SlideShare a Scribd company logo
1 of 4
Epistemologi 
Konseling menyangkut proses perkembangan manusia yang berlandaskan 
hakikat manusia. Konseling banyak mengandung isu filosofis, dimana proses 
konseling adalah proses yang berpijak dan bergerak ke arah yang selalu 
mengandung persoalan filosofis. Namun, seorang konselor harus berpegang pada 
filosofi yang jelas dan tidak memiliki faham “completism” (suatu perasaan yang 
memandang bahwa dirinya seorang konselor yang bersertifikat dan terdidik, sekali 
jadi, untuk segalanya). Isu filosofis ini yang perlu didiskusikan sebagai sebuah 
kenyataan karena pemahaman atau cara pandang terhadap isu ini yang akan 
menentukan bagaimana sosok konselor dikembangkan dan bagaimana konselor 
membantu klien. Isu-isu filosofis tersebut menyangkut aspek : pribadi konselor, 
religius, hakikat manusia, tanggung jawab konselor, dan pendidikan konselor. 
(Dugald S. Arbuckle, 1958). 
Isu pribadi konselor menyangkut sejauh mana hubungan konsep diri dan 
tujuan konseling, serta teknik yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. 
Tujuan inilah sesuatu yang berorientasi filosofis sedangkan metode dan teknik 
yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut akan dijiwai oleh filosofi 
konselor. Isu religius ini berkaitan dengan sikap profesionalisme konselor dalam 
memberikan layanan kepada konseli yang berlainan agama. Sehingga muncul 
pertanyaan, akankah konselor bertindak sama terhadap klien yang beda agama? 
Isu hakikat manusia terkait dengan isu religius dan menyangkut bagaimana cara 
konselor memandang manusia. Pandangan ini akan terefleksikan dalam 
bagaimana konselor memperlakukan klien dalam konseling. Isu tanggung jawab 
terkait dengan konsep peran konselor di dalam masyarakat dan persoalan 
konfidensialitas. Dari isu-isu filosofis tersebut muncul sebuah pertanyaan, 
bagaimana bimbingan dan konseling bisa menjadi pekerjaan atau tugas-tugas 
profesional? Apabila kepribadian konselor terefleksikan di dalam metode dan 
teknik, jika orientasi religius dan pandangan konselor tentang hakikat manusia 
mempengaruhi pendekatan yang digunakan. 
Pada dasarnya, layanan bimbingan dan konseling adalah layanan psikologis 
dalam suasana psikopedagogis dalam setting persekolahan maupun luar sekolah, 
dalam konteks kultur, nilai dan religi yang diyakini klien dan konselor. Keyakinan 
filosofis dan keilmuan ini menjadi dasar legal bagi bimbingan dan konseling 
masuk ke dalam wilayah layanan psikologis dalam suasana pedagogis serta 
menjadi dasar legal bagi konselor memasuki dunia layanan psikologis. Karena 
sifat normatif pedagogis ini maka fokus orientasi bimbingan dan konseling adalah 
pengembangan perilaku yang seharusnya dikuasai oleh individu untuk jangka 
panjang menyangkut ragam proses perilaku pendidikan, karir, pribadi, keluarga, 
dan proses pengambilan keputusan. Jadi seorang konselor harus memiliki 
kemampuan untuk memahami gambaran perilaku individu masa depan, dan 
konselor harus datang lebih awal memasuki dunia klien.
Kompetensi 
Kompetensi adalah sebuah kontinum perkembangan mulai dari proses 
kesadaran (awareness), akomodasi dan tindakan nyata sebagai wujud kinerja. 
Kompetensi konselor merujuk pada penguasaan konsep, penghayatan dan 
perwujudan nilai, penampilan pribadi yang bersifat membantu, dan unjuk kerja 
profesional yang akuntabel. Konselor memiliki kode etik karena itulah konselor 
merupakan seorang yang profesional. Konselor juga perlu memiliki kesadaran etik 
karena di dalam memberikan layanan kepada siswa (manusia) maupun dalam 
kolaborasi dengan pihak lain akan selalu diperhadapkan kepada persoalan dan isu-isu 
etis dalam pengambilan keputusan untuk membantu individu. 
Selain itu, konselor juga pendidik karena itu harus kompeten sebagai 
pendidik. Dalam kapasitasnya sebagai pendidik konselor berperan dan berfungsi 
sebagai seorang pendidik psikologis (psychological educator/ psychoeducator) 
dengan perangkat pengetahuan dan keterampilan psikologis yang dimilikinya 
untuk membantu individu mencapai tingkat perkembangan yang lebih tinggi. 
Peran inilah yang merepresentasikan sebuah tantangan yang dapat memperkuat 
tujuan-tujuan keilmuan dan praktek profesional konselor sebagai layanan yang 
menunjukkan keunikan dan kebermaknaan tersendiri di dalam masyarakat. 
Sebagai seorang pendidik psikologis, konselor harus kompeten dalam hal : 
a. Memahami kompleksitas interaksi individu-lingkungan dalam ragam 
konteks sosial budaya. 
b. Menguasai ragam bentuk intervensi psikologis baik antar maupun 
intrapribadi dan lintas budaya. 
c. Menguasai strategi dan teknik asesmen yan memungkinkan dapat 
dipahaminya keberfungsian psikologis individu dan interaksinya di dalam 
lingkungan. 
d. Memahami proses perkembangan manusia secara individual maupun secara 
sosial. 
e. Memegang kokoh regulasi profesi yang terinternalisasi ke dalam kekuatan 
etik profesi yang mempribadi. 
f. Memahami dan menguasai kaidah-kaidah dan praktek pendidikan. 
Secara skematik landasan pemikiran di atas dituangkan ke dalam Bagan 1. 
Stuktur Kompetensi Konselor, Rumpun kompetensi K.1. s.d K.6 adalah 
Kompetensi Utama Minimal yang harus dikuasai oleh Sarjana Bimbingan dan 
Konseling sebagai konselor.
K.1 Kesadaran Et ik dan 
Pengembangan Pribadi 
K.2 Pemahanan Perkembangan 
Individu 
K.3 Penguasaan Asesmen 
Individu dan Lingkungan 
K.4 Penguasaan Ragam St rategi 
Intervensi Psikologis 
K.5 Kemampuan Pengembangan 
BK Komprehensif 
K.6 Pemahaman Konteks 
Budaya, Agama dan 
Kebutuhan Khusus 
(2) SIKAP -> (3) Skills-> 
AKOMODASI TINDAKAN 
KOMPETENSI UTAMA MINIMAL 
(1) PENGETAHUAN -> 
KESADARAN 
SETTING LAYANAN 
KODE ETIK PROFESI 
LANDASAN DAN KOMPETENSI PENDIDIKAN 
LANDASAN FILOSOFIS, RELIGIUS, KULTURAL 
Bagan 1. STRUKTUR KOMPETENSI KONSELOR 
Etik 
 PENDIDIKAN 
 PERKAWINAN 
 KARIR 
 REHABILITASI 
 KESEHATAN 
MENTAL 
 TRAUMATIK 
Kode etik suatu profesi muncul sebagai wujud self- regulation dari profesi 
itu. Kode etik merupakan aturan yang melindungi profesi dari campur tangan 
pemerintah, mencegah para praktisi dari perilaku-perilaku malpraktik. Kode etik 
profesional merupakan variabel kognitif yang penting yang akan mempengaruhi 
pertimbangan etis dari seorang (konselor) profesional. Sehingga perlu panduan 
berkenaan dengan parameter etik profesi. 
Kode Etik Konselor Indonesia yang telah dirumuskan dan disepakati, yang 
perlu terus disempurnakan, memerlukan penegasan dalam implementasi dan 
supervisi. Penegasan identitas profesi bimbingan dan konseling harus diwujudkan 
dalam implementasi kode etik dan supervisinya. ABKIN (Asosiasi Bimbingan dan 
Konseling Indonesia) harus dan akan segera menetapkan penerapan kode etik bagi 
para konseor di dalam menjalankan fungsi, tanggung jawab, dan layanan 
profesional kepada masyarakat, disertai supervisi berdasarkan standar yang telah 
disepakati. Karena kekuatan dan eksistensi konselor muncul dengan adanya public 
trust, dimana persepsi masyarakat tentang suatu profesi dapat berubah akibat 
perilaku tak etis, tak profesional dan tak bertanggungjawab dari para anggotanya. 
Untuk itu seorang konselor yang profesional harus menaruh perhatian penuh 
kepada klien, karena klien sangat rawan untuk dimanipulasi dan dieksploitasi. 
Sertifikasi dan Akreditasi 
Sertifikasi adalah proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah 
memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan konseling pada jenjang dan 
jenis setting tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh 
LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan). Dengan kata lain, sertifikasi 
profesional adalah proses pemberian pengakuan terhadap tingkat kemampuan dan 
keterampilan khusus yang dimiliki seseorang. 
Akreditasi adalah proses penentuan status yang dilakukan oleh organisasi 
profesi atau suatu badan khusus yang dipandang kompeten dan independen
terhadap lembaga penyelenggara progam kependidikan dalam pencapaian suatu 
standar mutu yang dipersyaratkan. Akreditasi ini diberikan oleh BAN (Badan 
Akreditasi Nasional bekerja sama dengan ABKIN. Dengan sertifikasi dan 
akreditasi ini pekerjaan bimbingan dan konseling akan menjadi profesional karena 
hanya dilakukan oleh konselor profesional yang bersertifikat. 
Kredensialisasi 
Kredensialisasi adalah penganugerahan kepercayaan kepada konselor 
profesional yang menyatakan bahwa yang bersangkutan memiliki kewenangan 
dan memperoleh lisensi untuk menyelenggarakan layanan profesional secara 
independen kepada masyarakat maupun di dalam lembaga tertentu. Pemberian 
lisensi atas dasar asesmen nasional yang dilakukan ABKIN melalui Badan 
Akreditasi dan Kredensialisasi Konselor Nasional. Untuk mendapatkan ini 
konselor harus mengajukan permohonan dan melakukan secara nyata layanan 
profesi bagi masyarakat dan sekolah dan diberkan oleh ABKIN.

More Related Content

What's hot

Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)mncgita
 
Pendekatan konseling individual Alfred Adler
Pendekatan konseling individual Alfred AdlerPendekatan konseling individual Alfred Adler
Pendekatan konseling individual Alfred AdlerIis Nurul Fitriyani
 
6 organisasi-profesi-bk
6 organisasi-profesi-bk6 organisasi-profesi-bk
6 organisasi-profesi-bkasm
 
Sejarah perkembangan bimbingan dan konseling di indonesia dan di amerika
Sejarah perkembangan bimbingan dan konseling di indonesia dan di amerikaSejarah perkembangan bimbingan dan konseling di indonesia dan di amerika
Sejarah perkembangan bimbingan dan konseling di indonesia dan di amerikaNur Arifaizal Basri
 
Pendekatan konseling realitas
Pendekatan konseling realitasPendekatan konseling realitas
Pendekatan konseling realitasIFTITAH INDRIANI
 
Keprofesian bidang bimbingan dan konseling
Keprofesian bidang bimbingan dan konselingKeprofesian bidang bimbingan dan konseling
Keprofesian bidang bimbingan dan konselingYeti Rohayati
 
Konseling menurut pendekatan humanistik
Konseling menurut pendekatan humanistikKonseling menurut pendekatan humanistik
Konseling menurut pendekatan humanistikAyu W. Shepty
 
KONSEP LAYANAN DASAR BIMBINGAN KLASIKAL DAN BIMBINGAN KELOMPOK
KONSEP LAYANAN DASAR BIMBINGAN KLASIKAL DAN BIMBINGAN KELOMPOKKONSEP LAYANAN DASAR BIMBINGAN KLASIKAL DAN BIMBINGAN KELOMPOK
KONSEP LAYANAN DASAR BIMBINGAN KLASIKAL DAN BIMBINGAN KELOMPOKNur Arifaizal Basri
 
Verbatim Konseling (topik netral - implementasi)
Verbatim Konseling (topik netral - implementasi)Verbatim Konseling (topik netral - implementasi)
Verbatim Konseling (topik netral - implementasi)Ayu W. Shepty
 
Disensitisasi
DisensitisasiDisensitisasi
Disensitisasiasm
 
power point diagnosa prognosa dalam BK
power point diagnosa prognosa dalam BKpower point diagnosa prognosa dalam BK
power point diagnosa prognosa dalam BKkhomisah
 
Kedudukan BK dalam Pendidikan
Kedudukan BK dalam PendidikanKedudukan BK dalam Pendidikan
Kedudukan BK dalam PendidikanSepti Ratnasari
 
2018 kode etik bk 21 22 juli 2018
2018 kode etik bk 21 22 juli 20182018 kode etik bk 21 22 juli 2018
2018 kode etik bk 21 22 juli 2018Zakki Nurul Amin
 
Verbatim konseling kelompok
Verbatim konseling kelompokVerbatim konseling kelompok
Verbatim konseling kelompokAini Farihah
 

What's hot (20)

Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)
 
Pendekatan konseling individual Alfred Adler
Pendekatan konseling individual Alfred AdlerPendekatan konseling individual Alfred Adler
Pendekatan konseling individual Alfred Adler
 
6 organisasi-profesi-bk
6 organisasi-profesi-bk6 organisasi-profesi-bk
6 organisasi-profesi-bk
 
Sejarah perkembangan bimbingan dan konseling di indonesia dan di amerika
Sejarah perkembangan bimbingan dan konseling di indonesia dan di amerikaSejarah perkembangan bimbingan dan konseling di indonesia dan di amerika
Sejarah perkembangan bimbingan dan konseling di indonesia dan di amerika
 
Pendekatan konseling realitas
Pendekatan konseling realitasPendekatan konseling realitas
Pendekatan konseling realitas
 
Keprofesian bidang bimbingan dan konseling
Keprofesian bidang bimbingan dan konselingKeprofesian bidang bimbingan dan konseling
Keprofesian bidang bimbingan dan konseling
 
Wawancara Konseling Psiko 1
Wawancara Konseling Psiko 1Wawancara Konseling Psiko 1
Wawancara Konseling Psiko 1
 
VERBATIM PADA KONSELING
VERBATIM PADA KONSELINGVERBATIM PADA KONSELING
VERBATIM PADA KONSELING
 
Konseling menurut pendekatan humanistik
Konseling menurut pendekatan humanistikKonseling menurut pendekatan humanistik
Konseling menurut pendekatan humanistik
 
KONSEP LAYANAN DASAR BIMBINGAN KLASIKAL DAN BIMBINGAN KELOMPOK
KONSEP LAYANAN DASAR BIMBINGAN KLASIKAL DAN BIMBINGAN KELOMPOKKONSEP LAYANAN DASAR BIMBINGAN KLASIKAL DAN BIMBINGAN KELOMPOK
KONSEP LAYANAN DASAR BIMBINGAN KLASIKAL DAN BIMBINGAN KELOMPOK
 
RPL BIMBINGAN KELOMPOK (POP)
RPL BIMBINGAN KELOMPOK (POP)RPL BIMBINGAN KELOMPOK (POP)
RPL BIMBINGAN KELOMPOK (POP)
 
Verbatim Konseling (topik netral - implementasi)
Verbatim Konseling (topik netral - implementasi)Verbatim Konseling (topik netral - implementasi)
Verbatim Konseling (topik netral - implementasi)
 
KONSELING LINTAS BUDAYA
KONSELING LINTAS BUDAYAKONSELING LINTAS BUDAYA
KONSELING LINTAS BUDAYA
 
Disensitisasi
DisensitisasiDisensitisasi
Disensitisasi
 
power point diagnosa prognosa dalam BK
power point diagnosa prognosa dalam BKpower point diagnosa prognosa dalam BK
power point diagnosa prognosa dalam BK
 
CONTOH PROPOSAL KEGIATAN BK
CONTOH PROPOSAL KEGIATAN BKCONTOH PROPOSAL KEGIATAN BK
CONTOH PROPOSAL KEGIATAN BK
 
Kedudukan BK dalam Pendidikan
Kedudukan BK dalam PendidikanKedudukan BK dalam Pendidikan
Kedudukan BK dalam Pendidikan
 
CONTOH RPL POP
CONTOH RPL POPCONTOH RPL POP
CONTOH RPL POP
 
2018 kode etik bk 21 22 juli 2018
2018 kode etik bk 21 22 juli 20182018 kode etik bk 21 22 juli 2018
2018 kode etik bk 21 22 juli 2018
 
Verbatim konseling kelompok
Verbatim konseling kelompokVerbatim konseling kelompok
Verbatim konseling kelompok
 

Similar to Epistemologi

Similar to Epistemologi (20)

Profesionalisasi dan Kode Etik Profesi Bimbingan dan Konseling
Profesionalisasi dan Kode Etik Profesi Bimbingan dan KonselingProfesionalisasi dan Kode Etik Profesi Bimbingan dan Konseling
Profesionalisasi dan Kode Etik Profesi Bimbingan dan Konseling
 
Konselor
KonselorKonselor
Konselor
 
5201211028_Alfi Roudhotus_Keteramplian Kns UTS.pptx
5201211028_Alfi Roudhotus_Keteramplian Kns UTS.pptx5201211028_Alfi Roudhotus_Keteramplian Kns UTS.pptx
5201211028_Alfi Roudhotus_Keteramplian Kns UTS.pptx
 
Persyaratan bk 2
Persyaratan bk 2Persyaratan bk 2
Persyaratan bk 2
 
Etika profesional konseling dengan pendekatan agama
Etika profesional konseling dengan pendekatan agamaEtika profesional konseling dengan pendekatan agama
Etika profesional konseling dengan pendekatan agama
 
Makalah etika profesional konseling agama
Makalah etika profesional konseling agamaMakalah etika profesional konseling agama
Makalah etika profesional konseling agama
 
M5 kb2
M5 kb2M5 kb2
M5 kb2
 
EKSPEKTASI KINERJA KONSELOR
EKSPEKTASI KINERJA KONSELOREKSPEKTASI KINERJA KONSELOR
EKSPEKTASI KINERJA KONSELOR
 
Latar belakang perlunya bk syatria adymas pranajaya
Latar belakang perlunya bk   syatria adymas pranajayaLatar belakang perlunya bk   syatria adymas pranajaya
Latar belakang perlunya bk syatria adymas pranajaya
 
Bimbingan dan kaunseling
Bimbingan dan kaunselingBimbingan dan kaunseling
Bimbingan dan kaunseling
 
Modul bk
Modul bkModul bk
Modul bk
 
Modul bk
Modul bkModul bk
Modul bk
 
Pengertian konselor
Pengertian konselorPengertian konselor
Pengertian konselor
 
Pengertian konselor
Pengertian konselorPengertian konselor
Pengertian konselor
 
Etika Professional
Etika ProfessionalEtika Professional
Etika Professional
 
M5 kb3
M5 kb3M5 kb3
M5 kb3
 
Prinsip-Prinsip Bimbingan Konseling MATAKULIAH BIMBINGAN KONSELING STAIN SAL...
Prinsip-Prinsip Bimbingan Konseling  MATAKULIAH BIMBINGAN KONSELING STAIN SAL...Prinsip-Prinsip Bimbingan Konseling  MATAKULIAH BIMBINGAN KONSELING STAIN SAL...
Prinsip-Prinsip Bimbingan Konseling MATAKULIAH BIMBINGAN KONSELING STAIN SAL...
 
Bab 2
Bab 2Bab 2
Bab 2
 
A
AA
A
 
4 ciriciri kaunselor yang efektif(1)
4 ciriciri kaunselor yang efektif(1)4 ciriciri kaunselor yang efektif(1)
4 ciriciri kaunselor yang efektif(1)
 

Recently uploaded

Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptYanseBetnaArte
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 

Recently uploaded (20)

Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 

Epistemologi

  • 1. Epistemologi Konseling menyangkut proses perkembangan manusia yang berlandaskan hakikat manusia. Konseling banyak mengandung isu filosofis, dimana proses konseling adalah proses yang berpijak dan bergerak ke arah yang selalu mengandung persoalan filosofis. Namun, seorang konselor harus berpegang pada filosofi yang jelas dan tidak memiliki faham “completism” (suatu perasaan yang memandang bahwa dirinya seorang konselor yang bersertifikat dan terdidik, sekali jadi, untuk segalanya). Isu filosofis ini yang perlu didiskusikan sebagai sebuah kenyataan karena pemahaman atau cara pandang terhadap isu ini yang akan menentukan bagaimana sosok konselor dikembangkan dan bagaimana konselor membantu klien. Isu-isu filosofis tersebut menyangkut aspek : pribadi konselor, religius, hakikat manusia, tanggung jawab konselor, dan pendidikan konselor. (Dugald S. Arbuckle, 1958). Isu pribadi konselor menyangkut sejauh mana hubungan konsep diri dan tujuan konseling, serta teknik yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Tujuan inilah sesuatu yang berorientasi filosofis sedangkan metode dan teknik yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut akan dijiwai oleh filosofi konselor. Isu religius ini berkaitan dengan sikap profesionalisme konselor dalam memberikan layanan kepada konseli yang berlainan agama. Sehingga muncul pertanyaan, akankah konselor bertindak sama terhadap klien yang beda agama? Isu hakikat manusia terkait dengan isu religius dan menyangkut bagaimana cara konselor memandang manusia. Pandangan ini akan terefleksikan dalam bagaimana konselor memperlakukan klien dalam konseling. Isu tanggung jawab terkait dengan konsep peran konselor di dalam masyarakat dan persoalan konfidensialitas. Dari isu-isu filosofis tersebut muncul sebuah pertanyaan, bagaimana bimbingan dan konseling bisa menjadi pekerjaan atau tugas-tugas profesional? Apabila kepribadian konselor terefleksikan di dalam metode dan teknik, jika orientasi religius dan pandangan konselor tentang hakikat manusia mempengaruhi pendekatan yang digunakan. Pada dasarnya, layanan bimbingan dan konseling adalah layanan psikologis dalam suasana psikopedagogis dalam setting persekolahan maupun luar sekolah, dalam konteks kultur, nilai dan religi yang diyakini klien dan konselor. Keyakinan filosofis dan keilmuan ini menjadi dasar legal bagi bimbingan dan konseling masuk ke dalam wilayah layanan psikologis dalam suasana pedagogis serta menjadi dasar legal bagi konselor memasuki dunia layanan psikologis. Karena sifat normatif pedagogis ini maka fokus orientasi bimbingan dan konseling adalah pengembangan perilaku yang seharusnya dikuasai oleh individu untuk jangka panjang menyangkut ragam proses perilaku pendidikan, karir, pribadi, keluarga, dan proses pengambilan keputusan. Jadi seorang konselor harus memiliki kemampuan untuk memahami gambaran perilaku individu masa depan, dan konselor harus datang lebih awal memasuki dunia klien.
  • 2. Kompetensi Kompetensi adalah sebuah kontinum perkembangan mulai dari proses kesadaran (awareness), akomodasi dan tindakan nyata sebagai wujud kinerja. Kompetensi konselor merujuk pada penguasaan konsep, penghayatan dan perwujudan nilai, penampilan pribadi yang bersifat membantu, dan unjuk kerja profesional yang akuntabel. Konselor memiliki kode etik karena itulah konselor merupakan seorang yang profesional. Konselor juga perlu memiliki kesadaran etik karena di dalam memberikan layanan kepada siswa (manusia) maupun dalam kolaborasi dengan pihak lain akan selalu diperhadapkan kepada persoalan dan isu-isu etis dalam pengambilan keputusan untuk membantu individu. Selain itu, konselor juga pendidik karena itu harus kompeten sebagai pendidik. Dalam kapasitasnya sebagai pendidik konselor berperan dan berfungsi sebagai seorang pendidik psikologis (psychological educator/ psychoeducator) dengan perangkat pengetahuan dan keterampilan psikologis yang dimilikinya untuk membantu individu mencapai tingkat perkembangan yang lebih tinggi. Peran inilah yang merepresentasikan sebuah tantangan yang dapat memperkuat tujuan-tujuan keilmuan dan praktek profesional konselor sebagai layanan yang menunjukkan keunikan dan kebermaknaan tersendiri di dalam masyarakat. Sebagai seorang pendidik psikologis, konselor harus kompeten dalam hal : a. Memahami kompleksitas interaksi individu-lingkungan dalam ragam konteks sosial budaya. b. Menguasai ragam bentuk intervensi psikologis baik antar maupun intrapribadi dan lintas budaya. c. Menguasai strategi dan teknik asesmen yan memungkinkan dapat dipahaminya keberfungsian psikologis individu dan interaksinya di dalam lingkungan. d. Memahami proses perkembangan manusia secara individual maupun secara sosial. e. Memegang kokoh regulasi profesi yang terinternalisasi ke dalam kekuatan etik profesi yang mempribadi. f. Memahami dan menguasai kaidah-kaidah dan praktek pendidikan. Secara skematik landasan pemikiran di atas dituangkan ke dalam Bagan 1. Stuktur Kompetensi Konselor, Rumpun kompetensi K.1. s.d K.6 adalah Kompetensi Utama Minimal yang harus dikuasai oleh Sarjana Bimbingan dan Konseling sebagai konselor.
  • 3. K.1 Kesadaran Et ik dan Pengembangan Pribadi K.2 Pemahanan Perkembangan Individu K.3 Penguasaan Asesmen Individu dan Lingkungan K.4 Penguasaan Ragam St rategi Intervensi Psikologis K.5 Kemampuan Pengembangan BK Komprehensif K.6 Pemahaman Konteks Budaya, Agama dan Kebutuhan Khusus (2) SIKAP -> (3) Skills-> AKOMODASI TINDAKAN KOMPETENSI UTAMA MINIMAL (1) PENGETAHUAN -> KESADARAN SETTING LAYANAN KODE ETIK PROFESI LANDASAN DAN KOMPETENSI PENDIDIKAN LANDASAN FILOSOFIS, RELIGIUS, KULTURAL Bagan 1. STRUKTUR KOMPETENSI KONSELOR Etik  PENDIDIKAN  PERKAWINAN  KARIR  REHABILITASI  KESEHATAN MENTAL  TRAUMATIK Kode etik suatu profesi muncul sebagai wujud self- regulation dari profesi itu. Kode etik merupakan aturan yang melindungi profesi dari campur tangan pemerintah, mencegah para praktisi dari perilaku-perilaku malpraktik. Kode etik profesional merupakan variabel kognitif yang penting yang akan mempengaruhi pertimbangan etis dari seorang (konselor) profesional. Sehingga perlu panduan berkenaan dengan parameter etik profesi. Kode Etik Konselor Indonesia yang telah dirumuskan dan disepakati, yang perlu terus disempurnakan, memerlukan penegasan dalam implementasi dan supervisi. Penegasan identitas profesi bimbingan dan konseling harus diwujudkan dalam implementasi kode etik dan supervisinya. ABKIN (Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia) harus dan akan segera menetapkan penerapan kode etik bagi para konseor di dalam menjalankan fungsi, tanggung jawab, dan layanan profesional kepada masyarakat, disertai supervisi berdasarkan standar yang telah disepakati. Karena kekuatan dan eksistensi konselor muncul dengan adanya public trust, dimana persepsi masyarakat tentang suatu profesi dapat berubah akibat perilaku tak etis, tak profesional dan tak bertanggungjawab dari para anggotanya. Untuk itu seorang konselor yang profesional harus menaruh perhatian penuh kepada klien, karena klien sangat rawan untuk dimanipulasi dan dieksploitasi. Sertifikasi dan Akreditasi Sertifikasi adalah proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan konseling pada jenjang dan jenis setting tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan). Dengan kata lain, sertifikasi profesional adalah proses pemberian pengakuan terhadap tingkat kemampuan dan keterampilan khusus yang dimiliki seseorang. Akreditasi adalah proses penentuan status yang dilakukan oleh organisasi profesi atau suatu badan khusus yang dipandang kompeten dan independen
  • 4. terhadap lembaga penyelenggara progam kependidikan dalam pencapaian suatu standar mutu yang dipersyaratkan. Akreditasi ini diberikan oleh BAN (Badan Akreditasi Nasional bekerja sama dengan ABKIN. Dengan sertifikasi dan akreditasi ini pekerjaan bimbingan dan konseling akan menjadi profesional karena hanya dilakukan oleh konselor profesional yang bersertifikat. Kredensialisasi Kredensialisasi adalah penganugerahan kepercayaan kepada konselor profesional yang menyatakan bahwa yang bersangkutan memiliki kewenangan dan memperoleh lisensi untuk menyelenggarakan layanan profesional secara independen kepada masyarakat maupun di dalam lembaga tertentu. Pemberian lisensi atas dasar asesmen nasional yang dilakukan ABKIN melalui Badan Akreditasi dan Kredensialisasi Konselor Nasional. Untuk mendapatkan ini konselor harus mengajukan permohonan dan melakukan secara nyata layanan profesi bagi masyarakat dan sekolah dan diberkan oleh ABKIN.