang hijau, rusak dan kotor, dicuci kemudian 
diiris kecil-kecil selebar ±1 mm. Irisan sawi ini kemudian dimasukkan ke 
dalam tangki atau wadah kemudian ditambahkan larutan garam 2,25% dan 
diaduk serata mungkin. Bakteri yang memulai fermentasi adalah 
Leuconostoc mesenteroides dan dilanjutkan oleh Lacotabacillus brevis, Lb. 
plantarum dan Pediococcus cerevisiae. Suhu optimal untuk fermentasi ini 
adalah 25-30ºC dengan waktu 2-3 minggu. Suhu di atas 30ºC mengakibatkan 
produksi asam berlebihan sedang jika suhu kurang dari 25ºC sering muncul 
flavor dan warna yang tidak diharapkan serta waktu fermentasi menjadi 
sangat lama (Anonim, 2009b). Menurut Margono (1993), proses pengolahan 
sauerkraut adalah sebagai berikut: BAHAN 1. Sayuran (Kol atau sawi) 1 kg 2. 
Garam 50 gram 3. Air secukupnya ALAT 1. Pisau 2. Ember plastik kecil dan 
tutup 3. Lilin atau lem plastik 4. Botol selai dan tutup yang sudah disterilkan 
5. Panci 6. Baskom CARA PEMBUATAN SAUERKRAUT: a. Layukan sayuran 
(kol/sawi) selama 1 malam; b. Buang daun sayuran (kol/sawi) bagian luar 
dan bagian-bagian yang rusak serta hatinya, lalu cuci; c. Iris tipis-tipis ± 2~3
mm, tulang daun sedapat mungkin tidak disertakan. d. Campurkan dengan 
garam 25 gram, aduk hingga rata kemudian masukkan ke dalam ember kecil 
sambil ditekan-tekan agar padat. Tutup dengan plastik serta diberi beban 
diatasnya; e. Tutup ember dengan penutupnya, lalu sepanjang lingkaran 
penutup dilem atau diberi lilin agar tak ada udara yang masuk; f. Biarkan 
peragian selama 2~3 minggu pada suhu ruangan, setelah itu pisahkan 
cairannya; g. Segera masukkan padatan sauerkraut tersebut ke dalam botol 
selai; h. Buat larutan garam dengan melarutkan garam 25 gram dalam 1 liter 
air dan aduk sampai rata. Panaskan hingga mendidih; i. Dalam keadaan 
panas masukkan larutan garam tersebut ke dalam botol selai yang telah 
berisi padatan sauerkraut (untuk padatan 1 kg memerlukan cairan sebanyak 
1 ½ liter). Kemudian tutup rapat; j. Rebus botol selai tersebut dalam air 
mendidih selama 30 menit, kemudian angkat dan dinginkan. SAYURAN KOL 
atau SAWI Dilayukan Diiris tipis ± 2-3 mm Dicampur dengan garam Ditutup 
dengan ember rapat-rapat (± 2-3 minggu) Ditiriskan Cairan Padatan Disaring 
Didinginkan Dipanaskan Di masukkan botol Cairan pengisi Dimasukkan 
dalam botol Larutan atau kaleng sauerkraut garam panas Minuman 
sauerkraut Dipanaskan ± 30 menit Didinginkan SAUERKRAUT Gambar 01. 
Diagram alir proses pembuatan sauerkraut III. METODE PRAKTIKUM A. 
Waktu dan Tempat Praktikum Aplikasi Teknologi Pengolahan Hasil Nabati 
dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 06 Maret 2012 pukul 08.00- 
11.00 WITA. Bertempat di Laboratorium Pengolahan, Program Studi Ilmu 
dan Teknologi Pangan, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, 
Universitas Hasanuddin, Makassar, 2012. B. Alat dan Bahan Alat-alat yang 
digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut : - pisau - toples - 
baskom - timbangan analitik Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum 
ini adalah sebagai berikut : - sawi hijau - garam - aluminium foil - air - plastik 
gula - tissue roll - sarung tangan plastik C. Prosedur Kerja Prosedur kerja 
yang dilakukan pada praktikum ini yaitu : 1. Didiamkan selama 1 malam sawi 
hijau yang telah dicuci bersih. 2. Dipisahkan bagian tengah sawi hijau dan 
diiris tipis-tipis daun sawi hijau. 3. Ditimbang daun sawi hijau 36,28 gram 
dan garam 4 % yaitu 1,45 gram. 4. Diremas daun sawi hijau bersama dengan 
garam sawi hijau hingga menjadi kering, tanpa air. 5. Dimasukkan kedalam 
kantong plastik. 6. Disiapkan kantong berisi air kemudian ditumpuklangsung 
dan menyentuh sawi. 7. Ditutup toples rapat dengan memastikan bahwa 
semua celahtelah diisi oleh kantong air. 8. Diinkubasi selama tiga hari. D. 
Parameter Pengamatan Parameter Pengamatan dari praktikum ini adalah - 
warna - aroma - tekstur IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Hasil yang 
diperoleh dari praktikum dapat dilihat dari pada tabel sebagai berikut : Tabel 
01. Hasil Pengamatan Sauerkraut setelah penyimpanan selama 3 hari 
Kelompok Parameter Warna Aroma Tekstur I Hijau Kehitaman Busuk Lunak 
II Hijau Busuk Keras III Hijau Sawi Lunak IV Hijau Busuk Keras V Hijau Busuk
Lunak VI Hijau Busuk Lunak Sumber : Data Primer Hasil Praktikum Aplikasi 
Teknologi Hasil Nabati, 2012. Adapun perlakuan pada praktikum ini adalah 
sebagai berikut: I. Sawi hijau 45 gram + garam 2% II. Sawi hijau 21,57 gram + 
garam 2% III. Sawi hijau 37,13 gram + garam 3% IV. Sawi hijau 63,33 gram + 
garam 3% V. Sawi hijau 48,87 gram + garam 4% VI. Sawi hijau 36,28 gram + 
garam 4% B. Pembahasan Sawi yang digunakan pada pembuatan sauerkraut 
ini menjadi medium pertumbuhan bagi bakteri asam laktat. Sawi ini akan 
melakukan fermentasi bersama dengan garam yang akan menarik air dan 
zat gizi dari jaringan sayuran sebagai pelengkap subsrat untuk petumbuhan 
bakteri asam laktat yang terdapat pada permukaan daun-daun sawi. Bakteri 
asam laktat pada sawi ini akan memfermentasi gula-gula menjadi asam 
laktat melalui jalur glikolisis secara anaerob. Hal ini sesuai pernyataan 
(Tjahjadi, 2011), bahwa sayuran yang digunakan berfungsi sebagai bahan 
utama yang digunakan untuk pembuatan sauerkraut, selain itu sayuran juga 
mengandung zat-zat gizi untuk pertumbuhan mikroba dan mengandung 
bakteri asam laktat secara alami, sehingga dalam pembuatan sauerkraut 
tidak di tambahkan inokulum atau ragi. Proses pembuatan sauerkraut 
dimulai dengan, sawi dibersihkan dari bagian yang hijau,rusak atau yang 
kotor, dicuci dan kemudian diiris kecil-kecil selebar ± 1 mm. Bagian tengah 
(core) sawi dapat dibuang atau dibiarkan sebelum pemotongan kecil -kecil. 
Irisan sawi ini kemudian dimasukkan ke dalam tempat atau toples kaca yang 
selanjutnya ditambahkan 1,45 gram garam dan diaduk serata mungkin. 
Toples kemudian ditutup kantong yang berisi air yang cukup lebar untuk 
menutupi bagian tepi dari toples kaca. Air dimasukkan kedalam plastik ini 
yang berfungsi sebagai pemberat dan penutup yang efektif. Hal ini sesuai 
pernyataan Anonim (2009b), bahwa tahapan pembuatan sauerkraut adalah 
penyiapan bahan baku, pelayuan agar air dari jaringan keluar, pemisahan 
bagian tidak terpakai, pencucian, penirisan, penyiapan larutan garam, 
pemasukan sawi ke dalam toples yang bersih dan steril, penuangan larutan 
garam ke dalam toples berisi sawi, dan diinkubasi selama 20 hari. Faktor 
yang menyebabkan gagalnya sauerkraut yakni konsentrasi garam yang 
ditambahkan terlalu tinggi mengakibatkan penundaan fermentasi secara 
alamiah serta menyebabkan warna menjadi gelap dan memungkinkan 
pertumbuhan khamir. Selain itu, suhu juga dapat menentukan keberhasilan 
pada pembuatan sauerkraut tersebut, suhu yang lebih rendah 
mengakibatkan pertumbuhan bakteri asam laktat menjadi lambat sehingga 
tumbuh mikroba yang lain yang menyebabkan produk menjadi busuk. Hal ini 
sesuai dengan pernyataan Tjahjadi (2011), bahwa pengaturan suhu yang 
sesuai untuk fermentasi agar fermentasi berlangsung dengan baik, suhu 
ruang harus berkisar 300 C. Bila suhunya rendah maka pertumbuhan bakteri 
asam laktat berlangsung lambat, sehingga tidak cukup banyak asam 
dihasilkan sehingga produk menjadi busuk. Warna yang dihasilkan pada 
pembuatan sauerkraut perlakuan VI diperoleh warna hijau. Warna hijau
gelap pada sauerkraut ini diakibatkan karena penambahan garam yang 
terlalu banyak yaitu 1,45 gram (4%) sehingga proses fermentasi tidak 
berlagsung baik dan menunda pertumbuhan bakteri asam laktat secara 
alami yang diperlukan dalam pembuatan sauerkraut. Warna sauekraut yang 
dihasilkan tidak jauh berbeda dengan warna alami sawi yaitu hijau pucat. 
Hal ini sesuai pernyataan Marta (2011), bahwa jumlah garam yang 
ditambahkan harus memiliki perbandingan yang tepat yaitu berkisar antara 
2,25-2,5% berat sawi untuk menghasilkan suerkraut yang berkualitas baik 
karena jika terlalu tinggi akan menunda fermentasi ilmiah sehingga 
menyebabkan warna menjadi gelap. Aroma sauerkraut yang dihasilkan 
perlakuan VI yakni berbau busuk. Hal ini disebabkan karena bakteri asam 
laktat yang tidak tumbuh maksimal sehingga tumbuhnya bakteri lain. Tidak 
maksimalnya pertumbuhan bakteri asam laktat karena suhunya tidak 
terkontrol dan berada di bawah suhu ruang. Hal ini sesuai dengan 
pernyataan Marta (2011), bahwa bila suhunya rendah maka pertumbuhan 
bakteri asam laktat berlangsung lambat, sehingga tidak cukup banyak asam 
dihasilkan sehingga produk menjadi busuk. Pengaturan suhu yang sesuai 
untuk fermentasi agar fermentasi berlangsung dengan baik, suhu ruang 
harus berkisar 300 C. Tekstur yang dihasilkan pada perlakuan VI yakni lunak. 
Hal ini disebabkan oleh tumbuhnya mikroorganisme selain bakteri asam 
laktat yaitu tumbuhnya kapang dan khamir. Kapang dan khamir ini 
kandungan air dan garam yang berlebihan. Hal ini sesuai dengan pernyataan 
Frazier dan Westhoff (1988), bahwa pelunakan pada sauerkraut berawal 
dari kerusakan flavour karena penyebab kerusakan yaitu khamir dan kapang 
masuk ke dalam seluruh bagian sauerkraut sehingga menjadi lunak. V. 
PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan dari praktikum ini adalah: 1. Proses 
pembuatan sauerkraut adalah pelayuan, pemisahan bagian yang rusak, 
pencucian, pemotongan, penambahan garam, penyimpanan dalam toples, 
penumpukan air dan fermentasi. 2. Penambahan garam pada pembuatan 
sauerkraut mempengaruhi pertumbuhan bakteri asam laktat. B. Saran Saran 
untuk praktikum selanjutnya agar dalam pengolahan sauerkraut di kontrol 
suhunya agar didapatkan produk sauerkraut yang berhasil dan hasil olahan 
sauerkraut sebaiknya dilakukan uji pH. DAFTAR PUSTAKA Anonim,2009a. 
Sawi Hijau. http://www.plantamor.com/index.php?album=225. Di akses 
tanggal 10 Februari 2012. Makassar. Anonim, 2009b. Sauerkraut 
(Pengawetan Sayuran). http://musicnot mustsick.blogspot.com/. Di akses 
tanggal 10 Februari 2012. Makassar. Anonim, 2011. Sawi Hijau. 
http://id.wikipedia.org/wiki/sawi-hijau. Di akses tanggal 10 Februari 2012. 
Makassar. Buckle, Kenneth, A., Edwards, Ronald A., Fleet, Graham, H., dan 
Wooton, Michael. 1987. Ilmu Pangan (Terjemahan). Universitas Indonesia : 
Jakarta. Frazier, W.C. dan D.C. Westhoff. 1988. Food Microbiology. 
McGraw.Hill, Inc,New York. Marta, Herlina. 2011. Pengantar Teknologi 
Pangan. Universitas Padjajaran, Bandung. Margono, Tri, Detty Suryati dan Sri
Hartinah, Buku Panduan Teknologi Pangan. Pusat Informasi Wanita dalam 
Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development 
Cooperation, 1993. Tjahjadi, 2011. Teknologi Pengolahan Sayur dan Buah 
Volume II. PenerbitWidya Padjadjaran, Bandung. 
BAB I 
PENDAHULUAN 
1.1 Latar Belakang 
Sayuran, terutama yang berdaun hijau, merupakan salah satu bahan pangan yang baik karena 
mengandung vitamin dan mineral, antara lain vitamin C, provitamin A, zat besi, dan kalsium. Sayuran 
yang paling banyak di Indonesia adalah kangkung, bayam, katuk, daun melinjo, dan petsai (Oomen 
dkk., 1984 dalamMargono dkk, 1993). Sayuran dapat tumbuh pada berbagai kondisi lingkungan dan 
suhu yang berbeda, sehingga beragam jenisnya. 
Ada beberapa jenis sayuran yang dapat dimanfaatkan misalnya yang berbentuk buah seperti 
tomat, terung, dan labu; biji seperti kecipir, kelapa, dan kentang; umbi seperti wortel, bawang, dan bit; 
tunas (asparagus), bunga (kubis), dan daun seperti petsai, kangkung, bayam, dan lain -lain (Anonim, 
2011) 
Salah satu sifat sayuran adalah cepat layu dan busuk akibat kurang cermatnya penanganan 
lepas panen. Untuk memperpanjang masa simpannya dapat dilakukan dengan berbagai pengolahan, 
misalnya acar, sauerkraut, sayuran asin, kerupuk, dan lain-lain. Pada praktikum ini kami melakukan 
pengolahan makanan menjadi Sauerkraut (Anonim, 2011). 
Sauerkraut dengan nama lain adalah kol asam merupakan makanan khas Jerman yang terbuat 
darikubis yang diiris halus dan difermentasi oleh berbagai bakteri asam laktat, 
seperti Leuconostoc, Lactobacillusdan Pediococcus. Sauerkraut dapat bertahan lama dan memiliki rasa 
yang cukup asam, hal ini terjadi disebabkan oleh bakteri asam laktat yang terbentuk saat gula di dalam 
sayuran berfermentasi (Wikipedia, 2011). Sauerkraut memiliki tampilan begitu sederhana dan memiliki 
rasa yang unik. 
Kubis yang dicampur dengan garam dan cairan yang bersifat asam sebenarnya sudah ada sejak 
zaman prasejarah namun kemungkinan dideskripsikan pertama kali oleh Gaius Plinius Secundus di abad 
pertama Masehi. Cara pembuatan sauerkraut seperti sekarang diperkirakan berkembang sekitar 
tahun 1550hingga 1750. Di tahun 1776, Kapten James Cook diberi penghargaan Medali Copley setelah 
membuktikan saeurkraut berkhasiat sebagai makanan pencegah skorbut di kalangan pelaut Inggris 
ketika melakukan pelayaran jauh (Wikipedia, 2011). 
1.2 Tujuan 
 Pembuatan Sauerkraut ini bertujuan untuk mengolah dan mengawetkan sayuran juga dapat 
meningkatkan rasa sayuran itu. 
 Agar mahasiswa mengetahui cara pengolahan dan pengawetan sayuran dalam pembuatan 
Sauerkraut. 
1.3 Hipotesis 
 Sauerkraut memiliki rasa asam karena difermentasi oleh bakteri asam laktat.
BAB II 
ALAT DAN BAHAN 
2.1 Alat 
Alat yang kami gunakan dalam praktikum membuat Sauerkraut diantaranya: 
 Toples, yakni toples yang memiliki penutup digunakan sebgai wadah untuk pembuatan 
Sauerkraut. 
 Pisau, digunakan sebagai alat untuk memotong sayuran pada pembuatan Sauerkraut. 
 Talenan, digunakan sebagai alas pada saat memotong sayuran pada pembuatan Sauerkraut. 
2.2 Bahan 
Bahan yang kami gunakan dalam praktikum membuat Sauerkraut diantaranya: 
 Kol atau kubis daun, merupakan sayuran yang paling umum diolah menjadi sauerkraut, 
karena jenis sayuran ini banyak ditanam di Indonesia. 
 Wortel, merupakan sayuran yang dapat diolah juga menjadi sauerkraut. Wortel memiliki 
kandungan vitamin A yang cukup tinggi. 
 Garam, digunakan sebagai salah satu metoda untuk pengawetan sayuran dalam pembuatan 
sauerkraut. 
 Cabai rawit dan Cabai merah, digunakan sebagai penambah rasa pada sauerkraut.
BAB III 
METODOLOGI 
 Pertama-tama, buang daun kol bagian luar dan bagian-bagian yang rusak kemudian cuci 
sampai bersih dan hilang dari kotoran atau pestisida. Lakukan juga pada wortel dengan mencucinya 
hingga bersih dan mengupas kulit bagian luarnya. 
 Iris tipis-tipis ± 1 mm atau berbentuk seperti ukuran korek api, tulang daun sedapat mungkin 
tidak disertakan. 
 Setelah itu, masukkan sayuran kol dan wortel yang telah diris -iris ke dalam wadah plastik 
atau toples kemudian campurkan dengan garam. 
 Aduk-aduk sambil ditekan-tekan hingga mengeluarkan air dari kol dan wortel tersebut. 
 Sebelum pengawetan, masukkan cabai rawit dan cabai merah untuk penambah rasa pada 
sauerkraut. Kemudian aduk-aduk kembali dan tekan-tekan kembali. 
 Sayuran yang ditekan-tekan di dalam toples harus sampai padat atau rata tersebar dalam 
toples dan tidak membiarkan ada udara masuk disetiap sela-sela sayuran. 
 Langkah terakhir, tutup sayuran tersebut dengan daun kol yang masih utuh hingga tertutup 
semua dan tutup dengan penutup toples. Kemudian simpan atau awetkan dalam waktu seminggu atau 
tujuh hari hingga sayuran kol dan wortel telah menjadi sauerkraut. 
BAB IV 
HASIL DAN PEMBAHASAN 
Sauerkraut dengan nama lain adalah kol asam merupakan makanan khas Jerman yang terbuat 
darikubis yang diiris halus dan difermentasi oleh berbagai bakteri asam laktat, 
seperti Leuconostoc, Lactobacillusdan Pediococcus. Sauerkraut dapat bertahan lama dan memiliki rasa 
yang cukup asam, hal ini terjadi disebabkan oleh bakteri as am laktat yang terbentuk saat gula di dalam 
sayuran berfermentasi (Wikipedia, 2011).
Hasil dan Pembahasan dalam Pembuatan Sauerkraut 
Pada praktikum pembuatan sauerkraut ini, pengawetannya dengan melakukan fermentas i 
spontan dengan tidak menambahkan starter bakteri. Bakteri asam laktat secara alami terdapat dalam 
sayuran kol dan wortel. 
Sauerkraut pada dasarnya adalah kubis asam. Namun dalam praktikum pembuatan sauerkraut 
kali ini kami menggunakan dua buah sayuran yaitu kol/daun kubis dan wortel. Kol/daun kubis dan 
worteldibersihkan dari yang rusak atau yang kotor dan dicuci kemudian diiris kecil-kecil selebar + 1 
mm atau berbentuk korek api (pada wortel dikupas terlebih dahulu kulit luarnya sebelum diris kecil-kecil). 
Setelah kedua sayuran tersebut diiris -iris kemudian ditambahkan garam dan diaduk serata 
mungkin sambil ditekan-tekan dan mengeluarkan air. Penekanan dan pemberian garam pada proses 
peragian/pengawetan dimaksudkan agar cairan dalam kubis keluar dan mencegah pembusukan. Selain 
itu juga berpengaruh terhadap rasa dan kerenyahan sauerkraut tersebut. 
Sayuran kol dan wortel yang telah ditekan-tekan dan mengeluarkan air serta telah diberi garam 
harus tercelup semua dalam larutan garam, hal ini dilakukan yakni untuk mencegah terjadinya 
pertumbuhan khamir dan kapang yang tidak diinginkan selama proses fermentasi. Bila selama 
fermentasi terjadi pertumbuhan khamir dan kapang pada permukaan maka dapat menimbulkan rasa 
yang tidak diinginkan yang dapat masuk ke dalam seluruh sauerkraut sehingga menghasilkan produk 
yang lunak dan berwarna gelap. 
Garam menarik air dan zat-zat gizi dari jaringan sayuran. Zat-zat gizi tersebut melengkapi 
substrat untuk pertumbuhan bakteri asam laktat yang telah terdapat di permukaan daun -daun 
kubis. Garam bersama dengan asam yang dihasilkan oleh fermentasi menghambat pertumbuhan dari 
organisme yang tidak diinginkan dan menunda pelunakan jaringan kubis yang disebabkan oleh kerja 
enzim. Kadar garam yang cukup memungkinkan pertumbuhan serangkaian bakteri asam laktat dalam 
urutannya yang alamiah dan menghasilkan sauerkraut dengan imbangan garam-garam yang 
tepat. Jumlah garam yang kurang bukan hanya dapat mengakibatkan pelunakan jaringan, tetapi juga 
kurang menghasilkan rasa. Terlalu banyak garam menunda fermentasi alamiah dan menyebabkan warna 
menjadi gelap dan memungkinkan pertumbuhan khamir. Konsentrasi garam yang digunakan dalam 
praktikum pembuatan sauerkraut kami adalah ± 2,5 % (merupakan konsentrasi garam yang optimum) 
(Sumanti, 2007). 
Garam dipergunakan manusia sebagai salah satu metoda pengawetan pangan yang dan masih 
dipergunakan secara luas untuk mengawetkan berbagai macam makanan. Garam adalah bahan yang 
sangat penting dalam pengawetan ikan, daging dan bahan pangan lainnya. Garam memberi se jumlah 
pengaruh bila ditambahkan pada jaringan tumbuh-tumbuhan yang segar. Pertama-tama, garam akan 
berperan sebagai penghambat selektif pada mikroorganisme pencemar tertentu. Mikroorganisme 
pembusuk atau proteolitik dan juga pembentuk spora adalah yang paling mudah terpengaruh walau
dengan kadar yang rendah sekalipun (yaitu sampai 6%). Mikroorganisme patogenik, termasuk 
Clostridium botolinum dengan pengecualian pada Streptococcus aureus, dapat dihambat oleh 
konsentrasi garam sampai 10-12%. Walaupun begitu, beberapa mikroorganisme terutama jenis -jenis 
Leuconostoc dan Lactobacillus, dapat tumbuh cepat dengan adanya garam dan terbentuknya asam untuk 
menghambat organisme yang tidak dikehendaki (Norman W, 1988). 
Sayuran yang telah ditekan-tekan dan tercampur larutan garam dipadatkan dalam toples 
hingga tidak ada udara dalam sela-sela sayuran serta ditutup dengan kol. Hal ini dilakukan agar tidak 
terjadi pertumbuhan khamir atau kapang yang tidak diinginkan yang dapat merusak produk. 
Sebelum fermentasi terjadi, sauerkraut tersebut ditutup rapat dalam toples dan disimpan di 
suhu 30oC. Hal ini dilakukan agar mikroba/bakteri asam laktat dapat tumbuh dan menghasilkan asam 
laktat dalam proses fermentasi tersebut. 
Rasa, tekstur, dan bau yang dihasilkan dalam proses fermentasi sayuran menjadi sauerkraut 
Dari hasil pembuatan sauerkraut ini, memiliki rasa asam, baunya asam menyengat seperti cuka 
dan teksturnya seperti sayuran segar pada umumnya atau sama pada saat proses pembuatan. Hal ini 
dapat disimpulkan bahwa pada pembuatan sauerkraut ini berhasil dilakukan dan proses fermentasi dan 
pengawetan berhasil secara sempurna. 
Manfaat sauerkraut 
Mengkonsumsi sauerkraut memiliki banyak manfaat bagi tubuh yaitu untuk memperlancar 
proses pencernaan dalam tubuh karena dalam sauerkraut sangat banyak mengandung bakteri probiotik 
(bakteri baik) seperti Lactobacillus plantarum yang bisa mengusir gas dalam perut dan 
ketidaknyamanan yang terkait dengan gangguan buang air besar (BAB). 
Kandungan dalam Sauerkraut 
Saurkraut mengandung 0,3% asam laktat dan 0,5% etanol. Juga terdapat kandungan CO2 dan 
senyawa volatil lainnya. 
Sauerkraut 
Nilai nurtrisi per 100 g (3.5 oz) 
Energi 78 kJ (19 kcal) 
Karbohidrat 4,3 gram 
Gula 1,8 gram 
Dietary fibre 2,9 gram 
Lemak 0,14 gram 
Protein 0,9 gram 
Air 92 gram 
Vitamin B6 0,13 mg (10%) 
Vitamin C 15 mg (25%) 
Iron 1,5 mg (12%) 
Sodium 661 mg (29%) 
Kerusakan Saurkraut 
Kerusakan saurkraut sebagian besar disebabkan oleh kontaminasi mikrobia. Hal ini terjadi 
karena kondisi proses tidak terkontrol dengan baik, terutama suhu fermentasi dan konsentrasi garam. 
Jika suhu > 30 C dan konsentrasi garam > 3%, maka BAL heterofermentatif menjadi 
terhambat pertumbuhannya sehingga terbentuk flavor yang tidak diinginkan. Jika suhu < 10 C dan 
konsentrasi garam < 2%, bakteri gram negatif akan tumbuh yang menyebabkan tekstur produk menjadi 
tidak sempurna.
Produk-Produk Sayuran Hasil Fermentasi 
Hampir semua jenis sayuran termasuk buah-buahan yang bersifat seperti sayuran misalnya 
ketimun, tomat, olive dapat difermentasi oleh bakteri asam laktat. Sayur-sayuran mengandung gula dan 
zat-zat gizi untuk pertumbuhan bakteri asam laktat. Dalam pembuatan saurkraut kami menggunakan 
dua sayuran yaitu kol/daun kubis dan wortel (____, 2011). 
Faktor-faktor lingkungan yang penting dalam fermentasi sayuran adalah: 
 Terciptanya keadaan anaerobik. 
 Pengunaan garam yang sesuai yang berfungsi untuk menyerap keluar cairan dan zat -zat gizi 
dari sayur. 
 Pengaturan suhu yang sesuai untuk fermentasi. 
 Tersedianya bakteri asam laktat yang sesuai. 
Dalam proses fermentasi sayuran bakteri asam laktat, misalnya Leuconostoc 
mesenteroides,Leuconostoc plantarum dan Leuconostoc brevis, memfermentasi gula-gula yang terdapat 
dalam jaringan sayuran menjadi asam, terutama asam laktat. Kadar asam yang dihasilkan berkisar 
antara 0,8 – 1,5% (dinyatakan sebagai asam laktat). Tipe fermentasi ini berlangsung dalam suatu larutan 
garam berkonsentrasi 5-15% (20-600S). Larutan garam tersebut menyebabkan hanya bakteri asam 
laktat-lah yang tumbuh. Garam juga menyebabkan cairan yang terdapat dalam sayuran tertarik keluar 
melalui proses osmosa. Gula-gula dalam cairan tersebut merupakan makanan bagi bakteri asam laktat, 
yang selanjutnya diubah menjadi asam laktat. Asam laktat inilah yang berfungsi sebagai pengawet 
produk tersebut. Lama proses fermentasi berkisar antara 1 hari (fermentasi sehari), beberapa hari 
(fermentasi pendek), sampai beberapa bulan (fermentasi panjang) (____, 2011). 
Fermentasi spontan pada produk fermentasi sayuran 
Produk-produk fermentasi sayuran seperti sawi asin, sauerkraut (kubis asam) dan pikel 
merupakan hasil dari proses fermentasi yang berlangsung secara s elektif dan spontan. Pembuatannya 
cukup mudah sehingga banyak dilakukan secara tradisional atau dalam skala rumah tangga. Fermentasi 
spontan adalah fermentasi yang terjadi tanpa penambahan mikroba dari luar (starter), mikroba yang 
tumbuh terdapat secara alami pada medium (yang dalam hal ini tentu sebagai mediumnya adalah 
sayuran) dan medium tersebut dikondisikan sehingga mikroba tertentu yang melakukan fermentasinya 
yang dapat tumbuh dengan baik. Walau awalnya terjadi secara tidak disengaja, fermentasi sayu ran 
dapat mengawetkan sayuran tersebut dan menghasilkan produk dengan aroma dan cita rasa yang khas ( 
____, 2011). 
Pada produk fermentasi sayuran, mikroba yang melakukan fermentasi adalah dari jenis bakteri 
penghasil asam laktat. Dalam pembuatannya, sayuran direndam dalam larutan garam berkadar 5-15% 
atau diberi garam secara kering sebanyak 2,5% berat sayuran. Larutan garam tersebut menyebabkan 
hanya bakteri asam laktat yang dapat tumbuh. Adanya garam menjadikan air dan zat gizi seperti gula 
tertarik keluar secara osmosis dari sel-sel sayuran. Gula-gula dalam cairan tersebut merupakan makanan 
bagi bakteri asam laktat, yang selanjutnya diubah menjadi asam laktat. Asam laktat inilah yang 
berfungsi sebagai pengawet produk tersebut. Kondisi yang anaerobik mutlak diperlukan agar fermentasi 
berjalan dengan baik ( ____, 2011). 
Suhu selama proses fermentasi juga sangat menentukan jenis mikroba dominan yang akan 
tumbuh. Umumnya diperlukan suhu 30ºC untuk pertumbuhan mikroba. Bakteri asam laktat (BAL) yang 
berperan adalah yang bersifat homofermentatif dan heterofermentatif. Jenis BAL yang bersifat 
homofermentatif hanya menghasilkan asam laktat hasil fermentasi gula yang dilakukannya, 
seperti Pediococcus cerevisae,Lactobacillus plantarum dan Streptococcus faecalis Sedangkan BAL 
yang bersifat heterofermentatif selain menghasilkan asam laktat juga membentuk CO2, asam asetat, dan
etanol. Contohnya adalah Lactobacillus brevis dan Leuconostoc mesenteroides . Pada awal proses 
fermentasinya, bakteri yang tumbuh pertama adalah Leuconostoc mesenteroides dan akan menghambat 
pertumbuhan bakteri awal lainnya. Produksi asam dan karbondioksida meningkat sehingga menurunkan 
pH dan tercipta kondisi yang anaerobik. Fermentasi dilanjutkan oleh jenis-jenis bakteri yang lebih tahan 
terhadap pH rendah, yaitu Lactobacilus brevis, Pediococcus cereviceae, dan Lactobacillus 
plantarum. Lactobacillus plantarum merupakan bakteri yang paling tahan terhadap asam dan pH rendah 
sehingga merupakan mikroba akhir yang dapat tumbuh. Bakteri ini juga penghasil asam laktat 
terbanyak ( ____, 2011). 
BAB V 
PENUTUP 
5.1 Kesimpulan 
Sauerkraut dengan nama lain adalah kol asam merupakan makanan khas Jerman yang terbuat 
dari kubis. Dalam praktikum pembuatan sauerkraut ini digunkan kol dan wortel. Sauerkraut yang kami 
buat ini pengawetannya dengan melakukan fermentasi spontan atau dengan tidak menambahkan starter 
bakteri. Bakteri asam laktat secara alami terdapat dalam sayuran kol dan wortel. 
Dari hasil pembuatan sauerkraut ini, memiliki rasa asam, baunya asam menyengat seperti cuka 
dan teksturnya seperti sayuran segar pada umumnya atau sama pada saat proses pembuatan. Hal ini 
dapat disimpulkan bahwa pada pembuatan sauerkraut ini berhasil dilakukan dan proses fermentasi dan 
pengawetan berhasil secara sempurna tanpa adanya kontaminasi mikroba lain yang tidak diinginkan. 
5.2 Saran 
Bila ingin membuat suerkraut, maka pembuatannya harus sesuai dengan prosedur yang ada dan 
harus memperhatikan setiap langkah pembuataanya agar produk sauerkraut yang dihasilkan 
menghasilkan produk sauerkraut yang baik dan memiliki cita rasa, bau dan tekstur yang khas.
DAFTAR PUSTAKA 
Desrosier, Norman W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. UI - Press: Jakarta. 
Margono, Tri. dkk. 1993. Buku Panduan Teknologi Pangan, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan 
PDII-LIPI. Swiss Development Cooperation, 1993. [Online]. Tersedia 
di: http://www.iptek.net.id/ind/warintek/?mnu=6&ttg=6&doc=6d39, (diakses tanggal 23 November 
2011). 
Sumanti, Ir., MS, Debby. 2007. Teknologi Fermentasi dalam Pelatihan Teknologi Pengolahan Hasil 
Pertanian. [Online]. Tersedia di: http://www.gogreen.web.id/2007/08/sauerkraut.html, (diakses tanggal 
23 November) 
____. ____. [Online]. Tersedia di: http://id.wikipedia.org/wiki/Sauerkraut, (diakses tanggal 23 November 
2011). 
____. ____. [Online]. Tersedia 
di:http://today.co.id/read/2011/04/15/25098/kenali_dan_nikmati_sensasi_sauerkraut_khas_jerman , 
(diakses tanggal 23 November 2011). 
____. ____. [Online]. Tersedia 
di: http://www.sidoarjokab.go.id/other/warintek/index.php?cont=pangan/buah_sayur/sauerkraut.htm, 
(diakses tanggal 23 November 2011). 
____. ____. [Online]. Tersedia di: http://cara-menjadi-sehat.blogspot.com/2011/01/manfaat-sauerkraut.html, 
(diakses tanggal 23 November 2011). 
____. ____. [Online]. Tersedia di: http://musicnotmustsick.blogspot.com/2009/11/sauerkraut.html, (diakses 
tanggal 23 November 2011). 
____. ____. [Online]. Tersedia di: http://www.scribd.com/doc/6549682/fermentasisayuran, (diakses tanggal 23 
November 2011). 
____. ____. [Online]. Tersedia di: http://www.scribd.com/doc/6549684/Fermentasi-Spontan-Pada-Produk- 
Fermentasi-Sayuran, (diakses tanggal 23 November 2011). 
Laporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram 
BUDIDAYA JAMUR TIRAM 
I. TUJUAN: 
 Mengenal spesies jamur yang bermanfaat dalam kehidupan sehari hari 
 Mempelajari cara-cara membudidayakan jamur yang bermanfaat
II. DASAR TEORI 
Budidaya jamur merupakan salah satu usaha peningkatan ekonomi dan 
pangan yang sangat marak berkembang di masyarakat belakangan ini, bisnis dari 
budidaya jamur memang menjanjikan hasil yang lumayan saat ini, maka dari itu 
banyak masyarakat yang turut serta dalam usaha budidaya jamur ini. Selain 
mudah dalam proses pengerjaannya, budidaya jamur tidak membutuhkan modal 
yang terlalu besar sehingga sangat tepat diterapkan pada masyarakat yang taraf 
ekonominya sedang ataupun rendah. 
Jamur memiliki manfaat yang beragam dalam kehidupan sehari-hari antara 
lain sebagai bahan pangan maupun sebagai bahan pembuatan obat yang dapat 
berbagai macam penyakit kronis. Sebagai bahan pangan, jamur tiram dapat 
dikonsumsi sebagai campuran sayur sop, jamur krispi maupun keripik jamur. 
Banyak restoran berkelas yang mengandalkan hidangan utamanya adalah 
berbahan dasar dari jamur, dan bisa dikonsumsi juga sebagai bahan pengobatan. 
Jamur memiliki banyak manfaat bagi kesehatan manusia, protein nabati 
yang tidak mengandung kolesterol dapat digunakan sebagai obat pencegah 
timbulnya penyakit darah tinggi dan serangan jantung, serta dapat mencegah 
penyakit diabetes dan mengurangi berat badan atau obesitas. Kandungan asam 
folat yang tinggi dapat menyembuhkan penyakit anemia dan obat anti tumor, juga 
dapat digunakan untuk mencegah dan menanggulangi kekurangan gizi dan 
pengobatan kekurangan zat besi. 
Dengan banyaknya manfaat tersebut, maka tidak salah jika pada jurusan 
Tadris Biologi IAIN Walisongo Semarang mencoba mempraktekkan sebagai 
bentuk realisasi mata kuliah bioteknologi. Dengan adanya praktek lapangan 
seperti ini, diharapkan mahasiswa dapat berlatih untuk membudidayakan jamur 
yang bermanfaat dalam kehidupan manusia yang nyata dan nantinya dapat 
diterapkan di kehidupan sehari-hari. 
Salah satu praktikum dari budidaya jamur adalah budidaya jamur tiram 
putih (Pleurotus ostreatus) yang juga memiliki banyak manfaat.tahap yang 
diperlukan untuk budidaya jamur yaitu tahap pencampuran bahan, tahap 
pembuatan log, tahap sterilisasi log, tahap inokulasi bibit jamur ke dalam log, 
tahap inkubasi log, dan pengamatan pertumbuhan miselium serta tahap 
penanaman log. 
III. ALAT DAN BAHAN 
a. Alat: 
1) Alat yang digunakan untuk sterilisasi diantaranya adalah drum steam, kompor 
minyak, thermometer. 
2) Alat yang digunakan untuk fermentasi adalah sekop, plastik terpal, corong, 
ember, timbangan, dan pengayak. 
3) Alat yang digunakan dalam pembuatan log adalah plastik log (polipropilen), 
cincin jamur, karet gelang, plastik penutup, kapas, ember, dan kertas. 
4) Alat yang digunakan dalam inokulasi adalah tongkat inokulasi, ember/ baskom. 
5) Alat yang digunakan dalam perawatan jamur adalah penyemprot air uap. 
b. Bahan: 
Bahan utama dalam praktikum ini adalah bibit Jamur Tiram Putih 
(Pleurotus ostreatus) dan serbuk gergaji. Bibit Jamur Tiram Putih diperoleh dari 
hasil pembibitan budidaya jamur di daerah dukuh Sembung, Bekonang.
a. Bahan utama yang digunakan adalah Bibit Jamur Tiram Putih 
b. Bahan yang digunakan untuk media antara lain serbuk gergaji kayu sengon, 
bekatul, kalsit, pupuk kandang sapi, dan air. 
c. Bahan yang digunakan untuk sterilisasi adalah alkohol dan air. 
IV. CARA KERJA 
a. Tahap Pencampuran Jamur 
1) Meletakkan bahan pada tempat yang datar dan kering 
2) Mencampur komposisi bahan dengan perbandingan: 
Serbuk gergaji: 100 kg 
Bekatul: 10 kg 
Batu kapur: 4 kg 
Air: 7 ember (70 liter) 
3) Meratakan komposisi bahan tersebut hingga homogen dan tidak menggumpal 
4) Mengecek kelembaban adukan bahan, apabila sudah lembab dihentikan 
b. Tahap Pembuatan Log 
Menyiapkan alat dan bahan 
Memasukkan komposisi bahan adukan ke dalam plastik log sampai penuh dan 
rata (usahakan jangan ada rongga/ruang kosong) 
Menambahkan pupuk kandang sapi sesuai perlakuan 
Memasukkan cincin jamur pada ujung plastik 
Mengikat ujung plastik pada cincin jamur dengan karet gelang 
Menyumbat cincin jamur dengan kapas secukupnya 
Menutup cincin jamur yang sudah disumbat dengan kapas menggunakan kertas 
dan mengikatnya dengan karet gelang 
c. Tahap Sterilisasi Log 
Memasukkan log pada drum steam 
Mensterilisasi log pada suhu 1140C konstan selama 4-5 jam diatas kompor. 
Mendinginkan log pada tempat yang steril 
d. Tahapan Inokulasi Bibit Jamur Ke dalam Log dan Pengamatan Miselium 
Mensterilkan telapak tangan dengan menggunakan alkohol 70% 
Membuka plastik/kertas yang menutup cincin jamur pada log 
Membuka sumbatan kapas pada cincin jamur 
Mengeluarkan 3 sendok makan media dalam log dengan tingkat inokulasi dan 
selanjutnya menamping sisa media tersebut dalam ember 
Menginokulasikan bibit jamur tiram putih kurang lebih 3 sendok makan ke dalam 
log menggunakan tongkat inokulasi 
Menutup kembali cincin log dengan kapas 
Menginkubasikan log ke dalam ruang pembibitan 
Mengamati pertumbuhan miselium jamur dalam log 
V. HASIL PENGAMATAN
Cara pembuatannya: 
2. Pencampuran Bahan 
1. Persiapan tempat dan pemilihan 
bahan untuk media tanam
4. Fermentasi
3. Pembuatan Log/loging 
6. Inokulasi 
5. Sterilisasi
8. Permanen dan Penanganan 
Pasca Panen
VI. PEMBAHASAN 
Dari praktikum yang sudah dilakukan tersebut dapat di jelaskan bahwa 
jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur yang cukup populer di tengah 
masyarakat Indonesia, selain jenis jamur lainnya seperti jamur merang, jamur 
kuping dan jamur shitake. Pada umumnya jamur tiram dikonsumsi oleh 
masyarakat sebagai sayuran untuk kebutuhan sehari-hari. Jamur tiram adalah jenis 
jamur kayu yang memiliki kandungan nutrisi lebih tinggi dibandingkan dengan 
jenis jamur kayu lainnya. Jamur tiram mengandung protein, lemak, fosfor, besi, 
thiamin dan riboflavin lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jamur lain. 
Jamur tiram mengandung 18 macam asam amino yang dibutuhkan oleh 
tubuh manusia dan tidak mengandung kolesterol. Jamur tiram (Pleurotus 
ostreatus) adalah jamur pangan dari kelompok Basidiomycota dan termasuk kelas 
Homobasidiomycetes dengan ciri-ciri umum tubuh buah berwarna putih hingga 
krem dan tudungnya berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan 
bagian tengah agak cekung. 
Di alam bebas, jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di 
hutan pegunungan daerah yang sejuk. Tubuh buah terlihat saling bertumpuk di 
permukaan batang pohon yang sudah melapuk atau pokok batang pohon yang 
sudah ditebang karena jamur tiram adalah salah satu jenis jamur kayu. Untuk itu, 
saat ingin membudidayakan jamur ini, substrat yang dibuat harus memperhatikan 
habitat alaminya. Dalam budidaya jamur tiram dapat digunakan substrat, seperti 
kompos serbuk gergaji kayu, ampas tebu atau sekam. Hal yang perlu diperhatikan 
dalam budidaya jamur tiram adalah faktor ketinggian dan persyarataan 
lingkungan, sumber bahan baku untuk substrat tanam dan sumber bibit. Miselium 
dan tubuh buahnya tumbuh dan berkembang baik pada suhu 26-30°C. 
Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) mulai dibudidayakan pada tahun 1900. 
Budidaya jamur ini tergolong sederhana. Jamur tiram biasanya dipeliharan dengan 
media tanam serbuk gergaji steril yang dikemas dalam kantung plastik. Hal 
penting yang harus dipenuhi adalah menciptakan dan menjaga kondisi lingkungan 
pemeliharaan (cultivation) yang memenuhi syarat pertumbuhan jamur tiram. Hal 
lain yang penting adalah menjaga lingkungan pertumbuhan jamur tiram terbebas 
dari mikroba atau tumbuhan pengganggu lainnya. Tidak jarang pembudidaya 
jamur tiram mendapati baglog (kantong untuk media jamur tiram) ditumbuhi 
tumbuhan lain selain jamur tiram, hal ini disebabkan proses sterilisasi yang 
kurang baik dan lingkungan yang tidak kondusif. 
Dalam proses pembudidayaan, syarat tumbuh jamur tiram yang baik 
antara lain: 
a. Air 
Kandungan air dalam substrat berkisar antara 60-65%. Apabila kondisi kering 
maka pertumbuhan jamur akan terganggu atau terhenti, begitu pula sebaliknya 
apabila kadar air terlalu tinggi maka miselium akan membusuk dan mati. 
b. Suhu 
7. Inkubasi/Penumbuhan Miselium
Suhu inkubasi atau saat jamur tiram membentuk miselium dipertahankan antara 
60-70%. Suhu pada pembentukan tubuh buah berkisar antara 16-22º C. 
c. Kelembaban 
Kelembaban udara selama masa pertumbuhan miselium 60-70%. Kelembaban 
udara Pada pertumbuhan badan buah 80-90%. 
d. Cahaya 
Pertumbuhan jamur tiram sangat peka terhadap cahaya secara langsung. Cahaya 
tidak langsung (cahaya pantul biasa ± 50-15000 lux) bermanfaat dalam 
perangsangan awal terbentuknya tubuh buah. Intentisitas cahaya yang dibutuhkan 
untuk pertumbuhan jamur sekitar 200 lux (10%). Sedangkan pada pertumbuhan 
miselium tidak diperlukan cahaya. 
e. Aerasi 
Dua komponen penting dalam udara yang berpengaruh pada pertumbuhan jamur 
yaitu Oksigen (O2) dan Karbon Dioksida (CO2). Oksigen merupakan unsure 
penting dalam respirasi sel. Sumber energi dalam sel dioksidasi menjadi 
karbondioksida. Konsentrasi Karbon Dioksida (CO2) yang terlalu banyak dalam 
kumbung menyebabkan pertumbuhan jamur tidak normal. Didalam kumbung 
jamur konsentrasi CO2 tidak boleh lebih dari 0,02%. 
f. Tingkat Keasaman (pH) 
Tingkat keasaman media tanam mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan 
jamur tiram putih. Pada pH yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan 
mempengaruhi penyerapan air dan hara, bahkan kemungkinan akan tumbuh jamur 
yang lain yang akan menganggu pertumbuhan jamur tiram itu sendiri. pH 
optimum pada media tanam berkisar 6-7. 
Praktikum ini dilakukan dengan cara membuat 2 buah baglog untuk 
menumbuhakn jamur tiram (Pleurotus ostreatus) dan dari 2 baglog yang dibuat, 
hanya 1 yang tumbuh miselium dan itupun hanya tumbuh sedikit pada bagian 
bawah cincin log sampai minggu ke-5. Sedangkan yang lain, tidak tumbuh 
miselium dan baglog berwarna hitam sehingga ada indikasi kontaminasi. 
Kegagalan pada praktikum yang telah kami lakukan disebabkan oleh berbagai 
macam faktor antara lain: 
a. Faktor dari serbuk kayu yang digunakan 
b. Faktor pH 
c. Faktor air 
d. Faktor campuran yang kurang baik 
e. Faktor sterilisasi 
f. Faktor kesalahan dalam inokulasi 
g. Faktor bibit jamur yang kurang baik 
h. Komposisi bibit 
i. Faktor kebersihan ruang inkubasi 
Tetapi dalam praktikum yang telah kita lakukan tidak mengalami kegagalan 
semua tetapi ada sebagian jamur yang bisa tumbuh dengan baik. 
VII. KESIMPULAN 
a. Jamur tiram merupakan jenis jamur kayu yang memiliki 
kandungan nutrisi lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jamur 
kayu lainnya.
b. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jamur pangan dari 
kelompok Basidiomycota dan termasuk kelas 
Homobasidiomycetes dengan ciri-ciri umum tubuh buah berwarna 
putih hingga krem dan tudungnya berbentuk setengah lingkaran 
mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. 
c. Tahap pembuatan baglog dapat dilakukan dengan cara tahap 
pencampuran bahan, tahap pembuatan log, tahap sterilisasi log dan 
tahap inokulasi. 
BAB I 
PENDAHULUAN 
Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme mikroskopik yang sebagian besar 
berupa satu sel yang terlalu kecil untuk dapat dilihat menggunakan mata 
telanjang.Mikroba berukuran sekitar seperseribu milimeter (1 mikrometer) atau 
bahkan kurang, walaupun ada juga yang lebih besar dari 5 mikrometer. 
Karenanya, mikroba hanya bisa dilihat dengan menggunakan alat bantu berupa 
mikroskop. 
.Mikroba-mikroba tanah yang bermanfaat untuk melarutkan unsur hara, 
membantu penyerapan unsur hara, maupun merangsang pertumbuhan tanaman 
diformulasikan dalam bahan pembawa khusus dan digunakan sebagai biofertilizer 
untuk pertanian organik. 
Mikroba lebih banyak lagi ditemui pada tanaman dan hewan. Sebagian besar 
mikroba tidak berbahaya bagi manusia, dan manusia yang sehat diberi 
kemampuan oleh Yang Maha Kuasa untuk bertahan dari serangan mikroba yang 
berbahaya sampai batas-batas tertentu seperti menyebabkan berbagai penyakit 
pada manusia serta mikroba yang mengakibatkan basi atau kerusakan bahan 
makanan dan minuman.
1.2 RUMUSAN MASALAH 
1. Apa pengertian Mikroba Tanah. 
2. Mikroba sebagai pembunuh sel kanker dalam tubuh. 
3. Bahan organik yang dapat dirombak oleh bakteri tanah. 
4. Sumber bahan organik. 
5. Humus. 
6. Faktor yang mempengaruhi bahan organik tanah. 
7. Mempengaruhi bahan organik tanah. 
8. Peran bahan organik bagi tanaman. 
9. Manfaat pupuk organik. 
10. Pengaruh bahan organik pada sifat fisik tanah. 
11. Pengaruh bahan organik pada sifat kimia tanah. 
12. Pengaruh bahan organik pada sifat biologi tanah. 
13. Pengaruh langsung bahan organik pada tanaman. 
14. Pengaruh tidak langsug pada tanaman. 
15. Peran mikroba tanah dalam penyediaan manapun penyerapan unsur hara bagi 
tanaman. 
1.3 TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah: 
1. Untuk mengetahui pengertian mikroba tanah. 
2. Untuk mengetahui mikroba sebagai pembunuh sel kanker dalam tubuh. 
3. Untuk mengetahui bahan organik yang dapat dirombak oleh bakteri tanah. 
4. Untuk mengetahui Sumber bahan organik. 
5. Untuk mengetahui Humus. 
6. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi bahan organik tanah. 
7. Untuk mengetahui peran bahan organik bagi tanah. 
8. Untuk mengetahui peran bahan organik bagi tanaman. 
9. Untuk mengetahui manfaat pupuk organik. 
10. Untuk mengetahui pengaruh bahan organik pada sifat fisik tanah, 
11. Untuk mengetahui pengaruh bahan organik pada sifat kimia tanah. 
12. Untuk mengetahui pengaruh bahan organik pada sifat biologi tanah. 
13. Untuk mengetahui pengaruh langsung bahan organik pada tanaman. 
14. Untuk mengetahui pengaruh tidak langsung pada tanaman. 
15. Untuk mengetahui peran mikroba tanah dalam penyediaan maupun 
penyerapan unsur hara bagi tanaman. 
1.4 MANFAAT 
Manfaat yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah: 
1. Memberi informasi kepada pembaca tentang pengertian Mikroba tanah. 
2. Memberi informasi kepada pembaca tentang mikroba sebagai pembunuh 
sel kanker dalam tubuh. 
3. Memberi informasi kepada pembaca tentang bahan organik yang dapat 
dirombak oleh bakteri tanah. 
4. Memberi informasi kepada pembaca tentang sumber bahan organik. 
5. Memberi informasi kepada pembaca tentang Humus.
6. Memberi informasi kepada pembaca tentang faktor yang mempengaruhi 
bahan organik tanah. 
7. Memberi informasi kepada pembaca tentang peran bahan organik bagi 
tanah. 
8. Memberi informasi kepada pembaca tentang peran bahan organik bagi 
tanaman. 
9. Memberi informasi kepada pembaca tentang manfaat pupuk organik. 
10. Memberi informasi kepada pembaca tentang pengaruh bahan organik pada 
sifat fisik tanah. 
11. Memberi informasi kepada pembaca tentang pengaruh bahan organik pada 
sifat kimia tanah. 
12. Memberi informasi kepada pembaca tentang pengaruh bahan organik pada 
sifat biologi tanah. 
13. Memberi informasi kepada pembaca tentang pengaruh langsung bahan 
organik pada tanaman. 
14. Memberi informasi kepada pembaca tentang pengaruh tidak langsung pada 
tanaman. 
15. Memberi informasi kepada pembaca tentang peran mikroba tanah dalam 
penyediaan maupun penyerapan unsur hara bagi tanaman. 
BAB II 
ISI 
2.1 Pengertian mikroba Tanah 
Tanah sangat kaya akan keragaman mikroorganisme, seperti bakteri, 
aktinomicetes, fungi, protozoa, alga dan virus. Tanah pertanian yang subur 
mengandung lebih dari 100 juta mikroba per gram tanah.Produktivitas dan daya 
dukung tanah tergantung pada aktivitas mikroba tersebut. Sebagian besar mikroba 
tanah memiliki peranan yang menguntungan bagi pertanian, yaitu berperan dalam 
menghancurkan limbah organik, re-cycling hara tanaman, fiksasi biologis 
nitrogen, pelarutan fosfat, merangsang pertumbuhan, biokontrol patogen dan 
membantu penyerapan unsur hara. Bioteknologi berbasis mikroba dikembangkan 
dengan memanfaatkan peran-peranpentingmikrobatersebut. 
Tiga unsur hara penting tanaman, yaitu Nitrogen (N), fosfat (P), dan kalium 
(K) seluruhnya melibatkan aktivitas mikroba tanah. Hara N sebenarnya tersedia 
melimpah di udara.Kurang lebih 74% kandungan udara adalah N. Namun, N 
udara tidak dapat langsung diserap oleh tanaman.Tidak ada satupun tanaman yang 
dapat menyerap N dari udara.N harus difiksasi/ditambat oleh mikroba tanah dan 
diubah bentuknya menjadi tersedia bagi tanaman.Mikroba penambat N ada yang
bersimbiosis dengan tanaman dan ada pula yang hidup 
bebasdisekitarperakarantanaman. 
Mikroba tanah lain yang berperan di dalam penyediaan unsur hara tanaman 
adalah mikroba pelarut fosfat (P) dan kalium (K). Tanah-tanah yang lama diberi 
pupuk superfosfat (TSP/SP 36) umumnya kandungan P-nya cukup tinggi 
(jenuh).Namun, hara P ini sedikit/tidak tersedia bagi tanaman, karena terikat pada 
mineral liat tanah yang sukar larut. Di sinilah peranan mikroba pelarut P. Mikroba 
ini akan melepaskan ikatan P dari mineral liat tanah dan menyediakannya bagi 
tanaman. Banyak sekali mikroba yang mampu melarutkan P, antara lain: 
Aspergillus sp, Penicillium sp, Zerowilia lipolitika, Pseudomonas sp. Mikroba 
yang berkemampuan tinggi melarutkan P, umumnya juga berkemampuan tinggi 
dalam melarutkan K. Isroi ( 2008 ) mengatakan bahwa beberapa mikroba tanah 
juga mampu menghasilkan hormon tanaman yang dapat merangsang pertumbuhan 
tanaman. Hormon yang dihasilkan oleh mikroba akan diserap oleh tanaman 
sehingga tanaman akan tumbuh lebih cepat atau lebih besar. Kelompok mikroba 
yang mampu menghasilkan hormon tanaman, antara lain: Pseudomonas sp dan 
Azotobacter sp. 
Mikroba-mikroba tanah yang bermanfaat untuk melarutkan unsur hara, membantu 
penyerapan unsur hara, maupun merangsang pertumbuhan tanaman 
diformulasikan dalam bahan pembawa khusus dan digunakan sebagai biofertilizer 
untuk pertanian organik. 
 Mikroba Tanah dikelompokkan Menjadi 2 yaitu 
Berdasarkan Sumber Makanan, bakteri tanah dikelompokkan menjadi dua, 
yaitu: 
(1) Bakteri AutotrophatauBakteri Lithotropik, yaitu: bakteri yang dapat 
menghasilkan makanan sendiri, contohnya: bakteri nitrifikasi, bakteri 
denitrifikasi, bakteri pengoksidasi belerang, bakteri pereduksi sulfat, dll. Bakteri 
autotroph ini dikelompokkan lagi berdasarkan sumber energi yang diperlukan, 
yaitu: (a) Bakteri PhotoautotrophatauBakteri FotoLithotropik: bakteri yang 
menghasilkan makanan sendiri dan sumber energi yang digunakan berasal dari 
Sinar Matahari, dan (b) Bakteri KhemoautotrophatauBakteri 
Khemolithotropik: bakteri yang menghasilkan makanan sendiri dan sumber 
energi yang digunakan dari hasil oksidasi bahan organik, 
(2) Bakteri Heterotroph atau Bakteri Organotropik, yaitu: bakteri yang 
mendapatkan makanan dari bahan organik atau sisa-sisa dari makhluk hidup lain, 
baik fauna maupun flora, dan baik yang makro maupun yang mikro. Bakteri 
heterotroph ini pun dikelompokkan lagi berdasarkan sumber makanan, menjadi 
dua kelompok, yaitu: (a) Bakteri PhotoheterotrophatauBakte ri 
Fotoorganotropik: bakteri yang mendapatkan makanan dari bahan organik atau 
sisa-sisa makhluk hidup lain dan sumber energi yang digunakan berasal dari Sinar 
Matahari, dan (b) Bakteri KhemoheterotrophatauBakte ri 
Khemoorganotropik: bakteri yang mendapatkan makanan dari bahan organik
atau sisa-sisa makhluk hidup lain dan sumber energi yang digunakan dari hasil 
oksidasi bahan organik. 
2.2 Mikroba tanah sebagai pembunuh sel kanker di dalam tubuh 
Sejumlah ilmuwan dari Inggris dan Belanda mencoba untuk 
mengembangkan sebuah metode yang menggunakan Clostridium sporogenes 
(bakteri tanah) untuk mengobati penyakit kankerdantumor. 
Seperti dikutip dari BBC Clostridium merupakan salah satu bakteri yang 
normalnya hidup di tanah, atau hidup di tempat yang rendah kadar oksigennya. 
Para peneliti menggunakan karakter bakteri itu untuk memaksimalkan tugas obat 
bagi pembunuh sel kanker di dalam tubuh. 
Sebelum memasukan bakteri ke dalam tubuh pasien, para peneliti akan melakuka n 
teknik genetik dari bakteri untuk menghasilkan enzim yang spesifik yang 
memiliki kemampuan untuk mengaktifkan obat kanker yang dikonsumsi oleh para 
pasien. 
Berdasarkan pendalaman dari para peneliti pada konferensi di York University, 
Spora dari bakteri itu akan tumbuh di dalam tumor pasien. Spora hanya tumbuh 
pada tumor yang padat yang memiliki kadar oksigen rendah seperti payudara, 
prostat,dan tumor otak. 
Temuan ini merupakan sebuah hasil dari penelitian berdekade lamanya guna 
melihat kemungkinan Clostridium untuk bekerja memaksimalkan obat kanker. 
“Ini merupakan sebuah fenomena yang sepenuhnya alami, yang tak merusak 
jaringan lain yang sehat,” kata profesor Nigel Minton dari Universitas 
Nottingham. 
2.3 Bahan organik yang dapat dirombak oleh bakteri-bakteri tanah 
Bahan organik merupakan bahan-bahan yang dapat diperbaharui, didaur 
ulang, dirombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat digunakan 
oleh tanaman tanpa mencemari tanah dan air.Bahan organik tanah merupakan 
penimbunan dari sisa-sisa tanaman dan binatang yang sebagian telah mengalami 
pelapukan dan pembentukan kembali.Bahan organik demikian berada dalam 
pelapukan aktif dan menjadi mangsa serangan jasad mikro.Sebagai akibatnya
bahan tersebut berubah terus dan tidak mantap sehingga harus selalu diperbaharui 
melalui penambahan sisa-sisa tanaman atau binatang. 
2.4 Sumber Bahan Organik 
Sumber primer bahan organik adalah jaringan tanaman berupa akar, batang, 
ranting, daun, dan buah. Bahan organik dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses 
fotosintesis sehingga unsur karbon merupakan penyusun utama dari bahan 
organik tersebut. 
Unsur karbon ini berada dalam bentuk senyawa-senyawa polisakarida, seperti 
selulosa, hemiselulosa, pati, dan bahan- bahan pektin dan lignin. Selain itu 
nitrogen merupakan unsur yang paling banyak terakumulasi dalam bahan organik 
karena merupakan unsur yang penting dalam sel mikroba yang terlibat dalam 
proses perombakan bahan organik tanah. Jaringan tanaman ini akan mengalami 
dekomposisi dan akan terangkut ke lapisan bawah serta diinkorporasikan dengan 
tanah. Tumbuhan tidak saja sumber bahan organik, tetapi sumber bahan organik 
dari seluruh makhluk hidup. 
Sumber sekunder bahan organik adalah fauna.Fauna terlebih dahulu harus 
menggunakan bahan organik tanaman setelah itu barulah menyumbangkan pula 
bahan organik.Bahan organik tanah selain dapat berasal dari jaringan asli juga 
dapat berasal dari bagian batuan. (Sumber: fadlie.web.id) 
Perbedaan sumber bahan organik tanah tersebut akan memberikan perbedaan 
pengaruh yang disumbangkannya ke dalam tanah. Hal itu berkaitan erat dengan 
komposisi atau susunan dari bahan organik tersebut. Kandungan bahan organik 
dalam setiap jenis tanah tidak sama. Hal ini tergantung dari beberapa hal yaitu; 
tipe vegetasi yang ada di daerah tersebut, populasi mikroba tanah, keadaan 
drainase tanah, curah hujan, suhu, dan pengelolaan tanah. Komposisi atau susunan 
jaringan tumbuhan akan jauh berbeda dengan jaringan binatang. Pada umumnya 
jaringan binatang akan lebih cepat hancur daripada jaringan tumbuhan. Jaringan 
tumbuhan sebagian besar tersusun dari air yang beragam dari 60-90% dan rata-rata 
sekitar 75%. Bagian padatan sekitar 25% dari hidrat arang 60%, protein 10%, 
lignin 10-30% dan lemak 1-8%. Ditinjau dari susunan unsur karbon merupakan 
bagian yang terbesar (44%) disusul oleh oksigen (40%), hidrogen dan abu 
masing-masing sekitar 8%.Susunan abu itu sendiri terdiri dari seluruh unsur hara 
yang diserap dan diperlukan tanaman kecuali C, H dan O. 
2.5 HUMUS 
Humus merupakan salah satu bentuk bahan organik.Jaringan asli berupa 
tubuh tumbuhan atau fauna baru yang belum lapuk terus menerus mengalami 
serangan-serangan jasad mikro yang menggunakannya sebagai sumber energinya 
dan bahan bangunan tubuhnya.Hasil pelapukan bahan asli yang dilakukan oleh 
jasad mikro disebut humus.Humus biasanya berwarna gelap dan dijumpai 
terutama pada lapisan tanah atas.Definisi humus yaitu fraksi bahan organik tanah
yang kurang lebih stabil, sisa dari sebagian besar residu tanaman serta binatang 
yang telah terdekomposisikan. 
Humus merupakan bentuk bahan organik yang lebih stabil, dalam bentuk inilah 
bahan organik banyak terakumulasi dalam tanah.Humus memiliki kontribusi 
terbesar terhadap durabilitas dan kesuburan tanah.Humuslah yang aktif dan 
bersifat menyerupai liat, yaitu bermuatan negatif.Tetapi tidak seperti liat yang 
kebanyakan kristalin, humus selalu amorf (tidak beraturan bentuknya). 
Humus merupakan senyawa rumit yang agak tahan lapuk (resisten), berwarna 
coklat, amorf, bersifat koloidal dan berasal dari jaringan tumbuhan atau hewan 
yang telah diubah atau dibentuk oleh berbagai jasad mikro. Humus tidaklah 
resisten sama sekali terhadap kerja bakteri. Mereka tidak stabil terutama apabial 
terjadi perubahan regim suhu, kelembapan dan aerasi.Adanya humus pada tanah 
sangat membantu mengurangi pengaruh buruk liat terhadap struktur tanah, dalam 
hal ini humus merangsang granulasi agregat tanah.Kemampuan humus menahan 
air dan ion hara melebihi kemampuan liat.Tinggi daya menahan (menyimpan) 
unsur hara adalah akibat tingginya kapasitas tukar kation dari humus, karena 
humus mempunyai beberapa gugus yang aktif terutama gugus karboksil. Dengan 
sifat demikian keberadaan humus dalam tanah akan membantu meningkatkan 
produktivitas tanah. 
 Sifat dan Ciri Humus 
 Bersifat koloidal seperti liat tetapi amorfous. 
 Luas permukaan dan daya jerap jauh melebihi liat. 
 Kapasitas tukar kation 150-300 me/100 g, liat hanya 8-100 me/100 g. 
 Daya jerap air 80-90% dari bobotnya, liat hanya 15-20%. 
 Daya kohesi dan plastisitasnya rendah sehingga mengurangi sifat lekat 
dari liat dan membantu granulasi agregat tanah. 
 Misel humus tersusun dari lignin, poliuronida, dan protein liat yang 
didampingi oleh C, H, O, N, S, P dan unsur lainnya. 
 Muatan negatif berasal dari gugus -COOH dan -OH yang tersembul di 
pinggiran dimana ion H dapat digantikan oleh kation lain. 
 Mempunyai kemampuan meningkatkan unsur hara tersedia seperti Ca, 
Mg, dan K. 
1. Merupakan sumber energi jasad mikro. 
2. Memberikan warna gelap pada tanah.
2.6 Faktor yang mempengaruhi bahan organik tanah 
Diantara sekian banyak faktor yang mempengaruhi kadar bahan organik dan 
nitrogen tanah, faktor yang penting adalah kedalaman tanah, iklim, tekstur tanah 
dan drainase. Kedalaman lapisan menentukan kadar bahan organik dan N. Kadar 
bahan organik terbanyak ditemukan di lapisan atas setebal 20 cm (15-20%). 
Semakin ke bawah kadar bahan organik semakin berkurang. Hal itu disebabkan 
akumulasi bahan organik memang terkonsentrasi di lapisan atas. 
Faktor iklim yang berpengaruh adalah suhu dan curah hujan. Makin ke 
daerah dingin, kadar bahan organik dan N makin tinggi. Pada kondisi yang sama 
kadar bahan organik dan N bertambah 2 hingga 3 kali tiap suhu tahunan rata-rata 
turun 100C. bila kelembaban efektif meningkat, kadar bahan organik dan N juga 
bertambah. Hal itu menunjukkan suatu hambatan kegiatan organisme tanah. 
Tekstur tanah juga cukup berperan, makin tinggi jumlah liat maka makin tinggi 
kadar bahan organik dan N tanah, bila kondisi lainnya sama. Tanah berpasir 
memungkinkan oksidasi yang baik sehingga bahan organik cepat habis. 
Pada tanah dengan drainase buruk, dimana air berlebih, oksidasi terhambat karena 
kondisi aerasi yang buruk. Hal ini menyebabkan kadar bahan organik dan N tinggi 
daripada tanah berdrainase baik. Disamping itu vegetasi penutup tanah dan 
adanya kapur dalam tanah juga mempengaruhi kadar bahan organik tanah. 
Vegetasi hutan akan berbeda dengan padang rumput dan tanah pertanian. Faktor-faktor 
ini saling berkaitan, sehingga sukar menilainya sendiri (Hakim et al, 1986). 
2.7 Peranan Bahan Organik Bagi Tanah 
Bahan organik berperan penting untuk menciptakan kesuburan tanah.Peranan 
bahan organik bagi tanah adalah dalam kaitannya dengan perubahan sifat-sifat 
tanah, yaitu sifat fisik, biologis, dan sifat kimia tanah.Bahan organik merupakan 
pembentuk granulasi dalam tanah dan sangat penting dalam pembentukan agregat
tanah yang stabil.Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada 
taranya.Melalui penambahan bahan organik, tanah yang tadinya berat menjadi 
berstruktur remah yang relatif lebih ringan.Pergerakan air secara vertikal atau 
infiltrasi dapat diperbaiki dan tanah dapat menyerap air lebih cepat sehingga aliran 
permukaan dan erosi diperkecil. Demikian pula dengan aerasi tanah yang menjadi 
lebih baik karena ruang pori tanah (porositas) bertambah akibat terbentuknya 
agregat. 
Bahan organik umumnya ditemukan dipermukaan tanah.Jumlahnya tidak besar, 
hanya sekitar 3-5% tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar 
sekali.Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation berasal dari bahan organik.Ia 
merupakan sumber hara tanaman. Disamping itu bahan organik adalah sumber 
energi bagi sebagian besar organisme tanah.Dalam memainkan peranan tersebut 
bahan organik sangat ditentukan oleh sumber dan susunannya, oleh karena 
kelancaran dekomposisinya, serta hasil dari dekomposisi itu sendiri. 
2.8 Peranan Bahan Organik Bagi Tanaman 
Bahan organik memainkan beberapa peranan penting di tanah.Sebab bahan 
organik berasal dari tanaman yang tertinggal, berisi unsur-unsur hara yang 
dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman.Bahan organik mempengaruhi struktur 
tanah dan cenderung untuk menjaga menaikkan kondisi fisik yang 
diinginkan.Peranan bahan organik ada yang bersifat langsung terhadap tanaman, 
tetapi sebagian besar mempengaruhi tanaman melalui perubahan sifat dan ciri 
tanah. 
2.9 Manfaat Mikroba Bagi Manusia 
Selain menjadi sumber ketakutan bagi manusia, mikroba juga memiliki manfaat 
besar bagi manusia.Mikroba bisa membantu meningkatkan imunitas dan menjaga 
kesehatan manusia yang memberi ketenangan dan harapan hidup bagi 
manusia.Keberadaan mikroba banyak menguntungkan manusia. 
Mikroba menjadi salah satu tumpuan pengembangan bioteknologi.Beberapa aspek 
dari mikroba menjadi sumber ketakutan. HIV, SARS, flu burung, antraks 
merupakan topik-topik yang menimbulkan ketakutan luar biasa bagi manusia, 
tetapi melalui riset dan teknologi mampu mendatangkan dana. 
Selain mikroba yang menakutkan, dikenal pula mikroba yang tidak menakutkan, 
dan sebaliknya dapat mendatangkan uang, misalnya pangan fungsional atau 
human probiotik yang membantu meningkatkan imunitas dan kesehatan.Dalam 
akuakultur misalnya, mikroba berperan dalam hal pakan, lingkungan, 
pengendalian penyakit, pengolahan dan penanganan produksi dan sebagainya. 
Mikroba dan mikrobiologi, memiliki cakupan yang sangat luas.Dalam kaitan 
dengan akuakultur yang dibahas lebih dalam pidato pengukuhannya menurut guru
besar baru ini, akuakultur merupakan suatu kegiatan ekonomi yang cukup 
menjanjikan dalam mengangkat harkat dan kehidupan dan pemenuhan gizi 
masyarakat terutama dalam sumber protein hewani.Di Indonesia akuakultur dalam 
beberapa tahun terakhir menunjukan pertumbuhan yang luar biasa. 
Dalam akuakultur diperkenalkan pula produk yang diklaim sebagai probiotik atau 
makanan tambahan (suplemen) berupa sel-sel mikroba hidup yang memiliki 
pengaruh menguntungkan bagi hewan inang yang mengonsumsinya melalui 
penyeimbangan flora mikroba intestinalnya. 
Istilah probiotik telah memberikan keuntungan bagi produsen karena memiliki 
nilai jual lebih baik dibandingkan dengan penggunaan istilah biomediator, agensia 
biremediasi atau produk mikroba.Namun, sejauh ini penggunaan probiotik dan 
bioremediator dalam akuakultur tak tercatat atau terpantau dengan baik terutama 
pada produk-produk yang belum pernah diuji patogenitasnya.Selain itu, terbuka 
kemungkinan kualitas produk yang ditawarkan tidak sesuai dengan kenyataan. 
2.10 Pengaruh Bahan Organik pada Sifat Fisika Tanah 
 Meningkatkan kemampuan tanah menahan air. Hal ini dapat dikaitkan 
dengan sifat polaritas air yang bermuatan negatif dan positif yang 
selanjutnya berkaitan dengan partikel tanah dan bahan organik. Air tanah 
mempengaruhi mikroorganisme tanah dan tanaman di atasnya. Kadar air 
optimal bagi tanaman dan mikroorganisme adalah 0,5 bar/ atmosfer. 
 Warna tanah menjadi coklat hingga hitam. Hal ini meningkatkan 
penyerapan energi radiasi matahari yang kemudian mempengaruhi suhu 
tanah. 
 Merangsang granulasi agregat dan memantapkannya 
 Menurunkan plastisitas, kohesi dan sifat buruk lainnya dari liat. 
Salah satu peran bahan organik yaitu sebagai granulator, yaitu 
memperbaiki struktur tanah. Menurut Arsyad (1989) peranan bahan 
organik dalam pembentukan agregat yang stabil terjadi karena mudahnya 
tanah membentuk kompleks dengan bahan organik. Hai ini berlangsung 
melalui mekanisme:
 Penambahan bahan organik dapat meningkatkan populasi mikroorganisme 
tanah, diantaranya jamur dan cendawan, karena bahan organik digunakan 
oleh mikroorganisme tanah sebagai penyusun tubuh dan sumber 
energinya. Miselia atau hifa cendawan tersebut mampu menyatukan butir 
tanah menjadi agregat, sedangkan bakteri berfungsi seperti semen yang 
menyatukan agregat. 
 Peningkatan secara fisik butir-butir prima oleh miselia jamur dan 
aktinomisetes. Dengan cara ini pembentukan struktur tanpa adanya fraksi 
liat dapat terjadi dalam tanah. 
 Peningkatan secara kimia butir-butir liat melalui ikatan bagian-bagian 
pada senyawa organik yang berbentuk rantai panjang. 
 Peningkatan secara kimia butir-butir liat melalui ikatan antar bagian 
negatif liat dengan bagian negatif (karbosil) dari senyawa organik dengan 
perantara basa dan ikatan hidrogen. 
 Peningkatan secara kimia butir-butir liat melalui ikatan antara bagian 
negatif liat dan bagian positf dari senyawa organik berbentuk rantai 
polimer. 
2.11 Pengaruh Bahan Organik pada Sifat Kimia Tanah 
Meningkatkan daya jerap dan kapasitas tukar kation (KTK).Sekitar setengah 
dari kapasitas tukar kation (KTK) tanah berasal dari bahan organik. Bahan 
organik dapat meningkatkan kapasitas tukar kation dua sampai tiga puluh kali 
lebih besar daripada koloid mineral yang meliputi 30 sampai 90% dari tenaga 
jerap suatu tanah mineral. Peningkatan KTK akibat penambahan bahan organik 
dikarenakan pelapukan bahan organik akan menghasilkan humus (koloid organik) 
yang mempunyai permukaan dapat menahan unsur hara dan air sehingga dapat 
dikatakan bahwa pemberian bahan organik dapat menyimpan pupuk dan air yang 
diberikan di dalam tanah. Peningkatan KTK menambah kemampuan tanah untuk 
menahan unsur- unsur hara. 
Unsur N,P,S diikat dalam bentuk organik atau dalam tubuh mikroorganisme, 
sehingga terhindar dari pencucian, kemudian tersedia kembali. Berbeda dengan 
pupuk komersil dimana biasanya ditambahkan dalam jumlah yang banyak karena 
sangat larut air sehingga pada periode hujan terjadi kehilangan yang sangat tinggi, 
nutrien yang tersimpan dalam residu organik tidak larut dalam air sehingga 
dilepaskan oleh proses mikrobiologis. Kehilangan karena pencucian tidak seserius 
seperti yang terjadi pada pupuk komersil. Sebagai hasilnya kandungan nitrogen 
tersedia stabil pada level intermediet dan mengurangi bahaya kekurangan dan 
kelebihan. Bahan organik berperan sebagai penambah hara N, P, K bagi tanaman 
dari hasil mineralisasi oleh mikroorganisme.Mineralisasi merupakan lawan kata 
dari immobilisasi.Mineralisasi merupakan transformasi oleh mikroorganisme dari 
sebuah unsur pada bahan organik menjadi anorganik, seperti nitrogen pada protein 
menjadi amonium atau nitrit.Melalui mineralisasi, unsur hara menjadi tersedia 
bagi tanaman.
Meningkatkan kation yang mudah dipertukarkan dan pelarutan sejumlah unsur 
hara dari mineral oleh asam humus.Bahan organik dapat menjaga 
keberlangsungan suplai dan ketersediaan hara dengan adanya kation yang mudah 
dipertukarkan. Nitrogen, fosfor dan belerang diikat dalam bentuk organik dan 
asam humus hasil dekomposisi bahan organik akan mengekstraksi unsur hara dari 
batuan mineral. Mempengaruhi kemasaman atau pH.Penambahan bahan organik 
dapat meningkatkan atau malah menurunkan pH tanah, hal ini bergantung pada 
jenis tanah dan bahan organik yang ditambahkan.Penurunan pH tanah akibat 
penambahan bahan organik dapat terjadi karena dekomposisi bahan organik yang 
banyak menghasilkan asam-asam dominan. Sedangkan kenaikan pH akibat 
penambahan bahan organik yang terjadi pada tanah masam dimana kandungan 
aluminium tanah tinggi , terjadi karena bahan organik mengikat Al sebagai 
senyawa kompleks sehingga tidak terhidrolisis lagi . 
Peranan bahan organik terhadap perbaikan sifat kimia tanah tidak terlepas dalam 
kaitannya dengan dekomposisi bahan organik, karena pada proses ini terjadi 
perubahan terhadap komposisi kimia bahan organik dari senyawa yang kompleks 
menjadi senyawa yang lebih sederhana. Proses yang terjadi dalam dekomposisi 
yaitu perombakan sisa tanaman atau hewan oleh miroorganisme tanah atau enzim-enzim 
lainnya, peningkatan biomassa organisme, dan akumulasi serta pelepasan 
akhir. Akumulasi residu tanaman dan hewan sebagai bahan organik dalam tanah 
antara lain terdiri dari karbohidrat, lignin, tanin, lemak, minyak, lilin, resin, 
senyawa N, pigmen dan mineral, sehingga hal ini dapat menambahkan unsur-unsur 
hara dalam tanah. 
2.12 Pengaruh Bahan Organik pada Sifat Biologi Tanah 
Jumlah dan aktivitas metabolik organisme tanah meningkat.Secara umum, 
pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan aktivitas 
mikroorganisme.Bahan organik merupakan sumber energi dan bahan makanan 
bagi mikroorganisme yang hidup di dalam tanah. Mikroorganisme tanah saling 
berinteraksi dengan kebutuhannya akan bahan organik karena bahan organik 
menyediakan karbon sebagai sumber energi untuk tumbuh. 
Kegiatan jasad mikro dalam membantu dekomposisi bahan organik meningkat. 
Bahan organik segar yang ditambahkan ke dalam tanah akan dicerna oleh 
berbagai jasad renik yang ada dalam tanah dan selanjutnya didekomposisisi jika 
faktor lingkungan mendukung terjadinya proses tersebut. Dekomposisi berarti 
perombakan yang dilakukan oleh sejumlah mikroorganisme (unsur biologi dalam 
tanah) dari senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana.Hasil dekomposisi 
berupa senyawa lebih stabil yang disebut humus.Makin banyak bahan organik 
maka makin banyak pula populasi jasad mikro dalam tanah.
2.13 Pengaruh Langsung Bahan Organik pada Tanaman 
Melalui penelitian ditemukan bahwa beberapa zat tumbuh dan vitamin dapat 
diserap langsung dari bahan organik dan dapat merangsang pertumbuhan 
tanaman.Dulu dianggap orang bahwa hanya asam amino, alanin, dan glisin yang 
diserap tanaman.Serapan senyawa N tersebut ternyata relatif rendah daripada 
bentuk N lainnya.Tidak dapat disangkal lagi bahwa bahan organik mengandung 
sejumlah zat tumbuh dan vitamin serta pada waktu-waktu tertentu dapat 
merangsang pertumbuhan tanaman dan jasad mikro. 
Bahan organik ini merupakan sumber nutrien inorganik bagi tanaman.Jadi tingkat 
pertumbuhan tanaman untuk periode yang lama sebanding dengan suplai nutrien 
organik dan inorganik.Hal ini mengindikasikan bahwa peranan langsung utama 
bahan organik adalah untuk menyuplai nutrien bagi tanaman. Penambahan bahan 
organik kedalam tanah akan menambahkan unsur hara baik makro maupun mikro 
yang dibutuhkan oleh tumbuhan, sehingga pemupukan dengan pupuk anorganik 
yang biasa dilakukan oleh para petani dapat dikurangi kuantitasnya karena 
tumbuhan sudah mendapatkan unsur-unsur hara dari bahan organik yang 
ditambahkan kedalam tanah tersebut. Efisiensi nutrisi tanaman meningkat apabila 
pememukaan tanah dilindungi dengan bahan organik. 
2.14 Pengaruh Tidak Langsung Bahan Organik pada Tanaman 
Sumbangan bahan organik terhadap pertumbuhan tanaman merupakan 
pengaruhnya terhadap sifat-sifat fisik, kimia dan biologis dari tanah. Bahan 
organik tanah mempengaruhi sebagian besar proses fisika, biologi dan kimia 
dalam tanah. Bahan organik memiliki peranan kimia di dalam menyediakan N, P 
dan S untuk tanaman peranan biologis di dalam mempengaruhi aktifitas 
organisme mikroflora dan mikrofauna, serta peranan fisik di dalam memperbaiki 
struktur tanah dan lainnya. 
Hal ini akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang tumbuh di tanah tersebut. 
Besarnya pengaruh ini bervariasi tergantung perubahan pada setiap faktor utama 
lingkungan. Sehubungan dengan hasil-hasil dekomposisi bahan organik dan sifat-sifat 
humus maka dapat dikatakan bahwa bahan organik akan sangat 
mempengaruhi sifat dan ciri tanah. Peranan tidak langsung bahan organik bagi 
tanaman meliputi : 
 Meningkatkan ketersediaan air bagi tanaman. Bahan organik dapat 
meningkatkan kemampuan tanah menahan air karena bahan organik, 
terutama yang telah menjadi humus dengan ratio C/N 20 dan kadar C 57% 
dapat menyerap air 2-4 kali lipat dari bobotnya. Karena kandungan air 
tersebut, maka bahan organik terutama yang sudah menjadi humus dapat 
menjadi penyangga bagi ketersediaan air. 
• Membentuk kompleks dengan unsur mikro sehingga melindungi unsur-unsur 
tersebut dari pencucian. Unsur N,P,S diikat dalam bentuk organik 
atau dalam tubuh mikroorganisme, sehingga terhindar dari pencucian, 
kemudian tersedia kembali.
 Meningkatkan kapasitas tukar kation tanah Peningkatan KTK menambah 
kemampuan tanah untuk menahan unsur- unsur hara. 
 Memperbaiki struktur tanah Tanah yang mengandung bahan organik 
berstruktur gembur, dan apabila dicampurkan dengan bahan mineral akan 
memberikan struktur remah dan mudah untuk dilakukan pengolahan. 
Struktur tanah yang demikian merupakan sifat fisik tanah yang baik untuk 
media pertumbuhan tanaman. Tanah yang bertekstur liat, pasir, atau 
gumpal akan memberikan sifat fisik yang lebih baik bila tercampur dengan 
bahan organik. 
 Mengurangi erosi 
 Memperbaiki agregasi tanah. Bahan organik merupakan pembentuk 
granulasi dalam tanah dan sangat penting dalam pembentukan agregat 
tanah yang stabil. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah 
yang tiada taranya. Melalui penambahan bahan organik, tanah yang 
tadinya berat menjadi berstruktur remah yang relatif lebih ringan. 
Pergerakan air secara vertikal atau infiltrasi dapat diperbaiki dan tanah 
dapat menyerap air lebih cepat sehingga aliran permukaan dan erosi 
diperkecil. Demikian pula dengan aerasi tanah yang menjadi lebih baik 
karena ruang pori tanah (porositas) bertambah akibat terbentuknya agregat. 
 Menstabilkan temperatur. Bahan organik dapat menyerap panas tinggi dan 
dapat juga menjadi isolator panas karena mempunyai daya hantar panas 
yang rendah, sehingga temperatur optimum yang dibutuhkan oleh 
tumbuhan untuk pertumbuhannya dapat terpenuhi dengan baik. 
 Meningkatkan efisiensi pemupukan 
Secara umum, pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan 
produksi tanaman.Demikian pula dengan peranannya dalam menanggulangi erosi 
dan produktivitas lahan. Penambahan bahan organik akan lebih baik jika diiringi 
dengan pola penanaman yang sesuai, misalnya dengan pola tanaman sela pada 
sistem tumpangsari. Pengelolaan tanah atau lahan yang sesuai akan mendukung 
terciptanya suatu konservasi bagi tanah dan air serta memberikan keuntungan 
tersendiri bagi manusia. 
2.15 Peran Mikroba Tanah dalam penyediaan maupun penyerapan unsur 
hara bagi tanaman. 
Mikroba-mikroba tanah banyak yang berperan di dalam penyediaan maupun 
penyerapan unsur hara bagi tanaman. Tiga unsur hara penting tanaman, yaitu 
Nitrogen (N), fosfat (P), dan kalium (K) seluruhnya melibatkan aktivitas mikroba. 
Hara N tersedia melimpah di udara.Kurang lebih 74% kandungan udara adalah N. 
Namun, N udara tidak dapat langsung dimanfaatkan tanaman.N harus ditambat 
oleh mikroba dan diubah bentuknya menjadi tersedia bagi tanaman.Mikroba 
penambat N ada yang bersimbiosis dan ada pula yang hidup bebas. Mikroba 
penambat N simbiotik antara lain : Rhizobium sp yang hidup di dalam bintil akar 
tanaman kacang-kacangan ( leguminose ). Mikroba penambat N non-simbiotik 
misalnya: Azospirillum sp dan Azotobacter sp. Mikroba penambat N simbiotik 
hanya bisa digunakan untuk tanaman leguminose saja, sedangkan mikroba 
penambat N non-simbiotik dapat digunakan untuk semua jenis tanaman.
Mikroba tanah lain yang berperan di dalam penyediaan unsur hara adalah 
mikroba pelarut fosfat (P) dan kalium (K). Tanah pertanian kita umumnya 
memiliki kandungan P cukup tinggi (jenuh).Namun, hara P ini sedikit/tidak 
tersedia bagi tanaman, karena terikat pada mineral liat tanah. Di sinilah peranan 
mikroba pelarut P. Mikroba ini akan melepaskan ikatan P dari mineral liat dan 
menyediakannya bagi tanaman. Banyak sekali mikroba yang mampu melarutkan 
P, antara lain: Aspergillus sp, Penicillium sp, Pseudomonas sp dan Bacillus 
megatherium. Mikroba yang berkemampuan tinggi melarutkan P, umumnya juga 
berkemampuan tinggi dalam melarutkan K. 
Kelompok mikroba lain yang juga berperan dalam penyerapan unsur P adalah 
Mikoriza yang bersimbiosis pada akar tanaman. Setidaknya ada dua jenis 
mikoriza yang sering dipakai untuk biofertilizer, yaitu: ektomikoriza dan 
endomikoriza. Mikoriza berperan dalam melarutkan P dan membantu penyerapan 
hara P oleh tanaman.Selain itu tanaman yang bermikoriza umumnya juga lebih 
tahan terhadap kekeringan.Contoh mikoriza yang sering dimanfaatkan adalah 
Glomus sp dan Gigaspora sp. 
Beberapa mikroba tanah mampu menghasilkan hormon tanaman yang dapat 
merangsang pertumbuhan tanaman. Hormon yang dihasilkan oleh mikroba akan 
diserap oleh tanaman sehingga tanaman akan tumbuh lebih cepat atau lebih besar. 
Kelompok mikroba yang mampu menghasilkan hormon tanaman, antara lain: 
Pseudomonas sp dan Azotobacter sp. 
Mikroba-mikroba bermanfaat tersebut diformulasikan dalam bahan pembawa 
khusus dan digunakan sebagai biofertilizer.Hasil penelitian yang dilakukan oleh 
BPBPI mendapatkan bahwa biofertilizer setidaknya dapat mensuplai lebih dari 
setengah kebutuhan hara tanaman. Biofertilizer yang tersedia di pasaran antara 
lain: Emas, Rhiphosant, Kamizae, OST dan Simbionriza. 
 Agen Biokontrol 
Hama dan penyakit merupakan salah satu kendala serius dalam budidaya 
pertanian organik. Jenis-jenis tanaman yang terbiasa dilindungi oleh pestisida 
kimia, umumnya sangat rentan terhadap serangan hama dan penyakit ketika 
dibudidayakan dengan sistim organik. Alam sebenarnya telah menyediakan 
mekanisme perlindungan alami.Di alam terdapat mikroba yang dapat 
mengendalikan organisme patogen tersebut. Organisme patogen akan merugikan 
tanaman ketika terjadi ketidakseimbangan populasi antara organisme patogen 
dengan mikroba pengendalinya, di mana jumlah organisme patogen lebih banyak 
daripada jumlah mikroba pengendalinya. Apabila kita dapat menyeimbangakan 
populasi kedua jenis organisme ini, maka hama dan penyakit tanaman dapat 
dihindari. 
Mikroba yang dapat mengendalikan hama tanaman antara lain: Bacillus 
thurigiensis (BT), Bauveria bassiana , Paecilomyces fumosoroseus, dan 
Metharizium anisopliae . Mikroba ini mampu menyerang dan membunuh berbagai 
serangga hama. Mikroba yang dapat mengendalikan penyakit tanaman misalnya:
Trichoderma sp yang mampu mengendalikan penyakit tanaman yang disebabkan 
oleh Gonoderma sp, JAP (jamur akar putih), dan Phytoptora sp. Beberapa 
biokontrol yang tersedia di pasaran antara lain: Greemi-G, Bio-Meteor, NirAma, 
Marfu-P dan Hamago. 
 Aplikasi pada Pertanian Organik 
Produk-produk bioteknologi mikroba hampir seluruhnya menggunakan bahan-bahan 
alami.Produk ini dapat memenuhi kebutuhan petani organi 
k. Kebutuhan bahan organik dan hara tanaman dapat dipenuhi dengan kompos 
bioaktif dan aktivator pengomposan.Aplikasi biofertilizer pada pertanian organik 
dapat mensuplai kebutuhan hara tanaman yang selama ini dipenuhi dari pupuk-pupuk 
kimia. Serangan hama dan penyakit tanaman dapat dikendalikan dengan 
memanfaatkan biokotrol. 
Petani Indonesia yang menerapkan sistem pertanian organik umumnya hanya 
mengandalkan kompos dan cenderung membiarkan serangan hama dan penyakit 
tanaman. Dengan tersedianya bioteknologi berbasis mikroba, petani organik tidak 
perlu kawatir dengan masalah ketersediaan bahan organik, unsur hara, dan 
serangan hama dan penyakit tanaman. 
 Peran Mikroba sebagai Dekomposer 
Berbagai populasi mikroba tanah berperan membantu menyediakan zat-zat 
makanan bagi tumbuhan. Zat-zat makanan yang tersedia di dalam tanah, yang 
dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan antara lain berupa senyawa-senyawa karbon 
dioksida, dan ion-ion nitrat, sulfat, fosfat. 
Di alam terjadi peristiwa daur ulang senyawa-senyawa organik dan anorganik, 
berubah dari satu bentuk ke bentuk lain, sehingga terjadi suatu siklus. Siklus-siklus 
materi tersebut menyangkut siklus karbon, nitrogen, fosfor, sulfur dan besi. 
BAB III 
PENUTUP 
3.1 Kesimpulan 
Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme mikroskopik yang sebagian besar 
berupa satu sel yang terlalu kecil untuk dapat dilihat menggunakan mata 
telanjang.Mikroba berukuran sekitar seperseribu milimeter (1 mikrometer) atau 
bahkan kurang, walaupun ada juga yang lebih besar dari 5 mikrometer.
Karenanya, mikroba hanya bisa dilihat dengan menggunakan alat bantu berupa 
mikroskop. 
Mikroba-mikroba tanah yang bermanfaat untuk melarutkan unsur hara, 
membantu penyerapan unsur hara, maupun merangsang pertumbuhan tanaman 
diformulasikan dalam bahan pembawa khusus dan digunakan sebagai biofertilizer 
untuk pertanian organik. Mikroba lebih banyak lagi ditemui pada tanaman dan 
hewan. 
3.2 SARAN 
Tanah sangat kaya akan keragaman mikroorganisme, seperti bakteri, 
aktinomicetes, fungi, protozoa, alga dan virus. Tanah pertanian yang subur 
mengandung lebih dari 100 juta mikroba per gram tanah.Produktivitas dan daya 
dukung tanah tergantung pada aktivitas mikroba tersebut. Sebagian besar mikroba 
tanah memiliki peranan yang menguntungan bagi pertanian, yaitu berperan dalam 
menghancurkan limbah organik, re-cycling hara tanaman, fiksasi biologis 
nitrogen, pelarutan fosfat, merangsang pertumbuhan, biokontrol patogen dan 
membantu penyerapan unsur hara. Bioteknologi berbasis mikroba dikembangkan 
dengan memanfaatkan peran-peranpentingmikrobatersebut. 
DAFTAR PUSTAKA 
http://www.doh.wa.gov/notify/guidelines/pdf/Bakteri Tanah.pdf 
Sutrisno. 2004.Mikrobiologi. Volume 2. Yogyakarta : Kanisius 
Yunilda Adriyani.2008.Ilmu Tanah.Jakarta: Gramedia
OPTIMALKAN SALES DENGAN SAUERKRAUT

More Related Content

What's hot

Mikroba pelarut posfat
Mikroba pelarut posfatMikroba pelarut posfat
Mikroba pelarut posfatNugraha Kiki
 
Peranan bakteri yang menguntungkan
Peranan bakteri yang menguntungkanPeranan bakteri yang menguntungkan
Peranan bakteri yang menguntungkanSulvi ayu Larasati
 
Peran bakteri yang menguntungkan
Peran bakteri yang menguntungkanPeran bakteri yang menguntungkan
Peran bakteri yang menguntungkanaufahanifa
 
SMAN 1 Depok Biologi Kelompok 5 X MIA 4 "Peran Bakteri Yang Menguntungkan"
SMAN 1 Depok Biologi Kelompok 5 X MIA 4 "Peran Bakteri Yang Menguntungkan"SMAN 1 Depok Biologi Kelompok 5 X MIA 4 "Peran Bakteri Yang Menguntungkan"
SMAN 1 Depok Biologi Kelompok 5 X MIA 4 "Peran Bakteri Yang Menguntungkan"Rizkyawan Wibawa
 
Teknologi Fermentasi Kimchi (Fathriska dan Prissa)
Teknologi Fermentasi Kimchi (Fathriska dan Prissa)Teknologi Fermentasi Kimchi (Fathriska dan Prissa)
Teknologi Fermentasi Kimchi (Fathriska dan Prissa)fathriska
 
Magnesium,Kalsium,sulfur
Magnesium,Kalsium,sulfurMagnesium,Kalsium,sulfur
Magnesium,Kalsium,sulfuraris_widayat
 
Teknologi Fermentasi padaTempe
Teknologi Fermentasi padaTempeTeknologi Fermentasi padaTempe
Teknologi Fermentasi padaTempeNuruliswati
 
Kelompok tempe. (itp, fp, uho) 1
Kelompok tempe. (itp, fp, uho) 1Kelompok tempe. (itp, fp, uho) 1
Kelompok tempe. (itp, fp, uho) 1Nuruliswati
 
Fermentasi Oncom - Proses Respirasi Anaerob
Fermentasi Oncom - Proses Respirasi AnaerobFermentasi Oncom - Proses Respirasi Anaerob
Fermentasi Oncom - Proses Respirasi AnaerobAgung Dwi Julianto
 
Tugas praktikum ke2
Tugas praktikum ke2Tugas praktikum ke2
Tugas praktikum ke2agraaja
 
Teknologi Fermentasi pada Kecap
Teknologi Fermentasi pada KecapTeknologi Fermentasi pada Kecap
Teknologi Fermentasi pada KecapNuruliswati
 
KAEDAH PERTANIAN SECARA 'NATURAL FARMING'
KAEDAH PERTANIAN SECARA 'NATURAL FARMING'KAEDAH PERTANIAN SECARA 'NATURAL FARMING'
KAEDAH PERTANIAN SECARA 'NATURAL FARMING'Ayda.N Mazlan
 
Fermentasi Tempe - Proses Respirasi Anaerob
Fermentasi Tempe - Proses Respirasi AnaerobFermentasi Tempe - Proses Respirasi Anaerob
Fermentasi Tempe - Proses Respirasi AnaerobAgung Dwi Julianto
 
Teknologi Fermentasi pada tempe
Teknologi Fermentasi pada tempeTeknologi Fermentasi pada tempe
Teknologi Fermentasi pada tempeNuruliswati
 
Active ingredient Taaveekun BM
Active ingredient Taaveekun BMActive ingredient Taaveekun BM
Active ingredient Taaveekun BMZaini Ithnin
 
Active ingrediant taaveekun
Active ingrediant taaveekunActive ingrediant taaveekun
Active ingrediant taaveekunZaini Ithnin
 
Pupuk organik
Pupuk organikPupuk organik
Pupuk organikAris Sam
 
Penggunaan baja & amalan pertanian islamik untuk produktiviti tanaman komodit...
Penggunaan baja & amalan pertanian islamik untuk produktiviti tanaman komodit...Penggunaan baja & amalan pertanian islamik untuk produktiviti tanaman komodit...
Penggunaan baja & amalan pertanian islamik untuk produktiviti tanaman komodit...Zaini Ithnin
 

What's hot (20)

Mikroba pelarut posfat
Mikroba pelarut posfatMikroba pelarut posfat
Mikroba pelarut posfat
 
Peranan bakteri yang menguntungkan
Peranan bakteri yang menguntungkanPeranan bakteri yang menguntungkan
Peranan bakteri yang menguntungkan
 
Peran bakteri yang menguntungkan
Peran bakteri yang menguntungkanPeran bakteri yang menguntungkan
Peran bakteri yang menguntungkan
 
SMAN 1 Depok Biologi Kelompok 5 X MIA 4 "Peran Bakteri Yang Menguntungkan"
SMAN 1 Depok Biologi Kelompok 5 X MIA 4 "Peran Bakteri Yang Menguntungkan"SMAN 1 Depok Biologi Kelompok 5 X MIA 4 "Peran Bakteri Yang Menguntungkan"
SMAN 1 Depok Biologi Kelompok 5 X MIA 4 "Peran Bakteri Yang Menguntungkan"
 
Teknologi Fermentasi Kimchi (Fathriska dan Prissa)
Teknologi Fermentasi Kimchi (Fathriska dan Prissa)Teknologi Fermentasi Kimchi (Fathriska dan Prissa)
Teknologi Fermentasi Kimchi (Fathriska dan Prissa)
 
Magnesium,Kalsium,sulfur
Magnesium,Kalsium,sulfurMagnesium,Kalsium,sulfur
Magnesium,Kalsium,sulfur
 
Teknologi Fermentasi padaTempe
Teknologi Fermentasi padaTempeTeknologi Fermentasi padaTempe
Teknologi Fermentasi padaTempe
 
Kelompok tempe. (itp, fp, uho) 1
Kelompok tempe. (itp, fp, uho) 1Kelompok tempe. (itp, fp, uho) 1
Kelompok tempe. (itp, fp, uho) 1
 
Fermentasi Oncom - Proses Respirasi Anaerob
Fermentasi Oncom - Proses Respirasi AnaerobFermentasi Oncom - Proses Respirasi Anaerob
Fermentasi Oncom - Proses Respirasi Anaerob
 
Tugas praktikum ke2
Tugas praktikum ke2Tugas praktikum ke2
Tugas praktikum ke2
 
Teknologi Fermentasi pada Kecap
Teknologi Fermentasi pada KecapTeknologi Fermentasi pada Kecap
Teknologi Fermentasi pada Kecap
 
KAEDAH PERTANIAN SECARA 'NATURAL FARMING'
KAEDAH PERTANIAN SECARA 'NATURAL FARMING'KAEDAH PERTANIAN SECARA 'NATURAL FARMING'
KAEDAH PERTANIAN SECARA 'NATURAL FARMING'
 
Fermentasi Tempe - Proses Respirasi Anaerob
Fermentasi Tempe - Proses Respirasi AnaerobFermentasi Tempe - Proses Respirasi Anaerob
Fermentasi Tempe - Proses Respirasi Anaerob
 
Miniriset kimia lingkungan
Miniriset kimia lingkunganMiniriset kimia lingkungan
Miniriset kimia lingkungan
 
Teknologi Fermentasi pada tempe
Teknologi Fermentasi pada tempeTeknologi Fermentasi pada tempe
Teknologi Fermentasi pada tempe
 
Active ingredient Taaveekun BM
Active ingredient Taaveekun BMActive ingredient Taaveekun BM
Active ingredient Taaveekun BM
 
Active ingrediant taaveekun
Active ingrediant taaveekunActive ingrediant taaveekun
Active ingrediant taaveekun
 
Pupuk organik
Pupuk organikPupuk organik
Pupuk organik
 
Mikrobiologi
MikrobiologiMikrobiologi
Mikrobiologi
 
Penggunaan baja & amalan pertanian islamik untuk produktiviti tanaman komodit...
Penggunaan baja & amalan pertanian islamik untuk produktiviti tanaman komodit...Penggunaan baja & amalan pertanian islamik untuk produktiviti tanaman komodit...
Penggunaan baja & amalan pertanian islamik untuk produktiviti tanaman komodit...
 

Similar to OPTIMALKAN SALES DENGAN SAUERKRAUT

Pengawetan (Fermentasi sayuran dan pembuatan pikel).pptx
Pengawetan (Fermentasi sayuran dan pembuatan pikel).pptxPengawetan (Fermentasi sayuran dan pembuatan pikel).pptx
Pengawetan (Fermentasi sayuran dan pembuatan pikel).pptxGinaFirgianti
 
Fermentasi asam laktat pada silase
Fermentasi asam laktat pada silaseFermentasi asam laktat pada silase
Fermentasi asam laktat pada silaseRere Rindani
 
Laporan Praktikum Tempe
Laporan Praktikum TempeLaporan Praktikum Tempe
Laporan Praktikum TempeErnalia Rosita
 
Silase rumput gajah
Silase rumput gajahSilase rumput gajah
Silase rumput gajahArinda warda
 
Dasar Pengawetan.ppt
Dasar Pengawetan.pptDasar Pengawetan.ppt
Dasar Pengawetan.pptHenyAkbar
 
BAB I - IV (PEMBUATAN TAUCO) WINDI DKK.
BAB I - IV (PEMBUATAN TAUCO) WINDI DKK.BAB I - IV (PEMBUATAN TAUCO) WINDI DKK.
BAB I - IV (PEMBUATAN TAUCO) WINDI DKK.Phaphy Wahyudhi
 
Bioteknologi pembuatan tempe
Bioteknologi pembuatan tempe Bioteknologi pembuatan tempe
Bioteknologi pembuatan tempe Anisa Mu'asomah
 
Teknologi pangan
Teknologi panganTeknologi pangan
Teknologi panganarsa22
 
Teknologi Fermentasi pada Khimci
Teknologi Fermentasi pada KhimciTeknologi Fermentasi pada Khimci
Teknologi Fermentasi pada KhimciNuruliswati
 
Kerusakan Mikrobiologi produk Nabati
Kerusakan Mikrobiologi produk NabatiKerusakan Mikrobiologi produk Nabati
Kerusakan Mikrobiologi produk NabatiSyartiwidya Syariful
 
Rancangan Percobaan Tape Singkong
Rancangan Percobaan Tape SingkongRancangan Percobaan Tape Singkong
Rancangan Percobaan Tape SingkongIswi Haniffah
 
2. IBP dan Kerusakan Bahan Pangan.pptx
2. IBP dan Kerusakan Bahan Pangan.pptx2. IBP dan Kerusakan Bahan Pangan.pptx
2. IBP dan Kerusakan Bahan Pangan.pptxNicholasGmarzai1
 

Similar to OPTIMALKAN SALES DENGAN SAUERKRAUT (20)

Pengawetan (Fermentasi sayuran dan pembuatan pikel).pptx
Pengawetan (Fermentasi sayuran dan pembuatan pikel).pptxPengawetan (Fermentasi sayuran dan pembuatan pikel).pptx
Pengawetan (Fermentasi sayuran dan pembuatan pikel).pptx
 
PPT PEMBUATAN ACAR KUBIS KELOMPOK 10_5J.pptx
PPT PEMBUATAN ACAR KUBIS KELOMPOK 10_5J.pptxPPT PEMBUATAN ACAR KUBIS KELOMPOK 10_5J.pptx
PPT PEMBUATAN ACAR KUBIS KELOMPOK 10_5J.pptx
 
Fermentasi asam laktat pada silase
Fermentasi asam laktat pada silaseFermentasi asam laktat pada silase
Fermentasi asam laktat pada silase
 
Laporan Praktikum Tempe
Laporan Praktikum TempeLaporan Praktikum Tempe
Laporan Praktikum Tempe
 
Silase rumput gajah
Silase rumput gajahSilase rumput gajah
Silase rumput gajah
 
Dasar Pengawetan.ppt
Dasar Pengawetan.pptDasar Pengawetan.ppt
Dasar Pengawetan.ppt
 
Makalah prakarya
Makalah prakaryaMakalah prakarya
Makalah prakarya
 
Pengasaman
PengasamanPengasaman
Pengasaman
 
BAB I - IV (PEMBUATAN TAUCO) WINDI DKK.
BAB I - IV (PEMBUATAN TAUCO) WINDI DKK.BAB I - IV (PEMBUATAN TAUCO) WINDI DKK.
BAB I - IV (PEMBUATAN TAUCO) WINDI DKK.
 
Laporan Tugas Bioteknologi Farmasi Tape Ubi Jalar_Kelompok 12_Kelas 5J.pptx
Laporan Tugas Bioteknologi Farmasi Tape Ubi Jalar_Kelompok 12_Kelas 5J.pptxLaporan Tugas Bioteknologi Farmasi Tape Ubi Jalar_Kelompok 12_Kelas 5J.pptx
Laporan Tugas Bioteknologi Farmasi Tape Ubi Jalar_Kelompok 12_Kelas 5J.pptx
 
Pembuatan Tempe
Pembuatan TempePembuatan Tempe
Pembuatan Tempe
 
Bioteknologi pembuatan tempe
Bioteknologi pembuatan tempe Bioteknologi pembuatan tempe
Bioteknologi pembuatan tempe
 
Teknologi pangan
Teknologi panganTeknologi pangan
Teknologi pangan
 
Fermentasi
FermentasiFermentasi
Fermentasi
 
Teknologi Fermentasi pada Khimci
Teknologi Fermentasi pada KhimciTeknologi Fermentasi pada Khimci
Teknologi Fermentasi pada Khimci
 
Kerusakan Mikrobiologi produk Nabati
Kerusakan Mikrobiologi produk NabatiKerusakan Mikrobiologi produk Nabati
Kerusakan Mikrobiologi produk Nabati
 
Kerusakan pangan
Kerusakan panganKerusakan pangan
Kerusakan pangan
 
Rancangan Percobaan Tape Singkong
Rancangan Percobaan Tape SingkongRancangan Percobaan Tape Singkong
Rancangan Percobaan Tape Singkong
 
2. IBP dan Kerusakan Bahan Pangan.pptx
2. IBP dan Kerusakan Bahan Pangan.pptx2. IBP dan Kerusakan Bahan Pangan.pptx
2. IBP dan Kerusakan Bahan Pangan.pptx
 
Bioteknologi Dengan Fungi
Bioteknologi Dengan FungiBioteknologi Dengan Fungi
Bioteknologi Dengan Fungi
 

Recently uploaded

Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024budimoko2
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 

Recently uploaded (20)

Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 

OPTIMALKAN SALES DENGAN SAUERKRAUT

  • 1. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam nabati, salah satunya adalah sayuran. Telah banyak kita temui berbagai macam jenis sayuran salah satunya adalah sawi. Selain digunakan sebagai sayuran yang dikonsumsi biasa sebagai pendamping nasi. Sawi bisa dijadikan sebagai produk fermentasi yaitu sauerkraut yang nilai gizinya tidak kalah dengan produk fermentasi lainnya. Sayuran memiliki sifat cepat layu dan busuk akibat kurang cermatnya penanganan lepas panen. Untuk memperpanjang masa simpannya dapat dilakukan dengan berbagai pengolahan, misalnya acar, sauerkraut, sayuran asin, kerupuk, dan lain-lain. Tujuan pengolahan ini selain mengawetkan sayuran juga dapat meningkatkan rasa sayuran itu. Sawi hijau dalam bentuk segar merupakan bahan pangan yang mudah rusak. Oleh sebab itu untuk mengawetkan sekaligus meningkatkan nilai tambah sawi, seringkali dibuat sawi asin dengan fermentasi. Sauerkraut diolah dengan cara peragian dan menggunakan garam sebagi zat pengawetnya. Proses pembuatan sauerkraut sebenarnya tidak begitu jauh berbeda dengan sayur asin, hanya saja sayurannya setelah layu diiris tipis-tipis. Terjadi proses fermentasi spontan dalam pengolahan sauerkraut ini, dan banyak faktor yang dapat mempengaruhi gagal atau berhasilnya pembuatan sauerkraut. Oleh sebab itu, praktikum ini dilaksanakan untuk mengetahui cara pembuatan sauerkraut yang baik dan benar serta mengetahui pengaruh penambahan garam pada sauerkraut. B. Tujuan Praktikum Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini adalah : 1. Untuk mengetahui cara pembuatan sauerkraut sebagai salah satu metode memperpanjang masa simpan sayuran. 2. Untuk mengetahui pengaruh penambahan garam pada pembuatan sauerkraut. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sawi hijau (Brassica rapa) Sawi hi jau (Brassica rapa) convar. parachinensis; suku sawi-sawian atau Brassicaceae, merupakan jenis sayuran yang cukup populer. Dikenal pula sebagai caisim, caisin, atau sawi bakso, sayuran ini mudah dibudidayakan dan dapat dimakan segar (biasanya dilayukan dengan air panas) atau diolah menjadi asinan (kurang umum). Jenis sayuran ini mudah tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi. Bila ditanam pada suhu sejuk tumbuhan ini akan cepat berbunga. Karena biasanya dipanen seluruh bagian tubuhnya (kecuali akarnya), sifat ini kurang disukai. Pemuliaan sawi ditujukan salah satunya untuk mengurangi kepekaan akan suhu ini (Anonim, 2009a). Klasifikasi ilmiah dari sawi hijau berdasarkan Anonim (2011), yaitu : Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas : Dilleniidae Ordo : Capparales Famili : Brassicaceae (suku sawi -sawian) Genus : Brassica Spesies : Brassica rapa var. parachinensis L. B. Sauerkraut Sauerkraut merupakan produk hasil fermentasi sayur sawi yang memiliki karakteristik warna, tekstur, dan aroma khas yang diperoleh dari proses
  • 2. fermentasi dengan cara mengiris - iris sawi dan dicampur dengan larutan garam. Sama dengan produk sayur asin lainnya, sauerkraut merupakan sayuran yang telah diberi asam, akan tetapi asamnya diperoleh dari proses fermentasi sakarida (gula) yang terdapat dalam bahan baku oleh bakteri asam laktat. Asam yang dihasilkan berkisar pada rentang 1,5 ± 2,0 % pada akhir fermentasi dan di identifikasi berupa asam laktat. Pelunakan pada sauerkraut berawal dari kerusakan flavour karena penyebab kerusakan yaitu khamir dan kapang masuk ke dalam seluruh bagian sauerkraut sehingga menjadi lunak. Di Jerman, sauerkraut dengan rasanya yang asam-asam segar disajikan dengan hidangan utama berupa sosis bratwurst atau roti. Gula yang terkandung dalam sayur sawi terdiri dari 85% glukosa dan15% fruktosa. Komposisi zat gizi termasuk gula dalam sawi / kol bervariasi tergantung pada varietas dan kondisi lokasi penanaman (Frazier dan Westhoff. 1988). Kandungan gula dalam pembuatan sauerkraut, memainkan peranan yang penting karena pengaruhnya terhadap keasaman maksimal yang dihasilkan saat fermentasi. Perbedaan kandungan gula dengan kisaran 2,9 % - 6,4% pada kebanyakan jenis sawi, menunjukkan bahwa semakin tinggi kandungan gula maka produk yang dihasilkan juga akan mengandung kadar asam yang tinggi, jika tidak dilakukan proses penghentian fermentasi yakni dengan cara pendinginan atau pengalengan. sayuran yang digunakan berfungsi sebagai bahan utama yang digunakan untuk pembuatan sauerkraut, selain itu sayuran juga mengandung zat-zat gizi untuk pertumbuhan mikroba dan mengandung bakteri asam laktat secara alami, sehingga dalam pembuatan sauerkraut tidak di tambahkan inokulum atau ragi. Kadar garam yang ditambahkan dalam pembuatan sauerkraut berkisar antara 2,25 -2,5 % berat sawi untuk menghasilkan kraut dengan kualitas yang baik dan garam harus terdistribusi secara merata. Kadar garam untuk pembuatan produk asinan juga dapat berkisar antara 5-15%. Garam yang ditambahkan akan menarik keluar cairan dari jaringan sayur yang mengandung gula dan nutrisi lain, yang mengontrol mikroflora yang tumbuh. Garam juga akan merangsang pertumbuhan bakteri asam laktat dan mencegah pertumbuhan bakteri pembusuk (Tjahjadi, 2011). C. Faktor- Faktor Pengolahan Sauerkraut Faktor-faktor yang utama dalam fermentasi sayuran adalah konsentrasi garam yang cukup, distribusi garam yang merata, terciptanya keadaan mikroaerofilik, suhu yang sesuai, dan tersedianya bakteri asam laktat. Selanjutnya disebutkan bahwa kebersihan bahan baku juga merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam fermentasi sayuran. Mikroorganisme membutuhkan nutrien untuk kehidupan dan pertumbuhannya yang terdiri dari sumber karbon, sumber nitrogen, sumber energi dan faktor pertumbuhan yaitu vitamin dan mineral. Nutrien tersebut dibutuhkan untuk menghasilkan energi kimia dan untuk menyusun komponen-komponen sel (Buckle, et.all. 1987) Menurut Marta (2011), bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengolahan sauerkraut
  • 3. adalah: 1. Garam Garam menarik air dan zat-zat gizi dari jaringan sayuran. Zat-zat gizi tersebut melengkapi substrat untuk pertumbuhan bakteri asam laktat. Garam bersama dengan asam yang dihasilkan oleh fermentasi menghambat pertumbuhan dari organisme yang tidak diinginkan dan menunda pelunakan jaringan sawi yang disebabkan oleh kerja enzim oleh bakteri pektinolitik. Selain itu, garam juga memberikan cita rasa pada produk. Garam, dapat membantu memecahkan karbohidrat dan asam-asam amino secara anaerobik oleh mikroorganisme dalam proses fermentasi. Garam dan asam laktat inilah yang akan menghambat pertumbuhan organisme lain yang tidak diinginkan selama proses berlangsung. Selain itu juga dapat menghambat kerja enzim dalam hal pelunakan jaringan sawi. Jumlah garam yang ditambahkan harus memiliki perbandingan yang tepat yaitu berkisar antara 2,25-2,5% berat sawi untuk menghasilkan suerkraut yang berkualitas baik karena jika terlalu tinggi akan menunda fermentasi ilmiah sehingga menyebabkan warna menjadi gelap. 2. Suhu Pengaturan suhu yang sesuai untuk fermentasi agar fermentasi berlangsung dengan baik, suhu ruang harus berkisar 300 C. Bila suhunya rendah maka pertumbuhan bakteri asam laktat berlangsung lambat, sehingga tidak cukup banyak asam dihasilkan sehingga produk menjadi busuk. Suhu selama proses fermentasi sangat menentukan jenis mikroorganisme dominan yangakan tumbuh. 3. Oksigen Ketersediaaan oksigen harus diatur selama proses fermentasi. Hal ini berhubungan dengan sifat mikroorganisme yang digunakan. Contoh khamir dalam pembuatan anggur dan roti biasanya membutuhkan oksigen selama proses fermentasi berlangsung, sedangkan untuk bakteri-bakteri penghasil asam tidak membutuhkan oksigen selama proses fermentasi berlangsung. D. Proses Pengolahan Sauerkraut adalah fermentasi sawi menggunakan bakteri asam laktat sehingga beras masam. Sawi dibersihkan dari bagian yang hijau, rusak dan kotor, dicuci kemudian diiris kecil-kecil selebar ±1 mm. Irisan sawi ini kemudian dimasukkan ke dalam tangki atau wadah kemudian ditambahkan larutan garam 2,25% dan diaduk serata mungkin. Bakteri yang memulai fermentasi adalah Leuconostoc mesenteroides dan dilanjutkan oleh Lacotabacillus brevis, Lb. plantarum dan Pediococcus cerevisiae. Suhu optimal untuk fermentasi ini adalah 25-30ºC dengan waktu 2-3 minggu. Suhu di atas 30ºC mengakibatkan produksi asam berlebihan sedang jika suhu kurang dari 25ºC sering muncul flavor dan warna yang tidak diharapkan serta waktu fermentasi menjadi sangat lama (Anonim, 2009b). Menurut Margono (1993), proses pengolahan sauerkraut adalah sebagai berikut: BAHAN 1. Sayuran (Kol atau sawi) 1 kg 2. Garam 50 gram 3. Air secukupnya ALAT 1. Pisau 2. Ember plastik kecil dan tutup 3. Lilin atau lem plastik 4. Botol selai dan tutup yang sudah disterilkan 5. Panci 6. Baskom CARA PEMBUATAN SAUERKRAUT: a. Layukan sayuran (kol/sawi) selama 1 malam; b. Buang daun sayuran (kol/sawi) bagian luar dan bagian-bagian yang rusak serta hatinya, lalu cuci; c. Iris tipis-tipis ± 2~3
  • 4. mm, tulang daun sedapat mungkin tidak disertakan. d. Campurkan dengan garam 25 gram, aduk hingga rata kemudian masukkan ke dalam ember kecil sambil ditekan-tekan agar padat. Tutup dengan plastik serta diberi beban diatasnya; e. Tutup ember dengan penutupnya, lalu sepanjang lingkaran penutup dilem atau diberi lilin agar tak ada udara yang masuk; f. Biarkan peragian selama 2~3 minggu pada suhu ruangan, setelah itu pisahkan cairannya; g. Segera masukkan padatan sauerkraut tersebut ke dalam botol selai; h. Buat larutan garam dengan melarutkan garam 25 gram dalam 1 liter air dan aduk sampai rata. Panaskan hingga mendidih; i. Dalam keadaan panas masukkan larutan garam tersebut ke dalam botol selai yang telah berisi padatan sauerkraut (untuk padatan 1 kg memerlukan cairan sebanyak 1 ½ liter). Kemudian tutup rapat; j. Rebus botol selai tersebut dalam air mendidih selama 30 menit, kemudian angkat dan dinginkan. SAYURAN KOL atau SAWI Dilayukan Diiris tipis ± 2-3 mm Dicampur dengan garam Ditutup dengan ember rapat-rapat (± 2-3 minggu) Ditiriskan Cairan Padatan Disaring Didinginkan Dipanaskan Di masukkan botol Cairan pengisi Dimasukkan dalam botol Larutan atau kaleng sauerkraut garam panas Minuman sauerkraut Dipanaskan ± 30 menit Didinginkan SAUERKRAUT Gambar 01. Diagram alir proses pembuatan sauerkraut III. METODE PRAKTIKUM A. Waktu dan Tempat Praktikum Aplikasi Teknologi Pengolahan Hasil Nabati dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 06 Maret 2012 pukul 08.00- 11.00 WITA. Bertempat di Laboratorium Pengolahan, Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar, 2012. B. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut : - pisau - toples - baskom - timbangan analitik Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut : - sawi hijau - garam - aluminium foil - air - plastik gula - tissue roll - sarung tangan plastik C. Prosedur Kerja Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini yaitu : 1. Didiamkan selama 1 malam sawi hijau yang telah dicuci bersih. 2. Dipisahkan bagian tengah sawi hijau dan diiris tipis-tipis daun sawi hijau. 3. Ditimbang daun sawi hijau 36,28 gram dan garam 4 % yaitu 1,45 gram. 4. Diremas daun sawi hijau bersama dengan garam sawi hijau hingga menjadi kering, tanpa air. 5. Dimasukkan kedalam kantong plastik. 6. Disiapkan kantong berisi air kemudian ditumpuklangsung dan menyentuh sawi. 7. Ditutup toples rapat dengan memastikan bahwa semua celahtelah diisi oleh kantong air. 8. Diinkubasi selama tiga hari. D. Parameter Pengamatan Parameter Pengamatan dari praktikum ini adalah - warna - aroma - tekstur IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Hasil yang diperoleh dari praktikum dapat dilihat dari pada tabel sebagai berikut : Tabel 01. Hasil Pengamatan Sauerkraut setelah penyimpanan selama 3 hari Kelompok Parameter Warna Aroma Tekstur I Hijau Kehitaman Busuk Lunak II Hijau Busuk Keras III Hijau Sawi Lunak IV Hijau Busuk Keras V Hijau Busuk
  • 5. Lunak VI Hijau Busuk Lunak Sumber : Data Primer Hasil Praktikum Aplikasi Teknologi Hasil Nabati, 2012. Adapun perlakuan pada praktikum ini adalah sebagai berikut: I. Sawi hijau 45 gram + garam 2% II. Sawi hijau 21,57 gram + garam 2% III. Sawi hijau 37,13 gram + garam 3% IV. Sawi hijau 63,33 gram + garam 3% V. Sawi hijau 48,87 gram + garam 4% VI. Sawi hijau 36,28 gram + garam 4% B. Pembahasan Sawi yang digunakan pada pembuatan sauerkraut ini menjadi medium pertumbuhan bagi bakteri asam laktat. Sawi ini akan melakukan fermentasi bersama dengan garam yang akan menarik air dan zat gizi dari jaringan sayuran sebagai pelengkap subsrat untuk petumbuhan bakteri asam laktat yang terdapat pada permukaan daun-daun sawi. Bakteri asam laktat pada sawi ini akan memfermentasi gula-gula menjadi asam laktat melalui jalur glikolisis secara anaerob. Hal ini sesuai pernyataan (Tjahjadi, 2011), bahwa sayuran yang digunakan berfungsi sebagai bahan utama yang digunakan untuk pembuatan sauerkraut, selain itu sayuran juga mengandung zat-zat gizi untuk pertumbuhan mikroba dan mengandung bakteri asam laktat secara alami, sehingga dalam pembuatan sauerkraut tidak di tambahkan inokulum atau ragi. Proses pembuatan sauerkraut dimulai dengan, sawi dibersihkan dari bagian yang hijau,rusak atau yang kotor, dicuci dan kemudian diiris kecil-kecil selebar ± 1 mm. Bagian tengah (core) sawi dapat dibuang atau dibiarkan sebelum pemotongan kecil -kecil. Irisan sawi ini kemudian dimasukkan ke dalam tempat atau toples kaca yang selanjutnya ditambahkan 1,45 gram garam dan diaduk serata mungkin. Toples kemudian ditutup kantong yang berisi air yang cukup lebar untuk menutupi bagian tepi dari toples kaca. Air dimasukkan kedalam plastik ini yang berfungsi sebagai pemberat dan penutup yang efektif. Hal ini sesuai pernyataan Anonim (2009b), bahwa tahapan pembuatan sauerkraut adalah penyiapan bahan baku, pelayuan agar air dari jaringan keluar, pemisahan bagian tidak terpakai, pencucian, penirisan, penyiapan larutan garam, pemasukan sawi ke dalam toples yang bersih dan steril, penuangan larutan garam ke dalam toples berisi sawi, dan diinkubasi selama 20 hari. Faktor yang menyebabkan gagalnya sauerkraut yakni konsentrasi garam yang ditambahkan terlalu tinggi mengakibatkan penundaan fermentasi secara alamiah serta menyebabkan warna menjadi gelap dan memungkinkan pertumbuhan khamir. Selain itu, suhu juga dapat menentukan keberhasilan pada pembuatan sauerkraut tersebut, suhu yang lebih rendah mengakibatkan pertumbuhan bakteri asam laktat menjadi lambat sehingga tumbuh mikroba yang lain yang menyebabkan produk menjadi busuk. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tjahjadi (2011), bahwa pengaturan suhu yang sesuai untuk fermentasi agar fermentasi berlangsung dengan baik, suhu ruang harus berkisar 300 C. Bila suhunya rendah maka pertumbuhan bakteri asam laktat berlangsung lambat, sehingga tidak cukup banyak asam dihasilkan sehingga produk menjadi busuk. Warna yang dihasilkan pada pembuatan sauerkraut perlakuan VI diperoleh warna hijau. Warna hijau
  • 6. gelap pada sauerkraut ini diakibatkan karena penambahan garam yang terlalu banyak yaitu 1,45 gram (4%) sehingga proses fermentasi tidak berlagsung baik dan menunda pertumbuhan bakteri asam laktat secara alami yang diperlukan dalam pembuatan sauerkraut. Warna sauekraut yang dihasilkan tidak jauh berbeda dengan warna alami sawi yaitu hijau pucat. Hal ini sesuai pernyataan Marta (2011), bahwa jumlah garam yang ditambahkan harus memiliki perbandingan yang tepat yaitu berkisar antara 2,25-2,5% berat sawi untuk menghasilkan suerkraut yang berkualitas baik karena jika terlalu tinggi akan menunda fermentasi ilmiah sehingga menyebabkan warna menjadi gelap. Aroma sauerkraut yang dihasilkan perlakuan VI yakni berbau busuk. Hal ini disebabkan karena bakteri asam laktat yang tidak tumbuh maksimal sehingga tumbuhnya bakteri lain. Tidak maksimalnya pertumbuhan bakteri asam laktat karena suhunya tidak terkontrol dan berada di bawah suhu ruang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Marta (2011), bahwa bila suhunya rendah maka pertumbuhan bakteri asam laktat berlangsung lambat, sehingga tidak cukup banyak asam dihasilkan sehingga produk menjadi busuk. Pengaturan suhu yang sesuai untuk fermentasi agar fermentasi berlangsung dengan baik, suhu ruang harus berkisar 300 C. Tekstur yang dihasilkan pada perlakuan VI yakni lunak. Hal ini disebabkan oleh tumbuhnya mikroorganisme selain bakteri asam laktat yaitu tumbuhnya kapang dan khamir. Kapang dan khamir ini kandungan air dan garam yang berlebihan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Frazier dan Westhoff (1988), bahwa pelunakan pada sauerkraut berawal dari kerusakan flavour karena penyebab kerusakan yaitu khamir dan kapang masuk ke dalam seluruh bagian sauerkraut sehingga menjadi lunak. V. PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan dari praktikum ini adalah: 1. Proses pembuatan sauerkraut adalah pelayuan, pemisahan bagian yang rusak, pencucian, pemotongan, penambahan garam, penyimpanan dalam toples, penumpukan air dan fermentasi. 2. Penambahan garam pada pembuatan sauerkraut mempengaruhi pertumbuhan bakteri asam laktat. B. Saran Saran untuk praktikum selanjutnya agar dalam pengolahan sauerkraut di kontrol suhunya agar didapatkan produk sauerkraut yang berhasil dan hasil olahan sauerkraut sebaiknya dilakukan uji pH. DAFTAR PUSTAKA Anonim,2009a. Sawi Hijau. http://www.plantamor.com/index.php?album=225. Di akses tanggal 10 Februari 2012. Makassar. Anonim, 2009b. Sauerkraut (Pengawetan Sayuran). http://musicnot mustsick.blogspot.com/. Di akses tanggal 10 Februari 2012. Makassar. Anonim, 2011. Sawi Hijau. http://id.wikipedia.org/wiki/sawi-hijau. Di akses tanggal 10 Februari 2012. Makassar. Buckle, Kenneth, A., Edwards, Ronald A., Fleet, Graham, H., dan Wooton, Michael. 1987. Ilmu Pangan (Terjemahan). Universitas Indonesia : Jakarta. Frazier, W.C. dan D.C. Westhoff. 1988. Food Microbiology. McGraw.Hill, Inc,New York. Marta, Herlina. 2011. Pengantar Teknologi Pangan. Universitas Padjajaran, Bandung. Margono, Tri, Detty Suryati dan Sri
  • 7. Hartinah, Buku Panduan Teknologi Pangan. Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, 1993. Tjahjadi, 2011. Teknologi Pengolahan Sayur dan Buah Volume II. PenerbitWidya Padjadjaran, Bandung. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran, terutama yang berdaun hijau, merupakan salah satu bahan pangan yang baik karena mengandung vitamin dan mineral, antara lain vitamin C, provitamin A, zat besi, dan kalsium. Sayuran yang paling banyak di Indonesia adalah kangkung, bayam, katuk, daun melinjo, dan petsai (Oomen dkk., 1984 dalamMargono dkk, 1993). Sayuran dapat tumbuh pada berbagai kondisi lingkungan dan suhu yang berbeda, sehingga beragam jenisnya. Ada beberapa jenis sayuran yang dapat dimanfaatkan misalnya yang berbentuk buah seperti tomat, terung, dan labu; biji seperti kecipir, kelapa, dan kentang; umbi seperti wortel, bawang, dan bit; tunas (asparagus), bunga (kubis), dan daun seperti petsai, kangkung, bayam, dan lain -lain (Anonim, 2011) Salah satu sifat sayuran adalah cepat layu dan busuk akibat kurang cermatnya penanganan lepas panen. Untuk memperpanjang masa simpannya dapat dilakukan dengan berbagai pengolahan, misalnya acar, sauerkraut, sayuran asin, kerupuk, dan lain-lain. Pada praktikum ini kami melakukan pengolahan makanan menjadi Sauerkraut (Anonim, 2011). Sauerkraut dengan nama lain adalah kol asam merupakan makanan khas Jerman yang terbuat darikubis yang diiris halus dan difermentasi oleh berbagai bakteri asam laktat, seperti Leuconostoc, Lactobacillusdan Pediococcus. Sauerkraut dapat bertahan lama dan memiliki rasa yang cukup asam, hal ini terjadi disebabkan oleh bakteri asam laktat yang terbentuk saat gula di dalam sayuran berfermentasi (Wikipedia, 2011). Sauerkraut memiliki tampilan begitu sederhana dan memiliki rasa yang unik. Kubis yang dicampur dengan garam dan cairan yang bersifat asam sebenarnya sudah ada sejak zaman prasejarah namun kemungkinan dideskripsikan pertama kali oleh Gaius Plinius Secundus di abad pertama Masehi. Cara pembuatan sauerkraut seperti sekarang diperkirakan berkembang sekitar tahun 1550hingga 1750. Di tahun 1776, Kapten James Cook diberi penghargaan Medali Copley setelah membuktikan saeurkraut berkhasiat sebagai makanan pencegah skorbut di kalangan pelaut Inggris ketika melakukan pelayaran jauh (Wikipedia, 2011). 1.2 Tujuan  Pembuatan Sauerkraut ini bertujuan untuk mengolah dan mengawetkan sayuran juga dapat meningkatkan rasa sayuran itu.  Agar mahasiswa mengetahui cara pengolahan dan pengawetan sayuran dalam pembuatan Sauerkraut. 1.3 Hipotesis  Sauerkraut memiliki rasa asam karena difermentasi oleh bakteri asam laktat.
  • 8. BAB II ALAT DAN BAHAN 2.1 Alat Alat yang kami gunakan dalam praktikum membuat Sauerkraut diantaranya:  Toples, yakni toples yang memiliki penutup digunakan sebgai wadah untuk pembuatan Sauerkraut.  Pisau, digunakan sebagai alat untuk memotong sayuran pada pembuatan Sauerkraut.  Talenan, digunakan sebagai alas pada saat memotong sayuran pada pembuatan Sauerkraut. 2.2 Bahan Bahan yang kami gunakan dalam praktikum membuat Sauerkraut diantaranya:  Kol atau kubis daun, merupakan sayuran yang paling umum diolah menjadi sauerkraut, karena jenis sayuran ini banyak ditanam di Indonesia.  Wortel, merupakan sayuran yang dapat diolah juga menjadi sauerkraut. Wortel memiliki kandungan vitamin A yang cukup tinggi.  Garam, digunakan sebagai salah satu metoda untuk pengawetan sayuran dalam pembuatan sauerkraut.  Cabai rawit dan Cabai merah, digunakan sebagai penambah rasa pada sauerkraut.
  • 9. BAB III METODOLOGI  Pertama-tama, buang daun kol bagian luar dan bagian-bagian yang rusak kemudian cuci sampai bersih dan hilang dari kotoran atau pestisida. Lakukan juga pada wortel dengan mencucinya hingga bersih dan mengupas kulit bagian luarnya.  Iris tipis-tipis ± 1 mm atau berbentuk seperti ukuran korek api, tulang daun sedapat mungkin tidak disertakan.  Setelah itu, masukkan sayuran kol dan wortel yang telah diris -iris ke dalam wadah plastik atau toples kemudian campurkan dengan garam.  Aduk-aduk sambil ditekan-tekan hingga mengeluarkan air dari kol dan wortel tersebut.  Sebelum pengawetan, masukkan cabai rawit dan cabai merah untuk penambah rasa pada sauerkraut. Kemudian aduk-aduk kembali dan tekan-tekan kembali.  Sayuran yang ditekan-tekan di dalam toples harus sampai padat atau rata tersebar dalam toples dan tidak membiarkan ada udara masuk disetiap sela-sela sayuran.  Langkah terakhir, tutup sayuran tersebut dengan daun kol yang masih utuh hingga tertutup semua dan tutup dengan penutup toples. Kemudian simpan atau awetkan dalam waktu seminggu atau tujuh hari hingga sayuran kol dan wortel telah menjadi sauerkraut. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sauerkraut dengan nama lain adalah kol asam merupakan makanan khas Jerman yang terbuat darikubis yang diiris halus dan difermentasi oleh berbagai bakteri asam laktat, seperti Leuconostoc, Lactobacillusdan Pediococcus. Sauerkraut dapat bertahan lama dan memiliki rasa yang cukup asam, hal ini terjadi disebabkan oleh bakteri as am laktat yang terbentuk saat gula di dalam sayuran berfermentasi (Wikipedia, 2011).
  • 10. Hasil dan Pembahasan dalam Pembuatan Sauerkraut Pada praktikum pembuatan sauerkraut ini, pengawetannya dengan melakukan fermentas i spontan dengan tidak menambahkan starter bakteri. Bakteri asam laktat secara alami terdapat dalam sayuran kol dan wortel. Sauerkraut pada dasarnya adalah kubis asam. Namun dalam praktikum pembuatan sauerkraut kali ini kami menggunakan dua buah sayuran yaitu kol/daun kubis dan wortel. Kol/daun kubis dan worteldibersihkan dari yang rusak atau yang kotor dan dicuci kemudian diiris kecil-kecil selebar + 1 mm atau berbentuk korek api (pada wortel dikupas terlebih dahulu kulit luarnya sebelum diris kecil-kecil). Setelah kedua sayuran tersebut diiris -iris kemudian ditambahkan garam dan diaduk serata mungkin sambil ditekan-tekan dan mengeluarkan air. Penekanan dan pemberian garam pada proses peragian/pengawetan dimaksudkan agar cairan dalam kubis keluar dan mencegah pembusukan. Selain itu juga berpengaruh terhadap rasa dan kerenyahan sauerkraut tersebut. Sayuran kol dan wortel yang telah ditekan-tekan dan mengeluarkan air serta telah diberi garam harus tercelup semua dalam larutan garam, hal ini dilakukan yakni untuk mencegah terjadinya pertumbuhan khamir dan kapang yang tidak diinginkan selama proses fermentasi. Bila selama fermentasi terjadi pertumbuhan khamir dan kapang pada permukaan maka dapat menimbulkan rasa yang tidak diinginkan yang dapat masuk ke dalam seluruh sauerkraut sehingga menghasilkan produk yang lunak dan berwarna gelap. Garam menarik air dan zat-zat gizi dari jaringan sayuran. Zat-zat gizi tersebut melengkapi substrat untuk pertumbuhan bakteri asam laktat yang telah terdapat di permukaan daun -daun kubis. Garam bersama dengan asam yang dihasilkan oleh fermentasi menghambat pertumbuhan dari organisme yang tidak diinginkan dan menunda pelunakan jaringan kubis yang disebabkan oleh kerja enzim. Kadar garam yang cukup memungkinkan pertumbuhan serangkaian bakteri asam laktat dalam urutannya yang alamiah dan menghasilkan sauerkraut dengan imbangan garam-garam yang tepat. Jumlah garam yang kurang bukan hanya dapat mengakibatkan pelunakan jaringan, tetapi juga kurang menghasilkan rasa. Terlalu banyak garam menunda fermentasi alamiah dan menyebabkan warna menjadi gelap dan memungkinkan pertumbuhan khamir. Konsentrasi garam yang digunakan dalam praktikum pembuatan sauerkraut kami adalah ± 2,5 % (merupakan konsentrasi garam yang optimum) (Sumanti, 2007). Garam dipergunakan manusia sebagai salah satu metoda pengawetan pangan yang dan masih dipergunakan secara luas untuk mengawetkan berbagai macam makanan. Garam adalah bahan yang sangat penting dalam pengawetan ikan, daging dan bahan pangan lainnya. Garam memberi se jumlah pengaruh bila ditambahkan pada jaringan tumbuh-tumbuhan yang segar. Pertama-tama, garam akan berperan sebagai penghambat selektif pada mikroorganisme pencemar tertentu. Mikroorganisme pembusuk atau proteolitik dan juga pembentuk spora adalah yang paling mudah terpengaruh walau
  • 11. dengan kadar yang rendah sekalipun (yaitu sampai 6%). Mikroorganisme patogenik, termasuk Clostridium botolinum dengan pengecualian pada Streptococcus aureus, dapat dihambat oleh konsentrasi garam sampai 10-12%. Walaupun begitu, beberapa mikroorganisme terutama jenis -jenis Leuconostoc dan Lactobacillus, dapat tumbuh cepat dengan adanya garam dan terbentuknya asam untuk menghambat organisme yang tidak dikehendaki (Norman W, 1988). Sayuran yang telah ditekan-tekan dan tercampur larutan garam dipadatkan dalam toples hingga tidak ada udara dalam sela-sela sayuran serta ditutup dengan kol. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi pertumbuhan khamir atau kapang yang tidak diinginkan yang dapat merusak produk. Sebelum fermentasi terjadi, sauerkraut tersebut ditutup rapat dalam toples dan disimpan di suhu 30oC. Hal ini dilakukan agar mikroba/bakteri asam laktat dapat tumbuh dan menghasilkan asam laktat dalam proses fermentasi tersebut. Rasa, tekstur, dan bau yang dihasilkan dalam proses fermentasi sayuran menjadi sauerkraut Dari hasil pembuatan sauerkraut ini, memiliki rasa asam, baunya asam menyengat seperti cuka dan teksturnya seperti sayuran segar pada umumnya atau sama pada saat proses pembuatan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada pembuatan sauerkraut ini berhasil dilakukan dan proses fermentasi dan pengawetan berhasil secara sempurna. Manfaat sauerkraut Mengkonsumsi sauerkraut memiliki banyak manfaat bagi tubuh yaitu untuk memperlancar proses pencernaan dalam tubuh karena dalam sauerkraut sangat banyak mengandung bakteri probiotik (bakteri baik) seperti Lactobacillus plantarum yang bisa mengusir gas dalam perut dan ketidaknyamanan yang terkait dengan gangguan buang air besar (BAB). Kandungan dalam Sauerkraut Saurkraut mengandung 0,3% asam laktat dan 0,5% etanol. Juga terdapat kandungan CO2 dan senyawa volatil lainnya. Sauerkraut Nilai nurtrisi per 100 g (3.5 oz) Energi 78 kJ (19 kcal) Karbohidrat 4,3 gram Gula 1,8 gram Dietary fibre 2,9 gram Lemak 0,14 gram Protein 0,9 gram Air 92 gram Vitamin B6 0,13 mg (10%) Vitamin C 15 mg (25%) Iron 1,5 mg (12%) Sodium 661 mg (29%) Kerusakan Saurkraut Kerusakan saurkraut sebagian besar disebabkan oleh kontaminasi mikrobia. Hal ini terjadi karena kondisi proses tidak terkontrol dengan baik, terutama suhu fermentasi dan konsentrasi garam. Jika suhu > 30 C dan konsentrasi garam > 3%, maka BAL heterofermentatif menjadi terhambat pertumbuhannya sehingga terbentuk flavor yang tidak diinginkan. Jika suhu < 10 C dan konsentrasi garam < 2%, bakteri gram negatif akan tumbuh yang menyebabkan tekstur produk menjadi tidak sempurna.
  • 12. Produk-Produk Sayuran Hasil Fermentasi Hampir semua jenis sayuran termasuk buah-buahan yang bersifat seperti sayuran misalnya ketimun, tomat, olive dapat difermentasi oleh bakteri asam laktat. Sayur-sayuran mengandung gula dan zat-zat gizi untuk pertumbuhan bakteri asam laktat. Dalam pembuatan saurkraut kami menggunakan dua sayuran yaitu kol/daun kubis dan wortel (____, 2011). Faktor-faktor lingkungan yang penting dalam fermentasi sayuran adalah:  Terciptanya keadaan anaerobik.  Pengunaan garam yang sesuai yang berfungsi untuk menyerap keluar cairan dan zat -zat gizi dari sayur.  Pengaturan suhu yang sesuai untuk fermentasi.  Tersedianya bakteri asam laktat yang sesuai. Dalam proses fermentasi sayuran bakteri asam laktat, misalnya Leuconostoc mesenteroides,Leuconostoc plantarum dan Leuconostoc brevis, memfermentasi gula-gula yang terdapat dalam jaringan sayuran menjadi asam, terutama asam laktat. Kadar asam yang dihasilkan berkisar antara 0,8 – 1,5% (dinyatakan sebagai asam laktat). Tipe fermentasi ini berlangsung dalam suatu larutan garam berkonsentrasi 5-15% (20-600S). Larutan garam tersebut menyebabkan hanya bakteri asam laktat-lah yang tumbuh. Garam juga menyebabkan cairan yang terdapat dalam sayuran tertarik keluar melalui proses osmosa. Gula-gula dalam cairan tersebut merupakan makanan bagi bakteri asam laktat, yang selanjutnya diubah menjadi asam laktat. Asam laktat inilah yang berfungsi sebagai pengawet produk tersebut. Lama proses fermentasi berkisar antara 1 hari (fermentasi sehari), beberapa hari (fermentasi pendek), sampai beberapa bulan (fermentasi panjang) (____, 2011). Fermentasi spontan pada produk fermentasi sayuran Produk-produk fermentasi sayuran seperti sawi asin, sauerkraut (kubis asam) dan pikel merupakan hasil dari proses fermentasi yang berlangsung secara s elektif dan spontan. Pembuatannya cukup mudah sehingga banyak dilakukan secara tradisional atau dalam skala rumah tangga. Fermentasi spontan adalah fermentasi yang terjadi tanpa penambahan mikroba dari luar (starter), mikroba yang tumbuh terdapat secara alami pada medium (yang dalam hal ini tentu sebagai mediumnya adalah sayuran) dan medium tersebut dikondisikan sehingga mikroba tertentu yang melakukan fermentasinya yang dapat tumbuh dengan baik. Walau awalnya terjadi secara tidak disengaja, fermentasi sayu ran dapat mengawetkan sayuran tersebut dan menghasilkan produk dengan aroma dan cita rasa yang khas ( ____, 2011). Pada produk fermentasi sayuran, mikroba yang melakukan fermentasi adalah dari jenis bakteri penghasil asam laktat. Dalam pembuatannya, sayuran direndam dalam larutan garam berkadar 5-15% atau diberi garam secara kering sebanyak 2,5% berat sayuran. Larutan garam tersebut menyebabkan hanya bakteri asam laktat yang dapat tumbuh. Adanya garam menjadikan air dan zat gizi seperti gula tertarik keluar secara osmosis dari sel-sel sayuran. Gula-gula dalam cairan tersebut merupakan makanan bagi bakteri asam laktat, yang selanjutnya diubah menjadi asam laktat. Asam laktat inilah yang berfungsi sebagai pengawet produk tersebut. Kondisi yang anaerobik mutlak diperlukan agar fermentasi berjalan dengan baik ( ____, 2011). Suhu selama proses fermentasi juga sangat menentukan jenis mikroba dominan yang akan tumbuh. Umumnya diperlukan suhu 30ºC untuk pertumbuhan mikroba. Bakteri asam laktat (BAL) yang berperan adalah yang bersifat homofermentatif dan heterofermentatif. Jenis BAL yang bersifat homofermentatif hanya menghasilkan asam laktat hasil fermentasi gula yang dilakukannya, seperti Pediococcus cerevisae,Lactobacillus plantarum dan Streptococcus faecalis Sedangkan BAL yang bersifat heterofermentatif selain menghasilkan asam laktat juga membentuk CO2, asam asetat, dan
  • 13. etanol. Contohnya adalah Lactobacillus brevis dan Leuconostoc mesenteroides . Pada awal proses fermentasinya, bakteri yang tumbuh pertama adalah Leuconostoc mesenteroides dan akan menghambat pertumbuhan bakteri awal lainnya. Produksi asam dan karbondioksida meningkat sehingga menurunkan pH dan tercipta kondisi yang anaerobik. Fermentasi dilanjutkan oleh jenis-jenis bakteri yang lebih tahan terhadap pH rendah, yaitu Lactobacilus brevis, Pediococcus cereviceae, dan Lactobacillus plantarum. Lactobacillus plantarum merupakan bakteri yang paling tahan terhadap asam dan pH rendah sehingga merupakan mikroba akhir yang dapat tumbuh. Bakteri ini juga penghasil asam laktat terbanyak ( ____, 2011). BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Sauerkraut dengan nama lain adalah kol asam merupakan makanan khas Jerman yang terbuat dari kubis. Dalam praktikum pembuatan sauerkraut ini digunkan kol dan wortel. Sauerkraut yang kami buat ini pengawetannya dengan melakukan fermentasi spontan atau dengan tidak menambahkan starter bakteri. Bakteri asam laktat secara alami terdapat dalam sayuran kol dan wortel. Dari hasil pembuatan sauerkraut ini, memiliki rasa asam, baunya asam menyengat seperti cuka dan teksturnya seperti sayuran segar pada umumnya atau sama pada saat proses pembuatan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada pembuatan sauerkraut ini berhasil dilakukan dan proses fermentasi dan pengawetan berhasil secara sempurna tanpa adanya kontaminasi mikroba lain yang tidak diinginkan. 5.2 Saran Bila ingin membuat suerkraut, maka pembuatannya harus sesuai dengan prosedur yang ada dan harus memperhatikan setiap langkah pembuataanya agar produk sauerkraut yang dihasilkan menghasilkan produk sauerkraut yang baik dan memiliki cita rasa, bau dan tekstur yang khas.
  • 14. DAFTAR PUSTAKA Desrosier, Norman W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. UI - Press: Jakarta. Margono, Tri. dkk. 1993. Buku Panduan Teknologi Pangan, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI. Swiss Development Cooperation, 1993. [Online]. Tersedia di: http://www.iptek.net.id/ind/warintek/?mnu=6&ttg=6&doc=6d39, (diakses tanggal 23 November 2011). Sumanti, Ir., MS, Debby. 2007. Teknologi Fermentasi dalam Pelatihan Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. [Online]. Tersedia di: http://www.gogreen.web.id/2007/08/sauerkraut.html, (diakses tanggal 23 November) ____. ____. [Online]. Tersedia di: http://id.wikipedia.org/wiki/Sauerkraut, (diakses tanggal 23 November 2011). ____. ____. [Online]. Tersedia di:http://today.co.id/read/2011/04/15/25098/kenali_dan_nikmati_sensasi_sauerkraut_khas_jerman , (diakses tanggal 23 November 2011). ____. ____. [Online]. Tersedia di: http://www.sidoarjokab.go.id/other/warintek/index.php?cont=pangan/buah_sayur/sauerkraut.htm, (diakses tanggal 23 November 2011). ____. ____. [Online]. Tersedia di: http://cara-menjadi-sehat.blogspot.com/2011/01/manfaat-sauerkraut.html, (diakses tanggal 23 November 2011). ____. ____. [Online]. Tersedia di: http://musicnotmustsick.blogspot.com/2009/11/sauerkraut.html, (diakses tanggal 23 November 2011). ____. ____. [Online]. Tersedia di: http://www.scribd.com/doc/6549682/fermentasisayuran, (diakses tanggal 23 November 2011). ____. ____. [Online]. Tersedia di: http://www.scribd.com/doc/6549684/Fermentasi-Spontan-Pada-Produk- Fermentasi-Sayuran, (diakses tanggal 23 November 2011). Laporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram BUDIDAYA JAMUR TIRAM I. TUJUAN:  Mengenal spesies jamur yang bermanfaat dalam kehidupan sehari hari  Mempelajari cara-cara membudidayakan jamur yang bermanfaat
  • 15. II. DASAR TEORI Budidaya jamur merupakan salah satu usaha peningkatan ekonomi dan pangan yang sangat marak berkembang di masyarakat belakangan ini, bisnis dari budidaya jamur memang menjanjikan hasil yang lumayan saat ini, maka dari itu banyak masyarakat yang turut serta dalam usaha budidaya jamur ini. Selain mudah dalam proses pengerjaannya, budidaya jamur tidak membutuhkan modal yang terlalu besar sehingga sangat tepat diterapkan pada masyarakat yang taraf ekonominya sedang ataupun rendah. Jamur memiliki manfaat yang beragam dalam kehidupan sehari-hari antara lain sebagai bahan pangan maupun sebagai bahan pembuatan obat yang dapat berbagai macam penyakit kronis. Sebagai bahan pangan, jamur tiram dapat dikonsumsi sebagai campuran sayur sop, jamur krispi maupun keripik jamur. Banyak restoran berkelas yang mengandalkan hidangan utamanya adalah berbahan dasar dari jamur, dan bisa dikonsumsi juga sebagai bahan pengobatan. Jamur memiliki banyak manfaat bagi kesehatan manusia, protein nabati yang tidak mengandung kolesterol dapat digunakan sebagai obat pencegah timbulnya penyakit darah tinggi dan serangan jantung, serta dapat mencegah penyakit diabetes dan mengurangi berat badan atau obesitas. Kandungan asam folat yang tinggi dapat menyembuhkan penyakit anemia dan obat anti tumor, juga dapat digunakan untuk mencegah dan menanggulangi kekurangan gizi dan pengobatan kekurangan zat besi. Dengan banyaknya manfaat tersebut, maka tidak salah jika pada jurusan Tadris Biologi IAIN Walisongo Semarang mencoba mempraktekkan sebagai bentuk realisasi mata kuliah bioteknologi. Dengan adanya praktek lapangan seperti ini, diharapkan mahasiswa dapat berlatih untuk membudidayakan jamur yang bermanfaat dalam kehidupan manusia yang nyata dan nantinya dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari. Salah satu praktikum dari budidaya jamur adalah budidaya jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) yang juga memiliki banyak manfaat.tahap yang diperlukan untuk budidaya jamur yaitu tahap pencampuran bahan, tahap pembuatan log, tahap sterilisasi log, tahap inokulasi bibit jamur ke dalam log, tahap inkubasi log, dan pengamatan pertumbuhan miselium serta tahap penanaman log. III. ALAT DAN BAHAN a. Alat: 1) Alat yang digunakan untuk sterilisasi diantaranya adalah drum steam, kompor minyak, thermometer. 2) Alat yang digunakan untuk fermentasi adalah sekop, plastik terpal, corong, ember, timbangan, dan pengayak. 3) Alat yang digunakan dalam pembuatan log adalah plastik log (polipropilen), cincin jamur, karet gelang, plastik penutup, kapas, ember, dan kertas. 4) Alat yang digunakan dalam inokulasi adalah tongkat inokulasi, ember/ baskom. 5) Alat yang digunakan dalam perawatan jamur adalah penyemprot air uap. b. Bahan: Bahan utama dalam praktikum ini adalah bibit Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) dan serbuk gergaji. Bibit Jamur Tiram Putih diperoleh dari hasil pembibitan budidaya jamur di daerah dukuh Sembung, Bekonang.
  • 16. a. Bahan utama yang digunakan adalah Bibit Jamur Tiram Putih b. Bahan yang digunakan untuk media antara lain serbuk gergaji kayu sengon, bekatul, kalsit, pupuk kandang sapi, dan air. c. Bahan yang digunakan untuk sterilisasi adalah alkohol dan air. IV. CARA KERJA a. Tahap Pencampuran Jamur 1) Meletakkan bahan pada tempat yang datar dan kering 2) Mencampur komposisi bahan dengan perbandingan: Serbuk gergaji: 100 kg Bekatul: 10 kg Batu kapur: 4 kg Air: 7 ember (70 liter) 3) Meratakan komposisi bahan tersebut hingga homogen dan tidak menggumpal 4) Mengecek kelembaban adukan bahan, apabila sudah lembab dihentikan b. Tahap Pembuatan Log Menyiapkan alat dan bahan Memasukkan komposisi bahan adukan ke dalam plastik log sampai penuh dan rata (usahakan jangan ada rongga/ruang kosong) Menambahkan pupuk kandang sapi sesuai perlakuan Memasukkan cincin jamur pada ujung plastik Mengikat ujung plastik pada cincin jamur dengan karet gelang Menyumbat cincin jamur dengan kapas secukupnya Menutup cincin jamur yang sudah disumbat dengan kapas menggunakan kertas dan mengikatnya dengan karet gelang c. Tahap Sterilisasi Log Memasukkan log pada drum steam Mensterilisasi log pada suhu 1140C konstan selama 4-5 jam diatas kompor. Mendinginkan log pada tempat yang steril d. Tahapan Inokulasi Bibit Jamur Ke dalam Log dan Pengamatan Miselium Mensterilkan telapak tangan dengan menggunakan alkohol 70% Membuka plastik/kertas yang menutup cincin jamur pada log Membuka sumbatan kapas pada cincin jamur Mengeluarkan 3 sendok makan media dalam log dengan tingkat inokulasi dan selanjutnya menamping sisa media tersebut dalam ember Menginokulasikan bibit jamur tiram putih kurang lebih 3 sendok makan ke dalam log menggunakan tongkat inokulasi Menutup kembali cincin log dengan kapas Menginkubasikan log ke dalam ruang pembibitan Mengamati pertumbuhan miselium jamur dalam log V. HASIL PENGAMATAN
  • 17.
  • 18. Cara pembuatannya: 2. Pencampuran Bahan 1. Persiapan tempat dan pemilihan bahan untuk media tanam
  • 20. 3. Pembuatan Log/loging 6. Inokulasi 5. Sterilisasi
  • 21. 8. Permanen dan Penanganan Pasca Panen
  • 22. VI. PEMBAHASAN Dari praktikum yang sudah dilakukan tersebut dapat di jelaskan bahwa jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur yang cukup populer di tengah masyarakat Indonesia, selain jenis jamur lainnya seperti jamur merang, jamur kuping dan jamur shitake. Pada umumnya jamur tiram dikonsumsi oleh masyarakat sebagai sayuran untuk kebutuhan sehari-hari. Jamur tiram adalah jenis jamur kayu yang memiliki kandungan nutrisi lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jamur kayu lainnya. Jamur tiram mengandung protein, lemak, fosfor, besi, thiamin dan riboflavin lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jamur lain. Jamur tiram mengandung 18 macam asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh manusia dan tidak mengandung kolesterol. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jamur pangan dari kelompok Basidiomycota dan termasuk kelas Homobasidiomycetes dengan ciri-ciri umum tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Di alam bebas, jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan pegunungan daerah yang sejuk. Tubuh buah terlihat saling bertumpuk di permukaan batang pohon yang sudah melapuk atau pokok batang pohon yang sudah ditebang karena jamur tiram adalah salah satu jenis jamur kayu. Untuk itu, saat ingin membudidayakan jamur ini, substrat yang dibuat harus memperhatikan habitat alaminya. Dalam budidaya jamur tiram dapat digunakan substrat, seperti kompos serbuk gergaji kayu, ampas tebu atau sekam. Hal yang perlu diperhatikan dalam budidaya jamur tiram adalah faktor ketinggian dan persyarataan lingkungan, sumber bahan baku untuk substrat tanam dan sumber bibit. Miselium dan tubuh buahnya tumbuh dan berkembang baik pada suhu 26-30°C. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) mulai dibudidayakan pada tahun 1900. Budidaya jamur ini tergolong sederhana. Jamur tiram biasanya dipeliharan dengan media tanam serbuk gergaji steril yang dikemas dalam kantung plastik. Hal penting yang harus dipenuhi adalah menciptakan dan menjaga kondisi lingkungan pemeliharaan (cultivation) yang memenuhi syarat pertumbuhan jamur tiram. Hal lain yang penting adalah menjaga lingkungan pertumbuhan jamur tiram terbebas dari mikroba atau tumbuhan pengganggu lainnya. Tidak jarang pembudidaya jamur tiram mendapati baglog (kantong untuk media jamur tiram) ditumbuhi tumbuhan lain selain jamur tiram, hal ini disebabkan proses sterilisasi yang kurang baik dan lingkungan yang tidak kondusif. Dalam proses pembudidayaan, syarat tumbuh jamur tiram yang baik antara lain: a. Air Kandungan air dalam substrat berkisar antara 60-65%. Apabila kondisi kering maka pertumbuhan jamur akan terganggu atau terhenti, begitu pula sebaliknya apabila kadar air terlalu tinggi maka miselium akan membusuk dan mati. b. Suhu 7. Inkubasi/Penumbuhan Miselium
  • 23. Suhu inkubasi atau saat jamur tiram membentuk miselium dipertahankan antara 60-70%. Suhu pada pembentukan tubuh buah berkisar antara 16-22º C. c. Kelembaban Kelembaban udara selama masa pertumbuhan miselium 60-70%. Kelembaban udara Pada pertumbuhan badan buah 80-90%. d. Cahaya Pertumbuhan jamur tiram sangat peka terhadap cahaya secara langsung. Cahaya tidak langsung (cahaya pantul biasa ± 50-15000 lux) bermanfaat dalam perangsangan awal terbentuknya tubuh buah. Intentisitas cahaya yang dibutuhkan untuk pertumbuhan jamur sekitar 200 lux (10%). Sedangkan pada pertumbuhan miselium tidak diperlukan cahaya. e. Aerasi Dua komponen penting dalam udara yang berpengaruh pada pertumbuhan jamur yaitu Oksigen (O2) dan Karbon Dioksida (CO2). Oksigen merupakan unsure penting dalam respirasi sel. Sumber energi dalam sel dioksidasi menjadi karbondioksida. Konsentrasi Karbon Dioksida (CO2) yang terlalu banyak dalam kumbung menyebabkan pertumbuhan jamur tidak normal. Didalam kumbung jamur konsentrasi CO2 tidak boleh lebih dari 0,02%. f. Tingkat Keasaman (pH) Tingkat keasaman media tanam mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jamur tiram putih. Pada pH yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan mempengaruhi penyerapan air dan hara, bahkan kemungkinan akan tumbuh jamur yang lain yang akan menganggu pertumbuhan jamur tiram itu sendiri. pH optimum pada media tanam berkisar 6-7. Praktikum ini dilakukan dengan cara membuat 2 buah baglog untuk menumbuhakn jamur tiram (Pleurotus ostreatus) dan dari 2 baglog yang dibuat, hanya 1 yang tumbuh miselium dan itupun hanya tumbuh sedikit pada bagian bawah cincin log sampai minggu ke-5. Sedangkan yang lain, tidak tumbuh miselium dan baglog berwarna hitam sehingga ada indikasi kontaminasi. Kegagalan pada praktikum yang telah kami lakukan disebabkan oleh berbagai macam faktor antara lain: a. Faktor dari serbuk kayu yang digunakan b. Faktor pH c. Faktor air d. Faktor campuran yang kurang baik e. Faktor sterilisasi f. Faktor kesalahan dalam inokulasi g. Faktor bibit jamur yang kurang baik h. Komposisi bibit i. Faktor kebersihan ruang inkubasi Tetapi dalam praktikum yang telah kita lakukan tidak mengalami kegagalan semua tetapi ada sebagian jamur yang bisa tumbuh dengan baik. VII. KESIMPULAN a. Jamur tiram merupakan jenis jamur kayu yang memiliki kandungan nutrisi lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jamur kayu lainnya.
  • 24. b. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jamur pangan dari kelompok Basidiomycota dan termasuk kelas Homobasidiomycetes dengan ciri-ciri umum tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. c. Tahap pembuatan baglog dapat dilakukan dengan cara tahap pencampuran bahan, tahap pembuatan log, tahap sterilisasi log dan tahap inokulasi. BAB I PENDAHULUAN Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme mikroskopik yang sebagian besar berupa satu sel yang terlalu kecil untuk dapat dilihat menggunakan mata telanjang.Mikroba berukuran sekitar seperseribu milimeter (1 mikrometer) atau bahkan kurang, walaupun ada juga yang lebih besar dari 5 mikrometer. Karenanya, mikroba hanya bisa dilihat dengan menggunakan alat bantu berupa mikroskop. .Mikroba-mikroba tanah yang bermanfaat untuk melarutkan unsur hara, membantu penyerapan unsur hara, maupun merangsang pertumbuhan tanaman diformulasikan dalam bahan pembawa khusus dan digunakan sebagai biofertilizer untuk pertanian organik. Mikroba lebih banyak lagi ditemui pada tanaman dan hewan. Sebagian besar mikroba tidak berbahaya bagi manusia, dan manusia yang sehat diberi kemampuan oleh Yang Maha Kuasa untuk bertahan dari serangan mikroba yang berbahaya sampai batas-batas tertentu seperti menyebabkan berbagai penyakit pada manusia serta mikroba yang mengakibatkan basi atau kerusakan bahan makanan dan minuman.
  • 25. 1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Apa pengertian Mikroba Tanah. 2. Mikroba sebagai pembunuh sel kanker dalam tubuh. 3. Bahan organik yang dapat dirombak oleh bakteri tanah. 4. Sumber bahan organik. 5. Humus. 6. Faktor yang mempengaruhi bahan organik tanah. 7. Mempengaruhi bahan organik tanah. 8. Peran bahan organik bagi tanaman. 9. Manfaat pupuk organik. 10. Pengaruh bahan organik pada sifat fisik tanah. 11. Pengaruh bahan organik pada sifat kimia tanah. 12. Pengaruh bahan organik pada sifat biologi tanah. 13. Pengaruh langsung bahan organik pada tanaman. 14. Pengaruh tidak langsug pada tanaman. 15. Peran mikroba tanah dalam penyediaan manapun penyerapan unsur hara bagi tanaman. 1.3 TUJUAN
  • 26. Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengertian mikroba tanah. 2. Untuk mengetahui mikroba sebagai pembunuh sel kanker dalam tubuh. 3. Untuk mengetahui bahan organik yang dapat dirombak oleh bakteri tanah. 4. Untuk mengetahui Sumber bahan organik. 5. Untuk mengetahui Humus. 6. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi bahan organik tanah. 7. Untuk mengetahui peran bahan organik bagi tanah. 8. Untuk mengetahui peran bahan organik bagi tanaman. 9. Untuk mengetahui manfaat pupuk organik. 10. Untuk mengetahui pengaruh bahan organik pada sifat fisik tanah, 11. Untuk mengetahui pengaruh bahan organik pada sifat kimia tanah. 12. Untuk mengetahui pengaruh bahan organik pada sifat biologi tanah. 13. Untuk mengetahui pengaruh langsung bahan organik pada tanaman. 14. Untuk mengetahui pengaruh tidak langsung pada tanaman. 15. Untuk mengetahui peran mikroba tanah dalam penyediaan maupun penyerapan unsur hara bagi tanaman. 1.4 MANFAAT Manfaat yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah: 1. Memberi informasi kepada pembaca tentang pengertian Mikroba tanah. 2. Memberi informasi kepada pembaca tentang mikroba sebagai pembunuh sel kanker dalam tubuh. 3. Memberi informasi kepada pembaca tentang bahan organik yang dapat dirombak oleh bakteri tanah. 4. Memberi informasi kepada pembaca tentang sumber bahan organik. 5. Memberi informasi kepada pembaca tentang Humus.
  • 27. 6. Memberi informasi kepada pembaca tentang faktor yang mempengaruhi bahan organik tanah. 7. Memberi informasi kepada pembaca tentang peran bahan organik bagi tanah. 8. Memberi informasi kepada pembaca tentang peran bahan organik bagi tanaman. 9. Memberi informasi kepada pembaca tentang manfaat pupuk organik. 10. Memberi informasi kepada pembaca tentang pengaruh bahan organik pada sifat fisik tanah. 11. Memberi informasi kepada pembaca tentang pengaruh bahan organik pada sifat kimia tanah. 12. Memberi informasi kepada pembaca tentang pengaruh bahan organik pada sifat biologi tanah. 13. Memberi informasi kepada pembaca tentang pengaruh langsung bahan organik pada tanaman. 14. Memberi informasi kepada pembaca tentang pengaruh tidak langsung pada tanaman. 15. Memberi informasi kepada pembaca tentang peran mikroba tanah dalam penyediaan maupun penyerapan unsur hara bagi tanaman. BAB II ISI 2.1 Pengertian mikroba Tanah Tanah sangat kaya akan keragaman mikroorganisme, seperti bakteri, aktinomicetes, fungi, protozoa, alga dan virus. Tanah pertanian yang subur mengandung lebih dari 100 juta mikroba per gram tanah.Produktivitas dan daya dukung tanah tergantung pada aktivitas mikroba tersebut. Sebagian besar mikroba tanah memiliki peranan yang menguntungan bagi pertanian, yaitu berperan dalam menghancurkan limbah organik, re-cycling hara tanaman, fiksasi biologis nitrogen, pelarutan fosfat, merangsang pertumbuhan, biokontrol patogen dan membantu penyerapan unsur hara. Bioteknologi berbasis mikroba dikembangkan dengan memanfaatkan peran-peranpentingmikrobatersebut. Tiga unsur hara penting tanaman, yaitu Nitrogen (N), fosfat (P), dan kalium (K) seluruhnya melibatkan aktivitas mikroba tanah. Hara N sebenarnya tersedia melimpah di udara.Kurang lebih 74% kandungan udara adalah N. Namun, N udara tidak dapat langsung diserap oleh tanaman.Tidak ada satupun tanaman yang dapat menyerap N dari udara.N harus difiksasi/ditambat oleh mikroba tanah dan diubah bentuknya menjadi tersedia bagi tanaman.Mikroba penambat N ada yang
  • 28. bersimbiosis dengan tanaman dan ada pula yang hidup bebasdisekitarperakarantanaman. Mikroba tanah lain yang berperan di dalam penyediaan unsur hara tanaman adalah mikroba pelarut fosfat (P) dan kalium (K). Tanah-tanah yang lama diberi pupuk superfosfat (TSP/SP 36) umumnya kandungan P-nya cukup tinggi (jenuh).Namun, hara P ini sedikit/tidak tersedia bagi tanaman, karena terikat pada mineral liat tanah yang sukar larut. Di sinilah peranan mikroba pelarut P. Mikroba ini akan melepaskan ikatan P dari mineral liat tanah dan menyediakannya bagi tanaman. Banyak sekali mikroba yang mampu melarutkan P, antara lain: Aspergillus sp, Penicillium sp, Zerowilia lipolitika, Pseudomonas sp. Mikroba yang berkemampuan tinggi melarutkan P, umumnya juga berkemampuan tinggi dalam melarutkan K. Isroi ( 2008 ) mengatakan bahwa beberapa mikroba tanah juga mampu menghasilkan hormon tanaman yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Hormon yang dihasilkan oleh mikroba akan diserap oleh tanaman sehingga tanaman akan tumbuh lebih cepat atau lebih besar. Kelompok mikroba yang mampu menghasilkan hormon tanaman, antara lain: Pseudomonas sp dan Azotobacter sp. Mikroba-mikroba tanah yang bermanfaat untuk melarutkan unsur hara, membantu penyerapan unsur hara, maupun merangsang pertumbuhan tanaman diformulasikan dalam bahan pembawa khusus dan digunakan sebagai biofertilizer untuk pertanian organik.  Mikroba Tanah dikelompokkan Menjadi 2 yaitu Berdasarkan Sumber Makanan, bakteri tanah dikelompokkan menjadi dua, yaitu: (1) Bakteri AutotrophatauBakteri Lithotropik, yaitu: bakteri yang dapat menghasilkan makanan sendiri, contohnya: bakteri nitrifikasi, bakteri denitrifikasi, bakteri pengoksidasi belerang, bakteri pereduksi sulfat, dll. Bakteri autotroph ini dikelompokkan lagi berdasarkan sumber energi yang diperlukan, yaitu: (a) Bakteri PhotoautotrophatauBakteri FotoLithotropik: bakteri yang menghasilkan makanan sendiri dan sumber energi yang digunakan berasal dari Sinar Matahari, dan (b) Bakteri KhemoautotrophatauBakteri Khemolithotropik: bakteri yang menghasilkan makanan sendiri dan sumber energi yang digunakan dari hasil oksidasi bahan organik, (2) Bakteri Heterotroph atau Bakteri Organotropik, yaitu: bakteri yang mendapatkan makanan dari bahan organik atau sisa-sisa dari makhluk hidup lain, baik fauna maupun flora, dan baik yang makro maupun yang mikro. Bakteri heterotroph ini pun dikelompokkan lagi berdasarkan sumber makanan, menjadi dua kelompok, yaitu: (a) Bakteri PhotoheterotrophatauBakte ri Fotoorganotropik: bakteri yang mendapatkan makanan dari bahan organik atau sisa-sisa makhluk hidup lain dan sumber energi yang digunakan berasal dari Sinar Matahari, dan (b) Bakteri KhemoheterotrophatauBakte ri Khemoorganotropik: bakteri yang mendapatkan makanan dari bahan organik
  • 29. atau sisa-sisa makhluk hidup lain dan sumber energi yang digunakan dari hasil oksidasi bahan organik. 2.2 Mikroba tanah sebagai pembunuh sel kanker di dalam tubuh Sejumlah ilmuwan dari Inggris dan Belanda mencoba untuk mengembangkan sebuah metode yang menggunakan Clostridium sporogenes (bakteri tanah) untuk mengobati penyakit kankerdantumor. Seperti dikutip dari BBC Clostridium merupakan salah satu bakteri yang normalnya hidup di tanah, atau hidup di tempat yang rendah kadar oksigennya. Para peneliti menggunakan karakter bakteri itu untuk memaksimalkan tugas obat bagi pembunuh sel kanker di dalam tubuh. Sebelum memasukan bakteri ke dalam tubuh pasien, para peneliti akan melakuka n teknik genetik dari bakteri untuk menghasilkan enzim yang spesifik yang memiliki kemampuan untuk mengaktifkan obat kanker yang dikonsumsi oleh para pasien. Berdasarkan pendalaman dari para peneliti pada konferensi di York University, Spora dari bakteri itu akan tumbuh di dalam tumor pasien. Spora hanya tumbuh pada tumor yang padat yang memiliki kadar oksigen rendah seperti payudara, prostat,dan tumor otak. Temuan ini merupakan sebuah hasil dari penelitian berdekade lamanya guna melihat kemungkinan Clostridium untuk bekerja memaksimalkan obat kanker. “Ini merupakan sebuah fenomena yang sepenuhnya alami, yang tak merusak jaringan lain yang sehat,” kata profesor Nigel Minton dari Universitas Nottingham. 2.3 Bahan organik yang dapat dirombak oleh bakteri-bakteri tanah Bahan organik merupakan bahan-bahan yang dapat diperbaharui, didaur ulang, dirombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat digunakan oleh tanaman tanpa mencemari tanah dan air.Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa-sisa tanaman dan binatang yang sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali.Bahan organik demikian berada dalam pelapukan aktif dan menjadi mangsa serangan jasad mikro.Sebagai akibatnya
  • 30. bahan tersebut berubah terus dan tidak mantap sehingga harus selalu diperbaharui melalui penambahan sisa-sisa tanaman atau binatang. 2.4 Sumber Bahan Organik Sumber primer bahan organik adalah jaringan tanaman berupa akar, batang, ranting, daun, dan buah. Bahan organik dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis sehingga unsur karbon merupakan penyusun utama dari bahan organik tersebut. Unsur karbon ini berada dalam bentuk senyawa-senyawa polisakarida, seperti selulosa, hemiselulosa, pati, dan bahan- bahan pektin dan lignin. Selain itu nitrogen merupakan unsur yang paling banyak terakumulasi dalam bahan organik karena merupakan unsur yang penting dalam sel mikroba yang terlibat dalam proses perombakan bahan organik tanah. Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi dan akan terangkut ke lapisan bawah serta diinkorporasikan dengan tanah. Tumbuhan tidak saja sumber bahan organik, tetapi sumber bahan organik dari seluruh makhluk hidup. Sumber sekunder bahan organik adalah fauna.Fauna terlebih dahulu harus menggunakan bahan organik tanaman setelah itu barulah menyumbangkan pula bahan organik.Bahan organik tanah selain dapat berasal dari jaringan asli juga dapat berasal dari bagian batuan. (Sumber: fadlie.web.id) Perbedaan sumber bahan organik tanah tersebut akan memberikan perbedaan pengaruh yang disumbangkannya ke dalam tanah. Hal itu berkaitan erat dengan komposisi atau susunan dari bahan organik tersebut. Kandungan bahan organik dalam setiap jenis tanah tidak sama. Hal ini tergantung dari beberapa hal yaitu; tipe vegetasi yang ada di daerah tersebut, populasi mikroba tanah, keadaan drainase tanah, curah hujan, suhu, dan pengelolaan tanah. Komposisi atau susunan jaringan tumbuhan akan jauh berbeda dengan jaringan binatang. Pada umumnya jaringan binatang akan lebih cepat hancur daripada jaringan tumbuhan. Jaringan tumbuhan sebagian besar tersusun dari air yang beragam dari 60-90% dan rata-rata sekitar 75%. Bagian padatan sekitar 25% dari hidrat arang 60%, protein 10%, lignin 10-30% dan lemak 1-8%. Ditinjau dari susunan unsur karbon merupakan bagian yang terbesar (44%) disusul oleh oksigen (40%), hidrogen dan abu masing-masing sekitar 8%.Susunan abu itu sendiri terdiri dari seluruh unsur hara yang diserap dan diperlukan tanaman kecuali C, H dan O. 2.5 HUMUS Humus merupakan salah satu bentuk bahan organik.Jaringan asli berupa tubuh tumbuhan atau fauna baru yang belum lapuk terus menerus mengalami serangan-serangan jasad mikro yang menggunakannya sebagai sumber energinya dan bahan bangunan tubuhnya.Hasil pelapukan bahan asli yang dilakukan oleh jasad mikro disebut humus.Humus biasanya berwarna gelap dan dijumpai terutama pada lapisan tanah atas.Definisi humus yaitu fraksi bahan organik tanah
  • 31. yang kurang lebih stabil, sisa dari sebagian besar residu tanaman serta binatang yang telah terdekomposisikan. Humus merupakan bentuk bahan organik yang lebih stabil, dalam bentuk inilah bahan organik banyak terakumulasi dalam tanah.Humus memiliki kontribusi terbesar terhadap durabilitas dan kesuburan tanah.Humuslah yang aktif dan bersifat menyerupai liat, yaitu bermuatan negatif.Tetapi tidak seperti liat yang kebanyakan kristalin, humus selalu amorf (tidak beraturan bentuknya). Humus merupakan senyawa rumit yang agak tahan lapuk (resisten), berwarna coklat, amorf, bersifat koloidal dan berasal dari jaringan tumbuhan atau hewan yang telah diubah atau dibentuk oleh berbagai jasad mikro. Humus tidaklah resisten sama sekali terhadap kerja bakteri. Mereka tidak stabil terutama apabial terjadi perubahan regim suhu, kelembapan dan aerasi.Adanya humus pada tanah sangat membantu mengurangi pengaruh buruk liat terhadap struktur tanah, dalam hal ini humus merangsang granulasi agregat tanah.Kemampuan humus menahan air dan ion hara melebihi kemampuan liat.Tinggi daya menahan (menyimpan) unsur hara adalah akibat tingginya kapasitas tukar kation dari humus, karena humus mempunyai beberapa gugus yang aktif terutama gugus karboksil. Dengan sifat demikian keberadaan humus dalam tanah akan membantu meningkatkan produktivitas tanah.  Sifat dan Ciri Humus  Bersifat koloidal seperti liat tetapi amorfous.  Luas permukaan dan daya jerap jauh melebihi liat.  Kapasitas tukar kation 150-300 me/100 g, liat hanya 8-100 me/100 g.  Daya jerap air 80-90% dari bobotnya, liat hanya 15-20%.  Daya kohesi dan plastisitasnya rendah sehingga mengurangi sifat lekat dari liat dan membantu granulasi agregat tanah.  Misel humus tersusun dari lignin, poliuronida, dan protein liat yang didampingi oleh C, H, O, N, S, P dan unsur lainnya.  Muatan negatif berasal dari gugus -COOH dan -OH yang tersembul di pinggiran dimana ion H dapat digantikan oleh kation lain.  Mempunyai kemampuan meningkatkan unsur hara tersedia seperti Ca, Mg, dan K. 1. Merupakan sumber energi jasad mikro. 2. Memberikan warna gelap pada tanah.
  • 32. 2.6 Faktor yang mempengaruhi bahan organik tanah Diantara sekian banyak faktor yang mempengaruhi kadar bahan organik dan nitrogen tanah, faktor yang penting adalah kedalaman tanah, iklim, tekstur tanah dan drainase. Kedalaman lapisan menentukan kadar bahan organik dan N. Kadar bahan organik terbanyak ditemukan di lapisan atas setebal 20 cm (15-20%). Semakin ke bawah kadar bahan organik semakin berkurang. Hal itu disebabkan akumulasi bahan organik memang terkonsentrasi di lapisan atas. Faktor iklim yang berpengaruh adalah suhu dan curah hujan. Makin ke daerah dingin, kadar bahan organik dan N makin tinggi. Pada kondisi yang sama kadar bahan organik dan N bertambah 2 hingga 3 kali tiap suhu tahunan rata-rata turun 100C. bila kelembaban efektif meningkat, kadar bahan organik dan N juga bertambah. Hal itu menunjukkan suatu hambatan kegiatan organisme tanah. Tekstur tanah juga cukup berperan, makin tinggi jumlah liat maka makin tinggi kadar bahan organik dan N tanah, bila kondisi lainnya sama. Tanah berpasir memungkinkan oksidasi yang baik sehingga bahan organik cepat habis. Pada tanah dengan drainase buruk, dimana air berlebih, oksidasi terhambat karena kondisi aerasi yang buruk. Hal ini menyebabkan kadar bahan organik dan N tinggi daripada tanah berdrainase baik. Disamping itu vegetasi penutup tanah dan adanya kapur dalam tanah juga mempengaruhi kadar bahan organik tanah. Vegetasi hutan akan berbeda dengan padang rumput dan tanah pertanian. Faktor-faktor ini saling berkaitan, sehingga sukar menilainya sendiri (Hakim et al, 1986). 2.7 Peranan Bahan Organik Bagi Tanah Bahan organik berperan penting untuk menciptakan kesuburan tanah.Peranan bahan organik bagi tanah adalah dalam kaitannya dengan perubahan sifat-sifat tanah, yaitu sifat fisik, biologis, dan sifat kimia tanah.Bahan organik merupakan pembentuk granulasi dalam tanah dan sangat penting dalam pembentukan agregat
  • 33. tanah yang stabil.Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada taranya.Melalui penambahan bahan organik, tanah yang tadinya berat menjadi berstruktur remah yang relatif lebih ringan.Pergerakan air secara vertikal atau infiltrasi dapat diperbaiki dan tanah dapat menyerap air lebih cepat sehingga aliran permukaan dan erosi diperkecil. Demikian pula dengan aerasi tanah yang menjadi lebih baik karena ruang pori tanah (porositas) bertambah akibat terbentuknya agregat. Bahan organik umumnya ditemukan dipermukaan tanah.Jumlahnya tidak besar, hanya sekitar 3-5% tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali.Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation berasal dari bahan organik.Ia merupakan sumber hara tanaman. Disamping itu bahan organik adalah sumber energi bagi sebagian besar organisme tanah.Dalam memainkan peranan tersebut bahan organik sangat ditentukan oleh sumber dan susunannya, oleh karena kelancaran dekomposisinya, serta hasil dari dekomposisi itu sendiri. 2.8 Peranan Bahan Organik Bagi Tanaman Bahan organik memainkan beberapa peranan penting di tanah.Sebab bahan organik berasal dari tanaman yang tertinggal, berisi unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman.Bahan organik mempengaruhi struktur tanah dan cenderung untuk menjaga menaikkan kondisi fisik yang diinginkan.Peranan bahan organik ada yang bersifat langsung terhadap tanaman, tetapi sebagian besar mempengaruhi tanaman melalui perubahan sifat dan ciri tanah. 2.9 Manfaat Mikroba Bagi Manusia Selain menjadi sumber ketakutan bagi manusia, mikroba juga memiliki manfaat besar bagi manusia.Mikroba bisa membantu meningkatkan imunitas dan menjaga kesehatan manusia yang memberi ketenangan dan harapan hidup bagi manusia.Keberadaan mikroba banyak menguntungkan manusia. Mikroba menjadi salah satu tumpuan pengembangan bioteknologi.Beberapa aspek dari mikroba menjadi sumber ketakutan. HIV, SARS, flu burung, antraks merupakan topik-topik yang menimbulkan ketakutan luar biasa bagi manusia, tetapi melalui riset dan teknologi mampu mendatangkan dana. Selain mikroba yang menakutkan, dikenal pula mikroba yang tidak menakutkan, dan sebaliknya dapat mendatangkan uang, misalnya pangan fungsional atau human probiotik yang membantu meningkatkan imunitas dan kesehatan.Dalam akuakultur misalnya, mikroba berperan dalam hal pakan, lingkungan, pengendalian penyakit, pengolahan dan penanganan produksi dan sebagainya. Mikroba dan mikrobiologi, memiliki cakupan yang sangat luas.Dalam kaitan dengan akuakultur yang dibahas lebih dalam pidato pengukuhannya menurut guru
  • 34. besar baru ini, akuakultur merupakan suatu kegiatan ekonomi yang cukup menjanjikan dalam mengangkat harkat dan kehidupan dan pemenuhan gizi masyarakat terutama dalam sumber protein hewani.Di Indonesia akuakultur dalam beberapa tahun terakhir menunjukan pertumbuhan yang luar biasa. Dalam akuakultur diperkenalkan pula produk yang diklaim sebagai probiotik atau makanan tambahan (suplemen) berupa sel-sel mikroba hidup yang memiliki pengaruh menguntungkan bagi hewan inang yang mengonsumsinya melalui penyeimbangan flora mikroba intestinalnya. Istilah probiotik telah memberikan keuntungan bagi produsen karena memiliki nilai jual lebih baik dibandingkan dengan penggunaan istilah biomediator, agensia biremediasi atau produk mikroba.Namun, sejauh ini penggunaan probiotik dan bioremediator dalam akuakultur tak tercatat atau terpantau dengan baik terutama pada produk-produk yang belum pernah diuji patogenitasnya.Selain itu, terbuka kemungkinan kualitas produk yang ditawarkan tidak sesuai dengan kenyataan. 2.10 Pengaruh Bahan Organik pada Sifat Fisika Tanah  Meningkatkan kemampuan tanah menahan air. Hal ini dapat dikaitkan dengan sifat polaritas air yang bermuatan negatif dan positif yang selanjutnya berkaitan dengan partikel tanah dan bahan organik. Air tanah mempengaruhi mikroorganisme tanah dan tanaman di atasnya. Kadar air optimal bagi tanaman dan mikroorganisme adalah 0,5 bar/ atmosfer.  Warna tanah menjadi coklat hingga hitam. Hal ini meningkatkan penyerapan energi radiasi matahari yang kemudian mempengaruhi suhu tanah.  Merangsang granulasi agregat dan memantapkannya  Menurunkan plastisitas, kohesi dan sifat buruk lainnya dari liat. Salah satu peran bahan organik yaitu sebagai granulator, yaitu memperbaiki struktur tanah. Menurut Arsyad (1989) peranan bahan organik dalam pembentukan agregat yang stabil terjadi karena mudahnya tanah membentuk kompleks dengan bahan organik. Hai ini berlangsung melalui mekanisme:
  • 35.  Penambahan bahan organik dapat meningkatkan populasi mikroorganisme tanah, diantaranya jamur dan cendawan, karena bahan organik digunakan oleh mikroorganisme tanah sebagai penyusun tubuh dan sumber energinya. Miselia atau hifa cendawan tersebut mampu menyatukan butir tanah menjadi agregat, sedangkan bakteri berfungsi seperti semen yang menyatukan agregat.  Peningkatan secara fisik butir-butir prima oleh miselia jamur dan aktinomisetes. Dengan cara ini pembentukan struktur tanpa adanya fraksi liat dapat terjadi dalam tanah.  Peningkatan secara kimia butir-butir liat melalui ikatan bagian-bagian pada senyawa organik yang berbentuk rantai panjang.  Peningkatan secara kimia butir-butir liat melalui ikatan antar bagian negatif liat dengan bagian negatif (karbosil) dari senyawa organik dengan perantara basa dan ikatan hidrogen.  Peningkatan secara kimia butir-butir liat melalui ikatan antara bagian negatif liat dan bagian positf dari senyawa organik berbentuk rantai polimer. 2.11 Pengaruh Bahan Organik pada Sifat Kimia Tanah Meningkatkan daya jerap dan kapasitas tukar kation (KTK).Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation (KTK) tanah berasal dari bahan organik. Bahan organik dapat meningkatkan kapasitas tukar kation dua sampai tiga puluh kali lebih besar daripada koloid mineral yang meliputi 30 sampai 90% dari tenaga jerap suatu tanah mineral. Peningkatan KTK akibat penambahan bahan organik dikarenakan pelapukan bahan organik akan menghasilkan humus (koloid organik) yang mempunyai permukaan dapat menahan unsur hara dan air sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian bahan organik dapat menyimpan pupuk dan air yang diberikan di dalam tanah. Peningkatan KTK menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur- unsur hara. Unsur N,P,S diikat dalam bentuk organik atau dalam tubuh mikroorganisme, sehingga terhindar dari pencucian, kemudian tersedia kembali. Berbeda dengan pupuk komersil dimana biasanya ditambahkan dalam jumlah yang banyak karena sangat larut air sehingga pada periode hujan terjadi kehilangan yang sangat tinggi, nutrien yang tersimpan dalam residu organik tidak larut dalam air sehingga dilepaskan oleh proses mikrobiologis. Kehilangan karena pencucian tidak seserius seperti yang terjadi pada pupuk komersil. Sebagai hasilnya kandungan nitrogen tersedia stabil pada level intermediet dan mengurangi bahaya kekurangan dan kelebihan. Bahan organik berperan sebagai penambah hara N, P, K bagi tanaman dari hasil mineralisasi oleh mikroorganisme.Mineralisasi merupakan lawan kata dari immobilisasi.Mineralisasi merupakan transformasi oleh mikroorganisme dari sebuah unsur pada bahan organik menjadi anorganik, seperti nitrogen pada protein menjadi amonium atau nitrit.Melalui mineralisasi, unsur hara menjadi tersedia bagi tanaman.
  • 36. Meningkatkan kation yang mudah dipertukarkan dan pelarutan sejumlah unsur hara dari mineral oleh asam humus.Bahan organik dapat menjaga keberlangsungan suplai dan ketersediaan hara dengan adanya kation yang mudah dipertukarkan. Nitrogen, fosfor dan belerang diikat dalam bentuk organik dan asam humus hasil dekomposisi bahan organik akan mengekstraksi unsur hara dari batuan mineral. Mempengaruhi kemasaman atau pH.Penambahan bahan organik dapat meningkatkan atau malah menurunkan pH tanah, hal ini bergantung pada jenis tanah dan bahan organik yang ditambahkan.Penurunan pH tanah akibat penambahan bahan organik dapat terjadi karena dekomposisi bahan organik yang banyak menghasilkan asam-asam dominan. Sedangkan kenaikan pH akibat penambahan bahan organik yang terjadi pada tanah masam dimana kandungan aluminium tanah tinggi , terjadi karena bahan organik mengikat Al sebagai senyawa kompleks sehingga tidak terhidrolisis lagi . Peranan bahan organik terhadap perbaikan sifat kimia tanah tidak terlepas dalam kaitannya dengan dekomposisi bahan organik, karena pada proses ini terjadi perubahan terhadap komposisi kimia bahan organik dari senyawa yang kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana. Proses yang terjadi dalam dekomposisi yaitu perombakan sisa tanaman atau hewan oleh miroorganisme tanah atau enzim-enzim lainnya, peningkatan biomassa organisme, dan akumulasi serta pelepasan akhir. Akumulasi residu tanaman dan hewan sebagai bahan organik dalam tanah antara lain terdiri dari karbohidrat, lignin, tanin, lemak, minyak, lilin, resin, senyawa N, pigmen dan mineral, sehingga hal ini dapat menambahkan unsur-unsur hara dalam tanah. 2.12 Pengaruh Bahan Organik pada Sifat Biologi Tanah Jumlah dan aktivitas metabolik organisme tanah meningkat.Secara umum, pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme.Bahan organik merupakan sumber energi dan bahan makanan bagi mikroorganisme yang hidup di dalam tanah. Mikroorganisme tanah saling berinteraksi dengan kebutuhannya akan bahan organik karena bahan organik menyediakan karbon sebagai sumber energi untuk tumbuh. Kegiatan jasad mikro dalam membantu dekomposisi bahan organik meningkat. Bahan organik segar yang ditambahkan ke dalam tanah akan dicerna oleh berbagai jasad renik yang ada dalam tanah dan selanjutnya didekomposisisi jika faktor lingkungan mendukung terjadinya proses tersebut. Dekomposisi berarti perombakan yang dilakukan oleh sejumlah mikroorganisme (unsur biologi dalam tanah) dari senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana.Hasil dekomposisi berupa senyawa lebih stabil yang disebut humus.Makin banyak bahan organik maka makin banyak pula populasi jasad mikro dalam tanah.
  • 37. 2.13 Pengaruh Langsung Bahan Organik pada Tanaman Melalui penelitian ditemukan bahwa beberapa zat tumbuh dan vitamin dapat diserap langsung dari bahan organik dan dapat merangsang pertumbuhan tanaman.Dulu dianggap orang bahwa hanya asam amino, alanin, dan glisin yang diserap tanaman.Serapan senyawa N tersebut ternyata relatif rendah daripada bentuk N lainnya.Tidak dapat disangkal lagi bahwa bahan organik mengandung sejumlah zat tumbuh dan vitamin serta pada waktu-waktu tertentu dapat merangsang pertumbuhan tanaman dan jasad mikro. Bahan organik ini merupakan sumber nutrien inorganik bagi tanaman.Jadi tingkat pertumbuhan tanaman untuk periode yang lama sebanding dengan suplai nutrien organik dan inorganik.Hal ini mengindikasikan bahwa peranan langsung utama bahan organik adalah untuk menyuplai nutrien bagi tanaman. Penambahan bahan organik kedalam tanah akan menambahkan unsur hara baik makro maupun mikro yang dibutuhkan oleh tumbuhan, sehingga pemupukan dengan pupuk anorganik yang biasa dilakukan oleh para petani dapat dikurangi kuantitasnya karena tumbuhan sudah mendapatkan unsur-unsur hara dari bahan organik yang ditambahkan kedalam tanah tersebut. Efisiensi nutrisi tanaman meningkat apabila pememukaan tanah dilindungi dengan bahan organik. 2.14 Pengaruh Tidak Langsung Bahan Organik pada Tanaman Sumbangan bahan organik terhadap pertumbuhan tanaman merupakan pengaruhnya terhadap sifat-sifat fisik, kimia dan biologis dari tanah. Bahan organik tanah mempengaruhi sebagian besar proses fisika, biologi dan kimia dalam tanah. Bahan organik memiliki peranan kimia di dalam menyediakan N, P dan S untuk tanaman peranan biologis di dalam mempengaruhi aktifitas organisme mikroflora dan mikrofauna, serta peranan fisik di dalam memperbaiki struktur tanah dan lainnya. Hal ini akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang tumbuh di tanah tersebut. Besarnya pengaruh ini bervariasi tergantung perubahan pada setiap faktor utama lingkungan. Sehubungan dengan hasil-hasil dekomposisi bahan organik dan sifat-sifat humus maka dapat dikatakan bahwa bahan organik akan sangat mempengaruhi sifat dan ciri tanah. Peranan tidak langsung bahan organik bagi tanaman meliputi :  Meningkatkan ketersediaan air bagi tanaman. Bahan organik dapat meningkatkan kemampuan tanah menahan air karena bahan organik, terutama yang telah menjadi humus dengan ratio C/N 20 dan kadar C 57% dapat menyerap air 2-4 kali lipat dari bobotnya. Karena kandungan air tersebut, maka bahan organik terutama yang sudah menjadi humus dapat menjadi penyangga bagi ketersediaan air. • Membentuk kompleks dengan unsur mikro sehingga melindungi unsur-unsur tersebut dari pencucian. Unsur N,P,S diikat dalam bentuk organik atau dalam tubuh mikroorganisme, sehingga terhindar dari pencucian, kemudian tersedia kembali.
  • 38.  Meningkatkan kapasitas tukar kation tanah Peningkatan KTK menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur- unsur hara.  Memperbaiki struktur tanah Tanah yang mengandung bahan organik berstruktur gembur, dan apabila dicampurkan dengan bahan mineral akan memberikan struktur remah dan mudah untuk dilakukan pengolahan. Struktur tanah yang demikian merupakan sifat fisik tanah yang baik untuk media pertumbuhan tanaman. Tanah yang bertekstur liat, pasir, atau gumpal akan memberikan sifat fisik yang lebih baik bila tercampur dengan bahan organik.  Mengurangi erosi  Memperbaiki agregasi tanah. Bahan organik merupakan pembentuk granulasi dalam tanah dan sangat penting dalam pembentukan agregat tanah yang stabil. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada taranya. Melalui penambahan bahan organik, tanah yang tadinya berat menjadi berstruktur remah yang relatif lebih ringan. Pergerakan air secara vertikal atau infiltrasi dapat diperbaiki dan tanah dapat menyerap air lebih cepat sehingga aliran permukaan dan erosi diperkecil. Demikian pula dengan aerasi tanah yang menjadi lebih baik karena ruang pori tanah (porositas) bertambah akibat terbentuknya agregat.  Menstabilkan temperatur. Bahan organik dapat menyerap panas tinggi dan dapat juga menjadi isolator panas karena mempunyai daya hantar panas yang rendah, sehingga temperatur optimum yang dibutuhkan oleh tumbuhan untuk pertumbuhannya dapat terpenuhi dengan baik.  Meningkatkan efisiensi pemupukan Secara umum, pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman.Demikian pula dengan peranannya dalam menanggulangi erosi dan produktivitas lahan. Penambahan bahan organik akan lebih baik jika diiringi dengan pola penanaman yang sesuai, misalnya dengan pola tanaman sela pada sistem tumpangsari. Pengelolaan tanah atau lahan yang sesuai akan mendukung terciptanya suatu konservasi bagi tanah dan air serta memberikan keuntungan tersendiri bagi manusia. 2.15 Peran Mikroba Tanah dalam penyediaan maupun penyerapan unsur hara bagi tanaman. Mikroba-mikroba tanah banyak yang berperan di dalam penyediaan maupun penyerapan unsur hara bagi tanaman. Tiga unsur hara penting tanaman, yaitu Nitrogen (N), fosfat (P), dan kalium (K) seluruhnya melibatkan aktivitas mikroba. Hara N tersedia melimpah di udara.Kurang lebih 74% kandungan udara adalah N. Namun, N udara tidak dapat langsung dimanfaatkan tanaman.N harus ditambat oleh mikroba dan diubah bentuknya menjadi tersedia bagi tanaman.Mikroba penambat N ada yang bersimbiosis dan ada pula yang hidup bebas. Mikroba penambat N simbiotik antara lain : Rhizobium sp yang hidup di dalam bintil akar tanaman kacang-kacangan ( leguminose ). Mikroba penambat N non-simbiotik misalnya: Azospirillum sp dan Azotobacter sp. Mikroba penambat N simbiotik hanya bisa digunakan untuk tanaman leguminose saja, sedangkan mikroba penambat N non-simbiotik dapat digunakan untuk semua jenis tanaman.
  • 39. Mikroba tanah lain yang berperan di dalam penyediaan unsur hara adalah mikroba pelarut fosfat (P) dan kalium (K). Tanah pertanian kita umumnya memiliki kandungan P cukup tinggi (jenuh).Namun, hara P ini sedikit/tidak tersedia bagi tanaman, karena terikat pada mineral liat tanah. Di sinilah peranan mikroba pelarut P. Mikroba ini akan melepaskan ikatan P dari mineral liat dan menyediakannya bagi tanaman. Banyak sekali mikroba yang mampu melarutkan P, antara lain: Aspergillus sp, Penicillium sp, Pseudomonas sp dan Bacillus megatherium. Mikroba yang berkemampuan tinggi melarutkan P, umumnya juga berkemampuan tinggi dalam melarutkan K. Kelompok mikroba lain yang juga berperan dalam penyerapan unsur P adalah Mikoriza yang bersimbiosis pada akar tanaman. Setidaknya ada dua jenis mikoriza yang sering dipakai untuk biofertilizer, yaitu: ektomikoriza dan endomikoriza. Mikoriza berperan dalam melarutkan P dan membantu penyerapan hara P oleh tanaman.Selain itu tanaman yang bermikoriza umumnya juga lebih tahan terhadap kekeringan.Contoh mikoriza yang sering dimanfaatkan adalah Glomus sp dan Gigaspora sp. Beberapa mikroba tanah mampu menghasilkan hormon tanaman yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Hormon yang dihasilkan oleh mikroba akan diserap oleh tanaman sehingga tanaman akan tumbuh lebih cepat atau lebih besar. Kelompok mikroba yang mampu menghasilkan hormon tanaman, antara lain: Pseudomonas sp dan Azotobacter sp. Mikroba-mikroba bermanfaat tersebut diformulasikan dalam bahan pembawa khusus dan digunakan sebagai biofertilizer.Hasil penelitian yang dilakukan oleh BPBPI mendapatkan bahwa biofertilizer setidaknya dapat mensuplai lebih dari setengah kebutuhan hara tanaman. Biofertilizer yang tersedia di pasaran antara lain: Emas, Rhiphosant, Kamizae, OST dan Simbionriza.  Agen Biokontrol Hama dan penyakit merupakan salah satu kendala serius dalam budidaya pertanian organik. Jenis-jenis tanaman yang terbiasa dilindungi oleh pestisida kimia, umumnya sangat rentan terhadap serangan hama dan penyakit ketika dibudidayakan dengan sistim organik. Alam sebenarnya telah menyediakan mekanisme perlindungan alami.Di alam terdapat mikroba yang dapat mengendalikan organisme patogen tersebut. Organisme patogen akan merugikan tanaman ketika terjadi ketidakseimbangan populasi antara organisme patogen dengan mikroba pengendalinya, di mana jumlah organisme patogen lebih banyak daripada jumlah mikroba pengendalinya. Apabila kita dapat menyeimbangakan populasi kedua jenis organisme ini, maka hama dan penyakit tanaman dapat dihindari. Mikroba yang dapat mengendalikan hama tanaman antara lain: Bacillus thurigiensis (BT), Bauveria bassiana , Paecilomyces fumosoroseus, dan Metharizium anisopliae . Mikroba ini mampu menyerang dan membunuh berbagai serangga hama. Mikroba yang dapat mengendalikan penyakit tanaman misalnya:
  • 40. Trichoderma sp yang mampu mengendalikan penyakit tanaman yang disebabkan oleh Gonoderma sp, JAP (jamur akar putih), dan Phytoptora sp. Beberapa biokontrol yang tersedia di pasaran antara lain: Greemi-G, Bio-Meteor, NirAma, Marfu-P dan Hamago.  Aplikasi pada Pertanian Organik Produk-produk bioteknologi mikroba hampir seluruhnya menggunakan bahan-bahan alami.Produk ini dapat memenuhi kebutuhan petani organi k. Kebutuhan bahan organik dan hara tanaman dapat dipenuhi dengan kompos bioaktif dan aktivator pengomposan.Aplikasi biofertilizer pada pertanian organik dapat mensuplai kebutuhan hara tanaman yang selama ini dipenuhi dari pupuk-pupuk kimia. Serangan hama dan penyakit tanaman dapat dikendalikan dengan memanfaatkan biokotrol. Petani Indonesia yang menerapkan sistem pertanian organik umumnya hanya mengandalkan kompos dan cenderung membiarkan serangan hama dan penyakit tanaman. Dengan tersedianya bioteknologi berbasis mikroba, petani organik tidak perlu kawatir dengan masalah ketersediaan bahan organik, unsur hara, dan serangan hama dan penyakit tanaman.  Peran Mikroba sebagai Dekomposer Berbagai populasi mikroba tanah berperan membantu menyediakan zat-zat makanan bagi tumbuhan. Zat-zat makanan yang tersedia di dalam tanah, yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan antara lain berupa senyawa-senyawa karbon dioksida, dan ion-ion nitrat, sulfat, fosfat. Di alam terjadi peristiwa daur ulang senyawa-senyawa organik dan anorganik, berubah dari satu bentuk ke bentuk lain, sehingga terjadi suatu siklus. Siklus-siklus materi tersebut menyangkut siklus karbon, nitrogen, fosfor, sulfur dan besi. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme mikroskopik yang sebagian besar berupa satu sel yang terlalu kecil untuk dapat dilihat menggunakan mata telanjang.Mikroba berukuran sekitar seperseribu milimeter (1 mikrometer) atau bahkan kurang, walaupun ada juga yang lebih besar dari 5 mikrometer.
  • 41. Karenanya, mikroba hanya bisa dilihat dengan menggunakan alat bantu berupa mikroskop. Mikroba-mikroba tanah yang bermanfaat untuk melarutkan unsur hara, membantu penyerapan unsur hara, maupun merangsang pertumbuhan tanaman diformulasikan dalam bahan pembawa khusus dan digunakan sebagai biofertilizer untuk pertanian organik. Mikroba lebih banyak lagi ditemui pada tanaman dan hewan. 3.2 SARAN Tanah sangat kaya akan keragaman mikroorganisme, seperti bakteri, aktinomicetes, fungi, protozoa, alga dan virus. Tanah pertanian yang subur mengandung lebih dari 100 juta mikroba per gram tanah.Produktivitas dan daya dukung tanah tergantung pada aktivitas mikroba tersebut. Sebagian besar mikroba tanah memiliki peranan yang menguntungan bagi pertanian, yaitu berperan dalam menghancurkan limbah organik, re-cycling hara tanaman, fiksasi biologis nitrogen, pelarutan fosfat, merangsang pertumbuhan, biokontrol patogen dan membantu penyerapan unsur hara. Bioteknologi berbasis mikroba dikembangkan dengan memanfaatkan peran-peranpentingmikrobatersebut. DAFTAR PUSTAKA http://www.doh.wa.gov/notify/guidelines/pdf/Bakteri Tanah.pdf Sutrisno. 2004.Mikrobiologi. Volume 2. Yogyakarta : Kanisius Yunilda Adriyani.2008.Ilmu Tanah.Jakarta: Gramedia