2. Pubertas terjadi sebagai akibat peningkatan sekresi
gonadotropin releasing hormone (GnRH) dari hipotalamus, diikuti
oleh sekuens perubahan sistem endokrin yang kompleks yang
melibatkan sistem umpan balik negatif dan positif. Selanjutnya,
sekuens ini akan diikuti dengan timbulnya tandatanda seks sekunder,
pacu tumbuh, dan kesiapan untuk reproduksi.
3. Terdapat berbagai faktor yang dianggap berperan dalam awitan pubertas,
antara lain faktor genetik, nutrisi, dan lingkungan lainnya. Secara genetik
terdapat berbagai teori yang mengatur awitan pubertas, antara lain
pengaturan oleh gen GPR54, suatu G-coupled protein receptor.
Frisch dan Revelle menyatakan bahwa dibutuhkan berat badan
sekitar 48 kg untuk timbulnya menarke, sedangkan pada penelitian
selanjutnya dinyatakan bahwa dibutuhkan perbandingan lemak dan
lean body mass tertentu untuk timbulnya pubertas dan untuk
mempertahankan kapasitas reproduksi
4. Leptin, suatu hormon yang dihasilkan di jaringan lemak (white
adipose) yang mengatur kebiasaan makan dan termogenesis diperkirakan
juga berperan dalam mengatur awitan pubertas. Pada keadaan puasa kadar
leptin menurun, begitu pula dengan kadar gonadotropin. Penemuan ini
menunjang hipotesis peran nutrisi dalam pengaturan pubertas. Pada
penelitian selanjutnya ternyata hal ini masih dipertanyakan karena kadar
leptin tetap stabil selama pre-dan pasca pubertas
5. Pada fase pubertas terjadi perubahan fisik (internal dan eksternal)
sehingga pada akhirnya seorang anak akan memiliki kemampuan
bereproduksi. Terdapat lima perubahan khusus yang terjadi pada
pubertas, yaitu :
pertambahan tinggi badan yang
cepat
perubahan sistem sirkulasi dan
sistem respirasi
perkembangan organ-organ
reproduksi
perubahan komposisi tubuh
perkembangan seks sekunder
6. Perubahan hormonal akan menyebabkan terjadinya
pertumbuhan rambut pubis dan menarke pada anak perempuan;
pertumbuhan penis, perubahan suara, pertumbuhan rambut di
lengan dan muka pada anak laki-laki, serta terjadinya peningkatan
produksi minyak tubuh, meningkatnya aktivitas kelenjar keringat,
dan timbulnya jerawat
7.
8. Perkembangan Sosial
pada Masa Remaja
Remaja telah mengalami
perkembangan kemampuan untuk
1. Memahami orang lain (social cognition)
2. Menjalin persahabatan
3. Memilih teman yang memiliki sifat dan
kualitas psikologis yang relatif sama dengan
dirinya (hobi, minat, sikap, nilai-nilai dan
kepribadiannya.
9. Perkembangan
Sosial
4. Secara bertahap melepaskan
ketergantungannya pada orang
tua
5. Untuk mendapatkan rasa aman
biasanya dengan cara membuat
kelompok dengan teman sebaya,
6. Mulai tertarik untuk bergaul
dengan lawan jenis secara
individual.
7. Penyesuaian terhadap norma
pergaulan dalam lingkungan
11. Perkembangan Moral Remaja
Mitchell telah meringkaskan lima perubahan
dasar dalam moral yang harus dilakukan oleh
remaja yaitu:
1) Pandangan moral individu semakin lama
semakin abstrak dan kurang konkret
2) Keyakinan moral lebih berpusat pada apa
yang benar dan kurang pada apa yang salah.
3) Penilaian moral menjadi semakin kognitif dan
berani mengambil keputusan terhadap
berbagai masalah moral yang dihadapinya.
4) Penilaian moral menjadi kurang egosentris.
5) Penilaian moral secara psikologis menjadi
lebih mahal
12. 1) Mengganti konsep moral khusus
dengan konsep moral umum
2) Merumuskan konsep moral yang
baru dikembangkan ke dalam kode
moral sebagai kode prilaku
3) Melakukan pengendalian terhadap
perilaku sendiri.
Ada tiga tugas pokok remaja dalam mencapai
moralitas remaja dewasa, yaitu:
13. Tahap Penalaran Prakonvensional
(4 – 10 Tahun)
Tahap Penalaran Konvensional
(10 – 13 Tahun)
Tahap Penalaran Pascakonvensional
(Awal masa remaja)
Menurut Kohlberg ada 3
tahap perkembangan moral
14. Faktor – faktor
yang
mempengaruhi
Kurangnya
perhatian dan
pendidikan
agama oleh
keluarga
Gagal dalam
studi/
pendidikan
Peranan media
massa
Pengaruh
lingkungan
yang tidak baik
Perkembangan
teknologi
modern
Tekanan
psikologi yang
dialami remaja
15. Dampak dari perkembangan moral yang
dialami oleh remaja sebagai berikut :
1. Mempunyai standar moral yang diakui dan diyakini dirinya dan
kelompoknya
2. Merasa bersalah bila menyadari perilakunya tidak sesuai
dengan standar moral yang diyakininya
3. Merasa malu bila sadar terhadap penilaian buruk kelompoknya
16. Daftar pustaka
Jose Batubara. 2010. Adolescent development (perkembangan remaja). Jakarta: Departemen Ilmu
Kesehatan Anak
Rita Eka Izzaty, dkk. 2007. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
Anonim. 2013. perubahan perkembangan fisik tubuh pada remaja. Diunduh dari
https://scoutnet3tangerang.wordpress.com/2013/04/04/perubahan-perkembangan-fisik-tubuh-pada
remaja/. pada tanggal 14 Desember 2016, pukul 12:33 wita
Fatimah, Enung. 2008. Psikologi Perkembangan : Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Pustaka Setia.
Anonim. 2012. perkembangan sosial-emosional remaja. Diunduh dari http://etheses.uin
malang.ac.id/2195/6/08410042_Bab_2.pdf. pada tanggal 14 desember 201, pukul 14:20 wita