Laporan ini membahas proses pembuatan silase rumput gajah dengan menambahkan prekursor dedak padi. Rumput gajah dipotong kecil-kecil dan dicampur dengan dedak padi sebelum dimasukkan ke dalam kantong plastik dan didiamkan selama 3 minggu."
1. SILASE RUMPUT GAJAH DENGAN PREKURSOR DEDAK
(Laporan Praktikum Ilmu Tanaman Pakan)
Oleh
Kelompok I (satu)
Arinda Kusuma Wardani 1514141082
Ahmad Kharisman 1314141004
Angga Predi Saputra 1514141008
Intan Apri Juliani 1514141014
LABORATORIUM LAPANG TERPADU
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
2. LEMBAR PENGESAHAN
Judul Praktikum : Silase Rumput Gajah dengan Prekursor Dedak
Tempat Praktikum : Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas pertanian
Universitas Lampung
Waktu Praktikum : 01 – 15 Mei 2017
Kelompok : I (satu)
Jurusan : Peternakan
Fakultas : Pertanian
Universitas : Universitas Lampung
Bandar Lampung, 05 Juni 2017
Mengetahui,
Asisten
Sumarni
NPM 1414141086
3. KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Sholawat serta salam tak lupa kita
sanjungkan kepada Rosulullah Muhammad SAW. Terimakasih penulis ucapkan
kepada asisten dosen yang telah membimbing dalam penyusunan laporan ini.
Tidak lupa juga kepada teman-teman yang sudah membantu memberi gagasannya
serta dukungannya hingga selesainya laporan ini.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas praktikum mata kuliah Pemanfaatan
Lmbah Agroindustri, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung. Dalam penulisan ini diharapkan penulis dapat menjelaskan proses
pembuatan dan hasil silase rumput gajah dengan prekursor dedak. Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini banyak kekurangan, maka dari
itu penulis mengharapkan kritik dan saran agar laporan ini lebih bermanfaat bagi
khalayak ramai.
Bandar lampung, 03 Juni 2017
Penulis,
4. DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ……………..……………………… i
KATA PENGANTAR ……..……………………………………. ii
DAFTAR ISI …………………………………………………….. iii
DAFTAR TABEL ……………………………………………….. iv
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………. v
I. PENDAHULUAN ………………...………………………… 1
A. Latar Belakang …………………………………………… 1
B. Tujuan Praktikum ………………………………………... 1
II. TINJAUAN PUSTAKA ……….…………………………… 3
III. METODE PRAKTIKUM …………………………………. 6
A. Waktu dan Tempat Praktikum …………………………… 6
B. Alat dan Bahan Praktikum …………….…………………. 6
C. Cara Kerja …………………………….………………….. 6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ………..…………………… 8
A. Hasil Pengamatan …………………..…………………….. 8
B. Pembahasan ………………………....……………………. 8
V. KESIMPULAN ……………………...……………………… 12
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………… 13
LAMPIRAN
5. DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
1. Hasil Pengamatan Pada Indicator Bau, Tekstur, Warna Dan
Palatabilitas Pada Silase Rumput Gajah …………………….. 8
6. DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
1. Mesin Chopper ……………………………………………....... 16
2. Potongan Rumput Gajah ………………………………………. 16
3. Hasil Silase 1 …………………………………………………. 16
4. Hasil Silase 2 ………………………………………………….. 16
7. I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketersediaan hijauan untuk pakan ternak di Indonesia ini sangat dipengaruhi oleh
musim. Saat musim hujan, tanaman pakan ternak dapat tumbuh baik, sehingga
kebutuhan pakan hijauan dapat tercukupi. Sebaliknya pada musim kemarau,
tanaman hijauan yang dihasilkan akan sangat berkuarang dalam jumlah dan
kualitasnya. Seringkali peternak menanggulanginya dengan cara memberikan
pakan seadanya yang diperoleh dengan mudah dari lingkungan di sekitarnya.
Pemberian pakan ternak yang seadanya sangat mempengaruhi produktivitas
ternak, terlihat dari lambat nya pertumbuhan atau minimnya peningkatan berat
badan (BB) bahkan sampai mengalami sakit.
Untuk mengatasi hal ini, hijauan yang berlebih pada musim penghujan
dapatdiproses ataupun diawetkan menggunakan metoda silase. Silase juga dapat
di buat menggunakan bahan Produksi limbah pertanian yang jumlahnya banyak
tersedia Pengolahan limbah pertanian ini tentunya akan memberikan manfaat yang
baik bagi ternak seperti penggunaan bungkil sawit. Pembuatan silase ini juga
merupakan salah satu cara yang sangat berguna untuk tetap menggunakan materi
tanaman dengan kualitas nutrisi yang tinggi sebagai pakan ternak di sepanjang
waktu, tidak hanya untuk musim kemarau. Teknologi fermentasi pada pengolahan
pakan yang umum digunakan adalah pembuatan silo baik untuk hijauan rumput-
rumputan seperti rumput gajah.
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah:
1. Mengetahui bagaimana prinsip pembuatan silase rumput gajah;
8. 2. Mengetahui hasil yang baik dari pembuatan rumput gajah;
3. Mengetahui manfaat dari pembuatan silase.
2
9. II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rumput Gajah
Rumput gajah mengandung protein kasar yaitu 9,66%, namun rumput gajah
mengandung serat kasar yang tinggi yaitu 30,86 %. Produksi rumput gajah yang
berlebih, dapat dimanfaatkan untuk mengantisipasi kesenjangan produksi hijauan
pakan pada musim hujan dan musim kemarau, disamping itu dapat memanfaatkan
kelebihan produksi pada saat pertumbuhan yang terbaik. Rumput gajah tersebut
dapat diawetkan dalam bentuk silase, karena merupakan bahan pakan hijauan
yang baik untuk dibuat silase (Sutardi cit. Syariffudin, 2006).
2.2 Silase
Silase adalah pakan yang telah diawetkan yang di proses dari bahan baku yang
berupa tanaman hijauan, limbah industri pertanian, serta bahan pakan alami
lainya, dengan jumlah kadar/kandungan air pada tingkat tertentu kemudian di
masukan dalam sebuah tempat yang tertutup rapat kedap udara, yang biasa disebut
dengan “Silo”, selama 30 hari, karena apabila di dalam silo terjadi proses respirasi
yang berlebihan atau dalam waktu yang lama maka dapat mengurangi ketersedian
substrat dalam produksi asam laktat, sehingga dapat menurunkan potensi proses
fermentasi yang baik. Di dalam silo tersebut tersebut akan terjadi beberapa tahap
proses anaerob (proses tanpa udara/oksigen), dimana “bakteri asam laktat akan
mengkonsumsi zat gula yang terdapat pada bahan baku, sehingga terjadilah
proses fermentasi (Suparjo, 2009). Contoh bakteri asam laktat diantaranya
adalah Streptococcus thermophillus, Streptococcus lactis, Lactobacillus lactis,
Leuconostoc mesenteroides (Hanafi, 2008).
10. Bahan silase terbaik adalah rumput gajah (Penisetum purpureum) hasil budidaya.
Bahan terbaik lain adalah batang jagung (tebon) muda, atau tebon hasil budidaya.
Sebab tebon, daunnya masih hijau dan batangnya juga masih sangat lunak.
Rumput liar yang heterogen pun, sebenarnya bisa pula dijadiken silase. Tujuan
utama pembuatan silase adalah untuk mengawetkan dan mengurangi kehilangan
zat makanan suatu hijauan untuk dimanfaatkan pada masa mendatang. Di jelaskan
lebih lanjut bahwa silase dibuat jika produksi hijauan dalam jumlah yang banyak
atau pada fase pertumbuhan hijauan dengan kandungan zat makanan optimum
(Jajo, 2008).
Silase yang baik biasanya berasal dari pemotongan hijauan tepat waktu
(menjelang berbunga), pemasukan ke dalam silo dilakukan dengan cepat,
pemotongan hijauan dengan ukuran yang memungkinkannya untuk dimampatkan,
penutupan silo secara rapat (tercapainya kondisi anaerob secepatnya) dan tidak
sering dibuka (Hanafi, 2008).
Keberhasilan pembuatan silase berarti memaksimalkan nutrien yang dapat
diawetkan. Silase yang baik diperoleh dengan menekan berbagai aktivitas enzim
yang berada dalam tanaman dan yang tidak dikehendaki serta mendorong
berkembangnya bakteri asam laktat (Sapienza dan Bolsen, 1993).
Mikroba yang tidak diinginkan bersaing menggunakan karbohidrat yang terlarut
dengan bakteri penghasil asam laktat sehingga hasil akhir metabolismenya tidak
menghasilkan bahan-bahan yang bersifat mengawetkan. Silase yang baik
mempunyai ciri-ciri yaitu rasa dan bau asam, warna masih hijau, tekstur hijauan
masih jelas, tidak berjamur atau berlendir, banyak asam laktat, kadar ammonia
rendah (kurang dari 10%), tidak mengandung asam butirat dan pH rendah dengan
kisaran 3,5-4 (Aksi Agraris Kanisius, 1983).
Karakteristik silase yang baik adalah
1. Warna silase, silase yang baik umumnya berwarna hijau kekuningan
ataukecoklatan. Sedangkan warna yang kurang baik adalah coklat tua atau
kehitaman.
4
11. 2. Bau, sebaiknya bau silase agak asam atau tidak tajam. Bebas dari bau manis,
bau amonia dan bau H2S.
3. Tekstur, kelihatan tetap dan masih jelas. Tidak menggumpal, tidak lembek
dan tidak berlendir.
4. Keasaman, kualitas silase yang baik mempunyai pH 4,5 atau lebih rendah.
5. Bebas dari jamur dan belatung. (Utomo,1999)
Dalam proses fermentasi diperlukan bahan pengawet yang tinggi kandungan
karbohidrat seperti dedak halus, yang berfungsi meningkatkan aroma silase,
meningkatkan daya cerna bahan kering dan mempercepat terjadinya suasana asam
(Boediman, 1994).
2.3 Prekursor
Dedak padi cukup mengandung energi dan protein serta vitamin, namun
kelemahannya adalah memiliki kandungan serat kasar cukup tinggi, asam amino
yang sempurna dan kandungan rendah beberapa vitamin dan mineral. Kandungan
protein dedak halus 12%-13%, kandungan lemak cukup tinggi 13% dan serat
kasar 12%. Oleh karena itu dedak padi digunakan secara terbatas antara 18 – 26%
dari total ransum (Rasyaf, 1989).
Palatabilitas merupakan gambaran sifat bahan pakan (fisik dan kimiawi) yang
dicerminkan oleh organoleptik seperti penampakan, bau, rasa (hambar, asin,
manis, pahit), tekstur dan temperaturnya sehingga menimbulkan rangsangan dan
daya tarik ternak untuk mengkonsumsinya. Pakan yang mempunyai nilai gizi
yang tinggi (tidak banyak mengandung serat kasar) mempunyai kecernaan yang
tinggi. Jika palatabilitas suatu pakan tinggi berarti pakan tersebut mempunyai nilai
gizi yang tinggi (Yusmadi dkk, 2008).
5
12. III. METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat Pratikum
Praktikum “Silase Rumput Gajah Dengan Prekursor Dedak” ini dilaksanakan pada
Senin, 2017 di Laboratorium Lapang Terpadu Jurusan Peternakan, Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan Praktikum
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah chopper, silo, terpal, ember,
dan karung. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
rumput gajah dan dedak padi halus.
C. Cara Kerja
Cara kerja dalam praktikum ini yaitu:
1. Menyiapkan rumput gajah yang telah di panen;
2. Mengangin-anginkan rumput gajah di tempat teduh untuk mengurangi kadar
air hingga 70-80%;
3. Memotong rumput gajah menjadi bagian-bagian kecil dengan menggunakan
chopper;
4. Mencampur potongan-potongan rumput gajah dengan dedak di atas terpal
hingga tercampur rata;
13. 5. Memasukkan campuran ke dalam kantung plastik tebal dan memadatkannya
hingga tidak terdapat udara di dalam plastik;
6. Menutup kantung plastik dengan rapat agar tercipta suasana anaerob;
7. Mendiamkan selama 3 minggu.
7
14. VI. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil pengamatan
Adapun hasil pengamatan yang diperoleh dari praktikum ini adalah:
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pada Indicator Bau, Tekstur, Warna Dan Palatabilitas
Pada Silase Rumput Gajah.
Hasil Pengamatan
Bau Tekstur Warna Palatabilitas
Silase 1 Harum khas
silase
Tidak menggumpal Hijau
kecoklatan
Baik
Silase 2 Busuk Sedikit menggumpal,
basah, dan sedikit
berjamur
Hijau
kehitaman
Kurang baik
Sumber: Hasil Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, Jurusan Peternakan, Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung.
B. Pembahasan
Menurud Sutardi dan Syariffudin (2006), Produksi rumput gajah yang berlebih,
dapat dimanfaatkan untuk mengantisipasi kesenjangan produksi hijauan pakan
pada musim hujan dan musim kemarau, disamping itu dapat dimanfaatkan
kelebihan produksi pada saat pertumbuhan yang terbaik dengan diawetkan dalam
bentuk silase, karena merupakan bahan pakan hijauan yang baik untuk dibuat
silase (Sutardi cit. Syariffudin, 2006). Silase merupakan hijauan yang difermentasi
sehingga hijauan tersebut tetap awet karena terbentuk asam laktat.
15. Pada praktikum ini bahan pakan yang digunakan adalah rumput gajah segar yang
berumur kurang lebih 4 minggu, menurut Jajo (2008), bahan silase terbaik adalah
rumput gajah (Penisetum purpureum) muda, atau tebon hasil budidaya. Sebab
tebon, daunnya masih hijau dan batangnya juga masih sangat lunak. Hal ini juga
sesuai dengan pernyataan Hanafi (2008) bahwa silase yang baik biasanya berasal
dari pemotongan hijauan tepat waktu (menjelang berbunga). Praktikum kali ini
menggunakan dua bahan rumput gajah, yang pertama (silase 1) menggunakan
rumput gajah yang telah dichopper dengan kadar air 70-80% dan yang kedua
(silase 2) menggunakan rumput gajah yang telah dicopper dengan kadar air tinggi.
Proses pembuatan silase ini juga digunakan prekusor berupa dedak padi halus, hal
ini merupakan salah satu cara untuk merangsang pertumbuhan bakteri pembentuk
asam sebanyak-banyaknya, dengan menambahkan bahan-bahan yang kaya
karbohidrat sebagai sumber energi bagi bakteri. Ketersediaan bahan yang
mengandung karbohidrat tinggi seperti dedak padi akan merangsang
berlangsungnya proses fermentasi, dan pada akhirnya bakteri asam laktat dapat
berkembang dengan cepat. Sejalan dengan pendapat Boediman (1994), dalam
proses fermentasi diperlukan bahan pengawet yang tinggi kandungan karbohidrat
seperti dedak halus, yang berfungsi meningkatkan aroma silase, meningkatkan
daya cerna bahan kering dan mempercepat terjadinya suasana asam . Namun
Rasyaf ( 1989) dedak padi digunakan secara terbatas antara 18 – 26% dari total
ransum karena kandungan lemak cukup tinggi 13% dan serat kasar 12%,
sedangkan kandungan protein dedak halus 12%-13%.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap tektur silase diketahui bahwa pada silase
1 teksturnya kasar seperti bahan asal, warnanya hijau kecoklatan seperti daun
direbus. Warna hijau kecoklatan pada silase yang terjadi dikarenakan kandungan
kadar air dalam rumput gajah yang dimampatkan dalam suasana anaerob sehingga
tidak terjadi proses fotosintesis dan menyebabkan warna menjadi hijau
kecoklatan. beraroma asam khas silase, bau asam dapat dijadikan sebagai
indikator untuk melihat keberhasilan proses ensilase, sebab untuk keberhasilan
proses ensilase harus dalam suasana asam, dan silase tidak terdapat gumpalan.
9
16. Berdasarkan hasil pengamatan kualitas silase ini sudah cukup baik dan memenuhi
kriteria silase yang baik.
Pada silase 2 memiliki warna hijau kehitaman, berbau busuk, bau busuk pada
proses ensilase terjadi karena bahan baku silase yang mengandung kadar air tinggi
dan masih terdapat oksigen saat pemadatan hijauan sehinga proses respirasi hijaun
akan tetap berlangsung. Respirasi tersebut dapat meningkatkan kehilangan bahan
kering, menganggu proses ensilase, menghilangkan nutrisi dan kestabilan silase,
terdapat sedikit jamur, hal ini juga disebabkan karena kurangnya pemadatan
hijauan dalam plastik sehingga udara dapat masuk menyebabkan timbulnya jamur.
Gumpalan pada silase 2 terjadi karena proses pelayuan tidak dilakukan sehingga
kadar air silase tinggi, menimbulkan mikroba yang tidak diinginkan dan bersaing
menggunakan karbohidrat yang terlarut dengan bakteri penghasil asam laktat
sehingga hasil akhir metabolismenya tidak menghasilkan bahan-bahan yang
bersifat mengawetkan., dilihat dari segi warna, bau dan tekstur jenis silase ini
tergolong berkualitas buruk.
Menurut Utomo (1999), karakteristik silase yang baik adalah
1. Warna silase, silase yang baik umumnya berwarna hijau kekuningan
ataukecoklatan. Sedangkan warna yang kurang baik adalah coklat tua atau
kehitaman.
2. Bau, sebaiknya bau silase agak asam atau tidak tajam. Bebas dari bau manis,
bau amonia dan bau H2S.
3. Tekstur, kelihatan tetap dan masih jelas. Tidak menggumpal, tidak lembek
dan tidak berlendir.
4. Keasaman, kualitas silase yang baik mempunyai pH 4,5 atau lebih rendah .
5. Bebas dari jamur dan belatung.
Menurut Yusmadi (2008), Palatabilitas merupakan gambaran sifat bahan pakan
(fisik dan kimiawi) yang dicerminkan oleh organoleptik seperti penampakan, bau,
rasa (hambar, asin, manis, pahit), tekstur dan temperaturnya sehingga
menimbulkan rangsangan dan daya tarik ternak untuk mengkonsumsinya. Silase 1
memiliki palatabilitas baik yang berarti silase tersebut mempunyai nilai gizi yang
10
17. tinggi. Sedangkan silase 2 memiliki palatabilitas yang kurang baik, berarti silase
tersebut tidak memiliki kandungan gizi yang tiggi.
11
18. V. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil praktikum adalah:
1. Prinsip dasar pembuatan silase memacu terjadinya kondisi anaerob dan asam
dalam waktu singkat. Ada 3 hal paling penting agar diperoleh kondisi tersebut
yaitu menghilangkan udara dengan cepat, menghasilkan asam laktat yang
membantu menurunkan pH, mencegah masuknya oksigen kedalam silo dan
menghambat pertumbuhan jamur selama penyimpanan.
2. Secara umum dapat diketahui bahwa dari segi warna, bau dan tekstur silase
limbah sawit menunjukkan kualitas yang baik, namun pada penyimpanan
selama dua minggu pada silase pelepah dan bungkil sawit terdapat belatung
maka disimpulkan bahwa silase yang dibuat berkualitas buruk.
3. Pembuatan silase pada limbah sawit berfungsi untuk meningkatkan kualitas
nilai nutrisi dan tingkat kecernaannya.
19. DAFTAR PUSTAKA
Aksi Agraris Kanisius, 1983. Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Kanisius.
Yogyakarta
Boediman, 1994.Limbah Hasil Pertanian. Kantor Menteri Muda Urusan Produksi
Pangan, Jakarta.
Hanafi, N. D. 2008. Teknologi Pengawetan Pakan Ternak. Departemen
Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Medan
Jajo. 2008. Prinsip dasar pembuatan silase. http:// Jajo66's Weblog.html. Diakses
pada tanggal 2 April 2015.
Rasyaf M. 1989. Pengelolaan Peternakan Usaha Ayam Kampung. Kanisius.
Yogyakarta.
Sapienza, D. A., & K. K. Bolsen. 1993. Teknologi Silase. Penerjemah,
Martoyoedo R.B.S. Pioner-Hi-Bred International, Inc. Kansas State
University. Kansas.
Suparjo. 2009. Prinsip dan faktor yang berpengaruh dalam pembuatan silase.
Artikel Ilmiah. Jakarta.
Sutardi dan Syariffudin, 2006. Karakteristik dan Persentase Keberhasilan Silase
Rumput Gajah pada Berbagai Umur Pemotongan. Fakultas Peternakan
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru. Banjarmasin.
Utomo, R. 1999. Teknologi Pakan Hijauan. Fakultas Peternakan, Universitas
GadjahMada, Yogyakarta.
Wan Zahari, M., O.A. Hassan, H.K. Wong and J.B. Liang. 2003. Utilization
oilpalm frond-based diet for beef cattle production in Malaysia. Asian-
Aust. J.Anim. Sci. 16(4):625-634
20. Yusmadi., Nahrow., Muhammad Ridla,.2008.Kajian Mutu dan Palatibilitas Silase
dan Hay Ransum Komplit Berbasis Sampah Organik Primer pada
Kambing Peranakan Etawah.Agripet Vol 8(1)
14