Dokumen tersebut membahas tentang pembuatan sauerkraut (sayuran fermentasi) dari sawi hijau. Terdapat penjelasan mengenai latar belakang, tujuan, tinjauan pustaka tentang sawi hijau dan proses pembuatan sauerkraut, serta metode praktikum pembuatan sauerkraut dari sawi hijau.
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
OPTIMALKAN SALES DENGAN SAUERKRAUT
1. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan
sumber daya alam nabati, salah satunya adalah sayuran. Telah banyak kita
temui berbagai macam jenis sayuran salah satunya adalah sawi. Selain
digunakan sebagai sayuran yang dikonsumsi biasa sebagai pendamping nasi.
Sawi bisa dijadikan sebagai produk fermentasi yaitu sauerkraut yang nilai
gizinya tidak kalah dengan produk fermentasi lainnya. Sayuran memiliki sifat
cepat layu dan busuk akibat kurang cermatnya penanganan lepas panen.
Untuk memperpanjang masa simpannya dapat dilakukan dengan berbagai
pengolahan, misalnya acar, sauerkraut, sayuran asin, kerupuk, dan lain-lain.
Tujuan pengolahan ini selain mengawetkan sayuran juga dapat
meningkatkan rasa sayuran itu. Sawi hijau dalam bentuk segar merupakan
bahan pangan yang mudah rusak. Oleh sebab itu untuk mengawetkan
sekaligus meningkatkan nilai tambah sawi, seringkali dibuat sawi asin
dengan fermentasi. Sauerkraut diolah dengan cara peragian dan
menggunakan garam sebagi zat pengawetnya. Proses pembuatan
sauerkraut sebenarnya tidak begitu jauh berbeda dengan sayur asin, hanya
saja sayurannya setelah layu diiris tipis-tipis. Terjadi proses fermentasi
spontan dalam pengolahan sauerkraut ini, dan banyak faktor yang dapat
mempengaruhi gagal atau berhasilnya pembuatan sauerkraut. Oleh sebab
itu, praktikum ini dilaksanakan untuk mengetahui cara pembuatan
sauerkraut yang baik dan benar serta mengetahui pengaruh penambahan
garam pada sauerkraut. B. Tujuan Praktikum Tujuan yang ingin dicapai pada
praktikum ini adalah : 1. Untuk mengetahui cara pembuatan sauerkraut
sebagai salah satu metode memperpanjang masa simpan sayuran. 2. Untuk
mengetahui pengaruh penambahan garam pada pembuatan sauerkraut.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sawi hijau (Brassica rapa) Sawi hi jau (Brassica
rapa) convar. parachinensis; suku sawi-sawian atau Brassicaceae,
merupakan jenis sayuran yang cukup populer. Dikenal pula sebagai caisim,
caisin, atau sawi bakso, sayuran ini mudah dibudidayakan dan dapat
dimakan segar (biasanya dilayukan dengan air panas) atau diolah menjadi
asinan (kurang umum). Jenis sayuran ini mudah tumbuh di dataran rendah
maupun dataran tinggi. Bila ditanam pada suhu sejuk tumbuhan ini akan
cepat berbunga. Karena biasanya dipanen seluruh bagian tubuhnya (kecuali
akarnya), sifat ini kurang disukai. Pemuliaan sawi ditujukan salah satunya
untuk mengurangi kepekaan akan suhu ini (Anonim, 2009a). Klasifikasi
ilmiah dari sawi hijau berdasarkan Anonim (2011), yaitu : Kingdom : Plantae
(Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super
Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta
(Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub
Kelas : Dilleniidae Ordo : Capparales Famili : Brassicaceae (suku sawi -sawian)
Genus : Brassica Spesies : Brassica rapa var. parachinensis L. B. Sauerkraut
Sauerkraut merupakan produk hasil fermentasi sayur sawi yang memiliki
karakteristik warna, tekstur, dan aroma khas yang diperoleh dari proses
2. fermentasi dengan cara mengiris - iris sawi dan dicampur dengan larutan
garam. Sama dengan produk sayur asin lainnya, sauerkraut merupakan
sayuran yang telah diberi asam, akan tetapi asamnya diperoleh dari proses
fermentasi sakarida (gula) yang terdapat dalam bahan baku oleh bakteri
asam laktat. Asam yang dihasilkan berkisar pada rentang 1,5 ± 2,0 % pada
akhir fermentasi dan di identifikasi berupa asam laktat. Pelunakan pada
sauerkraut berawal dari kerusakan flavour karena penyebab kerusakan yaitu
khamir dan kapang masuk ke dalam seluruh bagian sauerkraut sehingga
menjadi lunak. Di Jerman, sauerkraut dengan rasanya yang asam-asam segar
disajikan dengan hidangan utama berupa sosis bratwurst atau roti. Gula
yang terkandung dalam sayur sawi terdiri dari 85% glukosa dan15%
fruktosa. Komposisi zat gizi termasuk gula dalam sawi / kol bervariasi
tergantung pada varietas dan kondisi lokasi penanaman (Frazier dan
Westhoff. 1988). Kandungan gula dalam pembuatan sauerkraut, memainkan
peranan yang penting karena pengaruhnya terhadap keasaman maksimal
yang dihasilkan saat fermentasi. Perbedaan kandungan gula dengan kisaran
2,9 % - 6,4% pada kebanyakan jenis sawi, menunjukkan bahwa semakin
tinggi kandungan gula maka produk yang dihasilkan juga akan mengandung
kadar asam yang tinggi, jika tidak dilakukan proses penghentian fermentasi
yakni dengan cara pendinginan atau pengalengan. sayuran yang digunakan
berfungsi sebagai bahan utama yang digunakan untuk pembuatan
sauerkraut, selain itu sayuran juga mengandung zat-zat gizi untuk
pertumbuhan mikroba dan mengandung bakteri asam laktat secara alami,
sehingga dalam pembuatan sauerkraut tidak di tambahkan inokulum atau
ragi. Kadar garam yang ditambahkan dalam pembuatan sauerkraut berkisar
antara 2,25 -2,5 % berat sawi untuk menghasilkan kraut dengan kualitas
yang baik dan garam harus terdistribusi secara merata. Kadar garam untuk
pembuatan produk asinan juga dapat berkisar antara 5-15%. Garam yang
ditambahkan akan menarik keluar cairan dari jaringan sayur yang
mengandung gula dan nutrisi lain, yang mengontrol mikroflora yang
tumbuh. Garam juga akan merangsang pertumbuhan bakteri asam laktat
dan mencegah pertumbuhan bakteri pembusuk (Tjahjadi, 2011). C. Faktor-
Faktor Pengolahan Sauerkraut Faktor-faktor yang utama dalam fermentasi
sayuran adalah konsentrasi garam yang cukup, distribusi garam yang
merata, terciptanya keadaan mikroaerofilik, suhu yang sesuai, dan
tersedianya bakteri asam laktat. Selanjutnya disebutkan bahwa kebersihan
bahan baku juga merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan
dalam fermentasi sayuran. Mikroorganisme membutuhkan nutrien untuk
kehidupan dan pertumbuhannya yang terdiri dari sumber karbon, sumber
nitrogen, sumber energi dan faktor pertumbuhan yaitu vitamin dan mineral.
Nutrien tersebut dibutuhkan untuk menghasilkan energi kimia dan untuk
menyusun komponen-komponen sel (Buckle, et.all. 1987) Menurut Marta
(2011), bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengolahan sauerkraut
3. adalah: 1. Garam Garam menarik air dan zat-zat gizi dari jaringan sayuran.
Zat-zat gizi tersebut melengkapi substrat untuk pertumbuhan bakteri asam
laktat. Garam bersama dengan asam yang dihasilkan oleh fermentasi
menghambat pertumbuhan dari organisme yang tidak diinginkan dan
menunda pelunakan jaringan sawi yang disebabkan oleh kerja enzim oleh
bakteri pektinolitik. Selain itu, garam juga memberikan cita rasa pada
produk. Garam, dapat membantu memecahkan karbohidrat dan asam-asam
amino secara anaerobik oleh mikroorganisme dalam proses fermentasi.
Garam dan asam laktat inilah yang akan menghambat pertumbuhan
organisme lain yang tidak diinginkan selama proses berlangsung. Selain itu
juga dapat menghambat kerja enzim dalam hal pelunakan jaringan sawi.
Jumlah garam yang ditambahkan harus memiliki perbandingan yang tepat
yaitu berkisar antara 2,25-2,5% berat sawi untuk menghasilkan suerkraut
yang berkualitas baik karena jika terlalu tinggi akan menunda fermentasi
ilmiah sehingga menyebabkan warna menjadi gelap. 2. Suhu Pengaturan
suhu yang sesuai untuk fermentasi agar fermentasi berlangsung dengan
baik, suhu ruang harus berkisar 300 C. Bila suhunya rendah maka
pertumbuhan bakteri asam laktat berlangsung lambat, sehingga tidak cukup
banyak asam dihasilkan sehingga produk menjadi busuk. Suhu selama
proses fermentasi sangat menentukan jenis mikroorganisme dominan
yangakan tumbuh. 3. Oksigen Ketersediaaan oksigen harus diatur selama
proses fermentasi. Hal ini berhubungan dengan sifat mikroorganisme yang
digunakan. Contoh khamir dalam pembuatan anggur dan roti biasanya
membutuhkan oksigen selama proses fermentasi berlangsung, sedangkan
untuk bakteri-bakteri penghasil asam tidak membutuhkan oksigen selama
proses fermentasi berlangsung. D. Proses Pengolahan Sauerkraut adalah
fermentasi sawi menggunakan bakteri asam laktat sehingga beras masam.
Sawi dibersihkan dari bagian yang hijau, rusak dan kotor, dicuci kemudian
diiris kecil-kecil selebar ±1 mm. Irisan sawi ini kemudian dimasukkan ke
dalam tangki atau wadah kemudian ditambahkan larutan garam 2,25% dan
diaduk serata mungkin. Bakteri yang memulai fermentasi adalah
Leuconostoc mesenteroides dan dilanjutkan oleh Lacotabacillus brevis, Lb.
plantarum dan Pediococcus cerevisiae. Suhu optimal untuk fermentasi ini
adalah 25-30ºC dengan waktu 2-3 minggu. Suhu di atas 30ºC mengakibatkan
produksi asam berlebihan sedang jika suhu kurang dari 25ºC sering muncul
flavor dan warna yang tidak diharapkan serta waktu fermentasi menjadi
sangat lama (Anonim, 2009b). Menurut Margono (1993), proses pengolahan
sauerkraut adalah sebagai berikut: BAHAN 1. Sayuran (Kol atau sawi) 1 kg 2.
Garam 50 gram 3. Air secukupnya ALAT 1. Pisau 2. Ember plastik kecil dan
tutup 3. Lilin atau lem plastik 4. Botol selai dan tutup yang sudah disterilkan
5. Panci 6. Baskom CARA PEMBUATAN SAUERKRAUT: a. Layukan sayuran
(kol/sawi) selama 1 malam; b. Buang daun sayuran (kol/sawi) bagian luar
dan bagian-bagian yang rusak serta hatinya, lalu cuci; c. Iris tipis-tipis ± 2~3
4. mm, tulang daun sedapat mungkin tidak disertakan. d. Campurkan dengan
garam 25 gram, aduk hingga rata kemudian masukkan ke dalam ember kecil
sambil ditekan-tekan agar padat. Tutup dengan plastik serta diberi beban
diatasnya; e. Tutup ember dengan penutupnya, lalu sepanjang lingkaran
penutup dilem atau diberi lilin agar tak ada udara yang masuk; f. Biarkan
peragian selama 2~3 minggu pada suhu ruangan, setelah itu pisahkan
cairannya; g. Segera masukkan padatan sauerkraut tersebut ke dalam botol
selai; h. Buat larutan garam dengan melarutkan garam 25 gram dalam 1 liter
air dan aduk sampai rata. Panaskan hingga mendidih; i. Dalam keadaan
panas masukkan larutan garam tersebut ke dalam botol selai yang telah
berisi padatan sauerkraut (untuk padatan 1 kg memerlukan cairan sebanyak
1 ½ liter). Kemudian tutup rapat; j. Rebus botol selai tersebut dalam air
mendidih selama 30 menit, kemudian angkat dan dinginkan. SAYURAN KOL
atau SAWI Dilayukan Diiris tipis ± 2-3 mm Dicampur dengan garam Ditutup
dengan ember rapat-rapat (± 2-3 minggu) Ditiriskan Cairan Padatan Disaring
Didinginkan Dipanaskan Di masukkan botol Cairan pengisi Dimasukkan
dalam botol Larutan atau kaleng sauerkraut garam panas Minuman
sauerkraut Dipanaskan ± 30 menit Didinginkan SAUERKRAUT Gambar 01.
Diagram alir proses pembuatan sauerkraut III. METODE PRAKTIKUM A.
Waktu dan Tempat Praktikum Aplikasi Teknologi Pengolahan Hasil Nabati
dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 06 Maret 2012 pukul 08.00-
11.00 WITA. Bertempat di Laboratorium Pengolahan, Program Studi Ilmu
dan Teknologi Pangan, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Hasanuddin, Makassar, 2012. B. Alat dan Bahan Alat-alat yang
digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut : - pisau - toples -
baskom - timbangan analitik Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum
ini adalah sebagai berikut : - sawi hijau - garam - aluminium foil - air - plastik
gula - tissue roll - sarung tangan plastik C. Prosedur Kerja Prosedur kerja
yang dilakukan pada praktikum ini yaitu : 1. Didiamkan selama 1 malam sawi
hijau yang telah dicuci bersih. 2. Dipisahkan bagian tengah sawi hijau dan
diiris tipis-tipis daun sawi hijau. 3. Ditimbang daun sawi hijau 36,28 gram
dan garam 4 % yaitu 1,45 gram. 4. Diremas daun sawi hijau bersama dengan
garam sawi hijau hingga menjadi kering, tanpa air. 5. Dimasukkan kedalam
kantong plastik. 6. Disiapkan kantong berisi air kemudian ditumpuklangsung
dan menyentuh sawi. 7. Ditutup toples rapat dengan memastikan bahwa
semua celahtelah diisi oleh kantong air. 8. Diinkubasi selama tiga hari. D.
Parameter Pengamatan Parameter Pengamatan dari praktikum ini adalah -
warna - aroma - tekstur IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Hasil yang
diperoleh dari praktikum dapat dilihat dari pada tabel sebagai berikut : Tabel
01. Hasil Pengamatan Sauerkraut setelah penyimpanan selama 3 hari
Kelompok Parameter Warna Aroma Tekstur I Hijau Kehitaman Busuk Lunak
II Hijau Busuk Keras III Hijau Sawi Lunak IV Hijau Busuk Keras V Hijau Busuk
5. Lunak VI Hijau Busuk Lunak Sumber : Data Primer Hasil Praktikum Aplikasi
Teknologi Hasil Nabati, 2012. Adapun perlakuan pada praktikum ini adalah
sebagai berikut: I. Sawi hijau 45 gram + garam 2% II. Sawi hijau 21,57 gram +
garam 2% III. Sawi hijau 37,13 gram + garam 3% IV. Sawi hijau 63,33 gram +
garam 3% V. Sawi hijau 48,87 gram + garam 4% VI. Sawi hijau 36,28 gram +
garam 4% B. Pembahasan Sawi yang digunakan pada pembuatan sauerkraut
ini menjadi medium pertumbuhan bagi bakteri asam laktat. Sawi ini akan
melakukan fermentasi bersama dengan garam yang akan menarik air dan
zat gizi dari jaringan sayuran sebagai pelengkap subsrat untuk petumbuhan
bakteri asam laktat yang terdapat pada permukaan daun-daun sawi. Bakteri
asam laktat pada sawi ini akan memfermentasi gula-gula menjadi asam
laktat melalui jalur glikolisis secara anaerob. Hal ini sesuai pernyataan
(Tjahjadi, 2011), bahwa sayuran yang digunakan berfungsi sebagai bahan
utama yang digunakan untuk pembuatan sauerkraut, selain itu sayuran juga
mengandung zat-zat gizi untuk pertumbuhan mikroba dan mengandung
bakteri asam laktat secara alami, sehingga dalam pembuatan sauerkraut
tidak di tambahkan inokulum atau ragi. Proses pembuatan sauerkraut
dimulai dengan, sawi dibersihkan dari bagian yang hijau,rusak atau yang
kotor, dicuci dan kemudian diiris kecil-kecil selebar ± 1 mm. Bagian tengah
(core) sawi dapat dibuang atau dibiarkan sebelum pemotongan kecil -kecil.
Irisan sawi ini kemudian dimasukkan ke dalam tempat atau toples kaca yang
selanjutnya ditambahkan 1,45 gram garam dan diaduk serata mungkin.
Toples kemudian ditutup kantong yang berisi air yang cukup lebar untuk
menutupi bagian tepi dari toples kaca. Air dimasukkan kedalam plastik ini
yang berfungsi sebagai pemberat dan penutup yang efektif. Hal ini sesuai
pernyataan Anonim (2009b), bahwa tahapan pembuatan sauerkraut adalah
penyiapan bahan baku, pelayuan agar air dari jaringan keluar, pemisahan
bagian tidak terpakai, pencucian, penirisan, penyiapan larutan garam,
pemasukan sawi ke dalam toples yang bersih dan steril, penuangan larutan
garam ke dalam toples berisi sawi, dan diinkubasi selama 20 hari. Faktor
yang menyebabkan gagalnya sauerkraut yakni konsentrasi garam yang
ditambahkan terlalu tinggi mengakibatkan penundaan fermentasi secara
alamiah serta menyebabkan warna menjadi gelap dan memungkinkan
pertumbuhan khamir. Selain itu, suhu juga dapat menentukan keberhasilan
pada pembuatan sauerkraut tersebut, suhu yang lebih rendah
mengakibatkan pertumbuhan bakteri asam laktat menjadi lambat sehingga
tumbuh mikroba yang lain yang menyebabkan produk menjadi busuk. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Tjahjadi (2011), bahwa pengaturan suhu yang
sesuai untuk fermentasi agar fermentasi berlangsung dengan baik, suhu
ruang harus berkisar 300 C. Bila suhunya rendah maka pertumbuhan bakteri
asam laktat berlangsung lambat, sehingga tidak cukup banyak asam
dihasilkan sehingga produk menjadi busuk. Warna yang dihasilkan pada
pembuatan sauerkraut perlakuan VI diperoleh warna hijau. Warna hijau
6. gelap pada sauerkraut ini diakibatkan karena penambahan garam yang
terlalu banyak yaitu 1,45 gram (4%) sehingga proses fermentasi tidak
berlagsung baik dan menunda pertumbuhan bakteri asam laktat secara
alami yang diperlukan dalam pembuatan sauerkraut. Warna sauekraut yang
dihasilkan tidak jauh berbeda dengan warna alami sawi yaitu hijau pucat.
Hal ini sesuai pernyataan Marta (2011), bahwa jumlah garam yang
ditambahkan harus memiliki perbandingan yang tepat yaitu berkisar antara
2,25-2,5% berat sawi untuk menghasilkan suerkraut yang berkualitas baik
karena jika terlalu tinggi akan menunda fermentasi ilmiah sehingga
menyebabkan warna menjadi gelap. Aroma sauerkraut yang dihasilkan
perlakuan VI yakni berbau busuk. Hal ini disebabkan karena bakteri asam
laktat yang tidak tumbuh maksimal sehingga tumbuhnya bakteri lain. Tidak
maksimalnya pertumbuhan bakteri asam laktat karena suhunya tidak
terkontrol dan berada di bawah suhu ruang. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Marta (2011), bahwa bila suhunya rendah maka pertumbuhan
bakteri asam laktat berlangsung lambat, sehingga tidak cukup banyak asam
dihasilkan sehingga produk menjadi busuk. Pengaturan suhu yang sesuai
untuk fermentasi agar fermentasi berlangsung dengan baik, suhu ruang
harus berkisar 300 C. Tekstur yang dihasilkan pada perlakuan VI yakni lunak.
Hal ini disebabkan oleh tumbuhnya mikroorganisme selain bakteri asam
laktat yaitu tumbuhnya kapang dan khamir. Kapang dan khamir ini
kandungan air dan garam yang berlebihan. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Frazier dan Westhoff (1988), bahwa pelunakan pada sauerkraut berawal
dari kerusakan flavour karena penyebab kerusakan yaitu khamir dan kapang
masuk ke dalam seluruh bagian sauerkraut sehingga menjadi lunak. V.
PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan dari praktikum ini adalah: 1. Proses
pembuatan sauerkraut adalah pelayuan, pemisahan bagian yang rusak,
pencucian, pemotongan, penambahan garam, penyimpanan dalam toples,
penumpukan air dan fermentasi. 2. Penambahan garam pada pembuatan
sauerkraut mempengaruhi pertumbuhan bakteri asam laktat. B. Saran Saran
untuk praktikum selanjutnya agar dalam pengolahan sauerkraut di kontrol
suhunya agar didapatkan produk sauerkraut yang berhasil dan hasil olahan
sauerkraut sebaiknya dilakukan uji pH. DAFTAR PUSTAKA Anonim,2009a.
Sawi Hijau. http://www.plantamor.com/index.php?album=225. Di akses
tanggal 10 Februari 2012. Makassar. Anonim, 2009b. Sauerkraut
(Pengawetan Sayuran). http://musicnot mustsick.blogspot.com/. Di akses
tanggal 10 Februari 2012. Makassar. Anonim, 2011. Sawi Hijau.
http://id.wikipedia.org/wiki/sawi-hijau. Di akses tanggal 10 Februari 2012.
Makassar. Buckle, Kenneth, A., Edwards, Ronald A., Fleet, Graham, H., dan
Wooton, Michael. 1987. Ilmu Pangan (Terjemahan). Universitas Indonesia :
Jakarta. Frazier, W.C. dan D.C. Westhoff. 1988. Food Microbiology.
McGraw.Hill, Inc,New York. Marta, Herlina. 2011. Pengantar Teknologi
Pangan. Universitas Padjajaran, Bandung. Margono, Tri, Detty Suryati dan Sri
7. Hartinah, Buku Panduan Teknologi Pangan. Pusat Informasi Wanita dalam
Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development
Cooperation, 1993. Tjahjadi, 2011. Teknologi Pengolahan Sayur dan Buah
Volume II. PenerbitWidya Padjadjaran, Bandung.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sayuran, terutama yang berdaun hijau, merupakan salah satu bahan pangan yang baik karena
mengandung vitamin dan mineral, antara lain vitamin C, provitamin A, zat besi, dan kalsium. Sayuran
yang paling banyak di Indonesia adalah kangkung, bayam, katuk, daun melinjo, dan petsai (Oomen
dkk., 1984 dalamMargono dkk, 1993). Sayuran dapat tumbuh pada berbagai kondisi lingkungan dan
suhu yang berbeda, sehingga beragam jenisnya.
Ada beberapa jenis sayuran yang dapat dimanfaatkan misalnya yang berbentuk buah seperti
tomat, terung, dan labu; biji seperti kecipir, kelapa, dan kentang; umbi seperti wortel, bawang, dan bit;
tunas (asparagus), bunga (kubis), dan daun seperti petsai, kangkung, bayam, dan lain -lain (Anonim,
2011)
Salah satu sifat sayuran adalah cepat layu dan busuk akibat kurang cermatnya penanganan
lepas panen. Untuk memperpanjang masa simpannya dapat dilakukan dengan berbagai pengolahan,
misalnya acar, sauerkraut, sayuran asin, kerupuk, dan lain-lain. Pada praktikum ini kami melakukan
pengolahan makanan menjadi Sauerkraut (Anonim, 2011).
Sauerkraut dengan nama lain adalah kol asam merupakan makanan khas Jerman yang terbuat
darikubis yang diiris halus dan difermentasi oleh berbagai bakteri asam laktat,
seperti Leuconostoc, Lactobacillusdan Pediococcus. Sauerkraut dapat bertahan lama dan memiliki rasa
yang cukup asam, hal ini terjadi disebabkan oleh bakteri asam laktat yang terbentuk saat gula di dalam
sayuran berfermentasi (Wikipedia, 2011). Sauerkraut memiliki tampilan begitu sederhana dan memiliki
rasa yang unik.
Kubis yang dicampur dengan garam dan cairan yang bersifat asam sebenarnya sudah ada sejak
zaman prasejarah namun kemungkinan dideskripsikan pertama kali oleh Gaius Plinius Secundus di abad
pertama Masehi. Cara pembuatan sauerkraut seperti sekarang diperkirakan berkembang sekitar
tahun 1550hingga 1750. Di tahun 1776, Kapten James Cook diberi penghargaan Medali Copley setelah
membuktikan saeurkraut berkhasiat sebagai makanan pencegah skorbut di kalangan pelaut Inggris
ketika melakukan pelayaran jauh (Wikipedia, 2011).
1.2 Tujuan
Pembuatan Sauerkraut ini bertujuan untuk mengolah dan mengawetkan sayuran juga dapat
meningkatkan rasa sayuran itu.
Agar mahasiswa mengetahui cara pengolahan dan pengawetan sayuran dalam pembuatan
Sauerkraut.
1.3 Hipotesis
Sauerkraut memiliki rasa asam karena difermentasi oleh bakteri asam laktat.
8. BAB II
ALAT DAN BAHAN
2.1 Alat
Alat yang kami gunakan dalam praktikum membuat Sauerkraut diantaranya:
Toples, yakni toples yang memiliki penutup digunakan sebgai wadah untuk pembuatan
Sauerkraut.
Pisau, digunakan sebagai alat untuk memotong sayuran pada pembuatan Sauerkraut.
Talenan, digunakan sebagai alas pada saat memotong sayuran pada pembuatan Sauerkraut.
2.2 Bahan
Bahan yang kami gunakan dalam praktikum membuat Sauerkraut diantaranya:
Kol atau kubis daun, merupakan sayuran yang paling umum diolah menjadi sauerkraut,
karena jenis sayuran ini banyak ditanam di Indonesia.
Wortel, merupakan sayuran yang dapat diolah juga menjadi sauerkraut. Wortel memiliki
kandungan vitamin A yang cukup tinggi.
Garam, digunakan sebagai salah satu metoda untuk pengawetan sayuran dalam pembuatan
sauerkraut.
Cabai rawit dan Cabai merah, digunakan sebagai penambah rasa pada sauerkraut.
9. BAB III
METODOLOGI
Pertama-tama, buang daun kol bagian luar dan bagian-bagian yang rusak kemudian cuci
sampai bersih dan hilang dari kotoran atau pestisida. Lakukan juga pada wortel dengan mencucinya
hingga bersih dan mengupas kulit bagian luarnya.
Iris tipis-tipis ± 1 mm atau berbentuk seperti ukuran korek api, tulang daun sedapat mungkin
tidak disertakan.
Setelah itu, masukkan sayuran kol dan wortel yang telah diris -iris ke dalam wadah plastik
atau toples kemudian campurkan dengan garam.
Aduk-aduk sambil ditekan-tekan hingga mengeluarkan air dari kol dan wortel tersebut.
Sebelum pengawetan, masukkan cabai rawit dan cabai merah untuk penambah rasa pada
sauerkraut. Kemudian aduk-aduk kembali dan tekan-tekan kembali.
Sayuran yang ditekan-tekan di dalam toples harus sampai padat atau rata tersebar dalam
toples dan tidak membiarkan ada udara masuk disetiap sela-sela sayuran.
Langkah terakhir, tutup sayuran tersebut dengan daun kol yang masih utuh hingga tertutup
semua dan tutup dengan penutup toples. Kemudian simpan atau awetkan dalam waktu seminggu atau
tujuh hari hingga sayuran kol dan wortel telah menjadi sauerkraut.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sauerkraut dengan nama lain adalah kol asam merupakan makanan khas Jerman yang terbuat
darikubis yang diiris halus dan difermentasi oleh berbagai bakteri asam laktat,
seperti Leuconostoc, Lactobacillusdan Pediococcus. Sauerkraut dapat bertahan lama dan memiliki rasa
yang cukup asam, hal ini terjadi disebabkan oleh bakteri as am laktat yang terbentuk saat gula di dalam
sayuran berfermentasi (Wikipedia, 2011).
10. Hasil dan Pembahasan dalam Pembuatan Sauerkraut
Pada praktikum pembuatan sauerkraut ini, pengawetannya dengan melakukan fermentas i
spontan dengan tidak menambahkan starter bakteri. Bakteri asam laktat secara alami terdapat dalam
sayuran kol dan wortel.
Sauerkraut pada dasarnya adalah kubis asam. Namun dalam praktikum pembuatan sauerkraut
kali ini kami menggunakan dua buah sayuran yaitu kol/daun kubis dan wortel. Kol/daun kubis dan
worteldibersihkan dari yang rusak atau yang kotor dan dicuci kemudian diiris kecil-kecil selebar + 1
mm atau berbentuk korek api (pada wortel dikupas terlebih dahulu kulit luarnya sebelum diris kecil-kecil).
Setelah kedua sayuran tersebut diiris -iris kemudian ditambahkan garam dan diaduk serata
mungkin sambil ditekan-tekan dan mengeluarkan air. Penekanan dan pemberian garam pada proses
peragian/pengawetan dimaksudkan agar cairan dalam kubis keluar dan mencegah pembusukan. Selain
itu juga berpengaruh terhadap rasa dan kerenyahan sauerkraut tersebut.
Sayuran kol dan wortel yang telah ditekan-tekan dan mengeluarkan air serta telah diberi garam
harus tercelup semua dalam larutan garam, hal ini dilakukan yakni untuk mencegah terjadinya
pertumbuhan khamir dan kapang yang tidak diinginkan selama proses fermentasi. Bila selama
fermentasi terjadi pertumbuhan khamir dan kapang pada permukaan maka dapat menimbulkan rasa
yang tidak diinginkan yang dapat masuk ke dalam seluruh sauerkraut sehingga menghasilkan produk
yang lunak dan berwarna gelap.
Garam menarik air dan zat-zat gizi dari jaringan sayuran. Zat-zat gizi tersebut melengkapi
substrat untuk pertumbuhan bakteri asam laktat yang telah terdapat di permukaan daun -daun
kubis. Garam bersama dengan asam yang dihasilkan oleh fermentasi menghambat pertumbuhan dari
organisme yang tidak diinginkan dan menunda pelunakan jaringan kubis yang disebabkan oleh kerja
enzim. Kadar garam yang cukup memungkinkan pertumbuhan serangkaian bakteri asam laktat dalam
urutannya yang alamiah dan menghasilkan sauerkraut dengan imbangan garam-garam yang
tepat. Jumlah garam yang kurang bukan hanya dapat mengakibatkan pelunakan jaringan, tetapi juga
kurang menghasilkan rasa. Terlalu banyak garam menunda fermentasi alamiah dan menyebabkan warna
menjadi gelap dan memungkinkan pertumbuhan khamir. Konsentrasi garam yang digunakan dalam
praktikum pembuatan sauerkraut kami adalah ± 2,5 % (merupakan konsentrasi garam yang optimum)
(Sumanti, 2007).
Garam dipergunakan manusia sebagai salah satu metoda pengawetan pangan yang dan masih
dipergunakan secara luas untuk mengawetkan berbagai macam makanan. Garam adalah bahan yang
sangat penting dalam pengawetan ikan, daging dan bahan pangan lainnya. Garam memberi se jumlah
pengaruh bila ditambahkan pada jaringan tumbuh-tumbuhan yang segar. Pertama-tama, garam akan
berperan sebagai penghambat selektif pada mikroorganisme pencemar tertentu. Mikroorganisme
pembusuk atau proteolitik dan juga pembentuk spora adalah yang paling mudah terpengaruh walau
11. dengan kadar yang rendah sekalipun (yaitu sampai 6%). Mikroorganisme patogenik, termasuk
Clostridium botolinum dengan pengecualian pada Streptococcus aureus, dapat dihambat oleh
konsentrasi garam sampai 10-12%. Walaupun begitu, beberapa mikroorganisme terutama jenis -jenis
Leuconostoc dan Lactobacillus, dapat tumbuh cepat dengan adanya garam dan terbentuknya asam untuk
menghambat organisme yang tidak dikehendaki (Norman W, 1988).
Sayuran yang telah ditekan-tekan dan tercampur larutan garam dipadatkan dalam toples
hingga tidak ada udara dalam sela-sela sayuran serta ditutup dengan kol. Hal ini dilakukan agar tidak
terjadi pertumbuhan khamir atau kapang yang tidak diinginkan yang dapat merusak produk.
Sebelum fermentasi terjadi, sauerkraut tersebut ditutup rapat dalam toples dan disimpan di
suhu 30oC. Hal ini dilakukan agar mikroba/bakteri asam laktat dapat tumbuh dan menghasilkan asam
laktat dalam proses fermentasi tersebut.
Rasa, tekstur, dan bau yang dihasilkan dalam proses fermentasi sayuran menjadi sauerkraut
Dari hasil pembuatan sauerkraut ini, memiliki rasa asam, baunya asam menyengat seperti cuka
dan teksturnya seperti sayuran segar pada umumnya atau sama pada saat proses pembuatan. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa pada pembuatan sauerkraut ini berhasil dilakukan dan proses fermentasi dan
pengawetan berhasil secara sempurna.
Manfaat sauerkraut
Mengkonsumsi sauerkraut memiliki banyak manfaat bagi tubuh yaitu untuk memperlancar
proses pencernaan dalam tubuh karena dalam sauerkraut sangat banyak mengandung bakteri probiotik
(bakteri baik) seperti Lactobacillus plantarum yang bisa mengusir gas dalam perut dan
ketidaknyamanan yang terkait dengan gangguan buang air besar (BAB).
Kandungan dalam Sauerkraut
Saurkraut mengandung 0,3% asam laktat dan 0,5% etanol. Juga terdapat kandungan CO2 dan
senyawa volatil lainnya.
Sauerkraut
Nilai nurtrisi per 100 g (3.5 oz)
Energi 78 kJ (19 kcal)
Karbohidrat 4,3 gram
Gula 1,8 gram
Dietary fibre 2,9 gram
Lemak 0,14 gram
Protein 0,9 gram
Air 92 gram
Vitamin B6 0,13 mg (10%)
Vitamin C 15 mg (25%)
Iron 1,5 mg (12%)
Sodium 661 mg (29%)
Kerusakan Saurkraut
Kerusakan saurkraut sebagian besar disebabkan oleh kontaminasi mikrobia. Hal ini terjadi
karena kondisi proses tidak terkontrol dengan baik, terutama suhu fermentasi dan konsentrasi garam.
Jika suhu > 30 C dan konsentrasi garam > 3%, maka BAL heterofermentatif menjadi
terhambat pertumbuhannya sehingga terbentuk flavor yang tidak diinginkan. Jika suhu < 10 C dan
konsentrasi garam < 2%, bakteri gram negatif akan tumbuh yang menyebabkan tekstur produk menjadi
tidak sempurna.
12. Produk-Produk Sayuran Hasil Fermentasi
Hampir semua jenis sayuran termasuk buah-buahan yang bersifat seperti sayuran misalnya
ketimun, tomat, olive dapat difermentasi oleh bakteri asam laktat. Sayur-sayuran mengandung gula dan
zat-zat gizi untuk pertumbuhan bakteri asam laktat. Dalam pembuatan saurkraut kami menggunakan
dua sayuran yaitu kol/daun kubis dan wortel (____, 2011).
Faktor-faktor lingkungan yang penting dalam fermentasi sayuran adalah:
Terciptanya keadaan anaerobik.
Pengunaan garam yang sesuai yang berfungsi untuk menyerap keluar cairan dan zat -zat gizi
dari sayur.
Pengaturan suhu yang sesuai untuk fermentasi.
Tersedianya bakteri asam laktat yang sesuai.
Dalam proses fermentasi sayuran bakteri asam laktat, misalnya Leuconostoc
mesenteroides,Leuconostoc plantarum dan Leuconostoc brevis, memfermentasi gula-gula yang terdapat
dalam jaringan sayuran menjadi asam, terutama asam laktat. Kadar asam yang dihasilkan berkisar
antara 0,8 – 1,5% (dinyatakan sebagai asam laktat). Tipe fermentasi ini berlangsung dalam suatu larutan
garam berkonsentrasi 5-15% (20-600S). Larutan garam tersebut menyebabkan hanya bakteri asam
laktat-lah yang tumbuh. Garam juga menyebabkan cairan yang terdapat dalam sayuran tertarik keluar
melalui proses osmosa. Gula-gula dalam cairan tersebut merupakan makanan bagi bakteri asam laktat,
yang selanjutnya diubah menjadi asam laktat. Asam laktat inilah yang berfungsi sebagai pengawet
produk tersebut. Lama proses fermentasi berkisar antara 1 hari (fermentasi sehari), beberapa hari
(fermentasi pendek), sampai beberapa bulan (fermentasi panjang) (____, 2011).
Fermentasi spontan pada produk fermentasi sayuran
Produk-produk fermentasi sayuran seperti sawi asin, sauerkraut (kubis asam) dan pikel
merupakan hasil dari proses fermentasi yang berlangsung secara s elektif dan spontan. Pembuatannya
cukup mudah sehingga banyak dilakukan secara tradisional atau dalam skala rumah tangga. Fermentasi
spontan adalah fermentasi yang terjadi tanpa penambahan mikroba dari luar (starter), mikroba yang
tumbuh terdapat secara alami pada medium (yang dalam hal ini tentu sebagai mediumnya adalah
sayuran) dan medium tersebut dikondisikan sehingga mikroba tertentu yang melakukan fermentasinya
yang dapat tumbuh dengan baik. Walau awalnya terjadi secara tidak disengaja, fermentasi sayu ran
dapat mengawetkan sayuran tersebut dan menghasilkan produk dengan aroma dan cita rasa yang khas (
____, 2011).
Pada produk fermentasi sayuran, mikroba yang melakukan fermentasi adalah dari jenis bakteri
penghasil asam laktat. Dalam pembuatannya, sayuran direndam dalam larutan garam berkadar 5-15%
atau diberi garam secara kering sebanyak 2,5% berat sayuran. Larutan garam tersebut menyebabkan
hanya bakteri asam laktat yang dapat tumbuh. Adanya garam menjadikan air dan zat gizi seperti gula
tertarik keluar secara osmosis dari sel-sel sayuran. Gula-gula dalam cairan tersebut merupakan makanan
bagi bakteri asam laktat, yang selanjutnya diubah menjadi asam laktat. Asam laktat inilah yang
berfungsi sebagai pengawet produk tersebut. Kondisi yang anaerobik mutlak diperlukan agar fermentasi
berjalan dengan baik ( ____, 2011).
Suhu selama proses fermentasi juga sangat menentukan jenis mikroba dominan yang akan
tumbuh. Umumnya diperlukan suhu 30ºC untuk pertumbuhan mikroba. Bakteri asam laktat (BAL) yang
berperan adalah yang bersifat homofermentatif dan heterofermentatif. Jenis BAL yang bersifat
homofermentatif hanya menghasilkan asam laktat hasil fermentasi gula yang dilakukannya,
seperti Pediococcus cerevisae,Lactobacillus plantarum dan Streptococcus faecalis Sedangkan BAL
yang bersifat heterofermentatif selain menghasilkan asam laktat juga membentuk CO2, asam asetat, dan
13. etanol. Contohnya adalah Lactobacillus brevis dan Leuconostoc mesenteroides . Pada awal proses
fermentasinya, bakteri yang tumbuh pertama adalah Leuconostoc mesenteroides dan akan menghambat
pertumbuhan bakteri awal lainnya. Produksi asam dan karbondioksida meningkat sehingga menurunkan
pH dan tercipta kondisi yang anaerobik. Fermentasi dilanjutkan oleh jenis-jenis bakteri yang lebih tahan
terhadap pH rendah, yaitu Lactobacilus brevis, Pediococcus cereviceae, dan Lactobacillus
plantarum. Lactobacillus plantarum merupakan bakteri yang paling tahan terhadap asam dan pH rendah
sehingga merupakan mikroba akhir yang dapat tumbuh. Bakteri ini juga penghasil asam laktat
terbanyak ( ____, 2011).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Sauerkraut dengan nama lain adalah kol asam merupakan makanan khas Jerman yang terbuat
dari kubis. Dalam praktikum pembuatan sauerkraut ini digunkan kol dan wortel. Sauerkraut yang kami
buat ini pengawetannya dengan melakukan fermentasi spontan atau dengan tidak menambahkan starter
bakteri. Bakteri asam laktat secara alami terdapat dalam sayuran kol dan wortel.
Dari hasil pembuatan sauerkraut ini, memiliki rasa asam, baunya asam menyengat seperti cuka
dan teksturnya seperti sayuran segar pada umumnya atau sama pada saat proses pembuatan. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa pada pembuatan sauerkraut ini berhasil dilakukan dan proses fermentasi dan
pengawetan berhasil secara sempurna tanpa adanya kontaminasi mikroba lain yang tidak diinginkan.
5.2 Saran
Bila ingin membuat suerkraut, maka pembuatannya harus sesuai dengan prosedur yang ada dan
harus memperhatikan setiap langkah pembuataanya agar produk sauerkraut yang dihasilkan
menghasilkan produk sauerkraut yang baik dan memiliki cita rasa, bau dan tekstur yang khas.
14. DAFTAR PUSTAKA
Desrosier, Norman W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. UI - Press: Jakarta.
Margono, Tri. dkk. 1993. Buku Panduan Teknologi Pangan, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan
PDII-LIPI. Swiss Development Cooperation, 1993. [Online]. Tersedia
di: http://www.iptek.net.id/ind/warintek/?mnu=6&ttg=6&doc=6d39, (diakses tanggal 23 November
2011).
Sumanti, Ir., MS, Debby. 2007. Teknologi Fermentasi dalam Pelatihan Teknologi Pengolahan Hasil
Pertanian. [Online]. Tersedia di: http://www.gogreen.web.id/2007/08/sauerkraut.html, (diakses tanggal
23 November)
____. ____. [Online]. Tersedia di: http://id.wikipedia.org/wiki/Sauerkraut, (diakses tanggal 23 November
2011).
____. ____. [Online]. Tersedia
di:http://today.co.id/read/2011/04/15/25098/kenali_dan_nikmati_sensasi_sauerkraut_khas_jerman ,
(diakses tanggal 23 November 2011).
____. ____. [Online]. Tersedia
di: http://www.sidoarjokab.go.id/other/warintek/index.php?cont=pangan/buah_sayur/sauerkraut.htm,
(diakses tanggal 23 November 2011).
____. ____. [Online]. Tersedia di: http://cara-menjadi-sehat.blogspot.com/2011/01/manfaat-sauerkraut.html,
(diakses tanggal 23 November 2011).
____. ____. [Online]. Tersedia di: http://musicnotmustsick.blogspot.com/2009/11/sauerkraut.html, (diakses
tanggal 23 November 2011).
____. ____. [Online]. Tersedia di: http://www.scribd.com/doc/6549682/fermentasisayuran, (diakses tanggal 23
November 2011).
____. ____. [Online]. Tersedia di: http://www.scribd.com/doc/6549684/Fermentasi-Spontan-Pada-Produk-
Fermentasi-Sayuran, (diakses tanggal 23 November 2011).
Laporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram
BUDIDAYA JAMUR TIRAM
I. TUJUAN:
Mengenal spesies jamur yang bermanfaat dalam kehidupan sehari hari
Mempelajari cara-cara membudidayakan jamur yang bermanfaat
15. II. DASAR TEORI
Budidaya jamur merupakan salah satu usaha peningkatan ekonomi dan
pangan yang sangat marak berkembang di masyarakat belakangan ini, bisnis dari
budidaya jamur memang menjanjikan hasil yang lumayan saat ini, maka dari itu
banyak masyarakat yang turut serta dalam usaha budidaya jamur ini. Selain
mudah dalam proses pengerjaannya, budidaya jamur tidak membutuhkan modal
yang terlalu besar sehingga sangat tepat diterapkan pada masyarakat yang taraf
ekonominya sedang ataupun rendah.
Jamur memiliki manfaat yang beragam dalam kehidupan sehari-hari antara
lain sebagai bahan pangan maupun sebagai bahan pembuatan obat yang dapat
berbagai macam penyakit kronis. Sebagai bahan pangan, jamur tiram dapat
dikonsumsi sebagai campuran sayur sop, jamur krispi maupun keripik jamur.
Banyak restoran berkelas yang mengandalkan hidangan utamanya adalah
berbahan dasar dari jamur, dan bisa dikonsumsi juga sebagai bahan pengobatan.
Jamur memiliki banyak manfaat bagi kesehatan manusia, protein nabati
yang tidak mengandung kolesterol dapat digunakan sebagai obat pencegah
timbulnya penyakit darah tinggi dan serangan jantung, serta dapat mencegah
penyakit diabetes dan mengurangi berat badan atau obesitas. Kandungan asam
folat yang tinggi dapat menyembuhkan penyakit anemia dan obat anti tumor, juga
dapat digunakan untuk mencegah dan menanggulangi kekurangan gizi dan
pengobatan kekurangan zat besi.
Dengan banyaknya manfaat tersebut, maka tidak salah jika pada jurusan
Tadris Biologi IAIN Walisongo Semarang mencoba mempraktekkan sebagai
bentuk realisasi mata kuliah bioteknologi. Dengan adanya praktek lapangan
seperti ini, diharapkan mahasiswa dapat berlatih untuk membudidayakan jamur
yang bermanfaat dalam kehidupan manusia yang nyata dan nantinya dapat
diterapkan di kehidupan sehari-hari.
Salah satu praktikum dari budidaya jamur adalah budidaya jamur tiram
putih (Pleurotus ostreatus) yang juga memiliki banyak manfaat.tahap yang
diperlukan untuk budidaya jamur yaitu tahap pencampuran bahan, tahap
pembuatan log, tahap sterilisasi log, tahap inokulasi bibit jamur ke dalam log,
tahap inkubasi log, dan pengamatan pertumbuhan miselium serta tahap
penanaman log.
III. ALAT DAN BAHAN
a. Alat:
1) Alat yang digunakan untuk sterilisasi diantaranya adalah drum steam, kompor
minyak, thermometer.
2) Alat yang digunakan untuk fermentasi adalah sekop, plastik terpal, corong,
ember, timbangan, dan pengayak.
3) Alat yang digunakan dalam pembuatan log adalah plastik log (polipropilen),
cincin jamur, karet gelang, plastik penutup, kapas, ember, dan kertas.
4) Alat yang digunakan dalam inokulasi adalah tongkat inokulasi, ember/ baskom.
5) Alat yang digunakan dalam perawatan jamur adalah penyemprot air uap.
b. Bahan:
Bahan utama dalam praktikum ini adalah bibit Jamur Tiram Putih
(Pleurotus ostreatus) dan serbuk gergaji. Bibit Jamur Tiram Putih diperoleh dari
hasil pembibitan budidaya jamur di daerah dukuh Sembung, Bekonang.
16. a. Bahan utama yang digunakan adalah Bibit Jamur Tiram Putih
b. Bahan yang digunakan untuk media antara lain serbuk gergaji kayu sengon,
bekatul, kalsit, pupuk kandang sapi, dan air.
c. Bahan yang digunakan untuk sterilisasi adalah alkohol dan air.
IV. CARA KERJA
a. Tahap Pencampuran Jamur
1) Meletakkan bahan pada tempat yang datar dan kering
2) Mencampur komposisi bahan dengan perbandingan:
Serbuk gergaji: 100 kg
Bekatul: 10 kg
Batu kapur: 4 kg
Air: 7 ember (70 liter)
3) Meratakan komposisi bahan tersebut hingga homogen dan tidak menggumpal
4) Mengecek kelembaban adukan bahan, apabila sudah lembab dihentikan
b. Tahap Pembuatan Log
Menyiapkan alat dan bahan
Memasukkan komposisi bahan adukan ke dalam plastik log sampai penuh dan
rata (usahakan jangan ada rongga/ruang kosong)
Menambahkan pupuk kandang sapi sesuai perlakuan
Memasukkan cincin jamur pada ujung plastik
Mengikat ujung plastik pada cincin jamur dengan karet gelang
Menyumbat cincin jamur dengan kapas secukupnya
Menutup cincin jamur yang sudah disumbat dengan kapas menggunakan kertas
dan mengikatnya dengan karet gelang
c. Tahap Sterilisasi Log
Memasukkan log pada drum steam
Mensterilisasi log pada suhu 1140C konstan selama 4-5 jam diatas kompor.
Mendinginkan log pada tempat yang steril
d. Tahapan Inokulasi Bibit Jamur Ke dalam Log dan Pengamatan Miselium
Mensterilkan telapak tangan dengan menggunakan alkohol 70%
Membuka plastik/kertas yang menutup cincin jamur pada log
Membuka sumbatan kapas pada cincin jamur
Mengeluarkan 3 sendok makan media dalam log dengan tingkat inokulasi dan
selanjutnya menamping sisa media tersebut dalam ember
Menginokulasikan bibit jamur tiram putih kurang lebih 3 sendok makan ke dalam
log menggunakan tongkat inokulasi
Menutup kembali cincin log dengan kapas
Menginkubasikan log ke dalam ruang pembibitan
Mengamati pertumbuhan miselium jamur dalam log
V. HASIL PENGAMATAN
17.
18. Cara pembuatannya:
2. Pencampuran Bahan
1. Persiapan tempat dan pemilihan
bahan untuk media tanam
22. VI. PEMBAHASAN
Dari praktikum yang sudah dilakukan tersebut dapat di jelaskan bahwa
jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur yang cukup populer di tengah
masyarakat Indonesia, selain jenis jamur lainnya seperti jamur merang, jamur
kuping dan jamur shitake. Pada umumnya jamur tiram dikonsumsi oleh
masyarakat sebagai sayuran untuk kebutuhan sehari-hari. Jamur tiram adalah jenis
jamur kayu yang memiliki kandungan nutrisi lebih tinggi dibandingkan dengan
jenis jamur kayu lainnya. Jamur tiram mengandung protein, lemak, fosfor, besi,
thiamin dan riboflavin lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jamur lain.
Jamur tiram mengandung 18 macam asam amino yang dibutuhkan oleh
tubuh manusia dan tidak mengandung kolesterol. Jamur tiram (Pleurotus
ostreatus) adalah jamur pangan dari kelompok Basidiomycota dan termasuk kelas
Homobasidiomycetes dengan ciri-ciri umum tubuh buah berwarna putih hingga
krem dan tudungnya berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan
bagian tengah agak cekung.
Di alam bebas, jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di
hutan pegunungan daerah yang sejuk. Tubuh buah terlihat saling bertumpuk di
permukaan batang pohon yang sudah melapuk atau pokok batang pohon yang
sudah ditebang karena jamur tiram adalah salah satu jenis jamur kayu. Untuk itu,
saat ingin membudidayakan jamur ini, substrat yang dibuat harus memperhatikan
habitat alaminya. Dalam budidaya jamur tiram dapat digunakan substrat, seperti
kompos serbuk gergaji kayu, ampas tebu atau sekam. Hal yang perlu diperhatikan
dalam budidaya jamur tiram adalah faktor ketinggian dan persyarataan
lingkungan, sumber bahan baku untuk substrat tanam dan sumber bibit. Miselium
dan tubuh buahnya tumbuh dan berkembang baik pada suhu 26-30°C.
Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) mulai dibudidayakan pada tahun 1900.
Budidaya jamur ini tergolong sederhana. Jamur tiram biasanya dipeliharan dengan
media tanam serbuk gergaji steril yang dikemas dalam kantung plastik. Hal
penting yang harus dipenuhi adalah menciptakan dan menjaga kondisi lingkungan
pemeliharaan (cultivation) yang memenuhi syarat pertumbuhan jamur tiram. Hal
lain yang penting adalah menjaga lingkungan pertumbuhan jamur tiram terbebas
dari mikroba atau tumbuhan pengganggu lainnya. Tidak jarang pembudidaya
jamur tiram mendapati baglog (kantong untuk media jamur tiram) ditumbuhi
tumbuhan lain selain jamur tiram, hal ini disebabkan proses sterilisasi yang
kurang baik dan lingkungan yang tidak kondusif.
Dalam proses pembudidayaan, syarat tumbuh jamur tiram yang baik
antara lain:
a. Air
Kandungan air dalam substrat berkisar antara 60-65%. Apabila kondisi kering
maka pertumbuhan jamur akan terganggu atau terhenti, begitu pula sebaliknya
apabila kadar air terlalu tinggi maka miselium akan membusuk dan mati.
b. Suhu
7. Inkubasi/Penumbuhan Miselium
23. Suhu inkubasi atau saat jamur tiram membentuk miselium dipertahankan antara
60-70%. Suhu pada pembentukan tubuh buah berkisar antara 16-22º C.
c. Kelembaban
Kelembaban udara selama masa pertumbuhan miselium 60-70%. Kelembaban
udara Pada pertumbuhan badan buah 80-90%.
d. Cahaya
Pertumbuhan jamur tiram sangat peka terhadap cahaya secara langsung. Cahaya
tidak langsung (cahaya pantul biasa ± 50-15000 lux) bermanfaat dalam
perangsangan awal terbentuknya tubuh buah. Intentisitas cahaya yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan jamur sekitar 200 lux (10%). Sedangkan pada pertumbuhan
miselium tidak diperlukan cahaya.
e. Aerasi
Dua komponen penting dalam udara yang berpengaruh pada pertumbuhan jamur
yaitu Oksigen (O2) dan Karbon Dioksida (CO2). Oksigen merupakan unsure
penting dalam respirasi sel. Sumber energi dalam sel dioksidasi menjadi
karbondioksida. Konsentrasi Karbon Dioksida (CO2) yang terlalu banyak dalam
kumbung menyebabkan pertumbuhan jamur tidak normal. Didalam kumbung
jamur konsentrasi CO2 tidak boleh lebih dari 0,02%.
f. Tingkat Keasaman (pH)
Tingkat keasaman media tanam mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
jamur tiram putih. Pada pH yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan
mempengaruhi penyerapan air dan hara, bahkan kemungkinan akan tumbuh jamur
yang lain yang akan menganggu pertumbuhan jamur tiram itu sendiri. pH
optimum pada media tanam berkisar 6-7.
Praktikum ini dilakukan dengan cara membuat 2 buah baglog untuk
menumbuhakn jamur tiram (Pleurotus ostreatus) dan dari 2 baglog yang dibuat,
hanya 1 yang tumbuh miselium dan itupun hanya tumbuh sedikit pada bagian
bawah cincin log sampai minggu ke-5. Sedangkan yang lain, tidak tumbuh
miselium dan baglog berwarna hitam sehingga ada indikasi kontaminasi.
Kegagalan pada praktikum yang telah kami lakukan disebabkan oleh berbagai
macam faktor antara lain:
a. Faktor dari serbuk kayu yang digunakan
b. Faktor pH
c. Faktor air
d. Faktor campuran yang kurang baik
e. Faktor sterilisasi
f. Faktor kesalahan dalam inokulasi
g. Faktor bibit jamur yang kurang baik
h. Komposisi bibit
i. Faktor kebersihan ruang inkubasi
Tetapi dalam praktikum yang telah kita lakukan tidak mengalami kegagalan
semua tetapi ada sebagian jamur yang bisa tumbuh dengan baik.
VII. KESIMPULAN
a. Jamur tiram merupakan jenis jamur kayu yang memiliki
kandungan nutrisi lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jamur
kayu lainnya.
24. b. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jamur pangan dari
kelompok Basidiomycota dan termasuk kelas
Homobasidiomycetes dengan ciri-ciri umum tubuh buah berwarna
putih hingga krem dan tudungnya berbentuk setengah lingkaran
mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung.
c. Tahap pembuatan baglog dapat dilakukan dengan cara tahap
pencampuran bahan, tahap pembuatan log, tahap sterilisasi log dan
tahap inokulasi.
BAB I
PENDAHULUAN
Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme mikroskopik yang sebagian besar
berupa satu sel yang terlalu kecil untuk dapat dilihat menggunakan mata
telanjang.Mikroba berukuran sekitar seperseribu milimeter (1 mikrometer) atau
bahkan kurang, walaupun ada juga yang lebih besar dari 5 mikrometer.
Karenanya, mikroba hanya bisa dilihat dengan menggunakan alat bantu berupa
mikroskop.
.Mikroba-mikroba tanah yang bermanfaat untuk melarutkan unsur hara,
membantu penyerapan unsur hara, maupun merangsang pertumbuhan tanaman
diformulasikan dalam bahan pembawa khusus dan digunakan sebagai biofertilizer
untuk pertanian organik.
Mikroba lebih banyak lagi ditemui pada tanaman dan hewan. Sebagian besar
mikroba tidak berbahaya bagi manusia, dan manusia yang sehat diberi
kemampuan oleh Yang Maha Kuasa untuk bertahan dari serangan mikroba yang
berbahaya sampai batas-batas tertentu seperti menyebabkan berbagai penyakit
pada manusia serta mikroba yang mengakibatkan basi atau kerusakan bahan
makanan dan minuman.
25. 1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Mikroba Tanah.
2. Mikroba sebagai pembunuh sel kanker dalam tubuh.
3. Bahan organik yang dapat dirombak oleh bakteri tanah.
4. Sumber bahan organik.
5. Humus.
6. Faktor yang mempengaruhi bahan organik tanah.
7. Mempengaruhi bahan organik tanah.
8. Peran bahan organik bagi tanaman.
9. Manfaat pupuk organik.
10. Pengaruh bahan organik pada sifat fisik tanah.
11. Pengaruh bahan organik pada sifat kimia tanah.
12. Pengaruh bahan organik pada sifat biologi tanah.
13. Pengaruh langsung bahan organik pada tanaman.
14. Pengaruh tidak langsug pada tanaman.
15. Peran mikroba tanah dalam penyediaan manapun penyerapan unsur hara bagi
tanaman.
1.3 TUJUAN
26. Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian mikroba tanah.
2. Untuk mengetahui mikroba sebagai pembunuh sel kanker dalam tubuh.
3. Untuk mengetahui bahan organik yang dapat dirombak oleh bakteri tanah.
4. Untuk mengetahui Sumber bahan organik.
5. Untuk mengetahui Humus.
6. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi bahan organik tanah.
7. Untuk mengetahui peran bahan organik bagi tanah.
8. Untuk mengetahui peran bahan organik bagi tanaman.
9. Untuk mengetahui manfaat pupuk organik.
10. Untuk mengetahui pengaruh bahan organik pada sifat fisik tanah,
11. Untuk mengetahui pengaruh bahan organik pada sifat kimia tanah.
12. Untuk mengetahui pengaruh bahan organik pada sifat biologi tanah.
13. Untuk mengetahui pengaruh langsung bahan organik pada tanaman.
14. Untuk mengetahui pengaruh tidak langsung pada tanaman.
15. Untuk mengetahui peran mikroba tanah dalam penyediaan maupun
penyerapan unsur hara bagi tanaman.
1.4 MANFAAT
Manfaat yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah:
1. Memberi informasi kepada pembaca tentang pengertian Mikroba tanah.
2. Memberi informasi kepada pembaca tentang mikroba sebagai pembunuh
sel kanker dalam tubuh.
3. Memberi informasi kepada pembaca tentang bahan organik yang dapat
dirombak oleh bakteri tanah.
4. Memberi informasi kepada pembaca tentang sumber bahan organik.
5. Memberi informasi kepada pembaca tentang Humus.
27. 6. Memberi informasi kepada pembaca tentang faktor yang mempengaruhi
bahan organik tanah.
7. Memberi informasi kepada pembaca tentang peran bahan organik bagi
tanah.
8. Memberi informasi kepada pembaca tentang peran bahan organik bagi
tanaman.
9. Memberi informasi kepada pembaca tentang manfaat pupuk organik.
10. Memberi informasi kepada pembaca tentang pengaruh bahan organik pada
sifat fisik tanah.
11. Memberi informasi kepada pembaca tentang pengaruh bahan organik pada
sifat kimia tanah.
12. Memberi informasi kepada pembaca tentang pengaruh bahan organik pada
sifat biologi tanah.
13. Memberi informasi kepada pembaca tentang pengaruh langsung bahan
organik pada tanaman.
14. Memberi informasi kepada pembaca tentang pengaruh tidak langsung pada
tanaman.
15. Memberi informasi kepada pembaca tentang peran mikroba tanah dalam
penyediaan maupun penyerapan unsur hara bagi tanaman.
BAB II
ISI
2.1 Pengertian mikroba Tanah
Tanah sangat kaya akan keragaman mikroorganisme, seperti bakteri,
aktinomicetes, fungi, protozoa, alga dan virus. Tanah pertanian yang subur
mengandung lebih dari 100 juta mikroba per gram tanah.Produktivitas dan daya
dukung tanah tergantung pada aktivitas mikroba tersebut. Sebagian besar mikroba
tanah memiliki peranan yang menguntungan bagi pertanian, yaitu berperan dalam
menghancurkan limbah organik, re-cycling hara tanaman, fiksasi biologis
nitrogen, pelarutan fosfat, merangsang pertumbuhan, biokontrol patogen dan
membantu penyerapan unsur hara. Bioteknologi berbasis mikroba dikembangkan
dengan memanfaatkan peran-peranpentingmikrobatersebut.
Tiga unsur hara penting tanaman, yaitu Nitrogen (N), fosfat (P), dan kalium
(K) seluruhnya melibatkan aktivitas mikroba tanah. Hara N sebenarnya tersedia
melimpah di udara.Kurang lebih 74% kandungan udara adalah N. Namun, N
udara tidak dapat langsung diserap oleh tanaman.Tidak ada satupun tanaman yang
dapat menyerap N dari udara.N harus difiksasi/ditambat oleh mikroba tanah dan
diubah bentuknya menjadi tersedia bagi tanaman.Mikroba penambat N ada yang
28. bersimbiosis dengan tanaman dan ada pula yang hidup
bebasdisekitarperakarantanaman.
Mikroba tanah lain yang berperan di dalam penyediaan unsur hara tanaman
adalah mikroba pelarut fosfat (P) dan kalium (K). Tanah-tanah yang lama diberi
pupuk superfosfat (TSP/SP 36) umumnya kandungan P-nya cukup tinggi
(jenuh).Namun, hara P ini sedikit/tidak tersedia bagi tanaman, karena terikat pada
mineral liat tanah yang sukar larut. Di sinilah peranan mikroba pelarut P. Mikroba
ini akan melepaskan ikatan P dari mineral liat tanah dan menyediakannya bagi
tanaman. Banyak sekali mikroba yang mampu melarutkan P, antara lain:
Aspergillus sp, Penicillium sp, Zerowilia lipolitika, Pseudomonas sp. Mikroba
yang berkemampuan tinggi melarutkan P, umumnya juga berkemampuan tinggi
dalam melarutkan K. Isroi ( 2008 ) mengatakan bahwa beberapa mikroba tanah
juga mampu menghasilkan hormon tanaman yang dapat merangsang pertumbuhan
tanaman. Hormon yang dihasilkan oleh mikroba akan diserap oleh tanaman
sehingga tanaman akan tumbuh lebih cepat atau lebih besar. Kelompok mikroba
yang mampu menghasilkan hormon tanaman, antara lain: Pseudomonas sp dan
Azotobacter sp.
Mikroba-mikroba tanah yang bermanfaat untuk melarutkan unsur hara, membantu
penyerapan unsur hara, maupun merangsang pertumbuhan tanaman
diformulasikan dalam bahan pembawa khusus dan digunakan sebagai biofertilizer
untuk pertanian organik.
Mikroba Tanah dikelompokkan Menjadi 2 yaitu
Berdasarkan Sumber Makanan, bakteri tanah dikelompokkan menjadi dua,
yaitu:
(1) Bakteri AutotrophatauBakteri Lithotropik, yaitu: bakteri yang dapat
menghasilkan makanan sendiri, contohnya: bakteri nitrifikasi, bakteri
denitrifikasi, bakteri pengoksidasi belerang, bakteri pereduksi sulfat, dll. Bakteri
autotroph ini dikelompokkan lagi berdasarkan sumber energi yang diperlukan,
yaitu: (a) Bakteri PhotoautotrophatauBakteri FotoLithotropik: bakteri yang
menghasilkan makanan sendiri dan sumber energi yang digunakan berasal dari
Sinar Matahari, dan (b) Bakteri KhemoautotrophatauBakteri
Khemolithotropik: bakteri yang menghasilkan makanan sendiri dan sumber
energi yang digunakan dari hasil oksidasi bahan organik,
(2) Bakteri Heterotroph atau Bakteri Organotropik, yaitu: bakteri yang
mendapatkan makanan dari bahan organik atau sisa-sisa dari makhluk hidup lain,
baik fauna maupun flora, dan baik yang makro maupun yang mikro. Bakteri
heterotroph ini pun dikelompokkan lagi berdasarkan sumber makanan, menjadi
dua kelompok, yaitu: (a) Bakteri PhotoheterotrophatauBakte ri
Fotoorganotropik: bakteri yang mendapatkan makanan dari bahan organik atau
sisa-sisa makhluk hidup lain dan sumber energi yang digunakan berasal dari Sinar
Matahari, dan (b) Bakteri KhemoheterotrophatauBakte ri
Khemoorganotropik: bakteri yang mendapatkan makanan dari bahan organik
29. atau sisa-sisa makhluk hidup lain dan sumber energi yang digunakan dari hasil
oksidasi bahan organik.
2.2 Mikroba tanah sebagai pembunuh sel kanker di dalam tubuh
Sejumlah ilmuwan dari Inggris dan Belanda mencoba untuk
mengembangkan sebuah metode yang menggunakan Clostridium sporogenes
(bakteri tanah) untuk mengobati penyakit kankerdantumor.
Seperti dikutip dari BBC Clostridium merupakan salah satu bakteri yang
normalnya hidup di tanah, atau hidup di tempat yang rendah kadar oksigennya.
Para peneliti menggunakan karakter bakteri itu untuk memaksimalkan tugas obat
bagi pembunuh sel kanker di dalam tubuh.
Sebelum memasukan bakteri ke dalam tubuh pasien, para peneliti akan melakuka n
teknik genetik dari bakteri untuk menghasilkan enzim yang spesifik yang
memiliki kemampuan untuk mengaktifkan obat kanker yang dikonsumsi oleh para
pasien.
Berdasarkan pendalaman dari para peneliti pada konferensi di York University,
Spora dari bakteri itu akan tumbuh di dalam tumor pasien. Spora hanya tumbuh
pada tumor yang padat yang memiliki kadar oksigen rendah seperti payudara,
prostat,dan tumor otak.
Temuan ini merupakan sebuah hasil dari penelitian berdekade lamanya guna
melihat kemungkinan Clostridium untuk bekerja memaksimalkan obat kanker.
“Ini merupakan sebuah fenomena yang sepenuhnya alami, yang tak merusak
jaringan lain yang sehat,” kata profesor Nigel Minton dari Universitas
Nottingham.
2.3 Bahan organik yang dapat dirombak oleh bakteri-bakteri tanah
Bahan organik merupakan bahan-bahan yang dapat diperbaharui, didaur
ulang, dirombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat digunakan
oleh tanaman tanpa mencemari tanah dan air.Bahan organik tanah merupakan
penimbunan dari sisa-sisa tanaman dan binatang yang sebagian telah mengalami
pelapukan dan pembentukan kembali.Bahan organik demikian berada dalam
pelapukan aktif dan menjadi mangsa serangan jasad mikro.Sebagai akibatnya
30. bahan tersebut berubah terus dan tidak mantap sehingga harus selalu diperbaharui
melalui penambahan sisa-sisa tanaman atau binatang.
2.4 Sumber Bahan Organik
Sumber primer bahan organik adalah jaringan tanaman berupa akar, batang,
ranting, daun, dan buah. Bahan organik dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses
fotosintesis sehingga unsur karbon merupakan penyusun utama dari bahan
organik tersebut.
Unsur karbon ini berada dalam bentuk senyawa-senyawa polisakarida, seperti
selulosa, hemiselulosa, pati, dan bahan- bahan pektin dan lignin. Selain itu
nitrogen merupakan unsur yang paling banyak terakumulasi dalam bahan organik
karena merupakan unsur yang penting dalam sel mikroba yang terlibat dalam
proses perombakan bahan organik tanah. Jaringan tanaman ini akan mengalami
dekomposisi dan akan terangkut ke lapisan bawah serta diinkorporasikan dengan
tanah. Tumbuhan tidak saja sumber bahan organik, tetapi sumber bahan organik
dari seluruh makhluk hidup.
Sumber sekunder bahan organik adalah fauna.Fauna terlebih dahulu harus
menggunakan bahan organik tanaman setelah itu barulah menyumbangkan pula
bahan organik.Bahan organik tanah selain dapat berasal dari jaringan asli juga
dapat berasal dari bagian batuan. (Sumber: fadlie.web.id)
Perbedaan sumber bahan organik tanah tersebut akan memberikan perbedaan
pengaruh yang disumbangkannya ke dalam tanah. Hal itu berkaitan erat dengan
komposisi atau susunan dari bahan organik tersebut. Kandungan bahan organik
dalam setiap jenis tanah tidak sama. Hal ini tergantung dari beberapa hal yaitu;
tipe vegetasi yang ada di daerah tersebut, populasi mikroba tanah, keadaan
drainase tanah, curah hujan, suhu, dan pengelolaan tanah. Komposisi atau susunan
jaringan tumbuhan akan jauh berbeda dengan jaringan binatang. Pada umumnya
jaringan binatang akan lebih cepat hancur daripada jaringan tumbuhan. Jaringan
tumbuhan sebagian besar tersusun dari air yang beragam dari 60-90% dan rata-rata
sekitar 75%. Bagian padatan sekitar 25% dari hidrat arang 60%, protein 10%,
lignin 10-30% dan lemak 1-8%. Ditinjau dari susunan unsur karbon merupakan
bagian yang terbesar (44%) disusul oleh oksigen (40%), hidrogen dan abu
masing-masing sekitar 8%.Susunan abu itu sendiri terdiri dari seluruh unsur hara
yang diserap dan diperlukan tanaman kecuali C, H dan O.
2.5 HUMUS
Humus merupakan salah satu bentuk bahan organik.Jaringan asli berupa
tubuh tumbuhan atau fauna baru yang belum lapuk terus menerus mengalami
serangan-serangan jasad mikro yang menggunakannya sebagai sumber energinya
dan bahan bangunan tubuhnya.Hasil pelapukan bahan asli yang dilakukan oleh
jasad mikro disebut humus.Humus biasanya berwarna gelap dan dijumpai
terutama pada lapisan tanah atas.Definisi humus yaitu fraksi bahan organik tanah
31. yang kurang lebih stabil, sisa dari sebagian besar residu tanaman serta binatang
yang telah terdekomposisikan.
Humus merupakan bentuk bahan organik yang lebih stabil, dalam bentuk inilah
bahan organik banyak terakumulasi dalam tanah.Humus memiliki kontribusi
terbesar terhadap durabilitas dan kesuburan tanah.Humuslah yang aktif dan
bersifat menyerupai liat, yaitu bermuatan negatif.Tetapi tidak seperti liat yang
kebanyakan kristalin, humus selalu amorf (tidak beraturan bentuknya).
Humus merupakan senyawa rumit yang agak tahan lapuk (resisten), berwarna
coklat, amorf, bersifat koloidal dan berasal dari jaringan tumbuhan atau hewan
yang telah diubah atau dibentuk oleh berbagai jasad mikro. Humus tidaklah
resisten sama sekali terhadap kerja bakteri. Mereka tidak stabil terutama apabial
terjadi perubahan regim suhu, kelembapan dan aerasi.Adanya humus pada tanah
sangat membantu mengurangi pengaruh buruk liat terhadap struktur tanah, dalam
hal ini humus merangsang granulasi agregat tanah.Kemampuan humus menahan
air dan ion hara melebihi kemampuan liat.Tinggi daya menahan (menyimpan)
unsur hara adalah akibat tingginya kapasitas tukar kation dari humus, karena
humus mempunyai beberapa gugus yang aktif terutama gugus karboksil. Dengan
sifat demikian keberadaan humus dalam tanah akan membantu meningkatkan
produktivitas tanah.
Sifat dan Ciri Humus
Bersifat koloidal seperti liat tetapi amorfous.
Luas permukaan dan daya jerap jauh melebihi liat.
Kapasitas tukar kation 150-300 me/100 g, liat hanya 8-100 me/100 g.
Daya jerap air 80-90% dari bobotnya, liat hanya 15-20%.
Daya kohesi dan plastisitasnya rendah sehingga mengurangi sifat lekat
dari liat dan membantu granulasi agregat tanah.
Misel humus tersusun dari lignin, poliuronida, dan protein liat yang
didampingi oleh C, H, O, N, S, P dan unsur lainnya.
Muatan negatif berasal dari gugus -COOH dan -OH yang tersembul di
pinggiran dimana ion H dapat digantikan oleh kation lain.
Mempunyai kemampuan meningkatkan unsur hara tersedia seperti Ca,
Mg, dan K.
1. Merupakan sumber energi jasad mikro.
2. Memberikan warna gelap pada tanah.
32. 2.6 Faktor yang mempengaruhi bahan organik tanah
Diantara sekian banyak faktor yang mempengaruhi kadar bahan organik dan
nitrogen tanah, faktor yang penting adalah kedalaman tanah, iklim, tekstur tanah
dan drainase. Kedalaman lapisan menentukan kadar bahan organik dan N. Kadar
bahan organik terbanyak ditemukan di lapisan atas setebal 20 cm (15-20%).
Semakin ke bawah kadar bahan organik semakin berkurang. Hal itu disebabkan
akumulasi bahan organik memang terkonsentrasi di lapisan atas.
Faktor iklim yang berpengaruh adalah suhu dan curah hujan. Makin ke
daerah dingin, kadar bahan organik dan N makin tinggi. Pada kondisi yang sama
kadar bahan organik dan N bertambah 2 hingga 3 kali tiap suhu tahunan rata-rata
turun 100C. bila kelembaban efektif meningkat, kadar bahan organik dan N juga
bertambah. Hal itu menunjukkan suatu hambatan kegiatan organisme tanah.
Tekstur tanah juga cukup berperan, makin tinggi jumlah liat maka makin tinggi
kadar bahan organik dan N tanah, bila kondisi lainnya sama. Tanah berpasir
memungkinkan oksidasi yang baik sehingga bahan organik cepat habis.
Pada tanah dengan drainase buruk, dimana air berlebih, oksidasi terhambat karena
kondisi aerasi yang buruk. Hal ini menyebabkan kadar bahan organik dan N tinggi
daripada tanah berdrainase baik. Disamping itu vegetasi penutup tanah dan
adanya kapur dalam tanah juga mempengaruhi kadar bahan organik tanah.
Vegetasi hutan akan berbeda dengan padang rumput dan tanah pertanian. Faktor-faktor
ini saling berkaitan, sehingga sukar menilainya sendiri (Hakim et al, 1986).
2.7 Peranan Bahan Organik Bagi Tanah
Bahan organik berperan penting untuk menciptakan kesuburan tanah.Peranan
bahan organik bagi tanah adalah dalam kaitannya dengan perubahan sifat-sifat
tanah, yaitu sifat fisik, biologis, dan sifat kimia tanah.Bahan organik merupakan
pembentuk granulasi dalam tanah dan sangat penting dalam pembentukan agregat
33. tanah yang stabil.Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada
taranya.Melalui penambahan bahan organik, tanah yang tadinya berat menjadi
berstruktur remah yang relatif lebih ringan.Pergerakan air secara vertikal atau
infiltrasi dapat diperbaiki dan tanah dapat menyerap air lebih cepat sehingga aliran
permukaan dan erosi diperkecil. Demikian pula dengan aerasi tanah yang menjadi
lebih baik karena ruang pori tanah (porositas) bertambah akibat terbentuknya
agregat.
Bahan organik umumnya ditemukan dipermukaan tanah.Jumlahnya tidak besar,
hanya sekitar 3-5% tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar
sekali.Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation berasal dari bahan organik.Ia
merupakan sumber hara tanaman. Disamping itu bahan organik adalah sumber
energi bagi sebagian besar organisme tanah.Dalam memainkan peranan tersebut
bahan organik sangat ditentukan oleh sumber dan susunannya, oleh karena
kelancaran dekomposisinya, serta hasil dari dekomposisi itu sendiri.
2.8 Peranan Bahan Organik Bagi Tanaman
Bahan organik memainkan beberapa peranan penting di tanah.Sebab bahan
organik berasal dari tanaman yang tertinggal, berisi unsur-unsur hara yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman.Bahan organik mempengaruhi struktur
tanah dan cenderung untuk menjaga menaikkan kondisi fisik yang
diinginkan.Peranan bahan organik ada yang bersifat langsung terhadap tanaman,
tetapi sebagian besar mempengaruhi tanaman melalui perubahan sifat dan ciri
tanah.
2.9 Manfaat Mikroba Bagi Manusia
Selain menjadi sumber ketakutan bagi manusia, mikroba juga memiliki manfaat
besar bagi manusia.Mikroba bisa membantu meningkatkan imunitas dan menjaga
kesehatan manusia yang memberi ketenangan dan harapan hidup bagi
manusia.Keberadaan mikroba banyak menguntungkan manusia.
Mikroba menjadi salah satu tumpuan pengembangan bioteknologi.Beberapa aspek
dari mikroba menjadi sumber ketakutan. HIV, SARS, flu burung, antraks
merupakan topik-topik yang menimbulkan ketakutan luar biasa bagi manusia,
tetapi melalui riset dan teknologi mampu mendatangkan dana.
Selain mikroba yang menakutkan, dikenal pula mikroba yang tidak menakutkan,
dan sebaliknya dapat mendatangkan uang, misalnya pangan fungsional atau
human probiotik yang membantu meningkatkan imunitas dan kesehatan.Dalam
akuakultur misalnya, mikroba berperan dalam hal pakan, lingkungan,
pengendalian penyakit, pengolahan dan penanganan produksi dan sebagainya.
Mikroba dan mikrobiologi, memiliki cakupan yang sangat luas.Dalam kaitan
dengan akuakultur yang dibahas lebih dalam pidato pengukuhannya menurut guru
34. besar baru ini, akuakultur merupakan suatu kegiatan ekonomi yang cukup
menjanjikan dalam mengangkat harkat dan kehidupan dan pemenuhan gizi
masyarakat terutama dalam sumber protein hewani.Di Indonesia akuakultur dalam
beberapa tahun terakhir menunjukan pertumbuhan yang luar biasa.
Dalam akuakultur diperkenalkan pula produk yang diklaim sebagai probiotik atau
makanan tambahan (suplemen) berupa sel-sel mikroba hidup yang memiliki
pengaruh menguntungkan bagi hewan inang yang mengonsumsinya melalui
penyeimbangan flora mikroba intestinalnya.
Istilah probiotik telah memberikan keuntungan bagi produsen karena memiliki
nilai jual lebih baik dibandingkan dengan penggunaan istilah biomediator, agensia
biremediasi atau produk mikroba.Namun, sejauh ini penggunaan probiotik dan
bioremediator dalam akuakultur tak tercatat atau terpantau dengan baik terutama
pada produk-produk yang belum pernah diuji patogenitasnya.Selain itu, terbuka
kemungkinan kualitas produk yang ditawarkan tidak sesuai dengan kenyataan.
2.10 Pengaruh Bahan Organik pada Sifat Fisika Tanah
Meningkatkan kemampuan tanah menahan air. Hal ini dapat dikaitkan
dengan sifat polaritas air yang bermuatan negatif dan positif yang
selanjutnya berkaitan dengan partikel tanah dan bahan organik. Air tanah
mempengaruhi mikroorganisme tanah dan tanaman di atasnya. Kadar air
optimal bagi tanaman dan mikroorganisme adalah 0,5 bar/ atmosfer.
Warna tanah menjadi coklat hingga hitam. Hal ini meningkatkan
penyerapan energi radiasi matahari yang kemudian mempengaruhi suhu
tanah.
Merangsang granulasi agregat dan memantapkannya
Menurunkan plastisitas, kohesi dan sifat buruk lainnya dari liat.
Salah satu peran bahan organik yaitu sebagai granulator, yaitu
memperbaiki struktur tanah. Menurut Arsyad (1989) peranan bahan
organik dalam pembentukan agregat yang stabil terjadi karena mudahnya
tanah membentuk kompleks dengan bahan organik. Hai ini berlangsung
melalui mekanisme:
35. Penambahan bahan organik dapat meningkatkan populasi mikroorganisme
tanah, diantaranya jamur dan cendawan, karena bahan organik digunakan
oleh mikroorganisme tanah sebagai penyusun tubuh dan sumber
energinya. Miselia atau hifa cendawan tersebut mampu menyatukan butir
tanah menjadi agregat, sedangkan bakteri berfungsi seperti semen yang
menyatukan agregat.
Peningkatan secara fisik butir-butir prima oleh miselia jamur dan
aktinomisetes. Dengan cara ini pembentukan struktur tanpa adanya fraksi
liat dapat terjadi dalam tanah.
Peningkatan secara kimia butir-butir liat melalui ikatan bagian-bagian
pada senyawa organik yang berbentuk rantai panjang.
Peningkatan secara kimia butir-butir liat melalui ikatan antar bagian
negatif liat dengan bagian negatif (karbosil) dari senyawa organik dengan
perantara basa dan ikatan hidrogen.
Peningkatan secara kimia butir-butir liat melalui ikatan antara bagian
negatif liat dan bagian positf dari senyawa organik berbentuk rantai
polimer.
2.11 Pengaruh Bahan Organik pada Sifat Kimia Tanah
Meningkatkan daya jerap dan kapasitas tukar kation (KTK).Sekitar setengah
dari kapasitas tukar kation (KTK) tanah berasal dari bahan organik. Bahan
organik dapat meningkatkan kapasitas tukar kation dua sampai tiga puluh kali
lebih besar daripada koloid mineral yang meliputi 30 sampai 90% dari tenaga
jerap suatu tanah mineral. Peningkatan KTK akibat penambahan bahan organik
dikarenakan pelapukan bahan organik akan menghasilkan humus (koloid organik)
yang mempunyai permukaan dapat menahan unsur hara dan air sehingga dapat
dikatakan bahwa pemberian bahan organik dapat menyimpan pupuk dan air yang
diberikan di dalam tanah. Peningkatan KTK menambah kemampuan tanah untuk
menahan unsur- unsur hara.
Unsur N,P,S diikat dalam bentuk organik atau dalam tubuh mikroorganisme,
sehingga terhindar dari pencucian, kemudian tersedia kembali. Berbeda dengan
pupuk komersil dimana biasanya ditambahkan dalam jumlah yang banyak karena
sangat larut air sehingga pada periode hujan terjadi kehilangan yang sangat tinggi,
nutrien yang tersimpan dalam residu organik tidak larut dalam air sehingga
dilepaskan oleh proses mikrobiologis. Kehilangan karena pencucian tidak seserius
seperti yang terjadi pada pupuk komersil. Sebagai hasilnya kandungan nitrogen
tersedia stabil pada level intermediet dan mengurangi bahaya kekurangan dan
kelebihan. Bahan organik berperan sebagai penambah hara N, P, K bagi tanaman
dari hasil mineralisasi oleh mikroorganisme.Mineralisasi merupakan lawan kata
dari immobilisasi.Mineralisasi merupakan transformasi oleh mikroorganisme dari
sebuah unsur pada bahan organik menjadi anorganik, seperti nitrogen pada protein
menjadi amonium atau nitrit.Melalui mineralisasi, unsur hara menjadi tersedia
bagi tanaman.
36. Meningkatkan kation yang mudah dipertukarkan dan pelarutan sejumlah unsur
hara dari mineral oleh asam humus.Bahan organik dapat menjaga
keberlangsungan suplai dan ketersediaan hara dengan adanya kation yang mudah
dipertukarkan. Nitrogen, fosfor dan belerang diikat dalam bentuk organik dan
asam humus hasil dekomposisi bahan organik akan mengekstraksi unsur hara dari
batuan mineral. Mempengaruhi kemasaman atau pH.Penambahan bahan organik
dapat meningkatkan atau malah menurunkan pH tanah, hal ini bergantung pada
jenis tanah dan bahan organik yang ditambahkan.Penurunan pH tanah akibat
penambahan bahan organik dapat terjadi karena dekomposisi bahan organik yang
banyak menghasilkan asam-asam dominan. Sedangkan kenaikan pH akibat
penambahan bahan organik yang terjadi pada tanah masam dimana kandungan
aluminium tanah tinggi , terjadi karena bahan organik mengikat Al sebagai
senyawa kompleks sehingga tidak terhidrolisis lagi .
Peranan bahan organik terhadap perbaikan sifat kimia tanah tidak terlepas dalam
kaitannya dengan dekomposisi bahan organik, karena pada proses ini terjadi
perubahan terhadap komposisi kimia bahan organik dari senyawa yang kompleks
menjadi senyawa yang lebih sederhana. Proses yang terjadi dalam dekomposisi
yaitu perombakan sisa tanaman atau hewan oleh miroorganisme tanah atau enzim-enzim
lainnya, peningkatan biomassa organisme, dan akumulasi serta pelepasan
akhir. Akumulasi residu tanaman dan hewan sebagai bahan organik dalam tanah
antara lain terdiri dari karbohidrat, lignin, tanin, lemak, minyak, lilin, resin,
senyawa N, pigmen dan mineral, sehingga hal ini dapat menambahkan unsur-unsur
hara dalam tanah.
2.12 Pengaruh Bahan Organik pada Sifat Biologi Tanah
Jumlah dan aktivitas metabolik organisme tanah meningkat.Secara umum,
pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan aktivitas
mikroorganisme.Bahan organik merupakan sumber energi dan bahan makanan
bagi mikroorganisme yang hidup di dalam tanah. Mikroorganisme tanah saling
berinteraksi dengan kebutuhannya akan bahan organik karena bahan organik
menyediakan karbon sebagai sumber energi untuk tumbuh.
Kegiatan jasad mikro dalam membantu dekomposisi bahan organik meningkat.
Bahan organik segar yang ditambahkan ke dalam tanah akan dicerna oleh
berbagai jasad renik yang ada dalam tanah dan selanjutnya didekomposisisi jika
faktor lingkungan mendukung terjadinya proses tersebut. Dekomposisi berarti
perombakan yang dilakukan oleh sejumlah mikroorganisme (unsur biologi dalam
tanah) dari senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana.Hasil dekomposisi
berupa senyawa lebih stabil yang disebut humus.Makin banyak bahan organik
maka makin banyak pula populasi jasad mikro dalam tanah.
37. 2.13 Pengaruh Langsung Bahan Organik pada Tanaman
Melalui penelitian ditemukan bahwa beberapa zat tumbuh dan vitamin dapat
diserap langsung dari bahan organik dan dapat merangsang pertumbuhan
tanaman.Dulu dianggap orang bahwa hanya asam amino, alanin, dan glisin yang
diserap tanaman.Serapan senyawa N tersebut ternyata relatif rendah daripada
bentuk N lainnya.Tidak dapat disangkal lagi bahwa bahan organik mengandung
sejumlah zat tumbuh dan vitamin serta pada waktu-waktu tertentu dapat
merangsang pertumbuhan tanaman dan jasad mikro.
Bahan organik ini merupakan sumber nutrien inorganik bagi tanaman.Jadi tingkat
pertumbuhan tanaman untuk periode yang lama sebanding dengan suplai nutrien
organik dan inorganik.Hal ini mengindikasikan bahwa peranan langsung utama
bahan organik adalah untuk menyuplai nutrien bagi tanaman. Penambahan bahan
organik kedalam tanah akan menambahkan unsur hara baik makro maupun mikro
yang dibutuhkan oleh tumbuhan, sehingga pemupukan dengan pupuk anorganik
yang biasa dilakukan oleh para petani dapat dikurangi kuantitasnya karena
tumbuhan sudah mendapatkan unsur-unsur hara dari bahan organik yang
ditambahkan kedalam tanah tersebut. Efisiensi nutrisi tanaman meningkat apabila
pememukaan tanah dilindungi dengan bahan organik.
2.14 Pengaruh Tidak Langsung Bahan Organik pada Tanaman
Sumbangan bahan organik terhadap pertumbuhan tanaman merupakan
pengaruhnya terhadap sifat-sifat fisik, kimia dan biologis dari tanah. Bahan
organik tanah mempengaruhi sebagian besar proses fisika, biologi dan kimia
dalam tanah. Bahan organik memiliki peranan kimia di dalam menyediakan N, P
dan S untuk tanaman peranan biologis di dalam mempengaruhi aktifitas
organisme mikroflora dan mikrofauna, serta peranan fisik di dalam memperbaiki
struktur tanah dan lainnya.
Hal ini akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang tumbuh di tanah tersebut.
Besarnya pengaruh ini bervariasi tergantung perubahan pada setiap faktor utama
lingkungan. Sehubungan dengan hasil-hasil dekomposisi bahan organik dan sifat-sifat
humus maka dapat dikatakan bahwa bahan organik akan sangat
mempengaruhi sifat dan ciri tanah. Peranan tidak langsung bahan organik bagi
tanaman meliputi :
Meningkatkan ketersediaan air bagi tanaman. Bahan organik dapat
meningkatkan kemampuan tanah menahan air karena bahan organik,
terutama yang telah menjadi humus dengan ratio C/N 20 dan kadar C 57%
dapat menyerap air 2-4 kali lipat dari bobotnya. Karena kandungan air
tersebut, maka bahan organik terutama yang sudah menjadi humus dapat
menjadi penyangga bagi ketersediaan air.
• Membentuk kompleks dengan unsur mikro sehingga melindungi unsur-unsur
tersebut dari pencucian. Unsur N,P,S diikat dalam bentuk organik
atau dalam tubuh mikroorganisme, sehingga terhindar dari pencucian,
kemudian tersedia kembali.
38. Meningkatkan kapasitas tukar kation tanah Peningkatan KTK menambah
kemampuan tanah untuk menahan unsur- unsur hara.
Memperbaiki struktur tanah Tanah yang mengandung bahan organik
berstruktur gembur, dan apabila dicampurkan dengan bahan mineral akan
memberikan struktur remah dan mudah untuk dilakukan pengolahan.
Struktur tanah yang demikian merupakan sifat fisik tanah yang baik untuk
media pertumbuhan tanaman. Tanah yang bertekstur liat, pasir, atau
gumpal akan memberikan sifat fisik yang lebih baik bila tercampur dengan
bahan organik.
Mengurangi erosi
Memperbaiki agregasi tanah. Bahan organik merupakan pembentuk
granulasi dalam tanah dan sangat penting dalam pembentukan agregat
tanah yang stabil. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah
yang tiada taranya. Melalui penambahan bahan organik, tanah yang
tadinya berat menjadi berstruktur remah yang relatif lebih ringan.
Pergerakan air secara vertikal atau infiltrasi dapat diperbaiki dan tanah
dapat menyerap air lebih cepat sehingga aliran permukaan dan erosi
diperkecil. Demikian pula dengan aerasi tanah yang menjadi lebih baik
karena ruang pori tanah (porositas) bertambah akibat terbentuknya agregat.
Menstabilkan temperatur. Bahan organik dapat menyerap panas tinggi dan
dapat juga menjadi isolator panas karena mempunyai daya hantar panas
yang rendah, sehingga temperatur optimum yang dibutuhkan oleh
tumbuhan untuk pertumbuhannya dapat terpenuhi dengan baik.
Meningkatkan efisiensi pemupukan
Secara umum, pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan
produksi tanaman.Demikian pula dengan peranannya dalam menanggulangi erosi
dan produktivitas lahan. Penambahan bahan organik akan lebih baik jika diiringi
dengan pola penanaman yang sesuai, misalnya dengan pola tanaman sela pada
sistem tumpangsari. Pengelolaan tanah atau lahan yang sesuai akan mendukung
terciptanya suatu konservasi bagi tanah dan air serta memberikan keuntungan
tersendiri bagi manusia.
2.15 Peran Mikroba Tanah dalam penyediaan maupun penyerapan unsur
hara bagi tanaman.
Mikroba-mikroba tanah banyak yang berperan di dalam penyediaan maupun
penyerapan unsur hara bagi tanaman. Tiga unsur hara penting tanaman, yaitu
Nitrogen (N), fosfat (P), dan kalium (K) seluruhnya melibatkan aktivitas mikroba.
Hara N tersedia melimpah di udara.Kurang lebih 74% kandungan udara adalah N.
Namun, N udara tidak dapat langsung dimanfaatkan tanaman.N harus ditambat
oleh mikroba dan diubah bentuknya menjadi tersedia bagi tanaman.Mikroba
penambat N ada yang bersimbiosis dan ada pula yang hidup bebas. Mikroba
penambat N simbiotik antara lain : Rhizobium sp yang hidup di dalam bintil akar
tanaman kacang-kacangan ( leguminose ). Mikroba penambat N non-simbiotik
misalnya: Azospirillum sp dan Azotobacter sp. Mikroba penambat N simbiotik
hanya bisa digunakan untuk tanaman leguminose saja, sedangkan mikroba
penambat N non-simbiotik dapat digunakan untuk semua jenis tanaman.
39. Mikroba tanah lain yang berperan di dalam penyediaan unsur hara adalah
mikroba pelarut fosfat (P) dan kalium (K). Tanah pertanian kita umumnya
memiliki kandungan P cukup tinggi (jenuh).Namun, hara P ini sedikit/tidak
tersedia bagi tanaman, karena terikat pada mineral liat tanah. Di sinilah peranan
mikroba pelarut P. Mikroba ini akan melepaskan ikatan P dari mineral liat dan
menyediakannya bagi tanaman. Banyak sekali mikroba yang mampu melarutkan
P, antara lain: Aspergillus sp, Penicillium sp, Pseudomonas sp dan Bacillus
megatherium. Mikroba yang berkemampuan tinggi melarutkan P, umumnya juga
berkemampuan tinggi dalam melarutkan K.
Kelompok mikroba lain yang juga berperan dalam penyerapan unsur P adalah
Mikoriza yang bersimbiosis pada akar tanaman. Setidaknya ada dua jenis
mikoriza yang sering dipakai untuk biofertilizer, yaitu: ektomikoriza dan
endomikoriza. Mikoriza berperan dalam melarutkan P dan membantu penyerapan
hara P oleh tanaman.Selain itu tanaman yang bermikoriza umumnya juga lebih
tahan terhadap kekeringan.Contoh mikoriza yang sering dimanfaatkan adalah
Glomus sp dan Gigaspora sp.
Beberapa mikroba tanah mampu menghasilkan hormon tanaman yang dapat
merangsang pertumbuhan tanaman. Hormon yang dihasilkan oleh mikroba akan
diserap oleh tanaman sehingga tanaman akan tumbuh lebih cepat atau lebih besar.
Kelompok mikroba yang mampu menghasilkan hormon tanaman, antara lain:
Pseudomonas sp dan Azotobacter sp.
Mikroba-mikroba bermanfaat tersebut diformulasikan dalam bahan pembawa
khusus dan digunakan sebagai biofertilizer.Hasil penelitian yang dilakukan oleh
BPBPI mendapatkan bahwa biofertilizer setidaknya dapat mensuplai lebih dari
setengah kebutuhan hara tanaman. Biofertilizer yang tersedia di pasaran antara
lain: Emas, Rhiphosant, Kamizae, OST dan Simbionriza.
Agen Biokontrol
Hama dan penyakit merupakan salah satu kendala serius dalam budidaya
pertanian organik. Jenis-jenis tanaman yang terbiasa dilindungi oleh pestisida
kimia, umumnya sangat rentan terhadap serangan hama dan penyakit ketika
dibudidayakan dengan sistim organik. Alam sebenarnya telah menyediakan
mekanisme perlindungan alami.Di alam terdapat mikroba yang dapat
mengendalikan organisme patogen tersebut. Organisme patogen akan merugikan
tanaman ketika terjadi ketidakseimbangan populasi antara organisme patogen
dengan mikroba pengendalinya, di mana jumlah organisme patogen lebih banyak
daripada jumlah mikroba pengendalinya. Apabila kita dapat menyeimbangakan
populasi kedua jenis organisme ini, maka hama dan penyakit tanaman dapat
dihindari.
Mikroba yang dapat mengendalikan hama tanaman antara lain: Bacillus
thurigiensis (BT), Bauveria bassiana , Paecilomyces fumosoroseus, dan
Metharizium anisopliae . Mikroba ini mampu menyerang dan membunuh berbagai
serangga hama. Mikroba yang dapat mengendalikan penyakit tanaman misalnya:
40. Trichoderma sp yang mampu mengendalikan penyakit tanaman yang disebabkan
oleh Gonoderma sp, JAP (jamur akar putih), dan Phytoptora sp. Beberapa
biokontrol yang tersedia di pasaran antara lain: Greemi-G, Bio-Meteor, NirAma,
Marfu-P dan Hamago.
Aplikasi pada Pertanian Organik
Produk-produk bioteknologi mikroba hampir seluruhnya menggunakan bahan-bahan
alami.Produk ini dapat memenuhi kebutuhan petani organi
k. Kebutuhan bahan organik dan hara tanaman dapat dipenuhi dengan kompos
bioaktif dan aktivator pengomposan.Aplikasi biofertilizer pada pertanian organik
dapat mensuplai kebutuhan hara tanaman yang selama ini dipenuhi dari pupuk-pupuk
kimia. Serangan hama dan penyakit tanaman dapat dikendalikan dengan
memanfaatkan biokotrol.
Petani Indonesia yang menerapkan sistem pertanian organik umumnya hanya
mengandalkan kompos dan cenderung membiarkan serangan hama dan penyakit
tanaman. Dengan tersedianya bioteknologi berbasis mikroba, petani organik tidak
perlu kawatir dengan masalah ketersediaan bahan organik, unsur hara, dan
serangan hama dan penyakit tanaman.
Peran Mikroba sebagai Dekomposer
Berbagai populasi mikroba tanah berperan membantu menyediakan zat-zat
makanan bagi tumbuhan. Zat-zat makanan yang tersedia di dalam tanah, yang
dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan antara lain berupa senyawa-senyawa karbon
dioksida, dan ion-ion nitrat, sulfat, fosfat.
Di alam terjadi peristiwa daur ulang senyawa-senyawa organik dan anorganik,
berubah dari satu bentuk ke bentuk lain, sehingga terjadi suatu siklus. Siklus-siklus
materi tersebut menyangkut siklus karbon, nitrogen, fosfor, sulfur dan besi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme mikroskopik yang sebagian besar
berupa satu sel yang terlalu kecil untuk dapat dilihat menggunakan mata
telanjang.Mikroba berukuran sekitar seperseribu milimeter (1 mikrometer) atau
bahkan kurang, walaupun ada juga yang lebih besar dari 5 mikrometer.
41. Karenanya, mikroba hanya bisa dilihat dengan menggunakan alat bantu berupa
mikroskop.
Mikroba-mikroba tanah yang bermanfaat untuk melarutkan unsur hara,
membantu penyerapan unsur hara, maupun merangsang pertumbuhan tanaman
diformulasikan dalam bahan pembawa khusus dan digunakan sebagai biofertilizer
untuk pertanian organik. Mikroba lebih banyak lagi ditemui pada tanaman dan
hewan.
3.2 SARAN
Tanah sangat kaya akan keragaman mikroorganisme, seperti bakteri,
aktinomicetes, fungi, protozoa, alga dan virus. Tanah pertanian yang subur
mengandung lebih dari 100 juta mikroba per gram tanah.Produktivitas dan daya
dukung tanah tergantung pada aktivitas mikroba tersebut. Sebagian besar mikroba
tanah memiliki peranan yang menguntungan bagi pertanian, yaitu berperan dalam
menghancurkan limbah organik, re-cycling hara tanaman, fiksasi biologis
nitrogen, pelarutan fosfat, merangsang pertumbuhan, biokontrol patogen dan
membantu penyerapan unsur hara. Bioteknologi berbasis mikroba dikembangkan
dengan memanfaatkan peran-peranpentingmikrobatersebut.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.doh.wa.gov/notify/guidelines/pdf/Bakteri Tanah.pdf
Sutrisno. 2004.Mikrobiologi. Volume 2. Yogyakarta : Kanisius
Yunilda Adriyani.2008.Ilmu Tanah.Jakarta: Gramedia